• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kabel Listrik Sebagai Sensor Cairan Dalam Menentukan Batas Pengisian Dan Pengosongan Tangki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Kabel Listrik Sebagai Sensor Cairan Dalam Menentukan Batas Pengisian Dan Pengosongan Tangki"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KABEL LISTRIK SEBAGAI SENSOR CAIRAN

DALAM MENENTUKAN BATAS PENGISIAN DAN

PENGOSONGAN TANGKI

TUGAS AKHIR

HENDRA BANJARNAHOR

042408043

PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

IMPLEMENTASI KABEL LISTRIK SEBAGAI SENSOR CAIRAN

DALAM MENENTUKAN BATAS PENGISIAN DAN

PENGOSONGAN TANGKI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

HENDRA BANJARNAHOR

042408043

PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : IMPLEMENTASI KABEL LISTRIK SEBAGAI

SENSOR CAIRAN DALAM MENENTUKAN BATAS PENGISIAN DAN PENGOSONGAN TANGKI

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : HENDRA BANJARNAHOR

Nomor Induk Mahasiswa : 042408043

Program Studi : DIPLOMA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, 28 Juli 2007

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing

Ketua,

Dr. Marhaposan Situmorang Dra. Justinon, M.Si

(4)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI KABEL LISTRIK SEBAGAI SENSOR CAIRAN DALAM MENENTUKAN BATAS PENGISIAN DAN PENGOSONGAN TANGKI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 27 Juli 2007

HENDRA BANJARNAHOR 042408043

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi D-3 Fisika Instrumentasi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “ Implementasi Kabel Listrik Sebagai Sensor Cairan Dalam Menentukan Batas Pengisian dan Pengosongan Tangki.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari perhatian, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik bantuan moril maupun material yaitu kepada :

1. Bapak Dr. Eddy Marlianto, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang, selaku Ketua Program Studi Fisika Instrumentasi.

3. Ibu Dra. Justinon M.Si, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.

4. Tugas Akhir ini penulis dedikasikan untuk almarhum ayah yang telah memberikan sebuah motivasi dan dorongan yang akan terus penulis kenang. 5. Terimakasih kepada ibu, kakak dan abang yang selalu memberi semangat

sehingga penulis dapat dengan cepat menyelesaikan Tugas Akhir ini 6. Rekan-rekan mahasiswa Fisika Instrumentasi khususnya stambuk 04

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih belum sempurna dalam materi serta penyajiannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang dapat menjadi bahan masukan bagi penulis.

Semoga Tugas Akhir ini menjadi suatu masukan dalam perkembangan dunia pendidikan terutama generasi penerus Fisika Instrumentasi.

Medan, Agustus 2007 Penulis

(6)

ABSTRAK

Sensor air yang digunakan adalah dengan memanfaatkan dua buah kabel yang berdampingan yang mana apabila air menyentuh kedua kabel tersebut maka akan ada arus yang mengalir dari positif ke negatif.

Dengan memanfaatkan kondisi Short seperti ini kita sudah dapat membuat sebuah sensor air sinyal yang dihasilkan oleh sensor akan diterim oleh oleh rangkaian penerima agar menghasilkan sinyal tertentu, dimana jika air menyentuh sensor maka output dari rangkaian penerima ini akan mengeluarkan logika low (0), namun jika sensor tidak terkena air maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika high (1) dimana LED akan menyala jika sensor terkena air dan LED akan mati jika sensor tidak terkena air.

(7)

DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan 1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Rumusan Masalah 2

1.3Tujuan Penulisan 2

1.4Metode Penulisan 2

1.5Sistematika Penulisan 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 5

Bab 3 Perancangan Alat dan Program 3.1 Diagram Blok 19

Bab 4 Pembahasan Rangkaian dan Program 4.1 Rangkaian minimum Mikrokontroler AT89S51 29

(8)

Bab 5 Penutup

5.1 Kesimpulan 34

5.2 Saran 35

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. IC Mikrokontroler AT89S51 9

Gambar 2.2 Simbol Relay dan Rangkaian Driver 14 Gambar 2.3 Software 8051, Assembler dan Simulator 18

Gambar 2.4 ISP- Flash Programmer 3.a 18

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 19

(11)

ABSTRAK

Sensor air yang digunakan adalah dengan memanfaatkan dua buah kabel yang berdampingan yang mana apabila air menyentuh kedua kabel tersebut maka akan ada arus yang mengalir dari positif ke negatif.

Dengan memanfaatkan kondisi Short seperti ini kita sudah dapat membuat sebuah sensor air sinyal yang dihasilkan oleh sensor akan diterim oleh oleh rangkaian penerima agar menghasilkan sinyal tertentu, dimana jika air menyentuh sensor maka output dari rangkaian penerima ini akan mengeluarkan logika low (0), namun jika sensor tidak terkena air maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika high (1) dimana LED akan menyala jika sensor terkena air dan LED akan mati jika sensor tidak terkena air.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem pengendalian merupakan hal yang penting di bidang teknologi dan industri.

Pada bidang industri misalnya, mesin-mesin yang terdapat pada pabrik tersebut

tentunya sangat membutuhkan tangki minyak untuk cadangan. Begitu pula halnya

dengan tangki-tangki persediaan air minum pada PDAM. Selama ini untuk

mengontrol tingkat kekosongan dan tingkat kepenuhan saat pengisian masih dilakukan

secara manual, hal ini sudahlah tentu sangat tidak efisien dan membutuhkan banyak

waktu.

Untuk itu perlu dibuat suatu alat yang dapat melakukan pengisian,

pengosongan dan pengontrol tingkat ketinggian cairan yang terdapat pada tangki

tangki tersebut secara otomatis. Level ketingian cairan adalah jawabannya. Alat ini

menggunakan mikrokontroller AT89S51 sebagai pengendali utama dari sistem dan

memanfaatkan sensor untuk mengetahui tingkat ketinggian air yang berada didalam

(13)

kekosongan akan hidup dan alarm akan berbunyi sebagai tanda bahwa tangki dalam

keadaan kosong. Begitu juga halnya apabila tangki berada dalam keadaan penuh.

1.2 Rumusan

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka dalam tugas

akhir ini akan dibuat sebuah pengendali level ketinggian cairan berbasis

mikrokontroller AT89S51.

Untuk dapat menentukan batas pengisian dan pengosongan tangki dibutuhkan

sebuah sensor air dan sebuah mikrokontroler untuk membandingkan nilai-nilai yang

dikirimkan oleh sensor untuk mengisi dan mengosongkan tangki.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memanfaatkan mikrokontroler untuk mengenali nilai-nilai yang dikirimkan

oleh sensor sehingga dapat mengisi dan mengosongkan tangki.

(14)

1.4 Metode Penulisan

1. Metode penulisan perpustakaan

Dengan memperoleh bahan-bahan melalui sumber bacaan yang sifatnya

teoritis ilmiah.

2. Mengumpulkan data-data mengenai komponen yang digunakan.

3. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta dosen-dosen staf

pengajar yang berkaitan dengan realisasi di bidang masing-masing.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan sebagaimana sebenarnya prinsip kerja dari level ketinggian

cairan, maka penulis membuat laporan ini sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

(15)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang

digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori

pendukung itu antara lain tentang komponen komponen pendukung

yang digunakan dalam alat.

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram

blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan cara

kerja dari masing – masing rangkaian.

BAB 4 ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari masing – masing

rangkaian dan cara kerja dari seluruh rangkaian setelah rangkaian

(16)

BAB 5 PENUTUP

Bab ini meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan

dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih

efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang

(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Programer Atmel seri S merupakan programer yang serbaguna , karena programer ini

bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention .HEX ke Flash,

ROM Minkrokontroller AT89S51 bisa digunakan sebagai emulasi untuk

mensimulasikan program yang telah dibuat . Programer ini dilengkapi dengan lampu

simulasi dan saklar simulasi sehingga program yang telah masuk dalam flash ROM

dapat dijalankan pada emulator dengan fasilitas yang ada , seperti 8 buah lampu

simulasi dan 8 buah mikro switch.

Pada IC AT89S51 telah diprogram secara otomatis dapat menyimpan program

yang bersifat permanen , sehingga jika IC tersebut dilepas dari socket akan tetap

menyimpan program dan bisa digunakan untuk mengendalikan rangkaian lain. Selain

intu juga IC ini bisa digunakan atau diprogram ulang sebanyak 1000 kali. Hal ini akan

sangat praktis bagi para pemula yang masih dalam tarap belajar pemrograman bahasa

(18)

seperti sebagai pelengkap untuk mempelajari mikrokontroller , seperti modul motor

stepper, modul LCD, modul lampu lalu lintas , modul seven segment, modul tombol

serta berbagai modul lain yang dapat disesuaikan dengan pesanan .

Programer ini mempunyai delapan lampu LED sebagai simulasi keluaran yang

disambungkan dengan Port 1 dan delapan saklar kecil sebagai simulasi masukan yang

disambungkan pada P3. Selain itu juga mempunyai satu socket 40 pin yang

sambungannya sama dengan pin IC mikrokontroller serta empat port slot perluasan

yang bisa digunakan untuk antarmuka dengan peralatan luar sistem . Slot perluasan

tersebut adalah socket 40 pin yang berfungsi sebagai sambungan ke piranti lain serta

port 0, port 1 port 2 dan port 3 sebagai interface ke piranti yang kita inginkan . Alat ini

pada prinsipnya adalah dirancang untuk modul pembelajaran bagi para pemula yang

ingin mempelajari mikrokontroller maupun bagi para praktisi yang telah mahir.

Ilustrasi yang mungkin bisa memberikan gambaran yang jelas dalam

penggunaan mikrokontroler adalah aplikasi mesin tiket dalam arena permainan yang

saat ini terkenal di Indonesia. Jika kita sudah selesai bermain, maka akan diberikan

suatu nilai, nilai inilah yang menentukan berapa jumlah tiket yang bisa diperoleh dan

(19)

Sistem tiket ini ditangani dengan mikrokontroler, karena tidak mungkin

menggunakan komputer PC yang harus dipasang disamping (atau di belakang) mesin

permainan yang bersangkutan. Selain sistem tiket, kita juga dapat menjumpai aplikasi

mikrokontroler dalam bidang pengukuran jarak jauh atau ynag dikenal dengan sistem

telemetri. Misalnya pengukuran disuatu tempat yang membahayakan manusia, maka

akan lebih nyaman jika dipasang suatu sistem pengukuran yang bisa mengirimkan

data lewat pemancar dan diterima oleh stasiun pengamatan dari jarak yang cukup

aman dari sumbernya. Sistem pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu

sistem akuisisi data sekaligus sistem pengiriman data secara serial (melalui pemancar),

yang semuanya itu bisa diperoleh dari mikrokontroler yang digunakan. Tidak seperti

sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi

(misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya

bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja.

Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada

sistem computer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program

pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin

antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada

mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program

(20)

ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat

penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada

mikrokontroler yang bersangkutan.

2.1.1 Konstruksi AT89S51

Versi 40 kaki dari mikrokontroler MCS51 adalah mikrokontroler AT89S51.

Mikrokontroler AT89S51 mempunyai spesifikasi memori program 4 KB Flash,

memori data 2 KB RAM, 2 buah pewaktu/ timer 16-bit dan dengan teknologi CMOS

Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor

dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 Kilo

Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini

AT89S51 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan

frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi

rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja

mikrokontroler. Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.

Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

.

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan

(21)

penyimpanan progam ini dinamakan sebagai memori progam. Random Access

Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk

menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data

ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah

baku dan diproduksi secara masal, program diisikan ke dalam ROM pada saat IC

mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler

mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra

Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan

setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah. Jenis memori yang dipakai

untuk Memori Program AT89S51 adalah Flash PEROM, program untuk

mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang

dinamakan sebagai AT89S51 Flash PEROM Programmer. Memori Data yang

disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil saja tapi

untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup. Sarana Input/Ouput yang

disediakan cukup banyak dan bervariasa. AT89S51 mempunyai 32 jalur Input/Ouput.

Jalur Input/Ouput paralel dikenal sebagai Port 1 (P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5

(22)

Gambar 2.1. IC Mikrokontroler AT89S51

(23)

VCC (Pin 40)

Suplai tegangan

GND (Pin 20)

Ground

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun

penerima kode byte pada saat flash programming. Pada fungsi sebagai I/O biasa port

ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah

sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut. Pada fungsi sebagai

low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat

flash programming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi

program.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat

mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan

mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull

up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini

(24)

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga

mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Fungsi Masing-masing Pin pada Port 3 Mikrokontroler

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)

P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)

P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal)

P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)

P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)

P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)

P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

RST (pin 9)

(25)

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat

selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG)

selama memprogram Flash.

PSEN (pin 29)

Program store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan

menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika

kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada

memori internal. Pada saat flash programming, pin ini akan mendapat tegangan 12V.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal

XTAL2 (pin 18)

(26)

2.2 Relay

Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan

suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus

dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada

rangkaian adalah arus DC.

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan pada inti

besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak

menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami

gaya listrik magnet sehingga berpindah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub

asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan

relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak

ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay

yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada keadaan yang diinginkan

dalam suatu rangkaian.

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :

1) Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus

2) Normaly Close (OFF), saklar akan tertutup bila dialiri arus

3) Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya

(27)

A, sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke

terminal B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis

transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat

menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung.

Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan

induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor. Jika transistor pada

basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus tidak mengalir dari kolektor

ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang mengalir pada gulungan

kawat. Bentuk relay yang digunakan dengan rangkaian driver dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 2.2 Simbol relay dan Rangkaian driver Vcc

Tr VB

Dioda

(28)

Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa Assembly adalah bahasa komputer yang kedudukannya di antara bahasa mesin

dan bahasa level tinggi misalnya bahasa C atau Pascal. Bahasa C atau Pascal

dikatakan sebagai bahasa level tinggi karena memakai kata-kata dan pernyataan yang

mudah dimengerti manusia, meskipun masih jauh berbeda dengan bahasa manusia

sesungguhnya. Bahasa mesin adalah kumpulan kode biner yang merupakan instruksi

yang bisa dijalankan oleh komputer. Sedangkan bahasa Assembly memakai kode

Mnemonic untuk menggantikan kode biner, agar lebih mudah diingat sehingga lebih

memudahkan penulisan program.

Program yang ditulis dengan bahasa Assembly terdiri dari label; kode

mnemonic dan lain sebagainya, pada umumnya dinamakan sebagai program sumber

(Source Code) yang belum bisa diterima oleh prosesor untuk dijalankan sebagai

program, tapi harus diterjemahkan dulu menjadi bahasa mesin dalam bentuk kode

biner. Program sumber dibuat dengan program editor biasa, misalnya Notepad pada

Windows atau SideKick pada DOS, selanjutnya program sumber diterjemahkan ke

bahasa mesin dengan menggunakan program Assembler. Hasil kerja program

(29)

Program Objek berisikan kode kode bahasa mesin, kode-kode bahasa mesin

inilah yang diumpankan ke memori-program prosesor. Dalam dunia mikrokontroler

biasanya program objek ini diisikan ke UV EPROM, dan khusus untuk mikrokontroler

buatan Atmel, program ini diisikan ke dalam Flash PEROM yang ada di dalam chip

AT89C51 atau AT89C2051.

Assembly Listing merupakan naskah yang berasal dari program sumber, dalam

naskah tersebut pada bagian sebelah setiap baris dari program sumber diberi tambahan

hasil terjemahan program Assembler. Tambahan tersebut berupa nomor

memori-program berikut dengan kode yang akan diisikan pada memori-memori-program bersangkutan.

Naskah ini sangat berguna untuk dokumentasi dan sarana untuk menelusuri program

yang ditulis.

Yang perlu diperhatikan adalah setiap prosesor mempunyai konstruksi yang

berlainan, instruksi untuk mengendalikan masing-masing prosesor juga berlainan,

dengan demikian bahasa Assembly untuk masing-masing prosesor juga berlainan,

(30)

Konstruksi Program Assembly

Program sumber dalam bahasa Assembly menganut prinsip 1 baris untuk satu

perintah, setiap baris perintah tersebut bisa terdiri atas beberapa bagian (field), yakni

bagian Label, bagian mnemonic, bagian operand yang bisa lebih dari satu dan terakhir

bagian komentar. Untuk membedakan masing-masing bagian tersebut dibuat

ketentuan sebagian berikut:

1. Masing-masing bagian dipisahkan dengan spasi atau TAB, khusus untuk

operand yang lebih dari satu masing-masing operand dipisahkan dengan

koma.

2. Bagian-bagian tersebut tidak harus semuanya ada dalam sebuah baris, jika

ada satu bagian yang tidak ada maka spasi atau TAB sebagai pemisah bagian

tetap harus ditulis.

3. Bagian Label ditulis mulai huruf pertama dari baris, jika baris bersangkutan

tidak mengandung Label maka label tersebut digantikan dengan spasi atau

TAB, yakni sebagai tanda pemisah antara bagian Label dan bagian mnemonic.

Label mewakili nomor memori-program dari instruksi pada baris

bersangkutan, pad saat menulis instruksi JUMP, Label ini ditulis dalam bagian

operand untuk menyatakan nomor memori-program yang dituju. Dengan demikian

(31)

instruksi. Disamping Label dikenal pula Symbol, yakni satu nama untuk mewakili

satu nilai tertentu dan nilai yang diwakili bisa apa saja tidak harus nomor

memori-program. Cara penulisan Symbol sama dengan cara penulisan Label, harus dimulai di

huruf pertama dari baris instruksi. Mnemonic (artinya sesuatu yang memudahkan

diingat) merupakan singkatan perintah, dikenal dua macam mnemonic, yakni

manemonic yang dipakai sebagai instruksi mengendalikan prosesor, misalnya ADD,

MOV, DJNZ dan lain sebagainya. Ada pula mnemonic yang dipakai untuk mengatur

kerja dari program Assembler misalnya ORG, EQU atau DB, mnemonis untuk mengatur

kerja dari program Assembler ini dinamakan sebagai ‘Assembler Directive’. Operand

adalah bagian yang letaknya di belakang bagian mnemonic, merupakan pelangkap

bagi mnemonic. Kalau sebuah instrksi di-ibaratkan sebagai kalimat perintah, maka

mnemonic merupakan subjek (kata kerja) dan operand merupakan objek (kata benda)

dari kalimat perintah tersebut. Tergantung pada jenis instruksinya, operand bisa

berupa berbagai macam hal. Pada instruksi JUMP operand berupa Label yang mewakili

nomor memori-program yang dituju misalnya LJMP Start, pada instruksi untuk

pemindahan/pengolahan data, operand bisa berupa Symbol yang mewakili data

tersebut, misalnya ADD A,#Offset. Banyak instruksi yang operandnya adalah register

dari prosesor, misalnya MOV A,R1. Bahkan ada pula instruksi yang tidak mempunyai

(32)

tidak berpengaruh pada prosesor juga tidak berpengaruh pada kerja program

Assembler, tapi bagian ini sangat penting untuk keperluan dokumentasi.

Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah

editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Sehingga dapat diprogram di

mikrokontroler. Tampilannya dapat kita lihat pada gambar berikut :

(33)

Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan

software Flash Programmer 3.0a sehingga mikrokontroler menyimpan data,

ISP-Flash Programmer 3.0a dapat didownload dari internet seperti pada gambar berikut :

(34)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

3.1 Diagram Blok

(35)

Keterangan diagram blok :

Sensor air yang berfungsi untuk mengetahui tingkat ketinggian air terhubung ke

penguat sinyal. Output dari penguat sinyal masuk ke mikrokontroler AT89S51 melalui

port 0.0,0.1 dan port 0.2 output dari keypad yang berfungsi sebagai input data masuk

ke mikrokontroler AT89S51 melalui port 0.3,0.4 dan port 0.5.

Pompa yang berfungsi sebagai pengisi dan pengosong tangki terhubung ke

relay dan terhubung ke port 1.0 dan port 1.1 pada mikro AT89S51. Alarm yang

berfungsi sebagai penanda air telah penuh atau kosong terhubung ke port 1.2 pada

mikro AT89S51.

Sistem kerja rangkaian :

Mikrokontroler akan memerintahkan pompa untuk mengisi penuh tangki apabila ada

input data untuk mengisi tangki dan akan mengosongkan tangki apabila mendapat

perintah pengosongan tangki sesuai dengan tingkat pengosongan. Alarm akan

(36)

Vreg

3.2 Perancangan Power Supply (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,

keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,

sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke motor stepper.

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

(37)

agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP

TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada

rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika

rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari

keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada. Kompoen

utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51. Pada IC inilah semua

program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki.

(38)

5V

(39)

Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3.

Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit. Pin 1 sampai 8

adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3 Pin

40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground.

Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai

sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler

dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.

Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke

positif dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen

ini berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah

power aktif. Lamanya waktu antara aktifnya power pada IC mikrokontroler dan

aktifnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut.

Jika dihitung maka lama waktunya adalah :

10 10 1 det

t= =ΩR x C K =x µF m ik

(40)

3.4 Rangkaian Pengendali Alarm

Apabila ada ada orang yang masuk tanpa izin, maka alarm akan bunyi. Maka pada

tangki dibuat suatu alarm yang menandakan tangki berada dalam keadaan penuh atau

kosong. Pada alat ini, alarm yang digunakan adalah buzzer 5 volt. Buzzer ini akan

berbunyi jika positifnya dihubungkan ke sumber tegangan positip dan negatipnya

negatifnya dihubungkan ke ground. Pada rangkaian di atas transistor berfungsi

sebagai saklar elektronik yang dapat menghidupkan dan mematikan buzzer. Dari

gambar dapat dilihat bahwa negatif buzzer dihubungkan ke kolektor dari transistor

NPN (2SC945), ini berarti jika transistor dalam keadaan aktif maka kolektor akan

terhubung ke emitor dimana emitor langsung terhubung ke ground yang menyebabkan

tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan buzzer

berbunyi. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak terhubung ke

emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 5 volt, keadaan ini menyebabkan

(41)

Gambar 3.4 Rangkaian Pengendali Alarm

Transistor yang digunakan dalam rangkaian di atas adalah transistor jenis

NPN, transistor jenis ini akan aktif apabila tegangan pada basis lebih besar dari 0,7

volt. Resistor 10 Kohm pada basis berguna untuk membatasi arus yang masuk pada

basis agar transistor tidak rusak.

Dengan memberikan tahanan sebesar 4,7 Kohm berarti arus yang masuk ke

basis sebesar 5 0, 001 1

4.700

V volt

A mA

R = ohm= = . Seperti telah dijelaskan di atas

bahwa transistor jenis NPN akan aktif apabila tegangan pada basis lebih besar dari 0,7

volt, dimana basis dihubungkan dengan P0.4 AT89S51. P0.4 akan memiliki tegangan

sebesar 5 volt jika diset high (1) dan memiliki tegangan 0 volt jika diset low (0). C945

4.7kΩ฀

P0.4 AT89S51 5 Volt

(42)

Dengan demikian kita sudah dapat mengendalikan (menghidupkan/ mematikan)

transistor melalui program.

Program yang harus diisikan untuk mengaktifkan transistor yang akan menyebabkan

buzzer berbunyi adalah sebagai berikut

Setb P0.4.

Dan untuk mematikan buzzer maka program yang harus diisikan adalah

Clr P0.4

Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan alarm melalui

program.

3.5 Perancangan sensor air:

Sensor air yang digunakan adalah dengan memanfaatkan dua buah kabel yang

berdampingan yang mana apabila air menyentuh kedua kabel tersebut maka akan ada

arus yang mengalir dari positif ke negatif. Dengan memanfaatkan kondisi Short

(43)

sensor akan diterim oleh oleh rangkaian penerima agar menghasilkan sinyal tertentu,

dimana jika air menyentuh sensor maka output dari rangkaian penerima ini akan

mengeluarkan logika low (0), namun jika sensor tidak terkena air maka output dari

rangkaian penerima akan mengeluarkan logika high (1).

Output dari sensor diumpankan ke basis transistor tipe NPN C945, ini berarti

untuk membuat transistor tersebut saturasi maka tegangan yang keluar dari sensor

harus lebih besar dari 0,7 volt. Emiter transistor C945 diinputkan ke Op Amp LM 358

untuk diperkuat. LM358 merupakan IC penguat dengan dua Op Amp. Pada Op Amp

pertama tegangan input akan diperkuat sampai maksimal 100 kali penguatan,

dimana:

Penguatan ini dapat diatur dengan mengatur hambatan pada potensio. Output

Op Amp pertama akan diperkuat lagi sampai maksimum 100 kali penguatan. Dengan

demikian penguatan dapat diatur sesuai dengan yang dikehendaki. LED ini akan

(44)

Rangkaian Pengendali pompa

Rangkaian pompa berfungsi untuk mengisi dan mengosongkan tangki seperti yang

tampak pada gambar.

Gambar 3.5 Rangkaian Pengendali Pompa

Pada alat ini, pompa yang digunakan adalah pompa 220 volt AC, pompa ini

akan menyala jika positipnya dihubungkan ke summber tegangan positif dan

negatifnya dihubungkan ke ground. Pada rangkaian di atas, untuk menghubungkan

rangkaian dengan 220V AC digunakan relay. Relay merupakan salah satu komponen

elektronik yang terdiri dari lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang

berfungsi untuk menghasilkan medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12

(45)

volt, ini berarti jika positif relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan

negatip relay (kaki 2) dihubungkan ke ground, maka kumparan akan menghasilkan

medan magnet, dimana medan magnet ini akan menarik logam yang mengakibatkan

saklar (kaki 3) terhubung ke kaki 4. Dengan demikian, jika kita gunakan kaki 3 dan

kaki 4 pada relay sebagai saklar untuk menghidupkan/mematikan alarm maka kita

dapat menghidupkan/ mematikan alarm dengan cara mengaktifkan atau

menon-aktifkan relay.

Pada rangkaian ini untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan relay digunakan

transistor tipe NPN.. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif relay dihubungkan ke

kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor dalam keadaan aktif

maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung terhubung ke ground

yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan

mengakibatkan relay aktif. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak

terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt, keadaan ini

menyebabkan tidak aktif. Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat

yang besar ketika relay dinon-aktifkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada

rangkaian ini. Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus

dihubungkan ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara

(46)

dinonaktifkan, pada saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini

akan dialirkan ke dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir

ke transistor, yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.

Program yang harus diisikan untuk mengaktifkan transistor yang akan mengaktifkan

relay, sehingga lampu hidup adalah

Setb P0.2

Dan untuk mematikan lampu maka program yang harus diisikan adalah Clr P0.2

Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan pompa melalui

(47)

BAB 4

PEMBAHASAN RANGKAIAN DAN PROGRAM

4.1 Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51

Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini

dengan sebuah transistor A733 yang dihubungkan dengan sebuah LED indikator,

dimana transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan hidup/mati

LED. Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktif dan sebaliknya LED

akan mati jika transistor tidak aktif. Tipe transistor yang digunakan adalah PNP A733,

dimana transistor ini akan aktif (saturasi) jika pada basis diberi tegangan 0 volt (logika

low) dan transistor ini akan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan 5 volt (logika

high). Basis transistor ini dihubungkan ke pin I/O mikrokontroler yaitu pada kaki 8

(48)

4.2 Pemrograman

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroler AT89S51 telah bekerja dengan

baik, maka dilakukan pengujian. Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan

program sederhana pada mikrokontroler AT89S51.

Programnya adalah sebagai berikut :

Loop:

Cpl P3.7

Acall tunda

sjmp loop

tunda:

mov r7,#255

tnd:

mov r6,#255

djnz r6,$

djnz r7,tnd

(49)
(50)
(51)
(52)

Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P3.7 selama selang

waktu tunda. Jika logika pada P3.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian jiga

sebaliknya jika logika pada P3.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.

Logika low akan mengaktifkan transistor sehingga LED akan menyala dan logika high

akan menonaktifkan transistor, sehingga LED padam. Dengan demikian program ini

akan membuat LED berkedip terus-menerus. Jika LED telah berkedip terus menerus

sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian mikrokontroler telah

(53)

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pada rangkaian ini digunakan mikrokontroler AT89S51 sebagai

mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 8 Kb Flash Programmable dan

Erasable Read Only Memory (PEROM).

2. Pada alat ini menggunakan sensor air yang berfungsi untuk menentukan

batas ketinggian cairan. Sensor air yang digunakan adalah dengan

memanfaatkan dua buah kabel yang berdampingan yang mana apabila air

menyentuh kedua kabel tersebut maka akan ada arus yang mengalir dari

positif ke negatif.

3. Penggunaan alat ini dapat diaplikasikan untuk mengisi dan mengosongkan

cairan pada tangki-tangki besar industri baik secara manual maupun secara

(54)

5.2 Saran

1. Agar alat ini dapat dikembangkan sehingga dapat mengukur berapa batas

pengisian dan pengosongan suatu cairan dalam tangki sesuai dengan yang

kita inginkan.

2. Agar dilakukan peningkatan kemampuan alat sehingga makin cerdas

dengan mengkombinasikan sensor lain sehingga hasil yang diperoleh lebih

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Afgianto,2004. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi.

Edisi kedua. Penerbit : Gava Media. Yogyakarta.

Andi,2003. Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman AT89C51.

Jakarta : Penerbit PT.Elex Media Komputindo.

Barry, Woolard.2003. Elektronika Praktis. Cetakan Kelima. Jakarta : PT. Pradnya

Paramtiha.

Malvino, Albert Paul. 2003. Prinsip-Prinsip Elektronika, Jilid 1 dan 2. Edisi

Pertama. Jakarta : Penerbit : Salemba Teknika.

Sutanto.1989. Dasar Elektronika. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-PRESS).

Gambar

Gambar  2.1.  IC Mikrokontroler AT89S51
Tabel 2.1 Fungsi Masing-masing Pin pada Port 3 Mikrokontroler
gambar berikut.
Gambar 2.4   ISP-Flash Programmer 3.a
+6

Referensi

Dokumen terkait

POTENSI RIPASUDIL SEBAGAI TERAPI TERBARUKAN UNTUK MENGATASI UVEITIS GLAUCOMA MELALUI INHIBISI RHO KINASE PATHWAY (ROCK) 61 Uji Klinis Ripasudil sebagai Agen.

Degradation of 2-ClA in aqueous solution using ozonation produced H + ions, chloride ions, NH4 + ions, formaldehyde and oxalic

Pada tahun 1967 diintroduksi varietas padi unggul ajaib IR5 dan IR8 yang tidak mempunyai gen ketahanan terhadap wereng coklat namun berproduksi tinggi yaitu

Apakah setiap pejabat sudah memiliki Buku Catatan Penilaian bagi bawahannya, apakah sdh sesuai dengan PP.No.10 Tahun 1979 jo SE BAKN No.. Pengisian DP3 apakah

Dari uraian di atas dapat disim- pulkan bahwa yang menjadi permasa- lahan adalah di perusahaan yang menjadi objek penelitian ini (CV Hana Sejati Group) perlakuan terhadap

Apakah tindakan bom bunuh diri dengan sasaran orang-orang sipil merupakan bagian dari jihad ?.. Saya berpendapat bahwa tindakan bom bunuh diri dengan sasaran orang- orang

Kalau sebelumnya, sesuai dengan perkembangan masyarakat, orang membuat pakaian dari benang yang dibuat dari bahan-bahan yang tersedia di tempat pemukiman

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada orang lain atau4. komunikasi yang dilakukan oleh dua orang