• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Kerjasama Antara PT. Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perjanjian Kerjasama Antara PT. Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT.TELKOM

DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM

DALAM PERSFEKTIF KUHPerdata DAN

PERMENKOMINFO NO. 8 TAHUN 2006

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Persyaratan Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Disusun oleh :

DONI FREDDI MANURUNG 030200195

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG

Disetujui oleh :

Ketua Depertemen Hukum Keperdataan

Prof. Dr. Tan Kamello S.H, M.S (131764556)

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

H. Hasnil Basri Siregar S.H Ramli Siregar S.H, M.Hum

(2)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

Abstraksi ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 4

D. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Perusahaan ... 5

2. Macam-Macam Perusahaan ... 7

3. TELKOM Sebagai Perusahaan Negara ... 10

4. Penyelenggara Warung TELKOM Sebagai Perusahaan Swasta ... 13

E. Metode Pengumpulan Data ... 14

F. Sistematika Penulisan... 15

BAB II PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. TELKOM DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM SEBAGAI SALAH SATU JENIS PERJANJIAN DALAM KUHPERDATA A. Perjanjian Secara Umum 1. Istilah, Pengertian, dan Bentuk Perjanjian ... 18

2. Jenis-Jenis dan Syarat Sahnya Perjanjian ... 23

3. Asas-Asas Hukum Dalam Perjanjian ... 30

4. Berakhirnya Suatu Perjanjian ... 34

B. Perjanjian Kerjasama 1. Pengertian Perjanjian Kerjasama ... 41

(3)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

3. Perjanjian Kerjasama Antara PT. TELKOM dan Penyelenggara Warung TELKOM Menurut

KUHPerdata ... 45

BAB III PROSEDUR PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA

PT. TELKOM DAN PENYELENGGARA WARUNG

TELKOM

a. Prosedur Pendirian Warung TELKOM ... 50 b. Prosedur Pelaksanaan Warung TELKOM ... 54

BAB IV ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA DAN

KELUARNYA PERMEN No.08/Per/M.KOMINF/02/

2006 TERHADAP POLA BAGI HASIL ANTARA

PT.TELKOM DENGAN PENYELENGGARA

WARUNG TELKOM

A. Hubungan hukum Para Pihak (Hak dan Kewajiban) ... 57 B. Penyelesaian Masalah-masalah Yang Timbul dari

Perjanjian ... 62 1. Wanprestasi Dan Akibat Hukumnya ... 63 2. Masalah-Masalah Yang Timbul Di Luar

Kekuasaaan Para Pihak ... 68 C. Tinjauan Terhadap Skema Bagi Hasil Antara PT.

TELKOM Dengan Penyelenggara Warung TELKOM Sebelum Dan Setelah Keluarnya Permen No.08/PER/M.KOMINF/02/2006 ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 78 B. Saran-Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

Lampiran

(4)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT.TELKOM DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM DALAM PERSFEKTIF

KUHPerdata DAN PERMENKOMINFO NO. 8 TAHUN 2006

Abstraksi

PT. TELKOM sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bertugas untuk menyelenggarakan jaringan telekomunikasi melakukan suatu upaya untuk menjawab kebutuhan akan alat komunikasi masyarakat. Di dalam pelaksanaannya PT. TELKOM melakukan kerjasama dengan Badan Usaha yang diatur menurut perundang-undangan. Kerjasama yang dilakukan oleh PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM diikat oleh suatu Perjanjian Kerjasama (PKS) yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dengan prinsip saling menguntungkan. Namun permasalahannya, bagaimana proses terjadinya kerjasama tersebut, sejauh mana diatur mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajibanpara pihak, dan bagaimana pola bagi hasil yang supaya kedua pihak sama-sama untung..

Untuk itu, maka diperlukan penelitian dengan cara mempelajari buku-buku sehubungan dengan permasalahan dan juga melakukan penelitian kepada PT. TELKOM dan mengolah data-data yang diperoleh baik baik yang tertulis seperti peraturan-peraturan PT. TELKOM maupun yang lisan yaitu melalui wawancara dengan pegawai PT. TELKOM tersebut.

(5)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi negara kita, bidang telekomunikasi termasuk salah satu urat nadi nasional yang dapat menentukan kelangsungan hidup bangsa karena penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan dan perekonomian, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa, juga dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara dan juga Ketahanan Nasional.

Telekomunikasi dapat dijadikan sebagai prasarana paling dominan disamping energi dan perhubungan, karena telekomunikasi tergolong cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 33 UUD 1945. Sehingga telah menjadi kebijaksanaan nasional bahwa penguasaan dan pengusahaan industri jasa telekomunikasi dikendalikan atau dijalankan sepenuhnya oleh negara untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Di dalam meningkatkan pembangunan dan penyelenggaraan jasa telekomunikasi tersebut pemerintah telah membentuk suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengurusi masalah telekomunikasi.1

Hal tersebut sesuai dengan pasal 8 undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, yang menyatakan bahwa penyelenggaraan jaringan

1

(6)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi dapat dilakukan oleh badan hukum yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang selanjutnya untuk penyelenggaraan telekomunikasi dapat dilimpahkan kepada badan penyelenggara.

Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara dalam hal ini adalah BUMN yaitu PT. TELKOM dan PT. INDOSAT, yang bentuk usahanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku., yang bertindak selaku pemegang kuasa penyelanggaraan jaringan telekomunikasi yang meliputi penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dalam negeri dan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi internasional.

Dalam hal ini kita akan membahas lebih jauh tentang PT. TELKOM yang mana dalam menyelenggarakan telekomunikasi melakukan kerjasama dengan mitra usahanya yaitu WARTEL (Warung Telekomunikasi) atau sekarang disebut dengan Warung TELKOM. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor : 05/PER/M.KOMINFO/I/2006 Tentang Penyelenggaraan Warung Telekomunikasi yang menyebutkan bahwa Warung Telekomunikasi dan/atau Warung TELKOM sebagai mitra usaha penyelenggara jaringan telekomunikasi merupakan kebutuhan untuk mengatasi tuntutan masyarakat akan pelayanan jasa telekomunikasi sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat dalam komunikasi.

(7)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

ditinjau dari segi hukum perdatanya. Bersamaan dengan hal itu juga diawal 2007, beberapa media massa telah mengabarkan bahwa PT. TELKOM akan meninjau ulang pola bagi hasilnya dengan penyelenggara jasa telekomunikasi yaitu Warung TELKOM diakibatkan keluarnya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi No 08 tahun 2006 tentang Interkoneksi.2

B. Rumusan Masalah

Dengan pemberitaan tersebut, penulis semakin tertarik ingin mengetahui lebih jauh tentang perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM, dan sejauh mana Permenkominfo No 08 Tahun 2006 tentang Interkoneksi tersebut telah memberikan akibat hukum terhadap perjanjian kerjasama tersebut.

Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan diatas, maka ada beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu :

1. Bagaimana proses Perjanjian Kerjasama antara PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM?

2. Apa hak dan kewajiban masing-masing yang menjadi akibat hukum terjadinya Perjanjian Kerjasama tersebut terhadap kedua belah pihak ?

3. Bagaimana perubahan terhadap pola bagi hasil antara PT . TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM sebelum dan sesudah keluarnya PERMEN No.08/PER/M.KOMINF/02/2006 tentang Interkoneksi?

2

(8)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Di dalam setiap kita melakukan kegiatan pasti ada tujuan dan manfaat yang akan kita capai, begitu juga dengan penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya dan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh PT.TELKOM dengan mitra usahanya yaitu Penyelenggara Warung TELKOM

2. Untuk mengetahui apa-apa saja yang menjadi hak-hak dan kewajiban-kewajiban kedua belah pihak dan cara-cara apa atau bagaimana cara kedua belah pihak dalam menyelesaikan masalah yang timbul (mis : wanprestasi) didalam perjanjian untuk lebih memberikan kepastian hukum kepada kedua belah pihak baik PT. TELKOM maupun Penyelenggara Warung TELKOM. 3. Untuk mengetahui seberapa besar aspek hukum yang diakibatkan keluarnya

Permen No.08/PER/M.KOMINF/02/2006 tentang Interkoneksi tersebut, yang mana beberapa media cetak manyatakan bahwa dengan keluarnya Permen tersebut akan memberikan kerugian kepada pihak Penyelenggara Warung TELKOM.

Sedangkan yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara akademis, penulisan skripsi ini bermanfaat untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum.

(9)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

3. Secara praktisnya, penulisan skripsi ini bermanfaat juga dalam memberikan pemahaman dan juga kepastian hukum dalam perjanjian bagi hasil dalam kerjasama antara dua belah pihak yaitu dengan mengkaji bentuk perjanjian dan juga aspek hukum dari peraturan tentang perjanjian tersebut.

D. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Perusahaan

Baik di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHP) maupun di dalam Kitab Undang-Undang hukum Dagang (KUHD) tidak ada diatur mengenai pengertian tentang perusahaan. Hal ini menurut R. Soekardono:

“…..bahwa kekuasaan perundang-undangan berkehendak menyerahkan penetapan pengertian itu kepada dunia keilmuan dan kepada yurisprudensi.”3

3

R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Cetakan IX, PT. Dian Rakyat, Jakarta, 1983, Hal 19

Namun demikian, di dalamUndang-undang No 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan memberika defenisi tentang perusahaan. Rumusan defenisi tentang perusahaan itu terdapat dalam Pasal 1 huruf b Undang-undang tersebut yang berbunyi:

(10)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Dikarenakan tidak adanya suatu pengertian yang baku mengenai perusahaan, maka untuk lebih jelasnya pengertian perusahaan itu, beberapa sarjana memberikan pengertian perusahaan sebagai berikut :

1. Molengraaf berpendapat, perusahaan adalah keselutuhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan.4

2. Polak mengemukakan bahwa , baru ada perusahaan bila diperlukan adanya perhitungan-perhitungan tentang laba rugi yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan.5

3. Sudargo Gautama, sepertu telah dikutip article 1618 Code Civil, the maatschap as a contrak where by two or more persons agree to contribute

something together, to carry on a business together, in order to share in

the profits accruing from the common effort.6

Dari ketiga rumusan perusahaan diatas, dapat diuraikan bahwa perusahaan terdiri dari beberapa unsur-unsur yaitu :

a. Badan Usaha

Yaitu bentuk hukum yang menunjukkan legalitas perusahaan sebagai badan usaha yang menjalankan kegiatan ekonomi. Bentuk hukum itu secara formal termuat dalam akta pendirian, atau surat izin usaha. b. Kegiatan dalam bidang ekonomi

4

Sentosa, Sembiring, Hukum Dagang, PT. Citra Adytia Bakti, Bandung, 2001, hal 6. 5

Ibid 6

(11)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan kesusilaan, dan tidak dilakukan dengan cara melawan hukum.

c. Terus menerus

Kegiatan dalam bidang ekonomi itu dilakukan secara terus menerus artinya tidak terputus-putus dan tidak bersifat insidentil, bersifat tetap untuk jangka lama. Kegiatan tersebut dijalankan untuk jangka waktu yang ditetapkan dalam akta pendirian atau surat izin usaha.

d. Terang-terangan

Kegiatan perusahaan itu harus diketahui dan ditujukan kepada umum, diakui dan dibenarkan oleh undang-undang dan bebas berhubungan dengan pihak lain. Bentuk terang-terangan ini dapat dilihat dari akta pendirian perusahaan, surat izin usaha, surat izin tempat usaha dan akta pendaftaran perusahaan.

e. Keuntungan dan atau laba

Kegiatan perusahaan itu bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan atau laba. Namun harus sesuai berdasarkan legalitas dan ketentuan undang-undang.

f. Pembukuan

Dari hasil usaha suatu perusahaan harus dibukukan dalam suatu pembukuan umtuk dapat mengetahui keuntungan dan atau laba. Dan disamping itu pembukuan berfungsi sebagai dasar perhitungan pajak perusahaan dan juga alat bukti pendukung.

(12)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Dilihat dari status kepemilikan modal perusahaan, maka perusahaan diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu7

Perusahaan negara yang atau lazim disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk yaitu

:

a. Perusahaan Negara b. Perusahaan Swasta Ad. 1. Perusahaan Negara

Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960, yang dimaksud dengan Perusahaan Negara ialah semua perusahaan dalam bentuk apapun yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan negara Republik Indonesia, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang. Perusahaan Negara saat ini disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), istilah tersebut digunakan setelah keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983.

8

1. Perusahaan Jawatan (Perjan)

:

Perusahaan jawatan adalah perusahaan milik negara yang seluruh modalnya berasal dari anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang bertujuan lebih mengutamakan pelayanan umum dari pada kepentingan komersil. Perusahaan jawatan ini dibentuk berdasarkan Indonesische Bedrijvenwet (IBW) Stb. 1927-419 dengan perubahannya,

dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1969.

7

Ibid, hal 83 8

(13)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

2. Perusahaan Umum( Perum)

Perusahaan Umum adalah perusahaan milik negara yang modalnya berasal dari harta kekayaan negara yang disisihkan, yang bertujuan lebih mengutamakan mewujudkan kesejahteraan umum daripada kepentingan komersial semata. Artinya sekalipun juga mencari keuntungan, tetapi hal itu diperuntukkan bagi kesejahteraan umum. Perusahaan umum ini dibentuk beradasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1960. khusus pengelolaan modal perusahaan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965.

3. Perusahaan Perseroan ( Persero)

Perusahaan Perseroan adalah perusahaan milik negara yang berbentuk perseroan terbatas dan sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh negara serta bertujuan untuk mencari keuntungan, tetapi tetap memperhatikan pelayanan umum. Karena persero ini adalah perseroan terbatas, maka semua ketentuan tentang perseroan terbatas yang terdapat dalam KUHD diberlakukan terhadap persero. Begitu pula halnya dengan semua aturan dan asas hukum perdata, berlaku terhadap persero. Namun demikian, karena persero ini adalah milik negara (BUMN) maka pengelolaannya sangat tergantung pada kebijaksanaan pemerintah.

Ad. 2. Perusahaan Swasta

(14)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Perusahaan swasta adalah perusahaan yang modalnya dimiliki oleh pihak swasta dan bertujuan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kepentingan itu sendiri.

Adapun bentuk-bentuk perusahaan swasta itu adalah Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Comanditer (CV), Persekutuan Firma (Fa), Koperasi, Usaha Dagang (UD). Bentuk-bentuk perusahaan ini dapat diketahui dari anggaran dasar perusahaan yang disusun oleh pengusaha dan dituangkan dalam akte notaris yang lazim disebut Akte Pendirian Perusahaan. Ini akta pendirian perusahaan ini memuat Identitas perusahaan, alat perlengkapan, keanggotaan dasar dan tujuan perusahaan, hubungan hukum perusahaan. Akta ini tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Suatu perusahaan dapat pula tanpa akta pendirian perusahaan. Namun hal ini hanya berlaku bagi perusahaan perseorangan dan minimal harus ada identitas perusahaan yang menunjukkan bentuk hukumnya, misalnya surat izin usaha, surat tanda pendaftaran perusahaan.

3. TELKOM Sebagai Perusahaan Negara

(15)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

128 tanggal 24 September 1991 sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan akta Nomor 111 tanggal 26 Februari 1993 yang telah disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor C2-6870.HT.01.01 tahun 1991 tamggal 19 November 1991 dan telah diumumkan dalam Berita Negara RI Tahun 1992, tambahan berita negara RI Nomor 5.

PT. TELKOM adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan telekomunikasi untuk umum dalam negeri. Pada awalnya bernama Post en Telegraafdienst sebuah perusahaan swasta yang menyelenggarakan jasa-jasa pos dan telekomunikasi yang didirikan dengan Staatdblad pada No. 52 tahun 1884.. penyelenggaraan telekomunikasi swasta ini berlangsung sampai tahun 1906 dan sejak itu diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan Stb N0. 395 Tahun 1906 dan diubah menjadi Post Telegraaf en Telefoondienst dan semenjak itu disebut dengan PTT-Dienst. PTT Dienst pada

(16)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Lapangan usaha PN. Pos dan Telekomunikasi ternyata berkembang pesat, maka pada tahun 1965 pemerintah mengadakan peninjauan kembali. Hasilnya berdasarkan SK Menteri Perhubungan No 129/ 1970 PN : Telekomunikasi berubah menjadi Perusahaan Umum telekomunikasi yang disingkat menjadi Perumtel. Keberadaan Perumtel dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No 93 Tahun 1974 yang menetapkan sebagai pengelolaan telekomunikasi umum dalam dan luar negeri.

Namun pada saat itu hubungan telekomunikasi luar negeri juga diselenggarakan oleh PT. Indosat (Indonesia Satelite Corporation) yang pada saat itu berstatus perusahaan asing bagian dari American Cable dan Radio Corporation, sebuah perusahaan di negara bagian Delaware, AS. Pada akhir tahun

1980, pemerintah mengambil kebijaksanaan dengan membeli seluruh saham PT. Indosat, dan kemudian diubah statusnya menjadi suatu BUMN berbentuk Persero. Pernyataan modal negara Republik Indonesia dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No 52 Tahun 1980.

(17)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Sehubungan dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum dan Persero, diterbitkan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 1984 tentang Perumtel sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 1970 jo Peraturan Pemerintah No 54 Tahun 1980.

Satu hal yang juga sangat mengembirakan dalam sejarah perundang-undangan ini adalah ditetapkannya undang-undang No 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, yang memberikan angin segar dalam pengembangan dan pembangunan pertelekomunikasian di Indonesia. Yang saat ini telah diubah menjadi Undang-Undang No. 36 Tahun 1999

Mengingat perkembangan yang begitu pesat ditambah dengan pola manajemen yang lebih terbuka, pemerintah melalui PP No 25 Tahun 1991 tanggal 1 Mei 1991 menetapkan pengalihan bentuk perusahaan umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan. Peralihan bentuk perusahaan tersebut ditandai dengan penandatanganan Akta Pendirian Perusahaan Persero (Persero PT. Telekomunikasi Indonesia) oleh Notaris Imas fatimah SH bersama-sama dengan Menparpostel Soesilo Soedarman yang bertindak selaku kuasa dari Menteri Keuangan sebagai pemegang saham, hari Selasa tanggal 24 September 1991 jam 06.30 WIB di Depparpostel, Jl Kebon Sirih 36 Jakarta Pusat.

4. Penyelenggara Warung TELKOM sebagai Perusahaan Swasta

(18)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi telah disebutkan bahwa penyelenggaraan telekomunikasi dilakukan oleh Penyelenggara Telekomunikasi, selain dapat dilakukan oleh BUMN, juga dapat dilakukan badan lain dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi atas kerjasama dengan badan penyelenggara atau BUMN.

Warung TELKOM adalah Outlet TELKOM yang pengelolaannya diserahkan kepada suatu Badan Usaha lain sebagai pengelola berdasarkan perjanjian kerjasama. Badan Usaha dimaksud terdiri dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Swasta, Koperasi, ataupun Perorangan. Badan Usaha dimaksud harus berkedudukan dikota atau daerah hukum sesuai alamat Warung TELKOM tersebut berada. Pengelolaan dilakukan dengan cara memberikan hak berupa penggunaan dan pemanfaatan element brand Warung TELKOM dalam penjualan jasa telekomunikasi

Tata cara pengelolaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan antara lain : Sambungan telekomunikasi hanya menggunakan jaringan akses TELKOM; Produk dan pelayanan yang dijual hanya prodk dan pelayanan TELKOM; Menggunakan identitas element brand TELKOM sesuai dengan House style Warung TELKOM berpedoman pada ketetentuan yang berlaku; Kualitas pelayanan harus memenuhi standar yang digunakan TELKOM. Lingkup kerjasama meliputi penjualan pruduk jasa dan pelayanan TELKOM, penggunaan dan pemanfaatan element-element brand warung TELKOM dan pembinaan manajemen operasional.

(19)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Untuk memperoleh suatu kebenaran haruslah didukung oleh dalil-dalil, fakta-fakta atau data-data yang empiris yang diperoleh dari suatu karya ilmiah.

Maka untuk memperoleh fakta-fakta atau data-data dalam menyusun skripsi ini, penulis melakukan dua metode yaitu :

1. Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan sekaligus mentransfer data-data yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang ada yang berasal dari buku-buku, perundang-undangan, media cetak, artikel-artikel, dll.

2. Field Research (penelitian lapangan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengolah data-data tertulis yang diperoleh seperti peraturan-peraturan dan melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan permasalahan yang ada.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan materi skripsi ini terdiri atas beberapa bab, yang mana dibagi lagi kedalam beberapa sub bab guna mempermudah dalam memahami isi tulisan. Adapun sistematika dari skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(20)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. TELKOM DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM SEBAGAI SALAH SATU JENIS PERJANJIAN DALAM KUHPERDATA

Di dalam bab ini akan terlebih dahulu dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan yang berlaku pada perjanjian pada umumnya seperti syarat sahnya perjanjian, asas-asas dalam perjanjian, dsb. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai perjanjian kerjasama yaitu yang dilakukan oleh PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM. Misalnya mngenai latar belakang munculnya perjanjian.

BAB III PROSEDUR PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. TELKOM DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM

Di dalam bab ini akan dijelaskan lebih lanjut lagi mengenai perjanjian kerjasama tersebut yaitu bagaimana prosedur untuk mendirikan suatu Warung TELKOM. Dan ketika suatu Perjanjian Kerjasama Penyelenggaraan Warung TELKOM telah dilakukan maka bagaimana pula prosedur pelaksanaan perjanjian tersebut.

BAB IV ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA DAN KELUARNYA PERMEN No.08/Per/M.KOMINF/02/2006 TERHADAP POLA BAGI HASIL ANTARA PT.TELKOM DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM

(21)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

menjadi latar belakang terjadinya perjanjian kerjasama antara PT.TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM, setelah itu bagaimana bentuk perjanjian kerjasamanya, hubungan hukum atau hak dan kewajiban para pihak dan juga bagaimana pola bagi hasil yang dilakukan sebelun dan sesudah PERMEN No.08/Per/M.KOMINF/02/2006 tentang interkoneksi.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir yang mana berisi kesimpulan dari semua yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan juga berisi saran-saran oleh penulis berdasarkan pemikiran penulis untuk kemajuan ilmu pengetahuan kedepannya.

(22)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. TELKOM

DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM SEBAGAI

SALAH SATU JENIS PERJANJIAN DALAM KUHPERDATA

B. Perjanjian Secara Umum

1. Istilah, Pengertian dan Bentuk Perjanjian

Di dalam hukum perdata terdapat beberapa istilah yang sering diganakan atau disamaartikan dengan perjanjian. Ada beberapa istilah yang perlu diklarifikasi yaitu Perikatan, Perhutangan, Persetujuan,Perjanjian, dan Kontrak. Masing-masing istilah tersebut mempunyai penekanan yang berbeda-beda9

9

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Penerbit Cipta Adytia, Bandung, 2001, Hal 1.

.

(23)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Istilah perhutangan sebenarnya dimaksudkan sebagai padanan atau bahkan istilah lain dari perikatan. Akan tetapi karena istilah perhutangan ini berasal dari kata ‘utang’ maka bagaimanapun juga pemakaian istilah perhutangan ini akan berkonotasi bahwa ikatan hukum tersebut merupakan ikatan yang berhubungan dengan pembayaran utang. Artinya salah satu pihak harus memberikan sejumlah uang untuk memenuhi prestasinya. Perhutangan timbul dari perjanjian (overeenkomst) dan undang-undang (wet)

Istilah perjanjian merupakan kesepadanan dari persetujuan yang dalam bahasa Belanda disebut dengan Óvereenkomst atau Agreement dalam bahasa Inggris. Perjanjian memiliki cakupan yang lebih sempit dari istilah perikatan. Jika dengan istilah perikatan dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk perikatan dalam buku III KUHPerdata, jadi termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang. Maka istilah perjanjian hanya dimaksudkan sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja.

Istilah kontrak dalam bahasa Inggris disebut dengan contract. Istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah lama ada, dan bukan merupakan istilah yang asing. Misalnya dalam hukum kita sudah lama dikenal istilah “Kebebasan Berkontrak” bukan Kebebasan Berperjanjian atau Berperikatan atau Berperhutangan10

(24)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

a. Hukum kontrak dimaksudkan sebagai hukum yang mengatur tentang perjanjian tertulis semata. Sehingga orang sering menanyakan ”mana kontraknya?” diartikan bahwa yang ditanyakan adalah kontrak yang tertulis.

b. Hukum kontrak dimaksudkan sebgai hukum yang mengatur tentang perjanjian dalam dunia bisnis semata.

c. Hukum kontrak semata dimaksudkan sebagai hukum yang mengatur tentang perjanjian internasional.

Untuk memberikan suatu pengertian perjanjian, tidaklah semudah menyebutkannya, sama halnya dengan memberikan defenisi hukum. Setiap sarjana tidak mempunyai kesepakatan/kesatuan pendapat karena hal ini tergantung dari sudut mana sarjana tersebut memandang. Dalam hal mengemukakan suatu pendapat atau pandangan tentang suatu masalah seorang ahli hukum akan berpijak dari berbagai sudut yang melatarbelakangi pemikirannya.

Perjanjian merupakan sumber dari perikatan, yang dibuat sengaja atas kehendak para pihak secara sukarela maka segala sesuatu yang telah disepakati, disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana telah dikehendaki oleh mereka.

(25)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

kembali perjanjian yang belum atau tidak sepenuhnya dilaksanakan atau yang telah dilaksanakan secara bertentangan atau tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, dengan atau tidak disertai dengan penggantian berupa bunga, kerugian dan biaya yang telah dikeluarkan oleh kreditor12

Apabila kita melihat pengertian perjanjian diatas maka dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang kepada satu orang atau lebih orang lainnya yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan tersbut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalui ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitor) dal pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditor)

.

Di dalam pasal 1313 Buku III Titel dua KUHPerdata, disebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

13

Prof. Dr. Wiryono Prodjodikoro, S.H memberikan rumusan perjanjian sebagai berikut: Perjanjian adalah suatu hubungan antara dua pihak, dalam

.

Para Sarjana Hukum Perdata pada umumnya berpendapat bahwa defenisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan pasal 1313 diatas adalah tidak lengkap, dan pula terlalu luas. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Defenisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga seperti janji kawin, yang merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Buku III ini, yang diatur dalam Buku III ini kriterianya dapat dinilai secara meteriil, dengan kata lain dengan uang.

12

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hal. 91

13

(26)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melaksanakan janji

tersebut.14

Prof. R. Subekti, S.H mengatakan bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang berjanji kepada orang lain dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Selanjutnya dikemukakan bahwa istilah perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena kedua belah pihak itu bertujuan untuk melakukan sesuatu hal.15

Yahya Harahap S.H berpendapat perjanjian mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan/harta antara uda orang atau lebih yang memberi

kekuatan hak pada satu pihak untuk memperolah prestasi dan sekaligus

mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.16

Abdul Kadir Muhammad, S.H memberikan rumusan bahwa perjanjian adalah suatu perssetujuan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri

untuk melaksanakan sesuatu dalam lapangan harta kekayaan.

17

Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu perjanjian tertulis dan perjanjian tak tertulis (lisan). Perjanjian Tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tertulis. Sedangkan Perjanjian Tak Dari pendapat-pendapat beberapa sarjana tentang perjanjian dapat disimpulkan bahwa perjanjian mengandung pengertian sebagai suatu hubungan hukum yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dimana pihak yang satu mengikatkan diri kepada pihak yang lain dan sebaliknya untuk melakukan sesuatu hal yang telah diperjanjikan dimana para pihak dapat menuntut apabila ada salah satu pihak yang tidak menepati janjinya.

14

Wiryono Prodjodokoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, PT. Bale, Bandung, 1982, Hal. 9. 15

Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1985, Hal. 1.

16

Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, 1986, Hal 6.

17

(27)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak ).

Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan sebagai berikut18

1. Perjanjian yang dibuat di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. Dengan kata lain, jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga maka para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu berkewajiban mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk bahwa keberatan pihak ketiga dimaksud tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan.

:

2. Perjanjian dengan akte notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak. Fungsi kesaaksian nitaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk melegalisir kebenaran tandatangan para pihak. Akan tetapi kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari sisi perjanjian. 3. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akte

notariel. Akte notariel adalah akta yang dibuat dihadapan dan dimuka perjabat yang berwenang untuk itu. Perjabat yang berwenang untuk itu adalah notaris, camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak ketiga.

18

(28)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

2. Jenis-Jenis dan Syarat Sahnya Perjanjian

a. Jenis-Jenis Perjanjian

Di dalam praktek hukum perdata, dikenal beberapa jenis perjanjian. Namun dalam hal ini akan dijelaskan beberapa yang relevan dengan permasalahan ini.

1. Perjanjian positif, suatu perjanjian disebutkan positif apabila pelaksanaan prestasi yang dimaksudkan dalam isi perjanjian merupakan tindakan positif, baik yang berupa memberi/menyerahkan sesuatu barang atau melakukan sesuatu perbuatan.19

2. Perjanjian negatif, suatu perjanjian yang apabila prestasi yang menjadi maksud perjanjian merupakan sesuatu tindakan negatif yaitu tidak melakukan sesuatu.20

3. Perjanjian terus menerus, yaitu perjanjian dimana kewajiban pemenuhan dan pelaksanaan prestasi berlangsung dalam jangka waktu yang lama.21 4. Perjanjian Bernama (Benoemd), perjanjian khusus adalah perjanjian yang

mempunyai nama sendiri. Maksudnya ialah bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari.22

5. Perjanjian Tidak Bernama (onbenoemde), diluar perjanjian bernama, tumbuh pula perjanjian tidak bernama yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan

(29)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

pihak yang mengadakanya. Seperti perjanjian kerjasama, perjanjian pemasaran, perjanjian pengelolaan.23

6. Perjanjian Timbal Balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak.24

7. Perjanjian Bersyarat, suatu perjanjian adalah bersyarat apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatalkan perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.25 8. Perjanjian Dengan Ketetapan Waktu, lain halnya dengan pserjanjian yang

bersyarat dimana suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan lahirnya suatu perjanjian, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya, ataupun menentukan lama waktu berlakunya suatu perjanjian26

9. Perjanjian Dengan Ancaman Hukuman, yaitu perjanjian di mana ditentukan bahwa untuk jaminan pelaksanaan perjanjian, debitur diwajibkan untuk melaksanakan sesuatu apabila perjanjiannya tidak dipenuhi

.

27

10.Perjanjian yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi,. Suatu perikatan daikatakan dapat atau tidak dapat dibagi adalah sekedar prestasinya dapat dibagi menurut imbangan, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakkekat prestasi itu. Soalnya dapat atau tidak dibaginya prestasi itu terbawa oleh sifat barang yang tersangkut di dalamnya, tetapi juga dapat disimpulkan dari maksudnya perikatan itu

.

28 .

b. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian

(30)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Pada umunya suatu perjanjian dikatakan sah apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 KUHPerdata. Syarat-syarat tersebut antara lain:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, 3. Suatu hal tertentu,

4. Suatu sebab yang halal.

Ad.1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

Syarat pertama sahnya perjanjian adalah kesepakatan para pihak. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Dimana yang sesuai itu adalah pernyataanya, karena kehendak itu dapat dilihat/diketahui orang lain. Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan29

1. bahasa yang sempurna dan tertulis,

:

2. bahasa yang sempurna secara lisan,

3. bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan. Karena dalam kenyataanya seringkali seseorang menyampaikan dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lawannya.

4. bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya,

5. diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan.

Pada dasarnya cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak adalah dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para

29

(31)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna dikala timbul sengketa di kemudian hari.

Dalam ketentuan pasal 1321 KUHPerdata diaktakan bahwa “tidak ada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan”. Jadi apabila kata sepakat diperoleh dengan kekhilafan, atau paksaan, atau penipuan maka dapat mengakibatkan batalnya perjanjian.

Akibat perkembangan zaman dan juga teknologi, perjanjian antara para pihak tidak lagi dilakukan secara langsung bertatap muka, namun sudah banyak cara yang muncul seperti melalui surat ataupun melalui internet. Sehingga selalu dipertanyakan kapan terjadinya kata sepakat dalam suatu perjanjian. Mengenai hal tersebut ada beberapa teori yaitu30

1. Teori kehendak (wilstheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak pihak penerima dinyatakan, misalkan dengan menulis surat.

:

2. Teori pengiriman (verzendtheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh yang menerima tawaran.

3. Teori pengetahuan (vernemingstheorie) mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima. 4. Teori kepercayaan (vertrouwenstheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan

itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima yang menawarkan.

Ad.2. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

30

(32)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Kecakapan bertindak merupakan kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Orang-orang yang mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum. Sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa artinya sudah mencapai umur 21 tahun dan atau sudah kawin. Sedangkan orang yang tidak cakap membuat perjanjian menurut pasal 1330 KUHPerdata adalah :

1. orang yang belum dewasa ;

2. mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;

3. orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

Menurut ketentuan pasal 330 KUHPerdata, belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin dan juga yang sudah kawin tetapi kemudian bercerai meskipun belum genap umur 21 tahun. Namun dengan keluarnya UU No. 1/1974 Tentang Perkawinan, maka ketentuan dewasa diubah sehingga menjadi 18 tahun (atau sudah pernah kawin). Dengan demikian , umur dewasa 21 tahun sebagimana ditentukan oleh KUHPerdata sudah tidak berlaku lagi. Hal ini juga telah dikuatkan oleh Mahkamah Agung dalam putusannya No.477 K/Sip/1976, tanggal 13 Oktober 1976.

(33)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

boros. Mereka akan tetap dibawah pengampuan sungguhpun kadang-kadang mereka dapat bertindak seperti orang yang cakap berbuat.

KUHPerdata memandang bahwa seorang wanita yang telah bersuami tidak cakap untuk mengadakan perjanjian. Namun sejak tahun 1963 dengan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia, kedudukan wanita yang telah bersuami diangkat kederajat yang sama dengan pria, untuk mengadakan perbuatan hukum dan mengahdap di depan pengadilan, ia tidak memerlukan bantuan lagi dari suaminya. Dengan demikian maka sub 3 dari pasal 1330 KUHPerdata sekarang sudah merupakan kata-kata hampa.

Ad.3. Suatu hal tertentu

Yang dimaksud dengan perihal tertentu tidak lain adalah perihal yang merupakan objek dari suatu perjanjian. Suatu perjanjian haruslah mempunyai objek tertentu, sekurang-kurangnya dapat ditentukan bahwa objek tertentu itu dapat berupa benda yang sekarang ada dan nanti akan ada.

Ad.4. Suatu sebab yang halal

(34)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

ada suatu sebab yang halal, atau pun jika ada suatu sebab lain dari pada yang dinyatakan, perjanjiannya namun demikian adalah sah” dan “ Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Menurut Yurisprudensi yang ditafsirkan dengan kausa adalah isi atau maksuddari perjanjian. Melalui syarat sebab, di dalam praktek maka ia merupakan upaya untuk menempatkan perjanjian dibawah pengawasan hakim.

Di dalam perkembangan doktrin ilmu hukum keempat syarat yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata tersebut digolongkan kepada dua jenis yaitu :

1. dua syarat pertama digolongkan kepada syarat subyektif ; 2. dan dua syarat berikutnya digolongkan kepada syarat obyektif.

Suatu perjanjian yang cacat subyektif akibat hukumnya dapat dibatalkan sedangkan perjanjian yang cacat obyektif batal demi hukum.

3. Asas-Asas Hukum Dalam Perjanjian

Dalam rangka menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang mengikat para pihak, oleh KUHPerdata diberikan berbagai asas umum, yang merupakan pedoman atau patokan, serta menjadi batas atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang berlaku bagi para pihak, yang dapat dipaksakan pelaksanaan atau pemenuhannya.

(35)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

mengenai pengertian tersebut yaitu sebagai berikut “Pengertian asas hukum atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum yang konkrit, melainkan merupakan pemikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat dikemukakan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut”31

Adapun asas-asas yang berlaku dalam lapangan hukum perjanjian adalah sebagai berikut

.

32

Asas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak yang membuat persetujuan harus menaati hukum yang bersifat memaksa tersebut. Asas kebebasan berkontrak ini merupakan konsekuensi dari dianutnya sistem terbuka dalam hukum perjanjian yang sifatnya sebagai hukum pelengkap. Hal ini berarti bahwa masyarakat atau para pihak

:

a. Asas kebebasan berkontrak

Yang dimaksud dengan asas kebebasan berkontrak adalah bahwa para pihak bebas mengadakan perjanjian menurut kehendaknya sendiri, baik terhadap perjanjian yang sudah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum ada pengaturannya. Dengan asas ini, sering disebut bahwa hukum perjanjian menganut sistem terbuka sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yaitu “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan menekan kata “semua”, Pasal tersebut seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja, dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-undang.

31

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1986, hal 33.

32

(36)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

selain bebas membuat perjanjian apapun, mereka pada umumnya juga diperbolehkan untuk mengenyampingkan atau tidak mempergunakan peraturan-peraturan yang terdapat dalam Buku III KUHPerdata. Oleh karena itu bahwa para pihak dapat membuat peraturan-peraturan yang berlaku diantara mereka. Undang-undang hanya melengkapi saja apabila ada hal-hal yang belum diatur diantara mereka. Dengan demikian tepatlah jika hukum perjanjian sebagai hukum pelengkap, sehingga dapat dipergunakan untuk melengkapi perjanjian-perjanjian yang memang tidak lengkap.

b. Asas kesepakatan (konsensuil)

Maksud dari asas ini adalah bahwa untuk lahirnya suatu perjanjian cukup dengan dicapainya kata sepakat mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut, maka pada saat itu pula perjanjian sudah sah atau lahir dan mempunyai kekuatan mengikat tanpa harus diikuti oleh perbuatan hukum lain kecuali perjanjian yang bersifat formal. Asas konsensuil ini merupakan asas yang universal yang terdapat dalam KUHPerdata, khususnya dalam hukum perikatan. Dalam KUHPerdata asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 yang menentukan bahwa salah satu menentukan syarat sahnya perjanjian adalah kata sepakat. Karena dalam Pasal tersebut tidak disebutkan suatu formalitas tertentu disamping kesepakatan yang tercapai itu sudah sah atau mengikat apabila sudah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal pokok dari perjanjian itu. Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan berkontrak.

c. Asas Kepercayaan

(37)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

diantara kedua pihak itu, bahwa satu sama lainnya akan memegang janjinya untuk memenuhi prestasinya dikemudian hari sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat atau mereka capai dalam perjanjian. Tanpa adanya kepercayaan itu, maka perjanjian itu tidak dapat terwujud atau tidak mungkin diadakan oleh para pihak. Dengan adanya kepercayaan maka para pihak setuju untuk mengikatkan dirinya yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang pada dasarnya mempunyai kekuatan hukum sebagai undang-undang.

d. Asas kekuatan mengikat (Pacta Sunt Servanda)

Asas kekuatan mengikat atau sering disebut asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang menegaskan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Konsekuensi dari asas ini adalah bahwa sejak dipenuhinya syarat sahnya perjanjian, maka sejak saat itu pula perjanjian itu mengikat bagi para pihak. Mengikat sebagai undang-undang berarti pelanggaran terhadap perjanjian tersebut berakibat hukum sama dengan melanggar undang-undang. Mengikat artinya masing-masing pihak dalam perjanjian tersebut harus menghormati dan melaksanakan isi perjanjian, serta tidak boleh melakukan yang bertentangan dengan isi perjanjian.

e. Asas Persamaan Hukum

(38)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lainnya sebagai manusia ciptaan Tuhan.

f. Asas Keseimbangan

Asas ini menghendaki kedua pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu. Asas keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Disini dapat dilihat bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang.

g. Asas Kepastian Hukum

Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuat perjanjian itu.

h. Asas Moral

(39)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

i. Asas Kepatutan

Asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 KUHPerdata, asas kepatutan ini erat kaitannya dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Kesepakatan yang dituangkan dalam isi perjanjian menurut asas kepatutan ini harus melahirkan rasa keadilan baik kepada pihak yang mengadakan perjanjian maupun terhadap rasa keadilan dalam masyarakat.

4. Berakhirnya Suatu Perjanjian

Pasal 1381 KUH Perdata mengatur cara-cara hapus atau berakhirnya perjanjian, antara lain33

a. Karena pembayaran :

Mengenai hapusnya perikatan karena pembayaran diatur dalam Pasal 1382 sampai dengan Pasal 1403 KUHPerdata. Yang dimaksud oleh undang-undang dengan perkataan “pembayaran” adalah pelaksanaan atau pemenuhan perjanjian secara sukarela, artinya tidak ada paksaan atau eksekusi. Alat pembayaran dapat diserahkan berupa uang dan barang.

Pembayaran merupakan pelaksanaan perjanjian dalam arti yang sebenarnya, yaitu bahwa dengan pembayaran ini tercapailah tujuan perjanjian secara yang tergambar dalam alam pikiran kedua dalam pihak pada waktu membentuk persetujuan.34

Waktu pembayaran yaitu tergantung pada apa yang telah ditetapkan dalam perjanjian, kalau tidak ditentukan maka pembayaran harus dilakukan segera

33

Ibid, hal 116 34

(40)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

setelah perjanjian terjadi. Mengenai pembayaran yang dilakukan secara berkala (periodik), misalnya sewa rumah, cicilan atau angsuran, oleh undang-undang diberikan suatu keringanan bagi debitur dalam membuktikan debitur sudah membayar cicilan-cicilannya, yaitu dengan menunjukkan adanya tiga surat pembayaran (kuitansi), dari mana terbukti bahwa telah terjadi pembayaran cicilan tiga kali berturut-turut, menerbitkan suatu persangkutan bahwa cicilan-cicilan yang lebih dahulu telah dibayar lunas.

b. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti penyimpanan atau penitipan (konsinyasi)

Ketentuan tentang pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan barang diatur dalam Pasal 1404 sampai dengan Pasal 1412 KUHPerdata.

Dalam Pasal 1404 KUHPerdata menegaskan bahwa adanya penawaran pembayaran tunai adalah untuk membantu pihak yang berutang apabila si berpiutang menolak menerima pembayaran dengan melakukan penitipan uang atau barang di panitera pengadilan.

(41)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

kreditur. Jika cara-cara yang ditetapkan oleh undang-undang dipenuhi, dengan disimpannya barang tersebut, si debitur telah dibebaskan dari hutangnya. Artinya, ia sudah dianggap membayar secara sah.

c. Karena pembaharuan hutang (Novasi)

Pembaharuan hutang atau novasi diatur dalam Pasal 1413 sampai dengan 1424 KUHPerdata. Pembaharuan hutang adalah suatu perjanjian dengan mana perikatan yang sudah ada dihapuskan atau sekaligus diadakan suatu perikatan baru. Menurut Pasal 1413 KUHPerdata, ada 3 (tiga) macam jalan untuk melakukan suatu pembaharuan hutang atau novasi, yaitu:

1. Debitur dan kreditur mengadakan perjanjian baru, yang menggantikan perjanjian lama yang dihapuskan karenanya.

2. Apabila terjadi penggantian debitur, dengan demikian debitur lama dibebaskan dari perikatannya.

3. Apabila terjadi penggantian kreditur, dengan demikian kreditur lama dibebaskan dari perikatannya.

d. Karena perjumpaan hutang (Kompensasi)

Menurut Pasal 1425 KUHPerdata, perjumpaan hutang ini adalah akibat dari suatu keadaan bahwa pada suatu ketika seorang A mempunyai utang kepada seorang B. Antara mereka terjadi perjumpaan dengan utang mana antara kedua orang tersebut dihapuskan dengan cara dan dalam hal-hal akan disebutkan atas kekuatan sendiri.

(42)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Untuk terjadinya kompensasi, Pasal 1427 KUHPerdata menentukan bahwa hutang tersebut adalah :

1. Kedua-duanya berpokok sejumlah uang atau sejumlah barang yag dapat dihabiskan atau diganti.

2. Kedua-duanya dapat ditetapkan dan ditagih seketika. e. Karena percampuran hutang

Menurut Pasal 1436 KUHPerdata, pencampuran hutang adalah akibat dari keadaan yaitu bahwa seorang A yang mula-mula adalah debitur dari B kemudian menjadi kreditur dari B. Misalnya B meninggal dunia dan adalah satu-satunya ahli waris, maka dengan sendirinya utang hapus. Percampuran hutang terjadi apabila kedudukan kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum penghapusan hutang piutang tersebut.

f. Karena pembebasan hutang

Pembebasan hutang dibuatnya suatu perjanjian baru dimana kreditur dengan sukarela membebaskan debitur dari segala kewajibannya. Pembebasan hutang ini perlu diterima baik terlebih dahulu oleh debitur, barulah dapat dikatakan bahwa perikatan hutang piutang telah hapus karena pembebasan, sebab ada juga kemungkinan debitur sering tidak suka dibebaskan hutangnya. Menurut Pasal 1439 KUHPerdata pengembalian sepucuk surat tanda piutang asli secara sukarela oleh si kreditur, merupakan suatu bukti tentang pembebasan utang. g. Karena musnahnya barang

(43)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

hilang di luar kesalahan debitur dan sebelum ia lalai menyerahkan barang itu. Bahkan menurut Pasal 1444 KUHPerdata, debitur dapat bebas dari perikatan apabila ia dapat membuktikan bahwa musnah atau hilangnya barang tersebut juga dapat menemui nasib yang sama meskipun sudah berada di tangan kreditur.

h. Karena pembatalan

Perjanjian dibuat oleh orang-orang yang menurut undang-undang tidak cakap untuk bertindak sendiri, juga yang dibuat karena paksaan, kekhilafan atau penipuan ataupun mempunyai sebab yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum, dapat dibatalkan. Pembatalan ini pada umumnya berakibat dikembalikannya keadaan antara kedua belah pihak seperti sebelum perjanjian yang bersangkutan dibuat.

Jangka waktu pengajuan tuntutan itu adalah lima tahun dihitung sejak (vide Pasal 1454 KUHPerdata) :

1. Dalam hal kebelum-dewasaan, yaitu sejak hari kedewasaan. 2. Dalam hal pengampuan, yaitu sejak hari pencabutan pengampuan. 3. Dalam hal paksaan, yaitu sejak hari kapan paksaan itu berhenti.

4. Dalam hal kekhilafan atau penipuan, yaitu sejak hari diketahuinya kekhilafan atau penipuan itu.

5. Dalam hal kebatalan yang tersebut dalam Pasal 1341 KUHPerdata, sejak hari diketahuinya bahwa kesadaran yang diperlukan untuk pembatalan itu ada.

i. Karena berlakunya suatu syarat batal

(44)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

secara menangguhkan lahirnya perikatan sehingga terjadi peristiwa, atau secara membatalkan perikatan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa tersebut. Perikatan dengan syarat batal adalah suatu perikatan yang justru akan berakhir atau dibatalkan apabila peristiwa yang dimaksud terjadi.

Dalam hukum perjanjian pada dasarnya suatu syarat batal selamanya berlaku surut hingga saat lahirnya perjanjian. Menurut Pasal 1265 KUHPerdata, syarat batal adalah syarat yang apabila terpenuhi akan menghentikan dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula seolah-olah tidak pernah terjadi perjanjian. Syarat batal itu mewajibkan debitur untuk mengembalikan apa yang telah diterimanya, apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi.

j. Karena lewat waktu (daluwarsa)

Menurut Pasal 1946 KUHPerdata, daluwarsa atau lewat waktu adalah suatu alat untuk memperoleh suatu untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang.

(45)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Di samping hapusnya perjanjian berdasarkan Pasal 1381 KUHPerdata seperti tersebut di atas, maka ada sebab lain berakhirnya perjanjian yang diatur diluar KUHPerdata, yaitu 35

C. Perjanjian Kerjasama

:

a. Jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian tersebut telah berakhir. b. Adanya persetujuan dari para pihak untuk mengakhiri perjanjian tersebut.

Hal ini berbeda dengan pembatalan perjanjian, oleh karena dalam hal ini tiada suatu sebab yang membatalkan perjanjian tersebut, hanya saja para pihak dengan sukarela sepakat untuk mengakhiri perjanjian yang mereka buat.

c. Ditentukan oleh undang-undang, misalnya perjanjian akan berakhir dengan meninggalnya salah satu pihak peserta perjanjian tersebut.

d. Adanya putusan hakim yang menyatakan pailit.

e. Karena di dalam isi perjanjian ditegaskan hal-hal yang menghapuskan perjanjian tersebut.

1. Pengertian Perjanjian Kerjasama

Seperti telah diterangkan dalam point sebelumnya bahwa ada beberapa jenis perjanjian dimana salah satunya adalah perjanjian tidak bernama (onbenoende overeenkomst) yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam

KUHPerdata tetapi dikenal dalam hukum perdata dan terdapat didalam masyarakat. Misalnya Perjanjian Kerjasama Seperti Perjanjian Kerjasama Antara

35

(46)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM. Di dalam KUHPerdata pasal 1319 dikatakan :

“semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab-bab ini dan bab-bab yang lain.”

Di dalam Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Warung Telekomunikasi, menyebutkan bahwa :

“ Perjanjian Kerjasama adalah kesepakatan untuk menyelenggarakan warung telekomunikasi antara penyelenggara jasa teleponi dasar dengan penyelenggara warung telekomunikasi”. Sedangkan yang dimaksud dengan Penyelenggaraan Jasa Teleponi Dasar adalah penyelenggaraan jasa teleponi yang menggunakan teknologi circuit-switched yaitu telepon, faksimile, teleks, telegraf, dan data.

Di dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan Penyelenggara Jasa Teleponi Dasar yang dalam hal ini PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM, terdapat beberapa ketentuan yang diatur di mana salah satunya adalah pola bagi hasil yang akan di peroleh oleh para pihak. Karena terdapat muatan bagi hasil yang tercantum didalam perjanjian tersebut, perjanjian ini sering juga disebut sebagai perjanjian bagi hasil.

(47)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

kerja sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih menguntungkan negara dan hasilnya dipergunakan untuk kemakmuran rakyat”

Secara umum, tidak ada peraturan yang mengatur dan memberikan defenisi tentang perjanjian bagi hasil yang dapat dipakai secara umum terhadap perjanjian bagi hasil.

2. Latar Belakang Perjanjian Kerjasama

Manusia sebagai mahluk sosial akan melakukan hubungan dengan manusia lain atau mengadakan suatu komunikasi yang akan melahirkan bentuk pergaulan hidup yang meluas baik yang akan dilaksanakan antar tempat yang berbeda ataupun pada bangsa yang berbeda pula. Kemajuan teknologi khususnya dalam bidang informasi menyebabkan secara implisit dunia dirasakan semakin sempit. Jarak yang jauh tidak menjadi alasan untuk mengadakan komunikasi yang baik antar manusia. Para pengusaha, politisi, budayawan, mahasiswa bahkan segala profesi yang ada bahkan sampai rakyat biasa dapat melangsungkan komunikasi dengan rekannya hanya melalui sarana telekomunikasi.

Kemajuan teknologi yang pesat, secara umum bila dilihat dari kacamata dunia usaha pada dasarnya adalah menguntungkan bagi para pemilik modal atau para investor untuk berlomba menanamkan investasi guna membangun berbagai proyek khususnya di bidang pertelekomunikasian, yang mana hasilnya akan dipasarkan kepada para konsumen atau pelanggan telekomunikasi.

(48)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

“ Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.”

Telekomunikasi ini sudah memasyarakat dan selalu menyelimuti kebutuhan manusia disamping kebutuhan lainnya. Kebutuhan akan pemenuhan sarana telekomunikasi semakin meningkat. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar untuk mengetahui kesulitan tersebut.

Pemerintah dalam hal ini Badan Penyelenggara Telekomunikasi membuka dan memanfaatkan peran serta pihak swasta dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi melalui dana, fasilitas, dan tenaga profesional yang dimiliki pemerintah tersebut. Pihak yang diminta peranannya juga akan memperoleh keuntungan lewat hasil kerjasama penyelenggaraan tersebut. Tujuan pemerintah membuka kesempatan kepada badan lain adalah untuk meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat.

(49)

Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008.

USU Repository © 2009

Perjanjian kerjasama tersebut merupakan kesepakatan bersama yang merupakan hasil ciptaan kedua belah pihak, dengan motivasi untuk saling menguntungkan. Secara umum perjanjian di dasari oleh KUHPerdata. Hal ini dapat kita lihat dari asasnya yang dikenal dengan Asas Konsensualisme. Artinya ialah hukum untuk melahirkan perjanjian cukup dengan kata sepakat saja dan bahwa perjanjian itu (dan dengan demikian perikatan yang timbul karenanya) sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus sebagaimana yang dikehendaki oleh para pihak, artinya apa yang mereka kehendaki sama dalam kebalikannya.36

3. Perjanjian Kerjasama Antara PT. TELKOM dengan Penyelenggara

Warung TELKOM menurut KUHPerdata

Demikianlah antara PT.TELKOM dengan penyelenggara Warung TELKOM telah sepakat untuk mengikatkan diri dalam perjanjian kerjasama dalam hal pengelolaan Warung TELKOM, perjanjian mana dibuat untuk saling menguntungkan karena pada dasarnya pendapatan penyelenggara Warung TELKOM merupakan pendapatan PT. TELKOM juga sehingga di butuhkan pola bagi hasil.

Dari penjelasan sebelumya, telah dibahas tentang bentuk dan jenis-jenis perjanjian yang terdapat dalam Hukum Perdata. Apabila dilihat Perjanjian Kerjasama antara TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM merupakan perjanjian tertulis yaitu perjanjian yang dibuat di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. Dengan kata lain, jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga maka para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu berkewajiban

36

Referensi

Dokumen terkait