• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Konsep remaja

2.3.1 Definisi remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak kedewasaan, bukan hanya dalam artian psikologis, tetapi juga fisik. Bahkan, perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sementara itu perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2012). Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang dialami dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Syamsu, 2012).

WHO mendefinisikan remaja sebagai fase ketika seorang anak mengalami hal-hal sebagai berikut :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai maencapai kematangan seksualnya.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-

kanak menuju dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial – ekonomi yang penuh kepada

keadan yang relatif lebih mandiri (Al – Ghifari, 2012).

Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi dan

perubahan sosial pada masa remaja (Windy, 2012). Masa remaja dimaksudkan sebagai periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, tetapi kira-kira berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan saat pertumbuhan fisik hampir lengkap. Selama periode ini orang

17

muda membentuk malunitas seksual dan menegakkan indentitas individu yang terpisah dari keluarga (Atkitson, 2012).

Usia remaja atau masa puber adalah masa yang penting dan menentukan juga rawan dalam perkembangan kehidupan seseorang. Masa puber mempunyai arti penting bagi remaja karena di masa ini remaja sedang mencari identitas diri, sebagai proses pembentukan karakter pribadi yang akan memberikan kontribusi besar terhadap kehidupannya di masa mendatang. Masa puber juga merupakan titik rawan bagi remaja, sebab dalam dirinya sedang terjadi gejolak karena tengah mengalami perkembangan kejiwaan yang pesat, disertai munculnya dorongan rasa ingin tahu yang tinggi mengenai berbagai hal, sementara dari segi emosional keadaannya masih belum stabil. Akibatnya remaja akan mudah terpengaruh hal- hal negatif, apabila tidak mendapat bimbingan dan pendampingan secara baik dan benar (LDUI, 2012).

2.3.2 Penggolongan remaja

Masa remaja meliputi : Remaja awal: 12-15 tahun: Remaja madya: 16-18 tahun: Remaja akhir: 19-22 tahun (Syamsu, 2012).

2.3.3 Pertumbuhan dan perkembangan remaja

1. Pertumbuhan pada remaja

a. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak. Perkembangan fisika mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan,

18

tulang kaki dan tangan otot-otot tumbuh berkembang pesat sehingga anak kelihatan tumbuh tinggi tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.

b. Pertumbuhan seksual

Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya: alat produksi spermanya mulai tanpa sadar mengeluarkan sperma mulai berproduksi mengalami masa mimpi yang pertama yang tanpa sadar mengelurkan sperma, selain itu pada anak laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang membuat nada suaranya jadi pecah kemudian diatas bibir dan sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu (rambut). Pada anak perempuan produksi hormon dalam tubuhnya dipermukaan wajah tumbuh jerawat.

2. Perkembangan remaja

a. Pengertian perkembangan remaja

Pada fase remaja mengalami perkembangan yang sangat pesat dan merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Desmita, 2012).

b. Macam-macam perkembangan remaja

1) Perkembangan fisik remaja

Perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder

a) Ciri-ciri seks primer

Pada masa remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 atau 21 tahun. Sebenarnya testis ini

19

telah ada sejak kelahiran, namun baru 10% dari ukuran matangnya. Setelah testis mulai tumbuh, penis mulai bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar

prostate semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut,

memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14-15 tahun) mengalami mimpi basah (mimpi berhubungan seksual).

Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium secara cepat. Pada masa inilah sekitar usia 11-15 tahun

untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami “menarche” (menstruasi). Peristiwa menarche diikuti oleh menstruasi yang terjadi dalam interval yang tidak beraturan. Untuk jangka waktu 6 bulan sampai satu tahun atau lebih, ovulasi mungkin tidak selalu terjadi (Samsu, 2012). b) Ciri-ciri seks sekunder

Ciri-ciri atau karakteristik seks sekunder pada masa remaja, baik pria maupun wanita adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Karakteristik seks sekunder pada masa remaja

Wanita Pria

1. Tumbuh rambut pubis atau bulu 1.Tumbuh rambut pubis atau bulu

kapok disekitar kemaluan dan kapok disekitar kemaluan dan

ketiak ketiak

2. Bertambah besar buah dada 2.Terjadi perubahan suara

3. Bertambah besarnya pinggul 3.Tumbuh kumis

4.Tumbuh gondok laki (jakun)

Sumber : (Syamsu, 2012)

2) Perkembangan emosi remaja

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi, tidak sedikit remaja yang bertingkah laku agresif, (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan senang menggangu) dan melarikan diri dari

20

kenyataan (pendiam, senang menyendiri dan meminum-minuman keras dan obat-obatan terlarang) (Syamsu, 2012).

3) Perkembangan sosial remaja

Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya) baik melalui jalan persahabatan maupun percintaan (Syamsu, 2012)

2.3.4 Tahap perkembangan remaja

Menurut Blos dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap perkembangan remaja :

1. Remaja awal (early adolenscence)

Seorang remaja pada masa ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ditambah

dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

2. Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ada

kecenderungan “narcistis” yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman yang punya sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu juga berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih suatu hal.

21

3. Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam

pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuknya identitas sexual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan pada diri sendiri) dengan orang lain.

e. Tumbuh dinding-dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (Sarwono, 2012). 2.3.5 Masalah-masalah remaja

Masalah-masalah yang dapat terjadi pada masa remaja yaitu : 1. Tidak mudah mengubah sikap anak-anak menjadi dewasa

2. Sering mengalami kesulitan dalam menerima perubahan fisiknya 3. Kebingungan menghadapi norma dan nilai yang berlaku di masyarakat

(Ali dan Asrori, 2012).

2.3.6 Ciri – ciri remaja

1. Cara berpikir Kausalitas

Berfikir kausalitas yaitu menyangkut hubungan sebab-akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga remaja akan melawan bila orang tua guru lingkungan masih menganggap sebagai anak kecil. Guru dan orang tua tidak memahami cara berfikir remaja akibatnya timbullah kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar yang sering terjadi di kota-kota besar.

22

2. Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi remaja masih labil karena hubungannya dengan hormon suatu saat ia bisa sedih sekali di lain waktu bisa marah. Emosi remaja lebih kuat dan lebih mengusai diri mereka daripada pikiran yang realistis.

3. Mulai tertarik pada lawan jenisnya

Dalam kehidupan sosial remaja mereka mulai tertarik pada lawan jenisnya. Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang dari pada anak laki-laki. Gadis yang berusia 14 tahun sampai 18 tahun cenderung untuk tidak merasa puas dengan perhatian pemuda yang sesuai dengannya karena itu ia tertarik pada pemuda yang usianya berbeda dan lebih tua usianya atau usia diatasnya.

4. Menarik perhatian lingkungan

Pada masa perkembangan remaja mulai mencari perhatian dari lingkungan berusaha mendapatkan status dan peran seperti kegiatan remaja dikampung - kampung yang diberi peran.

5. Terikat dengan kelompok

Remaja dalam kehidupan social sangat tertarik pada kelompok sebaya sehingga tidak jarang orang tua di nomor duakan dengan kelompoknya. Sebab dalam kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan berprestasi, kebutuhan diterima statusnya, kebutuhan harga diri, rasa aman, yang belum tentu dapat diperoleh di rumah maupun disekolah (Zulkifli, 2012).

6.Masa remaja sebagai masa peralihan

7.Masa remaja sebagai periode perubahan

23

8.Masa remaja sebagai usia bermasalah

9.Masa remaja sebagai masa mencari identitas

10. Masa remaja sebagai usia yang meimbulkan ketakutan

11. Masa remaja yang tidak realistil

12. Masa remaja sebagai masa ambang dewasa

2.3.7 Faktor-faktoryang mempengaruhi perkembangan anak remaja menurut

(Syamsu, 2012)

1. Keberfungsian keluarga

Keluarga fungsional (normal) ditandai oleh karakteristik :

a. Saling memperhatikan dan mencintai

b. Bersikap terbuka dan jujur

c. Orang tua mau mendengarkan anak

d. Ada sharing masalah atau pendapat antara anggota keluarga

e. Mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya

f. Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi

g. Orang tua mengayomi dan melindungi (mengayomi) anak

h. Komunikasi antara anggota keluarga berlangsung dengan baik

i. Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai

budaya

j. Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Syamsu, 2012).

2. Pola hubungan orang tua – Anak (sikap atau perlakuan orang tua terhadap

anak)

24

Terhadap beberapa pola sikap atau perlakuan orang tua terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian anak (Syamsu, 2012).

3. Kelas sosial dan status ekonomi

Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian remaja adalah bahwa orang tua dari status ekonomi rendah cenderung lebih menekankan kepatuhan kepada figur yang mempunyai otoritas, kelas menengah dan kelas atas cenderung lebih menekankan kepada pengembangan inisiatif, dan kreativitas anak (Syamsu, 2012).

Dokumen terkait