• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupate"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Project Based Learning

Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013 menyebutkan bahwa karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) atau berbasis pemecahan masalah/proyek (problem based learning/project based learning). Sehingga penerapan model Project Based Learning pun sesuai dengan kurikulum 2013 yang sekarang menjadi acuan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Waras Kamdi (2008: 7) mengemukakan bahwa Project Based Learning merupakan proyek yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi. Sependapat dengan Waras, Warsono & Hariyanto (2013: 153) mengemukakan Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang, melakukan pemecahan masalah, melaksanakan pengambilan keputusan dan kegiatan penyelidikan sendiri.

Pendapat tersebut juga didukung oleh Lucky (2015: 115) yang mendefinisikan Project Based Learning sebagai model pembelajaran di mana siswa menjadi pusat kegiatan pembelajaran, mereka juga mendapatkan tanggung jawab sosial dalam kelompok dan mereka memperoleh pengetahuan ilmiah. Telah diamati dalam banyak studi bahwa hasil belajar yang berhasil diperoleh dengan praktek pembelajaran berbasis proyek.

(2)

tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, atau presentasi.

Dalam implementasi model Project Based Learning sendiri menerapkan suatu pendekatan yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik ini muncul karena model Project Based Learning selaras dengan kurikulum 2013, dimana di dalam kurikulum 2013 ini terdapat pendekatan tersebut yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum itu sendiri. Hosnan (2014: 34) mengemukakan bahwa implementasi Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai tehnik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Tidak jauh berbeda, Asih Wulandari (2015: 143) berpendapat bahwa pendekatan saintifik adalah suatu jalan yang ditempuh guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan memberi pengalaman langsung pada siswa melalui kegiatan observasi, menanya, mengumpulkan informasi, mencoba, menganalisis, menalar, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik diberi pengalaman langsung melalui tahapan-tahapan mengamati/kegiatan observasi, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/menganalisis/menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

(3)

banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja serta diarahkan untuk melatih berpikir analitis (siswa diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal saja).

2.1.1.1 Proses Pembelajaran dengan Model Project Based Learning

Dalam Project Based Learning, proses pembelajarannya berpusat pada siswa (student centered) dan guru berperan sebagai fasilitator dimana harus memberikan bimbingan serta guru juga memonitoring kegiatan siswa dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning menurut Sabar Nurohman (2007: 10) terdiri dari:

1. Menentukan proyek

Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik proyek yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata.

2. Merencanakan proyek

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek/ rencana kegiatan mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam rencana kegiatan itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek/ rencana kegiatan tersebut.

3. Menyusun jadwal aktivitas

(4)

proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.

4. Mengawasi jalannya proyek (monitoring)

Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok. 5. Penilaian terhadap hasil proyek

Siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan hasil proyeknya atau rencana kegiatanya di depan kelompok lain secara bergantian.

6. Evaluasi

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan.

Model Project Based Learning digunakan untuk melibatkan peserta didik pada obyek nyata secara optimal dalam proses pembelajaran. Keterlibatan fisik,

pikiran dan mental peserta ini akan mampu mendorong motivasi belajar,

keterampilan mengambil keputusan, dan melatih berpikir kritis dan kerja inovatif

dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.

2.1.1.2 Keuntungan dan Kekurangan Model Project Based Learning

(5)

1) Increased Motivation

Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tengang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.

2) Increased Problem-Solving Ability

Lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang bersifat kompleks.

3) Improved Library Research Skills

Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.

4) Increased Collaboration

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

5) Increased Resource-Management Skills

Dapat memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model Project Based Learning dapat meningkatkan motivasi siswa dengan kata lain siswa semakin tekun dan berusaha keras untuk menyelesaikan proyek yang diberikan oleh guru. Disamping itu, model ini mampu mendorong dan membimbing siswa untuk dapat berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah, kreatifitas siswa pun semakin berkembang didukung oleh rasa keingintahuan siswa untuk mendapatkan informasi lebih. Penerapan model Project Based Learning dapat mendorong dan mengerahkan siswa bekerja atau berdiskusi dengan temannya dalam memecahkan masalah.

(6)

Ngalimun (2013: 197) mengemukakan bahwa kekurangan model pembelajaran berbasis proyek yaitu:

1) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.

2) Banyak peralatan dan banyak biaya yang harus disediakan.

2.1.2 Hakikat Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan bagian bagian dari domin kognitif dalam pembelajaran. Menurut Wahyudi dan Kriswadani (2010: 53) keterampilan proses merupakan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada penelitian siswa secara aktif dan kreatif dalam memperoleh hasil belajar. Hasil belajar yg diperoleh siswa tidak terbatas pada aspek pengetahuan saja melainkan bagaimana proses mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat terpenuhi.

Namun berbeda dengan pendapat Umi Faizah (2015: 29) yang menyatakan bahwa keterampilan proses dengan pendekatan saintifik memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menemukan dan mengkonstruksi sendiri pemahaman ide dan konsep pembelajaran tematik.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses merupakan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada penelitian siswa secara aktif dan kreatif sehingga siswa dapat menemukan dan mengkontruksi sendiri pemahaman ide dan konsep pembelajaran tematik.

Menurut Umi Faizah (2015: 28), pemilihan pendekatan saintifik sejalan dengan keterampilan proses pembelajaran yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam mengamati/observasi, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/menganalisis/menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sehingga aspek keterampilan proses yang dikembangkan untuk siswa SD terdiri dari:

1) Mengamati/ Observasi

(7)

didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2) Menanya

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Salah satu fungsi kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik mengharapkan siswa menjadi siswa yang aktif, untuk menghasilkan siswa yang aktif seorang guru harus mampu merangsang keaktifan siswa itu sendiri. Jika siswa mampu menangkap rangsangan dari guru tentu siswa akan merespon sebuah materi yang disampaikan guru dengan pertanyaan atau pernyataan.

3) Mencoba/ Mengumpulkan Informasi

(8)

Dalam Permendikbud Nomor 81A tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi yang dilakukan melalui eksperimen/ kegiatan mencoba dapat menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna dan pengalaman belajar sepanjang hayat.

4) Menalar/ Menganalisis/ Menyimpulkan

Kegiatan “menalar/ menganalisis/ menyimpulkan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81 A (2013: 44), adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan informasi/mencoba maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan menanya. Kegiatan menalar/menganalisis dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan (Kemendikbud, 2013).

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

(9)

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Dick dan Reiser yang dikutip oleh Sumarno (2011: 176) mengemukakan pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat jenis, yaitu: (1) pengetahuan, (2) keterampilan intelektual, (3) keterampilan motor, dan (4) sikap. Sedangkan hasil belajar siswa menurut Sudjana (2011: 3) adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Tidak jauh berbeda dengan Sudjana, Rumini (2016) menyatakan bahwa hasil belajar adalah total skor dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dicapai melalui proses belajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh siswa melalui proses belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.

Menurut Sudjana (2011:3), penilaian hasil belajar penting dilakukan karena berfungsi sebagai: (a) alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. (b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. (c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Sejalan dengan fungsi penilaian di atas maka tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk :

a) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.

b) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah, dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

(10)

dicapainya hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program pembelajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut.

d) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.

2.1.3.1 Pemetaan Model Project Based Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sintak model Project Based Learning yang terdiri dari: 1) Menentukan proyek, 2) Merencanakan proyek, 3) Menyusun jadwal untuk menyelesaikan proyek, 4) Mengawasi jalannya proyek/monitoring, 5) Penilaian terhadap hasil proyek, dan 6) Evaluasi, kemudian sintak itu diintegrasikan dengan aspek-aspek pada keterampilan proses (mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan). Pengintegrasian tersebut diharapkan akan relevan dengan keterampilan proses yang terdapat dalam pembelajaran tematik tema Lingkungan Sahabat Kita. Pengintegrasian antara langkah-langkah model Project Based Learning (PjBL) dan keterampilan proses dibuat dalam sebuah tabel pemetaan seperti di bawah ini.

Tabel 2.1

Pemetaan Keterampilan Proses Dengan Model Project Based Learning

N o

Keterampilan Proses Menga

mati Menanya Mencoba Menalar

(11)

4

Mengawasi jalannya proyek/monitor ing

√ √ √ √ -

5

Penilaian terhadap hasil proyek

- - - - √

6 Evaluasi - - - - √

Dari Tabel 2.1 dapat dijelaskan bahwa kegiatan menentukan proyek dalam sintak Project Based Learning sejalan dengan aspek mengamati dan menanya dalam keterampilan proses. Kegiatan merencanakan proyek dan menyusun jadwal penyelesaian proyek merupakan kegiatan yang relevan dengan aspek menanya, menalar, dan mencoba. Kegiatan mengawasi/monitoring jalannya proyek juga relevan dengan aspek mengamati, menanya, menalar, dan mencoba. Aktivitas menilai hasil dan mengevaluasi kegiatan proyek sejalan dengan aspek mengkomunikasikan dalam keterampilan proses.

2.1.4 Tema Lingkungan Sahabat Kita

Tema disini yaitu pokok pikiran atau gagasan yang menjadi pokok pembicaraan (Ibnu Hajar, 2013: 78). Sedangkan menurut Kunandar (2007: 311), tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Sehingga dapat dianalogikan tema merupakan sebuah payung yang darinya menyebar berbagai mata pelajaran yang lalu diintegrasi menjadi satu kepaduan. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.

(12)

Pembelajaran tematik terpadu/integratif yang diajarkan berdasarkan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014) mempunyai beberapa tahapan yaitu: 1) guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun, 2) guru melakukan analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan pelajaran, 3) guru membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indikator dengan tema, 4) membuat jaringan KD, indikator, 5) menyusun silabus tematik, 6) menyusun Rencana Pembelajaran Tematik Terpadu dengan menerapkan pendekatan saintifik.

Pada tema Lingkungan Sahabat Kita mencakup beberapa subtema antara lain: 1) Manusia dan Lingkungan, 2) Perubahan Lingkungan, 3) Usaha Pelestarian Lingkungan dan 4) Kegiatan Berbasis Proyek dan Literasi. Sedangkan dalam penelitian ini akan lebih berfokus pada subtema Manusia dan Lingkungan serta subtema Usaha Pelesterain Lingkungan. Cakupan KD (Kompetensi Dasar) pada subtema Manusia dan Lingkungan serta Usaha Pelesterain Lingkungan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1

(13)

Gambar 2.2

Pemetaan KD Subtema Usaha Pelesterain Lingkungan

Sumber: Buku Guru SD/MI Kelas 5 Tema Lingkungan Sahabat Kita

2.2 Penelitian yang Relevan

(14)

40%(6 siswa), pada siklus 1 persentase meningkat menjadi 60%(9 siswa) dan pada siklus 2 persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 73,33%(11 siswa). Sedangkan untuk muatan IPA kondisi awal persentase pencapaian kriteria ketuntasan minimal(KKM) sebesar 46,67%,(7 siswa) pada siklus 1 persentase meningkat menjadi 60%(9 siswa) dan pada siklus 2 persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 80% (12 siswa).

Hasil penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Ratna Malawati (2016) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Dengan Model Project Based Learning Berbasis Pelatihan Dalam Pembelajaran Fisika”. Pada siklus I diberikan penekanan perlakuan dengan adanya pelatihan pada fase pertama hingga ketiga dalam model Project Based Learning, sedangkan pada siklus II diberikan tambahan perlakuan dengan menekankan diskusi bersifat kolaborasi dalam mencapai hasil produk terbaik untuk setiap kelompok. Hasil analisis data menunjukkan ada peningkatan Kemampuan berpikir Mahasiswa pada ranah kognitif dan Keterampilan Proses Sains pada ranah psikomotor. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Project Based Learning meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar mahasiswa.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Cut Zaitun Umara, Cut Nurmaliah, dan Khairil (2016) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di SMP”, menyatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan peningkatan nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa kelas pembelajaran berbasis proyek adalah 51.86 (tinggi) dan kelas konvensional adalah 38.02 (sedang). Hasil t-test diperoleh nilai t hitung sebesar 2.680 dan nilai ttabel sebesar 2.021, sehinggathitung>darittabel. Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMPN 8 Banda Aceh.

(15)

Sains dan Kreativitas”, menyatakan bahwa hasil penelitian pengembangan adalah: (1) perangkat pembelajaran biologi dengan model PjBL yang layak digunakan dalam pembelajaran biologi; dan (2) perangkat pembelajaran biologi dengan model PjBL yang efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan kreativitas siswa pada aspek berpikir kreatif siswa kelas X SMAN 8 Yogyakarta.

Selanjutnya penelitian dari Rina Dwi Rezeki (2015) dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Disertai Dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Redoks Kelas X-3 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013/2014”, hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan model PjBL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif ketuntasan siswa dari 41,67% pada siklus I menjadi 77,78% pada siklus II dan aspek afektif dari 58,33% pada siklus I menjadi 80, 55% pada siklus II sedangkan pada aktivitas belajar siswa dari 77,78% pada siklus I menjadi 83,33% pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Project Based Learning meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa kelas X-3 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013/2014.

(16)

disimpulkan bahwa penerapan model Project Based Learning meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI pada mata diklat RAB di SMK Negeri 1 Kediri.

Diperkuat dengan penelitian dari Utari Oktadifani (2016) dengan judul “Pengaruh Model Project Based Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA”, yang menyatakan bahwa hasil dari penelitian ini adalah: (1) rata-rata keterampilan proses sains persentase siswa untuk kelas eksperimen dari KBM I dan II adalah 85,09%, (2) data hasil prestasi siswa oleh menggunakan Independent Sample T-Test adalah H1 diterima, H0 ditolak, artinya prestasi siswa setelah belajar fisika menggunakan proyek berbasis model pembelajaran lebih baik dari prestasi siswa setelah belajar fisika menggunakan model yang biasa di SMA. Penelitiannya bisa menyimpulkan bahwa: keterampilan proses sains siswa selama mengajar dan proses pembelajaran diklasifikasikan ke dalam kriteria sangat baik dan siswa prestasi setelah belajar fisika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek lebih baik dari prestasi siswa setelah belajar fisika menggunakan yang biasa model di SMA.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kec. Purwodadi Kab. Grobogan, ternyata guru secara konvensional masih menggunakan metode ceramah sebagai inti pembelajaran dan pembelajaran pun masih terpusat pada guru (teacher center). Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang berminat dan cepat bosan ketika mengikuti pembelajaran. Serta guru yang lebih mendominasi proses belajar mengajar juga mengakibatkan siswa menjadi pasif selama proses tersebut berlangsung. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa tidak dapat memahami materi dengan baik sehingga menyebabkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa, maka guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan metode pembelajaran yang menarik dan student center.

(17)

model yang sesuai dengan pendekatan saintifik itu adalah model Project Based Learning. Dalam model Project Based Learning itu nantinya siswa secara berkelompok/individu akan diberikan tugas dalam bentuk kerja proyek. Dimana dalam kerja proyek itu nanti siswa akan melakukan kegiatan sesuai dengan sintak model Project Based Learning yaitu: 1) Menentukan proyek, 2) Merencanakan proyek, 3) Menyusun jadwal untuk menyelesaikan proyek, 4) Mengawasi jalannya proyek/monitoring, 5) Penilaian terhadap hasil proyek, dan 6) Evaluasi. Dimana hasil akhir dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, dan presentasi.

(18)

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Gambar

Pemetaan Keterampilan Proses Dengan Model Tabel 2.1 Project Based Learning
Gambar 2.1
Gambar 2.2 Pemetaan KD Subtema Usaha Pelesterain Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di perumahan Dusun Parimono Desa PlandiKecamatan Jombang Kabupaten Jombang dan pengujian bakteri Escherichia coli pada air PDAM siap minum

Bahasan: Reformasi ketatanegaraan yang dilakukan oleh pemerintah pada lembaga tertinggi negara bertujuan menegakkan kembali demokrasi yang bertumpu pada rakyat, yaitu rakyat tidak

Cabe jawa atau cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fito - farmaka yang penting baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan

kelompok hampir seluruh responden memiliki sikap positif sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok di

(3) Pembebanan pada bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dianalisis dengan memeriksa respon struktur terhadap beban tetap, beban sementara atau

Alhamdulillahi robbil’alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul:

Terdapat tujuh faktor, yaitu hubungan antara kebijakan fungsional/divisi dan strategi perusahaan yang dirumuskan dan diikuti dengan jelas (S1), pengembangan dan tren teknologi jangka

penyedia jasa konsultasi konstruksi pemerintah kota "X" adalah kriteria kelengkapan dokumen, pengalaman relevan perusahaan, usia perusahaan, rata-rata