ANALISIS HUKUM TERHADAP KREDIT MACET ATAS PEMBERIAN KREDIT UNTUK USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) PADA
PT. BANK DANAMON CABANG SUKARAMAI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh: PUTRI ARINI
090200211
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISIS HUKUM TERHADAP KREDIT MACET ATAS PEMBERIAN KREDIT UNTUK USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) PADA
PT. BANK DANAMON CABANG SUKARAMAI
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
PUTRI ARINI 090200211
DEPARTEMEN: HUKUM KEPERDATAAN Program Kekhususan : Perdata BW
Disetujui Oleh
KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
NIP. 196603031985081001 Dr. H. Hasim Purba, S.H, M.Hum
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. H. Hasim Purba, S.H, M.Hum
NIP. 196603031985081001 NIP. 196801281994032001 Puspa Melati Hsb, S.H, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang sampai
saat ini masih melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada
Penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini guna
melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Universitas
Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini mengenai “Analisis Hukum Terhadap
Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)
Pada PT. Bank Danamon Cabang Sukaramai.”
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua
orang tua penulis, H. Fachrizal dan Hj. Herliati, S.Pd yang telah banyak
memberikan doa, dukungan, semangat, tenaga, nasehat dan bimbingan selama ini,
serta atas kegigihannya dalam mencari rezeky untuk membiayai kuliah, sampai
akhirnya Penulis dapat menyelesaikan masa studi dengan baik. Kepada kakak
penulis Ananda Rizal, S.Si , Sari Ramadhan, S.E dan adik penulis Rian Ulfah atas
doa dan motivasi serta kasih sayang kepada penulis. Semoga selalu ada cinta di
tengah keluarga kita dan semoga ALLAH SWT selalu memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada keluarga kita, Amin. Skripsi ini penulis persembahkan buat
kalian semua dan nenek tercinta (Almarhumah Anidar) serta Etek Dedek
tersayang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Prof. Dr. Budiman Ginting S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan S.H., M.H., D.F.M. selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak M. Husni S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara serta selaku Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, nasehat, berbagi ilmu dan
saran selama proses penyusunan skripsi.
6. Ibu Puspa Melati Hsb, S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah
sabar memberikan bimbingan, nasehat, meluangkan waktu, tenaga, serta
berbagi ilmu dalam penyusunan skripsi.
7. Bapak Dr. Jusmadi Sikumbang S.H, M.S selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan arahan kepada penulis dan membimbing
selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
8. Prof. Dr. Suhaidi S.H., M.H selaku Pembina Ikatan Mahasiswa/Mahasiswi
Minang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
9. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan di
10.Kakanda Lilia Ekawati Nasution S.E, yang selalu membantu untuk
penyelesaian penulisan skripsi ini, ibu Sukarsih yang selalu ada membantu.
11.Sahabat-sahabat seperjuangan penulis selama kuliah yang selalu bersama
menempuh kehidupan anak kuliahan dalam suka maupun duka yang sangat
penulis cintai : Arini Wulandari, Febrina Sari, Meilani Sabrina, Novira R.
Sembiring, Dila Kristy Sitepu, Sari Ramadhani Lubis, Windha Auliana yusra.
Semoga cita-cita kita semua tercapai dan menjadi orang yang dapat
mengamalkan ilmu dengan baik, Amin.
12.Sahabat-sahabatku tersayang : Dhirgan A. Segara, Yudhistira Frandana,
M. Iqbal Hrp, M. Andry Srg, Windy Widya Utami, semoga pertemanan kita
selalu terjaga dengan baik.
13.Kakanda Sri Chairani Putri, Yulia Andriany, dan abangda Indi Fandaya Nst
yang selalu memberikan motivasi terhadap penulis selaku senior di Fakultas
Hukum.
14.Ikatan Mahasiswa/Mahasiswi Minang (IMTigo) Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Semoga tali persaudaraan kita tetap selalu terjaga. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih teramat dalam kepada Para Dosen IMTigo.
15.Klub Softball Baseball Vanderfull Kota Medan yang selalu bersama dalam
suka dan duka saat latihan dan pertandingan, semoga tali silahturahmi kita
akan selalu terjaga, dan Anggota Pelatda Kota Medan 2012 yang selalu
bersama untuk mencapai Juara 1 dalam Pertandingan Walikota Medan 2012.
16.Teman-temanku Stambuk 09 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
17.Para Pegawai di Fakultas Hukum yang telah membantu selama pengurusan
akademik penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini kurang sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan yang tidak disengaja. Sehingga, penulis mengharapkan kritik
dan sarannya agar skripsi ini bisa menjadi lebih sempurna. Dan Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Medan, 13 Maret 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penulisan... 10
D. Manfaat Penulisan ... 10
E. Keaslian Penulisan ... 11
F. Metode Penelitian ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN A. Dasar-dasar Hukum Perbankan di Indonesia ... 16
B. Peranan dan Tujuan Perbankan di Indonesia... 22
C. Asas-asas yang Berlaku Dalam Praktek Perbankan... 24
D. Jenis Bank dan Usaha Bank... 27
E. Pengawasan Bank Umum dan Pengawasan Bank Kredit... 32
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN KREDIT UKM A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit Bank ... 39
B. Sistem Pemberian Kredit ... 44
C. Persyaratan Pemberian Kredit ... 46
E. Pengertian dan Pengaturan Kredit UKM ... 59
BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP KREDIT MACET ATAS PEMBERIAN KREDIT UNTUK USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) PADA PT. BANK DANAMON CABANG SUKARAMAI
A. Faktor Penyebab Kredit Macet Atas Pemberian Kredit UKM di Bank Danamon Cabang Sukaramai ... 64
B. Dampak Dari Suatu Kredit Macet Terhadap Bank Danamon Cabang Sukaramai... 70
C. Penyelesaian Kredit Macet di Bank Danamon Cabang Sukaramai ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
ABSTRAK
Putri Arini*)
Dr. H. Hasim Purba, S.H., M.Hum.**) Puspa Melati Hsb, S.H., M.Hum.***)
Kegiatan pinjam-meminjam uang dalam suatu kehidupan untuk modal membuka usaha yang dilakukan kepada pihak Bank sudah menjadi suatu kebiasaan bagi setiap masyarakat. Kegiatan pinjam-meminjam ini dinamakan perjanjian kredit. Perjanjian Kredit dalam program pembangunan usaha dinamakan Kredit UKM. Dalam setiap pemberian kredit maka ada jaminan. Jaminan ini sebagai bentuk keamanan pihak bank jika terjadinya kemacetan. Dalam hal pemberian kredit tidak lepas dengan adanya kredit macet. Hal ini membuat keingintahuan untuk mengetahui secara lebih jauh mengenai kredit macet UKM.
Adapun yang menjadi permasalahan pada skripsi ini adalah faktor penyebab kredit macet atas pemberian kredit UKM di Bank Danamon Cabang Sukaramai, dampak dari suatu kredit macet terhadap Bank Danamon Cabang Sukaramai, serta penyelesaian kredit macet di Bank Danamon Cabang Sukaramai.
Dalam penulisan skripsi ini, dipergunakan metode pengumpulan data melalui penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang menggunakan data-data sekunder, sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan survei ke lapangan yaitu pada Bank Danamon Cabang Sukaramai untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang sudah ada.
Penyebab kredit macet disebabkan karena salah satu pihak yang tidak mampu mengikuti peraturan. Faktor penyebab kredit macet di Bank Danamon Cabang Sukaramai dibagi dalam 2 golongan yaitu faktor internal debitur dan faktor internal pihak bank. Tetapi yang sering terjadi dilapangan itu disebabkan oleh pihak debiturnya sendiri seperti penurunan pendapatan, terjadinya musibah terhadap debitur maupun keluarga debitur, gaya hidup debitur yang konsumtif, debitur ditipu oleh suplyer, dan usaha debitur bangkrut. Dengan adanya faktor yang terjadi maka terdapat dampak terhadap bank tersebut. Dampak kredit macet terhadap pihak Bank Danamon Cabang Sukaramai adalah sangat berdampak kepada insentif karyawannya. Kalau sudah terjadinya kredit macet ini, maka pihak bank akan mengambil langkah untuk penyelamatannya. Cara-cara Penyelesaian kredit macet di Bank Danamon yaitu dengan melakukan Cash Collection, Restrukturisasi, Surat Peringatan, Penjualan Jaminan Secara Sukarela, dan Lelang eksekusi. Sebenarnya pihak debiturlah yang memegang peranan lebih besar dalam pelaksanaan perjanjian karena bila debitur tidak melalaikan kewajibannya maka kemungkinan muncul permasalahan sangatlah kecil.
Kata kunci: perbankan, perjanjian kedit, kredit macet *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
ABSTRAK
Putri Arini*)
Dr. H. Hasim Purba, S.H., M.Hum.**) Puspa Melati Hsb, S.H., M.Hum.***)
Kegiatan pinjam-meminjam uang dalam suatu kehidupan untuk modal membuka usaha yang dilakukan kepada pihak Bank sudah menjadi suatu kebiasaan bagi setiap masyarakat. Kegiatan pinjam-meminjam ini dinamakan perjanjian kredit. Perjanjian Kredit dalam program pembangunan usaha dinamakan Kredit UKM. Dalam setiap pemberian kredit maka ada jaminan. Jaminan ini sebagai bentuk keamanan pihak bank jika terjadinya kemacetan. Dalam hal pemberian kredit tidak lepas dengan adanya kredit macet. Hal ini membuat keingintahuan untuk mengetahui secara lebih jauh mengenai kredit macet UKM.
Adapun yang menjadi permasalahan pada skripsi ini adalah faktor penyebab kredit macet atas pemberian kredit UKM di Bank Danamon Cabang Sukaramai, dampak dari suatu kredit macet terhadap Bank Danamon Cabang Sukaramai, serta penyelesaian kredit macet di Bank Danamon Cabang Sukaramai.
Dalam penulisan skripsi ini, dipergunakan metode pengumpulan data melalui penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang menggunakan data-data sekunder, sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan survei ke lapangan yaitu pada Bank Danamon Cabang Sukaramai untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang sudah ada.
Penyebab kredit macet disebabkan karena salah satu pihak yang tidak mampu mengikuti peraturan. Faktor penyebab kredit macet di Bank Danamon Cabang Sukaramai dibagi dalam 2 golongan yaitu faktor internal debitur dan faktor internal pihak bank. Tetapi yang sering terjadi dilapangan itu disebabkan oleh pihak debiturnya sendiri seperti penurunan pendapatan, terjadinya musibah terhadap debitur maupun keluarga debitur, gaya hidup debitur yang konsumtif, debitur ditipu oleh suplyer, dan usaha debitur bangkrut. Dengan adanya faktor yang terjadi maka terdapat dampak terhadap bank tersebut. Dampak kredit macet terhadap pihak Bank Danamon Cabang Sukaramai adalah sangat berdampak kepada insentif karyawannya. Kalau sudah terjadinya kredit macet ini, maka pihak bank akan mengambil langkah untuk penyelamatannya. Cara-cara Penyelesaian kredit macet di Bank Danamon yaitu dengan melakukan Cash Collection, Restrukturisasi, Surat Peringatan, Penjualan Jaminan Secara Sukarela, dan Lelang eksekusi. Sebenarnya pihak debiturlah yang memegang peranan lebih besar dalam pelaksanaan perjanjian karena bila debitur tidak melalaikan kewajibannya maka kemungkinan muncul permasalahan sangatlah kecil.
Kata kunci: perbankan, perjanjian kedit, kredit macet *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan perbankan dalam pengembangan usaha kecil di Indonesia
tentunya tidak terlepas keterkaitannya dengan cita-cita kemerdekaan kita. Seperti
yang tersimpul dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945, yang antara lain berbunyi :
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.1
Jelaslah sudah bahwa cita-cita kemerdekaan kita adalah untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Ketentuan Undang-Undang Dasar ini
janganlah hanya ditafsirkan sebagai penyediaan pekerjaan atas dasar upah saja.
Pekerjaan mandiri yang ditunjang oleh pemberian kredit adalah lebih potensial
dalam pembentukan kekayaan, daripada pekerjaan yang berdasarkan upah.
Dalam perekonomian yang semakin modern seperti sekarang ini
pemberian kredit pasti akan berhubungan dengan uang. Uang memainkan peranan
yang sangat penting bagi semua kegiatan masyarakat. Uang sudah merupakan
suatu kebutuhan, bahkan uang menjadi salah satu penentu stabilitas dan kemajuan
perekonomian di suatu negara.
1
Lembaga yang mengatur segala suatu bentuk uang adalah lembaga
keuangan yaitu bank. Di bidang perbankan, fungsi bank yakni sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat, yang salah satu usahanya adalah
memberikan kredit. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat menukar
uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan
setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan
pembayaran yang lainnya.2
Dapat dikatakan pula bahwa pada dasarnya bank itu melaksanakan tugas
distribusi, karena Bank bertindak sebagai perantara antara peminjam dengan
pemberi pinjaman. Atau sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana dengan
pihak yang kekurangan dana. Sehingga peranan dari lembaga keuangan yang
sebenarnya adalah sebagai perantara keuangan masyarakat. Penghimpunan dana
lembaga keuangan bank dilakukan dari masyarakat, sebaliknya pelemparan dana
berupa pelepasan misalnya kredit ditujukan kepada masyarakat pula.
Pemberian kredit tidak pernah lepas dengan perjanjian. Karena dalam
melakukan suatu proses pemberian kredit maka harus dilakukan perjanjian.
Perjanjian merupakan suatu persetujuan untuk melaksanakan suatu hal sesuai
dengan isi yang disepakati oleh para pihak. Atas perjanjian ini para pihak dituntut
untuk melaksanakannya karena perjanjian tersebut mempunyai hubungan hukum,
karena adanya hubungan hukum ini maka perjanjian tersebut memiliki kekuatan
hukum di depan pengadilan.3
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi 2008) hal.25
3
Perjanjian merupakan suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara
dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak pada satu pihak untuk
memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk
menunaikan prestasi.4
Dalam Pasal 1313 KUHPerdata dikatakan bahwa :
“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Pelepasan dana kepada masyarakat adalah berupa pemberian kredit. Kredit
adalah sebuah kepercayaan (trust).5 Dengan demikian, pemberian fasilitas kredit haruslah berdasarkan suatu kepercayaan, yaitu fasilitas yang diberikan tersebut
digunakan untuk tujuan yang sesuai dengan permohonan calon debitur.6
Sektor perkreditan merupakan salah satu sarana pemupukan modal bagi
masyarakat bisnis. Bagi kaum pengusaha, mengambil hutang (kredit atau
pinjaman) sudah merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
bisnis. Pemerintah Indonesia dalam hal memberikan kemudahan dan bantuan
modal kepada para pengusaha usaha kecil dan menengah tentu harus bekerja sama
dengan perusahaan perbankan nasional. Bank Umum mempunyai kewenangan
untuk memberikan kredit kepada para pengusaha kecil dan menengah.
Bagi
bank (kreditor), pemberian fasilitas kredit tersebut harus dapat kembali dengan
aman dan menguntungkan. Arus dasar dalam pemberian kredit demikian
merupakan suatu keniscayaan dalam dasar-dasar pemberian fasilitas kredit.
4
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung : Alumni, 1986), hal. 6 5
Try Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, (Ghalia Indonesia, 2009), hal. 2
Bagi perbankan, setiap pemberian kredit yang disalurkan kepada
pengusaha selalu mengandung resiko. Oleh karena itu, perlu unsur pengamanan
dalam pengembaliannya. Unsur pengamanan (safety) adalah salah satu prinsip dasar dalam peminjaman kredit selain unsur keserasian (suitability) dan keuntungan (profitability). Bentuk pengamanan kredit dalam praktik perbankan dilakukan dengan pengikatan jaminan.
Program kredit dilaksanakan oleh bank yang mempunyai fungsi atau
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Sesuai dengan isi Pasal 1 angka 2
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang berbunyi :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”.7
Dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 angka 1
menyatakan bahwa:
“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya”.8
7
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
8
Dari uraian tersebut, dapatlah dikembangkan mengenai definisi atau
pengertian hukum perbankan. Hukum perbankan adalah hukum positif yang
mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang bank. Hasanuddin Rahman
memberikan definisi mengenai Hukum Perbankan bahwa :
“Hukum Perbankan adalah Aturan-aturan, baik aturan pokok maupun aturan pelaksanaan, baik menyangkut perdata maupun pidana, baik mengenai pengurusan maupun pemilikan tentang suatu badan usaha yang usaha pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit serta bidang-bidang yang berhubungan dengan kegiatan badan usaha tersebut”.9
Bank sebagai usaha jasa yang bersifat melayani nasabah, bentuk pelayanan
tersebut dapat beragam sesuai dengan kegiatan jasa yang diberikan oleh bank.
Pelayanan tersebut pula dipengaruhi oleh perubahan ekonomi, persaingan
permintaan dan selera konsumsi.
Antara perbankan dengan nasabahnya, baik penyimpanan dana maupun
peminjaman, terdapat hubungan hukum yang bersifat kontraktuil. Hubungan
hukum antara bank dengan penyimpan dana dituangkan dalam bentuk peraturan
bank yang bersangkutan yang berisikan ketentuan dan syarat-syarat umum yang
harus disetujui oleh nasabah penyimpan dana. Sedangkan hubungan hukum
dengan peminjam dituangkan dalam bentuk konsensuil.10
Perjanjian kredit merupakan media atau perantara pihak dalam keterkaitan
pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (Lack of fund). Kenyataan yang nyata
9
Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan Di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998) hal.5
10
Perjanjian Kredit merupakan layanan nyata dari Bank dalam kehidupan serta
pengembangan perekonomian.
Dalam proses perjanjian pemberian kredit, aspek hukum memegang
peranan penting, artinya pemberian kredit melahirkan suatu hubungan hukum
dengan segala konsekuensi yuridis yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank
selaku kreditur apabila hal-hal yang mendasar terabaikan.
Hukum yang mengatur tentang perjanjian kredit walaupun berawal dari
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, akan tetapi mengenai
perjanjian kredit tidak dapat melepaskan diri dari aturan yang berada di Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata maupun Yurisprudensi yang ada.
Peranan dari suatu perjanjian kredit dimasukan sebagai pedoman dan alat
stabilitator dari kelancaran serta kepastian bagi pihak perbankan dan debitur
secara Proporsional terutama untuk menunjang sikap pembangunan.
Disamping hal tersebut,ada beberapa kelemahan di dalam Perjanjian
Kredit diantaranya tentang ketentuan rahasia bank, penanganan kredit macet dan
lainnya. Walaupun demikian lepas dari hal tersebut, perjanjian kredit harus lahir
dan berada untuk menanggulangi atau mengeleminir masalah tersebut.
Dalam melakukan perjanjian kredit, bank akan memberikan syarat-syarat
yang diperlukan kepada pihak debitur. Hal ini mengingat pentingnya keamanan
dari kreditur, yaitu persyaratan mengenai jaminan.
Dalam pelaksanaan pemberian fasilitas kredit pada nasabahnya, bank
diharapkan pada suatu permasalahan yang cukup kompleks antara lain kepada
nasabah yang akan menerima kredit kiranya akan mampu mengembalikan hutang
pokok berikut dengan bunganya. Berapa besar kredit yang layak diberikan,
apakah kredit yang diberikan tersebut resikonya cukup besar atau cukup kecil.
Suatu perjanjian khususnya perjanjian hutang piutang didalamnya
terkandung rasa saling percaya antara kedua belah pihak yang membuat
perjanjian, tanpa adanya rasa saling percaya ini sulit dibayangkan adanya suatu
perjanjian yang menimbulkan ikatan-ikatan terhadap kedua belah pihak.
Dalam praktek perbankan di Indonesia,pemberian kredit pada umumnya
diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang
tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari Bank.
Misalnya salah satu contoh dari kredit Bank yaitu Kredit Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Usaha Kecil dan Menengah adalah jenis usaha yang paling
banyak jumlahnya di Indonesia, tetapi sampai saat ini batasan mengenai usaha
kecil di Indonesia masih beragam.11 Jadi, Kredit UKM adalah peminjaman uang
kepada bank yang dilakukan oleh pengusaha untuk melancarkan kegiatannya
didalam bidang usahanya, tetapi kegiatan usahanya hanya yang berbentuk kecil
atau menengah. Dari segi ini, didefinisikan bahwa pengusaha kecil adalah usaha
berbentuk perseorangan, bisa berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang
didalamnya termasuk koperasi.12
Sektor UKM merupakan komponen penting bagi upaya pemberdayaan
ekonomi rakyat. Ini terbukti bahwa sektor UKM secara potensial mempunyai
11
tanggal 8 Februari 2013
12
modal sosial untuk berkembang wajar dan bertahan pada semua kondisi, relatif
mandiri karena tidak tergantung pada dinamika sektor moneter secara nasional.
Bahkan mempunyai potensi yang besar menyerap tenaga kerja penyumbang
devisa penghasil berbagai barang murah dan terjangkau oleh kekuatan ekonomi
rakyat dan distribusinya menyebar luas. Usaha kecil merupakan bagian integral
dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang
sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.13
Dalam penyaluran kredit, bank banyak mengalami permasalahan yang
cukup rumit yang apabila tidak segera diatasi dapat menimbulkan kerugian yang
fatal, oleh sebab itu sebelum memberikan kredit pihak bank harus melakukan
analisis yang tajam, teliti dan cermat.14 Jika pihak bank tidak melakukan itu maka
bahaya yang terjadi terhadap bank itu adalah terjadinya Kredit Macet. Kredit
Macet adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya
faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan debitur.15
Pelaksanaan perjanjian kredit tidaklah selalu berjalan dengan lancar, sering
kali dijumpai bahwa salah satu pihak tidak dapat melaksanakan perjanjian dengan
baik. Dalam keadaan seperti ini, maka harus diambil tindakan agar masalah
tersebut segera diselesaikan dengan baik oleh para pihak dan demi kelancaran Setiap bank yang pernah atau sedang beroperasi, pasti pernah mengalami
permasalahan kredit macet. Demikian juga dengan PT. Bank Danamon Cabang
Sukaramai.
13
http//Repository Universitas Andalas.htm, diakses pada tanggal 8 Februari 2013 14
diakses pada tanggal 9 Februari 2013
15
pelaksanaan perjanjian kredit tersebut,sehingga perjanjian tetap terlaksana dengan
baik sesuai dengan isi perjanjian.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji hal
tersebut lebih dalam dengan melakukan penelitian untuk penulisan skripsi dengan
judul : “Analisis Hukum Terhadap Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Pada PT. Bank Danamon Cabang Sukaramai.”
B. Rumusan Masalah
Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus
diselesaikan oleh peneliti dalam penelitian. Dengan adanya rumusan masalah
maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga
tidak mengarah pada hal-hal di luar permasalahan.
Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Apa sajakah faktor-faktor penyebab kredit macet atas pemberian kredit
UKM di Bank Danamon Cabang Sukaramai?
2. Bagaimana dampak dari suatu kredit macet terhadap Bank Danamon
Cabang Sukaramai?
3. Bagaimana penyelesaian kredit macet di Bank Danamon Cabang
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penyusunan skripsi ini yaitu :
1. Untuk mengetahui faktor penyebab kredit macet pada Usaha Kecil
Menengah.
2. Untuk mengetahui dampak dari suatu kredit macet di Bank Danamon.
3. Untuk menganalisis masalah penyelesaian kredit macet pada Bank
Danamon.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis, yakni berupa :
a. Mengetahui secara jelas mengenai perjanjian Kredit UKM
b. Menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Kredit Macet (bermasalah)
c. Menambah pengetahuan dibidang Hukum Perjanjian Kredit
2. Manfaat secara praktis, yakni berupa :
a. Hasil penulisan ini diharapkan akan berguna dalam memberikan
jawaban terhadap masalah yang akan diteliti yaitu mengenai kredit
macet terhadap perjanjian kredit.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat serta
E. Keaslian Penulisan
Penulisan Skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan, dan pemikiran penulis
secara pribadi. Oleh karena itu skripsi ini adalah hasil dari karya penulis sendiri
yang disusun dengan cara mempelajari, membaca, mengutip data-data yang ada
pada buku-buku, literatur-literatur, dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
judul skripsi penulis. Disamping itu juga penulis melakukan penelitian ke
lapangan yaitu PT. Bank Danamon Cabang Sukaramai. Oleh karena itu skripsi ini
adalah asli.
F. Metode Penelitian
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan dalam suatu permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian dari
suatu pemecahan masalah. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan
jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan
yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.
Untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya maka harus didukung dengan
fakta-fakta/dalil-dalil yang akurat yang diperoleh dari suatu penelitian. Penelitian pada
dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan bukannya sekedar mengamati
dengan teliti terhadap sesuatu objek yang mudah terpegang ditangan.16
16
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 1997), hal. 27.
Pada
pengetahuan yang benar, dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat
dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.17
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
metode yuridis normatif. Dalam penyusunan skripsi ini metode yang
dipergunakan dalam pengumpulan data yaitu melalui yuridis normatif yang
bersifat deskriptif. Metode yuridis normatif adalah metode penelitian yang
dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yaitu
melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan perbankan yang berlaku, serta untuk memperoleh
data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur perpustakaan,
sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut harus dilakukan
dengan melakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat
mendukung teori yang sudah ada.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan
untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan
hukum tertier.
Bahan hukum premier yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mempunyai ketentuan hukum mengikat. Peraturan
perundang-undangan yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, Undang-Undang Nomor
17
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memenuhi bahan
hukum primer yang dapat berupa karya-karya ilmiah berupa buku-buku, laporan
penelitian, jurnal ilmiah dan sebagainya.
Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Untuk memperoleh data pendukung akan digunakan perolehan data melalui
wawancara kepada beberapa debitur dan wawancara kepada Lilia Ekawati Nst
sebagai Credit Officer dari PT. Bank Danamon Cabang Sukaramai.
G. Sistematika Penulisan
Di dalam penulisan skripsi ini sangat diperlukan sistematika penulisan.
Sistematika penulisan ini berguna untuk memudahkan bagi penulis dan pembaca
skripsi ini untuk saling mengerti, menguraikan dan menghubungkan isi dari
sub-sub bab dalam skripsi ini. Sistem penulisan skripsi terdiri dari lima bab, dimana
setiap bab akan diuraikan sub bab nya masing-masing secara jelas dan terperinci.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
BAB I, dalam bab ini akan diuraikan tentang PENDAHULUAN :
Pendahuluan merupakan gambaran terhadap masalah-masalah yang
akan dibahas pada bab-bab selanjutnya. Pada bab ini terdiri atas 7 (tujuh)
manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian, sistematika
penulisan.
Selanjutnya dalam BAB II akan diuraikan tentang TINJAUAN UMUM
TENTANG PERBANKAN :
Di dalam bab ini penulis membahas tentang Dasar-dasar Hukum
Perbankan Indonesia, Peranan dan Tujuan Perbankan di Indonesia,
Asas-asas yang Berlaku Dalam Praktek Perbankan, Jenis Bank dan Usaha Bank,
Pengawasan Bank Umum dan Pengawasan Kredit.
Dalam BAB III akan diuraikan tentang TINJAUAN UMUM TENTANG
PERKREDITAN DAN KREDIT UKM :
Di dalam bab ini penulis menguraikan tentang Pengertian Kredit dan
Perjanjian Kredit Bank, Sistem Pemberian Kredit, Persyaratan Pemberian
Kredit, Gambaran Umum Tentang Kredit Bermasalah (macet), Pengertian
dan Pengaturan Kredit UKM.
Dalam BAB IV akan diuraikan tentang ANALISIS HUKUM TERHADAP
KREDIT MACET ATAS PEMBERIAN KREDIT UNTUK USAHA
KECIL DAN MENENGAH (UKM) PADA PT. BANK DANAMON
CABANG SUKARAMAI :
Dalam bab ini, penulis berusaha menjelaskan dengan urutan sebagai
berikut : Faktor Penyebab Kredit Macet Atas Pemberian Kredit UKM di
Terhadap Bank Danamon Cabang Sukaramai, Penyelesaian Kredit Macet
di Bank Danamon Cabang Sukaramai.
Dan BAB V akan diuraikan tentang KESIMPULAN DAN SARAN :
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hal-hal yang telah
diuraikan dan beberapa saran mengenai kasus kredit macet atas
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN
A. Dasar-dasar Hukum Perbankan Indonesia
Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum perbankan adalah hukum
yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan. Tentu untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai pengertian hukum
perbankan tidaklah cukup hanya dengan memberikan suatu rumusan yang
demikian. Perlu adanya pengertian dari beberapa para ahli, seperti :
Menurut Muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah sebagai
kumpulan kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan
bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensi, serta
hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain. 18
Munir Fuady merumuskan hukum perbankan adalah seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur maslah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan.19
Pada prinsipnya hukum perbankan menurut Hermansyah adalah keseluruhan norma-norma tertulis maupun norma-norma tidak tertulis yang mengatur tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan kegiatan usahanya. Berkaitan dengan pengertian ini, kiranya dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan norma-norma tertulis dalam pengertian diatas adalah seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai bank, sedangkan norma-norma yang tidak tertulis adalah hal-hal atau kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam praktek perbankan.20
18
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2005), hal. 39. 19
Ibid 20
Hukum perbankan merupakan hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan. Selain mengatur perbankan, hukum perbankan juga mengatur lembaga keuangan bank yakni semua aspek perbankan dengan yang lain, perbankan sebagai segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, yang didalamnya mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahannya.21
Hukum yang mengatur masalah perbankan adalah hukum perbankan. Hukum ini merupakan seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut.22
Secara sederhana hukum perbankan adalah hukum positif yang mengatur
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha bank. Bank merupakan
salah satu lembaga keuangan yang fungsi utamanya sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat. Dari uraian ini maka harus dibahas tentang hukum
yang berlaku saat ini yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank. Ketentuan perbankan yang lama tetap harus dipelajari sebagai bahan sejarah
perkembangan pembentukan hukum perbankan di Indonesia. Dari sejarah
pembentukan hukum perbankan itu, maka dapat dibandingkan ketentuan hukum
perbankan yang pernah berlaku di Indonesia.
Sebelum membahas ketentuan hukum perbankan maka harus mengetahui
terlebih dahulu tentang sejarah perbankan. Di dalam sejarah perbankan ini ada
dasar-dasar hukum perbankan Indonesia.
21
waromuhammad.blogspot.com, diakses pada tanggal 27 Maret 2013 22
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada
zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,
Afrika, dan Amerika dibawa oleh Bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan
ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika.23
Seiring dengan perkembangan perdagangan dunia, perkembangan
perbankan pun semakin pesat karena perkembangan dunia perbankan tidak
terlepas dari perkembangan perdagangan. Perkembangan perdagangan semula
hanya di daratan Eropa akhirnya menyebar ke Asia Barat.
Namun, pada
saat itu tugas utama bank hanyalah sebagai tempat tukar-menukar uang.
24
Pada periode kedudukan Belanda, bank di Indonesia didirikan oleh
pemerintahan Hindia-Belanda pada 1824 dengan nama Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM), dan pemerintah Hindia-Belanda bertindak sebagai salah satu pemegang saham utama. Bank tersebut didirikan untuk mengisi kekosongan
akibat likuidasi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang kendati telah menguasai hampir seluruh kawasan nusantara sekitar dua abad (1602-1799),
mengalami kebangkrutan. Sekarang ini NHM telah berubah menjadi Bank Ekspor
Impor Indonesia (BEII).
25
Pemerintah Hindia-Belanda juga mendirikan De Javasche Bank (1827),
kini Bank Indonesia (BI), dan NV Escomto Bank, sebuah bank swasta yang
dikenal sebagai Bank Dagang Negara (BDN). Beberapa koperasi simpan pinjam
yang didirikan di kalangan petani pada 1895 di Purwekerto, pada 1934
digabungkan oleh pemerintah Belanda ke dalam Algemeene Volksscrediet Bank
(AVB).26
Periode awal kemerdekaan di Indonesia, setahun setelah kemerdekaan,
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1946 yang menegaskan lahirnya Bank Nasional Indonesia (BNI),
yang peresmiannya dilakukan pada 17 Agustus 1946. Tugas BNI sebagaimana
tercantum dalam peraturanya adalah mengeluarkan dan mengedarkan uang kertas
bank disamping pemegang uang kas Negara.27
Periode 1988 – sekarang, pemerintah telah mengeluarkan serangkaian
kebijakan paket deregulasi di bidang keuangan, moneter, dan perbankan. Sejak
saat itu dunia perbankan semakin semarak, karena di mana-mana bank-bank baru
bermunculan. Pada sisi lain, dunia perbankan tertimpa tragedi yang membuatnya
kelam, dengan timbulnya masalah-masalah baru yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Ternyata undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang
Pokok-pokok Perbankan lainnya yang berlaku sudah tidak memadai dan tidak dapat
mengikuti perkembangan perekonomian nasional maupun internasional. Oleh
sebab itu, tatanan hukumnya perlu diperbarui dengan menyusun suatu
undang-undang baru tentang perbankan. Dan undang-undang-undang-undang baru tersebut pada tanggal
25 Maret 1992 disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun
26
Wijanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, (Jakarta, Grafiti Cetakan ke.III,1997), hal.3.
27
1992 tentang Perbankan. Dengan demikian, maka sejak saat itu, hukum perbankan
telah mengalami perubahan yang sangat mendasar.
Setelah enam tahun mulai dari berlakunya Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 mengalami perubahan untuk pertama kalinya. Perubahan tersebut
merupakan salah satu program pelaksanaan reformasi perbankan, yakni
menyempurnakan perangkat hukum di bidang perbankan dan pendirian lembaga
dana penyangga simpanan, yang pada gilirannya akan memulihkan kepercayaan
masyarakat domestik maupun internasional terhadap sistem perbankan kita.
Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tersebut dituangkan di dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-undang ini disahkan oleh
Presiden pada tanggal 10 November 1998.
Dasar hukum perbankan ini terdiri dari dua sumber hukum perbankan,
yaitu sumber hukum dalam arti formil dan sumber hukum dalam arti material.
Sumber hukum dalam arti material adalah sumber hukum yang menentukan isi
hukum itu sendiri dan itu tergantung dari sudut mana dilakukan peninjauannya,
apakah dari sudut pandang ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, dan lain
sebagainya, sedangkan sumber hukum dalam arti formal adalah tempat
ditemukannya ketentuan hukum dan perundang-undangan, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis.28
Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa sumber hukum perbankan
adalah tempat ditemukannya ketentuan hukum dan perundang-undangan (tertulis)
28
yang mengatur mengenai perbankan. Jadi, ketentuan hukum dan
perundang-undangan perbankan yang dimaksud adalah hukum positif, yaitu ketentuan
perbankan yang sedang berlaku pada saat ini.
Ketentuan yang secara khusus mengatur atau yang berkaitan dengan
perbankan tersebut dapat ditemukan dalam :
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia;
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan
Sistem Nilai Tukar;
4. Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), terutama
ketentuan Buku II dan Buku III mengenai Hukum Jaminan dan Perjanjian;
5. Wetboek van Koophandel (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang),
terutama ketentuan Buku I mengenai surat-surat berharga;
6. Faillissement Verordening (Peraturan Kepailitan) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Nomor 1
Tahun 1998 yang disahkan menjadi Undang dengan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998;
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;
9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing World Trade Organization;
11.Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
12.Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;
13.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas
Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah;
14.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang membantu pembentukan hukum
perbankan itu, diantaranya perjanjian-perjanjian yang dibuat antara bank dan
nasabah, ajaran hukum melalui peradilan yang termuat dalam putusan hakim
(yurisprudensi), doktrin-doktrin hukum, kebiasaan dan kelaziman yang berlaku
dalam dunia perbankan.
B. Peranan dan Tujuan Perbankan di Indonesia
Peran Perbankan Nasional dalam membangun ekonomi kerakyatan
perbankan merupakan salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam
menunjang kegiatan pembangunan nasional atau regional. Peran itu diwujudkan
dalam fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi atau institusi perantara
antara debitor dan kreditor.29
Bank mempunyai peranan yang sangat banyak. Salah satunya adalah
tentang peranan bank sebagai penghimpun dana.30
29
Keberadaan lembaga bank
yaitu sebagai salah satu lembaga yang memberikan sumber pembiayaan bagi
diakses pada tanggal 12 Februari 2013
30
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan dana, memiliki kedudukan yang
sangat strategis dan potensial.31 Pelaku ekonomi yang membutuhkan dana untuk
menunjang kegiatannya dapat terpenuhi dan dapat membuat roda perekonomian
bergerak.32 Hal ini disebabkan karena bank merupakan lembaga keuangan yang
sangat dekat dengan masyarakat yang telah diberikan intermediasi oleh
pemerintah untuk mempercepat pembangunan ekonomi.33
Bank disini bertindak sebagai penghubung antara pengguna jasa bank dan
sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga keuangan yang
menunjang sistem pembayaran.34 Dengan demikian diperlukan penyempurnaan
terhadap sistem perbankan nasional yang bukan hanya mencakup gaya penyehatan
bank secara individual, melainkan juga penyehatan perbankan secara
menyeluruh.35 Upaya penyehatan perbankan nasional menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah, bank-bank itu sendiri, dan masyarakat pengguna jasa
bank. Adanya tanggung jawab bersama tersebut membantu memelihara tingkat
kesehatan perbankan nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dalam
perekonomian nasional mengingat perannya dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional tidak berlebihan apabila perbankan kita ditempatkan
begitu strategis, sehingga tidak berlebihan apabila terhadap lembaga perbankan
tersebut pemerintah mengadakan pembinaan dan pengawasan yang ketat.36
31 Ibid
Semua
itu didasari oleh landasan pemikiran agar lembaga perbankan di Indonesia mampu
32 Ibid 33
Ibid 34
Sarah Cristine L. Tobing, Aspek Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Mandiri, (Fakultas Hukum), 2010, hal. 20
35 Ibid 36
berfungsi secara efisien, sehat, wajar serta mampu melindungi, baik terhadap dana
yang dititipkan masyarakat kepadanya serta mampu menyalurkan dana
masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran
pembangunan.37
Di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 diatur tentang fungsi
perbankan, yaitu dalam Pasal 3 yang berbunyi “Fungsi utama perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Dari
ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of funds).
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak
semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang
non ekonomis seperti masalah menyangkut stabilitas nasional yang mencakup
antara lain stabilitas politik dan stabilitas sosial. Secara lengkap mengenai hal ini
diatur dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, yang berbunyi “Perbankan Indonesia bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak”.
C. Asas-Asas yang Berlaku dalam Praktek Perbankan
Dalam melaksanakan hubungan kemitraan antara bank dan nasabahnya,
untuk terciptanya sistem perbankan yang sehat, kegiatan perbankan perlu
37
dilandasi dengan beberapa asas. Asas tersebut adalah asas hukum.38
Berdasarkan dasar Negara Pancasila dan UUD Tahun 1945, perbankan
harus memerhatikan kesejahteraan nasabah dan tidak merugikan nasabah. Dengan
cara kerja seperti itu dapat meningkatkan pemasukan bank itu sendiri, karena
minat nasabah untuk menyimpan dana di bank akan terus meningkat.
Di dalam asas
hukum maka terdapat norma hukum. Norma hukum itu lahir dengan sendirinya, ia
lahir dilatar belakangi oleh dasar-dasar filosofi tertentu. Itulah yang dinamakan
asas hukum, dan asas hukum dimaksud merupakan jantung peraturan hukum,
karena ia merupakan jantung atau jembatan suatu peraturan hukum yang
menghubungkan antara peraturan-peraturan hukum dan hukum positif dengan
cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakat. Jadi suatu asas adalah suatu alam
pikiran atau cita-cita ideal yang melatarbelakangi pembentukan norma hukum
yang konkret dan bersifat umum atau abstrak.
Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat kita ketahui dari
ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menetapkan bahwa Perbankan di Indonesia dalam melakukan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Untuk
mempertegas makna asas demokrasi ekonomi ini penjelasan umum dan
penjelasan Pasal 2 berbunyi : yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah
demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Demokrasi ekonomi ini tersimpul dalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Pembangunan di
38
bidang ekomoni yang didasarkan pada demokrasi ekonomi menentukan
masyarakat harus memegang peran aktif dalam kegiatan pembangunan,
memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta
menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha.
Untuk terciptanya sistem perbankan Indonesia yang sehat dalam kegiatan
perbankan, maka berikut akan diuraikan asas hukum perbankan secara lebih rinci.
Asas tersebut yaitu :
1. Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle)
Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank
dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dan nasabahnya.39
2. Asas Kerahasiaan (Confidential Principle)
Bank
berusaha dari dana masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan,
sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap
memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip
kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998.
Asas Kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank
merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan
lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan
(wajib) dirahasiakan.40
39
Ibid, hal. 16
Prinsip kerahasian bank diatur dalam Pasal 40
sampai dengan Pasal 47 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah
40
penyimpan dan simpanannya. Namun dalam ketentuan tersebut kewajiban
merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian.41 Kewajiban merahasiakan itu
dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian
utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan Piutang
dan Lelang/Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN), untuk
kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank
dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi bank.42
3. Asas Kehati-hatian (Prudential Principle)
Asas Kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam
menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan dalam
menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang
dipercayakan kepadanya.43
D. Jenis Bank dan Usaha Bank
Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian ini
agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik
dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku
di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan Pasal
29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Bank merupakan sektor perekonomian yang sangat penting disetiap
negara. Secara umum tentulah dalam suatu negara terdapat berjenis-jenis bank
41
Dr. Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2010), hal 17
42 Ibid 43
yang selalu melayani kepentingan nasabahnya. Jenis-jenis terbagi dalam tiga
unsur yaitu :
1. Dilihat dari bidang usahanya
Kegiatan usaha bank tidak sama antara bank yang satu dengan bank yang
lainnya. Dengan Undang-Undang yang telah diubah, kembali kelembagaan bank
ditata dalam struktur yang lebih sederhana, menjadi dua jenis bank saja, yaitu :
Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Pembedaan bank menurut jenisnya ini
ditegaskan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Perbankan.
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.44 Sifat jasa yang diberikan adalah
umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu
pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum
sering disebut Bank Komersil. Dengan sendirinya Bank Umum adalah bank
pencipta uang giral. Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan
kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan
tertentu.
44
Dalam Pasal 6 Undang-Undang Perbankan disebutkan Usaha Bank Umum
meliputi :
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu ;
b) Memberikan kredit;
c) Menerbitkan surat pengakuan hutang
d) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya :
1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud;
2. Surat-surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang
masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud;
3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
5. Obligasi
6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun;
7. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan
1 tahun;
e) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
f) Memindahkan dana pada, menjamin dana dari, atau meminjamkan dana
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjul, cek atau sarana lainnya;
g) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antara pihak ketiga;
h) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak;
j) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat dibursa efek;
k) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
l) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia,
m) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan UU ini dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.45
45 Ibid
BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Dengan
sendirinya Bank Perkreditan Rakyat adalah bukan bank pencipta uang giral, sebab
Bank Perkreditan Rakyat tidak ikut memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Usaha Bank Perkreditan Rakyat dijabarkan dalam Pasal 13
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu :
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu;
b) Memberikan kredit
c) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasrkan prinsip
syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
d) Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.
2. Dilihat dari kepemilikannya
Dilihat dari kepemilikannya bank dapat dibagi dalam dua (2) golongan,
yaitu :
1. Bank Milik Pemerintah (Negara) artinya baik akte pendirian dan modal
bank yang bersangkutan berasal dari pemerintah.
2. Bank Milik Swasta:
a) Swasta Nasional, artinya modal bank ini dimiliki oleh orang atau
b) Swasta Asing, artinya modal bank tersebut dimiliki oleh Warga
Negara Asing dan atau Badan Hukum Asing. Dalam hal ini ada
kemungkinan bank ini merupakan kantor cabang dari negara asal
bank yang bersangkutan.
c) Di samping kedua jenis bank ini, dalam dunia perbankan pun
dikenal pula dengan Bank Campuran.
“Bank campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.”46
3. Dilihat dari segi Operasionalnya
Dilihat dari ruang lingkup operasional bidang usahanya, maka bank dapat
dibagi dalam dua golongan, yakni :
1. Bank Devisa, artinya bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank
Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing.
2. Bank Nondevisa, artinya Bank yang tidak dapat melakukan usaha di
bidang transaksi valuta asing.
E. Pengawasan Bank Umum dan Pengawasan Kredit
1. Pengawasan Terhadap Bank Umum
Sesuai Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan yang diubah dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999,
Bank Indonesia diserahi tugas, kewenangan, dan tanggung jawab untuk
46
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank. Jadi otoritas sebagai
pembina dan pengawas terhadap bank berada di tangan Bank Indonesia.
Secara umum, peranan bank sentral sangat penting dan strategis dalam
upaya menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efisien. Perlu diwujudkan
sistem perbankan yang sehat dan efisien itu, karena dunia perbankan adalah salah
satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Sedangkan secara
khusus, bank sentral mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencegah
timbulnya risiko-risiko kerugian yang diderita oleh bank itu sendiri, masyarakat
menyimpan dana, dan merugikan serta membahayakan kehidupan perekonomian.
Pada hakikatnya pengaturan dan pengawasan bank dimaksudkan untuk
meningkatkan keyakinan dari setiap orang yang mempunyai kepentingan dengan
bank, bahwa bank-bank dari segi finansial tergolong sehat, bahwa bank dikelola
dengan baik dan profesional, serta didalam bank tidak terkandung segi-segi yang
merupakan ancaman terhadap kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya
dari bank.
Tujuan umum dari pengaturan dan pengawasan bank adalah menciptakan
sistem perbankan yang sehat, yang memenuhi tiga aspek, yaitu perbankan yang
dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara
wajar. Dalam arti di satu pihak memerhatikan faktor risiko seperti kemampuan,
baik dari sistem, finansial, maupun sumber daya manusia.
Berkaitan dengan itu, bahwa dunia perbankan memiliki hubungan yang
sangat erat dengan maju mundurnya perekonomian suatu negara. Jika sistem
Sebaliknya, apabila sistem perbankan suatu negara tidak sehat akan berdampak
tidak baik bagi pembangunan ekonomi.
Oleh karena itu, terwujudnya suatu sistem perbankan yang sehat perlu
terus dilakukan secara berkesinambungan. Lembaga yang bertanggung jawab
dalam mewujudkan sistem perbankan yang sehat itu adalah Bank Sentral.
Kewenangan Bank Sentral dalam melakukan pengaturan dan pengawasan
bank adalah sebagai alat atau sarana untuk mewujudkan sistem perbankan yang
sehat, yang menjamin dan memastikan dilaksanakannya segala peraturan
perundang-undangan yang terkait dalam penyelenggaraan usaha bank oleh banl
yang bersangkutan.
Dengan demikian, bila ternyata dalam tugas mengatur dan mengawasi
bank tersebut Bank Sentral menemukan suatu penyimpangan yang dilakukan oleh
bank, akan dapat segera dilakukan tindakan.
2. Pengawasan Kredit
Salah satu fungsi manajemen yang penting dalam setiap kegiatan usaha
yaitu tahap pengawasan, demikian juga di dalam perkreditan karena kegiatan
pengawasan akan merupakan penjagaan dan pengamanan terhadap kekayaan bank
yang disalurkan atau diinvestasikan di bidang perkreditan.47
Kegiatan pengawasan ini akan menjadi lebih penting bila kita ketahui
bahwa kredit merupakan kekayaan yang berisiko atau risk assets, karena asset
tersebut dikuasai oleh pihak di luar bank.48
47
Warman Djohan, Kredit Bank Alternatif Pembiayaan dan Pengajuannya, (Jakarta, PT. Mutiara Sumber Widya, 2000), hal. 165
1. Pengawasan Kredit Dalam Arti Luas
Pengawasan kredit dalam arti luas akan meliputi pengawasan
sebelum kredit diberikan (steering control), pengawasan pada waktu proses persetujuan kredit (post action control) dan pengawasan setelah kredit diberikan (feedback control).
a. Pengawasan Kredit Dimuka (Steering Control)
Pengawasan kredit ini lebih banyak dalam bentuk rekomendasi dari
hasil analisis departement/unit yang menangani riset dan
pengembangan usaha suatu bank
b. Pengawasan Kredit Pada Waktu Proses Analisis (Post Action Control)
Pengawasan kredit ini merupakan pengawasan administrarif
meliputi kelengkapan dan keabsahan dokumen permohonan kredit.
c. Pengawasan Kredit Pada Waktu Kredit Berjalan (Feedback Control)
Pengawasan kredit ini meliputi pengawasan administratif,
pengawasan fisik terhadap kegiatan usaha debitur di lapangan dan
analisis kecenderungan ekonomi.
2. Fokus Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit adalah salah satu fungsi manajemen dalam
usahanya untuk melakukan penjagaan dan pengamanan atas pengelolaan
kekayaan bank ke arah fortofolio perkreditan yang lebih baik dan efisien,
cara mendorong dipatuhinya kebijakan perkreditan yang telah
ditetapkan.49
Pada tahapan pertama pengawasan kredit, merupakan upaya dalam
penjagaan dan pengamanan harta bank dalam bentuk kredit.
Pengertian penjagaan lebih bersifat preventif, sedang pengamanan lebih
bersifat represif, untuk menghindarkan kemungkinan kerugian potensial
yang akan timbul di kemudian hari.
Secara umum, pengawasan kredit merupakan pengendalian kredit
dalam bentuk manajemen kontrol yang meliputi audit financial, audit operational dan audit management atau kebijakan (management audit).
3. Tujuan Pengawasan Kredit
Secara rinci tujuan atau sasaran pengawasan kredit dapat dijelaskan
sebagai berikut50
a. Dapat dilakukannya dengan baik penjagaan dan pengawasan dalam
pengelolaan kekayaan bank di bidang perkreditan, untuk
menghindarkan penyelewangan baik dari intern bank maupun
ekstern. :
b. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi di
bidang perkreditan serta penyusunan dokumentasi perkreditan yang
lebih baik.
49
Ibid, hal. 167 50
c. Untuk memajukan efisien di dalam pengelolaan dan tatalaksana
usaha di bidang perkreditan dan mendorong tercapainya rencana
yang telah ditetapkan.
d. Untuk menilai tingkat kepatuhan terhadap aturan yang telah
ditetapkan dan penggarisan dalam manual perkreditan dalam
pencapaian sasaran di atas.
Dari uraian di atas, masing-masing tujuan tersebut mempunyai keterkaitan
yang erat satu dengan yang lainnya.
4. Sarana Pengawasan Kredit
Saran pengawasan dalam perkreditan adalah sama dengan sarana
administrasi perkreditan namun ditinjau dari sudut pandang yang berbeda.
Sarana pengawasan yang mempunyai tingkatan tertinggi adalah
perundang-undangan yang mengatur perbankan dan kegiatan perdagangan
pada umumnyadan khususnya yang mengatur perkreditan. Tingkatan
berikutnya Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan
Pemerintahan Daerah dan terakhir Keputusan Kebijakan Manajemen
Bank.
Adapun bentuk pengawasan kredit adalah sebagai berikut51
a. Pengawasan Terhadap Penggunaan Kredit
:
pengawasan tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah telah
sesuai dengan pemberian fasilitas yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Misalnya : untuk Kredit Modal Kerja harus digunakan untuk modal kerja, tidak
51
diperkenankan untuk digunakan sebagai kredit yaitu untuk kredit modal kerja
jangka waktunya satu tahun dan dapat diperpanjang bila diperlukan, sedangkan
untuk investasi sesuai jenis kreditnya adalah untuk penggunaan kredit dengan
jangka pengembalian lebih dari satu tahun, karena dana yang ditanam dalam
investasi baru menghasilkan lebih dari masa satu tahun. Apabila terjadi
penyimpangan penggunaan kredit, maka dapat dipastikan kredit tidak dapat
dikembalikan sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan, sehingga sudah
dipastikan kredit tersebut akan bermasalah dan bila tidak segera ditangani secara
baik dengan mengacu pada perjanjian semula, maka tidak menutup kemungkinan
menjadi kredit macet.
b. Pengawasan Terhadap Aktifitas Usahanya
Pengawasan terhadap aktifitas usaha berkaitan dengan cash flow atau yang disebut juga dengan arus dana, maksud pengawasan ini adalah untuk memonitor
apakah dana yang bersumber dari fasilitas kredit bank telah digunakan sesuai
ketentuan, sehingga dengan demikian kemungkinan untuk penyalahgunaan dana
yang bersumber dari fasilitas kredit dapat diantisipasi dengan baik.
c. Pengawasan Terhadap Agunan Kredit
terhadap agunan kredit juga perlu dilakukan, apakah kondisi dan situasi
agunan masih tetap atau sudah berubah wujud, atau berpindah tangan tanpa
sepengetahuan bank. Untuk pengawasan ini diperlukan adanya kerjasama dengan
instansi terkait lainnya, yaitu dengan pihak kepolisian, kelurahan,. Badan
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN KREDIT UKM
A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit Bank
Kredit dalam kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling
utama, karena pendapatan terbesar dari usaha bank berasal dari pendapatan
kegiatan usaha kredit yaitu berupa bunga dan provisi.52 Ruang lingkup dari kredit
sebagai kegiatan perbankan, tidaklah semata-mata berupa kegiatan peminjaman
kepada nasabah melainkan sangat kompleks karena menyangkut keterkaitan
unsur-unsur yang cukup banyak diantaranya meliputi: sumber-sumber dana kredit,
alokasi dana, organisasi dan manajemen perkreditan, kebijakan perkreditan,
dokumentasi dan administrasi kredit, pengawas kredit serta penyelesaian kredit
bermasalah.53 Mengingat begitu luas ruang lingkup dan unsur-unsur yang
melingkupi kegiatan perkreditan ini, maka tidak berlebihan penanganannya pun
harus dilakukan secara sangat hati-hati dengan ditunjang profesionalisme serta
integrasi moral yang harus melekat pada sumber daya manusia.54
Harus diakui dibandingkan dengan produk dan jasa perbankan yang
ditawarkan, pendapatan atau keuntungan suatu bank lebih banyak bersumber dari
pemberian kredit kepada nasabahnya, terlebih lagi bagi bank-bank yang belum
berstatus bank devisa. Oleh karenanya, pemberian kredit tersebut pasti secara
terus menerus dilakukan oleh bank dalam kesinambungan operasional. Pada
52
diakses pada
tanggal 18 Februari 2013 53
Ibid 54