• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupaka reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli

psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belim merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan suatu reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.

2.2.2 Tingkatan sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Mererima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

12

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau menjawab tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuiding)

Mengajak orang lain untuk mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misal seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anak ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupaka sikap yang paling tinggi. Misal seorang ibu mau menjadi aseptor KB, meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

2.2.3 Komponen sikap

Menurut Azwar S (2013) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang:

1. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

13

mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.

2. Komponen afektif

Merupakan perasan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3. Komponen konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara –cara tertentu.

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain, terjadi hubungan timbal yang balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial meliputi hubungan antar individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis disekelilingnya.

Interaksi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Antara berbagai faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang

14

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwae S, 2013).

2.2.5 Pengukuran sikap

Metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings). Popular

denan nama penskalaan likert. Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan ditentukan oleh distribusi respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai

kelompok uji coba (pilot study).

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi (Azwar S, 2011), yaitu :

1. setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernytaan

yang favourable atau pernyataan yang tidak favourable.

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus

diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif.

Untuk menentukan nilai skala dengan cara sederhana, sejumlah pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuannya atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu: sangat tidak setuju (STS) = 1, tidak setuju (TS) = 2, setuju (S) = 3, sangat setuju (SS) = 4

15

Skor sikap interpretasinya, untuk setiap pernyataan responden akan diberi skor sesuai dengan nilai skala kategori jawabannya. Skor responden pada setiap pernyataan kemudian dijumlahkan.

Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor T agar dapat diinterpretasikan. Skor T tidak tergantung pada banyaknya pernyataan, akan tetapi

tergantung pada mean (rata-rata) maka mempunyai sikap skor T yang didapat

lebih besar dari nilai mean (rata-rata) maka mempunyai sikap cenderung lebih

favourable atau positif. Sebaliknya jika skor T yang didapat lebih kecil dari nilai

mean maka mempunyai sikap cenderung tidak favourable atau negatif. Salah satu

skor standar yan biasanya digunakan dalam skala model likert adalah skort-T, yaitu:

 X  X  Rumus T = 50+10  

S

Keterangan :

X = Skor responden yang hendak diubah menjadi skor T = Mean skor kelompok

S = Deviasi standart skor kelompok (Sugiyono, 2015)

Harga X dan S dihitung sebagaimana telah dijelaskan dalam perhitungan harga T, masing-masing harga tersebut dihitung dari seluruh responden.

Perlu pula dingat bahwa perhitungan harga X dan S tidak dilakukan pada distribusi skor dari satu pernyataan, melainkan dihitung dari distribusi skor total keseluruhan responden, yaitu skor sikap para responden untuk keseluruhan pernyataan.

16

Dokumen terkait