• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PENDEKATAN KELOMPOK TERHADAP SIKAP REMAJA PEROKOK (Studi Di SMK Patriot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "APLIKASI PENDEKATAN KELOMPOK TERHADAP SIKAP REMAJA PEROKOK (Studi Di SMK Patriot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

APLIKASI PENDEKATAN KELOMPOK TERHADAP

SIKAP REMAJA PEROKOK

(Studi di SMK Patriot Peterongan Kab. Jombang)

Disusun oleh:

SUMARWAN 13.321.0118

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

“INSAN CENDEKIA MEDIKA”

JOMBANG 2017

(2)

APLIKASI PENDEKATAN KELOMPOK TERHADAP SIKAP REMAJA PEROKOK

(Studi di SMK Patriot Peterongan Kab. Jombang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

SUMARWAN 13.321.0118

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2017

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Sumenep, 17 mei 1994, peneliti merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sahwa dan Ibu Fatima.

Pada tahun 2007 peneliti lulus dari SDN paseraman 1, pada tahun 2010 peneliti lulus dari SMPN 1 Arjasa, pada tahun 2013 peneliti lulus dari SMAN 1

Arjasa, dan pada tahun 2013 peneliti lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia

Medika” Jombang melalui jalur PMDK. Peneliti memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan Program Studi yang ada di STIKes “ICMe”

jombang

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Jombang, 2017

Sumarwan

(7)

MOTTO

Jangan melihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar kita dengan penuh kesabaran.

(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi : Bapak dan ibuku tercinta, sebagai tanda bakti hormat dan rasa terimakasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tuaku, Bapak Sahwa dan Ibu Fatima dan kakak perempuanku Suami yang telah mendidik dan

menyayangiku sepenuh hati dan memberikan pelajaran hidup yang begitu berarti, menjadi motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jenuh mendo'akan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup membalas cinta Bapak dan Ibu padaku.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan secara tepat

dengan judul “Aplikasi Pendekatan Kelompok Terhadap Sikap Remaja Perokok

Di SMK Patriot Peterongan Kab. Jombang” ini dengan baik tanpa adanya

halangan apapun. Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan program S1 Keperawatan di STIKes ICMe Jombang.

Terima kasih penulis sampaikan kepada: H Bambang Tutuko, S.H., S.Kep.Ns., M.H selaku Ketua STIKes ICMe Jombang; Inayatur Rosyidah.

S.Kep.Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKes ICMe Jombang; Marxis Udaya, S.Kep,.Ns,.MM selaku Ketua dewan penguji; Hj. Muarrofah, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing satu yang telah memberikan motivasi, dukungan serta ketelatenan dalam memberikan bimbingan, koreksi, dan saran kepada peneliti; Agustina Maunaturrohmah,S.Kep.Ns.,M.Kes selaku

pembimbing dua yang telah memberikan motivasi, sabar dan teliti dalam proses bimbingan serta memberikan koreksi dan saran kepada peneliti.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan selama penyusunan skripsi ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini

Jombang, 2017

Penulis

(10)

ABSTRAK

APLIKASI PENDEKATAN KELOMPOK TERHADAP SIKAP REMAJA PEROKOK

(Studi Di SMK Patriot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang)

SUMARWAN NIM :133210118

Merokok dalam proses perkembangan zaman saat ini merupakan gaya

hidup (Life style) yang sangat populer di kalangan remaja. Usia remaja merupakan

usia peralihan dimana sangat rentan terpengaruh dengan berbagai hal negatif. Sikap remaja akan cenderung menjadi negatif apabila lingkungan sekitarnya juga melakukan hal yang negatif. Menganalisis pengaruh aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok.

Desain penelitian ini one-group pre test post test, dengan pendekatan one

shot model, populasi dalam penelitian ini adalah siswa laki– laki kelas X dan XI SMK Patriot peterongan Kabupaten Jombang berjumlah 42 siswa, dengan sampel

yang di ambil 38 siswa dengan tekhnik Random Sampling. Variabel Independent

dalam penelitian ini adalah Aplikasi pendekatan kelompok dan Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah sikap remaja perokok. Instrumen dalam

penelitian ini menggunakan Kuesioner, setelah data terkumpul, maka dilakukan

pengolahan data melalui tahapan editing, coding, scoring, dan tabulating.

Hasil penelitian dapat diketahui sebelum dilakukan pendekatan kelompok sebagian besar responden memiliki sikap negatif sejumlah 24 siswa (63,,2,%) dan setelah dilakukan pendekatan kelompok hampir seluruh responden memiliki sikap positif sejumlah 31 siswa (81,6%).

Hasil uji Mcnemar test didapatkan p = 0,000 < 0,05 maka H1 diterima atau

Ho ditolak artinya ada pengaruh Aplikasi pendekatan kelompok terhadap perubahan sikap remaja perokok Di SMK Patriot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.

Sebagai tenaga kesehatan sangatlah penting dalam melakukan pendekatan kelompok terhadap remaja tentang bahaya merokok dengan cara tersebut memudahkan kita dalam menyikapi sikap remaja perokok.

Kata Kunci : Pendekatan kelompok, remaja, sikap

(11)

ABSTRACT

APPLICATION OF GROUP APPROACH TO ATTITUDE OF ADOLESCENTS OF SMOKERS (Study In SMK Patriot Kecamatan Peterongan Jombang Regency)

SUMARWAN 133210118

Smoking in the process of development of the current era is a lifestyle (Life style) is very popular among teenagers. Teen age is the transition age where it is very vulnerable to be affected by negative things. Teen attitudes will tend to be negative if the surrounding environment is also doing a negative thing. Analyzing the effect of applying group approaches to the attitude of adolescent smokers.

The design of this study was one-group pre-test post test, with one shot model approach, the population in this study were male students of class X and XI SMK Patriot peterongan Jombang Regency amounted to 42 students, with samples taken 38 students with technique of random Sampling. Independent variable in this research was Application of group approach and Dependent Variable in this research was change of attitude of adolescent smoker. Instruments in this study used Questionnaire. The analysis in the study used McNemar with a significant level of 0.05.

The result of the research could be known before being conducted the group approach that most of the respondents had negative attitude of 22 students (57,9%) and after being done group approach almost all respondents had positive attitude a number of 31 students (81,6%).

The test results of Mcnemar test was obtained that’s p = 0.000 <0.05

therefore H1 was accepted or H0 was rejected which meant there was an influence of Application of group approach to the attitude of adolescent smokers In SMK Patriot districts Peterongan Jombang.

As a health worker is very important in doing health education about the dangers of smoking by way of group approach to facilitate adolescents in delivering the material.

Keywords: Group approach, teenagers, attitude.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PERSETUJUAN ... iv

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR ISTILAH ... xix 2.1 Konsep pendekatan pembelajaran ... 5

2.2 Konsep sikap ... 11

2.3 Konsep remaja ... 16

2.4 Konsep merokok ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual ... 34

3.2 Hipotesis ... 34

(13)

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Desain penelitian ... 36

4.2. Tempat dan waktu penelitian ... 37

4.3. Populasi, sampel, sampling ... 37

4.4. Kerangka kerja ... 40

4.5. Identifikasi variabel ... 41

4.6. Definisi operasional ... 42

4.7. Instrumen Penelitian ... 43

4.8. Teknik pengumpulan data dan rencana pengolahan data ... 43

4.9. Analisa data ... 37

4.10. Etika penelitian ... 38

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian ... 50

5.2 Pembahasan ... 54

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 61

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik seks sekunder pada masa remaja ... 19 Tabel 4.1 Desain Penelitian Aplikasi Pendekatan Kelompok Terhadap

Sikap Remaja Perokok 37

Tabel 4.2 Definisi operasional Aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok di SMK Patriot Peterongan Kab.

Jombang 42

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di SMK Patriot

Desa Mancar kecamatan Peterongan 51

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas di SMK

Patriot Desa Mancar kecamatan Peterongan 51

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status tinggal

bersama di SMK Patriot Desa Mancar kecamatan Peterongan 51

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap remaja perokok sebelum pemberian aplikasi pendekatan kelompok di

SMK Patriot Peterongan Jombang 52

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap remaja perokok sesudah pemberian aplikasi pendekatan kelompokdi

SMK Patriot Peterongan Jombang 52

Tabel 5.6 Tabulasi silang aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap

remaja perokok di SMK Patriot Peterongan Jombang 53

Tabel 5.7 Hasil Uji Mc Nemar pendekatan kelompok terhadap sikap

remaja perokok di SMK Patriot Peterongan Jombang 53

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konseptual aplikasi pendekatan kelompok terhadap

sikap remaja perokok di SMK Patriot Peterongan 34

Gambar 4.2 Kerangka kerja aplikasi pendekatan kelompok terhadap

sikap remaja perokok di SMK Patriot Peterongan Kab.

Jombang 40

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Skripsi ... 61

Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 62

Lampiran 3 Lembar Pernyataan Menjadi Responden ... 63

Lampiran 4 Kisi-kisi Kuesioner ... 64

Lampiran 5 Kuesioner... 65

Lampiran 6 Tabulasi validitas ... 67

Lampiran 7 Uji Validitas ... 68

Lempiran 8 TAK ... 71

Lampiran 9 Tabulasi data umum dan khusus ... 78

Lampiran 10 Hasil uji SPSS ... 81

Lampiran 11 Lembar Pernyataan dari Perpustakaan ... 85

Lampiran 12 Lembar Surat Studi Pendahuluan dan ijin Penelitian ... 86

Lampiran 13 Surat balasan ijin penelitian dari SMK Patriot ... 87

Lampiran 14 Surat keterangan telah melakukan penelitian dari SMK Patriot ... 88

Lampiran 15 Lembar Konsultasi ... 89

Lampiran 16 Lembar pernyataan bebas plagiasi ... 93

(17)

DAFTAR LAMBANG

H1/Ha : Hipotesis alternative

X : Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah

menjadi skor T

X : Mean skor kelompok

S : Deviasi standart skor kelompok

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

% : Presentase

< : Lebih kecil

> : Lebih besar

(18)

DAFTAR SINGKATAN

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

ICME : Insan Cendekia Medika Dinkes

Promkes : Promosi kesehatan

Kemenkes : Kementrian Kesehatan

Dinkes : Dinas kesehatan

PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

Dkk : Dan kawan-kawan

AKI : Angka kematian ibu

AKB : Angka kematian nayi

HIV : Human Immunodeficiency Virus WHO : World Health Organization

PG : Pabrik Gula

(19)

DAFTAR ISTILAH

Peer group : Kelompok sebaya

Coertion : Paksaan

Role play : Bermain peran

Social support : Dukungan sosial

Empowerment : Pemberdayaan masyarakat

Adolescence : Remaja

Crowd : Kelompok yang besar

Clique : Kelompok yang kecil

Receiving : Menerima

Responding : Merespon

Valuiding : Menghargai

Responsible : Bertanggung jawab

Assessment : Pengungkapan

Measurement : Pengukuran

Adolescence : Tumbuh kearah kematangan Direct questioning : Menanyakan langsung

Direct assessment : Pengungkapan langsung

Method of Summated Ratings : Metode rating yang dijumlahkan

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Merokok dalam proses perkembangan zaman saat ini merupakan gaya hidup (Life style) yang sangat populer di kalangan remaja (Rusanto, 2014). Usia remaja merupakan usia peralihan dimana sangat rentan terpengaruh dengan berbagai hal

negatif. Sikap remaja akan cenderung menjadi negatif apabila lingkungan sekitarnya juga melakukan hal yang negatif, misalnya merokok. Fenomena di kalangan remaja didapatkan bahwa kebanyakan remaja berkeinginan untuk meniru perilaku merokok baik dari teman sebaya maupun keluarga tetapi remaja

tersebut belum mengetahui dampak negatif dari merokok tersebut. Sikap negatif remaja tersebut dapat terjadi karena remaja kurang memiliki wawasan tentang rokok serta dampak yang akan ditimbulkan dari perilaku merokok (Rusanto, 2014).

Berdasarkan data global youth tobacco survey (GYTS) 2015, 30,4% remaja

usia 13-15 tahun pernah merokok (33,9 % laki-laki pernah merokok dan 2,5%

perempuan pernah merokok), dan 20,3% remaja usia 13-15 adalah perokok aktif. Indonesia secara keseluruhan, jumlah perokok laki-laki dan perempuan naik 35% pada 2015 dan merupakan yang terbesar se-Asia Tenggara (GYTS, 2015). Prevalensi jumlah perokok di daerah Jawa Timur sendiri juga mengalami

peningkatan yang cukup mengkhawatirkan. Bedasarkan data survey dari GATS (Global Adult Tobacco Survey) yang dirilis oleh kementrian kesehatan tahun 2015, didapatkan jumlah perokok di Jawa Timur mencapai 69,0% laki-laki dari dan 4,2% wanita dari jumlah penduduk sekitar 61,4 juta penduduk. Prevalensi

(21)

2

perokok menurut usia dan gender pada kelompok usia 15-24 tahun mencapai sebanyak 51,7 %. Ini termasuk anak-anak dan remaja kelompok usia 15-18 tahun. Sedangkan Kabupaten Jombang sendiri tercatat pervalensi perokok dengan persentasi penduduk >10 tahun terjadi peingkatan 21,2% tahun 2010 menjadi

26,3% pada tahun 2013. Untuk perokok dengan usia remaja (15-19) tahun juga terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dari 5.0% pada tahun 2010 menjadi 9,2% pada tahun 2013.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 20 Maret 2017 di

SMK Dwija Bakti 2 Jombang didapatkan hasil bahwa 9 dari 10 siswa laki – laki

memiliki pandangan bahwa aktivitas merokok memberikan manfaat yang baik seperti memberikan ketenangan dan menghilangkan stres.

Ada berbagai alasan yang membuat seseorang mulai merokok, yaitu

pengaruh lingkungan sosial, seperti teman-teman, orang tua, dan media. Pada tahap awal, merokok dilakukan dengan teman-teman. Sikap merokok pada remaja dapat disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan serta kurangnya wawasan remaja tentang bahaya merokok, dapat ditinjau dari remaja dalam mengonsumsi

rokok secara aktif tanpa menyadari bahaya dari merokok itu sendiri, baik bagi dirinya sendiri, lingkungan maupun orang disekitarnya (Sarwono, 2014). Aktivitas merokok dapat meyebabkan dampak positif dan negatif bagi remaja itu sendiri.

Dampak postif bagi remaja timbul dikarenakan remaja percaya bahwa rokok dapat menenangkan fikiran dan menghilangkan stres. Merokok juga dapat menimbulkan

dampak negatif diantaranya dapat menyebabkan kanker dan serangan jantung (Mohamad Jaya, 2013).

(22)

3

Adanya pendekatan kelompok diharapkan remaja bisa merubah sikap remaja dari hal-hal yang negatif menjadi sikap yang positif dan adanya suatu pendekatan kelompok yang sering kita lakukan maka sikap remaja akan berubah secara perlahan, (Sarwono, 2014). Sehingga sesuai dengan kaidah ilmu keperawatan

„Aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja, diharapkan para remaja

dapat mengerti, memahami akibat dari merokok bagi diri sendiri maupun bagi orang lain dan secara perlahan para remaja berhenti untuk merokok.

Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap

remaja perokok Di SMK Patriot Peterongan Kab. Jombang”.

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada pengaruh aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok di SMK Patriot Peterongan Kab. Jombang ?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk menganalisis pengaruh aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap

remaja perokok di SMK Patriot Peterongan Jombang 1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi sikap remaja perokok sebelum dilakukan pendekatan

kelompok di SMK patriot peterongan jombang

2. Mengidentifikasi sikap remaja perokok setelah dilakukan pendekatan

kelompok di SMK Patriot peterongan jombang

3. Menganalisa pendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok di SMK

patriot peterongan jombang

(23)

4

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Pendekatan kelompok sangat diperlukan untuk melatih agar remaja

mempunyai sikap yang positif dan mengembangkan sikap sosial remaja.

Pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang

tinggi pada diri setiap remaja menunjukkan cara untuk menolak tekanan sosial dan

keyakinan tentang konsekuensi positif dan negatif dari teman sebaya.

1.4.2 Manfaat praktis

Mengaplikasikan ilmu sebagai tambahan wawasan tentang pendekatan

kelompok, sehingga peneliti dapat melakukan observasi terjadinya perubahan

sikap pada remaja perokok. Sehingga dengan adanya hasil penelitian ini

menjadikan sebuah pedoman yang bisa bermanfaat bagi peneliti sendiri maupun

orang lain khususnya pada remaja.

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep pendekatan pembelajaran

2.1.1 Pengertian pendekatan

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan

strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau

pembelajaran ekspositori. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa

menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi

pembelajaran induktif (Sanjaya, 2014:127). 2.1.2 Jenis-jenis pendekatan

1. Pendekatan Individualistik

Pendekatan individualistik dalam proses pembelajaran, adalah sebuah pendekatan yang bertolak pada asumsi bahwa peserta didik memiliki latar belakang perbedaan dari segi kecerdasan, bakat, kecenderungan, motivasi, dan

sebagainya. Perbedaan individualistis peserta didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memerhatikan perbedaan peserta

didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila hal ini tidak

dilakukan, maka strategi belajar tuntas (mastery learning) yang menuntut

penguasaan penuh kepada peserta didik tidak pernah menjadi kenyataan. Pendekatan individual ini kepada peserta didik dapat diharapkan memiliki tingkat penguasaan materi yang optimal (Syaiful Bahri Djamarah, 2014).

(25)

6

2. Pendekatan kelompok

Pendekatan kelompok adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada pandangan, bahwa pada setiap peserta didik terdapat perbedaan-perbedaan dan

persamaan-persamaan antara satu dan lainnya. Perbedaan yang peserta didik yang satu dengan yang lainnya ini, bukanlah untuk dipertentangkan atau dipisahkan, melainkan harus diintegrasikan. Seorang peserta didik yang cerdas misalnya, dapat disatukan dengan peserta didik yang kurang cerdas, sehingga peserta didik yang kurang cerdas itu dapat ditolong oleh peserta didik yang cerdas. Persamaan

yang dimiliki antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain sehingga saling dapat menunjang secara optimal (Effendy, 2013).

Pendekatan kelompok ini juga didasarkan pada asumsi, bahwa setiap anak didik memiliki kecenderungan untuk berteman dan berkelompok dalam rangka memperoleh pengalaman hidup dan bersosialisasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendekatan kelompok ini, diharapkan dapat ditumbuhkan rasa sosial

yang tinggi pada setiap peserta didik, sekaligus untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di dalam kelas (Effendy, 2013).

Pendekatan kelompok ini, mereka diharapkan memiliki kesadaran bahwa hidup ini saling membutuhkan dan saling tergantung antara satu dengan yang lainnya. tidak ada makhluk hidup yang terus menerus dapat mencukupi dirinya tanpa bantuan orang lain (Effendy, 2013).

Pendekatan kelompok agar memiliki suatu ikatan yang kuat memerlukan beberapa unsur yaitu tujuan kelompok, aturan dan pemimpin, adapun penjelasan dari ketiga unsur adalah sebagai berikut (Hadzibun dan Mudjiono, 2013).

(26)

7

a. Tujuan kelompok

Pada tujuan kelompok ini tugas pemimpin adalah mengarahkan para anggota ke

tujuan kelompok. Pemimpin perlu merumuskan tujuan yang jelas dan

mengkomunikasikan dengan para anggota kelompok. b. Aturan

Aturan yang mampu mengikat anggota menjadi kelompok adalah aturan yang dibuat oleh pemimpin dan anggota, atau minimal di setujui oleh peserta. c. Pemimpin

Sebagai pemimpin, cara utama yang harus dilakukan adalah menjelaskan tujuan kelompok dalam rangka menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat, diantaranya adalah mendorong dan memeratakan partisipasi,

mengusahakan kompromi, mengurangi ketegangan dan memperjelas partisipasi serta menerapkan sanksi. Setiap pengelolalan kelas, terutama yang berhubungan

dengan penempatan peserta didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan, perbedaan individu dan psikologis dapat dijadikan contoh dalam menentukan pendekatan kelompok. Keakraban dan kekompakan kelompok di tentukan oleh

tarikan-tarikan interpersonal, atau saling suka satu sama lain. Keakraban adalah satu-satunya faktor yang menyebabkan kelompok bersatu. Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut (Syaiful Bahri, 2010) :

1. Perasaan diterima atau disukai teman

2. Tarikan kelompok

3. Partisipasi/keterlibatan dalam kelompok

4. Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya

5. Struktur dan sifat-sifat kelompok

(27)

8

Sedangkan sifat-sifat kelompok adalah :

1. Suatu multi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu

2. Suatu sistem interaksi

3. Suatu organisasi atau struktur

4. Merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama

5. Merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama

6. Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu

7. Pola perilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian

Pendekatan kelompok bermaksud menimbulkan dinamika kelompok agar kualitas belajar meningkat. Dalam pendekatan kelompok jumlah siswa lebih banyak. Bila perhatian guru dalam pembelajaran individual tertuju pada tiap individu, maka perhatian guru dalam pendekatan kelompok tertuju pada semangat

kelompok dalam memecahkan masalah. Anggota kelompok yang punya kemampuan tinggi dijadikan motor penggerak pemecah masalah klompok (Sri anitah, 2013).

Penerapan langkah-langkah pendekatan kelompok adalah sebagai berikut (Sri anitah, 2013) :

1) Seleksi topik

Siswa memilih berbagai topik dalam suatu wilayah masalah umum yanng biasanya di gambarkan oleh guru, siswa selanjutnya di organisirkan menjadi

kelompok – kelompok yang berorentasi pada tugas yang beranggotakan 2 atau

lebih, baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

(28)

9

2) Merencanakan kerjasama

Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus. Tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang dipilih dari langkah-langkah diatas.

3) Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah kedua. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktifitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

4) Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu hasil presentasi yang menarik dari berbagi topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan

mencapai suatu yang perspektif yang luas mengenai topik. 5) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok.

3. Pendekatan campuran

Pada bagian terdahulu telah dikemukakan, bahwa seorang anak didik memiliki latar belakang perbedaan secara individual, juga memiliki persamaan sebagai

makhluk yang berkelompok. Setiap peserta didik sesungguhnya dapat didekati secara individual dan kelompok. Pada bagian terdahulu juga sudah dijelaskan, bahwa pada pendekatan individual dan kelompok masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangan (Syaiful Bahri Djamarah, 2014).

(29)

10

Uraian di atas telah menjelaskan, bahwa setiap peserta didik memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam belajar. Satu sisi terdapat peserta didik yang memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, pada sisi lain terdapat peserta didik yang motivsi belajarnya sedang-sedang saja, atau rendah. Keadaan ini selanjutnya

menimbulkan keadaan peserta didik yang satu bergairah dalam belajar, sedangkan peserta didik yang lainnya biasa-biasa saja, bahkan tidak bergairah sama sekali,

dan tidak mau ikut belajar. malah asyik bersenda gurau, bermain-main, atau melakukan pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar. Mereka duduk dan berbicara, berbincang-bincang satu sama lain tentang hal-hal yang terlepas dari masalah pelajaran (Effendy, 2013).

4. Pendekatan Edukatif

Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan mengajar dengan tujuan untuk

mendidik, bukan karena motif-motif 1ain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti, dan sebagainya. Anak didik yang melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas ketika guru sedang mengajar misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah

tindakan sanksi hukum yang tidak baik serta melakukan pendekatan yang salah. Karena itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan

edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma

hukum, norma susila, norma sosial, dan norma agama (Effendy, 2013).

(30)

11

2.2 Konsep sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap sesuatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupaka reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli

psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belim merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan suatu reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.

2.2.2 Tingkatan sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Mererima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

(31)

12

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau menjawab tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuiding)

Mengajak orang lain untuk mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misal seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anak ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupaka sikap yang paling tinggi. Misal seorang ibu mau menjadi aseptor KB, meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

2.2.3 Komponen sikap

Menurut Azwar S (2013) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang:

1. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

(32)

13

mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.

2. Komponen afektif

Merupakan perasan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3. Komponen konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara –cara tertentu.

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Interaksi sosial, terjadi

hubungan saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain, terjadi hubungan timbal yang balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial meliputi hubungan antar individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis disekelilingnya.

Interaksi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Antara berbagai faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang

(33)

14

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwae S, 2013).

2.2.5 Pengukuran sikap

Metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings). Popular

denan nama penskalaan likert. Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan ditentukan oleh distribusi respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai

kelompok uji coba (pilot study).

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh

2 asumsi (Azwar S, 2011), yaitu :

1. setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernytaan

yang favourable atau pernyataan yang tidak favourable.

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus

diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif.

Untuk menentukan nilai skala dengan cara sederhana, sejumlah pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada

rancangan skala yang telah ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuannya atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu: sangat tidak setuju (STS) = 1, tidak setuju (TS) = 2, setuju (S) = 3, sangat setuju (SS) = 4

(34)

15

Skor sikap interpretasinya, untuk setiap pernyataan responden akan diberi skor sesuai dengan nilai skala kategori jawabannya. Skor responden pada setiap pernyataan kemudian dijumlahkan.

Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor T agar dapat diinterpretasikan. Skor T tidak tergantung pada banyaknya pernyataan, akan tetapi

tergantung pada mean (rata-rata) maka mempunyai sikap skor T yang didapat

lebih besar dari nilai mean (rata-rata) maka mempunyai sikap cenderung lebih

favourable atau positif. Sebaliknya jika skor T yang didapat lebih kecil dari nilai

mean maka mempunyai sikap cenderung tidak favourable atau negatif. Salah satu

skor standar yan biasanya digunakan dalam skala model likert adalah skort-T,

X = Skor responden yang hendak diubah menjadi skor T

= Mean skor kelompok

S = Deviasi standart skor kelompok (Sugiyono, 2015)

Harga X dan S dihitung sebagaimana telah dijelaskan dalam perhitungan harga T, masing-masing harga tersebut dihitung dari seluruh responden.

Perlu pula dingat bahwa perhitungan harga X dan S tidak dilakukan pada distribusi skor dari satu pernyataan, melainkan dihitung dari distribusi skor total keseluruhan responden, yaitu skor sikap para responden untuk keseluruhan pernyataan.

(35)

16

2.3 Konsep remaja

2.3.1 Definisi remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak kedewasaan, bukan

hanya dalam artian psikologis, tetapi juga fisik. Bahkan, perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sementara itu perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2012). Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang dialami

dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Syamsu, 2012).

WHO mendefinisikan remaja sebagai fase ketika seorang anak mengalami hal-hal sebagai berikut :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai maencapai kematangan seksualnya.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menuju dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial – ekonomi yang penuh kepada

keadan yang relatif lebih mandiri (Al – Ghifari, 2012).

Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi dan

perubahan sosial pada masa remaja (Windy, 2012). Masa remaja dimaksudkan

sebagai periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, tetapi kira-kira berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan saat pertumbuhan fisik hampir lengkap. Selama periode ini orang

(36)

17

muda membentuk malunitas seksual dan menegakkan indentitas individu yang terpisah dari keluarga (Atkitson, 2012).

Usia remaja atau masa puber adalah masa yang penting dan menentukan

juga rawan dalam perkembangan kehidupan seseorang. Masa puber mempunyai arti penting bagi remaja karena di masa ini remaja sedang mencari identitas diri, sebagai proses pembentukan karakter pribadi yang akan memberikan kontribusi

besar terhadap kehidupannya di masa mendatang. Masa puber juga merupakan titik rawan bagi remaja, sebab dalam dirinya sedang terjadi gejolak karena tengah mengalami perkembangan kejiwaan yang pesat, disertai munculnya dorongan rasa

ingin tahu yang tinggi mengenai berbagai hal, sementara dari segi emosional keadaannya masih belum stabil. Akibatnya remaja akan mudah terpengaruh hal-hal negatif, apabila tidak mendapat bimbingan dan pendampingan secara baik dan

benar (LDUI, 2012). 2.3.2 Penggolongan remaja

Masa remaja meliputi : Remaja awal: 12-15 tahun: Remaja madya: 16-18 tahun: Remaja akhir: 19-22 tahun (Syamsu, 2012).

2.3.3 Pertumbuhan dan perkembangan remaja

1. Pertumbuhan pada remaja

a. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat

dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak. Perkembangan fisika mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan,

(37)

18

tulang kaki dan tangan otot-otot tumbuh berkembang pesat sehingga anak kelihatan tumbuh tinggi tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.

b. Pertumbuhan seksual

Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya: alat produksi spermanya mulai tanpa sadar mengeluarkan sperma mulai berproduksi mengalami masa mimpi yang pertama yang tanpa sadar mengelurkan sperma, selain itu pada anak laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang membuat

nada suaranya jadi pecah kemudian diatas bibir dan sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu (rambut). Pada anak perempuan produksi hormon dalam tubuhnya dipermukaan wajah tumbuh jerawat.

2. Perkembangan remaja

a. Pengertian perkembangan remaja

Pada fase remaja mengalami perkembangan yang sangat pesat dan merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Desmita, 2012).

b. Macam-macam perkembangan remaja

1) Perkembangan fisik remaja

Perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder

a) Ciri-ciri seks primer

Pada masa remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 atau 21 tahun. Sebenarnya testis ini

(38)

19

telah ada sejak kelahiran, namun baru 10% dari ukuran matangnya. Setelah testis mulai tumbuh, penis mulai bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar

prostate semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut,

memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14-15 tahun) mengalami mimpi basah (mimpi berhubungan seksual).

Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium secara cepat. Pada masa inilah sekitar usia 11-15 tahun

untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami “menarche” (menstruasi).

Peristiwa menarche diikuti oleh menstruasi yang terjadi dalam interval yang tidak

beraturan. Untuk jangka waktu 6 bulan sampai satu tahun atau lebih, ovulasi

mungkin tidak selalu terjadi (Samsu, 2012). b) Ciri-ciri seks sekunder

Ciri-ciri atau karakteristik seks sekunder pada masa remaja, baik pria maupun wanita adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Karakteristik seks sekunder pada masa remaja

Wanita Pria

1. Tumbuh rambut pubis atau bulu 1.Tumbuh rambut pubis atau bulu

kapok disekitar kemaluan dan kapok disekitar kemaluan dan

ketiak ketiak

2. Bertambah besar buah dada 2.Terjadi perubahan suara

3. Bertambah besarnya pinggul 3.Tumbuh kumis

4.Tumbuh gondok laki (jakun)

Sumber : (Syamsu, 2012)

2) Perkembangan emosi remaja

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi, tidak sedikit remaja yang bertingkah laku agresif, (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan senang menggangu) dan melarikan diri dari

(39)

20

kenyataan (pendiam, senang menyendiri dan meminum-minuman keras dan obat-obatan terlarang) (Syamsu, 2012).

3) Perkembangan sosial remaja

Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk

memahami orang lain. Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya) baik melalui jalan persahabatan maupun percintaan (Syamsu, 2012)

2.3.4 Tahap perkembangan remaja

Menurut Blos dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap perkembangan remaja :

1. Remaja awal (early adolenscence)

Seorang remaja pada masa ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan

itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ditambah

dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini

sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

2. Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ada

kecenderungan “narcistis” yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman

yang punya sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu juga berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih suatu hal.

(40)

21

3. Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam

pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuknya identitas sexual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan pada diri sendiri) dengan orang lain.

e. Tumbuh dinding-dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (Sarwono, 2012).

2.3.5 Masalah-masalah remaja

Masalah-masalah yang dapat terjadi pada masa remaja yaitu :

1. Tidak mudah mengubah sikap anak-anak menjadi dewasa

2. Sering mengalami kesulitan dalam menerima perubahan fisiknya

3. Kebingungan menghadapi norma dan nilai yang berlaku di masyarakat (Ali dan Asrori, 2012).

2.3.6 Ciri – ciri remaja

1. Cara berpikir Kausalitas

Berfikir kausalitas yaitu menyangkut hubungan sebab-akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga remaja akan melawan bila orang tua guru lingkungan masih menganggap sebagai anak kecil. Guru dan orang tua tidak memahami cara berfikir remaja akibatnya timbullah kenakalan remaja berupa perkelahian antar

pelajar yang sering terjadi di kota-kota besar.

(41)

22

2. Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi remaja masih labil karena hubungannya dengan hormon suatu saat ia bisa sedih sekali di lain waktu bisa marah. Emosi remaja lebih kuat dan lebih mengusai diri mereka daripada pikiran yang realistis.

3. Mulai tertarik pada lawan jenisnya

Dalam kehidupan sosial remaja mereka mulai tertarik pada lawan jenisnya. Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang dari pada anak laki-laki. Gadis yang berusia 14 tahun sampai 18 tahun cenderung untuk tidak merasa puas dengan perhatian pemuda yang sesuai dengannya karena itu ia tertarik pada pemuda yang usianya berbeda dan lebih tua usianya atau usia diatasnya.

4. Menarik perhatian lingkungan

Pada masa perkembangan remaja mulai mencari perhatian dari lingkungan berusaha mendapatkan status dan peran seperti kegiatan remaja dikampung - kampung yang diberi peran.

5. Terikat dengan kelompok

Remaja dalam kehidupan social sangat tertarik pada kelompok sebaya sehingga tidak jarang orang tua di nomor duakan dengan kelompoknya. Sebab dalam kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya misalnya kebutuhan

dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan berprestasi, kebutuhan diterima statusnya, kebutuhan harga diri, rasa aman, yang belum tentu dapat diperoleh di rumah maupun disekolah (Zulkifli, 2012).

6.Masa remaja sebagai masa peralihan

7.Masa remaja sebagai periode perubahan

(42)

23

8.Masa remaja sebagai usia bermasalah

9.Masa remaja sebagai masa mencari identitas

10. Masa remaja sebagai usia yang meimbulkan ketakutan

11. Masa remaja yang tidak realistil

12. Masa remaja sebagai masa ambang dewasa

2.3.7 Faktor-faktoryang mempengaruhi perkembangan anak remaja menurut

(Syamsu, 2012)

1. Keberfungsian keluarga

Keluarga fungsional (normal) ditandai oleh karakteristik :

a. Saling memperhatikan dan mencintai

b. Bersikap terbuka dan jujur

c. Orang tua mau mendengarkan anak

d. Ada sharing masalah atau pendapat antara anggota keluarga

e. Mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya

f. Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi

g. Orang tua mengayomi dan melindungi (mengayomi) anak

h. Komunikasi antara anggota keluarga berlangsung dengan baik

i. Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai

budaya

j. Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Syamsu, 2012).

2. Pola hubungan orang tua – Anak (sikap atau perlakuan orang tua terhadap

anak)

(43)

24

Terhadap beberapa pola sikap atau perlakuan orang tua terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian anak (Syamsu, 2012).

3. Kelas sosial dan status ekonomi

Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian remaja adalah bahwa orang tua dari status ekonomi rendah cenderung lebih menekankan kepatuhan kepada figur yang mempunyai otoritas, kelas menengah dan kelas atas cenderung

lebih menekankan kepada pengembangan inisiatif, dan kreativitas anak (Syamsu, 2012).

2.4 Konsep merokok

2.4.1 Pengertian rokok

Rokok adalah benda racun yang memberikan efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Kegunaan atau manfaat rokok secuil itu terkadang bahaya sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang disekitar perokok yang bukan perokok (Siafrudin, 2014).

Rokok adalah prodak yang berbahaya dan adiktif (menimbulkan ketergantungan) karena didalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya merupakan zat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker) zat-zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok antara lain: tar, kabon monoksida, sianida, arsen, formalin, nitrosamine dan lain-lain (Note-Way, 2013).

2.4.2 Jenis-Jenis perokok

1. Perokok aktif

Jenis perokok yang secara langsung mengisap asap rokok/ pecandu rokok. Biasanya jenis perokok ini lebih sering terlibat langsung dalam hal merokok.

(44)

25

2. Perokok pasif

Jenis perokok yang secara tidak langsung mengisap asap rokok yang biasanya

dikeluarkan oleh jenis perokok aktif, dalam hal ini perokok pasif mendapatkan bahaya jauh lebih besar dari pada perokok aktif.

2.4.3 Kandungan yang terdapat dalam rokok

1. Nikotin

Menyebabkan ketagihan dan merangsang otak agar siperokok merasa cerdas pada awalnya kemudian juga melemahkan kecerdasan otak. Tidak ada

kadar yang aman untuk mengonsumsi nikotin tetap berbahaya. Nikotin dapat meresap melalui mulut, hidung, kulit, sehingga rokok yang ditempel-tempelkan pada mulut tanpa di bakarpun dapat menyerap nikotin, sama halnya dengan petani tembakau. Efek langsung ke otak hanya memerlukan hitungan detik yakni 10-16

detik. Rokok sigret menghasilkan 1,2-2,9 mg nikotin. Merokok sebungkus perhari dapat menyerap 20-420 mg nikotin/hari yang dapat menimbulkan plasma 23-35 ng/ml. Selain itu akibat dari konsumsi nikotin adalah pelepasan adrenalin dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung.

2. Karbon monoksida

Gas yang berbahaya yang terdapat dalam pembuangan asap kendaraan. Menggantikan sebanyak 15% dari oksigen yang seharusnya dibawa oleh sel-sel darah merah. Jantung perokok yang memerlukan banyak oksigen ternyata

mendapatkan lebih sedikit oksigen. Ini membahayakan untuk mereka yang mengidap penyakit jantung dan paru-paru. Juga menyebabkan perokok sesak napas dan kurang staminanya. Karbon monoksida merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan dalam lemak pada dinding

(45)

26

pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat dan bisa meninggikan serangan jantung.

3. Tar

Kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok

bersifat karsinogen. Sebagian dari zat tersebut yakni benzo(1) pyrene, nitrosamine

dan B-neptylamine, cadmium dan nikel. Tar juga digunakan sebagai bahan pembuat aspal. Pada saat diisap, tar masuk dalam rongga mulut sebagai uap padat.

Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernapasan dan paru-paru.pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar pada rokok di indonesia berkisar 19-33 mg per batang rokok.

a. Aseton, peluntur cat.

b. DDT, racun serangga untuk membunuh nyamuk dan semut.

c. Arsenik, racun kutu dan racun digunakan untuk pembunuh-pembunuh terkenal.

d. Kadmium, bahan kimia yang terdapat didalam ACCU.

e. Formal dehid, digunakan untuk mengawetkan mayat.

f. Amonia, bahan aktif dalam pembersih lantai.

g. Hidrogen sianida, racun yang digunakan untuk gas.

h. Naftalena, bahan yang beracun yang terdapat dalam obat serangga.

i. Polonium 210, bahan radioaktif.

j. Vinil klorida, bahan kimia yang digunakan membuat plastik.

2.4.4 Bahaya merokok pada perokok aktif dan pasif

Besarnya bahaya merokok sebenarnya bukan tidak disadari oleh para perokok, karena pada setiap bungkus rokok kini terdapat peringatan wajib dari

(46)

27

pemerintah yang berbunyi: “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan

jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan‟‟. Kuatnya ketergantungan terhadap

rokok membuat orang tidak mau berhenti mengisapnya. Menurut penelitian, ternyata yang akan menerima efek negatif dari rokok tersebut bukan hanya

perokok aktif saja, akan tetapi perokok pasif pun akan menerima akibat negatif dari rokok tersebut. Justru efek yang diterima oleh perokok pasif akan jauh lebih berbahaya lagi ketimbang perokok aktifnya (Mohamad Jaya,2013). Adapun beberapa bahaya dan akibat yang di timbulkan oleh rokok bagi kesehatan tubuh

antara lain : 1. Kanker paru

Diketahui sekitar 90 persen kasus kanker paru diakibatkan oleh rokok. Asap rokok akan masuk secara inhalasi ke dalam paru-paru. Zat dari asap rokok ini akan merangsang sel di paru-paru menjadi tumbuh abnormal. Diperkirakan 1 dari 10 perokok sedang dan 1 dari 5 perokok berat akan meninggal akibat kanker paru.

2. Kanker kandung kemih

Kanker kandung kemih terjadi pada sekitar 40 persen perokok. Studi menemukan

kadar tinggi dari senyawa 2-naphthylamine dalam rokok menjadi karsinogen yang

mengarah pada kanker kandung kemih. 3. Kanker payudara

Perempuan yang merokok lebih berisiko mengembangkan kanker payudara. Hasil

studi menunjukkan perempuan yang mulai merokok pada usia 20 tahun dan 5 tahun sebelum hamil pertama kali beresiko lebih besar terkena kanker payudara.

(47)

28

4. Kanker serviks

Sekitar 30 persen kematian akibat kanker serviks disebabkan oleh merokok.

Perempuan yang merokok lebih rentan terkena infeksi oleh virus menular seksual.

5. Kanker kerongkongan

Studi menemukan bahwa asap rokok merusak DNA dari sel-sel esofagus sehingga menyebabkan kanker kerongkongan. Sekitar 80 persen kasus kanker esofagus telah dikaitkan dengan merokok.

6. Kanker pencernaan

Meskipun asap rokok masuk ke dalam paru-paru, tapi ada beberapa asap yang

tertelan sehingga meningkatkan resiko kanker gastrointestinal (pencernaan).

7. Kanker ginjal

Ketika seseorang merokok, maka asap yang mengandung nikotin dan tembakau akan masuk ke dalam tubuh. Nikotin bersama dengan bahan kimia berbahaya lainnya seperti karbon monoksida dan tar menyebabkan perubahan denyut jantung, pernapasan sirkulasi dan tekanan darah. Karsinogen yang disaring keluar

dari tubuh melalui ginjal juga mengubah sel DNA dan merusak sel-sel ginjal. Perubahan ini mempengaruhi fungsi ginjal dan memicu kanker.

8. Kanker mulut

Tembakau adalah penyebab utama kanker mulut. Perokok 6 kali lebih besar

mengalami kanker mulut dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, dan orang yang merokok tembakau tanpa asap berisiko 50 kali lipat lebih besar.

(48)

29

9. Kanker tenggorokan

Asap rokok yang terhirup sebelum masuk ke paru-paru akan melewati tenggorokan, karenanya kanker ini akan berkaitan dengan rokok.

10. Serangan jantung

Nikotin dalam asap rokok menyebabkan jantung bekerja lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Karbon monoksida mengambil oksigen dalam darah lebih banyak yang membuat jantung memompa darah lebih banyak. Jika jantung

bekerja terlalu keras ditambah tekanan darah tinggi, maka bisa menyebabkan serangan jantung.

11. Penyakit jantung koroner (PJK)

Sebagian besar penyakit jantung koroner disebabkan oleh rokok dan akan memburuk jika memiliki penyakit lain seperti diabetes melitus.

12. Aterosklerosis

Nikotin dalam asap rokok bisa mempercepat penyumbatan arteri yang bisa disebabkan oleh penumpukan lemak. Bisa menimbulkan terjadinya jaringan parut dan penebalan arteri yang menyebabkan arterosklerosis.

13. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Kondisi ini menyebabkan aliran darah terhalangi sehingga membuat seseorang sulit bernapas, dan sekitar 80 persen kasus PPOK disebabkan oleh rokok. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya emfisema (sesak napas akibat kerusakan pada kantung udara atau alveoli) dan bronkitis kronis (batuk dengan banyak lendir yang terjadi terus menerus selama 3 bulan).

(49)

30

14. Impotensi

Bagi laki-laki berusia 30-an dan 40-an tahun, maka merokok bisa meningkatkan risiko disfungsi ereksi sekitar 50 persen. Merokok bisa merusak pembuluh darah, nikotin mempersempit arteri sehingga mengurangi aliran darah dan tekanan darah

ke penis. Seseorang sudah mengalami impotensi, maka bisa menjadi peringatan dini bahwa rokok sudah merusak daerah lain di tubuh.

15. Gangguan medis lainnya

Beberapa gangguan medis juga bisa disebabkan oleh rokok seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), gangguan kesuburan, memperburuk asma dan radang saluran napas, berisiko lebih tinggi mengalami degenerasi makula (hilangnya penglihatan secara bertahap), katarak, menjadi lebih sering sakit-sakitan, menimbulkan noda di gigi dan gusi, mengembangkan sariawan di usus serta merusak penampilan.

2.4.5 Bahaya merokok untuk anak usia sekolah

Kita dapat menemui di jalan-jalan, baik di kota besar dan kota kecil dimana para pelajar dengan santainya merokok seolah itu bukan perbuatan yang

buruk. Anda dapat menemukan mereka di berbagai tempat, seperti cafe, terminal, kendaraan umum atau bahkan di sekitar sekolah mereka sendiri. Orang yang mengerti dan sadar tentang kesehatan pastinya akan prihatin dengan keadaan

seperti ini. Merokok itu jelas merugikan kesehatan, namun selain itu ada kerugian lainnya, yakni masalah ekonomi. Para pelajar pada umumnya adalah orang-orang yang masih tergantung secara ekonomi kepada orang tua. Tentu saja akan

menambah berat beban yang harus ditanggung orang tua. Terlebih saat ini banyak

juga wanita dan remaja putri yang merokok, sebenarnya jika kita mengetahui apa

yang dihasilkan dari merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada manfaatnya

(50)

31

bahkan tidak ada manfaatnya terlebih lagi dari segi kesehatan, merokok sangat

berbahaya bagi kesehatan. Dalam bungkus rokok itu sendiri dicantumkan

peringatan pemerintah bahwa merokok dapat menyebabkan serangan jantung,

paru-paru, kanker, impotensi serta gangguan kehamilan dan janin. Dibawah ini

akan disampaikan kerugian dari merokok antara lain:

1. Rokok mengandung 4000 jenis bahan racun yang berbahaya bagi kesehatan,

antara lain yang telah dikenal baik adalah karbon monoksida (co) yang bisa

mematikan, nikotin yang mendorong pengapuran jantung dan pembuluh darah,

tar yang dapat menyumbat dan mengurangi fungsi saluran nafas dan

menyebabkan kanker, serta berbagai racun pada hati, otak dan pembentuk

kanker.

2. Rokok menurunkan konsentrasi, misalnya sewaktu Belajar.

3. Rokok menurunkan kebugaran saat ada di sekolah.

4. Rokok bukan hanya meracuni para perokok sendiri, namun juga orang

disekitarnya (sebagai perokok pasif) dengan bahaya yang sama.

5. Rokok menimbulkan ketergantungan dan perasaan kehilangan sesuatu. Kalau

rokok tidak tersedia, yang berakibat pada penurunan prestasi belajar dan

bekerja.

6. Rokok memboroskan

7. Rokok dapat menyulut kebakaran. (Rosyanawati, 2010)

2.4.6 Mencegah remaja untuk tidak merokok

Indonesia dan banyak negara di dunia telah membuat aturan yang mengharuskan adanya peringatan kesehatan kepada setiap bungkus rokok yang dijual bahkan di Negara-negara maju juga beberapa kota besar di Indonesia telah

(51)

32

melarang anak-anak di bawah usia 18 tahun untuk membeli rokok (Nuridha, 2014). Merokok di tempat-tempat umum apalagi yang menggunakan AC seperti pusat pertokoan, bandara, rumah sakit, dan perkantoran sangatlah dilarang, karena merugikan banyak orang (perokok pasif). Bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa

merokok merugikan kesehatan, tapi perusahaan rokok terus memproduksi rokok

dan “menawarkan” gaya hidup yang kadang-kadang menggiurkan, seperti bila

merokok tampak gagah dan eksklusif. Pada akhirnya seseorang sendirilah yang harus memutuskan apakah rokok itu bergaya atau berbahaya (Nuridha, 2014).

Mencegah remaja untuk tidak merokok memang bukan suatu pekerjaan yang mudah karena pengaruh gaya hidup yang mengarah pada penggunaan rokok

jauh lebih besar dan lebih kuat dari pada promosi-promosi perilaku hidup sehat tanpa rokok, apalagi didukung oleh para idola remaja, guru, bahkan ahli kesehatan yang merokok. Karena itu cara terbaik adalah memberi kesempatan kepada para

remaja untuk sebanyak-banyaknya melakukan explorasi mengenai konsekwensi dari merokok. Bentuk kegiatan atau pendidikan yang mengembangkan keterampilan spikososial seperti perpikir kritis, berpikir kreatif, kesadaran diri dan

sebagainya (live skill education) yang dikemas dalam bentuk diskusi maupun

bermain peran adalah cara yang paling dianjurkan untuk meningkatan wawasan,

keterampilan dan sikap tentang bahaya merokok, dan diharapkan lebih efektip

dalam mencegah remaja merokok (Nuridha, 2014).

Sebagai contoh gunakan informasi tambahan dari peragaan botol yang dimasuki sebatang rokok yang menyala dan ditutup dengan kapas putih sebagai bahan diskusi tentang bahaya merokok. Botol kita umpamakan rongga tenggorokan dan kapas adalah paru-paru kita. Setelah rokok dibakar lalu

(52)

33

dimasukkan ke dalam botol, dan botol ditutup dengan kapas sampai rokok mati. Setelah rokok mati, maka kapas putih yang menjadi sumbatan itu akan menjadi kekuning-kuningan, yang merupakan gambaran racun yang ada di peru-paru si perokok. Selain itu upaya pencegahan remaja merokok juga dilakukan dengan

meminimalisir tempat-tempat merokok, baik di tempat umum, di lingkungan sekitar sekolah, serta memperbanyak kawasan bebas asap rokok khususnya di sekolah. Tidak kalah pentingnya adalah tokoh tauladan dari guru maupun orang tua untuk tidak merkok (setidaknya tidak di depan para remaja). Diperlukan

ketegasan, bahwa rokok hanyalah diperuntukkan bagi mereka yang sudah

“dewasa” dan “mangerti” akan bahaya merokok (Nuridha, 2014).

2.4.7 Kategori Perokok

Klasifikasi perokok juga dapat ditentukan oleh indeks (IB) dengan rumus: jumlah rata-rata konsumsi rokok perhari (batang) x lama merokok (tahun), dengan hasil ringan (0-199), sedang (200-599) dan berat (>600).

Bustan (2012), membagi perokok dibagi atas tiga kategori, yaitu ringan (1-10 batang perhari), sedang (11-20 batang perhari) dan berat (lebih dari 20 batang perhari).

(53)

BAB 3

2. Aturan Pendekatan kelompok

3. pemimpin Siswa SMK Patriot

Faktor yang mempengaruhi

Gambar 3.1 Kerangka konseptual aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok di SMK Patriot Peterongan

Keterangan :

Faktor – Faktor yang mempengaruhi perubahan sikap adalah : pengalaman pribadi, pengaruh orang lain : kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama serta faktor emosional.

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan atau pernyataan (Riduwan, 2015). Hipotesis dalam penelitian ini:

(54)

35

H1 : Ada pengaruh aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja

perokok di SMK PATRIOT Peterongan Jombang.

(55)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penilaian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah desain penelitian digunakan dalam dua hal: pertama, desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data: dan kedua, desain penelitian digunakan unuk mendefinisikan struktur penelitian

yang akan dilaksanakan (Riduwan, 2015).

Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pre test

post test, yaitu rancangan atau desain yang tidak ada kelompok pembanding

(control), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pre test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya program (dalam hal ini penyuluhan). Pendekatan yang digunakan peneliti

adalah pendekatan “one shot model”, dimana dalam waktu yang bersamaan

peneliti mengadakan pre test, penyuluhan post test tentang penyuluhan kesehatan tentang rokok (Nursalam, 2013). Prosedur Pra eksperimental meliputi.

(56)

37

Table 4.1 Desain Penelitian Aplikasi Pendekatan Kelompok Terhadap Sikap Remaja Perokok

Pra Perlengkapan Post

K O1 I O2

SMK Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Kuesioner disebar Perlakuan TAK Kuesioner disebar sebelum di beri simulasi bermain setelah diberi

perlakuan rantai nama perlakuan

Keterangan nK : Subjek

O1 : kuesioner sebelum perlakuan

I : Intervensi TAK Simulasi Bermain Rantai Nama O2: kuesioner sesudah perlakuan

4.2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok dilakukan di SMK Patriot Peterongan, Kab. Jombang dilaksanakan pada :

4.2.1 Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari penyusunan proposal skripsi hingga penyusunan hingga penyusunan hasil skripsi yang dilakukan pada bulan

Februari hingga bulan Juni 2017 4.2.2 Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMK Patriot Peterongan, Kab. Jombang

4.3. Populasi, sampel, sampling

4.3.1 Populasi

Populasi dalam wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi adalah

(57)

38

totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap (Riduwan, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa laki – laki kelas X dan XI SMK

Patriot peterongan Kab. Jombang berjumlah 42 siswa.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Dalam menentukan besarnya sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin (Noor, 2011) dengan tingkat kesalahan 5% atu 0,05 yaitu sebagai berikut:

N

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

(58)

39

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2011).

Proses penyeleksian populasi dalam penelitian ini menggunakan tehnik random sampling untuk menetapkan sampel yang dipilih.

(59)

40

4.4. Kerangka kerja

Penyusunan Proposal

Populasi

Seluruh siswa laki – laki perokok kelas X dan XI SMK Patriot Peterongan Kab. Jombang sejumlah 42

Samping

Simple Random sampling

Sampel

siswa laki – laki perokok kelas X dan XI SMK Patriot Peterongan Kab. Jombang sejumlah 38

Gambar 4.2. Kerangka kerja aplikasipendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok di SMK Patriot Peterongan Kab. Jombang.

(60)

41

4.5. Identifikasi variabel

4.5.1 Identifikasi variabel

Variabel penelitian adalah variabel yang merupakan konsep berbagai level dari abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2011).

1. Variabel bebas (Independen)

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Aplikasi pendekatan kelompok.

2. Variabel terikat (Dependen)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya di tentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap remaja

perokok.

(61)

42

4.6. Definisi operasional

Tabel 4.1: Definisi operasional Aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok di SMK Patriot Peterongan Kab. Jombang.

Variabel Defenisi Parameter Alat ukur Skala Skor Operasional

Variabel Suatu 3 unsur dalam TAK Independent : pendekatan pendekatan simulasi aplikasi kelompok kelompok

pendekatan dengan metode yaitu : kelompok terapi dimana 1. Tujuan

Variabel Suatu perasaan Sikap remaja K N Kuesioner yang

dependen : remaja yang 1. Kognitif U O menggunakan

sikap remaja disertai 2. Afektif E M skala likert

perokok kecenderungan 3. Konatif S I Pernyataan positif

Gambar

Gambar 4.2 Kerangka kerja aplikasi
Tabel 2.1 Karakteristik seks sekunder pada masa remaja
Gambar 3.1 Kerangka konseptual aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap
Table 4.1 Desain Penelitian Aplikasi Pendekatan Kelompok Terhadap Sikap Remaja Perokok
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini pada perokok aktif maupun perokok pasif didapatkan hasil nilai p&lt;0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh yang bermakna baik perokok aktif

Pola tidur pada remaja saat ini sangat kurang, dikarenakan merokok yang terlalu sering, kebiasaan merokok pada remaja semakin lama semakin meningkat, merokok juga memicu

secara tepat waktu skripsi dengan judul “ Hubungan Sikap Keluarga dengan Perilaku Merokok pada Remaja (Studi Di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang Kelas X.. jurusan Listrik) ” ,

Hasil dari penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami mengalami retardasi mental ringan 16 (55,2 %), dan hampir setengah responden mengalami

Hasil dari penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami mengalami retardasi mental ringan 16 (55,2 %), dan hampir setengah responden mengalami

Hubungan upaya preventif dalam seksual menyimpang pada remaja dengan resiko penyimpangan seksual Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 48 responden upaya

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat intensitas nyeri haid (dismenore) setelah Intervensi latihan Abdominal Stretching remaja putri di SMK Kesehatan BIM Jombang

Berdasarkan hasil review jurnal dan beberapa teori, peneliti berpendapat bahwa hubungan antara control diri dan tingkat agresifitas pada remaja sangat signifikan, hal