• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE KELURAHAN PASAR KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERENCANAAN SALURAN DRAINASE KELURAHAN PASAR KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE KELURAHAN PASAR KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN

PROVINSI JAMBI

Irfan Yuniansyah, Bahrul Anif, Lusi Utama

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang E-mail: irfanyuniansyah@yahoo.com, bahrulanif@gmail.com, lusi_utamaindo115@yahoo.co.id

Abstrak

Drainase adalah saluran pembuang bagi kota. Untuk itu agar kota dapat bersih dari genangan air dan banjir. Kabupaten Sarolangun merupakan wilayah yang baru berkembang mengalami perubahan- perubahan pesat dalam pembangunan. Salah satu kawasan yaitu khususnya kawasan Kelurahan Pasar Kecamatan Sarolangun sering mengalami banjir dan genangan pada saat intensitas curah hujan tinggi . Saluran drainase yang ada masih drainase alam sehingga bila terjadi curah hujan yang besar saluran ini belum dapat menampung seluruh debit banjir, yang mana air yang ada pada saluran akan melimpah dan terjadi genangan air pada kawasan ini. Penulis menggunakan data curah hujan maksimum rata-rata dan untuk perhitungan curah hujan rencana dilakukan dengan beberapa metode yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Gumbel, Distribusi Log Person III, Distribusi Hasper, dan Distribusi Weduwen. Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan rumus Mononobe. Selanjutnya untuk perhitungan debit air hujan menggunakan metode Rasional. Setelah melakukan analisa didapat jenis saluran sekunder dan tersier. Yaitu S1-S2, S3-S4, S5-S6, S6-S7, S1-T1, T1-T2, T2-S2, T3-S3, T3-T4, T4-S4, T5-S5, T5-T6, dan T6-S6. Didapat Q total yang terbesar untuk saluran sekunder adalah 0,508 (m3/detik) dan Q total untuk saluran tersier adalah 0,116 (m3/detik). Penampang saluran drainase yang direncanakan adalah penampang persegi.

Kata kunci : drainase, genangan, banjir, saluran

(2)

PLANNINGONDRAINAGEWARD MARKET DISTRICT SAROLANGUN SAROLANGUN

JAMBI PROVINCE

Irfan Yuniansyah,Bahrul Anif, Lusi Utama

Civil Engineering Department, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta University Padang

E-mail: irfanyuniansyah@yahoo.com,bahrulanif@gmail.com, lusi_utamaindo115@yahoo.co.id

Abstract

Drainage channel for the city waster. Sarolangun region experiencing rapid changes in both the construction and development. Area in the District Sarolangun Market Village area prone to flood and inundation during high intensity rainfall. Existing drainage channels still natural drainage so if there is heavy rainfall these channels have not been able to accommodate all of the flood discharge, which is where the water is in the channel will overflow and waterlogging in the region. The author uses the maximum rainfall data and the average rainfall for the calculation of the plan done by several methods:

Normal Distribution, Distribution Log Normal, Gumbel Distribution, Distribution Log Person III, Hasper Distribution, and Distribution Weduwen. Rainfall intensity calculation using the formula Mononobe. Rainfall intensity calculation using the formula Mononobe. Furthermore, for the calculation of storm water discharge using the Rational method. After analyzing the obtained types of secondary and tertiary canals. S1-S2, S3-S4, S5-S6, S6-S7, S1-T1, T1-T2, T2-S2, S3-T3, T3-T4, T4- S4, S5-T5, T5-T6, and T6-S6. Q obtained for the largest total secondary channel is 0.508 (m3/s) and Q is the total to 0,116 tertiary channel (m3/s). Planned drainage channel cross section is a square cross section.

Keywords: drainage, inundation, flooding, channel

1. PENDAHULUAN

Pertumbuhan kota menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi, sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan. Perkembangan beberapa kawasan di dalam kota disinyalir sebagai penyebab banjir dan genangan air di lingkungan sekitarnya. Hal ini biasanya timbul karena tidak cukupnya kapasitas saluran drainase kota yang ada dan perilaku masyarakat yang tidak mengerti pentingnya memelihara drainase. Oleh sebab itu, setiap perkembangan kota harus diikuti dengan perbaikan system drainasenya.

Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada.

Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Genangan air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk, dan sumber penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Kabupaten Sarolangun sebagai wilayah yang baru berkembang, mengalami perubahan- perubahan pesat dalam pembangunan baik dalam pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik. Sebagai wilayah yang

(3)

tergolong baru berdiri wilayah ini membutuhkan banyak landasan-landasan konseptual pembangunan, guna menjaga pencapaian tujuan pembangunan dapat terwujud di masa mendatang. Sarolangun sebagai Ibukota Kabupaten yang tumbuh dengan sangat pesatnya dibutuhkan perencanaan yang matang dan berkesinambungan di segala aspek pembangunan.

Salah satu kawasan yaitu khususnya kawasan Kelurahan Pasar Kecamatan Sarolangun sering mengalami banjir dan genangan pada saat intensitas curah hujan tinggi . Saluran drainase yang ada masih drainase alam sehingga bila terjadi curah hujan yang besar saluran ini belum dapat menampung seluruh debit banjir, yang mana air yang ada pada saluran akan melimpah dan terjadi genangan air pada jalan dan pemukiman masyarakat. Oleh karena itu perlu dibangunnya saluran drainase yang cukup memadai agar genangan air dapat ditampung dan dialirkan ke badan air terdekat.

2. METODOLOGI

Metodologi yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah studi literatur dan analisa data. Kegiatan yang dilakukan secara garis besar dibedakan menjadi :

1. Studi Literatur

Dalam studi literatur didapatkan teori-teori untuk menganalisa hidrologi dan analisa dimensi saluran.

2. Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan adalah curah hujan, topografi, data lokasi dan data lain yang dianggap perlu dalam penulisan ini. Data ini diperoleh dari Kantor BAPPEDA Kabupaten Sarolangun, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Kabupaten Sarolangun Propinsi Jambi, dan kantor BPS Kabupaten Sarolangun .

3. Perhitungan dan Analisa

Berdasarkan data-data yang ada dilakukan perhitungan dimensi saluran serta analisa perhitungan dengan data yang ada.

3. TINJAUAN PUSTAKA

1. Analisa Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air yang ada dipermukaan bumi mulai dari kejadiannya, peredarannya, pendistribusian, sifat-sifat fisik dan kimiawi serta reaksinya terhadap lingkungan, termasuk hubungannya dengan kehidupan.

A. Analisa Curah Hujan

Analisa curah hujan merupakan istilah umum untuk menyatakan uap air yang mengalami kondensasi dan jatuh dari atmosfer bumi dalam segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi.

Ada tiga cara umum yang dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Metode Rata-rata Aljabar

Metode ini didasari pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang setara dengan persamaan :

(4)

n Pi n

P P

P P P

n

i

n

1 2 3 .... 1

Dimana :

Pi = Curah hujan harian (mm) n = banyak pengamatan

2. Poligon Thiessen

Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos pengakar hujan untuk mengakomodasi ketidak seragaman jarak.

Persamaannya yaitu :

n

i i

i n

i i

i i

A A Pi A

A A

A P A

P A P P

1 1 2

1 2 2 1 1

....

....

Dimana :

Pi = jumlah curah hujan harian (mm) Ai = jumlah luas areal polygon n = banyak pos penangkar hujan 3. Metode Isohyet

Metode isohyet cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih dari 5.000 km2. Persamaanya yaitu :

Total

A P A P

P

2

2 1

Dimana :

P = Curah hujan harian (mm) A = Luas derah rencana (Km)

B. Analisa Curah Hujan Rencana

Untuk perhitungan curah hujan rencana ini menggunakan metode Log Person III

Dengan rumus:

S K X Log X

Log T   .

Dimana:

XT = Besarnya curah hujan rencanana untuk periode ulang T tahun (mm)

x= Curah Hujan Rata-rata (mm) K = Variabel standar

S = Standar Deviasi

C. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan (I) adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada satu satuan waktu. Persamaannya adalah :

I =

67 .

24 0

24

tc R

(mm/jam)

tc =

jam 0.385

xS xL 1000

87 . 0

Dimana :

I= Intensitas curah hujan selama waktu kosentrasi (mm/jam)

R= Hujan harian dengan priode ulang tahun dalam (mm)

tc = Waktu tempuh aliran disalurkan (jam) S = Kemiringan lahan

D. Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana didapat dari hasil penjumlahan debit air hujan ditambah debit air buangan.

1. Debit Air Hujan

Persamaannya adalah : Q = f CIA

Dimana :

Q= Debit air (m3/dt)

I= Intensitas hujan (mm/jam) A= Luas daerah pengaliran (km2) f = Faktor konversi sebesar 0.278

(5)

2. Debit air buangan

Debit air buangan/kotor adalah debit yang berasal dari buangan aktivitas penduduk seperti, mandi, cuci dan lain-lain baik dari lingkungan rumah tangga, bangunan (fasilitas) umum atau instansi, bangunan komersial dan sebagainya.

E. Penampang Terbaik Saluran

Adapun persamaan penampang saluran dapat ditabelkan :

F. Tinggi Jagaan (Freeboard)

Adapun persamaan penampang saluran dapat ditabelkan :

G. Gorong-gorong

Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), di bawah jalan, atau jalan kereta api

4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa hidrologi

Dalam perhitungan curah hujan rencana digunakan data curah hujan selama (n) 10 tahun, yaitu dimulai dari tahun 2004 s/d 2013 data curah hujan ini didapat dari BPS Kabupaten Sarolangun. Untuk dapat menghitung curah hujan rencana data yang dipakai adalah curah hujan maximum. Dari curah hujan inilah untuk dapat melanjutkan menghitung debit rencana untuk saluran. Data curah hujan maximum tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Curah Hujan Harian Maksimum Sumber : Data BPS Kabupaten Sarolangun 1. Analisa Frekwensi Curah Hujan

Untuk menganalisa frekuensi curah hujan dilakukan dengan cara mengurutkan data curah hujan harian maksimum mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, selanjutnya dihitung deskriptor statistiknya, yaitu:

 Rata-rata (Xr, Yr)

 Standar Deviasi (S)

 Koefisien Variant (Cv)

 Koefisien Skew (Cs)

 Koefisien Kurtosis (Ck)

Setiap data pengamatan mempunyai distribusi tertentu yang sesuai, berikut ini

No Tahun Curah Hujan Maksimum (mm) 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

249 524 380 570 466 268 451 349 441 342

(6)

L S H

menit S

t L

jam t mm

I R

c

c





7 7 , 0 6 7 . 0

195 , 0

24 / 24

adalah salah satu cara untuk memilih distribusi yang sesuai yaitu dimana harus memenuhi persyaratan-persyaratan masing-masing distribusi yaitu:

 Distribusi Normal

= -0,1 < Cs < 0,1 dan 2,7 < Ck < 3,3

 Distribusi Gumbel

= Cs ≈ 1,13 dan Ck ≈ 5,4

 Distribusi Log Person III

= Ck ≈ 1,5 Cs2 + 3

Sebelum perhitungan dilakukan, elemen- elemen deskriptor statistic terlebih dahulu ditabelkan sebagai berikut:

2. Perhitungan Periode Ulang Hujan

Setelah dilakukan perhitungan curah hujan maksimum dan pengecekan distribusi yang cocok baru dilakukan curah hujan rencana dengan metode log pearson type III ditabelkan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil perhitungan dari faktor frekwensi distribusi yang dipakai adalah pearson III. Maka rumus dari metode pearson type III ini juga dipakai untuk perhitungan periode ulang, rumus ini adalah sabagai berikut:

Rr = Xr + K * Sxi Dimana :

Rr = Curah hujan (mm) untuk periode ulang T (tahun)

Xr = Curah hujan rata-rata dari data pengamatan (mm)

K = Faktor frekwensi

Sxi = Standar deviasi dari data Xi Harga K tergantung kepada :

- Jumlah tahun pengamatan - Periode ualang T (tahun) - Koefisien varian (cv) - Distribusi yang sesuai

Perhitungan analisa periode ulang ini akan disajikan dalam table berikut ini :

B. Analisa Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan diitung dengan menggunakan rumus Mononobe dimana adanya pengaruh waktu konsentrasi (tc).

(7)

3 2 3

2

05205 ,

1 24 24

388801 ,

76 24 24



 

 





I

tc I R

Dimana :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam) tc = Waktu konsentasi (jam)

S = Kemirinan saluran

Perhitungan untuk saluran drainase sekunder ruas S1 – S2

Diketahui :

Panjang saluran (L) = 340 m Kemiringan saluran (S) = 0,000088 Maka tc =

77 . 0

000088 ,

0 0195 340 .

0 

 



= 63,123 menit = 1,05205 jam

Dari nilai tc diatas maka dapat dicari intensitas curah hujan untuk periode ulang 5 tahun saluran sekunder ruas S1 – S2.

I= 25,60088mm/jam

Perhitungan untuk saluran drainase tersier ruas S1 – T1

Diketahui :

Panjang saluran (L) = 120 m Kemiringan saluran (S) = 0.00025 Maka tc =

77 . 0

00025 , 0 0195 120 .

0 

 



= 18,9582 menit

= 0,31597 jam

Dari nilai tc diatas maka dapat dicari intensitas curah hujan untuk periode ulang 2 tahun saluran tersier ruas S1 – T1

3 2 3

2

31597 ,

0 24 24

6,062866 24 24









I

tc I R

I= 4,5308.1631 mm/jam

Untuk perhitungan selanjutnya dengan cara yang sama dapat dilihat pada tabel berikut :

C. Analisa Debit Banjir Rencana 1. Perhitungan Luas Daerah Layanan

Untuk menghitung luas daerah pengaliran dapat dicari dengan cara sebagai berikut :

Luas daerah pengaliran (A) = panjang persegmen x panjang saluran

Contoh perhitungan luas daerah pengaliran saluran pada ruas S1-S2

A = (½ Ruas T6-S6 + ½ ruas jalan) x 340 = ( 60 + 3 ) x 340

= 63 x 340 = 21420 m2

= 0,02142 Km2

(8)

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :

2. Analisa Debit Banjir Air Hujan

Perhitungan debit banjir air hujan berdasarkan intensitas hujan dengan menggunakan metode rasional. Rumus debit air hujan yaitu:

Qah = 0,278.C.I.A Dimana :

Qah = Debit air hujan (m3/dt)

C = Koefisien penyebaran air hujan, dalam perhitungan ini memakai nilai 0,75 (perumahan multi unit) I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = Luas daerah pengaliran (km2) Perhitungan debit banjir air hujan saluran tersier ruas S1 – T1

Intensitas curah hujan (I) = 25.6 mm/jam Luas daerah pengaliran (A) = 0.02142 Km2 Koefisien penyebaran hujan (β) = 0,75

Maka :

Qah = 0,278.C.I.A

Qah = 0,278 x 0,75 x 25.6008802 x 0.02142 Qah = 0.1143353 m3/dt

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

3. Analisa Debit Air Buangan

Berdasarkan data jumlah penduduk yang ada, pada tahun 2008 jumlah penduduk Kelurahan Pasar Sarolangun adalah 3.060 jiwa dan pada tahun 2012 yaitu 3.312 jiwa.

Dalam menentukan laju pertumbuhan penduduk digunakan persamaan :

1. Laju Pertumbuhan Secara Geometrik Pt = Po x (1+r)n

2. Laju Pertumbuhan Secara Exponensial Pt = Po x er.n

Dimana :

Pt = Jumlah penduduk tahun terakhir Po = Jumlah penduduk tahun sebelumnya r = Laju pertumbuhan penduduk

n = Selisih tahun peninjauan

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai laju pertumbuhan penduduk di Kelurahan Pasar Sarolangun yaitu :

 Secara geometrik = 0,0158

 Secara eksponensial = 0,0158

(9)

60 60 24

144 x Kab x

jiwa dt lt Kab0,0016667 / /

A xKab Qak Pnx80%

71 , 0

0016667 ,

0

% 80 3.574x x Qak

2 3/ / 00013

,

0 m dt km

Qak

A

xKab QakPnx80%

Berikut ini adalah proyeksi jumlah penduduk untuk tahun-tahun berikut di Kelurahan Pasar Sarolangun.

Setelah diapat proyeksi pertumbuhan penduduk maka perkiraan jumlah air buangan atau debit air buangan sudah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

Dimana :

Qak = Debit air kotor (m3/dt)

Pn = Jumlah penduduk tertinggi (jiwa)

80% = Asumsi jumlah air yang akan masuk kedalam saluran

Kab = Kebutuhan air bersih(144 lt/hari/jiwa) (Survey Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya pada tahun 2006)

A = Luas area kawasan (2 Km2) Perhitungan kebutuhan air bersih,

Kab = 144 lt/hari/jiwa

Besarnya debit untuk masing-masing saluran dapat dihitung dengan persamaan : Qak sal = Qak x Luas daerah layanan

Untuk perhitungan debit air kotor saluran Sekunder ruas S1-S2

Qak sal = 0,0067 x 0,02142 Qak sal =0,00014 m3/det.

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:

4. Perhitungan Debit Banjir Rencana

Besarnya debit rencana dapat dihitung dengan menjumlahkan debit air hujan rencana dengan debit air kotor.

(10)

Debit banjir rencana dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Qbr = Qah + Qak

Dimana :

Qbr = debit banjir rencana Qah = debit air hujan rencana

Qak = debit air kotor atau air buangan Untuk perhitungan Debit Banjir Rencana saluran Sekunder ruas S1-S2

Qbr = 0.1143353 + 0.0001438

= 0,058789

Untuk perhitungan debit rencana dapat

dilihat pada tabel berikut:

Dalam menentukan debit banjir total rencana, dapat dihitung dengan menjumlahkan debit saluran itu sendiri ditambah debit air yang masuk kedalam saluran tersebut (Prodi Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Malang).

Dalam menghitung debit rencana total digunakan rumus:

Qtotal = Q banjir rencana + Q tambahan

Perhitungan Debit Total rencana untuk saluran Tersier S2 – S3

Qtotal = Q banjir rencana + Q tambahan

Qtotal = 0.11448 + 0.08881 Qtotal = 0.20329 m3/det

Untuk perhitungan selanjutnya dapat lihat pada tabel berikut:

D. Perhitungan Saluran Drainase

Dalam menghitung dimensi saluran drainase untuk Kawasan daerah Kelurahan Pasar Sarolangun direncanakan penampang saluran yang berbentuk segi empat pada saluran sekunder dan tersier . Dengan pertimbangan saluran ini dapat mengalirkan air dengan cepat serta mudah dalam pemeliharaannya.

Dalam menghitung dimensi saluran digunakan asumsi sebagai berikut :

 Besarnya jagaan yang dipakai yaitu 30 cm

 Nilai koefisien kekasaran Manning dipakai 0,020 (susunan batu dengan adukan semen dan diplester)

 Nilai kemiringan dasar saluran berdasarkan masing-masing ruas.

Perhitungan dimensi saluran drainase Sekunder ruas S1 – S2 :

Data :

Q = 0,1145m3/dt

(11)

A S nR3221  1

   

) 2 (

1 3 21

2

bxh h S

b bxh bxh

n   



 

 

3 21 2

2 2

2 0.000088 2

4 2 2

02 , 0

1 h

h

h h   

 



3 2 3 2

2 1 3

4 3 2

4

000088 ,

0 2

4 02 , 0

1

h h h

 

3 2 3 4

2 1 3

4 4 3 2 2

2

000088 ,

0 2

02 , 0

1

h h

 

2 1 3

16 3 8

000088 ,

0 02 2

, 0

1  h

2 1 3

14 3 4

000088 ,

0 02 2

, 0

1  h

2 1 3

4

000088 ,

0 2

1145 , 0

3 14

h

14 3

2 1 3

4

000088 ,

0 2

02 , 0 1145 ,.

0





 n = 0,020 S = 0.000088 b = 2 h

 Penampang hidrolis saluran segi empat Luas (A) = b x h

Keliing basah (P) = b + 2h Jari-jari hidrolis (R) =

h b

bxh P

A

2

Debit = V x A

= Sehingga : Q =

0.1145 =

0.1145 =

0.1145 =

0.1145 =

0.1145 =

=

h =

h = 0,6062 Maka :

Tinggi muka air (h) = 0,6062 m

Lebar dasar saluran (b) = 2 x h = 2 x 0,6062 m

= 1.2124 Dari hasil diatas diperoleh :

 Luas penampang A = b x h = 1.21 x 0,606 = 0,735 m2

 Keliling basah saluran (P) P = b + 2h

= 1,21 + (2 x 0,606) = 2,42 m

 Jari-jari hidrolis (R)

m R

P R A

3 , 42 0 , 2

735 ,

0 

 Kecepatan aliran (V)

dt m V

V

S n R V

/ 2119 , 0

000088 ,

0 3 , 02 0 , 0

1 1

2 1 3

2 2 1 3 2

 Tinggi jagaan (freeboard) diambil 0,30 m

 Tinggi saluran (H) H = h + F

= 0,606 m + 0,30 m = 0,906 m

(12)

gH CBH

Q 3

2 3

 2

B g B CB

Q 10

9 3 2 10

9 3

2

gB CB

Q 10

6 10

6 2

2 1 2

10 6 10

6 

 

CBgB

Q

2 1 2 2 1 1 2

10 6 10

6 CB g B

Q

 

 

2 1 2 2 5 3

10

6 CB g

Q

 



2 2 1 3 2

5

10

6 Cg

B Q



 

5 2

2 1 2 3

2 3

6 10





 

Cg B Q

5 2

2 1 2

3

2 3

81 , 9 9 , 0 6

10 114479 ,

0





  B

m B0.087382 Untuk analisa dimensi saluran drainase pada

ruas yang lain dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

E. Analisa Gorong-gorong

Dalam melewatkan air yang akan dialirkan sesuai dengan pola aliran maka perlu dibuat bangunan pembantu seperti gorong-gorong.

Perhitungan gorong-gorong dilakukan dengan menggunakan formula Henderson yaitu sebagai berikut:

Dimana :

Q = Debit aliran melalui gorong-gorong (m3/dt)

B = Lebar gorong-gorong (m)

C = Koefisien kontraksi pada sisi-sisi pemasukan. Apabila ujungnyapersegi, maka C = 0,9, sedangkan apabila ujungnya dibulatkan,

maka C = 1

H = Tinggi permukaan air (m)

 Perhitungan gorong-gorong Data :

Q = 0,114479 m3/dt

C = 0,9 (untuk ujung persegi) H = diambil 0,9 B

H = 0,9 B = 0,9 x 0,8738 = 0,0786 m Untuk perhitungan selanjutnya ditabelkan sebagai berikut:

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, yaitu mulai dari pengolahan data,

(13)

sampai pada tahap perhitungan dimensi saluran, maka dapat diambil kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Besarnya curah hujan rencana maxsimum yang dihitung dengan metode log pearson III untuk kala ulang 5 tahun adalah 76,38801 mm sedangkan untuk kala ulang 2 tahun adalah 6,062866 mm.

b. Berdasarkan data jumlah penduduk yang ada, pada tahun 2008 jumlah penduduk Kelurahan Pasar Sarolangun adalah 3.060 jiwa dan pada tahun 2012 yaitu 3.312 jiwa.

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai laju pertumbuhan penduduk di Kelurahan Pasar Sarolangun yaitu :

 Secara geometric = 0,0158

 Secara eksponensial = 0,0158

c. Berdasarkan dari hasil perhitungan didapat debit bajir total untuk saluran yang terbesar yaitu :

Q Saluran sekunder = 0.50893 (m3/detik)

Q Saluran tersier = 0.116 (m3/detik)

d. Bentuk penampang saluran yang dipakai adalah persegi.

Pada kawasan Kelurahan Pasar Sarolangun memiliki ketinggian 50 – 60M diatas permukaan laut (dpl), kondisi sangat baik untuk pengaturan arah pembuangan saluran.Di kawasan juga terdapat ini terdapat sungai beringin yang memiliki aliran yang cukup baik merupakan anak dari DAS Sungai Batang Tembesi sehingga sirkulasi arah pembuangan

diarahkan ke sungai beringin dapat langsung dialirkan kearah DAS Batang Tembesi.

Saran-Saran

Adapun saran-saran yang ingin disampaikan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Menumbuhkan kesadaran mayarakat untuk tidak membuang sampah pada saluran drainase agar aliran air dalam saluran tidak tersumbat, Sehingga saluran drainase yang ada dapat dipelihara dengan baik sesuai dengan perencanaan.

b. Perlu dilakukan perencanaan oleh Instansi terdekat agar kawasan ini tidak lagi mengalami banjir dan genangan air yang mengganggu aktifitas masyarakat setempat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2006.

Perencanaan Sistem Drainase Jalan. Jakarta

Depertemen Pekerjaan Umum. 1999. Petunjuk Teknis Perencanaan Drainase. Jakarta: Edisi Pertama

Dr.ir.Suripin,M.Eng. 2004. Simtem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi

Van Te Chow. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga

Ir. Imam Subarkah. 1980. Hidrologi Untuk Bangunan Air. Bandung: Idea Darma

Sumber : Soewarno : Hidrologi – Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data Jilid I dan II, Nova, Bandung, 1995.

Referensi

Dokumen terkait

rintahan yang baik ( Good Governance ) di dae- rah. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan manajemen pemerintahan di Kantor Bupati Jeneponto dalam hal ini analisis

Berdasarkan observasi langsung bahwa adanya perbedaan pelaksanaan model praktik keperawatan profesional pemula sesudah mendapat pelatihan model praktik keperawatan

Table 4.2.2d Data for High Solid Polyvinyl Adhesive 40 bonding failure load with different

Respons tanaman berupa hasil (bobot polong, bobot biji kering) baik per tanaman maupun per petak akibat perlakuan POC memberikan gambaran yang sama, yaitu

c&lt; Bila tidak tersedia kamar tersendiri tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi dengan mikroorganisme yang sama.. tetapi bila

mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja pegawai di puskesmas mlarak kabupaten ponorogo, uji F yang dilakukan juga menunjukan bahwa semua variable

Dengan pelatihan ini diharapkan kriya pot lukis dari botol plastik bekas dapat meningkatkan kesadaran peserta didik Sekolah Paket B dan C UPT Pasar Sukatani

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan