• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Dua Varietas Tanaman Kedelai Hitam (Glycine soja) Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Dua Varietas Tanaman Kedelai Hitam (Glycine soja) Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK

SKRIPSI

OLEH :

DION S PRATAMA SITEPU 080301029

AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPONS DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK

SKRIPSI

OLEH :

DION S PRATAMA SITEPU 080301029

AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul skripsi : Respons Dua Varietas Tanaman Kedelai Hitam (Glycine soja) Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik

Nama : Dion S Pratama Sitepu

NIM : 080301029

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

DION PRATAMA SITEPU. Respons Dua Varietas Kedelai Hitam (Glycine soja) Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik. Dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan JONATAN GINTING.

Kedelai hitam merupakan bahan baku utama membuat kecap. Oleh karena itu telah dikembangkan varietas Detam 1 dan Detam 2, yang memiliki produksi tinggi. Diketahui juga pada saat ini pertanian sedang menuju ke arah pertanian organik. Dimana bahan organik dapat memberikan unsur hara kepada tanaman dan juga memperbaiki tekstur tanah yang telah rusak. Sehingga dilakukan penelitian terhadap penggunaan beberapa varietas kedelai hitam dan pemupukan dengan berbagai jenis pupuk organik dengan 3 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing dan penggunaan varietas Detam 2 menghasilkan produksi yang maksimal.

(5)

ABSTRACT

DION PRATAMA SITEPU. Respons two varieties of Black Soya (Glycine soja) of giving some kinds of Organic Fertilizer. Supervised by NINI RAHMAWATI and JONATAN GINTING.

Black soya is the prime component to make ketchup. Because of that, detam 1 and detam 2 have been made that have the highest production. Known also, nowadays agriculture is going to become the organic agriculture. Where the organic can give fertilize to plant and also fix the soil texture that has been damaged. So, i research of using some black soya varieties and fertilizing many kinds of organic fertilizer by 3 repeated processess.

The result of the research shows that giving Kascing fertilize and using variety Detam 2 produce maximal production.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Dion S Pratama Sitepu dilahirkan di Medan pada tanggal 30 Agustus 1990 dari pasangan Bapak T.M Sitepu dan Ibu F.D Ginting. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain tahun 2005-2008 menempuh pendidikan di SMA St.Thomas I, Medan; tahun 2005-2008 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Respon Dua Varietas Kedelai Hitam (Glycine soja) Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

selaku anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran sampai penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2011

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN

(9)

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm) ... 27

Jumlah Cabang (cabang) ... 27

Luas Daun Spesifik / LDS (cm/gr) ... 27

Bobot Kering Tajuk (g) ... 27

Umur Berbunga (HST) ... 27

Jumlah polong pertanaman (polong) ... 27

Jumlah Polong Berisi per Sampel (polong) ... 28

Bobot 100 biji (g) ... 28

Produksi per Sampel (g) ... 28

Produksi per Plot (g) ... 28

Produksi per Ha (t/ha) ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 29

Pembahasan ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54

Saran ... 54

(10)

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Rataan tinggi tanaman pada umur 2MST – 6MST ... 32

2. Jumlah cabang produktif ... 35

3. Bobot kering tajuk... 37

4. Bobot kering akar ... 38

5. Umur berbunga... 40

6. Umur panen ... 41

7. Jumlah polong per sampel ... 41

8. Jumlah polong berisi ... 43

9. Produksi per sampel ... 44

10. Produksi per plot ... 46

11. Bobot 100 biji ... 46

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Gambar dokumentasi penelitian... 66

2. Gambar bersama dosen pembimbing... 66

3. Gambar biji kedelai varietas detam 1 ... 67

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2MST (cm) ... 59

2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2MST (cm) ... 59

3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3MST (cm) ... 60

4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3MST (cm) ... 60

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4MST (cm) ... 61

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4MST (cm) ... 61

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5MST (cm) ... 62

8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5MST (cm) ... 62

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6MST (cm) ... 63

10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6MST (cm) ... 63

11. Data Pengamatan Cabang Produktif ... 64

12. Daftar Sidik Ragam Cabang Produktif ... 64

13. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk ... 65

14. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ... 65

15. Data Pengamatan Bobot Kering Akar ... 66

16. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar ... 66

17. Data Pengamatan Umur Berbunga (hari) ... 67

18. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga ... 67

19. Data Pengamatan Umur Panen... 68

20. Daftar Sidik Ragam Umur Panen... 68

21. Data Pengamatan Jumlah Polong per Sampel ... 69

(13)

23. Data Pengamatan Jumlah Polong Berisi ... 70

24. Daftar Sidik Ragam Jumlah Polong Berisi... 70

25. Data Pengamatan Produksi Sampel ... 71

26. Daftar Sidik Ragam Produksi Sampel ... 71

27. Data Pengamatan Produksi per Plot... 72

28. Daftar Sidik Ragam Produksi per Plot... 72

29. Data Pengamatan Bobot 100 Biji ... 73

30. Daftar Sidik Ragam Bobot 100 Biji ... 73

31. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Detam 1 ... 74

32. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Detam 2 ... 75

33. Bagan Penelitian ... 76

(14)

ABSTRAK

DION PRATAMA SITEPU. Respons Dua Varietas Kedelai Hitam (Glycine soja) Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik. Dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan JONATAN GINTING.

Kedelai hitam merupakan bahan baku utama membuat kecap. Oleh karena itu telah dikembangkan varietas Detam 1 dan Detam 2, yang memiliki produksi tinggi. Diketahui juga pada saat ini pertanian sedang menuju ke arah pertanian organik. Dimana bahan organik dapat memberikan unsur hara kepada tanaman dan juga memperbaiki tekstur tanah yang telah rusak. Sehingga dilakukan penelitian terhadap penggunaan beberapa varietas kedelai hitam dan pemupukan dengan berbagai jenis pupuk organik dengan 3 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing dan penggunaan varietas Detam 2 menghasilkan produksi yang maksimal.

(15)

ABSTRACT

DION PRATAMA SITEPU. Respons two varieties of Black Soya (Glycine soja) of giving some kinds of Organic Fertilizer. Supervised by NINI RAHMAWATI and JONATAN GINTING.

Black soya is the prime component to make ketchup. Because of that, detam 1 and detam 2 have been made that have the highest production. Known also, nowadays agriculture is going to become the organic agriculture. Where the organic can give fertilize to plant and also fix the soil texture that has been damaged. So, i research of using some black soya varieties and fertilizing many kinds of organic fertilizer by 3 repeated processess.

The result of the research shows that giving Kascing fertilize and using variety Detam 2 produce maximal production.

(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin ( Hunter, 2001 ).

Perkembangan produksi kedelai tahun 1992 merupakan puncak produksi kedelai mencapai 1,86 juta ton. Tapi sejak 1993 terus menurun. Pada 2003 tinggal 671.600 ton disebabkan gairah petani menanam kedelai turun dipicu masuknya kedelai impor dengan harga murah. Saat itu bea masuk impor kedelai nol persen. Produksi kedelai pada 2004 hingga 2006 sempat meningkat. Namun pergerakannya sangat lambat, pada 2004 hanya 723.483 ton, 808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006). Bahkan pada 2007 kembali turun menjadi sekitar 608.000 ton. Produksi kedelai untuk daerah Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 4.345 ton atau mengalami penurunan 2.697 ton atau 38,30 % dibandingkan tahun 2006. Penurunan ini disebabkan penurunan luas panen sebesar 2.564 atau 40.63 % ( BPS Sumut, 2012 ).

(17)

perbedaan tersebut relatif kecil. Khusus varietas kedelai baru 1 dan Detam-2 juga unggul dari sisi hasilnya (3−3,50 t/ha) yang lebih tinggi dibanding varietas -varietas kedelai hitam sebelumnya, seperti Merapi, Cikuray, dan Mallika serta beberapa varietas unggul berbiji kuning ( Asiah, 2006 ).

Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh ( Iqbal, 2008 ).

Salah satu usaha peningkatan produktivitas lahan selama ini adalah secara kimia dengan penggunaan pupuk anorganik. Cara ini selain biayanya yang tinggi juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, oleh karena itu penggunaan pupuk organik merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam konsep pertanian organik. Pemberian pupuk organik selain meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, juga memiliki kelebihan di antaranya menambah

unsur hara tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah ( Hadid dan Laude, 2007 ).

(18)

Tujuan Penilitian

Untuk mengetahui respon beberapa varietas kedelai hitam terhadap pemberian berbagai pupuk organik.

Hipotesis Penilitian

Adanya pengaruh varietas¸ bahan organik dan interaksi pemberian bahan organik terhadap pertumbuhan dan produksi kacang kedelai hitam (Glycine soja),

Kegunaan Penilitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Menurut ( Hidayat, 1985 ) kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Leguminosinae Famili : Leguminosae Genus : Glycine Spesies : Glycine soja

Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang

kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3)

(20)

Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil ( Melati dan Andriyani, 2005 ).

Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 sampai 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya ( Hidayat, 1985 ).

Sebagian besar kedelai mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak

pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara

(21)

Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah

subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia ( Andriyani, 2005 ).

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang ( Melati dan Andriyani, 2005 ).

(22)

polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak ( Melati, dkk., 2008 ).

Syarat Tumbuh

Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh dan pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila hanya ada satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optimal ( Andriyani, 2005 ).

Tanah

Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik

bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai. ( Melati, dkk., 2008 ).

Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik ( Bertham, 2002 ).

Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi

(23)

Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis

(kacang panjang). Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal ( Bertham, 2002 ).

Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan

membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman ( Hunter, 2001 ).

Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi, sebaiknya diadakan perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik sangat penting artinya ( Hidayat, 1985 ).

Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik ( Hunter, 2001 ).

Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang

(24)

Ketinggian Tempat juga berpengaruh, varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5- 300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl.

Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl ( Kuntyastuti dan Sunaryo, 2000 ).

Iklim

a. Panjang hari (photoperiode)

(25)

negatif terhadap penerimaan sinar matahari oleh tanaman kedelai ( Hidayat, 1985 ).

b. Suhu

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C ( Purnomo dan Adiono, 1985 ).

c. Distribusi curah hujan

(26)

Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong ( Purnomo dan Adiono, 1985 ).

Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang

tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan ( Hidayat, 1985 ).

Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut. Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal. Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam ( Purnomo dan Adiono, 1985 ).

Varietas Kedelai

Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max

(27)

selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara ( Hidayat, 1985 ).

Suatu fenotip (penampilan dan cara berfungsinya) individu merupakan hasil antara interaksi genotip (warisan alami) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas suatu fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan genotip ataupun lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya (Hunter, 2001).

Varietas Detam-1 dan Detam-2 dilepas pada tahun 2008, kadar proteinnya lebih tinggi (43-44 %) dan bobot biji lebih besar (14 gram per 100 biji) dari varietas unggul lainnya. Detam-1 dan Detam-2 mampu berproduksi hingga 3-3.5 ton per hektar, lebih tinggi dari varietas kedelai berbiji hitam Merapi, Cikuray, dan Malika ( Asiah, 2006 ).

Terjadinya variasi dalam suatu tanaman dapat disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan dan faktor keturunan atau genetik. Perbedaan kondisi lingkungan memungkinkan munculnya variasi dimana variasi tersebut dapat menetukan penampilan akhir dari suatu tanaman (Lakitan, 2004).

(28)

Keragaman penampilan tanaman dapat akibat perbedaan sifat dalam tanaman atau perbedaan keadaan lingkungan atau kedua-duanya. Apabila keragaman tanaman masih tetap timbul sekalipun bahan tanaman dianggap mempunyai susunan genetik yang sama (berasal dari jenis tanaman yang sama) dan ditanam pada tempat yang sama. Ini berarti cara yang diterapkan tidak mampu menghilangkan perbedaan sifat dalam tanaman atau keadaan lingkungan atau kedua-duanya (Sitompul dan Guritno, 1995).

Kadar protein susu kedelai varietas Detam-1 cukup tinggi (2,1 %), namun warnanya agak gelap sehingga kurang disukai. Kedelai hitam seperti varietas Detam-1 dan Detam-2 memiliki zat antosianin yang penting artinya sebagai antioksidan. Kedua varietas kedelai berbiji hitam ini juga cocok dikembangkan sebagai bahan baku kecap ( Supadi, 2008 ).

Keanekaragaman tingkat genetika; menimbulkan adanya variasi antara individu yang satu dengan yang lainnya yang masih berada dalam satu spesies, misalnya varietas. semua makhluk hidup dalam satu spesies memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Adanya keanekaragaman susunan perangkat gen menimbulkan keanekaragaman individu (Darliah, dkk., 2001).

Varietas Detam-1 dan Detam-2 dilepas pada tahun 2008, kadar proteinnya lebih tinggi (43-44 %) dan bobot biji lebih besar (14 gram per 100 biji). Detam-1 dan Detam-2 mampu berproduksi hingga 3-3.5 ton per hektar, lebih tinggi dari varietas kedelai berbiji hitam Merapi, Cikuray, dan Malika ( Agrina, 2007 ).

(29)

disuatu daerah yang memiliki ketinggian tertentu hanya bisa ditanam dan dikembangkan varietas tertentu pula (Sugeno, 2008).

Pertanian Organik

Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan,distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan ( Andriyani, 2005).

Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh ( Stevenson, 1982 ).

(30)

pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif ( Andriyani, 2005 ).

Pupuk Organik

(31)

Bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka/sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar (Tisdale, dkk., 1985)

Pemberian pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang banyak akan menyebabkan terpacunya sintesis dam pembelahan dinding sel secara antiklinal sehingga akan mempercepat pertambahan tinggi tanaman (Poewowidodo, 1992).

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka

diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau

(32)

organik atau mineral. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota ( Asiah, 2006 ).

Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman. Pupuk organik yang diberikan mampu memacu metabolisme pada tanaman kedelai. Nitrogen yang terkandung dalam pupuk organik cair berperan sebagai penyusun protein sedangkan fosfor dan kalsium berperan dalam memacu pembelahan jaringan meristem dan merangsang pertumbuhan akar dan perkembangan daun yang. Akibatnya tingkat absorbsi unsur hara dan air oleh tanaman sampai batas optimumnya yang akan digunakan untuk pembelahan, perpanjangan dan diferensiasi sel. Kalium mengatur kegiatan membuka dan menutupnya stomata. Pengaturan stomata yang optimal akan mengendalikan transpirasi tanaman dan meningkatkan reduksi karbondioksida yang akan diubah menjadi karbohidrat. Unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium serta unsur mikro yang terkandung dalam pupuk ( Melati, dkk., 2008 ).

(33)

mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar (Bertham, 2002).

Bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka/sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Hara yang digunakan oleh mikroorganisme tanah bermanfaat dalam mempercepat aktivitasnya meningkatkan kecepatan dekomposisi dahan organik dan mempercepat pelepasan hara. menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil suatu tanaman dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuhnya. Salah satu faktor lingkungan tumbuh yang penting bagi pertumbuhan tanaman adalah ketersediaan unsur hara dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (Asiah, 2006). Kompos

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik ( Stevenson, 1982 ).

(34)

pengolahan sampah dan bangkitnya industri pengolahan pupuk kompos dan kegiatan daur ulang anorganik (plastik, logam dan kertas ) serta industri alat mesinnya ( Asiah, 2006 )

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba

tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit ( Stevenson, 1982 ).

Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

-Aspek Ekonomi : Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah, mengurangi volume/ukuran limbah, memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.

-Aspek Lingkungan : Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah, mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

(35)

(rasa, nilai gizi, dan jumlah panen, menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah ( Iqbal, 2008 ).

Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos memberikan peningkatan kadar kalium pada tanah lebih tinggi dari pada yang disediaka yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang

ditelitinya ketika itu, caisin

dengan NPK ( Asiah, 2006 ). Kascing

Kascing berasal dari kotoran hewan yang diurai oleh cacing. Cacing akan memakan habis seluruh kotoran yang tersedia. Lumbricus rubellus mampu meningkatkan kadar unsur hara pada kotoran sapi jauh melebihi hasil penguraian dengan bakteri. Sebagai contoh hasil uji laboratorium menunjukkan kadar N

sebesar 1,79 % jauh dibandingkan kompos yang hanya 0,09 % ( Wahyudin, 2001 ).

Kascing juga mempunyai kelebihan lain yaitu kandungan hormon dan antibiotik. Kedua kandungan ini berasal dari tubuh cacing. Hormon dalam kascing sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Sebagai contoh, tanaman pisang yang ditanam di sekitar tempat pembuatannya yang tingginya hampir 2 m. Pisang ini belum berumur 3 bulan tetapi ukurannya sudah besar ( Trubus, 2007 ).

(36)

untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu zat pengatur tumbuh seperti giberellin, sitokinin dan auksin, serta mengandung unsur hara N, P, K, Mg dan Ca dan Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Zahid, 1994).

Dalam pembuatan kascing, cacing tanah memegang peranan penting yaitu sebagai dekomposer. Cacing tanah memiliki enzim seperti protease, lipase, amilase, selulose dan kitin yang memberikan perubahan kimia secara cepat terhadap meterial selulosa dan protein dari sampah organik. Aktivitas cacing tanah menunjukkan peningkatan dekomposisisi dan penghancuran sampah secara alami (60% - 80%). Hal ini sangat berpengaruh mempercepat waktu pengomposan hingga beberapa minggu ( Sutedjo, 2002 ).

Beberapa keunggulan kascing adalah menyediakan hara N, P, K, Ca, Mg dalam jumlah yang seimbang dan tersedia, meningkatkan kandungan bahan organik, meningkatkan kemampuan tanah mengikat lengas, menyediakan hormon pertumbuhan tanaman, menekan risiko akibat infeksi patogen, sinergis dengan organisme lain yang menguntungkan tanaman serta sebagai penyangga pengaruh negatif tanah ( Wahyudin, 2001 ).

(37)

pemeliharaan seperti pemupukan, penyiangan, penyulaman, pengairan dan penyiraman merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam budidaya kacang kedelai karena akan mempengaruhi produksi. ( Sutedjo, 2002 ).

Kascing mengandung KTK yang tinggi, 35 meq/100 g sampai 130meq/100 g. KTK atau kapasitas tukar kation adalah kemampuan tanah untuk memberikan atau menerima kation, hara atau nutrisi tanaman. KTK kascing bervariasi sesuai dengan jenis bahan yang digunakan. KTK tanah lebih rendah daripada KTK kascing. Dengan demikian, kascing dapat menambah hara kedalam tanah dan meningkatkan kesuburan tanah ( Zahid, 1994 ).

Pupuk kascing merupakan pupuk organik yang dapat memberikan tambahan bahan organik, hara, memperbaiki sifat fisik tanah, serta mengembalikan hara yang terangkut hasil panen. Disamping itu juga dapat

mencegah kehilangan air dalam tanah dan laju infiltrasi air (Kunyastuti dan Sunaryo, 2000).

Pupuk Kandang

Pupuk kandang sebagai salah satu bentuk pupuk organik berperan tidak langsung terhadap ketersediaan unsur hara melalui pengaruhnya terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah ( Warjito, 1994 ).

(38)

a. Pupuk kandang padat

Pupuk kandang padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah.

b. Pupuk kandang cair

Pupuk kandang cair merupakan pukan berbentuk cair berasal dari kotoran berasal dari kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan urine hewan atau kotoran hewan yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Umumnya urine hewan cukup banyak yang telah dimanfaatkan oleh petani adalah urine sapi, kerbau, kuda, babi dan kambing ( Zahid, 1994 ).

Manfaat dari penggunaan pupuk kandang telah diketahui berabad-abad lampau bagi pertumbuhan tanaman, baik pangan, ornamental, maupun perkebunan, Yang harus mendapat perhatian khusus dalam penggunaan pupuk kandang adalah kadar haranya yang sangat bervariasi. Komposisi hara ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis dan umur hewan, jenis

(39)

BAHAN DAN METODE

Tempat Dan Waktu Penilitian

Penelitian ini dilakukan pada areal pertanian di Simpang Pemda dengan ketinggian tempat 25 mdpl dan dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan April 2012.

Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan : Benih kacang kedelai varietas Detam 1 dan Detam 2, Pupuk kandang, kascing dan kompos

(40)

Metode Penilitian

Penilitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Varietas Kedelai Hitam (V) V1 : Detam 1

V2 : Detam 2

Faktor II : Jenis Pupuk Organik (P)

P0 : Tanpa pemberian pupuk organik (Kontrol)

P1 : Kompos

P2 : Kascing

P3 : Pupuk Kandang

Maka Diperoleh 8 Kombinasi Yaitu : V1P0 V2P0

V1P1 V2P1

V1P2 V2P2

V1P3 V2P3

Jumlah Ulangan : 3

Jumlah Plot : 24

Jumlah Tanaman Per Plot : 100 Jumlah Tanaman Sampel Destruksi / Plot : 2 Jumlah Tanaman Seluruhnya : 2400

Jarak Antar Blok : 50 cm

Jarak Antar Plot : 30 cm

(41)

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menunggukan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + �k + (α�)jk + Σijk Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan pemberian varietas kedelai hitam pada perlakuan ke-j dan pemberian pupuk organikpada taraf ke-k µ = Nilai tengah

ρi = Efek blok ke-i

αj = Pengaruh pemberian varietas kedelai hitam pada j

�k = Pengaruh pemberian pupuk organik pada k

(α�)jk = Efek interaksi pemberian varietas kedelai hitam pada j dan pemberian pupuk organik pada k

Σijk = Efek galat pada blok ke-i yang mendapat pemberian varietas kacang kedelai hitam pada j dan pemberian pupuk organik pada k

(42)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 200 cm x 300 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Penanaman

Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu dengan membuat jarak tanam 20 x 30 cm. Lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 2 biji dan ditutup dengan tanah topsoil.

Pemupukan

(43)

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari. Apabila terjadi hujan maka tanaman tidak perlu disiram.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST).

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih dari satu pada setiap lobang tanam dengan memotong pangkal batang pada tanaman tersebut. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Penyiangan

(44)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida organik. Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan fungisida organik. Masing-masing disemprotkan apabila tanaman terkena serangan.

Pemanenan

(45)

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, pengamatan tinggi tanaman kedelai ini di mulai setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Jumlah cabang produktif pada batang utama dihitung pada saat panen. Cabang yang dihitung adalah cabang yang memiliki polong.

Bobot Kering Tajuk

Bobot kering tajuk ditimbang pada akhir masa vegetatif. Tajuk diovenkan pada suhu 78 oC sampai bobotnya konstan kemudian ditimbang.

Bobot Kering Akar

Bobot kering akar ditimbang pada akhir masa vegetatif. Akar diovenkan pada suhu 78 oC sampai bobotnya konstan kemudian ditimbang.

Umur Berbunga ( hari )

Umur berbunga dihitung saat bunga pertama sudah muncul 75% dari total tanaman sampel perplot.

Umur Panen (mst)

Pengamatan umur panen dihitung ketika tanaman memasuki R8 yaitu

(46)

Jumlah Polong Persampel ( Polong)

Perhitungan jumlah polong dilakukan dengan menghitung semua polong pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut dipanen.

Jumlah Polong Berisi ( Polong )

Dihitung jumlah polong yang berisi tiap tanaman, yaitu polong yang berisi biji. Pada saat tanaman telah matang penuh, dihitung setelah panen.

Produksi per sampel

Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot buah per tanaman sampel setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan analitik.

Produksi Per plot

Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot buah seluruh tanaman dalam satu plot dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot 100 biji (gr)

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman mulai pengamatan 2, 3, 4, 5 dan 6 MST dicantumkan pada Lampiran 1, 3, 5, 7 dan 9 sedangkan sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada Lampiran 2, 4, 6, 8 dan 10. Berdasarkan sidik ragam tersebut terlihat bahwa pengamatan 2, 3, 4, 5 dan 6 MST menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada interaksi antar pemupukan dan varietas. Pada pengamatan 2 dan 3 MST menunjukan pengaruh yang tidak nyata pada Varietas. Sedangkan pada 4, 5, dan 6 MST menunjukan pengaruh yang nyata pada Varietas. Perkembangan tinggi tanaman secara keseluruhan dapat dilihat pada pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) kedelai hitam pada umur 2MST-6MST dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Perlakuan 2MST 3MST 4MST 5MST 6MST

V1P0 12,98 29,11 40,44 55,07 63,65

V1P1 13,15 31,73 43,08 57,8 67,71

V1P2 12,26 35,38 48,77 69,73 83,59

V1P3 13,36 34,86 45,24 60,83 74,6

V2P0 12,37 27,88 43,5 56,35 69,49

V2P1 11,52 32,89 47,7 74,37 86,58

V2P2 11,11 33,43 49,65 73,1 89,53

V2P3 11,67 31,06 48,5 71,03 84,67

(48)

Gambar 1. Perkembangan tanaman menurut masing-masing perlakuan kombinasi

Tabel 2. Tinggi tanaman (cm) pada 6 MST dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Varietas

Pemupukan

Rataan Tanpa

Pemupukan Kompos Kascing

Pupuk Kandang

Detam 1 63,65 67,71 83,59 74,60 24,13a

Detam 2 69,49 86,58 89,53 84,67 27,52b

Rataan 22,19a 25,72b 28,85c 26,55bc

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemupukan, perlakuan pupuk kascing berbeda nyata dengan pupuk kompos dan tanpa pemupukan, sedangkan pupuk kandang tidak berbeda nyata dengan semua

pemupukan. Pada varietas, varietas detam 1 berbeda nyata dengan varietas detam 2.

Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dan pemupukan dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 2.

(49)

22

Kompos Kascing Pupuk kandang

T

Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dengan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Pada gambar 2. Histogram dapat dilihat bahwa pemupukan kascing tertinggi dengan tinggi tanaman sebesar 28,85 cm dan terendah pada tanpa pemupukan sebesar 22,19 cm.

Hubungan tinggi tanaman (cm) umur 6 MST dan varietas dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman (cm) umur 6 MST dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam.

(50)

0.00

Kompos Kascing Pupuk kandang

C Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Data jumlah cabang produktif dilampirkan pada lampiran 11, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 12. Secara ringkas disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Jumlah cabang produktif (cabang) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Varietas

Pemupukan

Rataan Tanpa

Pemupukan Kompos Kascing

Pupuk Kandang

Detam 1 4,00 4,33 5,00 4,53 1,49a

Detam 2 4,63 5,27 6,13 4,93 1,75b

Rataan 1,44a 1,60bc 1,86d 1,58b

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemupukan, Pupuk kascing berbeda nyata terhadap pupuk kandang dan tanpa pemupukan. Sedangkan kompos tidak berbeda nyata terhadap semua perlakuan.Pada varietas, varietas detam 1 berbeda nyata dengan varietas detam 2. Hubungan jumlah cabang produktif dan pemupukan dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan jumlah cabang produktif (cabang) dengan perlakuan berbagai jenis pupuk organik.

(51)

1.30

Hubungan jumlah cabang produktif dan varietas dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan jumlah cabang produktif (cabang) dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam.

Pada gambar 3. Histogram diatas dapat dilihat bahwa penggunaan varietas Detam 2 tertinggi dengan jumlah cabang produktif sebanyak 1,75 cabang dan terendah pada varietas Detam 1 sebesar 1,49 cabang.

Bobot Kering Tajuk

Data bobot kering tajuk dilampirkan pada lampiran 13, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 14. Secara ringkas disajikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Bobot kering tajuk (g) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Varietas

Pemupukan

Rataan Tanpa

Pemupukan Kompos Kascing

Pupuk Kandang

Detam 1 20,56 23,61 27,39 26,06 10,42a

Detam 2 24,19 29,23 32,68 30,85 12,47b

Rataan 7,46a 8,81ab 10,01cd 9,49bc

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

(52)

9

Kompos Kascing Pupuk kandang

B

semua pemupukan. Pada varietas, varietas Detam 1 berbeda nyata dengan varietas Detam 2. Hubungan bobot kering tajuk dan pemupukan dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan bobot kering tajuk dengan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Pada gambar 4. Histogram diatas dapat dilihat bahwa pemupukan kascing tertinggi dengan bobot kering tajuk sebanyak 10,01 g dan terendah pada tanpa pemupukan sebesar 7,45 g. Hubungan bobot kering tajuk dan varietas dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan bobot kering tajuk (g) dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam.

(53)

0.00

Kompos Kascing Pupuk kandang

Data bobot kering akar dilampirkan pada lampiran 15, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 16. Secara ringkas disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Bobot kering akar (g) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik.

Varietas

Pemupukan

Rataan Tanpa

Pemupukan Kompos Kascing

Pupuk Kandang

Detam 1 3,20 3,29 4,28 3,73 1,21a

Detam 2 3,61 4,14 5,34 4,60 1,47b

Rataan 1,14a 1,24ab 1,60d 1,39bc

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada Tabel 5 diatas dapat di lihat bahwa pada perlakuan pemupukan, perlakuan pupuk kascing berbeda nyata dengan tanpa pemupukan. Sedangkan perlakuan kompos berbeda nyata dengan pupuk kandang. Pada varietas, varietas Detam 1 berbeda nyata dengan varietas Detam 2. Hubungan bobot kering akar dan pemupukan dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan bobot kering tajuk dengan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

(54)

0.00

Hubungan bobot kering akar dan varietas dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan bobot kering akar (g) dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam.

Pada gambar 7. Histogram diatas dapat dilihat bahwa penggunaan varietas Detam 2 tertinggi dengan bobot kering akar sebesar 1,47 g dan terendah pada varietas Detam 1 sebesar 1,21 g.

Umur Berbunga ( hari )

Data umur berbunga dilampirkan pada lampiran 17, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 18. Secara ringkas disajikan pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Umur berbunga (hari) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Varietas

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

(55)

Umur Panen

Data umur panen dilampirkan pada lampiran 19, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 20. Secara ringkas disajikan pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Umur panen (hari) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemupukan dan varietas meunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada parameter umur berbunga.

Jumlah Polong Persampel

Data jumlah polong persampel dilampirkan pada lampiran 21, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 22. Secara ringkas disajikan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Jumlah polong persampel (polong) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Varietas

Pemupukan

Rataan Tanpa

pemupukan Kompos Kascing

Pupuk kandang

Detam 1 78,04 74,63 94,34 86,14 27,76a

Detam 2 79,37 84,84 112,41 104,98 31,80b

Rataan 26,23a 26,58ab 34,46cd 31,85c

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemupukan, perlakuan tanpa pemupukan berbeda nyata dengan pupuk kandang, sedangkan kascing berbeda nyata dengan kompos. Pada varietas, varietas Detam 1 berbeda nyata dengan varietas Detam 2.

Varietas

Pemupukan

Rataan tanpa

pemupukan Kompos Kascing

pupuk kandang

Detam 1 90,67 90,00 92,67 91,33 30,39

Detam 2 91,33 91,33 92,00 90,00 30,39

(56)

0.00

Kompos Kascing Pupuk kandang

Jum

Hubungan jumlah polong persampel dan pemupukan dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan jumlah polong persampel (polong) dengan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Pada gambar 8. Histogram diatas dapat dilihat bahwa pemupukan kascing tertinggi dengan jumlah polong persampel sebanyak 34,46 polong dan terendah pada tanpa pemupukan sebesar 26,23 polong. Hubungan jumlah polong persampel dan varietas dalam bentuk Histogram dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hubungan jumlah polong persampel (polong) dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam.

(57)

0

Kompos Kascing Pupuk kandang

Ju

Data jumlah polong persampel dilampirkan pada lampiran 23, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 24. Secara ringkas disajikan pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Jumlah polong berisi (g) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Varietas

Pemupukan

Rataan Tanpa

Pemupukan Kompos Kascing

Pupuk Kandang

Detam 1 76,18 72,73 91,77 83,78 27,04a

Detam 2 78,54 83,34 109,87 101,53 31,11b

Rataan 25,79a 26,01ab 33,61cd 30,89c

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemupukan, perlakuan kascing berbeda nyata terhadap pupuk kompos dan pupuk kandang, sedangkan perlakuan tanpa pemupukan tidak berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Pada varietas, varietas Detam 1 berbeda nyata dengan varietas Detam 2. Hubungan jumlah polong berisi dan pemupukan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Hubungan jumlah polong berisi (polong) dengan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

(58)

25

Hubungan jumlah polong berisi dan varietas dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Hubungan jumlah polong berisi (polong) dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam.

Pada gambar 11. Histogram diatas dapat dilihat bahwa penggunaan varietas Detam 2 tertinggi dengan jumlah polong sebanyak 31,11 polong dan terendah pada varietas Detam 1 sebanyak 27,04 polong.

Produksi per sampel

Data produksi persampel dilampirkan pada lampiran 25, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 26. Secara ringkas disajikan pada Tabel 10 berikut. Tabel 10. Produksi persampel (g) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Varietas

Pemupukan

Rataan Tanpa

Pemupukan Kompos Kascing

Pupuk Kandang

Detam 1 82,98 114,62 127,70 106,11 35,95a

Detam 2 101,46 125,90 156,13 120,97 42,04b

Rataan 30,74a 40,09bc 47,30d 37,85b

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

(59)

0

Kompos Kascing Pupuk kandang

B

Pada varietas, varietas Detam 1 berbeda nyata dengan varietas Detam 2. Hubungan produksi persampel dan pemupukan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Hubungan Produksi persampel (g) dengan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Pada gambar 12. Histogram di atas dapat dilihat bahwa pemupukan kascing tertinggi dengan produksi persampel sebanyak 47,30 g polong dan terendah pada tanpa pemupukan sebesar 30,74 g. Hubungan produksi persampel dan varietas dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Hubungan produksi persampel (g) dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam.

(60)

Produksi Per plot

Data produksi per plot dilampirkan pada lampiran 27, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 28. Secara ringkas disajikan pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Produksi per plot (g) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada Tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemupukan dan varietas meunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada parameter umur berbunga..

Bobot 100 biji

Data bobot 100 biji dilampirkan pada lampiran 29, sedangkan sidik ragamnya pada lampiran 30. Secara ringkas disajikan pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Bobot 100 biji (g) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik

Varietas

Pemupukan

Rataan Tanpa

Pemupukan Kompos Kascing

Pupuk Kandang

Detam 1 46,97 58,03 61,67 53,57 18,35

Detam 2 53,30 50,30 57,33 57,97 18,24

Rataan 16,71 18,06 19,83 18,59

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemupukan dan varietas meunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada parameter bobot 100 biji.

Varietas

Pemupukan

Rataan Tanpa

pemupukan Kompos Kascing Pupuk Kandang

Detam 1 1553,04 2161,77 2482,95 1902,81 675,05

Detam 2 2133,28 2373,17 2797,19 2329,00 802,72

(61)

Pembahasan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai Hitam Terhadap Penggunaan Dua Varietas Kacang Kedelai Hitam (Glycine soja)

Penggunaan dua varietas kacang kedelai hitam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 6 MST, cabang produktif, jumlah polong, jumlah polong berisi, produksi persampel, bobot kering akar dan bobot kering tajuk. Namun, berpengaruh tidak nyata pada parameter produksi perplot, umur berbunga bobot 100 biji dan umur panen.

Penggunaan dua varietas kedelai hitam berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman 6 MST dengan tinggi tanaman tertinggi pada Detam 2 dan terendah pada Detam 1. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan tinggi pada masing – masing varietas dimana tinggi Detam 2 lebih tinggi dibandingkan dengan Detam 1. Hal ini diduga karena adanya pengaruh

genetik dari masing-masing varietas yang digunakan yang dapat menimbulkan keragaman genotip dan fenotip, sehingga berbeda dalam tiap karakter yang diamati, meskipun ada beberapa sifat dan ciri yang sama antar varietas. Hal ini sesuai dengan Darliah, dkk (2001) yang menyatakan keanekaragaman tingkat genetika; menimbulkan adanya variasi antara individu yang satu dengan yang lainnya yang masih berada dalam satu spesies, misalnya varietas. semua makhluk hidup dalam satu spesies memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Adanya keanekaragaman susunan perangkat gen menimbulkan keanekaragaman individu.

(62)

perbedaan bobot kering tajuk pada masing – masing varietas dimana bobot Detam 2 lebih berat dibandingkan dengan Detam 1.Hal ini diduga karena adanya

pengaruh genetik dari masing-masing varietas yang digunakan yang dapat menimbulkan keragaman genotip dan fenotip, sehingga berbeda dalam tiap karakter yang diamati, meskipun ada beberapa sifat dan ciri yang sama antar varietas. Hal ini sesuai dengan Nasir (2002) yang menyatakan menurut hukum Liebig walaupun kergaman penampilan tanaman akibat susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama.

Penggunaan dua varietas kedelai hitam berbeda nyata pada parameter bobot kering akar dengan bobot kering akar tertinggi pada Detam 2 dan terendah pada Detam 1. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan bobot kering akar pada masing – masing varietas dimana bobot Detam 2 lebih berat dibandingkan dengan Detam 1. Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan

(63)

kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya.

Penggunaan dua varietas kedelai hitam berbeda nyata pada parameter jumlah cabang produktif dengan cabang produktif tertinggi pada Detam 2 dan terendah pada Detam 1. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan jumlah cabang produktif pada masing – masing varietas dimana jumlah cabang produktif Detam 2 lebih berat dibandingkan dengan Detam 1. Maka dapat

disimpulkan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman

yang digunakan berasal dari jenis yang sama. Hal ini sesuai dengan Lakitan (2004) yang menyatakan bahwa terjadinya variasi dalam suatu tanaman

dapat disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan dan faktor keturunan atau genetik. Perbedaan kondisi lingkungan memungkinkan munculnya variasi dimana variasi tersebut dapat menetukan penampilan akhir dari suatu tanaman.

Penggunaan dua varietas kedelai hitam berbeda nyata pada parameter jumlah polong persampel dengan jumlah polong tertinggi pada Detam 2 dan terendah pada Detam 1. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan jumlah polong pada masing – masing varietas dimana jumlah polong Detam 2 lebih tinggi dibandingkan dengan Detam 1. Perbedaan susunan genetik

(64)

genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama. Hal ini sesuai dengan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa keragaman penampilan tanaman dapat akibat perbedaan sifat dalam tanaman atau perbedaan keadaan lingkungan atau kedua-duanya. Apabila keragaman tanaman masih tetap timbul sekalipun bahan tanaman dianggap mempunyai susunan genetik yang sama (berasal dari jenis tanaman yang sama) dan ditanam pada tempat yang sama. Ini berarti cara yang diterapkan tidak mampu menghilangkan perbedaan sifat dalam tanaman atau keadaan lingkungan atau kedua-duanya.

Penggunaan dua varietas kedelai hitam berbeda nyata pada parameter jumlah polong berisi dengan jumlah polong tertinggi pada Detam 2 dan terendah pada Detam 1. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan jumlah polong pada masing – masing varietas, dimana jumlah polong Detam 2 lebih tinggi dibandingkan dengan Detam 1. Hal ini diduga dipengaruhi oleh genotif

(65)

memiliki ketinggian tertentu hanya bisa ditanam dan dikembangkan varietas tertentu pula.

Penggunaan dua varietas kedelai hitam berbeda nyata pada parameter produksi persampel dengan produksi tertinggi pada Detam 2 dan terendah pada Detam 1. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan bobot pada masing – masing varietas dimana bobot Detam 2 lebih tinggi dibandingkan dengan Detam 1. Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan

adanya perbedaan genetik pada masing – masing varietas. Hal ini sesuai dengan Suprapto (1989) yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa faktor-faktor

mempengaruhi produksi tanaman adalah sifat genetis tanaman misalnya varietas, faktor lingkungan seperti tata air, udara, serta faktor tanah yang mencakup sifat fisik, kimia dan biologi.

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai Hitam (Glycine soja) Terhadap Penggunaan Berbagai Jenis Pupuk Organik

Penggunaan berbagai jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 6 MST, cabang produktif, jumlah polong, jumlah polong berisi, produksi persampel, bobot kering akar dan bobot kering tajuk. Namun, berpengaruh tidak nyata pada parameter produksi perplot, umur berbunga bobot 100 biji dan umur panen.

Penggunaan berbagai jenis pupuk organik berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman 6 MST dengan ketinggian tertinggi pada pupuk kascing dan terendah pada tanpa pemupukan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan tinggi pada masing – masing pemupukan dimana ketinggian Kascing lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Maka dapat disimpulkan

(66)

karena kompos kascing memiliki sifat fisik yang baik untuk pertumbuhan tanaman kedelai hitam. Dengan penambahan pupuk organik ke dalam tanah diharapkan dapat merubah sifat fisik tanah, dengan demikian diharapkan kondisi unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Poewowidodo (1992) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang banyak akan menyebabkan terpacunya sintesis dam pembelahan dinding sel secara antiklinal sehingga akan mempercepat pertambahan tinggi tanaman

Penggunaan berbagai jenis pupuk organik berbeda nyata terhadap bobot kering akar yang mana bobot kering akar tertinggi pada Kascing dan terendah pada tanpa pemupukan.. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan bobot kering pada masing – masing pemupukan dimana bobot kering pupuk kandang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Maka dapat

disimpulkan hal ini disebabkan karena pupuk organik yang diberikan mampu memacu metabolisme pada tanaman kedelai dalam memacu pembelahan jaringan meristem dan

merangsang pertumbuhan akar dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan

Melati, dkk (2008) yang menyatakan pupuk organik yang diberikan mampu mampu memacu metabolisme pada tanaman kedelai. Nitrogen yang terkandung dalam pupuk

organik cair berperan sebagai penyusun protein sedangkan fosfor dan kalsium berperan

dalam memacu pembelahan jaringan meristem dan merangsang pertumbuhan akar dan

perkembangan daun yang. Akibatnya tingkat absorbsi unsur hara dan air oleh tanaman

sampai batas optimumnya yang akan digunakan untuk pembelahan, perpanjangan dan

diferensiasi sel. Kalium mengatur kegiatan membuka dan menutupnya stomata .

(67)

meningkatkan reduksi karbondioksida yang akan diubah menjadi karbohidrat. Unsur hara

nitrogen, fosfor dan kalium serta unsur mikro yang terkandung dalam pupuk.

Penggunaan berbagai jenis pupuk organik berbeda nyata terhadap bobot kering tajuk yang mana bobot kering tajuk tertinggi pada Kascing dan terendah pada tanpa pemupukan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa masing – masing pemupukan meiliki potensi hasil yang bereda – beda, dimana produksi Kascing lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Maka dapat disimpulkan karena pupuk organik yang diberikan mampu memacu metabolisme pada tanaman

kedelai dalam memacu pembelahan jaringan meristem dan merangsang pertumbuhan akar

dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan Sutedjo (2002) yang menyatakan

bahwa pengolahan tanah dan pemeliharaan seperti pemupukan, penyiangan, penyulaman, pengairan dan penyiraman merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam budidaya kacang hijau karena akan mempengaruhi produksi.

Penggunaan berbagai jenis pupuk organik berbeda nyata pada parameter jumlah polong persampel dengan jumlah polong terbanyak pada pupuk kascing dan terendah pada tanpa pemupukan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan jumlah polong pada masing – masing pemupukan dimana jumlah polong Kascing lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Maka

(68)

dan tidak mudah mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar.

Penggunaan berbagai jenis pupuk organik berbeda nyata pada parameter jumlah polong berisi dengan jumlah polong berisi terbanyak pada pupuk kascing dan terendah pada tanpa pemupukan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan jumlah polong berisi pada masing – masing pemupukan dimana jumlah polong berisi Kascing lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemupukan.

(69)

lebih besar. Hara yang digunakan oleh mikroorganisme tanah bermanfaat dalam mempercepat aktivitasnya meningkatkan kecepatan dekomposisi dahan organik dan mempercepat pelepasan hara. menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil suatu tanaman dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuhnya. Salah satu faktor lingkungan

tumbuh yang penting bagi pertumbuhan tanaman adalah ketersediaan unsur hara dan

pengendalian organisme pengganggu tanaman.

Penggunaan berbagai jenis pupuk organik berbeda nyata pada parameter produksi persampel dengan produksi tertinggi pada pupuk kascing dan terendah pada tanpa pemupukan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa adanya perbedaan bobot pada masing – masing pemupukan dimana bobot persampel Kascing lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Maka dapat

disimpulkan bahwa dengan penambahan pupuk organik ke dalam tanah diharapkan kondisi unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman.. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, menyuburkan tanah, dan menambah unsur hara. Di samping itu juga dapat meningkatkan kapasitas mengikat air tanah. Pada tanah dengan kandungan C-organik tinggi unsur hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman, sehingga pemupukan lebih efisien. Hal ini sesuai dengan Kunyastuti dan Sunaryo (2000) yang menyatakan pupuk kompos merupakan pupuk organik yang dapat memberikan tambahan bahan organik, hara, memperbaiki sifat fisik tanah, serta mengembalikan hara yang terangkut hasil panen. Disamping itu juga dapat mencegah kehilangan air dalam tanah dan laju infiltrasi air.

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) kedelai hitam pada umur 2MST-6MST dengan
Gambar 1. Perkembangan tanaman menurut masing-masing perlakuan kombinasi
Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman (cm) umur 6 MST dengan
Tabel 3. Jumlah cabang produktif (cabang) kedelai hitam dengan penggunaan dua varietas kedelai hitam dan perlakuan berbagai jenis pupuk organik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kearifan lokal pada masyarakat adat Baduy menjadi nilai etika inti yang diejawantahkan dalam bentuk perilaku keseharian yakni sangat peduli pada lingkungan, bekerja sama yang

H0 = Tidak terdapat aktivitas hepatoprotektif dari pemberian ekstrak kurma ruthab ( Phoenix dactylifera ) terhadap sayatan histologi hepar mencit ( Mus musculus )

Berdasarkan hasil analisis peneliti dilapangan, dari penelitian yang berjudul (Strategi da’i dalam mengajarkan Al-Qur’an di desa Doda Kec. Lore tengah Kab. Pelaksanaan nya

terjadi sebesar 56,8 mV. Pada jarak sensor sebesar 50 cm, diperoleh besar magnitude tertinggi peluahan sebagian yang terjadi sebesar 34,4 mV. Sementara untuk

Sasaran strategis Terselenggaranya Pengendalian Layanan IPTEK KP Triwulan III TA 2016 terdiri 1 (satu) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur

Penggunaan media balok bambu, para peserta didik dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada bangun ruang sisi datar secara khusus balok sehingga dapat diingat dan

Penelitian ini akan menggabungkan metode depolimerisasi dengan cara kimia dan fisik menggunakan asam klorida dan lama penyinaran sinar ultraviolet dengan tujuan menentukan

Implikasi dari proses quality assurance akan menghasilkan informasi sebagai berikut; (1) merupakan umpan balik (fidback) bagi madrasah/sekolah; (2) memberikan jaminan bagi