• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA CV HANA SEJATI GROUP BANJARMASIN. Muhammad Roosdianto Dosen Tetap STIE Pancasetia Banjarmasin ABSTRAKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA CV HANA SEJATI GROUP BANJARMASIN. Muhammad Roosdianto Dosen Tetap STIE Pancasetia Banjarmasin ABSTRAKSI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

195

Muhammad Roosdianto

Dosen Tetap STIE Pancasetia Banjarmasin

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perlakuan akuntansi pi-utang usaha pada CV Hana Sejati Group yang terdiri dari CV Hana Seja-ti, PT Terang Jaya dan PT Alur Jaya, yang merupakan perusahaan per-dagangan batu bara. Selama ini perusahaan menyajikan piutangnya se-suai dengan nilai nominal piutang yang terjadi tanpa memperhatikan bahwa nilai piutang yang tercatat atau disajikan tersebut ternyata ada nilai piutang yang mempunyai jangka waktu yang sudah lama (dapat dikatakan kedaluarsa untuk ditagih) sehingga tidak dapat diharapkan un-tuk tertagih. Hal tersebut mengakibatkan nilai kerugian piutang tidak membebani nilai laba perusahaan, sehingga nilai laba yang ada menjadi terlalu tinggi karena tidak mengakomodasi kerugian atas piutang yang tidak tertagih. Oleh karena itu piutang dikelompokkan berdasarkan umur piutang dalam jangka waktu tertentu. Setiap kelompok umur piutang akan diberikan persentase kemungkinan tidak tertagihnya. Dari penge-lompokkan tersebut diperoleh berapa kira-kira piutang yang kemung-kinan tidak tertagih setiap periodenya. Kemudian nilai piutang yang kemungkinan tidak tertagih tersebut dibuat menjadi cadangan kerugian piutang usaha dan biaya kerugian piutang usaha.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam menjalankan dan menge-lola perusahaan, manajemen membu-tuhkan informasi sebagai bahan per-timbangan dalam proses pengambilan keputusan. Kebutuhan manajemen akan informasi tersebut dapat diper-oleh salah satunya melalui laporan keuangan.

Informasi yang diberikan oleh laporan keuangan dalam bentuk lapor-an posisi keulapor-anglapor-an (neraca), laporlapor-an hasil usaha (laporan laba rugi), lapor-an perubahlapor-an modal, laporlapor-an arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dari laporan keuangan ini akan dinilai bagaimana manajemen mengelola dan menggunakan sumber daya yang dimiliki peruahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Dalam mengelola dan menyaji-kan laporan keuangan, perlakuan akuntansi harus sesuai dengan stan-dar yang berlaku yang dalam pelaksa-naannya berupa prosedur, metode dan tehnik penyajian laporan keuang-an. Demikian juga dalam hal perlaku-an akuntperlaku-ansi terhadap piutperlaku-ang usaha dalam memproses datanya, yaitu metode pencatatan, penilaian dan penyajian harus berpedoman pada standar yang berlaku, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

CV. Hana Sejati Group merupa-kan perusahaan perdagangan batu bara. Kegiatan transaksi batu bara ter-sebut kebanyakan dilakukan secara kredit. Kredit yang diberikan biasanya paling lama 6 bulan dan paling sedikit satu minggu, tergantung dari keperca-yaan atau berapa lama sudah perus-ahaan berhubungan dengan pembeli tersebut. Tidak ada perjanjian secara legal yang ada hanya kepercayaan antara perusahaan dengan pembeli batu bara tersebut, termasuk dalam hal pembayaran tagihan piutang.

Ketika melakukan pembayaran, pembeli atau pembeli biasanya akan membayar pembeliannya sesuai de-ngan jangka waktu yang menjadi ke-sepakatan. Namun sering kali pemba-yaran terjadi kebanyakan tidak sesuai dengan jumlah tagihan atau harga penjualannya. Sudah menjadi kebia-saan pembeli membayar sejumlah be-sar tagihan dan menyisakan sejumlah kecil menjadi utang atau dibayarkan kemudian. Begitu juga sebaliknya, su-dah menjadi kebiasaan pembeli juga untuk membayarkan sisanya dalam jangka waktu yang tidak tentu. Se-mentara itu, pada tagihan selanjutnya, pembeli akan menyisakan lagi seba-gian kecil tagihan yang dibayarkan, sehingga akhirnya piutang tersebut menjadi tertumpuk dan tidak jelas po-sisinya. Apakah menjadi diskon atau masih menjadi piutang. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak mempunyai sistem penagihan yang jelas karena langsung dikelola oleh pemilik atau direktur perusahaan.

Piutang merupakan tagihan pe-rusahaan kepada pihak lain yang nan-tinya akan dimintakan pembayaran-nya, jika sudah sampai waktu pem-bayarannya. Seharusnnya tagihan ter-sebut harus ada perjanjiannya, berapa lama harus dibayarkan, berapa jumlah pembayar-annya dan apa sangsinya apabila terjadi keterlambatan atau kekurangan pembayaran dari tagihan piutang yang ada. Pada kenyataannya perusahaan tidak melakukan hal ter-sebut, sehingga menyebabkan piu-tang tersebut tidak terjamin kemung-kinan pelunasannya. Artinya piutang mempunyai resiko besar kemungkinan tidak tertagih. Sebagai bentuk kehati-hatian akuntansi dan bentu antisipasi resiko kerugian piutang yang tidak ter-tagih, maka dalam pembukuan per-kiraan piutang usaha selalu diikuti de-ngan perkiraan kontranya, yaitu reken-ing penyisihan piutang ragu-ragu atau

(3)

rekening cadangan kerugian piutang usaha yang berfungsi mengeliminir resiko piutang yang tidak tertagih membebani performa keuangan pe-rusahaan yang tergambar dalam la-poran keuangannya. Hal ini sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang me-nyatakan: “Piutang dinyatakan sejum-lah bruto tagihan dan dikurangi de-ngan taksiran jumlah yang tidak ter-tagih”, (PAI, IAI, 1994: 9.4).

Sementara itu, piutang usaha pada CV Hana Sejati Group Banjar-masin dalam neraca disajikan sebesar nilai piutang yang belum dibayarkan sesungguhnya tanpa memunculkan perkiraan kontra dari perkiraan piu-tang usaha, yaitu penyisihan piupiu-tang ragu-ragu atau cadangan kerugian piutang usaha. Piutang usaha tersebut disajikan apa adanya, sesuai dengan jumlah bruto dari piutang usaha. Ini berarti perusahaan tidak mengesti-masikan kemungkinan adanya piutang usaha yang tidak tertagih. Padahal sesuai prinsip kehatian-hatian atau konservatisme, bahwa tidak ada yang bisa menjamin piutang usaha dapat tertagih seluruhnya.

Pengaruhnya terhadap neraca adalah piutang dagang yang disajikan tersebut belum menunjukkan nilai yang wajar dan benar karena nilainya menjadi terlalu besar padahal banyak nilai piutang usaha yang sudah beru-mur bertahun-tahun belum dilunasi pelanggan. Sementara itu, pengaruh-nya terhadap laporan laba rugi adalah belum diterapkannya dengan tepat prinsip matching antara pendapatan dan biaya-biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan karena ada potensi biaya yang tidak teran-tisipasi sesuai periode yang ber-sangkutan. Akibat lainnya adalah apabila ternyata terdapat keyakinan bahwa suatu nilai piutang tidak dapat tertagih karena pelanggan yang

ber-sangkutan dianggap sudah tidak mampu lagi melunasi piutangnya, maka yang dibebani adalah laporan laba/rugi yang terakhir padahal mung-kin saja piutang yang dihapus tersebut adalah piutang pada periode yang la-lu-lalu, selain itu akan ada kemung-kinan pembebanan kerugian piutang usaha yang tidak tertagih menjadi ter-lalu besar dan membebani laporan laba/rugi yang bersangkutan.

Adanya kerancuan informasi ini, akan berpengaruh terhadap pengam-bilan keputusan pihak manajemen yang menggunakan informasi laporan keuangan untuk pengembangan usa-ha dan juga bagi pemakai laporan ke-uangannya. Bila informasi yang di-sampaikan kemungkinan tidak benar, maka ada kemungkinan keputusan yang dihasilkan menjadi kurang tepat sehingga berakibat terhadap kelang-sungan usaha perusahaan.

Dari uraian di atas dapat disim-pulkan bahwa yang menjadi permasa-lahan adalah di perusahaan yang menjadi objek penelitian ini (CV Hana Sejati Group) perlakuan terhadap piu-tang usaha tidak sesuai dengan Stan-dar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, sehingga mengakibatkan laporan laba/rugi yang disajikan pe-rusahaan menjadi terlalu besar atau menjadi terlalu kecil. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penerapan akuntansi piutang usaha pada CV Hana Sejati Group Banjarmasin. 2. Analisa pengaruh yang ditimbulkan

oleh perlakuan akuntansi piutang usaha yang diterapkan oleh perus-ahaan terhadap laporan keuangan-nya dengan cara membandingkan laporan keuangan yang diuraikan hasil penelitian berdaarkan SAK. 3. Menampilkan laporan keuangan

yang sesuai dengan SAK yang ber-laku di tanah air.

(4)

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Piutang

Pengertian piutang menurut SAK Indonesia adalah “Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan”, (IAI, 1994:9.4). Berikut ini beberapa pengertian pi-utang usaha menurut beberapa ahli:

1. Piutang dagang (piutang usaha) menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh perusahaan (Baridwan, 1992: 136).

2. Piutang kepada langganan, yaitu yang berasal dari penjualan ba-rang dan jasa secara kredit. Grup ini biasanya disebut dengan piutang dagang (trade receivable) (Soetedjo, 1992:94).

Dari pengertian piutang dagang menurut para ahli dan IAI tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa piutang dagang adalah tagihan kepa-da pihak lain yang timbul akibat pen-jualan barang dan atau jasa secara kredit dalam rangka kegiatan normal perusahaan.

Jenis-jenis Piutang

Menurut PSAK, piutang dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Piutang usaha, meliputi piutang yang timbul karena penjualan pro-duk atau menyerahkan jasa da-lam rangka kegiatan usaha nor-mal perusahaan.

2. Piutang lain-lain, meliputi piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan normal perusahaan. 3. Piutang yang diperkuat dengan

promes disebut dengan wesel (IAI, 1994:9.4). Menurut Soetedjo (1992), piutang dapat diklasifikasi-kan menjadi:

a. Piutang wesel (notes receiv-able), yaitu piutang yang di-dukung oleh dokumen formil, sehingga penagihan lebih ter-jamin.

b. Piutang biasa (account re-ceivable), yaitu piutang yang tidak didukung oleh dokumen formil. Piutang ini diklasifi-kasikan lagi menjadi :

i. Piutang dagang (trade receivable), yaitu piutang yang timbul dari penjual-an barpenjual-ang atau jasa se-cara kredit.

ii. Piutang bukan dagang (non-trade receivable), yaitu tagihan yang timbul bukan dari kegiatan per-dagangan yang normal. iii. Piutang penghasilan (

ac-crued receivable), yaitu pendapatan yang terjadi, tetapi sampai akhir peri-ode, pendapatan terse-but belum diterima.

Pencatatan dan Pengakuan Piutang Dagang

Suatu piutang dagang, umumnya dicatat pada saat hak atas barang ter-sebut berpindah kepada pembeli. Piutang dagang dianggap sebagai hak perusahaan terhadap pihak lain se-bagai tagihan yang akan dimintakan pembayarannya. Piutang tidak boleh dicatat dan diakui sebagai penjualan apabila terhadap barang dagangan yang telah dikirimkan kepada pelang-gan, ternyata hak atas piutang terse-but masih ditahan oleh penjual.

Dalam transaksi penjualan ba-rang dagangan dikenal adanya syarat penjualan. Dalam kaitannya dengan adanya syarat penjualan tersebut ter-hadap pencatatan piutang dagang, Smith dan Skounsen (1994) menya-takan bahwa karena pemindahan hak itu dapat berbeda-beda menurut

(5)

syarat penjualan-nya, maks sudah merupakan praktek yang umum untuk mencatat piutang pada saat barang dikirimkan kepada pelanggan”, (Hairul Aswandi, 1995:50).

Penyajian Piutang dalam Laporan Keuangan Neraca

Dalam hubungannya dengan nilai bersih piutang yang dapat direal-isasikan, SAK menyatakan: “Piutang dinyatakan sebagai jumlah bruto tagi-han dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. Jumlah bru-to piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan un-tuk piutang yang diragukan atau tak-siran jumlah yang tidak dapat diteri-ma”, (IAI, 1994: 9.4)

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Pembentukan penyisihan piu-tang tak tertagih merupakan penerap-an dari prinsip konservatisme dalam menghadapi ketidakpastian peristiwa dengan menggunakan pertimbangan yang sehat dalam penyusunan lapor-an keulapor-anglapor-an. Dalam PSAK, dinya-takan “Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpas-tian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti tidak tertagihnya piutang,…. dst. Ketidakpastian semacam ini di-akui dengan mengungkapkan hakekat yang sehat dalam penyusunan lapor-an keulapor-anglapor-an. Pertimblapor-anglapor-an ylapor-ang se-hat mengandung unsur kese-hati-se-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga akti-va atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidakdinyatakan terlalu rendah”, (IAI, 1994:13).

Dasar-dasar untuk Menaksir Ke-mungkinan Tidak Tertagihnya Pi-utang

Ada dua alternatif pendekatan yang umumnya dipakai untuk

menen-tukan besarnya jumlah kerugian pi-utang dagang, yaitu:

1. Pendekatan Laba Rugi (Income Statement Approach). Dalam pen-dekatan ini, jumlah yang diper-kirakan tidak tertagih diambil dari persentase tertentu dari penjualan kredit bersih, sehingga semakin besar jumlah penjualan kredit se-makin besar pula kemungkinan piutang dagang yang mungkin ti-dak tertagih.

2. Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach), yaitu dilakukan dengan tiga cara:

a. Jumlah cadangan dinaikan sampai prosentase tertentu dari saldo piutang dagang. b. cadangan ditambah dengan

prosentase tertentu dari saldo piutang dagang.

c. cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan analisa umur piutang dagang.

Pengakuan Penghapusan Piutang Dagang pada saat Benar-benar Tid-ak Tertagih

Dalam praktiknya sering kita jumpai adanya pengakuan terhadap kerugian piutang dagang yang timbul dari penjualan kredit tidak berdasaran pada taksiran, melainkan berdasarkan pada jumlah yang sesungguhnya ter-jadi. Kerugian piutang dagang baru diakui pada saat diketahui bahwa piutang dagang benar-benar dinya-takan tidak tertagih dari debitur lang-sung yang selanjutnya piutang dagang tersebut dihapuskan. Pembebanannya pada rekening piutang dagang. Oleh karena itu metode ini disebut metode penghapusan langsung (direct write off of bad debt).

Dalam metode langsung ini, pe-rusahaan tidak mencoba untuk mem-bebankannya pada kerugian piutang dagang yang timbul sebagai biaya

(6)

yang dibebankan pada periode akun-tansi yang sesuai dengan piutang da-gang yang dihapus tersebut. Sehingga dalam penggunaan metode ini akan berakibat pada kurang telitinya dalam proses penentuan laba atau rugi peri-ode penghapusan piutang dagang langsung dilakukan dan tidak dapat menunjukkan jumlah piutang dagang yang diharapkan akan tertagih dalam neraca, karena hanya menunjukkan jumlah piutang bruto.

Penerimaan Kembali Piutang Da-gang yang Telah Dihapuskan

Perlakuan akuntansi terhadap pernyataan dan pembayaran yang a-kan diterima dari piutang dagang yang telah dihapuskan tergantung pada:

1. Metode pengakuan adanya keru-gian piutang dagang,

2. Kepastian tahun buku di mana a-kan diterima pelunasan atas pi-utang dagang yang sudah diha-puskan tersebut.

Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (1992:19) la-poran keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, meru-pakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi sela-ma setahun atau tahun buku yang bersangkutan.

Tujuan laporan Keuangan.

Standar Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan infor-masi yang menyangkut posisi keuang-an, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pe-makai dalam pengambilan keputusan (IAI, 2002:1).

Mengenai tujuan kualitatif dari laporan keuangan, Standar Akuntansi Keuangan juga memuatnya dalam bentuk karakteristik laporan

keu-angan. Karakteristik merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakainya.

Ada empat karakteristik kuali-tatif pokok laporan keuangan, yaitu :

1. Dapat Dipahami

Hal ini menyangkut bahwa infor-masi yang dipilih untuk disajikan bukan saja penting tapi juga ha-rus informasi yang dapat dime-ngerti oleh para pemakai laporan keuangan yang bersangkutan.

2. Relevan

Maksudnya adalah bahwa infor-masi yang dipilih merupakan in-formasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan keu-angan dalam proses pengambilan keputusan sehingga dapat digu-nakan untuk pengembangan pe-rusahaan yang sesuai dengan tujuannya.

3. Keandalan

Agar dapat bermanfaat maksimal. Informasi harus dapat diandalkan. Informasi yang memiliki kualitas dapat diandalkan adalah informa-si yang bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pe-makainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharus-nya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat Dibandingkan

Pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar peri-ode untuk dapat mengidentifikasi-kan kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transksi dan peristiwa lainnya yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan yang bersang-kutan. (IAI, 2002:1)

(7)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisa Kelemahan Perlakuan Akuntansi Piutang Dagang Per-usahaan

1. CV Hana Sejati Banjarmasin

Perlakuan akuntansi terhadap suatu pos laporan keuangan me-liputi beberapa hal, antara lain bukti-bukti transaksi yang berhu-bungan dengan pos tersebut yang digunakan sebagai dasar pen-catatan, pembuatan jurnal yang dilanjutkan dengan posting ke bu-ku besar dan bubu-ku pembantu masing-masing pos dan penyaj-iannya dalam bentuk laporan keuangan.

Demikian halnya dengan per-lakuan akuntansi piutang dagang yang meliputi penjualan kredit, jurnal pen-jualan, buku besar dan buku pembantu piutang dagang serta penyajiaannya dalam ben-tuk laporan keuangan.

Pada dasarnya perlakuan akuntansi piutang dagang pada CV Hana Sejati Banjarmasin hampir sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia. Terutama pencata-taannya ke buku besar dan buku pembantu piutang dagang sudah berdasrkan faktur penjualannya, pencatatan piutang dagang menggunakan jurnal penjualan yang kemudian di posting ke buku besar dan buku pembantu piutang dagangnya dan untuk pemba-yaran piutang dicatat ke dalam jurnal penerimaan kas.

Akan tetapi kelemahan perla-kuan akuntansi piutang dagang yang dijalankan perusahaan alah pada penyajian piutang da-gang pada neraca yang masih be-lum sesuai dengan SAK Indone-sia. Hal tersebut dapat dilihat

pa-da laporan keuangan posisi keu-angan atau laporan neraca. Piutang dagang disajikan sebesar nilai kotornya saja. Sedangkan menurut SAK Indonesia, piutang dagang dinyatakan sebesar jum-lah kotor (bruto) tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah piutang dagang yang tidak dapat ditagih.

Melihat hal tersebut, maka sudah selayaknya perlu untuk di-adakan suatu pengkajian kembali terhadap perlakuan dan penyajian piutang dagang pada CV Hana Sejati Banjarmasin agar laporan keuangan yang disajikan dapat disesuaikan dengan SAK.

Risiko kerugian piutang da-gang pada perusahaan dapat disebabkan karena beberapa fak-tor, antara lain pailit atau mening-galnya debitur yang dapat meng-akibatkan penjualan kredit belum terjamin pelunasannya. Karena adanya faktor waktu yang me-mungkinkan debitur tidak mampu membayar penuh seluruh utang-nya, ini merupakan akibat yang harus ditanggung perusahaan.

Melihat risiko tersebut, maka penyajian piutang dagang yang dilakukan oleh perusahaan perlu berdasarkan prinsip kenati-hatian (konservatif) sebagai suatu bagi-an dari pertimbbagi-angbagi-an ybagi-ang sehat dalam kondisi ketidak pastian penerimaan piutang dagang di masa yang akan datang. Berkait-an dengBerkait-an masalah ini, perlu di-taksir berapa jumlah piutang da-gang yang tidak dapat tertagih sbagai risiko atas penjualan se-cara kredit. Oleh karena itu, ca-dangan kerugian piutang dagang pada CV Hana Sejati Banjarmasin perlu dibentuk. Agar dapat me-nyajikan nilai piutang dagang yang wajar dan menghasilkan in-formasi yang dapat dipercaya

(8)

se-bagai bahan pertimbangan bagi pemakai laporan keuangannya.

2. PT Terang Jaya Banjarmasin

Pada dasarnya perlakuan akuntansi pada PT Terang Jaya Banjarmasin sama dengan perla-kuan akuntansi yang digunakan oleh CV Hana Sejati Banjarmasin. Oleh sebab itu dapat diperoleh kesimpulan yang sama, yaitu penyajian piutang dagang pada laporan keuangan neraca PT Te-rang Jaya Banjarmasin disajikan sesuai nilai brutonya tanpa diikuti perkiraan kontranya. Sehingga PT Terang Jaya Banjarmasin perlu melakukan koreksi penyajian akun piutang dagang pada laporan keuangan neraca dengan membentuk akun cadangan keru-gian piutang dagang. Dengan pe-nyajian yang sesuai dengan PSAK dapat dihasilkan informasi yang dapat diandalkan oleh pe-makai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan agar tu-juan perusahaan dapat terke-nang.

3. PT Alur jaya Banjarmasin.

Perlakuan yang sama akan dilakukan pada penyajian akun piutang dagang pada laporan ke-uangan PT Akur Jaya Banjarma-sin, karena melakukan hal yang sama dengan CV Hana Sejati Banjarmasin dan PT Terang Jaya Banjarmasin.

Penyajian Piutang dagang yang Disarankan

Berdasarkan permasalahan yang ada pada ketiga perusahaan ter-sebut, maka perlu diberikan telaah dengan berpedoman pada SAK dan landasan teoritis yang telah dikemu-kakan serta memberikan saran-saran

guna perbaikan penyajian piutang da-gang pada kaporan keuangan neraca. Karena ketiga perusahaan dimiliki dan dijalankan oleh orang yng sama dengan permasalahan yang sama pu-la, maka dalam telaah dan penyelesai-annya akan dilakukan secara bersa-ma-sama dan sekaligus sehingga ha-sil tulisan ini menjadi efektif dan efisien.

Dengan adanya ketidakpastian pelunasan piutang dagang di masa yang akan datang, mengekibatkan perlunya suatu estimasi terhadap ke-rugian yang mungkin terjadi. Jumlah kerugian yang ditaksir tersebut meru-pakan beban yang ditanggung oleh perusahaan dan harus di-matching -kan dengan penjualannya.

Sebagai jalan keluar dari kele-mahan tersebut, maka penyajian pi-utang dagang dalam laporan keuang-an harusnya bersifat konservatif. Un-tuk itu perlu dipilih alternatif penyajian akuntansi yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Konsekuensi dari prinsip kon-seravatif adalah piutang dagang pe-rusahaan yang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (nett reliazable value), hal ini sesuai de-ngan SAK di Indonesia.

Untuk mengadakan suatu peni-laian yang wajar terhadap kemung-kinan tidak tertagihnya piutang da-gang, maka penulis menggunakan metode penyisihan berdasarkan ana-lisis umur piutang dagang dengan landasan pemikiran agar dapat dil-akukan analisa secara benar dan te-pat langganan/pembeli mana saja yang sering melakukan keterlambatan pembayaran sehingga manajemen dapat melakukan perlakuan atau tin-dakan khusus terhadap langganan/ pembeli yang menunggak tersebut. Selain itu manajemen dapat melaku-kan optimalisasi penagihan kepada langganan/pembeli yang tepat di

(9)

ma-sa yang akan datang untuk mengu-rangi resiko kerugian piutang dagang yang tidak dapat direalisasikan.

Penentuan cukup memadainya jumlah taksiran kerugian piutang da-gang bukanlah suatu proses matema-tis saja, namun perlu juga memper-timbangkan faktor lainya seperti pen-galaman pembayaran oleh pelang-gan/pembeli di masa lalu, pengalaman pembayaran pelanggan/pembeli sete-lah ada tagihan dari perusahaan, ke-bijakan penagihan piutang dagang oleh perusahaan, tenaga kerja yang berhubungan dengan piutang, doku-mentasi dan kelengkapan catatan ser-ta bukti transaksi, bonafidiser-tas pelang-gan/pembeli dan lainnya yang diang-gap mempengaruhi penentuan jumlah taksiran kerugian piutang dagang yang dianggap wajar dan mendekati kebenaran.

Dengan metode tersebut di atas, penulis bersama-sama dengan pega-wai bagian administrasi dan keuangan perusahaan, mencoba merumuskan kelompok umur piutang dan persen-tase yang dianggap wajar sebagai sar penentuan kerugian piutang da-gang.

Berdasarkan analisa tersebut, maka piutang dagang disarankan un-tuk digolongkan ke dalam umur se-bagai berikut:

1. Belum jatuh tempo,

2. Sudah jatuh tempo (menunggak), dengan umur tunggakan sebagai berikut: a. Menunggak 1 – 30 hari, b. Menunggak 31 – 60 hari, c. Menunggak 61 – 90 hari, d. Menunggak 90 – 180 hari, e. Menunggak 180 - 360 hari, dan

f. Menunggak di atas 360 hari. Umur piutang tersebut dihitung dari tanggal faktur sampai dengan tanggal neraca, karena tanggal faktur merupakan tanggal yang disetujui

se-bagai tanggal penyerahan barang da-gangan.

Sementara itu, penentuan per-sentase yang digunakan sebagai da-sar untuk menaksir cadangan kerugi-an piutkerugi-ang dagkerugi-ang ykerugi-ang akkerugi-an diakui dan sajikan dilihat dari pengalaman perusahaan di masa yang lalu atas kemungkinan tertagih dan tidak ter-tagihnya piutang dagang. Berdasar-kan perhitungan persentase rata-rata persentase kemungkinan tak tertagih-nya piutang dagang perusahaan dapat ditentukan persentase kemungkinan tidak tertagih dan tidak tertagihnya piutang dagang pada CV Hana Group Banjarmasin dengan kesimpulan se-bagai berikut.

Tabel 1. Daftar Persentase Kemung-kinan Tertagih dan Tidak Tertagih Piutang Dagang CV Hana Sejati Group Banjarmasin Umur (Hari) Kemung-kinan Ter-tagih (%) Kemungkinan Tak Tertagih (%) 1-30 95 5 31-60 90 10 61- 90 80 20 91- 180 70 30 180-360 40 60 >360 0 100

Penyajian Akun Piutang Dagang untuk CV Hana Sejati Banjarmasin

Pada tahun 2006, karena perki-raan cadangan kerugian piutang da-gang belum ada, maka saldonya nol. Pada akhir tahun 2006, jum-lah keru-gian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp 59.623.500. Sedangkan untuk pi-utang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebe-sar Rp 1.680.000 menjadi saldo pi-utang dagang lewat waktu.

Untuk tahun 2007, saldo perkira-an cadperkira-angperkira-an kerugiperkira-an piutperkira-ang dagperkira-ang adalah sebesar Rp 61.303.500 se-dangkan jumlah cadangan kerugian

(10)

piutang dagang untuk tahun 2007 sebesar Rp 67.372.500, maka jumlah kerugian piutang dagang pada tahun 2007 yang dibebankan pada CV Hana Sejati Banjarmasin adalah sebe-sar Rp 6.069.000 (Rp 67.372.500 – Rp 61.303.500). Sedangkan untuk piu-tang dagang yang termasuk dalam ke-lompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 10.000.000 menjadi tambahan pa-da saldo piutang pa-dagang lewat waktu. Untuk tahun 2008, saldo perkira-an cadperkira-angperkira-an kerugiperkira-an piutperkira-ang dagperkira-ang adalah sebesar Rp 67.372.500 se-dangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp 57.790.000, maka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan ada-lah sebesar Rp –9.582.500 (Rp 57.790.0000 – Rp 67.372.500). Se-dangkan jumlah piutang dagang yang termasuk ke dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 2.500.000 menjadi tambahan saldo bagi reken-ing piutang dagang lewat waktu.

Berdasarkan perhitungan ca-dangan kerugian piutang dagang di atas dan adanya piutang dagang lewat waktu, maka disumsikan bahwa penyesuaian yang dilakukan adalah pada tanggal 31 Desember 2008, maka jurnal penyesuaiannya adalah: Kerugian piutang dagang Rp-9.582.500 - Cadangan kerugian piu-tang dagang - Rp-9.582.500 Piutang dagang lewat waktu Rp 2.500.000 - Piutang da-gang - Rp 2.500.000 Sedangkan untuk tahun 2006, dengan asumsi telah tutup buku, maka jurnal penyesuaiannya adalah: Laba ditahan Rp 61.303.500 - Cadangan kerugian piu-- Rp 61.303.500 tang dagang Piutang dagang lewat waktu Rp 1.680.000 - Piutang da-gang - Rp 1.680.000

Untuk tahun 2007, dengan a-sumsi yang sama, maka jurnal penye-suaiannya adalah sebagai berikut: Laba ditahan Rp 6.069.000 - Cadangan kerugian piu-tang dagang - Rp 6.069.000 Piutang dagang lewat waktu Rp 10.000.000 - Piutang da-gang - Rp 10.000.000

Penyajian yang Disarankan untuk PT Terang Jaya Banjarmasin

Pada tahun 2006, karena per-kiraan cadangan kerugian piutang da-gang belum ada, maka saldonya nol . Akhir tahun 2006, jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp 114.817.071,75. Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari adalah sebesar Rp 3.235.178 menjadi saldo piutang dagang lewat waktu.

Untuk tahun 2007, saldo perkira-an cadperkira-angperkira-an kerugiperkira-an piutperkira-ang dagperkira-ang adalah sebesar Rp 118.052.249,75, sedangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan untuk tahun 2007 adalah sebesar Rp 107.189.204,80, maka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan pada perusahaan tahun 2007 adalah Rp -7.627.866,95 (Rp107.189.204,80 – Rp 118.052.249,75). Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp11.313.612 menjadi tambahan pada saldo piutang dagang lewat waktu.

Untuk tahun 2008, saldo perkira-an cadperkira-angperkira-an kerugiperkira-an piutperkira-ang dagperkira-ang adalah sebesar Rp 107.189.204,80,

(11)

sedangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp 261.525.467,25, maka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan adalah sebesar Rp 154.336.262,45 (Rp 261.525.467,25 – Rp 107.189.204,80). Untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp11.313.612 menjadi saldo tambahan pada saldo piutang dagang lewat waktu.

Berdasarkan perhitungan ca-dangan kerugian piutang dagang di atas dan adanya piutang dagang le-wat waktu dan dengan asumsi bahwa penyesuaian yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2008, maka jurnal penyesuaian yang akan dilaku-kan adalah sebagai berikut:

Kerugian piutang dagang Rp154.336.262,45 - Cadangan kerugian piu-tang dagang - Rp154.336.262,45 Piutang dagang lewat waktu Rp 11.313.612 - Piutang da-gang - Rp 11.313.612 Untuk tahun 2006 dengan a-sumsi telah dilakukan tutup buku, ma-ka jurnal penyesuaiannya adalah se-bagai berikut: Laba ditahan Rp118.052.249,75 - Cadangan kerugian piu-tang dagang - Rp118.052.249,75 Piutang dagang lewat waktu Rp3.235.178 - Piutang da-gang - Rp3.235.178 Untuk tahun 2007, dengan asumsi yang sama dengan tahun 2006, maka jurnal penyesuaian yang digunakan adalah: Laba ditahan (Rp7.627.866,95) - Cadangan kerugian piu-- (Rp7.627.866,95) tang dagang Piutang dagang lewat waktu Rp11.313.612 - Piutang da-gang - Rp11.313.612

Penyajian yang Disarankan untuk PT Alur Jaya Banjarmasin

Pada tahun 2006, karena per-kiraan cadangan kerugian piutang da-gang belum ada, maka saldonya nol (kosong). Akhir tahun 2006, jumlah kerugian piutang dagang yang dibe-bankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp.21.382.507 Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari ada-lah sebesar Rp.602.490 menjadi saldo piutang dagang lewat waktu.

Untuk tahun 2007, saldo perkira-an cadperkira-angperkira-an kerugiperkira-an piutperkira-ang dagperkira-ang adalah sebesar Rp 21.984.997. Se-dangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang untuk tahun 2007 yang dibebankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp74.784.771,25, ma-ka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan di tahun 2007 adalah sebesar Rp52.779.774,25 (Rp74.784.771,25 – Rp118.052.249,75). Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebe-sar Rp 11.100.185 menjadi tambahan pada saldo piutang dagang lewat wak-tu.

Untuk tahun 2008, saldo per-kiraan cadangan kerugian piutang da-gang adalah sebesar Rp 74.784.771,25, sedangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp 106.165.454,40, maka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan adalah sebesar Rp31.380.683,15 dengan perincian (Rp106.165.454,40 – Rp74.784.771,25). Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 4.592.726

(12)

menjadi saldo tambahan pada saldo piutang dagang lewat waktu.

Berdasarkan perhitungan ca-dangan kerugian piutang dagang di atas dan adanya piutang dagang lewat waktu dan dengan asumsi bah-wa penyesuaian yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2008, maka jurnal penyesuaian yang akan dilaku-kan adalah sebagai berikut:

Kerugian piutang dagang Rp31.380.683,15 - Cadangan kerugian piu-tang dagang - Rp31.380.683,15 Piutang dagang lewat waktu Rp4.592.726 - Piutang da-gang - Rp4.592.726 Untuk tahun 2006 dengan asumsi telah dilakukan tutup buku, maka jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut: Laba ditahan Rp21.984.997 - Cadangan kerugian piutang da-gang - Rp21.984.997 Piutang dagang lewat waktu Rp602.490 - Piutang da-gang - Rp602.490 Untuk tahun 2007, dengan a-sumsi yang sama dengan tahun 2006, maka jurnal penyesuaian yang digu-nakan adalah: Laba ditahan Rp52.799.774,25 - Cadangan kerugian piutang da-gang - Rp52.799.774,25 Piutang dagang lewat waktu Rp11.100.185 - Piutang da-gang - Rp.11.100.185 PENUTUP Kesimpulan

Kesimpulan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut.

1. Piutang dagang yang ada di pe-rusahaan dikelola langsung oleh bagian penjualan dan pemasaran dan dilaksanakan oleh satu orang saja.

2. Dokumentasi perusahaan sangat baik, termasuk yang berhubungan dengan piutang dagang, sehingga penulis dapat mengidentifikasikan umur piutang dengan tepat. 3. Perusahaan telah melakukan

kon-firmasi piutang kepada setiap pelanggan untuk memastikan jumlah piutang dagang yang akan digunakan dalam tulisan ini. 4. Sistem akuntansi piutang dagang

sudah dicatat dengan baik. Pen-catatan di jurnal, posting ke buku besar dan buku pembantu dil-akukan bagian akuntansi ber-dasarkan faktur penjualan.

5. Catatan akuntansi yang diguna-kan dan berhubungan dengan pi-utang dagang adalah jurnal pen-jualan penjualan, penerimaan kas, buku besar piutang dagang dan buku pembantu piutang da-gang.

6. Perusahaan menyajikan piutang dagang dalam jumlah bruto dan tidak menyajikan resiko kemung-kinan tidak tertagih.

7. Informasi yang disampaikan tidak tepat waktu dan tidak tepat angka karena laporan keuangan kan perperusahaan, bukan disaji-kan secara konsolidasi.

Saran

Saran-saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Agar laporan keuangan yang di-sajikan perusahaan layak dan wa-jar, maka perusahaan harus

(13)

disa-jikan tepat waktu dan sesuai de-ngan SAK agar berguna dan da-pat memberikan informasi yang tepat.

2. Laporan keuangan dapat disaji-kan secara konsolidasi agar la-poran keuangan dapat menyam-paikan informasi secara kompre-hensif dan menyeluruh sehingga pemakai laporan keuangan dapat gambaran yang lebih jelas ten-tang harta, uten-tang dan hasil usaha-nya dari semua perusahaanusaha-nya. 3. Agar laporan keuangan yang

disajikan oleh perusahaan dapat disajikan dengan wajar, maka pe-rusahaan harus memperlakukan piutang dagang dengan mengacu pada SAK di Indonesia.

4. Untuk itu perusahaan perlu mem-buat perkiraan cadangan kerugian piutang dagang sebagai rekening kontra piutang dagang yang nant-inya mengeliminir piutang dagang yang tidak tertagih.

5. Perusahaan perlu memperhitung-kan biaya kerugian piutang da-gang yang tidak dapat tertagih se-tiap akhir periode.

6. Dalam kasus CV Hana Sejati Group, penulis menyarankan agar perusahaan menggunakan anali-sa umur piutang dagang, di mana piutang dagang digolongkan da-lam kelompok umur piutang dan ditentukan persentase taksiran kerugiannya sesuai dengan umur piutang yang telah ditentukan berdasarkan pengalaman penagi-han piutang dagang perusahaan selama ini.

7. Berdasarkan analisa perlakuan akuntansi terhadap piutang da-gang tersebut, perusahaan dapat menentukan perusahaan mana saja yang mempunyai tunggakan piutang yang banyak sehingga dapat ditentukan strategi yang

bagaimana untuk menyelesaikan tunggakan tersebut.

8. Sebagai implementasi dari opti-malisasi penanganan tunggakan piutang dagang dari langganan dapat di tambah personil khusus yang mengelola piutang dagang dengan tugas mencatat tunggak-an piuttunggak-ang dagtunggak-ang dtunggak-an mengirim-kan tagihan secara periodik serta menentukan pembayaran pelang-gan tersebut merupakan pemba-yaran atas tunggakan atau piu-tang dagang yang baru, sehingga tunggakan piutang tidak menum-puk dan tidak berumur terlalu la-ma yang akan membebani reken-ing piutang dagang di neraca. 9. Penyajian piutang dagang di

neraca tahiun 2008 yang sesuai dengan Standar Akuntansi Kei-angan bagi CV Hana Sejati Ban-jarmasin adalah sebagai berikut.

Piutang dagang Rp 766.130.000

Cadangan keru-gian piutang

da-gang (Rp 57.790.000)

Nilai buku piutang

dagang Rp 708.340.000

10. Penyajian piutang dagang di neraca tahiun 2008 yang sesuai dengan SAK bagi PT Terang Jaya Banjarmasin adalah sebagai beri-kut.

Piutang dagang Rp 3.500.791.275

Cadangan keru-gian piutang

da-gang (Rp 261.525.468)

Nilai buku

piu-tang dagang Rp 3.239.265.808

11. Penyajian piutang dagang di ne-raca tahun 2008 yang sesuai de-ngan SAK bagi PT Alur Jaya Ban-jarmasin adalah sebagai berikut.

Piutang dagang Rp 1.417.204.599

Cadangan keru-gian piutang da-gang

(Rp 106.165.454)

Nilai buku piu-tang dagang

(14)

12. Karena ketiga perusahaan dimiliki dan dijalankan oleh orang-orang yang sama, maka dapat dikata-kan sebagai suatu group perus-ahaan sehingga laporan keuang-an dapat disajikkeuang-an lebih sederha-na dan tepat waktu dengan pen-yajian laporan keuangan dengan system konsolidasi agat informa-sinya lebih lengkap dan kompre-hensif.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 1980. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE. Ikatan Akuntan Indonesia. 1984. Prin-sip Akuntansi Indonesia. Raja-wali.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994. Standar Akuntansi Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Smith, J.M., & K.F. Skousen. 1994. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga.

Soetedjo, Soegeng. 1983. Akuntansi Intermediate. Surabaya: Airlang-ga University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dengan selesainya laporan tugas akhir ini maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu

Alamat Lokasi kegiatan : Desa Batujajar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor d... NO NAMA PERUSAHAAN

Hal ini sesuai dengan hasil studi yang dilakukan oleh (Lingga et al., 2020), bahwa tampilan animasi dapat menembus ruang waktu, artinya antara penyaji dan

Dari contoh penerapan yang disajikan tergambar bahwa atribut merek X yang perlu dikembangkan adalah: mudah dibawa-bawa, harga terjangkau, tersedia cfimana-mana,

Seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang positif (baik) akan memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja auditor dengan ditunjukkan dari cerminan sikap

Berdasarkan uraian diatas dapat disim- pulkan bahwa kedua perlakuan dapat digunakan untuk menurunkan disabilitas pada pasien dengan kasus OA lutut serta terdapat

a) Kelompok Maseral Vitrinite umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat kayu dan maseral ini sebagai bahan pembentu utama suatu batubara.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN