• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Liberalisasi Perdagangan Pada Ketahanan Pangan Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Liberalisasi Perdagangan Pada Ketahanan Pangan Keluarga"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

H

HHAAASSSIIILL LPPPEEENNNEEELLLIIITTTIIAIAANNN

STATUS GIZI DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN

PROTEIN ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA NAMO GAJAH,

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

Jumirah, Zulhaida Lubis, dan Evawany Aritonang

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU

ABSTRACT

The objective of this study were to know the nutritional status, stunted case, allowences level of energy and protein in primary student (consist of 90 student as sample of study). Design of study was cross sectional study. Data were collected through interview technique and measurment. The body weight was measured by bathroom scale tools, body height was measured by microtoise instrument, the food consumption by 24 hours food recall method, and socio economy including parents education, job, family income were collected through interview using questionaire. The results of study showed that in general, the primary student have normal nutritional status although there are primary student in severe and moderate nutritional status. Using the index body weight by age (BW/A), there are 26.7% students having moderate nutritional status and 1.1% students in severe nutritional status. On the other hand using the index body height by age (BH/A), there are 12.6% students in moderate stunted category and 5.6% students in severe stunted category. There are 43.3% students consuming energy in moderate and lowt category; 6.6% consume protein in moderate and low category.

Generally, the respondent are farmer and retailer family as poor family because 87% family allocated their income above 60% for the food consumption. To solve malnutrition problem and stunted in poor family is needed many action like nutrition intervention and increase household income. It can be done by community economy empowerment in agricultural sector, private sector with local government support.

Keywords: Nutritional status, Stunted, Energy and protein consumtion, Primary student

PENDAHULUAN

Masalah gizi makro masih tetap menjadi permasalahan gizi anak balita di Indonesia. Prevalensi gizi kurang atau berat badan rendah (underweight) terus mengalami kenaikan dari 24% tahun 2000 menjadi 26,1% tahun 2001, 27,3% tahun 2002, 27,5% pada tahun 2003 dan 28% tahun 2005 (Depkes 2004 dan Atmarita 2006). Selain itu terhambatnya pertumbuhan yang disebut dengan “stunted” (pendek menurut umur) merupakan masalah gizi yang masih banyak ditemukan pada anak usia pertumbuhan termasuk anak sekolah dasar. Menurut laporan “The World Nutrition Situation” (IFFRI, SCN, 2000), prevalensi “stunted”

pada anak sekolah dasar masih cukup tinggi terutama di negara-negara sedang berkembang seperti Ghana, India, Indonesia, Tanzania, Vietnam. Di Amerika Latin dan Caribia lebih dari sepertiga anak sekolah mengalami “stunted”, di Guatemala 50,6% dan Peru 48%. Di Indonesia prevalensi stunting pada anak balita sebesar 36% (Puslitbang Gizi 2006).

(2)

yang dianjurkan (Zulhaida 1993 dan Zulhaida, dkk 1996). Rendahnya kecukupan gizi pada kelompok ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik, daya konsentrasi belajar dan prestasi yang dicapai, selanjutnya akan dapat menghambat peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Hambatan pertumbuhan pada anak dipengeruhi oleh berbagai faktor meliputi faktor lingkungan dan genetik serta interaksi keduanya (IFFRI, SCN, 2000). Faktor lingkungan meliputi pola konsumsi pangan, penyakit, sanitasi yang kurang baik, praktek kesehatan dan hygiene yang buruk. Sementara faktor-faktor tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga. oleh karena itu untuk menyusun langkah-langkah yang lebih nyata dalam penanggulangan masalah gizi khususnya pada kelompok anak sekolah dasar, masih diperlukan kajian tentang tingkat kecukupan gizi serta status gizi anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status gizi dan kejadian stunted serta tingkat kecukupan gizi anak sekolah dasar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat analitik dengan rancangan penelitian “cross sectional”. Penelitian ini dilakukan di Desa Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan Medan. Waktu yang diperlukan selama 6 bulan mulai dari persiapan, pengambilan data dan penulisan laporan.

Populasi adalah seluruh anak (murid) sekolah dasar di SD Negeri Namo Gajah pada bulan Agustus 2007. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang ditentukan secara purposive sebanyak 15 orang setiap kelas sehingga jumlah seluruh sampel dari kelas 1 sampai kelas 6 berjumlah 90 orang.

Data status gizi anak diperoleh dari data BB/U dan TB/U dikategorikan berdasarkan z-skor dengan baku rujukan WHO-NCHS. Data konsumsi makanan ditampilkan dalam bentuk tingkat kecukupan gizi (energi dan protein), yang diperoleh dari perbandingan zat gizi yang dikonsumsi dengan yang dianjurkan dikali seratus persen. Keadaan sosial ekonomi digambarkan berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis

pekerjaan ayah serta keadaan ekonomi keluarga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan pekerjaan ayah, serta alokasi pendapatan keluarga untuk pengeluaran pangan. Lebih dari separoh ayah responden tergolong berpendidikan rendah yaitu 32,2% berpendidikan SMP dan 23,3% SD, walaupun ada 1 orang (1,1%) yang berpendidikan Diploma/D3.

Pekerjaan ayah sebagian besar sebagai petani dan wiraswasta masing-masing 38,9%. Sedangkan pekerjaan ayah lain terdiri dari buruh, tukang becak, satpam, supir, dan lain-lain.

Keluarga responden dalam studi ini masih tergolong miskin. Hal ini dapat dilihat bahwa 78,8% keluarga mengalokasikan > 60% pendapatnnya untuk pengeluaran pangan. Hukum Engel menegaskan bahwa bila persentase pengeluaran seseorang lebih besar digunakan untuk pangan maka dapat dikategorikan sebagai orang yang masih miskin. Selanjutnya Benneth (dikenal sebagai hukum Benneth) menyatakan bahwa semakin meningkat keadaan ekonomi seseorang maka semakin kecil persentase pengeluaran yang digunakan untuk pangan.

Survei ini menunjukkan bahwa berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) anak sekolah dasar di kelurahan Namo Gajah sebagian besar (72,2%) berstatus gizi baik. Meskipun demikian masih dijumpai anak dengan status gizi buruk (1,1%). Bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin lebih banyak anak laki-laki yang berstatus gizi kurang dan buruk dibanding anak perempuan (Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi Status Gizi Murid SD Negeri Namo Gajah Berdasarkan Indeks BB/U Menurut Jenis Kelamin

(3)

Berdasarkan indeks TB/U ditemukan anak sekolah dasar di kelurahan Namo Gajah yang tergolong pendek (15,6%) dan sangat pendek (5,6%). Bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa lebih banyak anak laki-laki yang tubuhnya pendek dan sangat pendek dibanding anak perempuan (Tabel 2).

Tabel 2. Distribusi Status Gizi Murid SD Negeri Namo Gajah Berdasarkan Indeks TB/U Menurut Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total Status gizi

Konsumsi energi anak sekolah dasar di daerah ini masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari persentase anak yang mempunyai konsumsi energi baik hanya 34,4%. Sementara anak yang konsumsi energinya kurang dan defisit hampir separuh (43,3%). Bila dibedakan bedasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa tingkat konsumsi energi dengan relatif sama antara anak laki-laki dan anak perempuan. (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi per Hari Murid SD Negeri Namo Gajah Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total Konsumsi

Sebagian besar responden (78%) mengkonsumai protein pada kategori baik dan hanya 6,6% yang mempunyai konsumsi protein kurang dan defisit Berdasarkan jenis kelamin secara keseluruhan lebih banyak anak laki-laki yang mempunyai tingkat konsumsi protein kurang dan defisit (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein per Hari Murid SD Negeri Namo Gajah Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total Konsumsi

Tabulasi silang antara tingkat konsumsi energi dan status gizi menunjukkan bahwa anak yang status gizinya buruk berdasarkan BB/U (hanya 1 orang) mempunyai tingkat konsumsi energi yang kurang. Sementara anak yang berada pada status gizi baik (65 orang) terdapat 27,7% yang mempunyai konsumsi energi defisit dan 13,9% konsumsi energi kurang (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak yang berada pada keadaaan gizi baik saat ini mempunyai risiko untuk mengalami penurunan status gizi menuju gizi kurang dan buruk bila tidak diperhatikan konsumsi makanan mereka.

Bila dilihat distribusi status gizi berdasarkan tingkat konsumsi protein ternyata anak yang berstatus gizi buruk berdasarkan BB/U mempunyai konsumsi protein yang baik. Demikian juga anak yang status gizinya baik sebagian besar mempunyai konsumsi protein yang baik pula (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi yang diukur berdasarkan berat badan tidak hanya dipengaruhi konsumsi protein, akan tetapi berat badan saat ini lebih merupakan refleksi asupan energi secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber karbohidrat, lemak dan protein.

(4)

mempunyai konsumsi energi yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi badan sebagai indikator pertumbuhan linier lebih merupakan refleksi asupan gizi masa lalu bukan masa sekarang.

Demikian juga untuk konsumsi protein dikaitkan dengan tinggi badan anak, ternyata anak-anak yang mempunyai tinggi badan normal ada yang mengalami asupan protein

yang defisit pada saat ini. Bahkan sebaliknya anak-anak yang tinggi badannya pendek ternyata saat ini mempunyai asupan protein yang baik (Tabel 8). Sama seperti konsumsi energi maka konsumsi protein juga tidak secara langsung berkaitan dengan tinggi badan akan tetapi tinggi badan merupakan gambaran asupan pangan pada masa lampa.

Tabel 5. Distribusi Status Gizi (BB/U) Murid SD Namo Gajah Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi per Hari

Tingkat konsumsi energi

Baik Sedang Kurang Defisit

Total Status gizi

(BB/U)

n % n % n % n % n %

Gizi buruk 0 0,0 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0

Gizi kurang 8 33,3 5 20,8 8 33,3 3 12,5 24 100,0

Gizi baik 23 35,4 15 23,1 9 13,8 18 27,7 65 100,0

Total 31 34,4 20 22,2 18 20,0 21 23,3 90 100,0

Tabel 6. Distribusi Status Gizi (BB/U) Murid SD Negeri Namo Gajah Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein per Hari

Tingkat konsumsi proteini

Baik Sedang Kurang Defisit

Total Status gizi

(BB/U)

n % n % n % n % n %

Gizi buruk 1 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0

Gizi kurang 22 91,7 1 4,2 1 4,2 0 0,0 24 100,0

Gizi baik 48 73,8 12 18,5 2 3,1 3 4,6 65 100,0

Total 71 78,9 13 14,4 3 3,3 3 3,3 90 100,0

Tabel 7. Distribusi Status Gizi (TB/U) Murid SD Negeri Namo Gajah Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi per Hari

Tingkat konsumsi energi

Baik Sedang Kurang Defisit

Total Status gizi

(TB/U)

n % n % n % n % n %

Sangat pendek 1 20,0 0 0,0 2 40,0 2 40,0 5 100,0

Pendek 6 42,9 4 28,6 0 0,0 4 28,6 14 100,0

Normal 24 33,8 16 22,5 16 22,5 15 21,1 71 100,0

Total 31 34,4 20 22,2 18 20,0 21 23,3 90 100,0

Tabel 8. Distribusi Status Gizi (TB/U) Murid SD Negeri Namo Gajah Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein per Hari

Tingkat konsumsi protein

Baik Sedang Kurang Defisit

Total Status gizi

(TB/U)

n % n % n % n % n %

Sangat pendek 5 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 5 100,0

Pendek 11 78,6 2 14,3 1 7,1 0 0,0 14 100,0

Normal 55 77,5 11 15,5 2 2,8 3 4,2 71 100,0

(5)

KESIMPULAN

1. Anak sekolah dasar di kelurahan Namo Gajah Medan Tuntungan sebagian besar mempunyai status baik, namun masih ditemukan kasus guzi kurang dan buruk. Berdasarkan indeks BB/U bahwa 26,7% anak mengalami gizi kurang dan 1,1% gizi buruk. Sedangkankan berdasarkan indeks TB/U ditemukan anak yang pendek sebanyak 12,6% dan sangat pendek 5,6%.

2. Sebanyak 43,3% anak mengonsumsi energi kurang dan defisit, dan 6,6% mengonsumsi protein kurang dan defisit. 3. Sebagian besar keluarga responden

tergolong miskin, yang ditunnukkan hasil penelitian bahwa 87% keluarga mengalokasikan sebagian besar pendapatannya (> 60%) untuk pengeluaran pangan.

SARAN

Mengingat masih ditemukan kasus gizi kurang dan buruk serta keadaan stunted pada anak sekolah dasar di kelurahan Namogajah, dan kondisi ekonomi yang masih rendah diperlukan upaya-upaya perbaikan gizi yang terpadu meliputi perbaikan konsumsi makanan dan perbaikan ekonomi keluarga secara terpadu. Upaya perbaikan gizi terpadu sebaiknya dikoordinir oleh pemerintah daerah melalui kerjasama antar sektor terkait Upaya perbaikan konsumsi makanan dan asupan gizi perlu dilakukan melalui penyuluhan dan pemantauan gizi dan kesehatan anak. Selain itu perlu upaya peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan keluarga dalam peningkatan produksi pertanian dan perbaikan wirausaha, sehingga dengan peningkatan ekonomi masyarakat diharapkan berdampak positif terhadap daya beli pangan dan upaya kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Alan Berg. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. Rajawali. Jakarta

Atmarita. 2006. Analisis Antropometri Balita (SUSENAS 1989–2005).Depkes RI. BAPPENAS. 2004. Indonesia Progress

Report on the Millenium Development Goals. Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta. Depkes RI.

Departemen Kesehatan. 2004.

Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. Jakarta. Depkes RI

Departemen Kesehatan. 2005. Gizi Dalam Angka. Jakarta. Depkes RI

Futrell, Louis T K., and Frances W. 1975. Nutritional Status of Black Preschool Children in Missisipi. J.Am.Dietet.A. 66:22-27.

Gibson, S.R. 1990. Principles of Nutrition Assesment. Oxford University Press. New York.

Hadi Riyadi. 2001. Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Jurusan GMSK. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor

IFFRI, SCN. 2000. 4Th Report. The World Nutrition Situation: Nutritioan Throughout The Life Cycle.

Klein, RE, et.al. 1979. Evaluating The Impact of Nutrition and Health Programs. Plenum. New York.

Marie A. Boyle. 2003. Community Nutrition in Action. Wadsworth. Australia, Canada, Mexico, Singapore, Spain, United Kingdom, United states.

Mason, J.B, Jean P.H., H. Tabatabai and Valverde. 1984. Nutritional Surveillance. WHO. Geneva.

Mergen, S. 1984. Energy-protein Malnutrition. Nestle Foundation. Laussane

Moehdji, S. 1982. Ilmu Gizi, jilid II. Bhratara. Jakarta

Monckeberg, F. 1983. Sosioeconomic Development and Nutritional Status: Efficiency of Intervention Program, in Underwood (ed). Nutrition Intervention Strategies in National Development. Academic Press. New York.

Satoto. 1997. Fitrah dan Tumbuh kembang Anak (pidato pengukuhan guru besar). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Fakultas Kedokteran, Ilmu Gizi.

(6)

Wardlaw, G., paul M. Insel and Marcia F.Seyler. 1992. Contemporary Nutrition. Mosby Year Book. St.Louis, Baltimore, Boston, Chicago, London, Philadelphia, Sydney, Toronto. WHO. 1983. Measuring Change in

Nutritional status. WHO. Geneva. WHO. 1995. Physical Status: The Use and

Iterpretation of Antropometry. World Health Organization. Geneva.

Zulhaida. 1993. Hubungan Konsumsi Jajanan, Tingkat Pendapatan dan Pendidikan Orang tua dengan Tingkat Kecukupan Gizi Anak Sekolah Dasar Desa Tugurejo Kecamatan Gampengrejo Kediri Jawa Timur. Tesis Pasca Sarjana. Unair. Surabaya. Zulhaida, dkk. 1996. Status Gizi dan Tingkat

Gambar

Tabel 1.  Distribusi Status Gizi Murid SD Negeri Namo Gajah Berdasarkan Indeks BB/U Menurut Jenis Kelamin
Tabel 8.  Distribusi Status Gizi (TB/U) Murid SD Negeri Namo Gajah Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein per Hari

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi karena kandungan air dari suatu jaringan atau keseluruhan tubuh tanaman berubah dengan umur dan dipengaruhi oleh lingkungan yang jarang konstan, suatu hubungan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh suasana toko dan lokasi secara simultan berpengaruh

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001), menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

Menurut Arends (dalam Trianto 2007:61) menyatakan bahwa Think Pair- Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi

Diagram pencar pengeplotan skor sampel ikan lele Mutiara dan populasi-populasi induk pemben- tuknya pada sumbu komponen utama kedua (PC2) dan ketiga (PC3) hasil analisis komponen

Karena itu, sejak awal dekade 1980an, telah muncul berbagai upaya sistematis untuk mengembangkan institusi pendidikan tinggi dalam bidang ekonomi dan keuangan Islam, yang

Hasil penelitian mengenai hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan media sosial pada remaja akhir menunjukkan adanya sumbangan efektif sebesar