• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklan Kampanye Earth Hour di Televisi Swasta RCTI Terhadap Pemahaman Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Iklan Kampanye Earth Hour di Televisi Swasta RCTI Terhadap Pemahaman Mahasiswa Universitas Sumatera Utara"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

IKLAN KAMPANYE EARTH HOUR DI TELEVISI

SWASTA RCTI TERHADAP PEMAHAMAN

MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

Zawya Farahnas

060904104

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Iklan Kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI terhadap pemahaman mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman para mahasiswa terhadap iklan kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI.

Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi dan komunikasi massa, televisi sebagai media massa, periklanan, dan teori S-O-R. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara iklan kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI terhadap pemahaman mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah para mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang berjumlah 11.067 orang per Juni 2009. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 98 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, dan Purposive Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,783, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara iklan kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI terhadap pemahaman mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi.

(3)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang yang mana atas berkat, Rahmat dan

KaruniaNya penulis dapat memulai dan kemudian menyelesaikan skripsi yang berjudul “Iklan Kampanye Earth Hour di Televisi Swasta RCTI Terhadap

Pemahaman Mahasiswa Universitas Sumatera Utara”, Shalawat dan Salam

juga penulis persembahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis berkesempatan memenuhi salah satu kewajiban untuk

melengkapi syarat – syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun penulis bersyukur dan berterima kasih karena telah mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai

pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Dengan hati yang iklas dan penuh syukur penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya

Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. M. Nur Husin (alm) dan ibunda Hj. Yusriah Achmad. Terima kasih atas kasih sayangnya yang tak terbatas dan doa – doa yang tak pernah putus serta motivasi yang selalu

membangun dan juga memberi dukungan moril serta materil yang tak akan mungkin terbalaskan. Buat Abang - abangku Zikrun Modi, Al Astar, Zia E shiraz,

(4)

memberikan kebaikan dan ketulusan dalam memotivasi untuk membantu penulis

menggapai gelar sarjana, serta buat keponakan – keponakan kecilku Firzan Sidra Al-Ulya dan Jumayl El-Arsy Modi yang selalu memberikan keceriaan dan canda

tawa dikala penat melanda. Dan juga buat Dema SH, terima kasih atas segala rasa sayang, bantuan dan dukungannya yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberi kontribusi, baik

berupa materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Drs. Humaizi, M.A selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu yang sangat banyak dan berbagi ilmu yang sangat berharga selama membimbing penulis.

4. Abang Haris Wijaya S.Sos selaku dosen wali penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Ibu Dra. Dewi Kurniawati selaku sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Maya, Kak Cut, Kak Ros, Kak Rotua dan Bang Ria.

7. Kak hanim, Kak Puan dan staf Laboratorium Ilmu Komunikasi.

8. Buat keluarga besarku, Tante Asna Husin dan Om Karim Douglas Crow,

(5)

terhingga. Kak Jannah, Bunda Adiwarni Husin, Kak Gedhy, Tante Susi, Om

Zul, Wulan, Jihan, Kak adek dan semua saudara – saudara yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan kalian semua.

9. Untuk teman – teman penulis Dinda Fadillah, Donna, Mira Diana, Cut Dyan dan teman- teman Komunikasi stambuk 2006 khususnya Dina Fadiyanti, Rara Oktalina, Siti Fatimah dan Anggina Masdalifah. canda tawa yang di bagi

sangat berkesan dan berarti.

10. Buat Pupu, Budi, Wulan, Sendy, Tika, Oya, Olin, Aghi, Adis, Mira, Teguh,

Abi, Minarni dan teman – teman yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Serta buat teman – teman yang sudah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penulis demi kelancaran penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati penulis bersedia untuk diberikan saran atau kritik yang sifatnya membangun. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Karunianya untuk kita semua. Amin.

Wassalammu’alaikum wr.wb

Medan, Juni 2010 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa …………. 7

I.5.2 Televisi sebagai media massa ……… 9

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa ……… 22

II.2 Televisi sebagai media massa ……… 27

II.3 Periklanan ……….. 28

II.3.1 Defenisi periklanan ……….. 28

II.3.2 Tujuan periklanan ……….. 28

II.3.3 Fungsi periklanan ………. 29

II.3.4 Bentuk-bentuk iklan televisi ……… 31

II.3.5 Kelebihan dan kelemahan periklanan ……….. 32

II.4 Teori S-O-R ………. 35

II.4.1 Pengertian dan proses S-O-R ……….. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi lokasi penelitian ………... 38

III.1.1 Sejarah dan perkembangan USU ………. 38

III.2 Metode penelitian ……… 52

(7)

III.4 Populasi dan sampel ……… 53

III.5 Teknik penarikan sampel ………. 57

III.6 Teknik pengumpulan data ……… 57

III.7 Teknik analisis data ………. 58

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan pengumpulan data ……….. 61

IV.1.1 Langkah-langkah pengumpulan data ……….. 61

IV.2 Proses pengolahan data ………. . 62

IV.3 Analisa tabel tunggal ………. . 63

IV.3.1 Karakteristik responden ……….. 63

IV.3.2 Iklan kampanye Earth Hour ……… 65

IV.3.3 Pemahaman mahasiswa USU ……….. 77

IV.4 Analisa tabel silang ………. 83

IV.5 Uji hipotesa ………. 89

IV.6 Pembahasan ……… 92

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ………. 94

V.2 Saran ………... 95

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

NOMOR TABEL HALAMAN

I.1 Variabel operasional ……… 19

III.1 Infrastruktur USU ……….. 42

III.2 Populasi penelitian ………. 54

III.3 Sampel penelitian ……….. 56

IV.1 Jenis kelamin ………. 63

IV.2 Fakultas ……….. 64

IV.3 Frekuensi menonton iklan kampanye ……… 65

IV.4 Frekuensi menonton seminggu ………. 66

IV.5 Pendapat mengenai figur iklan ……… 67

IV.6 Ketepatan penggunaan figur iklan ………….. 68

IV.7 Frekuensi penanyangan iklan ……… 69

IV.8 Frekuensi penayangan iklan memadai ………. 70

IV.9 Ketertarikan dengan pesan yang disampaikan .. 71

IV.10 Kejelasan pesan ……… 72

IV.11 Pendapat tentang tata gambar ……… 73

IV.12 Ketertarikan dengan tata gambar ……… 74

IV.13 Pendapat mengenai slogan ………. 75

IV.14 Ketertarikan dengan slogan ……… 76

IV.15 Tingkat perhatian terhadap iklan ……….. 77

IV.16 Memperhatikan iklan kampanye Earth Hour …. 78 IV.17 Tingkat ketertarikan terhadap iklan ………. 79

IV.18 Rasa ketertarikan terhadap iklan ………. 80

IV.19 Pemahaman dengan pesan iklan ……….. 81

IV.20 Pemahaman terhadap iklan ……….. 82

IV.21 Ketepatan penggunaan figur dengan tingkat perha tian terhadap iklan kampanye di televisi ……….. 84

(9)

IV.23 Pendapat mengenai slogan iklan kampanye Earth Hour terhadap pemahaman dengan pesan iklan …. 88

IV.24 Hasil uji korelasi Spearman ………. 90

DAFTAR GAMBAR NOMOR GAMBAR HALAMAN I.1 Model S-O-R ……… 14

I.2 Model Teoritis ……….. 18

II.1 Skema S-O-R ……… 36

(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Iklan Kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI terhadap pemahaman mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman para mahasiswa terhadap iklan kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI.

Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi dan komunikasi massa, televisi sebagai media massa, periklanan, dan teori S-O-R. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara iklan kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI terhadap pemahaman mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah para mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang berjumlah 11.067 orang per Juni 2009. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 98 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, dan Purposive Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,783, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara iklan kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI terhadap pemahaman mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara

global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua

dan anak-anak. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem

dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam

biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien,

trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit

melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh

meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan

(12)

pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang

(ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.

Degradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada

sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran

pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

WHO (World Health Organization) sebagai organisasi kesehatan dunia mengangkat isu ini menjadi tema dari Hari Kesehatan Sedunia (HKS) tahun 2008, yaitu Protecting Health from Climate Change atau Melindungi Kesehatan dari

Perubahan Iklim. Sebenarnya masalah kesehatan merupakan masalah ‘hilir’ dari pemanasan global (Global Warming) dan perubahan iklim (Climate Change).

Hulu permasalahannya ada pada bidang lain yang lebih dulu merasakan dampaknya. Dokter dan tenaga medis lainnya menjadi ‘tukang cuci piring‘ jika hanya mengobati saja. Karena itu, yang jauh lebih penting adalah upaya adaptasi

terhadap perubahan iklim yang telah terjadi dan upaya untuk mengurangi dampak buruk dengan berbagai langkah pencegahan.

Berbicara tentang langkah-langkah pencegahan, banyak yang berkomentar kalau merasa diri belum siap. Belum siap untuk menggunakan mobil hybrid, belum siap untuk tidak menggunakan AC, belum siap untuk tidak menggunakan

(13)

Tahun 2009 , Pemilihan Umum Dunia untuk pertama kali diadakan. Dan

pilihannya antara Bumi atau Global Warming. Kita semua memiliki hak untuk memilih. Tidak peduli berapa usia, kewarganegaraan, ras atau latar belakang

Anda. Ini bukan tentang dari negara mana Anda berasal, tapi dari planet mana Anda berasal. Saklar lampu adalah cara Anda untuk memilih. Pilih Bumi dengan mematikan saklar lampu selama 60 menit, dan bergabunglah dengan dunia untuk

diadakan pada Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya, meminta rumah dan

perkantoran memadamkan

satu jam untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap

memadamkan semua lampu yang tidak perlu.Setelah Sydney, banyak kota-kota lain di seluruh dunia ikut berpartisipasi pada tahun 2008

Untuk kedua kalinya, tahun 2010 adalah momentum bagi Indonesia untuk

turut menyuarakan dukungan dalam kampanye global EARTH HOUR. Bersama dengan pemimpin kota C40 – Climate Leadership Group – dan sebagai salah satu

negara G20, DKI Jakarta menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi mematikan lampu selama 1 jam, pada hari Sabtu, 27 Maret 2010, pukul 20.30 – 21.30. Pernyataan dukungan ini merupakan salah satu tindakan nyata Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta terhadap kampanye hemat energi dan perubahan iklim global, setelah sebagai bagian dari C40 berpartisipasi di Climate Summit for

(14)

pengurangan emisi di Jakarta hingga 30% dari BAU hingga 2030. Di Indonesia

sendiri, kegiatan ini difokuskan di Jakarta. Namun bukan berarti di daerah lain tidak boleh berpartisipasi. Ingat, ini tentang dari planet mana Anda berasal kan?

ini sungguh ide yang bagus. Namun kegiatan semacam ini memerlukan suatu tindakan yang berkelanjutan, bukan hanya kegiatan yang sekali bergaung setelah itu hilang begitu saja. Setidaknya event ini dapat digunakan sebagai momentum

untuk kembali mengingatkan orang-orang akan

Di Bali sendiri kegiatan semacam ini sudah dilakukan sejak dulu. Melalui

Nyepi yang tahun ini jatuh pada tanggal 26 Maret kemarin, masyarakat Bali salah satunya diwajibkan untuk tidak menyalakan api (Amati Geni) yang dalam kehidupan modern diwujudkan dalam bentuk tidak menyalakan lampu. Hasilnya,

pada Nyepi tahun lalu PT PLN mencatat penghematan bahan bakar solar untuk

pembangkit listrik sebanyak

Tentu saja banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam kampanye Global Warming. Salah satunya adalah karakteristik dari target kampanye.

Karena beda target tentu saja pendekatan berbeda. Apakah targetnya sekitar

kalangan mahasiswa yang homogen ataukah masyarakat umum yang heterogen. Pertimbangan yang tak kalah pentingnya adalah menetapkan masalahnya ada di

mana. Dalam penelitian kesehatan, ada 3 hal yang sering dijadikan patokan yaitu: Pemahaman, Sikap dan Perilaku.

Apakah pemahaman tentang Global Warming yang kurang, sikapnya yang

tidak setuju, atau perilakunya yang tidak sesuai? Memang untuk menggambarkan adanya kecenderungan atau keterkaitan dari ketiga hal tersebut perlu dilakukan

(15)

tidak dapat merubah sikap, apalagi perilakunya. Namun ada kalanya kita melihat

orang dengan perilaku yang mencerminkan peduli pemanasan global namun tanpa mengetahui apa itu pemanasan global.

Lalu kita mulai dari mana? Keterbatasan akan kurangnya penelitian mengenai pemahaman, sikap dan perilaku masyarakat terhadap Global Warming bukanlah alasan untuk tidak mengkampanyekan Global Warming. Kita bisa

memulainya dengan menekankan pada aspek “Pemahaman” ditambah sedikit latihan untuk merubah sikap.

Disini peneliti tertarik menjadikan mahasiswa USU sebagai responden oleh karena usia responden yang masih dikategorikan remaja dan kawula muda dan juga memiliki kepedulian dengan aspek sosial yang terjadi di masyarakat.

Dari uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pemahaman para mahasiswa USU terhadap iklan kampanye Earth Hour di televisi.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

"Bagaimanakah pemahaman mahasiswa USU terhadap iklan kampanye Earth Hour di televisi?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dan mempersempit ruang lingkup permasalahan, sehingga tidak mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat batasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan

hubungan dan menguji hipotesis.

2. Penelitian terbatas untuk mengetahui pemahaman para mahasiswa

terhadap iklan kampanye Earth Hour di televisi.

3. Objek penelitian ini adalah mahasiswa Reguler S-1 Universitas Sumatera

(16)

4. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2010 dan di stasiun televisi

RCTI.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa itu Earth Hour yang merupakan bagian dari

kampanye Global Warming

2. Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman para mahasiswa terhadap iklan

kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI.

I.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

penelitian komunikasi FISIP – USU khususnya mengenai pemahaman mengenai Global Warming.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang

diperoleh selama ini dan menjadi wadah dalam memperkaya cakrawala

berpikir.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

semua pihak mengenai pentingnya hal pemanasan global.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan ttitik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39).

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisiyang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Dalam penelitian ini, teori – teori yang dianggap relevan diantaranya adalah Teori Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media massa, Periklanan, Teori S-O-R dan Teori Pemahaman.

(17)

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (dalam Ardianto,2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melaui media massa pada sejumlah besar orang”. Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu Gerbner (dalam Ardianto,2004:4), ”komunikasi massa ialah produksi dan

distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Ahli komunikasi massa lainnya, Joseph A Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Komunkasi massa ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton, tetapi ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefenisikan (Ardianto,2004:6).

Rakhmat (Ardianto,2004:7) merangkum defenisi-defenisi komunikasi massa menjadi, “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat. Menurut Dominick (Ardianto 2004:15) fungsi

komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveilance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).

Berikut ini adalah perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yaitu (Rakhmat, 2005:219) :

1. Efek kognitif, yaitu terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,

dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pemahaman, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.

2. Efek afektif, yaitu timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,

disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai.

3. Efek konatif (behavioral), yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat

diamati, yang meliput i pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku.

I.5.2 Televisi sebagai Media Massa

Media massa adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk

mencapai masyarakat yang sangat luas

(18)

terlaksananya proses komunikasi massa tertentu. Media massa menurut bentuknya dapat dikelompokkan atas :

1. Media cetak (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku,

pamflet, brosur dan sebagainya.

2. Media Elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain.

Media massa mempunyai karakter tertentu, yang tidak bisa disamakan oleh media massa yang lain. Media cetak, mampu memuat peristiwa secara lengkap sampai kepada detil-detilnya, dan bisa disimpan dan dibaca ulang.

Namun sifat komunikasinya masih tertunda (delay). Radio bisa menyiarkan berita secara cepat dan langsung, namun sifat beritanya hanya sekilas, dan seringkali tidak mampu diingat secara baik oleh audience. Radio juga hanya bersifat audio. Namun radio mampu menghadirkan efek ‘theatre of mind’, yaitu audiens mampu berimajinasi lebih jauh tentang apa yang mereka dengarkan. Foto mampu

menghadirkan gambar peristiwa secara komprehensif, tanpa ditambah dan

dikurangi. Foto mampu melengkapi berita, dan menambah legitimasinya. Televisi mampu menjawab kekurangan radio, kesan audio visual mampu dihadirkan, namun informasi yang dihasilkan juga masih bersifat sekilas, tidak mendalam. Film tidak bisa menjawab kebutuhan berita, namun film mampu merekam kejadian secara audio visual dan bisa diputar berulang-ulang. Film juga bisa dipakai sebagai sarana penyampaian pesan secara fiktif, melalui pengaturan skenario dan penyutradaraan.

Salah satu media dalam komunikasi massa adalah televisi. Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre-Bahasa Latin) berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat-tempat lain melalui sebuah perantara perangkat penerima (Wahyudi, 1986 :49).

Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan adanya unsur-unsur kata-kata, musik dan sound effect, juga mempunyai keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pemirsanya. Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan menggugah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih mempunyai kemampuan menonjol dibandingkan media massa lainnya.

Acara-acara yang ditampilkan televisi terdapat sekian banyak pesan atau informasi yang disebut iklan. Menurut Rhenald Kasali, iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk dan jasa yang disampaikan lewat media dan dibiayai oleh perusahaan yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sedang pengaruh pesan ini berarti hal-hal yang diterjemahkan dalam bentuk gambar. Rangkaian kata-kata jingle, maupun warna dengan tujuan

(19)

I.5.3 Periklanan

Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industri modern dan hanya bisa ditemukan di negara-negara maju atau sedang dalam pertumbuhan ekonomi.

Menurut Liliweri (1997), iklan atau advertising berasal dari bahasa Latin “Advere” yang artinya mengoperkan gagasan kepada pihak lain. Masih mengutip dari buku yang sama, Wright berpendapat, iklan merupakan suatu proses

komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat

pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi persuasif.

Jeffkins (1997) mendefenisikan iklan sebagai cara menjual informasi. Sedangkan Institut Periklanan Inggris mendefenisikan Iklan sebagai pesan

penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial, atau produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya (Kasali : 1992, 114).

Berdasarkan defenisi-defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama iklan adalah untuk memberitahukan (to inform), membujuk (to persuade), dan mengingatkan (to remind). Salah satu keuntungan utama iklan dibanding dengan media promosi lainnya adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan-pesannya kepada sejumlah besar orang pada satu waktu. Dan biaya untuk menjangkau setiap calon konsumen rendah (Jeffkins : 1997 :43).

I.5.3.1 Iklan Televisi

Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personel dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan dalam persaingannya. Sifatnya yang audio visual menjadikan televisi sebagai media yang sangat efektif.

Beberapa kelebihan televisi sebagai media iklan menurut Jeffkins adalah sebagai berikut ( Kasali, 1992 :101) :

1. Kesan Realistik

Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan, maka iklan-iklan televisi tampak begitu hidup dan nyata. Dengan fasilitas ini para pengiklan dapat dengan mudah menunjukkan kelebihan produknya secara detail.

2. Masyarakat lebih tanggap

Karena iklan televisi disiarkan dirumah-rumah dalam suasana yang serba santai dan rekreatif, masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian.

3. Repetisi/ Pengulangan

Iklan televisi biasanya ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan tersebut bangkit.

(20)

Pengiklan dapat menggunakan kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus untuk memuat iklannya.

I.5.4 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response, ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, konasi. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.

Elemen-elemen dari model ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organism), efek (response). Model S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1

Model S-O-R

Proses diatas mengambarkan perubahan sikap dan bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau dapat ditolak. Jika pada proses selanjutnya terhenti. Ini berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka tidak ada perhatian (attention) dari organisme. Jika stimulus diterima oleh organisme berarti adanya komunikasi dan perhatian dari organisme, dalam hal ini stimulus efektif dan ada reaksi. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, kemampuan dari organisme inilah yang dapat melanjutkan proses berikutnya. Pada langkah berikutnya adalah organisme dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan dalam mengubah sikap. Dalam perubahan sikap dapat dilihat bahwa sikap dapat berubah hanya jika rangsangan yang diberikan melebihi rangsangan semula. Perubahan berarti bahwa

Organism :

- perhatian - pengertian -penerimaan

(21)

stimulus yang diberikan dapat meyakinkan organisme, dan akhirnya secara efektif dapat merubah sikap.

Hovland beranggapan bahwa perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan (Effendy,2003:255).

I.5.5 Teori Pemahaman

Maksud dari pemahaman (understanding) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,

persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pemahaman ini meliput i emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Ketika mengamati atau menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan

kalimat-kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa pemahaman itu memiliki derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pemahaman, sementara bagi yang lainnya

merupakan bukan pemahaman. Terkadang seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut sebagaimana adanya (Dewey, 2008:14)

Pemahaman adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi,

pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan pemahaman ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pemahaman dan beranggapan bahwa pemahaman itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pemahaman seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah.

Dalam pemahaman sangat mungkin terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain: 1. Hal-hal yang diperoleh. Pemahaman seperti ini mencakup tradisi,

keterampilan, informasi, pemilkiran-pemikiran, dan akidah-akidah yang diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua kondisi dan dimensi penting kehidupan. Misalnya pemahaman seseorang tentang sejarah negaranya dan pemahamannya terhadap etika dan agama dimana pemahaman-pemahaman ini nantinya ia bisa aplikasikan dan menjadikannya sebagai dasar pembahasan.

2. Realitas yang terus berubah. Sangat mungkin pemahaman itu

diasumsikan sebagai suatu realitas yang senantiasa berubah dimana perolehan itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi ini, seseorang mengetahui secara khusus perkara- perkara yang beragam, kemudian ia membandingkan perkara tersebut satu sama lain dan memberikan pandangan atasnya, dengan demikian, ia

(22)

Secara lahiriah, keberadaan kedua dimensi di atas bersifat logis dan tak berpisah satu sama lain. Pemahaman itu tidak bisa dipandang sebagai suatu realitas yang konstan, tetap, tak berubah, dan tak hidup yang terdapat dalam ruang pikiran manusia, hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa jiwa manusia itu adalah tunggal dan satu, persentuhan manusia yang terus menerus dengan objek-objek eksternal dan syarat-syarat yang berbeda, aktivitas dan pengaruh potensi-potensi akalnya, pembentukan konsepsi-konsepsi dan perubahannya, sisi-sisi beragam dari pengalaman manusia, perubahan terus menerus yang terjadi pada aspek empirik manusia, dan perubahan kualitas persepsi dan analisa pikiran atas objek.

I.6 Kerangka Konsep

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49).

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. (Nawawi, 2001:40).

Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X)

Adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur yang lain (Nawawi,2001:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklan kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI

2. Variabel Terikat (Y)

Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 2001:57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pemahaman mahasiswa USU 3. Variabel Antara (Z)

Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 2001:58).

Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden. I.7 Model Teoritis

Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel Bebas (X)

Iklan Kampanye Earth Hour di RCTI

Variabel (Y)

(23)

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, indikator-indikator yang akan diteliti yaitu :

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel X

Iklan kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI

1. Figur Iklan

2. Frekuensi penayangan iklan. 3. Daya tarik pesan

I.9 Defenisi Operasional

Defenisi variabel operasional adalah unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun 1995 : 46).

Defenisi variabel operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :

1. Iklan Kampanye Earth Hour terdiri dari :

a) Figur iklan adalah tokoh yang dipilih untuk berperan dalam suatu iklan

dan mewakili kegiatan tersebut.

b) Frekuensi penayangan iklan, semakin tinggi frekuensi penayangan suatu

iklan maka akan semakin sering iklan tersebut ditonton oleh masyarakat

sehingga akan semakin besar kemungkinan khalayak tertarik terhadap iklan tersebut.

c) Daya tarik pesan adalah kandungan pesan yang menarik dan memiliki arti

bagi khalayaknya yang memiliki kecocokan dan manfaat dengan sistem nilai yang berlaku sehingga menimbulkan reaksi bagi khalayak untuk

(24)

Didalam pesan iklan tersebut harus terdapat kejelasan pesan yaitu suatu pesan harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga memiliki kesamaan arti antara komunikator dan komunikannya. Tata gambar berarti suatu penataan gambar dalam suatu iklan yang dapat menarik minat khalayaknya. Dan slogan yang merupakan untaian bahasa atau kata-kata yang memunculkan keinginan komunikan untuk melakukan gerakan mematikan lampu selama satu jam.

2. Pemahaman mahasiswa USU terdiri dari :

a) Perhatian : mahasiswa melihat, membaca, dan menyaksikan iklan yang

menerangkan suatu pemberitahuan.

b) Ketertarikan : mahasiswa merasakan daya tarik saat menyaksikan

tayangan iklan.

c) Pemahaman : mahasiswa mempunyai pengetahuan untuk menentukan

keputusannya atas penilaiannya terhadap gerakan tersebut melalui iklan.

3. Karakteristik responden terdiri dari :

a) Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau

perempuan.

b) Fakultas, yaitu dari fakultas mana responden berasal.

c) Frekuensi, yaitu seberapa sering mahasiswa menonton tayangan iklan

tersebut.

I.10 Hipotesa

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun,

1995:43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 2001:44).

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebgai berikut : Ho : Tidak terdapat hubungan antara iklan kampanye Earth Hour di televisi

swasta RCTI dengan pemahaman terhadap iklan tersebut di kalangan mahasiswa USU.

(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi Massa

Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari digunakan dan

dikonsumsi oleh audience (Sendjaja, 2002:21).

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner(1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang, dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah bioskop (Ardianto, 2004:3).

Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi massa dalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diperoleh secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.

Banyak defenisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan defenisi satu sama lain. Melalui defenisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi massa, yaitu :

(26)

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

2. Pesan Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan

komunikasi massa bersifat umum. 3. Komunikatornya Anonim dan Heterogen

Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa

berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.

7. Stimuli Alat Indra ”Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto 2004:7).

Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi (Severin, 2007:4), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu :

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen

(27)

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa

mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi

yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas :

1. Fungsi Pengawasan

Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.

2. Fungsi Social Learning

Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat.

4. Fungsi Transformasi Budaya

Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.

5. Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

(28)

II.2 Televisi sebagai media massa

Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga teknologi internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi di tempat tinggalnya. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi

Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang

mengandung segi informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia (Effendi, 2004 : 55).

Dalam banyak hal, TV juga memiliki beberapa ciri khusus yang berbeda dari jenis atau bentuk media lainnya. Sajian gandanya, yaitu gambar dan suara mengantarkan media ini pada posisi yang khas dan menarik (Muhtadi, 1999: 99). Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas (McQuail, 1994: 16).

II.3 Periklanan

II.3.1 Defenisi Periklanan

The American Marketing Association (AMA) mengemukakan bahwa iklan adalah setiap bentuk pemabayran terhadap suatu proses penyampaian dan

perkenalan ide-ide gagasan dan layanan yang bersifat nonpersonal atas tanggungan sponsor tertentu (Kasali, 1995 :10), sedangkan Institut Praktisi periklanan Inggris mendefenisikan periklanan sebagai : “Pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya” (Jefkins, 1997:5).

Jadi dari beberapa defenisi tersebut, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwasanya iklan merupakan kegiatan yang menyangkut penyampaian pesan mengenai suatu produk atau jasa yang bersifat komersial, sedangkan periklanan merupakan kegiatan komunikasi yang menyangkut persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap iklan itu sendiri. Periklanan dapat juga diartikan sebagai proses komunikasi secara persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang berupa gagasan, produk barang atau jasa yang memerlukan biaya dan disebarkan melalui berbagai media.

II.3.2 Tujuan Periklanan

(29)

yang paling mendasar dalam periklanan adalah bagaimana mengkomunikasikan pesan dengan cara menarik perhatian khalayak dan mengubah serta

mempengaruhi sikap mereka sesuai dengan keinginan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat dikatakan tujuand ari periklanan adalah memberikan informasi, membujuk dan mengikat konsumen akan suatu produk dan disesuaikan dengan teknik atau cara-cara tertentu. Tujuan dari periklanan juga harus ditentukan dengan baik agar dapat berjalan dengan terarah dan berhasil.

II.3.3 Fungsi Periklanan

Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam bisnis yang sifatnya nonpersonal secara teoritik menjalankan fungsi-fungsi seperti yang dijalankan media massa lainnya. Fungsi-fungsi periklanan antara lain :

1. Fungsi Pemasaran

Pemasaran berfungsi untuk memnuhi permintaan para pemakai ataupun pembeli terhadap barang atau jasa serta gagasan yang diperlukannya. Sebagai fungsi pemasaran maka iklan berfungsi untuk :

a. Mengidentikasikan produk dan menjelaskan perbedaannya dengan

produk-produk lain.

b. Mengkomunikasikan informasi mengenai produk lain.

c. Merangsang dan pada akhirnya berakibat pada peningkatan

penggunaan produk.

2. Fungsi Komunikasi

Iklan berisi cerita (kalau tidak dikatakan berita) mengenai suatu produk sehingga harus memenuhi syarat-syarat pemberitaan. Fungsi komunikasi meliputi :

a. Memberikan penerangan dan informasi mengenai suatu barang,

jasa dan gagasan yang lebih dulu diketahui oleh satu pihak dan

dijual kepada pihak lain agar ikut mengetahuinya.

b. Memberikan pesan mengenai pendidikan dalama rti mempunyai

(30)

Iklan mengakibatkan khalayak semakin tahu mengenai produk-produk tertentu, kebutuhan maupun bentuk pelayanan jasa serta memperluas ide-ide yang dapat mendatangkan keuntungan secara finansial. Bagi

konsumen dari segi keuntungan secara ekonomis, melalui iklan konsumen dapat mengetahui tempat-tempat penjualan suatu produk yang terdekat dan terjauh sehingga konsumen dapat menentukan kemana produk akan dibeli (toko, kios, dealer atau agen). Dengan biaya yang murah, hemat waktu dan uang, maka konsumaen memiliki keuntungan memiliki suatu produk. Melalui iklan, perusahaan dapat merangsang konsumen untuk menambah pembelian sehingga perusahaan tersebut dapat meningkatkan produksinya. Hal ini akan menimbulkan keuntungan secara ekonomis bagi kedua belah pihak.

4. Fungsi Sosial

Iklan dapat membantu menggerakkan suatu perubahan standar hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia diseluruh dunia. Melalui publikasi, iklan mampu menggugah pandangan orang tentang suatu peristiwa,

kemudian meningkatkan sikap, afeksi yang positif dan mengikuti tindakan pelaksanaan nyata atau tindakan sosial (Kasali, 1995 :45).

II.3.4 Bentuk-bentuk Iklan Televisi

Menurut Widjaja (2000:25), bentuk-bentuk iklan televisi sangat tergantung pada bentuk siarannya, apakah merupakan bagian dari suatu kongsi atau sindikat, jaringan lokal, kabel atau bentuk lainnya.

Ada beberapa bentuk-bentuk di televisi, antara lain : a. Pensponsoran

Banyak sekali acara televisi yang penayangan dan pembuatannya dilakukan atas biaya sponsor atau pengiklan. Pihak sponsor bersedia membiayai seluruh biaya produksi plus fee untuk televisi. Sponsor telah memberikan dampak uyang kuat bagi para pemirsa, khususnya karena peranan pengiklan yang benar-benar menjaga mutu dan isi program serta siaran sponsornya.

b. Partisipasi

Bentuk iklan ini memiliki sedikit perbedaan dari bentuk iklan lainnya, namun akan dapat mengurangi beban biaya dan resiko. Melalui iklan sepanjang 15, 30 atau 60 detik, iklan dapat disisipkan diantara satu atau beberapa acara (spots). Baik untuk acara tetap maupun tidak tetap, pengiklan dapat membeli waktu yang tersedia. Pendekatan ini lebih fleksibel karena dapat memilih jangkauan pasar khalayak sasaran, jadwal dan anggaran.

c. Spot Announcements

(31)

lokal maupun nasional. Pengiklan lokal biasanya cenderung memanfaatkan bentuk iklan ini.

d. Public Service Announcements

Ini adalah bentuk iklan layanan masyarakat yang biasanya ditempatkan ditengah-tengah suatu acara. Iklan layanan masyarakat biasanya dimuat atas permintaan dari pemerintah ataupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk menggalang solidaritas masyarakat terhadap suatu peristiwa/maslah sosial.

Dalam kondisi pasar yang memiliki banyaks ekali pilihan, satu-satunya sumber informasi bagi konsumen adalah iklan. Namun, karena keterbatasan daya ingat manusia maka sebuah iklan harus memuat pesan yang sederhana serta memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

II.3.5 Kelebihan dan Kelemahan Periklanan

Periklanan memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, antara lain : a. Kelebihan periklanan

1. Periklanan dapat mencapai sejumlah besar pembeli yang tersebar

secara geografis dengan biaya rendah per penayangan.

2. Periklanan memungkinkan penjual mengualng pesan berkali-kali,

sedangkan calon pembeli dapat membandingkan pesan yang

diterima dari beberapa pesaing.

3. karena sifat publik dari periklanan, konsumen cenderung

memandang produk yang diiklankan sebagai baku dan sah.

Pembeli mengetahui bahwa produk yang diiklankan akan dipahami dan diterima oleh khalayak.

4. Perusahaan yang bersangkutan dapat mendramatisasi produknya

lewat seni menggunakan gambar, cetakan, suara dan warna. b. Kelemahan periklanan

1. Walaupun dapat menjangkau khalayak yang banyak dengan cepat,

periklanan tidak menyertakan manusia dan tidak dapat membujuk

(32)

2. Pada umumnya periklanan hanya menyampaikan komunikasi satu

arah dengan pemirsanya dan pemirsa tidak merasa harus memperhatikan dan memberi reaksi.

3. Periklanan memerlukan biaya mahal. Walaupun beberapa bentuk

periklanan seperti iklan di surat kabar dan radio dilakukan dengan anggaran kecil, namun bentuk-bentuk iklan seperti iklan televisi

memerlukan anggaran yang besar (Kasali, 1995:45).

Sudarto Tjokrosisworo (Shimp, 2000:62), iklan merupakan padanan kata dari advertising dan advertentie, dengan pengertian penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif melalui suatu media penyampai.

Terdapat beberapa tujuan periklanan, di antaranya adalah :

a. Iklan yang bersifat memberikan informasi (informative advertising),

adalah iklan yang secara panjang lebar menerangkan produk atau jasa dalam tahap

rintisan (perkenalan) guna menciptakan permintaan atas produk tersebut. Misalnya sebuah Bank Syariah yang baru berdiri menjelaskan melalui iklan advertorial, apa dan bagaimana sistem operasi dan produk jasa yang ditawarkan

oleh Bank Syariah.

b. Iklan membujuk (persuasive advertising), iklan menjadi penting

dalam situasi persaingan, dimana sasaran perusahaan adalah menciptakan permintaan yang selektif akan merek tertentu. Misalnya perusahaan asuransi Takaful mengiklankan kelebihan – kelebihan pruduknya dibanding asuransi

konvensional, di mana ada unsur saling bantu membantu di antara peserta dan unsur investasi dalam produk asuransinya.

c. Iklan pengingat (reminder advertising), iklan ini akan sangat penting

(33)

Indonesia mengingatkan kembali kepada masyarakat bahwa kini Garuda lebih

baik meski di usianya yang sudah mapan.

d. Iklan pemantapan (reinforcement advertising), yang berusaha

meyakinkan para pembeli bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat. Misalnya lembaga pendidikan/atau bimbingan belajar Nurul Fikri mempublikasikan bahwa 80% siswanya diterima di berbagai perguruan tinggi

negeri (PTN) terkemuka. Sehingga makin memantapkan pilihan para siswa SMU untuk memilih bimbingan belajar tersebut.

Pada dasarnya tujuan pengiklanan adalah komunikasi yang efektif dalam rangka mengubah sikap dan perilaku konsumen. Pada bisnis jasa perhotelan misalnya, sasaran pengiklanan adalah memperkenalkan produk baru hotel, menarik kelompok pelanggan baru, membangun ataupun memperbaiki citra hotel dan menjelaskan keadaan hotel secara umum.

Untuk itu ada beberapa pilihan media yang dapat digunakan untuk melakukan pengiklanan, antara lain melalui :

1. Iklan di media cetak dan elektronik. 2. Kemasan gambar bergerak.

3. Brosur. 4. Booklet.

5. Poster. 6. Leaflet. 7. Direktori.

8. Billboard. 9. Display.

III.4 Teori S-O-R

(34)

Pada awalnya model teori ini dikenal sebagai model Stimulus-Response

(S-R) akan tetapi kemudian DeFleur menambahkan Organism dalam bagiannya sehingga menjadi Stimulus-Organism-Response (S-O-R).

Teori S-O-R merupakan model penelitian yang beranjak dari anggapan bahwa organisme akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu jika diberikan suatu kondisi stimulus tertentu kepadanya. Efek yang timbul adalah reaksi

terhadap stimulus tersebut, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Adapun elemen-elemen utama dari model

teori S-O-R ini adalah : Stimulus adalah rangsangan atau dorongan yang berupa pesan, organism adalah manusia atau seorang penerima, response adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan.

Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai

dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami.

Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan. Proses tersebut dapat

(35)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan kepada komunikan dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi terjadi jika

komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan kepadanya sampai kepada proses komunikan memikirkannya dan timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.

Respon yang ditimbulkan stimulus hanya sampai pada tahap kognitif dan afektif saja tidak sampai pada tahap behavioral (perubahan sikap terhadap pesan)

dikarenakan penelitian tentang iklan kampanye Earth Hour di televisi swasta RCTI dibatasi hanya pada pendapat publik saja.

Adapun tahap-tahap yang sesuai dari respon tersebut adalah :

1. Tahap kognitif, yaitu meliputi ingatan-ingatan terhadap suatu pesan,

kesadaran/pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan

tersebut.

Organisme :

Perhatian Pengertian Penerimaan

Respon

Diterima Ditolak Stimulus

(36)

2. Tahap afektif, meliputi kesediaan untuk mencari lebih banyak lagi

informasi, evaluasi terhadap pesan, dan minat untuk mencoba dan melakukananya (Rakhmat, 2004 : 209).

Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model teori S-O-R yaitu merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi tersebut akan berlangsung jika adanya suatu perhatian dari

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1 Sejarah dan Perkembangan Universitas Sumatera Utara

Sejarah Universitas Sumatera utara dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut : Abdul Hakim (Ketua), Dr. T. Mansoer (Wakil ketua), Dr. Soemarsono (Sekretaris/Bendahara), Ir. R.S. Danunagoro, Drg. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr. Maas. J.Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota).

Sebenarnya hasrat untuk mendirikan Perguruan Tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh Pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan Perguruan Tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, Pemerintah mengangkat Dr. Moh. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia.

Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash tahun 1947 Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah Universitas di daerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr.Soemarsono, yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan Sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain dewan pimpinan yayasan, organisasi Universitas Sumatera Utara pada awal berdirinya terdiri dari Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan Fakultet.

Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril serta material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita.

Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956) dan Fakultas Pertanian (1955).

Pada tanggal 20 November 1957, Universitas Sumatera Utara (USU) diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia. Dr. Ir. Soekarno menjadi

Universitas Negeri yang ketujuh di Indonesia. Tanggal peresmian ini kemudian ditetapkan sebagai Dies Natalies USU yang diperingati setiap tahun hingga tahun 2001.

(38)

di lingkungan USU. Dengan persetujuan Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2002 diperingati Dies Natalis USU yang ke-50.

Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan, dan Fakultas

Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden RI. Kemudian di kota yang sama didirikan Fakultas Kedokteran dan Peternakan (1960). Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari 5 Fakultas di Medan dan 2 Fakultas di Banda Aceh. Dalam perjalanan usianya yang kini mencapai 50 tahun, melalui berbagai program pengembangan yang dilaksanakan, banyak kemajuan yang telah dicapai, yang menjadikan USU berkembang hingga seperti sekarang ini.

Saat ini, USU mengelola lebih dari 100 program studi yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan, yang tecakup dalam 12 fakultas dan 1 program pasca sarjana. Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syah Kuala di Banda Aceh (Fakultas Ekonomi dan Fakultas kedokteran hewan dan peternakan), IKIP Negeri Medan yang sekarang berubah menjadi UNIMED (dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), Politeknik Negeri Medan (dari Politeknik USU).

Kampus USU Padang Bulan terletak di sebelah barat daya kota Medan, 7 KM dari pusat kota. Kampus ini memiliki luas 116 Ha dengan luas zona akademik 93,4 Ha, merupakan pusat utama kegiatan Universitas. Di sini terdapat lebih dari seratus bangunan dengan total luas lantai 133.141 m2.

Selain bangunan pendidikan dan penunjang, diareal kampus juga terdapat berbagai fasilitas sosial dan publik seperti taman dan fasilitas olahraga. Lahan ini yang telah digunakan sejak 50 tahun yang lalu diperuntukkan untuk menampung kegiatan universitas dengan jumlah mahasiswa hingga 20.000 orang dan saat ini jumlah mahasiswa USU telah mencapai 25.000 orang.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama di lapangan, di areal kampus juga terdapat warung internet dengan tarif yang relatif murah, yaitu Rp.3000,-/jam, tepatnya berada di areal Perpustakaan USU. Sedangkan diluar areal kampus, warung internet juga dapat ditemui dengan mudah karena berada tidak jauh dari areal kampus, tepatnya di daerah Padang Bulan, meliputi Jl. Jamin Ginting, daerah Sumber, dan Pasar I, yaitu sebanyak 38 warung internet, dan di Jl. Dr. Mansyur terdapat sebanyak 9 warung internet. Warung-warung internet yang berada di lokasi sekitar areal kampus USU tersebut, sebagian besar pelanggannya adalah mahasiswa USU.

Untuk mengantisipasi pertumbuhan jumlah mahasiswa sesuai dengan kecenderungan pertumbuhan jumlah penduduk usia 19 s/d 24 tahun, USU sejak beberapa tahun yang lalu telah mengupayakan lahan baru untuk perluasan kampus. Dengan bantuan berbagai pihak, USU saat ini sedang mempersiapkan lahan kampus perluasan di Kwala Bekala dengan luas 300 Ha.

(39)

III.1.2. Infrastruktur Universitas Sumatera Utara

a. Infrastruktur Universitas Sumatera Utara terdiri dari 2 kategori yang meliputi :

1. Tanah 2. Bangunan

Tabel III.1 Infrastruktur Universitas Sumatera Utara

KATEGORI LUAS (m2)

1. Tanah

- Kampus Padang Bulan - Pusdiklat

- Kebun Percobaan - Lahan Simalingkar - Bungalow Berastagi - Area Keperawatan

- Lahan Kampus Kwala Bekala - Lahan Perkebunan

Jumlah

Sejumlah unsur penunjang (Unit Pelaksana Teknis) ikut berperan aktif mendukung proses belajar mengajar di lingkungan Universitas Sumatera Utara antara lain :

1. Perpustakaan

(40)

4. UPT. Pusat Komputer

5. Unit Pengembangan Pendidikan (UPP) 6. Unit Audiovisual dan Elektronika (AVEL)

7. Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa (BKBM) 8. Laboratorium Ilmu Dasar (LIDA/MKDU)

9. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengabdian Pada Masyarakat

(Pusdiklat/PPM) 10. Pusat Bahasa 11. Workshop/Bengkel

12. Badan Koordinator Olah Raga ( BAKOR)

c. Fasilitas Lainnya

Adapun Fasilitas lain yang membentuk terbentuknya kehidupan sosial di lingkungan kampus antara lain :

a. Asrama Mahasiswa

b. Koperasi Keluarga Besar USU c. Poliklinik USU

d. Pusat Jasa Ketenagakerjaan (PJK USU) e. Wisma USU

f. Rumah Ibadah

g. Warung Pos dan Telekomunikasi – KKB USU h. Kantor Pos

i. Bank j. Auditorium

k. Gelanggang Mahasiswa

III.1.3 Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sumatera Utara a. Visi

Visi dari Univeristas Sumatera Utara adalah University for Industry. b. Misi

1. Mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik

dan profesional dalam menerapkan, mengembangkan pengetahuan

(41)

2. Memperluas partisipasi dalam pembelajaran untuk memenuhi

kebutuhan nasional dalam pembelajaran dan modernisasi cara pembelajaran.

3. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan ilmiah,

teknologi, seni, dan rancangan penerapannya untuk mendukung produktivitas dan daya saing masyarakat.

c. Tujuan

1. Memperluas partisipasi dalam pelayanan pendidikan bagi masyarakat

dalam mendukung pemenuhan pendidikan nasional serta memodernisasi cara pembelajaran.

2. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan ilmiah,

teknologi dan seni/budaya serta kemanusiaan.

3. Mengembangkan pusat indormasi serta sistem teknologi komunikasi

dan sistem penjaminan mutu yang handal.

4. Membangun sistem tata pamong universitas yang efektif, efisien dan

demokratis.

5. Mewujudkan lingkungan pengajaran dan pembelajaran yang

kondusif.

6. Memperkuat departemen dalam pengelolaan disiplin silang antar

departemen/program studi.

7. Membangun kemampuan pendanaan sendiri melalui

(42)

8. Mengembangkan kemampuan dalam memasarkan produk-produk

pengetahuan ilmiah, konsep-konsep, pemecahan masalah industrial, jasa tenaga ahli, dan lain-lain.

9. Membangun pendekatan baru dalam pembelajaran yang berfokus

kepada pembelajaran sesuai kebutuhan (demand-driven learning system).

III.1.4 Pilihan Program Studi a. Program Sarjana S1

Terdiri dari Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Ekonomi,

Kedokteran Gigi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Keperawatan, dan Farmasi.

b. Program Sarjana S1 Ekstension

Terdiri dari Program Studi Manajemen, Akuntansi, Ekonomi

Pembangunan/Perbankan, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik Kimia, Agronomi, Sosial Ekonomi Pertanian, Ilmu Hukum, Sastra Inggris, Bahasa Jepang, Ilmu Perpustakaan, Kesehatan Masyarakat, Kimia, Matematika, Biologi, Fisika, Ilmu Keperawatan, Farmasi, Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komuikasi.

c. Program Pascasarjana (S-2)

Terdiri dari Agronomi, Ilmu Tanah, Ilmu Hukum, Pengelolaan Alam dan Lingkungan, Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Kimia, Magister Manajemen, Biometik, Farmasi, Lingustik, Kenotariatan, Ilmu Manajemen, Ekonomi Pembangunan, Akuntansi, Fisika, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Kimia, Arsitektur, Teknik Industri, Kesehatan kerja/Masyarakat, Administrasi Kebijakan Kesehatan, Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, Studi Pembangunan, Matematika, Ilmu Kedokteran Tropis, Biologi dan Psikologi.

d. Diploma III (D-III)

Terdiri dari Program Studi Keuangan, Akuntansi, Kesekretariatan, Perpustakaan, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Pariwisata, Kimia Analisis, Komputer, Statistik, Fisika Instrumen, Kimia Industri, Administrasi Perpajakan, Keperawatan, dan Analisis Farmasi.

e. Diploma IV (D-IV)

Gambar

TABEL
Gambar 1 Model S-O-R
Tabel III.1
Tabel III.2  Populasi Penelitian Mahasiswa aktif  Universitas Sumatera Utara program S-1  Fakultas
+7

Referensi

Dokumen terkait

SEBUAH KEGIATAN REKREASI YANG BANYAK DIGEMARI OLEH MASYARAKAT.// INI TERLIHAT DARI SEMAKIN BANYAKNYA PUSAT REKREASI YANG MENYEDIAKAN PERMAINAN DENGAN.

Dokumen sumber tentang sistem dan prosedur belanja langsung yang digunakan pada SKPD pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bolaang Mongondow adalah

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

[r]

Aktivitas Gempa Vulkanik Gunung Ijen mengalami peningkatan tinggi ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik dalam (VA) dan gempa vulkanik dangkal (VB) diikuti oleh tremor

Pengujian kinerja mesin pengiris bawang merah tipe vertikal diperoleh kapasitas alat 56,21 kg/jam dengan kecepatan pengirisan 162 RPM, efisiensi pengirisan 89%, rendemen 89

Parse menawarkan push notification, integrasi dengan social media, penyimpanan data dan kemampuan untuk menambah logika yang dapat dimodifikasi untuk layanan

Dengan adanya permasalahan diatas maka solusi yang tepat adalah membuat suatu usulan berupa rancang bangun aplikasi penjualan pada PT Panca Patriot Prima yang mampu