• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVITALISASI MAN 2 SURAKARTA SEBAGAI PUSAT EDUKASI ISLAM DI SURAKARTA Revitalisasi MAN 2 Surakarta Sebagai Pusat Edukasi Islam di Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REVITALISASI MAN 2 SURAKARTA SEBAGAI PUSAT EDUKASI ISLAM DI SURAKARTA Revitalisasi MAN 2 Surakarta Sebagai Pusat Edukasi Islam di Surakarta."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

REVITALISASI MAN 2 SURAKARTA SEBAGAI PUSAT EDUKASI ISLAM DI SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Oleh:

AWITA ARYANI MARDIKASARI D 300 150 108

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)
(5)

1

REVITALISASI MAN 2 SURAKARTA SEBAGAI PUSAT

EDUKASI ISLAM DI SURAKARTA

A

BSTRAK

Gedung Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta merupakan bangunan peninggalan masa kolonial yang mempunyai gaya arsitektur Indische. Saat ini Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta telah mempunyai museum Pendidikan Islam pertama kali di Indonesia, museum tersebut bertempat di Boarding School Mambaul Ulum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta. Adanya keterkaitan antar kedua nya, maka di pindahkanlah museum Pendidikan Islam ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta, karena ketidak efektifan keberadaan museum di Boarding School Mambaul Ulum. Dipindahkannya museum, serta penambahan fasilitas perpustakaan, dan keterbukaan masjid di harapkan dapat mengedukasi tidak hanya warga sekolah, tetapi juga masyarakat umum, sehingga akhirnya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta dapat menjadi edukasi islam yang ada di Surakarta dan sekitarnya.

Kata Kunci: museum, edukasi, bangunan kolonial.

Abstracts

Building Land of Madrasa Aliyah (MAN) 2 Surakarta is a colonial building which has the architectural style of the Indies. The current Madrasah Aliyah (MAN) 2 Surakarta museum has had its first Islamic education in Indonesia, the museum is housed in the Boarding School of Mambaul Ulum Madrasah Aliyah (MAN) 2 Surakarta. The existence of link ages between both, then move it to the Islamic Education museum Madrasah Aliyah (MAN) 2 Surakarta, because efective of existence of museums in Mambaul Ulum Boarding School. Blessed museum, as well as the addition of the library facilities, and openness can be expected in educating the mosque not only residents of the school, but also the general public, so that eventually the Madrasah Aliyah (MAN) 2 Surakarta Islamic education that can be there in Surakarta anda surrounding areas.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Gedung Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta merupakan bangunan

peninggalan masa kolonial. Fungsi pertama kali bangunan sebagai rumah seorang

peranakan Tionghoa Nogtjik, setelah itu dijual kepada saudagar dari Banjarmasin,

Kalimantan Selatan. Bangunan kemudian dibeli pemerintah melalui Departemen

Agama (Depag). Setelah melalui proses pembelian, bangunan kemudian

dipergunakan sebagai sarana belajar Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN).

PGAN mempergunakan seluruh kompleks bangunan, selain itu PGAN juga

menyelenggarakan kegiatan di dua tempat, yaitu di bangunan semula dan di

Gedung Mambaul Ulum (MAN 2 Surakarta, 2009).

Mambaul Ulum (MU) Surakarta didirikan pada masa pemerintahan

Pakubuwono X tahun 1905 telah banyak melahirkan ulama besar, pemimpin

bangsa, intelektual dan teknokrat. Saat ini Gedung Mambaul Ulum dijadikan

sebagai Boarding School Mambaul Ulum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2

Surakarta (Nahdlatul Ulama, 2013).

Selain menjadi Boarding School Mambaul Ulum Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) 2 Surakarta, terdapat juga museum Pendidikan Islam yang di dirikan pada

18 Februari 2015, yang berfungsi untuk menyelamatkan sejarah pendidikan Islam

pertama kali di Indonesia, sekaligus sebagai tempat menyimpan naskah-naskah

kuno, foto dan arsip persekolahan Islam dan pendidikan Islam tempo dulu,

sehingga jejak- jejak pendidikan Islam di Surakarta agar tidak terjadi kepunahan.

Akan tetapi hal tersebut tidak ditunjang dengan tempat yang memadai dan standar

untuk museum. Saat ini museum hanya ditempatkan di ruangan yang dahulunya

berfungsi sebagai ruang kelas, di mana ruangan tersebut berada di antara

ruang-ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar, sehingga kurang fleksibel untuk

aksesbilitasnya. Hal tersebut dapat dilihat jika ada pengunjung yang akan

berkunjung ke museum harus melewati koridor ruang-ruang kelas, sehingga

berakibat pada kegiatan belajar mengajar yang tidak kondusif, serta dengan

keterbatasan tempat, benda-benda yang berada di dalam museum tidak tertata

(7)

3

diperlukan tempat standar untuk museum pendidikan Islam serta Perpustakaan

umum yang dapat menyimpan buku-buku yang ada sekarang.

Adanya keterkaitan antara Boarding School Mambaul Ulum dan Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta, maka akan lebih efektif apabila museum

Pendidikan Islam dipindahkan ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta,

hal ini dikarenakan masih terdapat potensi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2

Surakarta untuk dikembangkan, Sehinggan fungsi akhir dari revitalisasi Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta dapat menjadi pusat edukasi sejarah

pendidikan Islam kepada warga sekolah, keterbukaan kepada masyarakat umum,

dan dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas di masa depan.

1.1 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian permasalahan terdapat beberapa persoalan sebagai

berikut:

1) Bagaimana cara revitalisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2

Surakarta sebagai bangunan cagar budaya?

2) Bagaimana cara Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta sebagai

pusat edukasi pendidikan Islam bagi warga sekolah dan masyarakat

umum?

2. METODE PENELITIAN 2.1METODE DESKRIPTIF

Merupakan metode yang mengemukakan tinjauan data pelaksanaan

Project, yang diperoleh dari:

1) Studi Literatur merupakan metode yang dilakukan untuk mendapatkan

data sekunder dari berbagai buku, catatan kuliah, dokumen perencanaan

dan pelaksanaan Project serta dokumen lain dengan penekanan

revitalisasi, penghawaan dan pencahayaan alami, serta bernuansa islami

2) Observasi yaitu pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan

data-data fisik seperti gambar dan foto.

3) Interview yaitu melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait

(8)

4 2.2METODE ANALISA

Merupakan pengolahan data untuk mengetahui permasalahan yang

timbul dan mengidentifikasi penyebabnya untuk kemudian mencari

pemecahan masalah yang sesuai dengan Project.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 GAGASAN PERENCANAAN

Konsep dasar perancanaan dan perancangan Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) 2 Surakarta Sebagai Pusat Edukasi Islam adalah mewadahi Warga

sekolah dan masyarakat umum untuk edukasi tentang sejarah pendidikan

Islam pertama kali di Surakarta. Adanya keterkaitan Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) 2 Surakarta dengan Mambaul Ulum yang merupakan sejarah

sekolah pendidikan Islam pertama kali di Surakarta, menjadikan Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta berpotensi sebagai Sebagai Pusat

Edukasi Islam di Surakarta, serta faktor lain yang mendukung yaitu

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta berada di jalan protokol.

Pemilihan bidang pendidikan tersebut dilatarbelakangi oleh kurangnya

pengetahuan masyarakat akan sejarah pendidikan Islam pertama kali di

kotanya sendiri. Selain itu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta

sebagai bangunan cagar budaya yang memiliki histori yang tinggi. Sarana

yang dirancang untuk menunjang edukasi Islam yaitu dengan memindahkan

Museum Pendidikan Islam yang berada di Mambaul Ulum karena adanya

ketidak efektifan tempat. Sarana penunjang edukasi Islam selanjutnya yaitu

perpustakaan yang menyimpan buku-buku asli pada zaman pendidikan

Islam pertama kali yang nantinya bisa di pahami dari mulai anak kecil

sampai dewasa, dan dibukanya masjid Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2

Surakarta menjadi masjid umum yang dapat di gunakan oleh warga sekolah

dan masyrakat umum.

Adanya penggabungan sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2

Surakarta sebagai pusat kegiatan siswa dan penambahan fasilitas baru, maka

(9)

5 3.2KONSEP PERANCANGAN

3.2.1 ANALISIS DAN KONSEP GUBAHAN MASSA

Gambar 1: Analisis konsep massa di MAN 2 Surakarta (analisis penulis, 2017) Tabel 1: Keterangan analisis konsep massa MAN 2 Surakarta

Keterangan A Masjid cagar budaya

B Bangunan cagar budaya (Pusat edukasi umum) C Rencana unit kelas dan pendukung

D Auditorium

E Boarding School (Asrama) Putra

F Cafeetaria

G Rencana parkir roda 2 H Rencana parkir roda 4

I Plaza

Sumber: analisis penulis, 2016

3.2.2 ANALISIS DAN KONSEP GAYA ARSITEKTUR

3.2.2.1ANALISIS GAYA ARSITEKTUR INDISCH

Penerapan Roh yang terdapat bangunan cagar budaya

dengan langgam indisch untuk pengembangan dan penataan

(10)

6

selain itu pengambilan bentuk kolom untuk di terapkan pada

bangunan baru. Akan tetapi untuk detail-detail ornamen tidak

banyak diadopsi karena untuk membedakan antara bangunan cagar

budaya dengan bangunan baru. Hal lain yang untuk pembeda antar

kedua bangunan yaitu dengan menggunakan material yang berbeda

baik eksterior maupun interior, serta pengembalian warna

bangunan cagar budaya ke warna asli pada zaman pertama kali

bangunan berdiri yaitu warna yang selaras dengan penutup lantai

yang masih ada hingga saat ini, dan pembedaan penggunaan

overstek.

Gambar 2: Pengambilan langgam indisch (analisa pribadi, 2017)

3.2.2.2ANALISIS GAYA ARSITEKTUR BERNUASA

ISLAMI

Selain keselarasan bangunan baru dengan bangunan cagar

budaya bergaya arsitektur indisch, terdapat penambahan arsitektur

bernuansa islami, dalam hal ini penekanan yang diambil yaitu

penghawaan dan pencahayaan alami agar bangunan lebih hemat

energi, selain itu untuk menyuplai listrik tambahan, maka

(11)

7

Gambar 4. 1 Penghawaan dan Pencahayaan Alami (arsitektur&lingkungan, 2015)

3.3 KUTIPAN ACUAN

3.3.1 STUDI LITERATUR

3.3.1.1PENDIDIKAN ISLAM

Abuddin Nata, 2010 dalam Solichin, 2014 mengatakan

pendidikan Islam menurut bahasamumumnya berhubungan dengan

tiga kata, yaitu al-tarbiyah, al- ta’lim, dan al-ta’dib. Jika

menelusuri ayat-ayat Alquran atau Al-Sunah maka akan ditemukan

kata-kata lain yang berhubungan dengan pendidikan. Kata-kata

tersebut yaitu tazkiyah, mau’idzah, al -riyadhah, talqin,

tadris, irsyad, tazkirah, tafaqquh, tilawah, tahzib, al-irsyad, al-tabyin, al-tafakkur, al- ta’aqqul, dan al-tadabbur.

Menurut istilah Pendidikan Islam adalah pendidikan yang

didasarkan pada ajaran Islam diseluruh komponen. Bermula dari

visi, misi, tujuan proses belajar mengajar, hubungan pendidik dan

siswa, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, lingkungan dan

aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran

Islam. (Solichin, 2014)

3.3.1.2MADRASAH ALIYAH (MA)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), madrasah

adalah sekolah atau perguruan biasanya yang biasanya berdasarkan

agama islam. Kemudian, (Peraturan Pemerintah , 2010)

menyatakan bahwa, “madrasah aliyah, yang selanjutnya disingkat

MA, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam

binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum

dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah

(12)

8

atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.”

Berdasarkan uraian di atas, MA merupakan bagian dari

pendidikan menengah keagamaan. Pengertian pendidikan

menengah keagamaan sendiri diuraikan oleh (Peraturan

Pemerintah, 1990) (Bab I,Pasal 1,Ayat 4) yang menyatakan bahwa, “Pendidikan menengah keagamaan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penguasaan

pengetahuan khusus siswa tentang ajaran agama yang

bersangkutan”. Dapat disimpulkan bahwa madrasah aliyah adalah

jenjang pendidikan menengah yang bernaung dibawah Departemen

Keagamaan, yang berbasiskan agama islam.

3.3.1.3REVITALISASI

Revitalisasi. Menurut Ref. UNESCO.PP. 36/2005, Ditjen

PU-Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, revitalisasi adalah

“kegiatan pemugaran yang bersasaran untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal secara ekonomi, sosial, dan budaya dalam

pemanfaatan bangunan dan lingkungan cagar budaya dan dapat

sebagai bagian dari revitalisasi kawasan kota lama untuk

mencegah hilangnya aset-aset kota yang bernilai sejarah karena kawasan tersebut mengalami penurunan produktivitas.”

3.3.2 STUDI KOMPARASI

3.3.2.1STUDI OBJEK ISLAMIC CENTER BAITURRAHMAN SEMARANG

Yayasa Masjid Raya Baiturrahman berdiri pada tahun 1955

di bawah Yayasan Masjid Candi Semarang. Tahun 1958, Yayasan

berhasil menyelesaikan pembangunan Masjid Candi (sekarang

(13)

9

Gambar 3: Masjid Raya Baiturrahman (ypkpi-jateng,2016)

Adanya perubahan dan perkembangan jumlah penduduk

yang cukup pesat di Semarang, maka perlu diimbangi dengan

adanya Masjid baru, yang tidak hanya untuk tempat ibadah tetapi

juga mengandung unsur-unsur seni, budaya dan pendidikan.

Fasilitas dan ruangan pada Masjid Raya Baiturrahman:

Lantai dua untuk ruang shalat wanita, dapat menampung

jamaah lebih dari 500 orang

Lantai dasar dilengkapi fasilitas-fasilitas untuk: Ruang

wudhu, Ruang pertemuan, Perkuliahan, Perpustakaan, Balai nikah

dan ruang-ruang perkantoran.

Jadi Masjid Raya Baiturrahman tidak hanya untuk tempat

melakukan kegiatan peribadatan shalat saja, tetapi diharapkan dapat

dipergunakan untuk kegiatan dakwah, pendidikan, seni, dan

budaya. Adanya tujuan untuk mewujudkan bidang dakwah dan

pendidikan, pengurus yayasan mendirikan sekolah yang berdiri

khusus dalam rangka mengembangkan dakwah Islamiyah (Arizal,

Agus, 2006).

(14)

10

Maka pada tahun 1976, berdirilah TK Hj. Isriati

Baiturrahman. Nama Istiari diambil dari nama almarhumah istri

Bapak. H. Moenadi Gubernur Jawa Tengah sekaligus ketua

yayasan, sampai 1994 bisa mendirikan TK, SD dan SMP Hj. Isriati

Baiturrahman. Selanjutnya pada tahun 2009, Yayasa Masjid Raya

Baiturrahman mendirikan SMK Islamic Center Baiturrahman

Semarang. Akan tetapi letak SMK ini tidak berada di kawasan

masjid Baiturrahman Semarang (Arizal, Agus, 2006).

4. PENUTUP

Berdasarkan analisis dari perencanaan dan perancangan MAN 2 Surakarta

dapat disimpulkan bahwa Konsep yang diambil dalam tampilan arsitektur

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta yaitu selaras dengan bangunan cagar

budaya dan bernuansa islami. Adanya penggabungan antara dua gaya arsitektur di

harapkan bisa menjadikan bangunan mempunyai cirikhas tersendiri dan efektifitas

dalam penggunaan energy.

DAFTAR PUSTAKA

Adlina, Izzati. (2015). Museum Masjid Indonesia Di Kabupaten Pekalongan.

Surakarta: Unversitas Muhammadiyah Surakarta.

Afan. (2014). Keberadaan Gapura Perahu ISI Surakarta. Surakarta.

Arizal, Agus. (2006). Yayasan Masjid Bairurahman . Semarang: Universitas Walisongo Semarang.

Azra, A., & AR, S. (2010). Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam. (R. P.Sitepu, Penyunt., & D. Wulandari, Penerj.) Jakarta: Erlangga.

Bonny, Okto. (2014). Redesain Asrama Mahasiswa Di Jakarta Barat. Semarang: Universitas Diponegoro.

Budiharjo, Eko. (2004). Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Yogyakarta: Djambatan.

Dinas Pendidikan R1. (1989). undang-undang no 2 .

Dinas Pendidikan RI. (2003). Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 23. Undang-Undang.

Dinas Pendidikan RI. (2003). Undang-undang nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Fabela, dkk. (2011). Konsep Perancangan Laboratorium Tumbuh Kembang Anak.

(15)

11

Handinoto. (2010). Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa Pada Masa Kolonial.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2010). Undang-Undang No 11 tentang Cagar Budaya.

Loebis,MN. (2010). Pengembangan Pusat Kajian Islam Ilmiah. Medan: Universitas Sumatera Utara.

MAN 2 Surakarta. (2009, Desember 7). SEJARAH MA NEGERI 2 SURAKARTA: Melongok bekas Gedung Mahkamah Islam Tinggi Solo. Dipetik September 2016, 2016, dari http://man2ska.com/profil/sejarah.html

Masrifah, Siti. (2013). Peranan Kebersihan Lingkungan Sekolah Dalam Mendukung Aktivitas Belajar Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Banjarwungu Kecamatan Tarik Sidoarjo. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.

Nahdlatul Ulama. (2013, Maret 15). Mambaul Ulum Riwayatmu Kini. Dipetik Oktober 26, 2016, dari http://www.nu.or.id/post/read/43092/mambaul-ulum-riwayatmu-kini

Neufert, Ernst. (1994). Dasar-Dasar Arsitektur. Bandung: M2S. Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga.

Nurhasan, Yoritama. (2010). Perencanaan Pengembangan Rusunawa Paspampres Cikeas Bogor . Semarang: Universitas Diponegoro.

Nurjayanti, Widyastuti, dkk. (2014). Karakteristik Rumah Tinggal Dengan Pendekatan Nilai Islam. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Peraturan Daerah Kota Surakarta . (2012). No 1 Tentang Tata Ruang Wilayah

Kota Surakarta Tahun 2011-2031.

Peraturan Daerah Kota Surakarta. (2009). No 8 Tentang Bangunan.

Peraturan Pemerintah . (2010). No. 66 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Peraturan Pemerintah. (1990). No. 29 Tentang Pendidikan Menengah Keagamaan.

Peraturan Pemerintah. (1995). No 19 Tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum.

Peraturan Pemerintah. (2005). No 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Qalyubi, dkk. (2007). Perpustakaan.

Rumah Material. (2015, 10). Contoh Aplikasi Perkuatan Pondasi Dan Kolom

Struktur. Dipetik Oktober 24, 2016, dari

http://www.rumahmaterial.com/2015/10/perkuatan-pondasi-dan-kolom-struktur.html

Sativa. (2011). Arsitektur Islam atau Arsitektur Islami? Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Simanungkalit, P. (2011). Dasar-dasar Pendidikan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sirojuddin, dkk. (2012). Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam. Jakarta: erlangga.

Gambar

Tabel 1: Keterangan analisis konsep massa MAN 2 Surakarta
Gambar 2: Pengambilan langgam indisch (analisa pribadi, 2017)
Gambar 4. 1 Penghawaan dan Pencahayaan Alami (arsitektur&lingkungan, 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa di kelurahan Semanggi terdapat sebuah masjid yang bernama Al-Muhajirin, di satu sisi masjid memiliki peran sebagai pusat

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui secara mendalam peran dan pembentukan akhlak remaja dalam masjid (di masjid Al-Muhajirin

Berdasarkan penegasan istilah tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa maksud dari judul penelitian ini adalah pemanfaatan Masjid Al-Muhajirin Sumber

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan Masjid Al- Muhajirin Sumber Banjarsari

sosial masyarakat saat merespon pemanfaatan dan pengembangan rumah sakit kadipolo menjadi fungsi baru berupa Pusat kegiatan Warga (Civic Center). Karakter suatu tempat dapat

Monumen Pers Nasional Surakarta pada saat ini tidak hanya berfungsi untuk monumen sebagai bangunan peringatan yang dibuat untuk memperingati suatu peristiwa

Adapun dapat dikatakan bahwa, siswa SMA Negeri 2 Pekalongan memakai jilbab bukan karena ketentuan/ aturan dari sekolah tetapi bisa jadi dikarenakan oleh kesadaran