• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN FAKTOR RISIKO EKSTRINSIK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA KOTA PADANG TAHUN 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN FAKTOR RISIKO EKSTRINSIK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA KOTA PADANG TAHUN 2014."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS ANDALAS

PERANAN FAKTOR RISIKO EKSTRINSIK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

LUBUK BUAYA KOTA PADANG TAHUN 2014

Oleh :

YONRA FASIRELA No. BP. 1010333007

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

i FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, 14 Juli 2014

YONRA FASIRELA, No. BP 1010333007

PERANAN FAKTOR RISIKO EKSTRINSIK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA KOTA PADANG TAHUN 2014

xi +76 halaman, 19 tabel, 3 gambar, 9 lampiran ABSTRAK Tujuan

Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan menjadi salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia. Prevalensi pneumonia tertinggi di Kota Padang berada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan faktor risiko ektrinsik terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2014.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case control. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita menderita penyakit pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Sampel terdiri dari 46 kasus dan 46 kontrol dengan matching umur dan jenis kelamin. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik systematic random sampling. Data diolah dengan menggunakan analisis case control berpasangan dengan uji statistik Mc Nemar, dan multivariat menggunakan uji statistik Regresi Logistik dengan derajat kepercayaan 95%.

Hasil

Dari hasil uji statistik diperoleh hasil terdapat hubungan yang bermakna kepadatan hunian kamar (p=0,00039; OR=6,66; CI=1,98-22,435), status ekonomi (p=0,00027; OR= 12,25; CI=1,98-113,55), dan kondisi ventilasi kamar (p=0,041; OR=2,42; CI=1,007-5,856) terhadap kejadian pneumonia pada balita. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paparan asap rokok (p=0,200), pengetahuan ibu (p=0,647) terhadap kejadian pneumonia pada balita.

Kesimpulan

Faktor risiko ekstrinsik berperan terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2013. Untuk itu, disarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan khususnya tentang kepadatan hunian kamar terutama untuk pencegahan penyakit pneumonia. Daftar Pustaka : 39 (1999-2013)

(3)

ii FACULTY OF PUBLIC HEALTH ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduate Thesis, July 14th 2014

YONRA FASIRELA, No. BP 1010333007

EXTRINSIC RISK FACTORS ROLE TO PNEUMONIA ON UNDER-FIVE CHILDREN AT WORK AREA OF LUBUK BUAYA PUBLIC HEALTH CENTER PADANG CITY IN 2014

xi + 76 pages, 19 tables, 3 pictures, 9 appendices ABSTRACT Objective

Pneumonia is an infectious disease that attacks the lungs can be known by a cough accompanied by rapid breathing and became one of the main causes death under-five children in Indonesia. The highest prevalence of pneumonia in Padang city in the working area of Lubuk Buaya Public Health Center. Therefore, the purpose of this study was to determine the extrinsic risk factors role on the incidence of pneumonia children under five in working area of Lubuk Buaya Public Health Center Padang City in 2014.

Method

It was an observational research using case control study. The population in this study were mothers with children under five suffering pneumonia at working area of Lubuk Buaya Public Health Center. Sample on the research consist of 46 cases and 46 controls with matching age and sex. The sample taken by systematic random sampling. The data were processed using the analysis of case-control pairs with statistical Mc Nemar test, and multivariate regression logistic using a statistical test with a 95% confidence level.

Result

The results showed occupancy density (p=0.00039; OR=6.66: CI=1.98-22.435), economic status (p=0.00027; OR=12.25; CI=1.98-113.55), and the condition of the room ventilation (p=0.041; OR=2.42; CI=1.007-5.856) on the incidence of pneumonia under five children. There was unsignificant association between secondhand smoke exposure (p = 0.200), knowledge of mothers (p = 0.647) and the incidence of pneumonia under-five children.

Conclusion

Extrinsic risk factors contribute to pneumonia incidence in children under-five at working area of Lubuk Buaya Public Health Center Padang City in 2013. Therefore, recommended to health workers to improve counseling activities, especially about the occupancy density, especially for the prevention of pneumonia.

References : 39 (1999-2013)

(4)

1

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa, dan pada orang usia lanjut. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut broncho pneumonia).(1)

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada anak yang serius dan merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling banyak meyebabkan kematian pada balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia dan 30% dari seluruh kematian yang terjadi.(2)

WHO (World Health Organization) memperkirakan kejadian (insidens) pneumonia di negara yang mempunyai angka kematian bayi diatas 40 per 1.000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% per tahun pada golongan usia balita. Di dunia diperkirakan 9 juta total kematian balita setiap tahunnya, lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia (1 balita/15 detik). Diantara 5 kematian balita, 1 diantaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan menurut Unicef/WHO, pneumonia merupakan The forgotten Killer of Children atau pembunuh balita yang terlupakan karena kurangnya perhatian terhadap penyakit ini.(3)

(5)

2

kurang dari 5 tahun: India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta), sedangkan Bangladesh, Indonesia dan Nigeria (masing-masing 6 juta).(4)

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemapuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut maka masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa.(5)

Saat ini pneumonia masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia. Angka kematian pneumonia balita secara nasional berdasarkan hasil survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di 10 propinsi tahun 2005, tampak bahwa pneumonia masih merupakan penyebab kematian tertinggi pada balita yaitu sebesar 22,5%.(6)Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan prevalensi nasional Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu sebesar 25 %, dan terjadi peningkatan prevalensi pneumonia 11,2% pada tahun 2007 menjadi 18,5% pada tahun 2013. Insiden tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7%).(7)

(6)

3

kondisi jendela dan penggunaan obat nyamuk dengan kejadian pneumonia pada balita.(8)

Penelitian Yuwono (2008) yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kawungaten Kabupaten Cilacap menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai (p = 0,001; OR = 3,9; CI 95%), kondisi dinding rumah (p = 0,013; OR = 2,9; CI 95%), luas ventilasi rumah (p = 0,001; OR = 6,3; CI 95%), tingkat kepadatan hunian (p = 0,028; OR = 2,7; CI 95%), tingkat kelembapan (p = 0,019; OR = 2,8; CI 95%), penggunaan jenis bahan bakar kayu (p = 0,011; OR = 2,8; CI 95%), dan kebiasaan anggota keluarga responden yang merokok (p = 0,022; OR = 2,7; CI 95%) dengan kejadia pneumonia pada balita. Keadaan ekstrinsik sangat penting kaitannya dengan kejadian pneumonia pada balita. Hal ini dikarenakan keadaan ekstrinsik balita dapat mempengaruhi daya tahan tubuh balita dalam menghadapi paparan penyebab penyakit Pneumonia.(9)

Menurut Riskesdas (2013), Cakupan penemuan pneumonia di seluruh kabupaten atau kota di Provinsi Sumatera Barat masih dibawah target nasional yaitu dibawah 80%. Menurut Riskesdas, penyebab kematian balita karena pneumonia merupakan penyebab no. 2 dari seluruh kematian balita. Provinsi Sumatera Barat prevalensi pneumonia pada balita yaitu 10,2%.(7)

(7)

4

Faktor risiko kejadian pneumonia balita berdasarkan konsep the triangle model of infection meliputi faktor agent, penjamu dan kondisi lingkungan. Terjadinya gangguan keseimbangan salah satu komponen, merupakan penyebab terjadinya pneumonia.(11)

Menurut Budiarto E (2002), penyakit dapat ditimbulkan dari adanya interaksi tiga unsur yaitu agent, host, dan environment. Faktor agent adalah faktor penyebab penyakit baik itu unsur hidup maupun mati dalam jumlah yang berlebih atau berkurang, antara lain virus, bakteri, jamur dan obat-obatan. Faktor host adalah keadaan yang terjadi pada manusia sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit atau yang disebut faktor intrinsik. Faktor environment adalah kondisi atau pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit.(12)

Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia terbagi atas faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah (BBLR), status imunisasi, pemberian air susu ibu (ASI), dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tingal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, asap rokok, penggunaan bahan bakar, penggunaan obat nyamuk bakar, serta faktor ibu baik pendidikan, umur, maupun pengetahuan ibu (Depkes RI, 2005).(13)

(8)

5

1.2 Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan uraian latar belakang diatas, dapat memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu “Apakah ada peranan faktor risiko ekstrinsik terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2014?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui peranan faktor risiko ekstrinsik terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui peranan paparan asap rokok terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2014. 2. Mengetahui peranan pengetahuan ibu terhadap kejadian pneumonia pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2014. 3. Mengetahui peranan kepadatan hunian rumah terhadap kejadian pneumonia

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2014.

4. Mengetahui peranan status ekonomi keluarga terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2014.

(9)

6

6. Mengetahui faktor risiko yang paling dominan berperan terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan bagi para akademisi. Disamping itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengelola program pemberantasan penyakit menular (P2M) khususnya pneumonia yang terjadi pada kelompok umur balita, sehingga pengambil keputusan dapat menyusun rencana strategis yang tepat.

2. Bagi penulis merupakan suatu media dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah wawasan pengetahuan.

3. Sebagai masukan dan tambahan ilmu bagi masyarakat mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia guna untuk dapat mencegah terjadinya pneumonia pada balita.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(10)

7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika firman Allah dalam surah at-Taubah ayat 24 diturunkan (Katakanlah, 'jika ayah-ayah, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan

The approach consists of two steps: iris feature extraction using Gabor filtering with optimal parameters and quantization with separated preliminary optimized fragility

Although you may not be too interested in what the member’s profile page looks like, you also get details on the user’s time zone setting, the number of status messages that user

1) Mathematics as a changing body of knowledge. Pandangan ini berfokus pada pendapat bahwa matematika adalah pengetahuan yang dinamis dan senantiasa berkembang. Perubahan

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

Metode penelitian yang dilakukan melalui survey kuesioner dengan target responden adalah pihak owner dan kon- traktor pelaksanaan proyek konstruksi bencana alam dan

Grobogan, ternyata guru secara konvensional masih menggunakan metode ceramah sebagai inti pembelajaran dan pembelajaran pun masih terpusat pada guru (teacher center). Hal

Saya tidak pernah mencari tahu informasi tentang