EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS
SALURAN DRAINASE DI PASAR TAVIP
PEMERINTAHAN KOTA BINJAI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh:
030404018
ERWIN ARDIYANSYAH
SUB DEPARTEMEN TEKNIK SUMBER DAYA AIR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya, yang telah
memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini. Adapun judul tugas akhir ini adalah:
“EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE DI PASAR TAVIP PEMERINTAHAN KOTA BINJAI”
Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat
untuk menempuh ujian Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa telah begitu banyak bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini sehingga
dapat diselesaikan. Untuk itu dengan rasa hormat dan ketulusan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Sufrizal, M.Eng selaku pembimbing I, yang telah memberikan
waktu dan bimbingannya kepada penulis.
4. Bapak DR. Ir. A. Perwira Mulia Trg, M.Sc selaku pembimbing II, yeng
5. Seluruh staf Pengajar dan pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan bimbingan, dukungan,
perhatian dan Do’anya selama ini dan juga seluruh anggota keluarga ku
yang selalu memberikan semangat.
7. Sahabat-sahabatku, Masana bangun, Yunarioni Aldi, Natan Sinaga, Daniel
Apriko P., Amaldo G. Gultom, Arlen, dan temen-temen seperjuangan
terakhir yang selama ini selalu bersama dan kompak dalam menyelesaikan
tugas akhir.
8. Anggota PPL Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kota Binjai
yaitu siswa/i SMK Swakarya Binjai yang telah membantu dalam
pelaksanaan survey.
9. Sahabatku sekampung: Rahman dan Andi yang juga telah membantu saya
dalam melaksanakan survey.
10.Dan seluruh sahabat baik ku yaitu: anak-anak DAGADU SMAN 1 Stabat
angkatan 2000.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Dan semoga tugas
akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususunya
di bidang Teknik Sipil.
Medan, Mei 2010
ABSTRAK
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi semakin berkembangnya suatu wilayah perkotaan. Pertumbuhan wilayah yang tidak disertai dengan perencanaan tata kota yang baik dalam hal seperti prasarana jalan dan sistem drainase maka dapat menimbulkan permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan yang sering terjadi akibat adanya pertumbuhan wilayah ini adalah genangan air atau banjir. Genangan air/banjir yang terjadi disebabkan oleh sistem drainase yang terganggu atau tidak berfungsi lagi. Dan untuk mengtasi banjir perlu dilakukan perbaikan atau pelebaran dimensi saluran drainase yang ada dan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan. Pemerintahan Kota Binjai merupakan kota penyangga Kota Medan dan masalah yang sering timbul di kota ini adalah banjir, terutama di daerah pasar, dan hampir seluruh wilayah pasar binjai mengalami masalah banjir. Maka dikhususkan untuk menanggulangi masalah banjir di Kota Binjai diambil daerah pasar Tavip Binjai, karena pasar ini adalah pasar tradisional terbesar di kota Binjai.
Untuk selanjutnya dilakukan survey evaluasi dan desain sistem saluran drainase di pasar Tavip Binjai, sebagai tindak lanjut untuk mencari penyelesaian masalah banjir di Kota Binjai khususnya daerah pasar. Penelitian ini dilakukan dengan dukungan dan ketersediaan data yang tersedia dari lapangan dan instansi terkait. Metode yang akan digunakan adalah menganalisis data dengan melakukan perhitungan berdasarkan rumus metode rasional untuk memperoleh debit banjir rencana dan menghitung produksi limbah pasar, kemudian dilakukan perbandingan debit rencana total dengan kapasitas saluran yang ada. Dan dilakukan evaluasi perkembangan pasar untuk 5(lima) tahun ke depan untuk mewujudkan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii BAB I PENDAHULUAN ... I.1
I.1 Uraian Umum ... I.1
I.2 Latar Belakang ... I.2
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... I.3
I.4 Ruang Lingkup Permasalahan ... I.4
I.5 Batasan Masalah ... I.4
I.6 Metodologi Penelitian ... I.5
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... II.1
II.1 Gambaran Umum Pasar Tavip Pemko Binjai ... II.1
II.1.1 Batas dan Luas Wilayah ... II.1
II.1.2 Komposisi Pedagang Pasar ... II.1
II.1.4 Kependudukan ... II.3
II.2 Cara Pengumpulan Data ... II.4
II.2.1 Data Primer ... II.4
II.2.2 Data Sekunder ... II.5
II.3 Cara Pengolahan Data ... II.5
II.4 Cara Analisis Data ... II.6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... III.1
III.1 Umum ... III.1
III.2 Jenis Drainase ... III.2
III.3 Pola Jaringan Drainase ... III.4
III.4 Sistem Jaringan Drainase ... III.8
III.5 Infrastruktur Air Perkotaan ... III.9
III.6 Siklus Hidrologi... III.10
III.7 Tata Guna Lahan Kota ... III.11
III.8 Gambaran Kota Binjai dan Masalah Banjir Secara Umum
III.13 ... III.13
III.9 Presipitasi ... III.17
III.9.1 Menentukan Curah Hujan Kawasan ... III.18
III.9.2 Analisa Frekuensi dan Probabilitas ... III.20
III.9.4 Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata ... III.25
III.9.5 Analisis Intensitas Hujan ... III.26
III.10 Memperkirakan Laju Aliran Puncak ... III.28
III.10.1 Metode Rasional ... III.28
III.10.2 Metode Hidrograf ... III.32
III.11 Air Limbah (Air Buangan) ... III.32
III.11.1 Air Limbah Rumah Tangga... III.33
III.11.2 Air Limbah Industri ... III.33
III.12 Air Resapan ... III.34
III.13 Dimensi Penampang Saluran ... III.34
III.13.1 Penampang Segi Tiga Ekonomis ... III.35
III.13.2 Penampang Persegi Empat Ekonomis ... III.36
III.13.3 Penampang Trapesium Ekonomis ... III.37
III.14 Penampang Trapesium yang Menguntungkan ... III.38
III.15 Tinggi Jagaan ... III.40
BAB IV ANALISA PEMBAHASAN ... IV.1
IV.1 Identifikasi Jaringan Drainase ... IV.1
IV.1.1.Outlet I ... IV.1
IV.1.2.Outlet II ... IV.2
IV.1.4.Outlet IV ... IV.6
IV.1.5.Outlet V ... IV.7
IV.2 Analisa Hidrologi ... IV.9
IV.2.1. Curah Hujan Rancangan... IV.9
IV.2.2. Intensitas Hujan Rancangan ... IV.14
IV.3. Analisa Debit Banjir Dan Debit Limbah ... IV.17
IV.3.1.Analisa Debit Banjir Rencana ... IV.17
IV.3.2.Analisa Debit Aliran Air Limbah ... IV.19
IV.3.3.Menghitung Debit Total Rencana ... IV.23
IV.4. Desain Saluran Dan Jaringan Drainase ... IV.23
IV.4.1.Desain Saluran Pasar Tavip Binjai ... IV.25
IV.4.2.Desain Jaringan Drainase Pasar Tavip Binjai ... IV.27
IV.5. Evaluasi Saluran Dan Jaringan Drainase ... IV.32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... V.1
V.1. Kesimpulan ... V.1
V.2. Saran ... V.2
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1. Jumlah dan Peruntukan Kios/Meja di Pasar Tavip Binjai ... II.2
Tabel. 2.2. Perkiraan Kebutuhan Air Pasar Tavip Binjai ... II.3
Tabel. 2.3. Komposisi Penduduk Kelurahan Pekan Binjai per April 2008
... II.4
Tabel. 3.1. Pengggunaan air kota dan jumlah-jumlah yang dipa-kai di Amerika
Serikat ... III.33
Tabel. 3.2. Tinggi Jagaan Yang Disarankan... III.40
Tabel. 4.1. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet I ... IV.1
Tabel. 4.2. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet II ... IV.2
Tabel. 4.3. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet III ... IV.4
Tabel. 4.4. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet IV ... IV.6
Tabel. 4.5. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet V ... IV.8
Tabel. 4.6. Curah Hujan Harian Maksimum Kota Binjai... IV.9
Tabel. 4.7. Curah Hujan Harian Maksimum (Peoide Pengamatan Data= 11
Tahun) ... IV.10
Tabel. 4.8. Persamaan Ekstrapolasi Hujan Rancangan E.J. Gumbel Type I
Tabel. 4.9. Persamaan Ekstrapolasi Hujan Rancangan Log Pearson Type III
... IV.12
Tabel. 4.10. Uji Metode E.J. Gumbel Type I Dengan Chi-Square ... IV.13
Tabel. 4.11. Uji Metode Log-Pearson Type III Dengan Chi-Square ... IV.13
Tabel. 4.12. Kebutuhan Puncak Air Buangan Pasar Tavip Kota Binjai . IV.21
Tabel. 4.13. Desain Saluran Drainase Yang Tidak Sesuai Dengan Debit
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 3.1. Sistem Infrastruktur Air Perkotaan (Suripin, 2004) ... III.9
Gambar. 3.2. Siklus Hidrologi ... III.11
Gambar. 3.3. Perubahan Tata Guna LahanTerhadap Run-off Suatu Kawasan
(RIVER-JICE-JAPAN/ 2003/ RUN OFF KOTA BANDUNG/ OTTO
SUMARWOTO/ SOBIRIN/ 2004) ... III.12
Gambar. 3.4. Peta Daerah Drainase Kota Binjai ... III.15
Gambar. 3.5. Resume Kronologis Perkiraan Debit Banjir ... III.29
Gambar. 3.6. Penampang Segi Tiga Ekonomis ... III.35
Gambar. 3.7. Penampang Segi Empat Ekonomis ... III.36
Gambar. 3.8. Penampang Trapesium Ekonomis ... III.37
Gambar. 3.9. Penampang Trapesium Saluran ... III.38
Gambar. 4.1. Skema Jaringan Drainase Outlet I ... IV.1
Gambar. 4.2. Skema Jaringan Drainase Outlet II... IV.2
Gambar. 4.3. Skema Jaringan Drainase Outlet III ... IV.4
Gambar. 4.4. Skema Jaringan Drainase Outlet IV ... IV.6
Gambar. 4.5. Skema Jaringan Drainase Outlet V ... IV.7
Gambar. 4.7. Skematik Sub Drain Jaringan Drainase Pasar Tavip Rencana
Outlet I dan Outlet II ... IV.28
Gambar. 4.8. Skematik Sub Drain Jaringan Drainase Pasar Tavip Rencana
Outlet III ... IV.29
Gambar. 4.9. Skematik Sub Drain Jaringan Drainase Pasar Tavip Rencana
Outlet IV ... IV.30
Gambar. 4.10. Skematik Sub Drain Jaringan Drainase Pasar Tavip Rencana
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 2.1.a. Peta Situasi Lokasi Kota Binjai ...
LAMPIRAN 2.1.b.1. Peta Situasi Lokasi Pasar Tavip ...
LAMPIRAN 2.1.b.2. Potongan Situasi Pasar Tavip ...
LAMPIRAN 2.2 Tabulasi Kuisioner Tasar Tavip ...
LAMPIRAN 2.3 Pengukuran Saluran Drainase Pasar Tavip Rawan Banjir ...
LAMPIRAN 2.4 Pengamatan Kondisi Pasar Tavip dengan Foto Dokumentasi ...
LAMPIRAN 2.5 Data Curah Hujan Harian Maksimum 10 tahun Terakhir Dari BMG Wilayah Sumut ...
LAMPIRAN TABEL 3.1 Variabel Reduksi Gauss ...
LAMPIRAN TABEL 3.2 Nilai Koefisien K yang tergantung pada koefisien kemencengan G ...
LAMPIRAN TABEL 3.3 s/d 3.5 Nilai-nilai Variabel Yn; Sn; YTr ...
LAMPIRAN TABEL 3.6 Nilai Chi-Kuadrat sebenarnya ...
LAMPIRAN TABEL 3.7 Nilai Kritis Uji Sminove-Kolmogorov ....
LAMPIRAN TABEL 3.9 Beberapa Formula Nilai Waktu Konsentrasi (Tc) ...
LAMPIRAN TABEL 3.10 Nilai Perbandingan Lebar dan Tinggi saluran (n) ...
LAMPIRAN TABEL 3.11 Hubungan Debit dengan Kecepatan Aliran
LAMPIRAN TABEL 3.12 Nilai Koefisien Manning ...
LAMPIRAN 4.1.A. Peta Luas Sub Drain Jaringan Pasar Tavip ..
LAMPIRAN 4.1.B. Skematik Sub Drain Jaringan Pasar Tavip Outlet I dan Outlet II ...
LAMPIRAN 4.1.C. Skematik Sub Drain Jaringan Pasar Tavip Outlet III ...
LAMPIRAN 4.1.D. Skematik Sub Drain Jaringan Pasar Tavip Outlet IV ...
LAMPIRAN 4.1.E. Skematik Sub Drain Jaringan Pasar Tavip Outlet V ...
LAMPIRAN 4.2. Hasil Analisa Debit Rencana Total Drainase Pasar Tavip Pemerintahan Kota Binjai ...
ABSTRAK
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi semakin berkembangnya suatu wilayah perkotaan. Pertumbuhan wilayah yang tidak disertai dengan perencanaan tata kota yang baik dalam hal seperti prasarana jalan dan sistem drainase maka dapat menimbulkan permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan yang sering terjadi akibat adanya pertumbuhan wilayah ini adalah genangan air atau banjir. Genangan air/banjir yang terjadi disebabkan oleh sistem drainase yang terganggu atau tidak berfungsi lagi. Dan untuk mengtasi banjir perlu dilakukan perbaikan atau pelebaran dimensi saluran drainase yang ada dan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan. Pemerintahan Kota Binjai merupakan kota penyangga Kota Medan dan masalah yang sering timbul di kota ini adalah banjir, terutama di daerah pasar, dan hampir seluruh wilayah pasar binjai mengalami masalah banjir. Maka dikhususkan untuk menanggulangi masalah banjir di Kota Binjai diambil daerah pasar Tavip Binjai, karena pasar ini adalah pasar tradisional terbesar di kota Binjai.
Untuk selanjutnya dilakukan survey evaluasi dan desain sistem saluran drainase di pasar Tavip Binjai, sebagai tindak lanjut untuk mencari penyelesaian masalah banjir di Kota Binjai khususnya daerah pasar. Penelitian ini dilakukan dengan dukungan dan ketersediaan data yang tersedia dari lapangan dan instansi terkait. Metode yang akan digunakan adalah menganalisis data dengan melakukan perhitungan berdasarkan rumus metode rasional untuk memperoleh debit banjir rencana dan menghitung produksi limbah pasar, kemudian dilakukan perbandingan debit rencana total dengan kapasitas saluran yang ada. Dan dilakukan evaluasi perkembangan pasar untuk 5(lima) tahun ke depan untuk mewujudkan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Uraian Umum
Air merupakan sumber daya alam yang paling berharga, karena tanpa air tidak
mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan
manusia, hewan, dan tanaman, tetapi juga merupakan media pengangkutan,
sumber energi, dan berbagai keperluan lainnya. Pada suatu saat dalam bentuk
hujan lebat dan banjir, air juga dapat menjadi benda perusak, menimbulkan
kerugian harta dan jiwa, serta menghanyutkan berjuta-juta ton tanah subur.
Ilmu yang mempelajari proses yang mengatur kehilangan dan penambahan serta
penampungan sumber-sumber air di bumi adalah hidrologi. Dua besaran ekstrem
dalam hidrologi adalah besaran maksimum berupa banjir dan besaran minimum
berupa kekeringan.
Distribusi air baik yang diatur oleh alam atau hasil rekayasa manusia, dapat
terdistribusi dengan tidak merata seperti jumlah air yang terdistribusi terlalu
banyak atau sedikit. Ketersediaan air yang berlebih atau terlalu banyak
membutuhkan penanganan tersendiri dalam suatu sistem perencanaan
komprehensif yang disebut sistem drainase.
Pada dasarnya sistem drainase dalam suatu wilayah sudah tersedia di alam atau
disediakan oleh alam berupa sungai besertasaluran alami lain yang mengarah ke
pemukiman sebagai tempat tinggal maka penggunaan lahan semakin meningkat
pula. Sehingga mengakibatkan terganggunya aliran air yang berlebih dan
bertambahnya air yang harus dibuang melalui saluran pembuangan. Saluran yang
telah adapun tidak memadai lagi untuk menampung buangan air yang berlebih,
maka perlu memperbesar dimensi atau menambah saluran drainase. Hal ini untuk
menghindari terjadinya genangan-genangan air yang dapat mengganggu aktifitas
manusia.
Saluran drainase yang akan dibuat juga harus disesuaikan dengan saluran yang
ada dan menjadi suatu sistem jaringan drainase yang seimbang. Sistem saluran ini
dihubungkan dengan saluran rumah tangga, saluran air limbah dan dialirkan ke
suatu sistem yang lebih besar. Ukuran dan kapasitas saluran sistem drainase
semakin hilir semakin besar karena semakin luas daerah alirannya.
I.2. Latar Belakang.
Pembangunan perkotaan dengan berbagai permasalahan dewasa ini secara terus
menerus mengalami perbaikan tidak saja dalam konsep penataan ruang juga yang
paling penting adalah menyangkut pembangunan sarana dan prasarana atau
infrastrukur. Walaupun disadari bahwa pembangunan yang dilakukan tetap
terlambat dibanding dengan kecepatan permasalahan perkotaan yang timbul baik
itu sebagai konsekuensi kemampuan financial pembangunan perkotaan maupun
semakin cepatnya permasalahan sosial yang timbul sebagai problem perkotaan
Drainase perkotaan menjadi tema yang mendesak untuk dibicarakan karena
memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian air. Sistem Drainase berarti
sistem pengatusan atau pengeringan kawasan atas air hujan yang menggenang.
Sistem drainase harus dikembangkan salurannya sendiri, mulai dari air hujan,
masuk ke selokan/parit sampai dengan meresap ke dalam tanah kembali atau
mengalir ke sungai dan bermuara di laut.
Sistem saluran drainase di wilayah pasar tavip pemko. Binjai adalah saluran
gabungan air limbah domestik dan saluran pembuangan air limpasan hujan. Jenis
saluran yang dipergunakan adalah saluran tertutup, dan juga terdapat beberapa
saluran terbuka dengan dimensi kecil. Saluran interseptor langsung menuju ke
outlet atau saluran kollektor lalu langsung menuju ke sungai Bingai.
Kecamatan Binjai Kota khususnya di Pasar Tavip termasuk wilayah yang rawan
terhadap banjir. Masalah ini disebabkan oleh Demensi saluran yang tidak lagi
dapat menampung debit banjir karena beberapa hal.
I.3. Maksud dan Tujuan Penulisan.
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi sebab terjadinya masalah banjir di Pasar Tavip. Sedangkan
tujuannya adalah menganalisa desain kapasitas saluran dan pola jaringan drainase
yang sudah ada terhadap banjir maksimum untuk mendapatkan desain dimensi
dan pola jaringan drainase yang sesuai dalam menyelesaikan masalah banjir di
Pasar Tavip dengan mengoptimalisasi sistem yang ada, rehabilitasi/pemulihan,
I.4. Ruang Lingkup Permasalahan.
Permasalahan drainase perkotaan merupakan penyebab terjadinya banjir atau
genangan air di sebagian besar wilayah pemko. Binjai. Untuk ruang lingkup
permasalah drainase perkotaan di wilayah pemko. Binjai penelitian hanya
dilakukan pada daerah pasar Tavip yang merupakan komplek pasar tradisional
dengan luas area ± 120000 m2 atau 12 ha. Sistem drainase pasar ini merupakan
sistem drainase mikro karena melayani satu kawasan saja. Sistem, pola jaringan
dan dimensi saluran drainase pasar Tavip memiliki masalah yang dapat
menimbulkan genagan air antara lain:
1. Perubahan tata guna lahan
2. Penyempitan dan pendangkalan saluran
3. Limbah sampah
4. Saluran interseptor yang tidak mengalir ke saluran kollektor.
Dari uraian di atas, pada penelitian ini akan dibahas evaluasi permasalahan dan
analisa kapasitas saluran drainase pasar Tavip di kecamatan Binjai Kota.
I.5. Batasan Masalah.
Masalah Drainase yang terjadi di Pasar Tavip meliputi sistem saluran, tata letak,
demensi dan pola jaringan drainase yang mengalirkan air buangan dan limpasan
air hujan ke saluran kolektor lalu ke sungai. Maka permasalahan hanya pada
evaluasi masalah-masalah penyebab banjir, menganalisa desain saluran dan pola
pada wilayah Pasar Tavip saja dan tidak diperhitungkan pengaruh besarnya
sedimentasi, dan perkembangan pasar terhadap besarnya banjir yang terjadi.
I.6. Metodologi Penelitian.
Dalam menganalisa hasil study ini maka penulis mencari bahan-bahan dan
data-data yang diperlukan melalui:
1. Mengumpulkan literatur dari bebrapa buku yang berkenaan dengan Sistem
drainase perkotaan, Hidrologi pengairan, dan Hidrolika saluran.
2. Mengumpulkan data-data yang diperlukan terdiri dari:
a. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan
langsung dilapangan yaitu melakukan survey terhadap sistem drainase
yang tersedia.
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
instansi-instansi terkait dalam permasalahan dan penyelesaian sistem drainase
Pasar Tavip.
3. Pengelohan data dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
a. Menganalisa Hujan dengan rata-rata aljabar atau dengan berpedoman
pada satu stasiun saja karena memiliki luas kurang lebih 10 ha.
b. Menganalisa Frekuensi dan probabilitas dan melakukan uji kecocokan
dengan paremeter chi-kuadrat
d. Menentukan debit banjir puncak dengan metode Rasional dan periode
ulang 2(dua) tahun dan 5 (lima) tahun kerena memiliki luas lebih kurang
12 (dua belas) ha.
e. Menentukan besar debit yang dihasilkan oleh air limbah Pasar Tavip
Binjai dengan Proyeksi air limbah untuk 2(dua) tahun dan 5 (lima) tahun.
f. Menghitung kapasitas saluran drainase yang tersedia apakah cukup
menampung debit banjir puncak atau tidak, jika tidak perlu direncanakan
dimensi saluran baru.
g. Menentukan jalur saluran dengan mengikuti pola yang sudah ada, kecuali
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
I.7. Gambaran Umum Pasar Tavip Pemerintahan Kota Binjai
Pasar Tavip terletak di Kelurahan Pekan Binjai, Kecamatan Binjai Kota, Kota
Binjai. Pasar ini telah berdiri sejak masa pemerintahan Orde Lama. Masyarakat
juga mengenal pasar ini dengan nama Pasar Pelita. Pasar Tavip menempati areal
seluas 12 Ha dimana ± 90% diantaranya ditutupi bangunan dengan ruangan terbuka berupa terminal angkutan umum dan jalan.
Berikut ini akan disampaikan berbagai data terkait dengan lokasi Pasar Tavip di
Kelurahan Pekan Binjai.
II.1.1 Batas dan Luas Wilayah
Kelurahan Pekan Binjai memiliki daerah seluas 41 Ha dengan ketinggian
tanah berada pada 400 m dari permukaan laut. Kelurahan ini mempunyai batas
wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Kelurahan Pahlawan • Sebelah Selatan : Kelurahan Binjai/Kartini • Sebelah Barat : Kelurahan Limau Sundai • Sebelah Timur : Kelurahan Setia
II.1.2 Komposisi Pedagang Pasar
Bahan dagangan yang dijajakan pedagang di Pasar Tavip cukup bervariasi
meliputi bahan sandang (pakaian), bahan pangan (sayur-mayur, ikan, daging),
melalui data peruntukan kios dan meja yang dialokasikan oleh Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kota Binjai sebagai berikut :
Tabel 2.1 Jumlah dan Peruntukan Kios/Meja di Pasar Tavip Binjai
Lokasi Jumlah
Kios/Meja
Jumlah
Pedagang Peruntukan
Terminal 71 kios 43 Kelontong/minuman/warung
Pasar. Tavip Baru LT.I 109 meja 17 Sayur
Pasar. Tavip Baru LT.I 16 kios 3 Kain
Pasar. Tavip Baru LT.II 17 kios 9 Kelontong/Kedai sampah/Kain
Pasar. Tavip Baru LT.II 520 maja 43 Sayur
Pasar Ikan 56 meja 29 Ikan
Samping Pasar Ikan 11 stand 10 Kedai Sampah/Bumbu Dapur
Pasar Daging 31 meja 8 Daging
Pasar Tavip Baru LT.II 603 kios/stand 140 Kelontong/Kedai sampah/Kain
Pasar Ayam 66 stand 13 Ayam/Unggas lainnya
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar (2009)
Selain kios dan meja tersebut, terdapat pula pertokoan sebanyak 171 ruko
(rumah toko) yang menjual semua variasi bahan dagangan serta sebanyak
± 300 PKL (Pedagang Kaki Lima) yang umumnya menjual sayur dan ikan.
Ukuran kios adalah 2 x 2 m2, sedangkan ukuran meja adalah 1 x 0,5 m2 atau
1 x 1,25 m2 dan ukuran stand adalah 1,5 x 2 m2.
II.1.3 Sumber dan Kebutuhan Air
Masyarakat umumnya menggunakan air dari PDAM Tirta Sari Kota Binjai
dan air sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka. Terdapat 3 buah
sungai yang mengalir di Kota Binjai yakni Sungai Bingai, Sungai Mencirim
dan Sungai Bangkatan. Prnduduk dan pedagang di Pasar Tavip, selain
menggunakan air dari PAM Tirta Sari juga menggunakan air Sungai Bingai
dan air sumur bor. Jumlah sumur bor yang diketahui sebanyak 2 sumber yakni
pada bagian dalam pasar dan di Pasar Ayam (belakang ruko). Sumur bor
Pemakaian air di Pasar Tavip diperkirakan cukup besar dengan alokasi
terbesar adalah untuk membersihkan meja-meja yang digunakan untuk
berdagang ikan, ayam, dan daging (sapi, kambing). Perkiraan kebutuhan air
pada hari-hari biasa disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Perkiraan Kebutuhan Air Pasar Tavip Binjai
No. Lokasi Kebutuhan
(per hari per meja) Sumber Air
Kete-rangan
1. Pasar Ayam (dalam pasar)
2 drum (1 drum = ± 250 L)
Sumur Bor 8 meja
2. Pasar Tavip Baru • Pasar Ikan • Pasar Daging • PKL (ikan)
± 1.000 L 3 ember (±150 L) 2 ember (±100 L)
Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor
8 meja 6 meja ± 5 orang 3. Pasar Ayam
(samping Blok. D.3)
3 drum (± 750 L)
Sumur Bor 3 meja
4. Kamar Mandi Umum 2 ember (±50 L) Sumur Bor
(2 tempat) PAM (3 tempat)
5 tempat
Sumber: Wawancara Langsung (2009)
PKL yang berdagang ayam di daerah bantaran Sungai (pinggiran Jl Speksi)
memanfaatkan air sungai secara langsung untuk memenuhi kebutuhan airnya.
Air sungai tersebut dialirkan dengan menggunakan pompa.
II.1.4 Kependudukan
Struktur penduduk per April 2008 yang diperoleh dari Kantor Lurah Pekan
Tabel 2.3. Komposisi Penduduk Kelurahan Pekan Binjai per April 2008
Penduduk WNRI
Pribumi
WNRI Turunan Orang Asing
Jumlah
L P L P L P L P Jumlah
Penduduk awal bulan
488 523 2.859 2.893 3 7 3.350 3.423 6.773
Kelahiran bulan ini - - 1 2 - - 1 2 3
Kematian bulan ini 1 - 3 1 - - 4 1 5
Pendatang bulan ini
- - 1 6 - - 1 6 7
Pindah bulan ini - - 8 11 - - 8 11 19
Penduduk akhir bulan ini
487 523 2.850 2.883 3 7 3.340 3.419 6.759
Sumber: Data Kelurahan Pekan Binjai (2008)
I.8. Cara Pengumpulan Data.
Dalam penelitian, data merupakan hal yang memiliki peranan penting sebagai alat
penelitian hipotesis pembuktian untuk pencapaian tujuan penelitian. Data yang
dibutuhkan pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan/
pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
instansi-instansi terkait atau badan-badan tertentu.
II.2.1 Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan secara pengamatan,
peninjauan, pendataan dan pengukuran saluran drainase yang telah ada sesuai
dengan kondisi pada saat dilakukannya penelitian. Adapun data primer yang
didapat adalah:
1) Hasil penggambaran layout dan kontur pasar Tavip pemerintahan kota
2) Hasil kuisioner terhadap para pedagang mengenai pasar Tavip, seperti
pada lampiran 2.2.
3) Hasil Pengukuran saluran drainase terutama pada daerah rawan banjir di
pasar Tavip, seperti pada lampiran 2.3.
4) Hasil pengamatan kondisi pasar dengan foto dokumentasi, seperti pada
lampiran 2.4.
II.2.2 Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam
penelitian ini. Adapun data sekunder yang didapat adalah:
1) Dari Data Kelurahan Pekan Binjai (2008) seperti: jumlah penduduk dan
luas wilayah.
2) Dari Data Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kota Binjai seperti:
Jumlah pedagang dan kios/meja di pasar Tavip Binjai.
3) Dari Data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Balai Besar Wilayah I
Medan seperti: data curah hujan harian maksimum daerah Binjai dan
sekitarnya, seperti pada lampiran 2.5.
I.9. Cara Pengolahan Data.
Adalah metode analisis data hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan dari
tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Mengevaluasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sebab terjadinya
2) Menganalisa desain kapasitas saluran dan pola jaringan drainase yang sudah
ada terhadap banjir maksimum untuk mendapatkan desain dimensi dan pola
jaringan drainase yang sesuai dalam menyelesaikan masalah banjir di Pasar
Tavip dengan mengoptimalisasi sistem yang ada, rehabilitasi/pemulihan,
pengembangan dan pembangunan baru.
I.10. Cara Analisis Data.
Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada suatu analisa penelitian
yaitu data yang telah dikumpulkan kemudian data tersebut diolah dalam suatu
perhitungan untuk memperoleh hasil penelitian yang selanjutnya akan diambil
kesimpulan dari tujuan penulisan ini. Adapun cara analisis penelitian ini adalah:
1) Indentifikasi dan evaluasi masalah saluran dan jaringan drainase pasar Tavip
Binjai
2) Menganalisa Hujan dengan rata-rata aljabar atau dengan berpedoman pada
satu stasiun saja karena memiliki luas kurang lebih 10 ha, dengan
persamaan:
... (2.1)
di mana P1, P2, … Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan
1,2 … n. dan n adalah banyaknya pos penakar hujan.
3) Menganalisa Frekuensi dan probabilitas dengan menggunakan: Distribusi
Log Person-III; dan Distribusi Gumbel.
4) Menguji hasil distribusi frekuensi sampel data yang dipilih dengan Uji
sampel data yang dipilih dapat diterima atau tidak. Dengan persamaan Uji
Chi-Kuadrat sebagai berikut:
... (2.2)
= parameter chi-kuadrat terhitung
= jumlah sub kelompok
= jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i
= jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i
5) Menganalisa intensitas hujan dangan rumus Mononobe, ini dikarenakan data
hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian
maksimum. Dengan persamaan:
... (2.3)
dimana: I = Intensitas hujan (mm/jam)
tc = lamanya waktu konsentrasi hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
6) Menentukan debit banjir puncak dengan metode Rasional untuk periode
ulang 2(dua) tahun dan 5 (lima) tahun kerena memiliki luas lebih kurang 12
ha. Persamaan matematik metode rasional dinyatakan dalam bentuk:
... (2.4)
dimana: QR : laju aliran permukaan (debit) banjir maksimum pada
periode ulang tertentu (m3/det)
C : koefisien aliran permukaan ( 0 ≤ C ≤ 1),
: intensitas hujan dalam mm/jam pada periode ulang tertentu
dan durasi hujan yang sama dengan tc
A : luas DAS dalam hektar
7) Menghitung debit aliran air limbah.
Untuk menghitung debit air limbah diperlukan data luas daerah pengaliran,
kepadatan penduduknya, peningkatan penduduk setiap tahunnya dan
rata-rata buangan air limbah penduduk perhari.
a. Menghitung jumlah penduduk per April 2008 dalam daerah
pengaliran:
.. (2.5)
b. Menghitung jumlah penduduk periode 2(dua) tahun dan 5 (lima)
tahun dalam daerah pengaliran: ... (2.6)
dimana: = jumlah penduduk per April 2008
= jumlah penduduk periode n tahun
= periode pertambahan penduduk (tahun)
= pertumbuhan penduduk pertahun.
Maka diperoleh debit rencana akibat air limbah rumah tangga/pasar
adalah: ... (2.7)
dimana: = faktor debit puncak untuk peroide ulang 2(dua)
8) Menghitung Debit Total Rencana:
... (2.8)
9) Menghitung kapasitas saluran drainase yang tersedia apakah cukup
menampung debit banjir puncak atau tidak, jika tidak perlu direncanakan
dimensi saluran baru. Dengan persamaan kontinuitas.
10) Menentukan jalur saluran dengan mengikuti pola yang sudah ada, kecuali
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.11. Umum
Drainase berasal dari bahasa inggris drainage mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase
dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,
baik yang berasal dari air hujan, air rembesan, kelebihan air irigasi baik di atas
maupun di bawah permukaan tanah dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi
kawasan/lahan tidak teganggu.
Sistem drainase merupakan suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi atau membuang kelebihan air baik di atas maupun di bawah
permukaan tanah dari suatu kawasan/lahan sehingga dapat difungsikan secara
optimal. Sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur kota yang sangat
penting. Kualitas manajemen kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang
ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air atau
banjir. Secara fungsional, sistem drainase dan sistem pengendalian banjir hampir
tidak dapat dibedakan. Namun yang jelas suatu sistem drainase menangani
kelebihan air sebelum dialirkan ke sungai sedangkan sistem pengendalian banjir
mengelola pemanfaatan sungai. Dan kedua sistem ini harus saling mendukung
agar berjalan baik dan seimbang.
Drainase pada prinsipnya terdiri atas dua macam yaitu drainase untuk daerah
mencakup sistem drainase perkotaan. Drainase perkotaan adalah draianse yang
mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan
kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya yang ada di kawasan kota.
Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi:
1. Pemukiman
2. Kawasan industri dan perdagangan
3. Kawasan sekolah dan kampus
4. Rumah sakit
5. Lapangan olah raga
6. Lapangan parkir
7. Instalasi militer, listrik dan telekomunikasi
8. Pelabuhan laut/sungai serta tempat lainnya yang merupakan bagian dari
sarana kota.
I.12. Jenis Drainase
III.2.1.Menurut Sejarah Terbentuknya.
a. Drainase Alamiah (natural drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat
gorong-gorong dan lain-lain. Saluaran ini terbentuk oleh gerusan air
yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membetuk jalan air
seperti sungai.
b. Drainase Buatan (arficial drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
III.2.2.Menurut Letak Bangunan.
a. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Saluaran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan
analisa open chanel flow.
b. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media di bawah tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan
tertentu. Alasan itu antara lain: tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan
tanah.
III.2.3.Menurut Fungsi
a. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
b. Multi Purpose, yaitu saluran yang befungsi mengalirkan beberapa jenis
air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
III.2.4.Menurut Konstruksi
a. Saluran Terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun
untuk drainase non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/
mengganggu lingkungan.
b. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai
untuk air kotor atau saluran yang terletak di tengah kota.
I.13. Pola Jaringan Drainase
Pola jaringan drainase adalah perpaduan antara satu saluran dengan saluran
lainnya baik yang fungsinya sama maupun berbeda dalam suatu kawasan tertentu.
Dalam perencanaan sistem drainase yang baik bukan hanya membuat dimensi
saluran yang sesuai tetapi harus ada kerjasama antar saluran sehinggga pengaliran
air lancar.
Beberapa contoh model pola jaringan yang dapat diterapkan dalam perencanaan
jaringan drainase meliputi:
1. Pola Alamiah
Letak conveyor drain (b) ada dibagian terendah (lembah) dari suatu daerah
yang ada (collector drain), dimana collector maupun conveyor drain
merupakan saluran alamiah.
a a
a a
b
a a
a a
b
a = collector drain b = conveyor drain
2. Pola Siku
Conveyor drain (b) terletak di lembah dan merupakan saluran alamiah,
sedangkan collector drain dibuat tegak lurus dari conveyor drain.
a = collector drain b = conveyor drain
b
a a
a
b
a
a a
a a
3. Pola Paralel
Collector drain yang menampung debit dari sungai-sungai yang lebih kecil,
dibuat sejajar satu sama lain dan kemudian masuk ke dalam conveyor drain.
a = collector drain b = conveyor drain
a
b a a a a
b
a
4. Pola Grid Iron
Beberapa interceptor drain dibuat satu sama lain sejajar, kemudian
ditampung di collector drain untuk selanjutnya masuk ke dalam conveyor
drain.
a
b
c a
a a
a = interceptor drain b = collector drain c = conveyor drain
5. Pola Radial
Suatu daerah genangan dikeringkan melalui beberapa collector drain dari
satu titik menyebar kesegala arah (sesuai dengan kondisi topografi daerah).
GENANGAN
6. Pola Jaring-Jaring
Untuk mencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap
kemudian ditampung ke dalam saluran collector dan selanjutnya dialirkan
menuju saluran conveyor.
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a b
b
b
c c
a = interceptor drain b = collector drain c = conveyor drain
Dalam pengertian jaringan drainase, maka sesuai dengan fungsi dan system
kerjanya, jenis saluran dapat dibedakan menjadi:
a. Interceptor drain
Saluran interseptor adalah saluran yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya
pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain di bawahnya.
Saluran ini biasa dibangun dan diletakkan pada bagian yang relatif sejajar
dengan garis kontur, outlet dari saluran ini terdapat di saluran collector atau
conveyor, atau langsung ke natural drainage.
b. Collector drain
Saluran kolektor adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang
diperoleh dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang ke
c. Conveyor drain
Saluran pembawa (conveyor drain) adalah saluran yang berfungsi sebagai
pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus
membahayakan daerah yang dilalui.
I.14. Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas dua bagian yaitu:
1. Sistem Drainase Makro
Sistem drainase makro adalah sistem saluran/badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).
Sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran
primer, kanal-kanal, atau sungai-sungai. Sehingga sistem drainase makro
disebut juga sebagai sistem saluaran pembuangan utama ke danau atau laut
dan sistem ini merupakan penghubung antara drainase dengan pengendalian
banjir. Pada umumnya drainase makro direncanakan untuk debit hujan dengan
periode ulang 5(lima) sampai 10(sepuluh) tahun. Sistem drainase makro
biasanya meliputi saluran primer dan sekunder.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase
yang menampung dan mengalirkan air dari suatu kawasan perkotaan yang
telah terbangun seperti perumahan, kawasan perdagangan, industri, pasar, atau
umumnya drainase mikro direncanakan untuk debit hujan dengan periode
ulang 2(dua) sampai 5(lima) tahun tergantung pada tata guna tanah yang ada.
Sistem drainase mikro meliputi saluran drainase tersier dan kuarter.
I.15. Infrastruktur Air Perkotaan.
Infrastruktur air perkotaan meliputi 3(tiga) sistem, yaitu sistem air bersih (urban
water supply), sistem sanitasi (waste water), sistem air hujan (strom water
system). Ketiga sistem tersebut saling terkait dan dapat dikelola secara integral
seperti diilustrasikan pada Gambar. 3.1. hal ini sangat penting untuk
meng-optimalkan pemanfaatan sumber daya air, sebagai contoh adalah penanganan air
hujan dapat dimanfaatkan untuk pengisian air tanah sebagai sumber air bersih.
T
Distribution
Use Collection
Sludge Treatment
Land
T
Raw water
Reservoir
Wells
Treated water
Waste water
Drainage
Drainage
Combined sewer outflow
Effluen
[image:42.595.118.464.448.735.2]Urban Service Boundary
I.16. Siklus Hidrologi.
Sebagian air hujan yang tiba kepermukaan tanah akan masuk ke dalam tanah
(Infiltrasi). Bagian lain yang berlebih akan mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah
(surface run-off), kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke
sungai-sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Tidak semua butiran-butiran air
yang mengalir akan tiba ke laut, dalam perjalanan ke laut sebagian akan
mengalami penguapan akibat sinar matahari dan kembali ke udara. Sebagian air
yang masuk ke dalam tanah keluar kembali dan mengalir ke sungai-sungai. Tetapi
sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (ground water) yang akan keluar
sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah. Uap air
yang berada di udara akan mengalami kondensasi dari uap menjadi cair dan
apabila jumlah butir air sudah cukup banyak maka secara gravitasi air akan turun
ke bumi disebut dengan hujan. Sirkulasi air yang terjadi antara air laut dan air
daratan berlangsung secara terus menerus ini disebut siklus hidrologi.
Keseimbangan siklus hidrologi ditandai oleh curah hujan yang tinggi didukung
dengan kapasitas tanah dalam menahan air seperti hutan di daerah hulu, ruang
terbuka dan jumlah bangunan di daerah hulu menyebabkan siklus hidrologi tidak
seimbang sehingga keluarnya air dari permukaan tanah (run-off) mengakibatkan
Gambar. 3.2. siklus hidrologi
I.17. Tata Guna Lahan Kota
Perencanaan tata guna lahan merupakan inti dari suatu perencanaan kota yang di
dalamnya meliputi perencanaan sistem drainase. Perubahan tata guna lahan akan
menyebabkan perubahan atau peningkatan debit alilran air sistem drainase lahan
tersebut.peningkatan debit air inilah yang menimbulkan terjadinya banjir atau
genangan air. Maka perubahan tata guna lahan merupakan factor yang paling
dominan sebagai penyebab banjir atau genangan air.
Perencanaan tata guna lahan kota meliputi pembangunan kawasan pemukiman,
perkantoran, industri, pendidikan, bandara, jalan raya dan lain-lain. Pembangunan
difokuskan pada daerah perkotaan yang kemudian akan menjadi padat sehingga
sistem drainase yang ada tidak lagi memadai untuk menampung debit air buangan.
Dan apabila suatu kawasan hutan diubah menjadi daerah pemukiman maka yang
akan terjadi adalah semula hutan yang bisa menahan aliran permukaan (run-off)
peningkatan aliran air permukaan tanah yang menuju sungai dan mengakibatkan
peningkatan debit sungai. Akibat peningkatan debit terjadi pula peningkatan
sedimen yang mengakibatkan kapasitas drainase berkurang.
Perubahan tata guna lahan dapat dicontohkan pada Gambar. 3.3. yang
menunjukkan adanya peningkatan genangan air dan berkurangnya kapasitas
saluran akibat perkembangan kota.
Before
/
1960
Koef Run-Off 35%
After
/ 2004
[image:45.595.116.462.268.657.2]Koef Run-Off 90%
Gambar. 3.3. Perubahan tata guna lahan terhadap run-off suatu kawasan (
RIVER-JICE-JAPAN/ 2003/ RUN OFF KOTA BANDUNG/ OTTO SUMARWOTO/
I.18. Gambaran Kota Binjai dan Masalah Banjir Secara Umum
Binjai adalah salah satu pemerintahan
Utara,
dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara sert
proyek pembangunan Mebidang yang meliputi kawasan
yang menghubungkan antara Medan da
Letak geografis Binjai 03°03'40" - 03°40'02" LU dan 98°27'03" - 98°39'32" BT.
Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya, Binjai
hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua
wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan Binjai
yang panjangnya 22 km, 9 km pertama berada di dalam wilayah Kota Medan, Km
10 sampai Km 17 berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km
17 adalah berada dalam wilayah Kota Binjai.
Ada
menyuplai kebutuhan sumber air bersih bagi PDAM Tirta Sari Binjai untuk
kemudian disalurkan untuk kebutuhan penduduk kota. Namun di pinggiran kota,
masih banyak penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka kepada air
Pusat perbelanjaan tradisional di Binjai melayani penjual dan pembeli dari Binjai
sendiri dan Kabupaten Langkat. Pasar tradisional misalnya:
• Pasar Tavip - merupakan pasar tradisional terbesar di Binjai, lokasi di
Binjai Kota.
• Pasar Kebun Lada - berlokasi di Binjai Utara
• Pasar Brahrang - berlokasi di Binjai Barat
• Pasar Rambung - berlokasi di Binjai Selatan
Selain itu juga ada pusat perbelanjaan modern seperti:
• Pusat perbelanjaan Suzuya
• Mini Market Tahiti
• Toserba Ramayana
• Mall Ramayana
Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko (ruko)
sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h Jalan
Bangkatan) yang menjadi pusat makanan di malam hari.
Dilihat dari letak geografisnya yang terletak diantara 2(dua) sungai Mencirim dan
Bingai kota Binjai rawan terhadap banjir bila kedua sungai meluap. Binjai di bagi
atas 15(lima belas) daerah drainase seperti pada Gambar. 3.4. yaitu sebagai
Gambar. 3.4.
II
I.
1. Sub. Daerah Drainase Rambung
2. Sub. Daerah Drainase Tanah Merah
3. Sub. Daerah Drainase Amir Hamzah
4. Sub. Daerah Drainase Binjai Estate
5. Sub. Daerah Drainase Gajah Mada
6. Sub. Daerah Drainase Juanda
7. Sub. Daerah Drainase Limau Sundai
8. Sub. Daerah Drainase Nangka
9. Sub. Daerah Drainase Paya Robah
10.Sub. Daerah Drainase Pujidadi
11.Sub. Daerah Drainase Sinembah
12.Sub. Daerah Drainase Sumber Mulyo
13.Sub. Daerah Drainase Tunggurono
14.Sub. Daerah Drainase Cengkeh Turi
15.Sub. Daerah Drainase Kebun Lada
Dari 15 (lima belas) daerah drainase yang tersebar di 5 (lima) kecamatan kota
Binjai yang sering mengalami masalah banjir adalah Sub Daerah Drainase
Rambung, Tanah Merah, Binjai Estate, Juanda, Limau Sundai, Pujidadi, Amir
Hamzah, Sinembah, Sumber Mulyo dan Nangka. Banjir di Kota Binjai di
1. Intensitas curah hujan yang tinggi sampai 375 mm dengan 15 hari hujan
tiap bulannya (sumber: Binjai Dalam Angka 2007) sehingga menggenangi
daerah-daerah cekungan, daerah dengan sistem jaringan drainase yang
kurang optimal, dearah dengan dimensi saluran yang tidak sesuai, daerah
dengan tingkat sampah dan sedimentasi yang tinggi misalnya daerah pasar
tradisional, dan daerah yang mengalami perubahan tata guna lahan yang
semula merupakan daerah retensi air diubah menjadi pemukiman.
2. Meluapnya dua sungai besar yaitu sungai Bingai dan Mencirim yang
mengakibatkan banjir pada daerah yang mengalami penyempitan saluran,
daerah dengan tanggul yang kurang tinggi dan kokoh, dan daerah pada
persimpangan sungai bingai dan mencirim dan juga sungai-sungai kecil
lainnya.
I.19. Presipitasi
Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang mengkondensasi
dan jatuh dari atmosfer ke bumi dalam segala bentuk air (hujan/rain fall) dan
padat (salju/snow) dalam rangkaian siklus hidrologi. Dalam penulisan ini hanya
dibahas tentang hujan.
Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang turun diukur pada titik pengamatan
(stasuin curah hujan) dengan waktu ulang yang telah ditetapkan. Curah hujan
yang tinggi bila tidak disertai dengan saluran yang memadai dan daerah
dalam perencanaan bangunan drainase perlu dilakukan perhitungan dimensi yag
sesuai dengan debit air limpasan curah hujan.
III.9.1. Menentukan Curah Hujan Kawasan.
Data hujan yang dipeoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Apabila dalam
suatu kawasan terdapat beberapa alat penakar hujan, maka untuk
mendapatkan nilai curah hujan kawasan tersebut adalah dari harga rata-rata
curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam dan/atau di
sekitar kawasan tersebut.
Ada tiga cara/metode yang digunakan untuk menentukan tinggi curah hujan
rata-rata tertentu dari beberapa titik pencatat curah hujan. Tiga cara/metode
tersebut adalah sebagai berikut:
III.9.1.1. Metode rata-rata aljabar.
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai
pengaruh yang setara, dan cocok untuk kawasan dengan topografi rata/datar.
Hujan kawasan ini diperoleh dari persamaan :
... (3.1)
di mana P1, P2, … Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan
III.9.1.2. Motode Thiessen.
Metode ini dikenal sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean). Cara
ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung
antara dua pos penakar terdekat. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan
luas 500 – 5000 km2
Hujan kawasan ini diperoleh dari persamaan :
... (3.2)
di mana P1, P2, … Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan
1,2 … n. dan n adalah banyaknya pos penakar hujan. A1, A2, … An adalah
Luas Area poligon 1,2 … n.
III.9.1.3. Motode Isohyet.
Cara ini memperhitungkan secara aktual pengaruh tiap-tiap pos penakar
hujan dengan menghubungkan titik-titik dengan tinggi curah hujan yang
sama membentuk garis kontur dari tinggi curah hujan yang sama.
Hujan kawasan ini diperoleh dari persamaan :
.. (3.3)
di mana P1, P2, … Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan
1,2 … n. dan n adalah banyaknya pos penakar hujan. A1, A2, … An adalah
III.9.2. Analisa Frekuensi dan Probabilitas
Sistem Hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang
luar biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Tujuan
analisa frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-
peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui
penerapan distribusi kemungkinan.
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai
atau dilampaui. Kala ulang adalah waktu hipotetik di mana hujan dengan
suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui.
Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam analisis frekuensi yaitu:
1) Data maksimum tahunan: tiap tahun diambil hanya satu besaran
maksimum yang dianggap berpengaruh dalam analisis selanjutnya.
2) Seri parsial: dengan menetapkan suatu besaran tertentu sebagai
batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari
batas bawah tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk
kemudian dianalisis seperti biasa.
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan
panjang data. Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan
yang terjadi. Empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang
Hidrologi adalah:
III.9.2.1)Distribusi Normal :
P(X) = fungsi densitas peluang normal (ordinat kurva nornal)
X = variabel acak kontinu
µ = rata-rata nilai X
σ = simpangan baku dari nilai X
Dalam pemakaian praktis, rumus umum tidak digunakan secara langsung
karena telah dibuat tabel untuk keperluan perhitungan, yang umum
disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss (variable reduced
Gauss) seperti pada Lampiran Tabel. 3.1.
Persamaan yang sering dipakai dalam hitungan Hidrologi dengan
distribusi normal adalah:
... (3.5)
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang
T-tahunan.
= nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode
ulang dan tipe modal metematik distribusi peluang dari veriabel
reduksi Gauss
III.9.2.2)Distribusi Log Normal :
Y = logX …… (3.6)
P(X) = Peluang log normal
X = nilai variat pengamatan
µ
Y = nilai rata-rata populasi YPersamaan yang sering dipakai dalam hitungan Hidrologi dengan
distribusi log normal adalah:
... (3.7)
Y = logX
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang
T-tahunan.
= nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode
ulang dan tipe modal metematik distribusi peluang dari veriabel
reduksi Gauss
III.9.2.3)Distribusi Log-Person III:
Langkah-langkah penggunaan distribusi log person tipe-III sbb:
1. Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = Log X
2. Hitung harga rata-rata:
... (3.8)
3. Hitung harga simpangan baku:
... (3.9)
4. Hitung koefisien kemencengan:
... (3.10)
5. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T
dengan rumus:
di mana K adalah variabel standar untuk X yang besarnya
tergantung koefisien kemencengan G. lihat lampiran
Tabel. 3.2.
III.9.2.4)Distribusi Gumbel:
... (3.12)
atau ... (3.13)
nilai-nilai variable Yn ; Sn ; dan YTr dapat dilihat pada Lampiran
Tabel. 3.3. s/d tabel. 3.5.
III.9.3. Uji Kecocokan
Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan (the
gooness of fittest test) distribusi frekuensi sampel data terhadap
fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan
atau mewakili distribusi fungsi tersebut.
III.9.3.1)Uji Chi-Kuadrat:
Dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang
telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang di
analisis, dengan persamaan sebagai berikut:
... (3.14)
= parameter chi-kuadrat terhitung
= jumlah sub kelompok
= jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i
Parameter merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai
nilai sama atau lebih besar dari nilai chi-kuadrat sebenarnya
( ) dapat dilihat pada lampiran Tabel. 3.6.
Prosedur uji Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:
1) Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya),
2) Kelompokkan data menjadi G sub-grup yang masing-masing
beranggotakan minimal 4 data pengamatan
3) Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub-grup
4) Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan
sebesar Ei
5) Pada tiap sub-grup hitung nilai
(Oi - Ei)2 dan
6) Jumlah seluruh G sub-grup nilai untuk menentukan
nilai chi-kuadrat hitung
7) Tentukan derajad kebebasan dk = G – R – 1 (nilai R=2 untuk
distribusi normal dan binomial)
Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut:
1) Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi
yang digunakan dapat diterima
2) Apabila peluang lebih dari 1%, maka persamaan distribusi
3) Apabila peluang lebih dari 1 - 5%, maka tidak mungkin
mengambil keputusan, misal perlu data tambahan.
III.9.3.2)Uji Smirnov-Kolmogorov:
Atau uji kecocokan non parametrik, karena pengujiannya tidak
menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur pelaksanaannya
sebagai berikut:
1) Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan
besarnya peluang dari masing-masing data tersebut
2) Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil
penggambaran data (persamaan distribusinya)
3) Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya
antar peluang pengamatan dengan peluang teoritis.
4) Berdasarkan tabel nilai kritis (Sminove-Kolmogorov test)
tentukan Do dari lampiran Tabel. 3.7.
III.9.4. Curah Hujan Maksimum Harian Rata-Rata.
Cara yang seharusnya ditempuh untuk mendapatkan hujan
maksimum harian rata-rata DAS adalah sebagai berikut:
1) Tentukan hujan maksimum harian pada tahun tertentu disalah
satu pos hujan.
2) Cari besarnya curah hujan pada tanggal-bulan-tahun yang sama
untuk pos hujan yang lain.
4) Tentukan hujan maksimum harian (seperti langkah 1) pada
tahun yang sama untuk pos hujan yang lain
5) Ulangi langkah 2 dan 3 untuk setiap tahun.
Dari hasil rata-rata yang diperoleh (sesuai dengan jumlah pos hujan)
dipilih yang tertinggi setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap
tahun merupakan hujan maksimum harian DAS untuk tahun yang
bersangkutan.
III.9.5. Analisis Intensitas Hujan
Intensitas curah hujan merupakan perkiraan besarnya aliran curah
hujan yang dihitung pada jangka waktu pendek. Besarnyacurah
hujan yang berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau
yakni curah hujan tahunan, curah hujan bulanan,curah hujan harian
dan curah hujan perjam. Intensitas curah hujan, luas daerah
tangkapan hujan dan lamanya waktu hujan berpengaruh besar
terhadap besarnya debit banjir.
Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai ketinggian curah hujan
yang terjadi pada kurun waktu dimana air hujan berkonsentrasi.
Analisa intensitas curah hujan ini dapat diproses berdasarkan data
curah hujan yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Perhitungan besarnya intensitas curah hujan dapat dipergunakan
beberapa rumus empiris dalam hidrologi,
1. Rumus Talbot (1881)
... (3.15)
2. Rumus Sherman (1905)
... (3.16)
3. Rumus Ishiguro (1953)
... (3.17)
dimana:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu curah hujan (menit)
a, b, n = Konstanta
Konstanta a, b, dan n dihitung untuk tiap-tiap priode ulang dengan
persamaan berikut:
1. Untuk rumus Talbot
... (3.18)
... (3.19)
2. Untuk rumus Sherman
... (3.20)
3. Untuk rumus Ishiguro
... (3.22)
... (3.23)
4. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada
hanya data hujan harian dapat dihitung dengan rumus
Mononobe: ... (3.24)
dimana: I = Intensitas hujan (mm/jam)
tc = lamanya waktu konsentrasi hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
I.20. Memperkirakan Laju Aliran Puncak
Metode untuk memperkirakan laju aliran puncak (debit banjir) pada suatu
lokasi banyak ditentukan oleh ketersediaan data. Gambar 3.5. memberikan
resume kronologis perkiraan debit banjir berdasarkan ketersediaan data.
Secara umum metode yang dipakai adalah Metode Rasional dan Metode
Hidrograf Banjir.
III.10.1. Metode Rasional
Metode rasional terbatas penggunaanya ubtuk DAS-DAS ukuran
kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986). Karena
model ini tidak dapat menerangkan hubungan curah hujan dan
aliran permukaan dalam bentuk hidrograf. Persamaan matematik
... (3.25)
dimana: Qp : laju aliran permukaan (debit) banjir maksimum
pada periode ulang tertentu (m3/det)
Cs : koefisien penampungan dengan
C : koefisien aliran permukaan ( 0 ≤ C ≤ 1),
: intensitas hujan dalam mm/jam pada periode ulang
tertentu dan durasi hujan yang sama dengan tc
A : luas DAS dalam hektar
Mulai Data Hidrologi Metode Hidrograf Satuan Perlu
hidrograf? Analisis Frekuensi
Apakah tersedia data Hujan dan aliran?
Ada Data Debit? Turunkan Hidrograf Satuan Turunkan Hidrograf Sintetis Konvolusi dengan hujan rencana Hidrograf Aliran Permukaan Tambah Aliran dasar Hidrograf Satuan sintetis Data Cukup Panjang? Perkirakan Hujan DAS rencana
Plot data dan sesuaikan dengan
distribusi GEV*
Perkirakan Qrerata dari rekaman data
[image:62.595.168.477.72.797.2]Hitung QTr dari Qrerata Perkirakan QTr dari
Grafik distribusi GEV*
Bandingkan hasil perkiraan
QTr
Hitung QTr dengan rumus
Rasional**
QTr atau QTr dan Hidrograf Selesai Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Catatan: * GEV =Gumbell Extreem Value **Berlaku untuk DAS yang Kecil
[image:62.595.167.462.352.731.2]III.10.1.1.Koefisien Aliran Permukaan [C]
Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran
permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang
mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau prosentase lahan
kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan
intensitas hujan.
Ada beberapa nilai koefisien limpasan untuk metode rasional
menurut McGuen, 1980 dan Hassing, 1995. Seperti pada lampiran
Tabel. 3.8.
Jika DAS terdiri berbagai macam penggunaan lahan dengan
koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai
adalah dengan persamaan berikut:
... (3.26)
dimana: n = jumlah jenis penutup lahan.
Ci = koefisien aliran permukaan jenis penutup lahan i
Ai = luas lahan dengan jenis penutup tanah i
III.10.1.2.Waktu konsentrasi [tc]
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh
air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke
tempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh
dan depresi-depresi kecil terpenuhi.
Salah satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi
... (3.27)
dimana: tc = waktu konsentrasi (jam)
L =panjang saluran utama dari hulu sampai penguras(km)
S =kemiringan rata-rata saluran utama (m/m)
Waktu konsentrasi juga dibedekan dalam dua komponen yaitu:
1) Waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan
sampai saluran terdekat [t0]
2) Waktu perjalanan dari pertama masuk saluran sampai titik
keluaran [td]
Sehingga waktu konsentrasi [tc] didapat:
... (3.28)
dengan: menit ... (3.29)
menit ... (3.30)
dimana: n = angka kekasaran manning,
S = kemiringan lahan,
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m)
Selain rumus Kirpich, ada beberapa rumus waktu konsentrasi
yang lain, sebagaimana yang tercantum dalam lampiran
Tabel.3.9.
III.10.2. Metode Hidrograf
Metode Hidrograf dapat didefinisikan sebagai hubungan antara
salah satu unsur aliran terhadap waktu. Berdasarkan definisi
tersebut dikenal ada dua macam hidrograf, yaitu: hidrograf muka
air (rekaman AWLR) dan hidrograf debit yang diperoleh dari
hidrograf muka air dan lengkung debit atau lebih dikenal dengan
sebutan hidrograf.
Dalam laporan akhir ini pembahasan mengenai hidrograf tidak
jelaskan secara rinci.
I.21. Air Limbah (Air Buangan)
Air limbah atau air buangan merupakan air yang telah dipergunakan oleh
manusia dalam berbagai keperluan seperti rumah tangga dan industri, dan
kemudian dialirkan melalui saluran pembuangan. Saluran pembuangan air
limbah ini diatur oleh suatu sistem drainase yang terdiri dari dua jenis
yaitu bila air limbah masih dapat diolah kembali dan tidak mengandung
zat kimia berbahaya maka saluran dapat digabung dengan saluran air
hujan, sedangkan air limbah pabrik salurannya harus tersendiri dan
III.11.1. Air Limbah Rumah Tangga
Air limbah yang berasal dari perumahan, besarnya volume air
limbah diperhitungkan berdasarkan kepadatan penduduk rata-rata
per orang dalam membuang air limbah. Jumlah aliran air limbah
maksimum per orang per hari hampir sama dengan konsumsi air
bersih harian maksimum per orang. Serta ditambah 10% - 20%
untuk air tanah yang keluar dan yang lainnya. Jumlah air limbah
rumah tangga dari suatu daerah umumnya berkisar 60% - 75% dari
air yang disalurkan ke daerah tersebut (Ray K. Linsey, 1979).
Menurut Metcalf dan Eddy, 1979 rata-rata aliran air limbah dari
[image:66.595.164.516.441.558.2]daerah pemukiman disajikan pada Tabel. 3.1. berikut:
Tabel. 3.1. Pengggunaan air kota dan jumlah-jumlah yang dipa-kai di Amerika Serikat
Penggunaan Kisaran
liter/orang/hari
Umum
liter/orang/hari
Rumah Tangga 150 – 300 250
Komersial dan Industri 40 – 300 150
Publik Area 60 – 100 75
Kehilangan dan Pemborosan 60 – 100 75
310 - 800 550
Sumber : Metcalf and Eddy, Wastewater Engineering
III.11.2. Air Limbah Industri
Besarnya volume air limbah industri bervariasi menurut jenis dan
ukuran industri kota, pengawasan industri tersebut, jumlah air
pemakaian berulang, serta cara yang dipergunakan untuk proses
lebih seragam dalam sehari dengan aliran puncak bervariasi di
antara 150% sampai 250% dari laju aliran rata-rata. Karena variasi
aliran air limbah industri akan berubah sesuai dengan ukuran kota
dan jumlah air limbah industri, maka air limb