• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Dan Analisa Desain Kapasitas Saluran Drainase Di Pasar Tavip Pemerintahan Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Dan Analisa Desain Kapasitas Saluran Drainase Di Pasar Tavip Pemerintahan Kota Binjai"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS

SALURAN DRAINASE DI PASAR TAVIP

PEMERINTAHAN KOTA BINJAI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh

Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh:

030404018

ERWIN ARDIYANSYAH

SUB DEPARTEMEN TEKNIK SUMBER DAYA AIR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya, yang telah

memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir ini. Adapun judul tugas akhir ini adalah:

“EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE DI PASAR TAVIP PEMERINTAHAN KOTA BINJAI”

Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat

untuk menempuh ujian Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa telah begitu banyak bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini sehingga

dapat diselesaikan. Untuk itu dengan rasa hormat dan ketulusan hati, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Sufrizal, M.Eng selaku pembimbing I, yang telah memberikan

waktu dan bimbingannya kepada penulis.

4. Bapak DR. Ir. A. Perwira Mulia Trg, M.Sc selaku pembimbing II, yeng

(3)

5. Seluruh staf Pengajar dan pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan bimbingan, dukungan,

perhatian dan Do’anya selama ini dan juga seluruh anggota keluarga ku

yang selalu memberikan semangat.

7. Sahabat-sahabatku, Masana bangun, Yunarioni Aldi, Natan Sinaga, Daniel

Apriko P., Amaldo G. Gultom, Arlen, dan temen-temen seperjuangan

terakhir yang selama ini selalu bersama dan kompak dalam menyelesaikan

tugas akhir.

8. Anggota PPL Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kota Binjai

yaitu siswa/i SMK Swakarya Binjai yang telah membantu dalam

pelaksanaan survey.

9. Sahabatku sekampung: Rahman dan Andi yang juga telah membantu saya

dalam melaksanakan survey.

10.Dan seluruh sahabat baik ku yaitu: anak-anak DAGADU SMAN 1 Stabat

angkatan 2000.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak

kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Dan semoga tugas

akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususunya

di bidang Teknik Sipil.

Medan, Mei 2010

(4)

ABSTRAK

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi semakin berkembangnya suatu wilayah perkotaan. Pertumbuhan wilayah yang tidak disertai dengan perencanaan tata kota yang baik dalam hal seperti prasarana jalan dan sistem drainase maka dapat menimbulkan permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan yang sering terjadi akibat adanya pertumbuhan wilayah ini adalah genangan air atau banjir. Genangan air/banjir yang terjadi disebabkan oleh sistem drainase yang terganggu atau tidak berfungsi lagi. Dan untuk mengtasi banjir perlu dilakukan perbaikan atau pelebaran dimensi saluran drainase yang ada dan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan. Pemerintahan Kota Binjai merupakan kota penyangga Kota Medan dan masalah yang sering timbul di kota ini adalah banjir, terutama di daerah pasar, dan hampir seluruh wilayah pasar binjai mengalami masalah banjir. Maka dikhususkan untuk menanggulangi masalah banjir di Kota Binjai diambil daerah pasar Tavip Binjai, karena pasar ini adalah pasar tradisional terbesar di kota Binjai.

Untuk selanjutnya dilakukan survey evaluasi dan desain sistem saluran drainase di pasar Tavip Binjai, sebagai tindak lanjut untuk mencari penyelesaian masalah banjir di Kota Binjai khususnya daerah pasar. Penelitian ini dilakukan dengan dukungan dan ketersediaan data yang tersedia dari lapangan dan instansi terkait. Metode yang akan digunakan adalah menganalisis data dengan melakukan perhitungan berdasarkan rumus metode rasional untuk memperoleh debit banjir rencana dan menghitung produksi limbah pasar, kemudian dilakukan perbandingan debit rencana total dengan kapasitas saluran yang ada. Dan dilakukan evaluasi perkembangan pasar untuk 5(lima) tahun ke depan untuk mewujudkan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii BAB I PENDAHULUAN ... I.1

I.1 Uraian Umum ... I.1

I.2 Latar Belakang ... I.2

I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... I.3

I.4 Ruang Lingkup Permasalahan ... I.4

I.5 Batasan Masalah ... I.4

I.6 Metodologi Penelitian ... I.5

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... II.1

II.1 Gambaran Umum Pasar Tavip Pemko Binjai ... II.1

II.1.1 Batas dan Luas Wilayah ... II.1

II.1.2 Komposisi Pedagang Pasar ... II.1

(6)

II.1.4 Kependudukan ... II.3

II.2 Cara Pengumpulan Data ... II.4

II.2.1 Data Primer ... II.4

II.2.2 Data Sekunder ... II.5

II.3 Cara Pengolahan Data ... II.5

II.4 Cara Analisis Data ... II.6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... III.1

III.1 Umum ... III.1

III.2 Jenis Drainase ... III.2

III.3 Pola Jaringan Drainase ... III.4

III.4 Sistem Jaringan Drainase ... III.8

III.5 Infrastruktur Air Perkotaan ... III.9

III.6 Siklus Hidrologi... III.10

III.7 Tata Guna Lahan Kota ... III.11

III.8 Gambaran Kota Binjai dan Masalah Banjir Secara Umum

III.13 ... III.13

III.9 Presipitasi ... III.17

III.9.1 Menentukan Curah Hujan Kawasan ... III.18

III.9.2 Analisa Frekuensi dan Probabilitas ... III.20

(7)

III.9.4 Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata ... III.25

III.9.5 Analisis Intensitas Hujan ... III.26

III.10 Memperkirakan Laju Aliran Puncak ... III.28

III.10.1 Metode Rasional ... III.28

III.10.2 Metode Hidrograf ... III.32

III.11 Air Limbah (Air Buangan) ... III.32

III.11.1 Air Limbah Rumah Tangga... III.33

III.11.2 Air Limbah Industri ... III.33

III.12 Air Resapan ... III.34

III.13 Dimensi Penampang Saluran ... III.34

III.13.1 Penampang Segi Tiga Ekonomis ... III.35

III.13.2 Penampang Persegi Empat Ekonomis ... III.36

III.13.3 Penampang Trapesium Ekonomis ... III.37

III.14 Penampang Trapesium yang Menguntungkan ... III.38

III.15 Tinggi Jagaan ... III.40

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN ... IV.1

IV.1 Identifikasi Jaringan Drainase ... IV.1

IV.1.1.Outlet I ... IV.1

IV.1.2.Outlet II ... IV.2

(8)

IV.1.4.Outlet IV ... IV.6

IV.1.5.Outlet V ... IV.7

IV.2 Analisa Hidrologi ... IV.9

IV.2.1. Curah Hujan Rancangan... IV.9

IV.2.2. Intensitas Hujan Rancangan ... IV.14

IV.3. Analisa Debit Banjir Dan Debit Limbah ... IV.17

IV.3.1.Analisa Debit Banjir Rencana ... IV.17

IV.3.2.Analisa Debit Aliran Air Limbah ... IV.19

IV.3.3.Menghitung Debit Total Rencana ... IV.23

IV.4. Desain Saluran Dan Jaringan Drainase ... IV.23

IV.4.1.Desain Saluran Pasar Tavip Binjai ... IV.25

IV.4.2.Desain Jaringan Drainase Pasar Tavip Binjai ... IV.27

IV.5. Evaluasi Saluran Dan Jaringan Drainase ... IV.32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... V.1

V.1. Kesimpulan ... V.1

V.2. Saran ... V.2

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel. 2.1. Jumlah dan Peruntukan Kios/Meja di Pasar Tavip Binjai ... II.2

Tabel. 2.2. Perkiraan Kebutuhan Air Pasar Tavip Binjai ... II.3

Tabel. 2.3. Komposisi Penduduk Kelurahan Pekan Binjai per April 2008

... II.4

Tabel. 3.1. Pengggunaan air kota dan jumlah-jumlah yang dipa-kai di Amerika

Serikat ... III.33

Tabel. 3.2. Tinggi Jagaan Yang Disarankan... III.40

Tabel. 4.1. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet I ... IV.1

Tabel. 4.2. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet II ... IV.2

Tabel. 4.3. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet III ... IV.4

Tabel. 4.4. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet IV ... IV.6

Tabel. 4.5. Eksisting Saluran Pengamatan Outlet V ... IV.8

Tabel. 4.6. Curah Hujan Harian Maksimum Kota Binjai... IV.9

Tabel. 4.7. Curah Hujan Harian Maksimum (Peoide Pengamatan Data= 11

Tahun) ... IV.10

Tabel. 4.8. Persamaan Ekstrapolasi Hujan Rancangan E.J. Gumbel Type I

(10)

Tabel. 4.9. Persamaan Ekstrapolasi Hujan Rancangan Log Pearson Type III

... IV.12

Tabel. 4.10. Uji Metode E.J. Gumbel Type I Dengan Chi-Square ... IV.13

Tabel. 4.11. Uji Metode Log-Pearson Type III Dengan Chi-Square ... IV.13

Tabel. 4.12. Kebutuhan Puncak Air Buangan Pasar Tavip Kota Binjai . IV.21

Tabel. 4.13. Desain Saluran Drainase Yang Tidak Sesuai Dengan Debit

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 3.1. Sistem Infrastruktur Air Perkotaan (Suripin, 2004) ... III.9

Gambar. 3.2. Siklus Hidrologi ... III.11

Gambar. 3.3. Perubahan Tata Guna LahanTerhadap Run-off Suatu Kawasan

(RIVER-JICE-JAPAN/ 2003/ RUN OFF KOTA BANDUNG/ OTTO

SUMARWOTO/ SOBIRIN/ 2004) ... III.12

Gambar. 3.4. Peta Daerah Drainase Kota Binjai ... III.15

Gambar. 3.5. Resume Kronologis Perkiraan Debit Banjir ... III.29

Gambar. 3.6. Penampang Segi Tiga Ekonomis ... III.35

Gambar. 3.7. Penampang Segi Empat Ekonomis ... III.36

Gambar. 3.8. Penampang Trapesium Ekonomis ... III.37

Gambar. 3.9. Penampang Trapesium Saluran ... III.38

Gambar. 4.1. Skema Jaringan Drainase Outlet I ... IV.1

Gambar. 4.2. Skema Jaringan Drainase Outlet II... IV.2

Gambar. 4.3. Skema Jaringan Drainase Outlet III ... IV.4

Gambar. 4.4. Skema Jaringan Drainase Outlet IV ... IV.6

Gambar. 4.5. Skema Jaringan Drainase Outlet V ... IV.7

(12)

Gambar. 4.7. Skematik Sub Drain Jaringan Drainase Pasar Tavip Rencana

Outlet I dan Outlet II ... IV.28

Gambar. 4.8. Skematik Sub Drain Jaringan Drainase Pasar Tavip Rencana

Outlet III ... IV.29

Gambar. 4.9. Skematik Sub Drain Jaringan Drainase Pasar Tavip Rencana

Outlet IV ... IV.30

Gambar. 4.10. Skematik Sub Drain Jaringan Drainase Pasar Tavip Rencana

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 2.1.a. Peta Situasi Lokasi Kota Binjai ...

LAMPIRAN 2.1.b.1. Peta Situasi Lokasi Pasar Tavip ...

LAMPIRAN 2.1.b.2. Potongan Situasi Pasar Tavip ...

LAMPIRAN 2.2 Tabulasi Kuisioner Tasar Tavip ...

LAMPIRAN 2.3 Pengukuran Saluran Drainase Pasar Tavip Rawan Banjir ...

LAMPIRAN 2.4 Pengamatan Kondisi Pasar Tavip dengan Foto Dokumentasi ...

LAMPIRAN 2.5 Data Curah Hujan Harian Maksimum 10 tahun Terakhir Dari BMG Wilayah Sumut ...

LAMPIRAN TABEL 3.1 Variabel Reduksi Gauss ...

LAMPIRAN TABEL 3.2 Nilai Koefisien K yang tergantung pada koefisien kemencengan G ...

LAMPIRAN TABEL 3.3 s/d 3.5 Nilai-nilai Variabel Yn; Sn; YTr ...

LAMPIRAN TABEL 3.6 Nilai Chi-Kuadrat sebenarnya ...

LAMPIRAN TABEL 3.7 Nilai Kritis Uji Sminove-Kolmogorov ....

(14)

LAMPIRAN TABEL 3.9 Beberapa Formula Nilai Waktu Konsentrasi (Tc) ...

LAMPIRAN TABEL 3.10 Nilai Perbandingan Lebar dan Tinggi saluran (n) ...

LAMPIRAN TABEL 3.11 Hubungan Debit dengan Kecepatan Aliran

LAMPIRAN TABEL 3.12 Nilai Koefisien Manning ...

LAMPIRAN 4.1.A. Peta Luas Sub Drain Jaringan Pasar Tavip ..

LAMPIRAN 4.1.B. Skematik Sub Drain Jaringan Pasar Tavip Outlet I dan Outlet II ...

LAMPIRAN 4.1.C. Skematik Sub Drain Jaringan Pasar Tavip Outlet III ...

LAMPIRAN 4.1.D. Skematik Sub Drain Jaringan Pasar Tavip Outlet IV ...

LAMPIRAN 4.1.E. Skematik Sub Drain Jaringan Pasar Tavip Outlet V ...

LAMPIRAN 4.2. Hasil Analisa Debit Rencana Total Drainase Pasar Tavip Pemerintahan Kota Binjai ...

(15)
(16)

ABSTRAK

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi semakin berkembangnya suatu wilayah perkotaan. Pertumbuhan wilayah yang tidak disertai dengan perencanaan tata kota yang baik dalam hal seperti prasarana jalan dan sistem drainase maka dapat menimbulkan permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan yang sering terjadi akibat adanya pertumbuhan wilayah ini adalah genangan air atau banjir. Genangan air/banjir yang terjadi disebabkan oleh sistem drainase yang terganggu atau tidak berfungsi lagi. Dan untuk mengtasi banjir perlu dilakukan perbaikan atau pelebaran dimensi saluran drainase yang ada dan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan. Pemerintahan Kota Binjai merupakan kota penyangga Kota Medan dan masalah yang sering timbul di kota ini adalah banjir, terutama di daerah pasar, dan hampir seluruh wilayah pasar binjai mengalami masalah banjir. Maka dikhususkan untuk menanggulangi masalah banjir di Kota Binjai diambil daerah pasar Tavip Binjai, karena pasar ini adalah pasar tradisional terbesar di kota Binjai.

Untuk selanjutnya dilakukan survey evaluasi dan desain sistem saluran drainase di pasar Tavip Binjai, sebagai tindak lanjut untuk mencari penyelesaian masalah banjir di Kota Binjai khususnya daerah pasar. Penelitian ini dilakukan dengan dukungan dan ketersediaan data yang tersedia dari lapangan dan instansi terkait. Metode yang akan digunakan adalah menganalisis data dengan melakukan perhitungan berdasarkan rumus metode rasional untuk memperoleh debit banjir rencana dan menghitung produksi limbah pasar, kemudian dilakukan perbandingan debit rencana total dengan kapasitas saluran yang ada. Dan dilakukan evaluasi perkembangan pasar untuk 5(lima) tahun ke depan untuk mewujudkan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Uraian Umum

Air merupakan sumber daya alam yang paling berharga, karena tanpa air tidak

mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan

manusia, hewan, dan tanaman, tetapi juga merupakan media pengangkutan,

sumber energi, dan berbagai keperluan lainnya. Pada suatu saat dalam bentuk

hujan lebat dan banjir, air juga dapat menjadi benda perusak, menimbulkan

kerugian harta dan jiwa, serta menghanyutkan berjuta-juta ton tanah subur.

Ilmu yang mempelajari proses yang mengatur kehilangan dan penambahan serta

penampungan sumber-sumber air di bumi adalah hidrologi. Dua besaran ekstrem

dalam hidrologi adalah besaran maksimum berupa banjir dan besaran minimum

berupa kekeringan.

Distribusi air baik yang diatur oleh alam atau hasil rekayasa manusia, dapat

terdistribusi dengan tidak merata seperti jumlah air yang terdistribusi terlalu

banyak atau sedikit. Ketersediaan air yang berlebih atau terlalu banyak

membutuhkan penanganan tersendiri dalam suatu sistem perencanaan

komprehensif yang disebut sistem drainase.

Pada dasarnya sistem drainase dalam suatu wilayah sudah tersedia di alam atau

disediakan oleh alam berupa sungai besertasaluran alami lain yang mengarah ke

(18)

pemukiman sebagai tempat tinggal maka penggunaan lahan semakin meningkat

pula. Sehingga mengakibatkan terganggunya aliran air yang berlebih dan

bertambahnya air yang harus dibuang melalui saluran pembuangan. Saluran yang

telah adapun tidak memadai lagi untuk menampung buangan air yang berlebih,

maka perlu memperbesar dimensi atau menambah saluran drainase. Hal ini untuk

menghindari terjadinya genangan-genangan air yang dapat mengganggu aktifitas

manusia.

Saluran drainase yang akan dibuat juga harus disesuaikan dengan saluran yang

ada dan menjadi suatu sistem jaringan drainase yang seimbang. Sistem saluran ini

dihubungkan dengan saluran rumah tangga, saluran air limbah dan dialirkan ke

suatu sistem yang lebih besar. Ukuran dan kapasitas saluran sistem drainase

semakin hilir semakin besar karena semakin luas daerah alirannya.

I.2. Latar Belakang.

Pembangunan perkotaan dengan berbagai permasalahan dewasa ini secara terus

menerus mengalami perbaikan tidak saja dalam konsep penataan ruang juga yang

paling penting adalah menyangkut pembangunan sarana dan prasarana atau

infrastrukur. Walaupun disadari bahwa pembangunan yang dilakukan tetap

terlambat dibanding dengan kecepatan permasalahan perkotaan yang timbul baik

itu sebagai konsekuensi kemampuan financial pembangunan perkotaan maupun

semakin cepatnya permasalahan sosial yang timbul sebagai problem perkotaan

(19)

Drainase perkotaan menjadi tema yang mendesak untuk dibicarakan karena

memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian air. Sistem Drainase berarti

sistem pengatusan atau pengeringan kawasan atas air hujan yang menggenang.

Sistem drainase harus dikembangkan salurannya sendiri, mulai dari air hujan,

masuk ke selokan/parit sampai dengan meresap ke dalam tanah kembali atau

mengalir ke sungai dan bermuara di laut.

Sistem saluran drainase di wilayah pasar tavip pemko. Binjai adalah saluran

gabungan air limbah domestik dan saluran pembuangan air limpasan hujan. Jenis

saluran yang dipergunakan adalah saluran tertutup, dan juga terdapat beberapa

saluran terbuka dengan dimensi kecil. Saluran interseptor langsung menuju ke

outlet atau saluran kollektor lalu langsung menuju ke sungai Bingai.

Kecamatan Binjai Kota khususnya di Pasar Tavip termasuk wilayah yang rawan

terhadap banjir. Masalah ini disebabkan oleh Demensi saluran yang tidak lagi

dapat menampung debit banjir karena beberapa hal.

I.3. Maksud dan Tujuan Penulisan.

Tulisan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi sebab terjadinya masalah banjir di Pasar Tavip. Sedangkan

tujuannya adalah menganalisa desain kapasitas saluran dan pola jaringan drainase

yang sudah ada terhadap banjir maksimum untuk mendapatkan desain dimensi

dan pola jaringan drainase yang sesuai dalam menyelesaikan masalah banjir di

Pasar Tavip dengan mengoptimalisasi sistem yang ada, rehabilitasi/pemulihan,

(20)

I.4. Ruang Lingkup Permasalahan.

Permasalahan drainase perkotaan merupakan penyebab terjadinya banjir atau

genangan air di sebagian besar wilayah pemko. Binjai. Untuk ruang lingkup

permasalah drainase perkotaan di wilayah pemko. Binjai penelitian hanya

dilakukan pada daerah pasar Tavip yang merupakan komplek pasar tradisional

dengan luas area ± 120000 m2 atau 12 ha. Sistem drainase pasar ini merupakan

sistem drainase mikro karena melayani satu kawasan saja. Sistem, pola jaringan

dan dimensi saluran drainase pasar Tavip memiliki masalah yang dapat

menimbulkan genagan air antara lain:

1. Perubahan tata guna lahan

2. Penyempitan dan pendangkalan saluran

3. Limbah sampah

4. Saluran interseptor yang tidak mengalir ke saluran kollektor.

Dari uraian di atas, pada penelitian ini akan dibahas evaluasi permasalahan dan

analisa kapasitas saluran drainase pasar Tavip di kecamatan Binjai Kota.

I.5. Batasan Masalah.

Masalah Drainase yang terjadi di Pasar Tavip meliputi sistem saluran, tata letak,

demensi dan pola jaringan drainase yang mengalirkan air buangan dan limpasan

air hujan ke saluran kolektor lalu ke sungai. Maka permasalahan hanya pada

evaluasi masalah-masalah penyebab banjir, menganalisa desain saluran dan pola

(21)

pada wilayah Pasar Tavip saja dan tidak diperhitungkan pengaruh besarnya

sedimentasi, dan perkembangan pasar terhadap besarnya banjir yang terjadi.

I.6. Metodologi Penelitian.

Dalam menganalisa hasil study ini maka penulis mencari bahan-bahan dan

data-data yang diperlukan melalui:

1. Mengumpulkan literatur dari bebrapa buku yang berkenaan dengan Sistem

drainase perkotaan, Hidrologi pengairan, dan Hidrolika saluran.

2. Mengumpulkan data-data yang diperlukan terdiri dari:

a. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan

langsung dilapangan yaitu melakukan survey terhadap sistem drainase

yang tersedia.

b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

instansi-instansi terkait dalam permasalahan dan penyelesaian sistem drainase

Pasar Tavip.

3. Pengelohan data dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

a. Menganalisa Hujan dengan rata-rata aljabar atau dengan berpedoman

pada satu stasiun saja karena memiliki luas kurang lebih 10 ha.

b. Menganalisa Frekuensi dan probabilitas dan melakukan uji kecocokan

dengan paremeter chi-kuadrat

(22)

d. Menentukan debit banjir puncak dengan metode Rasional dan periode

ulang 2(dua) tahun dan 5 (lima) tahun kerena memiliki luas lebih kurang

12 (dua belas) ha.

e. Menentukan besar debit yang dihasilkan oleh air limbah Pasar Tavip

Binjai dengan Proyeksi air limbah untuk 2(dua) tahun dan 5 (lima) tahun.

f. Menghitung kapasitas saluran drainase yang tersedia apakah cukup

menampung debit banjir puncak atau tidak, jika tidak perlu direncanakan

dimensi saluran baru.

g. Menentukan jalur saluran dengan mengikuti pola yang sudah ada, kecuali

(23)
(24)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

I.7. Gambaran Umum Pasar Tavip Pemerintahan Kota Binjai

Pasar Tavip terletak di Kelurahan Pekan Binjai, Kecamatan Binjai Kota, Kota

Binjai. Pasar ini telah berdiri sejak masa pemerintahan Orde Lama. Masyarakat

juga mengenal pasar ini dengan nama Pasar Pelita. Pasar Tavip menempati areal

seluas 12 Ha dimana ± 90% diantaranya ditutupi bangunan dengan ruangan terbuka berupa terminal angkutan umum dan jalan.

Berikut ini akan disampaikan berbagai data terkait dengan lokasi Pasar Tavip di

Kelurahan Pekan Binjai.

II.1.1 Batas dan Luas Wilayah

Kelurahan Pekan Binjai memiliki daerah seluas 41 Ha dengan ketinggian

tanah berada pada 400 m dari permukaan laut. Kelurahan ini mempunyai batas

wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Kelurahan Pahlawan • Sebelah Selatan : Kelurahan Binjai/Kartini • Sebelah Barat : Kelurahan Limau Sundai • Sebelah Timur : Kelurahan Setia

II.1.2 Komposisi Pedagang Pasar

Bahan dagangan yang dijajakan pedagang di Pasar Tavip cukup bervariasi

meliputi bahan sandang (pakaian), bahan pangan (sayur-mayur, ikan, daging),

(25)

melalui data peruntukan kios dan meja yang dialokasikan oleh Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kota Binjai sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jumlah dan Peruntukan Kios/Meja di Pasar Tavip Binjai

Lokasi Jumlah

Kios/Meja

Jumlah

Pedagang Peruntukan

Terminal 71 kios 43 Kelontong/minuman/warung

Pasar. Tavip Baru LT.I 109 meja 17 Sayur

Pasar. Tavip Baru LT.I 16 kios 3 Kain

Pasar. Tavip Baru LT.II 17 kios 9 Kelontong/Kedai sampah/Kain

Pasar. Tavip Baru LT.II 520 maja 43 Sayur

Pasar Ikan 56 meja 29 Ikan

Samping Pasar Ikan 11 stand 10 Kedai Sampah/Bumbu Dapur

Pasar Daging 31 meja 8 Daging

Pasar Tavip Baru LT.II 603 kios/stand 140 Kelontong/Kedai sampah/Kain

Pasar Ayam 66 stand 13 Ayam/Unggas lainnya

Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar (2009)

Selain kios dan meja tersebut, terdapat pula pertokoan sebanyak 171 ruko

(rumah toko) yang menjual semua variasi bahan dagangan serta sebanyak

± 300 PKL (Pedagang Kaki Lima) yang umumnya menjual sayur dan ikan.

Ukuran kios adalah 2 x 2 m2, sedangkan ukuran meja adalah 1 x 0,5 m2 atau

1 x 1,25 m2 dan ukuran stand adalah 1,5 x 2 m2.

II.1.3 Sumber dan Kebutuhan Air

Masyarakat umumnya menggunakan air dari PDAM Tirta Sari Kota Binjai

dan air sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka. Terdapat 3 buah

sungai yang mengalir di Kota Binjai yakni Sungai Bingai, Sungai Mencirim

dan Sungai Bangkatan. Prnduduk dan pedagang di Pasar Tavip, selain

menggunakan air dari PAM Tirta Sari juga menggunakan air Sungai Bingai

dan air sumur bor. Jumlah sumur bor yang diketahui sebanyak 2 sumber yakni

pada bagian dalam pasar dan di Pasar Ayam (belakang ruko). Sumur bor

(26)

Pemakaian air di Pasar Tavip diperkirakan cukup besar dengan alokasi

terbesar adalah untuk membersihkan meja-meja yang digunakan untuk

berdagang ikan, ayam, dan daging (sapi, kambing). Perkiraan kebutuhan air

pada hari-hari biasa disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Perkiraan Kebutuhan Air Pasar Tavip Binjai

No. Lokasi Kebutuhan

(per hari per meja) Sumber Air

Kete-rangan

1. Pasar Ayam (dalam pasar)

2 drum (1 drum = ± 250 L)

Sumur Bor 8 meja

2. Pasar Tavip Baru • Pasar Ikan • Pasar Daging • PKL (ikan)

± 1.000 L 3 ember (±150 L) 2 ember (±100 L)

Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor

8 meja 6 meja ± 5 orang 3. Pasar Ayam

(samping Blok. D.3)

3 drum (± 750 L)

Sumur Bor 3 meja

4. Kamar Mandi Umum 2 ember (±50 L) Sumur Bor

(2 tempat) PAM (3 tempat)

5 tempat

Sumber: Wawancara Langsung (2009)

PKL yang berdagang ayam di daerah bantaran Sungai (pinggiran Jl Speksi)

memanfaatkan air sungai secara langsung untuk memenuhi kebutuhan airnya.

Air sungai tersebut dialirkan dengan menggunakan pompa.

II.1.4 Kependudukan

Struktur penduduk per April 2008 yang diperoleh dari Kantor Lurah Pekan

(27)

Tabel 2.3. Komposisi Penduduk Kelurahan Pekan Binjai per April 2008

Penduduk WNRI

Pribumi

WNRI Turunan Orang Asing

Jumlah

L P L P L P L P Jumlah

Penduduk awal bulan

488 523 2.859 2.893 3 7 3.350 3.423 6.773

Kelahiran bulan ini - - 1 2 - - 1 2 3

Kematian bulan ini 1 - 3 1 - - 4 1 5

Pendatang bulan ini

- - 1 6 - - 1 6 7

Pindah bulan ini - - 8 11 - - 8 11 19

Penduduk akhir bulan ini

487 523 2.850 2.883 3 7 3.340 3.419 6.759

Sumber: Data Kelurahan Pekan Binjai (2008)

I.8. Cara Pengumpulan Data.

Dalam penelitian, data merupakan hal yang memiliki peranan penting sebagai alat

penelitian hipotesis pembuktian untuk pencapaian tujuan penelitian. Data yang

dibutuhkan pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan/

pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

instansi-instansi terkait atau badan-badan tertentu.

II.2.1 Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan secara pengamatan,

peninjauan, pendataan dan pengukuran saluran drainase yang telah ada sesuai

dengan kondisi pada saat dilakukannya penelitian. Adapun data primer yang

didapat adalah:

1) Hasil penggambaran layout dan kontur pasar Tavip pemerintahan kota

(28)

2) Hasil kuisioner terhadap para pedagang mengenai pasar Tavip, seperti

pada lampiran 2.2.

3) Hasil Pengukuran saluran drainase terutama pada daerah rawan banjir di

pasar Tavip, seperti pada lampiran 2.3.

4) Hasil pengamatan kondisi pasar dengan foto dokumentasi, seperti pada

lampiran 2.4.

II.2.2 Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam

penelitian ini. Adapun data sekunder yang didapat adalah:

1) Dari Data Kelurahan Pekan Binjai (2008) seperti: jumlah penduduk dan

luas wilayah.

2) Dari Data Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kota Binjai seperti:

Jumlah pedagang dan kios/meja di pasar Tavip Binjai.

3) Dari Data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Balai Besar Wilayah I

Medan seperti: data curah hujan harian maksimum daerah Binjai dan

sekitarnya, seperti pada lampiran 2.5.

I.9. Cara Pengolahan Data.

Adalah metode analisis data hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan dari

tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mengevaluasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sebab terjadinya

(29)

2) Menganalisa desain kapasitas saluran dan pola jaringan drainase yang sudah

ada terhadap banjir maksimum untuk mendapatkan desain dimensi dan pola

jaringan drainase yang sesuai dalam menyelesaikan masalah banjir di Pasar

Tavip dengan mengoptimalisasi sistem yang ada, rehabilitasi/pemulihan,

pengembangan dan pembangunan baru.

I.10. Cara Analisis Data.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada suatu analisa penelitian

yaitu data yang telah dikumpulkan kemudian data tersebut diolah dalam suatu

perhitungan untuk memperoleh hasil penelitian yang selanjutnya akan diambil

kesimpulan dari tujuan penulisan ini. Adapun cara analisis penelitian ini adalah:

1) Indentifikasi dan evaluasi masalah saluran dan jaringan drainase pasar Tavip

Binjai

2) Menganalisa Hujan dengan rata-rata aljabar atau dengan berpedoman pada

satu stasiun saja karena memiliki luas kurang lebih 10 ha, dengan

persamaan:

... (2.1)

di mana P1, P2, … Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan

1,2 … n. dan n adalah banyaknya pos penakar hujan.

3) Menganalisa Frekuensi dan probabilitas dengan menggunakan: Distribusi

Log Person-III; dan Distribusi Gumbel.

4) Menguji hasil distribusi frekuensi sampel data yang dipilih dengan Uji

(30)

sampel data yang dipilih dapat diterima atau tidak. Dengan persamaan Uji

Chi-Kuadrat sebagai berikut:

... (2.2)

= parameter chi-kuadrat terhitung

= jumlah sub kelompok

= jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i

= jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i

5) Menganalisa intensitas hujan dangan rumus Mononobe, ini dikarenakan data

hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian

maksimum. Dengan persamaan:

... (2.3)

dimana: I = Intensitas hujan (mm/jam)

tc = lamanya waktu konsentrasi hujan (jam)

R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)

6) Menentukan debit banjir puncak dengan metode Rasional untuk periode

ulang 2(dua) tahun dan 5 (lima) tahun kerena memiliki luas lebih kurang 12

ha. Persamaan matematik metode rasional dinyatakan dalam bentuk:

... (2.4)

dimana: QR : laju aliran permukaan (debit) banjir maksimum pada

periode ulang tertentu (m3/det)

(31)

C : koefisien aliran permukaan ( 0 ≤ C ≤ 1),

: intensitas hujan dalam mm/jam pada periode ulang tertentu

dan durasi hujan yang sama dengan tc

A : luas DAS dalam hektar

7) Menghitung debit aliran air limbah.

Untuk menghitung debit air limbah diperlukan data luas daerah pengaliran,

kepadatan penduduknya, peningkatan penduduk setiap tahunnya dan

rata-rata buangan air limbah penduduk perhari.

a. Menghitung jumlah penduduk per April 2008 dalam daerah

pengaliran:

.. (2.5)

b. Menghitung jumlah penduduk periode 2(dua) tahun dan 5 (lima)

tahun dalam daerah pengaliran: ... (2.6)

dimana: = jumlah penduduk per April 2008

= jumlah penduduk periode n tahun

= periode pertambahan penduduk (tahun)

= pertumbuhan penduduk pertahun.

Maka diperoleh debit rencana akibat air limbah rumah tangga/pasar

adalah: ... (2.7)

dimana: = faktor debit puncak untuk peroide ulang 2(dua)

(32)

8) Menghitung Debit Total Rencana:

... (2.8)

9) Menghitung kapasitas saluran drainase yang tersedia apakah cukup

menampung debit banjir puncak atau tidak, jika tidak perlu direncanakan

dimensi saluran baru. Dengan persamaan kontinuitas.

10) Menentukan jalur saluran dengan mengikuti pola yang sudah ada, kecuali

(33)
(34)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I.11. Umum

Drainase berasal dari bahasa inggris drainage mempunyai arti mengalirkan,

menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase

dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,

baik yang berasal dari air hujan, air rembesan, kelebihan air irigasi baik di atas

maupun di bawah permukaan tanah dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi

kawasan/lahan tidak teganggu.

Sistem drainase merupakan suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk

mengurangi atau membuang kelebihan air baik di atas maupun di bawah

permukaan tanah dari suatu kawasan/lahan sehingga dapat difungsikan secara

optimal. Sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur kota yang sangat

penting. Kualitas manajemen kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang

ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air atau

banjir. Secara fungsional, sistem drainase dan sistem pengendalian banjir hampir

tidak dapat dibedakan. Namun yang jelas suatu sistem drainase menangani

kelebihan air sebelum dialirkan ke sungai sedangkan sistem pengendalian banjir

mengelola pemanfaatan sungai. Dan kedua sistem ini harus saling mendukung

agar berjalan baik dan seimbang.

Drainase pada prinsipnya terdiri atas dua macam yaitu drainase untuk daerah

(35)

mencakup sistem drainase perkotaan. Drainase perkotaan adalah draianse yang

mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan

kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya yang ada di kawasan kota.

Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari

wilayah perkotaan yang meliputi:

1. Pemukiman

2. Kawasan industri dan perdagangan

3. Kawasan sekolah dan kampus

4. Rumah sakit

5. Lapangan olah raga

6. Lapangan parkir

7. Instalasi militer, listrik dan telekomunikasi

8. Pelabuhan laut/sungai serta tempat lainnya yang merupakan bagian dari

sarana kota.

I.12. Jenis Drainase

III.2.1.Menurut Sejarah Terbentuknya.

a. Drainase Alamiah (natural drainage)

Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat

(36)

gorong-gorong dan lain-lain. Saluaran ini terbentuk oleh gerusan air

yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membetuk jalan air

seperti sungai.

b. Drainase Buatan (arficial drainage)

Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga

memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan

batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

III.2.2.Menurut Letak Bangunan.

a. Drainase permukaan tanah (surface drainage)

Saluaran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi

mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan

analisa open chanel flow.

b. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)

Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan

melalui media di bawah tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan

tertentu. Alasan itu antara lain: tuntutan artistik, tuntutan fungsi

permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan

tanah.

III.2.3.Menurut Fungsi

a. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air

(37)

b. Multi Purpose, yaitu saluran yang befungsi mengalirkan beberapa jenis

air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.

III.2.4.Menurut Konstruksi

a. Saluran Terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan

yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun

untuk drainase non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/

mengganggu lingkungan.

b. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai

untuk air kotor atau saluran yang terletak di tengah kota.

I.13. Pola Jaringan Drainase

Pola jaringan drainase adalah perpaduan antara satu saluran dengan saluran

lainnya baik yang fungsinya sama maupun berbeda dalam suatu kawasan tertentu.

Dalam perencanaan sistem drainase yang baik bukan hanya membuat dimensi

saluran yang sesuai tetapi harus ada kerjasama antar saluran sehinggga pengaliran

air lancar.

Beberapa contoh model pola jaringan yang dapat diterapkan dalam perencanaan

jaringan drainase meliputi:

1. Pola Alamiah

Letak conveyor drain (b) ada dibagian terendah (lembah) dari suatu daerah

(38)

yang ada (collector drain), dimana collector maupun conveyor drain

merupakan saluran alamiah.

a a

a a

b

a a

a a

b

a = collector drain b = conveyor drain

2. Pola Siku

Conveyor drain (b) terletak di lembah dan merupakan saluran alamiah,

sedangkan collector drain dibuat tegak lurus dari conveyor drain.

a = collector drain b = conveyor drain

b

a a

a

b

a

a a

a a

3. Pola Paralel

Collector drain yang menampung debit dari sungai-sungai yang lebih kecil,

dibuat sejajar satu sama lain dan kemudian masuk ke dalam conveyor drain.

a = collector drain b = conveyor drain

a

b a a a a

b

a

(39)

4. Pola Grid Iron

Beberapa interceptor drain dibuat satu sama lain sejajar, kemudian

ditampung di collector drain untuk selanjutnya masuk ke dalam conveyor

drain.

a

b

c a

a a

a = interceptor drain b = collector drain c = conveyor drain

5. Pola Radial

Suatu daerah genangan dikeringkan melalui beberapa collector drain dari

satu titik menyebar kesegala arah (sesuai dengan kondisi topografi daerah).

GENANGAN

6. Pola Jaring-Jaring

Untuk mencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap

(40)

kemudian ditampung ke dalam saluran collector dan selanjutnya dialirkan

menuju saluran conveyor.

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a b

b

b

c c

a = interceptor drain b = collector drain c = conveyor drain

Dalam pengertian jaringan drainase, maka sesuai dengan fungsi dan system

kerjanya, jenis saluran dapat dibedakan menjadi:

a. Interceptor drain

Saluran interseptor adalah saluran yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya

pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain di bawahnya.

Saluran ini biasa dibangun dan diletakkan pada bagian yang relatif sejajar

dengan garis kontur, outlet dari saluran ini terdapat di saluran collector atau

conveyor, atau langsung ke natural drainage.

b. Collector drain

Saluran kolektor adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang

diperoleh dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang ke

(41)

c. Conveyor drain

Saluran pembawa (conveyor drain) adalah saluran yang berfungsi sebagai

pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus

membahayakan daerah yang dilalui.

I.14. Sistem Jaringan Drainase

Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas dua bagian yaitu:

1. Sistem Drainase Makro

Sistem drainase makro adalah sistem saluran/badan air yang menampung dan

mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).

Sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran

primer, kanal-kanal, atau sungai-sungai. Sehingga sistem drainase makro

disebut juga sebagai sistem saluaran pembuangan utama ke danau atau laut

dan sistem ini merupakan penghubung antara drainase dengan pengendalian

banjir. Pada umumnya drainase makro direncanakan untuk debit hujan dengan

periode ulang 5(lima) sampai 10(sepuluh) tahun. Sistem drainase makro

biasanya meliputi saluran primer dan sekunder.

2. Sistem Drainase Mikro

Sistem drainase mikro adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase

yang menampung dan mengalirkan air dari suatu kawasan perkotaan yang

telah terbangun seperti perumahan, kawasan perdagangan, industri, pasar, atau

(42)

umumnya drainase mikro direncanakan untuk debit hujan dengan periode

ulang 2(dua) sampai 5(lima) tahun tergantung pada tata guna tanah yang ada.

Sistem drainase mikro meliputi saluran drainase tersier dan kuarter.

I.15. Infrastruktur Air Perkotaan.

Infrastruktur air perkotaan meliputi 3(tiga) sistem, yaitu sistem air bersih (urban

water supply), sistem sanitasi (waste water), sistem air hujan (strom water

system). Ketiga sistem tersebut saling terkait dan dapat dikelola secara integral

seperti diilustrasikan pada Gambar. 3.1. hal ini sangat penting untuk

meng-optimalkan pemanfaatan sumber daya air, sebagai contoh adalah penanganan air

hujan dapat dimanfaatkan untuk pengisian air tanah sebagai sumber air bersih.

T

Distribution

Use Collection

Sludge Treatment

Land

T

Raw water

Reservoir

Wells

Treated water

Waste water

Drainage

Drainage

Combined sewer outflow

Effluen

[image:42.595.118.464.448.735.2]

Urban Service Boundary

(43)

I.16. Siklus Hidrologi.

Sebagian air hujan yang tiba kepermukaan tanah akan masuk ke dalam tanah

(Infiltrasi). Bagian lain yang berlebih akan mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah

(surface run-off), kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke

sungai-sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Tidak semua butiran-butiran air

yang mengalir akan tiba ke laut, dalam perjalanan ke laut sebagian akan

mengalami penguapan akibat sinar matahari dan kembali ke udara. Sebagian air

yang masuk ke dalam tanah keluar kembali dan mengalir ke sungai-sungai. Tetapi

sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (ground water) yang akan keluar

sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah. Uap air

yang berada di udara akan mengalami kondensasi dari uap menjadi cair dan

apabila jumlah butir air sudah cukup banyak maka secara gravitasi air akan turun

ke bumi disebut dengan hujan. Sirkulasi air yang terjadi antara air laut dan air

daratan berlangsung secara terus menerus ini disebut siklus hidrologi.

Keseimbangan siklus hidrologi ditandai oleh curah hujan yang tinggi didukung

dengan kapasitas tanah dalam menahan air seperti hutan di daerah hulu, ruang

terbuka dan jumlah bangunan di daerah hulu menyebabkan siklus hidrologi tidak

seimbang sehingga keluarnya air dari permukaan tanah (run-off) mengakibatkan

(44)
[image:44.595.117.518.86.305.2]

Gambar. 3.2. siklus hidrologi

I.17. Tata Guna Lahan Kota

Perencanaan tata guna lahan merupakan inti dari suatu perencanaan kota yang di

dalamnya meliputi perencanaan sistem drainase. Perubahan tata guna lahan akan

menyebabkan perubahan atau peningkatan debit alilran air sistem drainase lahan

tersebut.peningkatan debit air inilah yang menimbulkan terjadinya banjir atau

genangan air. Maka perubahan tata guna lahan merupakan factor yang paling

dominan sebagai penyebab banjir atau genangan air.

Perencanaan tata guna lahan kota meliputi pembangunan kawasan pemukiman,

perkantoran, industri, pendidikan, bandara, jalan raya dan lain-lain. Pembangunan

difokuskan pada daerah perkotaan yang kemudian akan menjadi padat sehingga

sistem drainase yang ada tidak lagi memadai untuk menampung debit air buangan.

Dan apabila suatu kawasan hutan diubah menjadi daerah pemukiman maka yang

akan terjadi adalah semula hutan yang bisa menahan aliran permukaan (run-off)

(45)

peningkatan aliran air permukaan tanah yang menuju sungai dan mengakibatkan

peningkatan debit sungai. Akibat peningkatan debit terjadi pula peningkatan

sedimen yang mengakibatkan kapasitas drainase berkurang.

Perubahan tata guna lahan dapat dicontohkan pada Gambar. 3.3. yang

menunjukkan adanya peningkatan genangan air dan berkurangnya kapasitas

saluran akibat perkembangan kota.

Before

/

1960

Koef Run-Off 35%

After

/ 2004

[image:45.595.116.462.268.657.2]

Koef Run-Off 90%

Gambar. 3.3. Perubahan tata guna lahan terhadap run-off suatu kawasan (

RIVER-JICE-JAPAN/ 2003/ RUN OFF KOTA BANDUNG/ OTTO SUMARWOTO/

(46)

I.18. Gambaran Kota Binjai dan Masalah Banjir Secara Umum

Binjai adalah salah satu pemerintahan

Utara,

dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara sert

proyek pembangunan Mebidang yang meliputi kawasan

yang menghubungkan antara Medan da

Letak geografis Binjai 03°03'40" - 03°40'02" LU dan 98°27'03" - 98°39'32" BT.

Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya, Binjai

hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua

wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan Binjai

yang panjangnya 22 km, 9 km pertama berada di dalam wilayah Kota Medan, Km

10 sampai Km 17 berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km

17 adalah berada dalam wilayah Kota Binjai.

Ada

menyuplai kebutuhan sumber air bersih bagi PDAM Tirta Sari Binjai untuk

kemudian disalurkan untuk kebutuhan penduduk kota. Namun di pinggiran kota,

masih banyak penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka kepada air

(47)

Pusat perbelanjaan tradisional di Binjai melayani penjual dan pembeli dari Binjai

sendiri dan Kabupaten Langkat. Pasar tradisional misalnya:

• Pasar Tavip - merupakan pasar tradisional terbesar di Binjai, lokasi di

Binjai Kota.

• Pasar Kebun Lada - berlokasi di Binjai Utara

• Pasar Brahrang - berlokasi di Binjai Barat

• Pasar Rambung - berlokasi di Binjai Selatan

Selain itu juga ada pusat perbelanjaan modern seperti:

• Pusat perbelanjaan Suzuya

• Mini Market Tahiti

• Toserba Ramayana

• Mall Ramayana

Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko (ruko)

sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h Jalan

Bangkatan) yang menjadi pusat makanan di malam hari.

Dilihat dari letak geografisnya yang terletak diantara 2(dua) sungai Mencirim dan

Bingai kota Binjai rawan terhadap banjir bila kedua sungai meluap. Binjai di bagi

atas 15(lima belas) daerah drainase seperti pada Gambar. 3.4. yaitu sebagai

(48)
[image:48.842.52.819.45.575.2]

Gambar. 3.4.

II

I.

(49)

1. Sub. Daerah Drainase Rambung

2. Sub. Daerah Drainase Tanah Merah

3. Sub. Daerah Drainase Amir Hamzah

4. Sub. Daerah Drainase Binjai Estate

5. Sub. Daerah Drainase Gajah Mada

6. Sub. Daerah Drainase Juanda

7. Sub. Daerah Drainase Limau Sundai

8. Sub. Daerah Drainase Nangka

9. Sub. Daerah Drainase Paya Robah

10.Sub. Daerah Drainase Pujidadi

11.Sub. Daerah Drainase Sinembah

12.Sub. Daerah Drainase Sumber Mulyo

13.Sub. Daerah Drainase Tunggurono

14.Sub. Daerah Drainase Cengkeh Turi

15.Sub. Daerah Drainase Kebun Lada

Dari 15 (lima belas) daerah drainase yang tersebar di 5 (lima) kecamatan kota

Binjai yang sering mengalami masalah banjir adalah Sub Daerah Drainase

Rambung, Tanah Merah, Binjai Estate, Juanda, Limau Sundai, Pujidadi, Amir

Hamzah, Sinembah, Sumber Mulyo dan Nangka. Banjir di Kota Binjai di

(50)

1. Intensitas curah hujan yang tinggi sampai 375 mm dengan 15 hari hujan

tiap bulannya (sumber: Binjai Dalam Angka 2007) sehingga menggenangi

daerah-daerah cekungan, daerah dengan sistem jaringan drainase yang

kurang optimal, dearah dengan dimensi saluran yang tidak sesuai, daerah

dengan tingkat sampah dan sedimentasi yang tinggi misalnya daerah pasar

tradisional, dan daerah yang mengalami perubahan tata guna lahan yang

semula merupakan daerah retensi air diubah menjadi pemukiman.

2. Meluapnya dua sungai besar yaitu sungai Bingai dan Mencirim yang

mengakibatkan banjir pada daerah yang mengalami penyempitan saluran,

daerah dengan tanggul yang kurang tinggi dan kokoh, dan daerah pada

persimpangan sungai bingai dan mencirim dan juga sungai-sungai kecil

lainnya.

I.19. Presipitasi

Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang mengkondensasi

dan jatuh dari atmosfer ke bumi dalam segala bentuk air (hujan/rain fall) dan

padat (salju/snow) dalam rangkaian siklus hidrologi. Dalam penulisan ini hanya

dibahas tentang hujan.

Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang turun diukur pada titik pengamatan

(stasuin curah hujan) dengan waktu ulang yang telah ditetapkan. Curah hujan

yang tinggi bila tidak disertai dengan saluran yang memadai dan daerah

(51)

dalam perencanaan bangunan drainase perlu dilakukan perhitungan dimensi yag

sesuai dengan debit air limpasan curah hujan.

III.9.1. Menentukan Curah Hujan Kawasan.

Data hujan yang dipeoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang

terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Apabila dalam

suatu kawasan terdapat beberapa alat penakar hujan, maka untuk

mendapatkan nilai curah hujan kawasan tersebut adalah dari harga rata-rata

curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam dan/atau di

sekitar kawasan tersebut.

Ada tiga cara/metode yang digunakan untuk menentukan tinggi curah hujan

rata-rata tertentu dari beberapa titik pencatat curah hujan. Tiga cara/metode

tersebut adalah sebagai berikut:

III.9.1.1. Metode rata-rata aljabar.

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai

pengaruh yang setara, dan cocok untuk kawasan dengan topografi rata/datar.

Hujan kawasan ini diperoleh dari persamaan :

... (3.1)

di mana P1, P2, … Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan

(52)

III.9.1.2. Motode Thiessen.

Metode ini dikenal sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean). Cara

ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk

mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan

menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung

antara dua pos penakar terdekat. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan

luas 500 – 5000 km2

Hujan kawasan ini diperoleh dari persamaan :

... (3.2)

di mana P1, P2, … Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan

1,2 … n. dan n adalah banyaknya pos penakar hujan. A1, A2, … An adalah

Luas Area poligon 1,2 … n.

III.9.1.3. Motode Isohyet.

Cara ini memperhitungkan secara aktual pengaruh tiap-tiap pos penakar

hujan dengan menghubungkan titik-titik dengan tinggi curah hujan yang

sama membentuk garis kontur dari tinggi curah hujan yang sama.

Hujan kawasan ini diperoleh dari persamaan :

.. (3.3)

di mana P1, P2, … Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan

1,2 … n. dan n adalah banyaknya pos penakar hujan. A1, A2, … An adalah

(53)

III.9.2. Analisa Frekuensi dan Probabilitas

Sistem Hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang

luar biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Tujuan

analisa frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-

peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui

penerapan distribusi kemungkinan.

Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai

atau dilampaui. Kala ulang adalah waktu hipotetik di mana hujan dengan

suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui.

Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam analisis frekuensi yaitu:

1) Data maksimum tahunan: tiap tahun diambil hanya satu besaran

maksimum yang dianggap berpengaruh dalam analisis selanjutnya.

2) Seri parsial: dengan menetapkan suatu besaran tertentu sebagai

batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari

batas bawah tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk

kemudian dianalisis seperti biasa.

Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan

panjang data. Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan

yang terjadi. Empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang

Hidrologi adalah:

III.9.2.1)Distribusi Normal :

(54)

P(X) = fungsi densitas peluang normal (ordinat kurva nornal)

X = variabel acak kontinu

µ = rata-rata nilai X

σ = simpangan baku dari nilai X

Dalam pemakaian praktis, rumus umum tidak digunakan secara langsung

karena telah dibuat tabel untuk keperluan perhitungan, yang umum

disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss (variable reduced

Gauss) seperti pada Lampiran Tabel. 3.1.

Persamaan yang sering dipakai dalam hitungan Hidrologi dengan

distribusi normal adalah:

... (3.5)

XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

T-tahunan.

= nilai rata-rata hitung variat

S = deviasi standar nilai variat

KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode

ulang dan tipe modal metematik distribusi peluang dari veriabel

reduksi Gauss

III.9.2.2)Distribusi Log Normal :

Y = logX …… (3.6)

P(X) = Peluang log normal

X = nilai variat pengamatan

µ

Y = nilai rata-rata populasi Y
(55)

Persamaan yang sering dipakai dalam hitungan Hidrologi dengan

distribusi log normal adalah:

... (3.7)

Y = logX

YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

T-tahunan.

= nilai rata-rata hitung variat

S = deviasi standar nilai variat

KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode

ulang dan tipe modal metematik distribusi peluang dari veriabel

reduksi Gauss

III.9.2.3)Distribusi Log-Person III:

Langkah-langkah penggunaan distribusi log person tipe-III sbb:

1. Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = Log X

2. Hitung harga rata-rata:

... (3.8)

3. Hitung harga simpangan baku:

... (3.9)

4. Hitung koefisien kemencengan:

... (3.10)

5. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T

dengan rumus:

(56)

di mana K adalah variabel standar untuk X yang besarnya

tergantung koefisien kemencengan G. lihat lampiran

Tabel. 3.2.

III.9.2.4)Distribusi Gumbel:

... (3.12)

atau ... (3.13)

nilai-nilai variable Yn ; Sn ; dan YTr dapat dilihat pada Lampiran

Tabel. 3.3. s/d tabel. 3.5.

III.9.3. Uji Kecocokan

Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan (the

gooness of fittest test) distribusi frekuensi sampel data terhadap

fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan

atau mewakili distribusi fungsi tersebut.

III.9.3.1)Uji Chi-Kuadrat:

Dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang

telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang di

analisis, dengan persamaan sebagai berikut:

... (3.14)

= parameter chi-kuadrat terhitung

= jumlah sub kelompok

(57)

= jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i

Parameter merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai

nilai sama atau lebih besar dari nilai chi-kuadrat sebenarnya

( ) dapat dilihat pada lampiran Tabel. 3.6.

Prosedur uji Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:

1) Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya),

2) Kelompokkan data menjadi G sub-grup yang masing-masing

beranggotakan minimal 4 data pengamatan

3) Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub-grup

4) Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan

sebesar Ei

5) Pada tiap sub-grup hitung nilai

(Oi - Ei)2 dan

6) Jumlah seluruh G sub-grup nilai untuk menentukan

nilai chi-kuadrat hitung

7) Tentukan derajad kebebasan dk = G – R – 1 (nilai R=2 untuk

distribusi normal dan binomial)

Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut:

1) Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi

yang digunakan dapat diterima

2) Apabila peluang lebih dari 1%, maka persamaan distribusi

(58)

3) Apabila peluang lebih dari 1 - 5%, maka tidak mungkin

mengambil keputusan, misal perlu data tambahan.

III.9.3.2)Uji Smirnov-Kolmogorov:

Atau uji kecocokan non parametrik, karena pengujiannya tidak

menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur pelaksanaannya

sebagai berikut:

1) Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan

besarnya peluang dari masing-masing data tersebut

2) Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil

penggambaran data (persamaan distribusinya)

3) Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya

antar peluang pengamatan dengan peluang teoritis.

4) Berdasarkan tabel nilai kritis (Sminove-Kolmogorov test)

tentukan Do dari lampiran Tabel. 3.7.

III.9.4. Curah Hujan Maksimum Harian Rata-Rata.

Cara yang seharusnya ditempuh untuk mendapatkan hujan

maksimum harian rata-rata DAS adalah sebagai berikut:

1) Tentukan hujan maksimum harian pada tahun tertentu disalah

satu pos hujan.

2) Cari besarnya curah hujan pada tanggal-bulan-tahun yang sama

untuk pos hujan yang lain.

(59)

4) Tentukan hujan maksimum harian (seperti langkah 1) pada

tahun yang sama untuk pos hujan yang lain

5) Ulangi langkah 2 dan 3 untuk setiap tahun.

Dari hasil rata-rata yang diperoleh (sesuai dengan jumlah pos hujan)

dipilih yang tertinggi setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap

tahun merupakan hujan maksimum harian DAS untuk tahun yang

bersangkutan.

III.9.5. Analisis Intensitas Hujan

Intensitas curah hujan merupakan perkiraan besarnya aliran curah

hujan yang dihitung pada jangka waktu pendek. Besarnyacurah

hujan yang berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau

yakni curah hujan tahunan, curah hujan bulanan,curah hujan harian

dan curah hujan perjam. Intensitas curah hujan, luas daerah

tangkapan hujan dan lamanya waktu hujan berpengaruh besar

terhadap besarnya debit banjir.

Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai ketinggian curah hujan

yang terjadi pada kurun waktu dimana air hujan berkonsentrasi.

Analisa intensitas curah hujan ini dapat diproses berdasarkan data

curah hujan yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Perhitungan besarnya intensitas curah hujan dapat dipergunakan

beberapa rumus empiris dalam hidrologi,

(60)

1. Rumus Talbot (1881)

... (3.15)

2. Rumus Sherman (1905)

... (3.16)

3. Rumus Ishiguro (1953)

... (3.17)

dimana:

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

t = Waktu curah hujan (menit)

a, b, n = Konstanta

Konstanta a, b, dan n dihitung untuk tiap-tiap priode ulang dengan

persamaan berikut:

1. Untuk rumus Talbot

... (3.18)

... (3.19)

2. Untuk rumus Sherman

... (3.20)

(61)

3. Untuk rumus Ishiguro

... (3.22)

... (3.23)

4. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada

hanya data hujan harian dapat dihitung dengan rumus

Mononobe: ... (3.24)

dimana: I = Intensitas hujan (mm/jam)

tc = lamanya waktu konsentrasi hujan (jam)

R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)

I.20. Memperkirakan Laju Aliran Puncak

Metode untuk memperkirakan laju aliran puncak (debit banjir) pada suatu

lokasi banyak ditentukan oleh ketersediaan data. Gambar 3.5. memberikan

resume kronologis perkiraan debit banjir berdasarkan ketersediaan data.

Secara umum metode yang dipakai adalah Metode Rasional dan Metode

Hidrograf Banjir.

III.10.1. Metode Rasional

Metode rasional terbatas penggunaanya ubtuk DAS-DAS ukuran

kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986). Karena

model ini tidak dapat menerangkan hubungan curah hujan dan

aliran permukaan dalam bentuk hidrograf. Persamaan matematik

(62)

... (3.25)

dimana: Qp : laju aliran permukaan (debit) banjir maksimum

pada periode ulang tertentu (m3/det)

Cs : koefisien penampungan dengan

C : koefisien aliran permukaan ( 0 ≤ C ≤ 1),

: intensitas hujan dalam mm/jam pada periode ulang

tertentu dan durasi hujan yang sama dengan tc

A : luas DAS dalam hektar

Mulai Data Hidrologi Metode Hidrograf Satuan Perlu

hidrograf? Analisis Frekuensi

Apakah tersedia data Hujan dan aliran?

Ada Data Debit? Turunkan Hidrograf Satuan Turunkan Hidrograf Sintetis Konvolusi dengan hujan rencana Hidrograf Aliran Permukaan Tambah Aliran dasar Hidrograf Satuan sintetis Data Cukup Panjang? Perkirakan Hujan DAS rencana

Plot data dan sesuaikan dengan

distribusi GEV*

Perkirakan Qrerata dari rekaman data

[image:62.595.168.477.72.797.2]

Hitung QTr dari Qrerata Perkirakan QTr dari

Grafik distribusi GEV*

Bandingkan hasil perkiraan

QTr

Hitung QTr dengan rumus

Rasional**

QTr atau QTr dan Hidrograf Selesai Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Catatan: * GEV =Gumbell Extreem Value **Berlaku untuk DAS yang Kecil

[image:62.595.167.462.352.731.2]
(63)

III.10.1.1.Koefisien Aliran Permukaan [C]

Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran

permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang

mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau prosentase lahan

kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan

intensitas hujan.

Ada beberapa nilai koefisien limpasan untuk metode rasional

menurut McGuen, 1980 dan Hassing, 1995. Seperti pada lampiran

Tabel. 3.8.

Jika DAS terdiri berbagai macam penggunaan lahan dengan

koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai

adalah dengan persamaan berikut:

... (3.26)

dimana: n = jumlah jenis penutup lahan.

Ci = koefisien aliran permukaan jenis penutup lahan i

Ai = luas lahan dengan jenis penutup tanah i

III.10.1.2.Waktu konsentrasi [tc]

Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh

air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke

tempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh

dan depresi-depresi kecil terpenuhi.

Salah satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi

(64)

... (3.27)

dimana: tc = waktu konsentrasi (jam)

L =panjang saluran utama dari hulu sampai penguras(km)

S =kemiringan rata-rata saluran utama (m/m)

Waktu konsentrasi juga dibedekan dalam dua komponen yaitu:

1) Waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan

sampai saluran terdekat [t0]

2) Waktu perjalanan dari pertama masuk saluran sampai titik

keluaran [td]

Sehingga waktu konsentrasi [tc] didapat:

... (3.28)

dengan: menit ... (3.29)

menit ... (3.30)

dimana: n = angka kekasaran manning,

S = kemiringan lahan,

L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)

Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m)

(65)

Selain rumus Kirpich, ada beberapa rumus waktu konsentrasi

yang lain, sebagaimana yang tercantum dalam lampiran

Tabel.3.9.

III.10.2. Metode Hidrograf

Metode Hidrograf dapat didefinisikan sebagai hubungan antara

salah satu unsur aliran terhadap waktu. Berdasarkan definisi

tersebut dikenal ada dua macam hidrograf, yaitu: hidrograf muka

air (rekaman AWLR) dan hidrograf debit yang diperoleh dari

hidrograf muka air dan lengkung debit atau lebih dikenal dengan

sebutan hidrograf.

Dalam laporan akhir ini pembahasan mengenai hidrograf tidak

jelaskan secara rinci.

I.21. Air Limbah (Air Buangan)

Air limbah atau air buangan merupakan air yang telah dipergunakan oleh

manusia dalam berbagai keperluan seperti rumah tangga dan industri, dan

kemudian dialirkan melalui saluran pembuangan. Saluran pembuangan air

limbah ini diatur oleh suatu sistem drainase yang terdiri dari dua jenis

yaitu bila air limbah masih dapat diolah kembali dan tidak mengandung

zat kimia berbahaya maka saluran dapat digabung dengan saluran air

hujan, sedangkan air limbah pabrik salurannya harus tersendiri dan

(66)

III.11.1. Air Limbah Rumah Tangga

Air limbah yang berasal dari perumahan, besarnya volume air

limbah diperhitungkan berdasarkan kepadatan penduduk rata-rata

per orang dalam membuang air limbah. Jumlah aliran air limbah

maksimum per orang per hari hampir sama dengan konsumsi air

bersih harian maksimum per orang. Serta ditambah 10% - 20%

untuk air tanah yang keluar dan yang lainnya. Jumlah air limbah

rumah tangga dari suatu daerah umumnya berkisar 60% - 75% dari

air yang disalurkan ke daerah tersebut (Ray K. Linsey, 1979).

Menurut Metcalf dan Eddy, 1979 rata-rata aliran air limbah dari

[image:66.595.164.516.441.558.2]

daerah pemukiman disajikan pada Tabel. 3.1. berikut:

Tabel. 3.1. Pengggunaan air kota dan jumlah-jumlah yang dipa-kai di Amerika Serikat

Penggunaan Kisaran

liter/orang/hari

Umum

liter/orang/hari

Rumah Tangga 150 – 300 250

Komersial dan Industri 40 – 300 150

Publik Area 60 – 100 75

Kehilangan dan Pemborosan 60 – 100 75

310 - 800 550

Sumber : Metcalf and Eddy, Wastewater Engineering

III.11.2. Air Limbah Industri

Besarnya volume air limbah industri bervariasi menurut jenis dan

ukuran industri kota, pengawasan industri tersebut, jumlah air

pemakaian berulang, serta cara yang dipergunakan untuk proses

(67)

lebih seragam dalam sehari dengan aliran puncak bervariasi di

antara 150% sampai 250% dari laju aliran rata-rata. Karena variasi

aliran air limbah industri akan berubah sesuai dengan ukuran kota

dan jumlah air limbah industri, maka air limb

Gambar

Tabel 2.2.  Perkiraan Kebutuhan Air Pasar Tavip Binjai
Tabel 2.3.  Komposisi Penduduk Kelurahan Pekan Binjai per April 2008
Gambar. 3.1. sistem infrastruktur air perkotaan (Suripin, 2004)
Gambar. 3.2. siklus hidrologi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi keadaan tersebut direncanakan perbaikan saluran drainase baru yang dapat menampung debit air yang mengalir pada sungai.. Analisis rencana anggaran

Dari hasil evaluasi debit banjir rancangan periode ulang didapat Q2 sebesar 2,0698 m³/det, Q5 sebesar 2,3950 m³/det, Q10 sebesar 2,6258 m³/det.Evaluasi saluran drainase pada

Apakah dimensi saluran drainase existing dijalan Teluk Banyur dan Jalan Swakarya III, Kelurahan Kekalek Jaya, kota Mataram masih mampu menampung debit air yang

Tujuan dari perencanaan ini adalah merencanakan saluran drainase yang cukup untuk menampung debit banjir yang melewati Perumahan Taman Arcadia Mediterania.. Debit

Untuk mengetahui kemampuan sistem jaringan drainase di wilayah studi dalam menampung dan mengalirkan debit banjir rancangan dengan kala ulang 5 tahun.. Untuk

Debit kapasitas saluran drainase maksimum sebesar 3,051 m3/s yang terdapat pada saluran eksisting nomor 44 mampu menampung dan menyalurkan air dengan kala ulang debit rencana 2 tahun,

Dimensi saluran drainase ekonomis yang mampu menampung debit banjir rancangan 10 tahun hingga tahun 2027 pada Jalan Parikesit II Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran Kota Samarinda

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah kapasitas saluran drainase Calung sudah memadai untuk menampung volume air yang dihasilkan selama hujan deras, Hasil dari