• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMANFAATAN KREDIT BANK DANAMON

BAGI USAHA KECIL PADA PEDAGANG PASAR BAKTI

KOTA MEDAN

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH:

050903082 SOLEMAN ALI S.

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH

GELAR SARJANA (S-1) ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Soleman Ali S. NIM : 050903082

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul :Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada

Pedagang Pasar Bakti Kota Medan

Medan, Juni 2009

Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Drs. Alwi Hashim Batubara, MSi.

NIP : 131 572 433 NIP : 131 568 391

Prof.Dr. Marlon Sihombing, M.A.

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

NIP : 131 757 010

(3)

DAFTAR ISI

I.5.3. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ... 9

I.5.4. Fungsi dan Manfaat Kredit ... 13

I.5.5 Usaha Kecil ... 16

I.5.6 Karakteristik Usaha Kecil ... 17

I.5.7 Kriteria Usaha Kecil ... 19

I.5.8 Konsentrasi Usaha Kecil ... 20

I.6. Defenisi Konsep ... 21

I.7. Defenisi Operasional... 23

I.7. Sistematika Penulisan ... 24

BAB II METODE PENELITIAN ... 25

II.1. Bentuk Penelitian... 25

II.2. Lokasi Penelitian ... 25

III.2. Kondisi Perdagangan Sektor Formal di Kota Medan ... 29

(4)

III.4. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi ... 32

III.5. Susunan Organisasi ... 33

III.6. Tugas dan Wewenang Badan Pengawas ... 36

III.7. Tugas dan Wewenang Direksi ... 37

III.8. Gambaran Umum Pasar Bakti Kota Medan ... 38

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 39

IV.1. Kriteria Informan Penelitian ... 39

IV.2. Hasil Wawancara ... 40

BAB V ANALISA DATA ... 70

V.1 Pelaksanaan Pemberian Kredit Bagi Usaha Kecil... 70

V.2. Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan ... 72

V.3. Hambatan Dalam Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil ... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN ... 77

VI.1. Kesimpulan ... 77

VI.2. Saran-Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(5)

ABSTRAKSI

ANALISIS PEMANFAATAN KREDIT BANK DANAMON BAGI USAHA KECIL PADA PEDAGANG PASAR BAKTI KOTA MEDAN

NAMA : Soleman Ali S. NIM : 050903082

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Alwi Hashim Batubara, MSi.

Masalah utama bagi sebagian besar pengusaha kecil adalah pemenuhan modal awal untuk memulai siklus kegiatan ekonomi. Karenanya pelayanan permodalan berupa kredit perlu diberikan dalam jangka waktu tertentu. Pemberian kredit bersifat sementara dengan tujuan peningkatan produksi yang diikuti dengan peningkatan pemasaran dan penciptaan surplus untuk menjadi tabungan sebagai awal dari pembentukan modal secara mandiri. Pelayanan permodalan pada intinya harus menciptakan surplus usaha dan dikelola secara tertib dan terbuka

Bank Danamon sebagai Bank yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, memiliki komitmen untuk menjadi Bank pilihan yang juga mampu memberikan kontribusi positif bagi nasabah khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Melalui program Danamon Simpan Pinjam (DSP) juga membidik kredit pada sektor usaha berskala mikro dan kecil. Dengan melihat pentingnya kredit bagi pedagang pasar maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah. Dan berdasarkan pertimbangan di atas penulis memilih judul “Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan”.1

1

Kata Kunci (Key Word): Kredit Bank, Usaha Kecil dan Pedagang Pasar

Penelitian dilakukan di Perusahaan Daerah Pasar Bakti Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu pasar yang sebagian besar pedagangnya banyak memanfaatkan fasisilitas kredit dari Bank Danamon. Dalam melakukan penelitian di lapangan metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui manfaat dari dana kredit Bank Danamon yang telah diterima oleh Pedagang Pasar Bakti Kota Medan dan untuk mengetahui hambatan-hambatan dari pedagang Pasar Bakti dalam pemanfaatan dana kredit Bank Danamon.

(6)

ABSTRAKSI

ANALISIS PEMANFAATAN KREDIT BANK DANAMON BAGI USAHA KECIL PADA PEDAGANG PASAR BAKTI KOTA MEDAN

NAMA : Soleman Ali S. NIM : 050903082

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Alwi Hashim Batubara, MSi.

Masalah utama bagi sebagian besar pengusaha kecil adalah pemenuhan modal awal untuk memulai siklus kegiatan ekonomi. Karenanya pelayanan permodalan berupa kredit perlu diberikan dalam jangka waktu tertentu. Pemberian kredit bersifat sementara dengan tujuan peningkatan produksi yang diikuti dengan peningkatan pemasaran dan penciptaan surplus untuk menjadi tabungan sebagai awal dari pembentukan modal secara mandiri. Pelayanan permodalan pada intinya harus menciptakan surplus usaha dan dikelola secara tertib dan terbuka

Bank Danamon sebagai Bank yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, memiliki komitmen untuk menjadi Bank pilihan yang juga mampu memberikan kontribusi positif bagi nasabah khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Melalui program Danamon Simpan Pinjam (DSP) juga membidik kredit pada sektor usaha berskala mikro dan kecil. Dengan melihat pentingnya kredit bagi pedagang pasar maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah. Dan berdasarkan pertimbangan di atas penulis memilih judul “Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan”.1

1

Kata Kunci (Key Word): Kredit Bank, Usaha Kecil dan Pedagang Pasar

Penelitian dilakukan di Perusahaan Daerah Pasar Bakti Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu pasar yang sebagian besar pedagangnya banyak memanfaatkan fasisilitas kredit dari Bank Danamon. Dalam melakukan penelitian di lapangan metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui manfaat dari dana kredit Bank Danamon yang telah diterima oleh Pedagang Pasar Bakti Kota Medan dan untuk mengetahui hambatan-hambatan dari pedagang Pasar Bakti dalam pemanfaatan dana kredit Bank Danamon.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Arah yang dituju dalam pengembangan usaha kecil adalah meningkatnya

produktivitas, daya saing dan skala usaha perusahaan kecil. Kebijaksanaan pengembangan

usaha kecil perlu didasarkan pada kepudulian untuk membina dan memberdayakan usaha

kecil. Kebijakan ini bertumpu pada beberapa langkah terutama langkah-langkah yang

berkaitan dengan upaya penguatan manajemen dan permodalan (Tangkilisan, 2003:103).

Masalah utama bagi sebagian besar pengusaha kecil adalah pemenuhan modal awal

untuk memulai siklus kegiatan ekonomi. Karenanya pelayanan permodalan berupa kredit

tersebut perlu diberikan dalam jangka waktu tertentu. Pemberian kredit bersifat sementara

dengan tujuan peningkatan produksi yang diikuti dengan peningkatan pemasaran dan

penciptaan surplus untuk menjadi tabungan sebagai awal dari pembentukan modal secara

mandiri (Arifin dan Rachbini, 2001).

Pelayanan permodalan pada intinya harus menciptakan surplus usaha dan dikelola

secara tertib dan terbuka. Acuannya adalah prinsip-prinsip: acceptable, dengan pengelolaan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan: profitable, memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis;

sustainable, hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat sendiri dan replicable, pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dilakukan dan dikembangkan oleh masyarakat dalam

(8)

Dalam pelayanan permodalan tersebut diperlukan lembaga keuangan yang ideal

dalam arti mempunyai ciri sosial dengan dasar kebersamaan dan ciri ekonomi dengan

menerapkan prinsip ekonomi berupa prosedur dan kriteria perbankan. Kebersamaan diawali

dengan saling mengenal , saling membantu dan menerapkan perhitungan ekonomi. Prinsip

ekonomi mengandung empat unsur, yaitu unit kegiatannya menguntungkan, pembukuannya

sederhana tetapi dapat dengan mudah digunakan sebagai pemeriksaan dan pengawasan,

pembukuan kegiatannya terpisah dari kegiatan lain dan adanya otonomi dalam pengambilan

keputusan.

Bank Danamon sebagai Bank yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, memiliki

komitmen untuk menjadi Bank pilihan yang juga mampu memberikan kontribusi positif

bagi nasabah khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Melalui program Danamon

Simpan Pinjam (DSP) juga membidik kredit pada sektor usaha berskala mikro dan kecil.

DSP adalah sebuah divisi yang dikembangkan oleh Bank Danamon secara khusus untuk

melayani dan membantu mengembangkan usaha berskala mikro dan kecil. Semua produk,

proses, kantor cabang dan layanan di DSP dirancang dan dikembangkan secara khusus

hanya untuk memenuhi kebutuhan pengusaha mikro dan kecil.

Berdasarkan data bersumber dari Biro Pusat Statistik dan Bank Dunia, di Indonesia

ada sekitar 19,5 juta usaha berskala mikro dan kecil di seluruh Indonesia. 60% adalah

pedagang yang berusaha di ribuan pasar tradisional di seluruh Indonesia. Pada bulan

November 2003, Bank Danamon melakukan penelitian pasar. Dalam penelitian ini kami

mewawancara 1000 pengusaha mikro dan kecil di 8 kota besar. Melalui penelitian ini

diketahui bahwa 94% dari responden membutuhkan pinjaman, namun hanya 36% (yaitu

(9)

borrow), yang meminjam dari BRI dan bank komersial lainnya. Hanya 5% yang meminjam dari BPR (8% dari 60% - currently borrow). Sisanya meminjam dari teman, keluarga, rentenir, dan koperasi.

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Bank Danamon, responden mengatakan

bahwa persyaratan dan proses untuk meminjam uang di bank terlalu rumit, proses terlalu

lama dan lokasi bank terlalu jauh dari tempat usaha, dan mereka tidak mempunyai waktu

untuk datang ke bank karena harus menunggu toko/kios-nya. Sebagian besar mengatakan

bahwa bank "menakutkan" dan bukan untuk mereka. Mereka membutuhkan layanan dan

persyaratan yang sederhana, proses yang mudah dan cepat, kenyamanan bertransaksi dan

kalau bisa transaksi dapat dilakukan di tempat mereka (http://www.danamon.co.id/

content_a.php?idCon=383&lng=1&mm=7&bn=39).

Dari riset ini, pihak Bank Danamon berkesimpulan bahwa kebijakan, produk dan

proses yang berlaku di Bank Danamon saat itu memang tidak dirancang untuk melayani

nasabah seperti ini. Oleh karena itulah diputuskan untuk membangun suatu organisasi

khusus untuk melayani mereka. Maka lahirlah Danamon Simpan Pinjam (DSP). DSP

memberikan apa yang nasabah butuhkan, yaitu: 1. Kesederhanaan yaitu persyaratan dan

proses yang sederhana, yang diterjemahkan dalam persyaratan jaminan dan dokumentasi

yang fleksibel dan sederhana; proses transaksi yang sederhana menggunakan cap jempol

(teknologi biometrik). 2. Kecepatan yaitu proses persetujuan kredit dalam 2 hari untuk

kredit dibawah Rp 50 juta dan 3 hari untuk kredit lebih dari Rp 50 juta. 3. Kenyamanan

yaitu lokasi cabang berada dalam komunitas yang dilayani, transaksi dapat dilakukan di

tempat kastemer, layanan jemput uang tunai setiap hari untuk menggalakkan kebiasaan

(10)

perbankan kastemer baik bisnis maupun konsumtif, melalui kelengkapan produk dan

layanan.

Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk Jos Luhukay menyatakan

tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) para pedagang pasar tradisional

cenderung rendah. Atas dasar itu perseroan akan meningkatkan pengucuran kredit melalui

Danamon Simpan Pinjam (DSP) hingga Rp11 triliun pada tahun 2008. Jos menuturkan

perputaran uang di pasar tradisional sangat cepat sehingga tidak menimbulkan kesulitan

bagi para pedagang untuk memenuhi kewajibannya. Hasilnya tingkat NPL selalu rendah

dan terjaga. Atas dasar itu Danamon akan ekspansif dalam mengucurkan kredit kepada para

pedagang pasar tradisional di seluruh Indonesia. Pada tahun ini perseroan menargetkan

kredit hingga Rp11 triliun pada tahun 2008 melalui DSP.

Menurut Jos selama semester I/2008, penyaluran kredit DSP telah mencapai Rp9,5

triliun mencakup 452.000 pedagang di seluruh Indonesia dengan rentang kredit dari Rp2,5

juta hingga Rp500 juta. Suku bunga kredit yang diberikan 1 persen sampai 2,5 persen per

bulan dan perseroan belum melakukan penyesuaian terhadap suku bunga acuan BI Rate.

Untuk menjangkau nasabah lebih banyak, Danamon menargetkan bisa membentuk 1.200

unit pelayanan atau jaringan hingga akhir tahun, yang saat ini baru mencapai 950 unit.

Kontribusi DSP terhadap pendapatan Danamon, lanjut Jos cukup tinggi yaitu 16

persen sampai 20 persen. Hingga akhir tahun pertumbuhan kredit Danamon secara total

ditargetkan mencapai 22 persen (YoY). Bahkan hingga pertengahan tahun pertumbuhan

kredit telah mencapai 32 persen

(11)

Sebagian besar pedagang yang ada di Pasar Bakti Kota Medan juga melakukan

pinjaman kredit dari Bank Danamon yang disebabkan oleh banyak hal seperti yang

dipaparkan di atas. Pada dasarnya, pedagang membutuhkan dana bagi peningkatan stok

barang. Apalagi jika permintaan barang terus meningkat, maka butuh dukungan modal

untuk pengadaan barang. Modal dapat didatangkan dari lembaga keuangan formal, seperti

perbankan. Dengan melihat pentingnya kredit bagi pedagang pasar maka penulis tertarik

melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah. Dan

berdasarkan pertimbangan di atas penulis memilih judul “Analisis Pemanfaatan Kredit

Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan”.

I.2. Perumusan Masalah

Arikunto (1993: 17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana

harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui

arah jalan suatu penelitian.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah di atas, maka

dapat dirumuskan permsalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana

(12)

I.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui manfaat dari dana kredit Bank Danamon yang telah diterima oleh Pedagang Pasar Bakti Kota Medan.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dari pedagang Pasar Bakti dalam pemanfaatan dana kredit Bank Danamon.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Subyektif. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun

berbagai kajian literatur untuk menjadikn suatu wacana baru dalam memperkaya

khazanah kognitif.

2. Secara Praktis. Memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan

terutama bagi pihak Bank Danamon yang telah memberikan pinjaman kredit bagi

usaha kecil/ pedagang pasar agar dapat merencanakan lagi program yang tepat

dalam rangka meningkatkan kinerja produksi usaha kecil/ pedagang pasar dan

memberikan masukan bagi para pedagang pasar khususnya di tempat penelitian ini

dilaksanakan agar dapat lebih memanfaatkan pinjaman kredit dari Bank Danamon

untuk peningkatan keuntungan usaha.

3. Secara Akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik

secara langsung atau tidak bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara

dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali

(13)

I.5. KERANGKA TEORI

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab ia merupakan

pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu, seorang peneliti harus terlebih dahulu

menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut

mana ia menyoroti masalah yang dipilihnya.. Selanjutnya menurut Masri Singarimbun dan

Sofyan Effendi (1989: 37), teori adalah serangkaian asumsi , konsep, konstruksi, definisi

dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar konsep.

I.5.1 Kredit Bank

Istilah kredit berasal dari Bahasa Latin “credere” yang berarti kepercayaan (dalam bahasa Inggris “faith” dan “trust”). Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi kredit, lazimnya bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitur

(nasabah, penerima kredit) mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan

dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar

kembali) kredit yang bersangkutan (D. Gandaprawira 1992:1)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun Tahun 1998 Tentang

Perbankan, menggunakan dua istilah yang berbeda, namun mengandung makna yang sama

untuk pengertian kredit. Penggunaan istilah tersebut tergantung pada kegiatan usaha yang

dijalankan oleh bank, apakah bank dalam menjalankan kegiatan usahanya secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

(14)

usahanya berdasarkan syariah menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah.

Istilah kredit disebutkan pada pasal 1 angka 11 UU No.10/1998 dan istilah

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah disebutkan pada pasal 1 angka 12 UU No.10/1998.

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga. Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan

atau bagi hasil.

Dari rumusan kedua istilah kredit tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk

kontraprestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana (debitur) kepada bank

(kreditur) atas pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada bank konvensional

kontraprestasinya berupa bunga, sedangkan bank syariah kontraprestasinya dapat berupa

imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan bersama. Baik kredit

maupun pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sama-sama menyediakan uang atau

tagihan atas dasar persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak bank dan pihak lain

dengan kewajiban pihak peminjam atau pihak yang dibiayai untuk melunasi utangnya atau

mengembalikannya beserta bunga, imbalan atau bagi hasil dalam tenggang waktu yang

(15)

syariah merupakan perjanjian pinjam-meminjam (uang) yang dilakukan antara bank dan

pihak lain, nasabah peminjam dana.

I.5.2 Unsur-Unsur Kredit

Berdasarka uraian tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam

kredit, yaitu:

1. Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang

diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan

jangka waktu yang diperjanjikan.

2. Waktu, yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan

pelunasannya, di mana jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui

atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana.

3. Prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat

tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank

dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan.

4. Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selam jangka waktu antara

pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian

kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam

dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.

I.5.3. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank

(16)

prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah yang sehat dan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum

memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus melakukan

penilaian yang seksama terhadap pelbagai aspek. Berdasarkan penjelasan pasal 8

Undang-Undang Perbankan yang Diubah, yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit

atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah watak, kemampuan, modal agunan dan

prospek usaha serta nasabah debitur yang kemudian terkenal dengan sebutan “ the five C of credit analysis” atau prinsip 5 C’s.

Pada sasarannya konsep 5 C’s ini akan dapat memberikan informasi mengenai

I’tikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya (Dahlan Siamat 1995:99).

1. Penilaian Watak (Character)

Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk

mengetahui kejujuran dan I’tikad baik calon debitur untuk melunasi atau

mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian

hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan yang telah

terjalin antara bank dan (calon) debitur atau informasi yang diperoleh dari pihak lain

yang megetahui moral, kepribadian dan perilaku calon debitur dalam kehidupan

kesehariannya.

2. Penilaian Kemampuan (Capacity)

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya

(17)

dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam

jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.

Kalau kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan kredit dalam

skala besar. Demikian juga jika trend bisnisnya atau kinerja bisnisnya menurun, maka kredit juga tidak semestinya diberikan. Kecuali jika penurunan itu karena

kekurangan biaya. Sehingga dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat

peluncuran kredit, maka trend atau kinerja bisnisnya tersebut dipastikan akan semaki membaik (Munir Fuady 1996:23).

3. Penilaian Terhadap Modal (Capital)

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh

mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan

permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon

debitur yang bersangkutan.

Dalam praktek sekarang ini bank jarang sekali memberikan kredit untuk

membiayai seluruh dana yang diperlukan nasabah. Nasabah wajib menyediakan

modal sendiri, sedangkan kekurangannya itu dapat dibiayai dengan kredit bank. Jadi

bank fungsinya hanyalah menyedikan tambahan modal, dan biasanya lebih sedikit

dari pokoknya (Gatot Supramono 1995:33-34).

4. Penilaian Terhadap Agunan (Collateral)

Untuk menaggung pembiayaan kredit macet, calon debitur umumnya wajib

menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan

yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan

(18)

dengan maksud jika calon debitur tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan

tambahan tersebut dapat dicairkan guna menutupi pelunasan atau pengembalian

kredit atau pembiayaan yang tersisa.

5. Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah Debitur (Condition of Economy)

Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan luar negeri, baik masa

lalu maupun masa yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dan hasil

proyek atau usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui.

Selain memperhatikan hal-hal di atas, bank harus pula mengetahui mengenai tujuan

penggunaan kredit dan rencana pengembangan kreditnya serta urgensi dari kredit yang

diminta (Edy Putra Tje Aman 1989:15)

Di samping menggunakan prinsip pemberian kredit di atas, bank di dalam

memberikan kredit juga menggunakan prinsip 3 R, yaitu:

1. Returns (Hasil Yang Diperoleh)

Returns, yakni hasil yang diperoleh oleh debitur, dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan dan diatisipasi oleh calon kreditur. Artiya perolehan tersebut

mencukui untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, di

samping membayar keperluan perusahaan yang lain seperti untuk cash flow, kredit lain jika ada dan sebagainya.

2. Repayment (Pembayaran Kembali)

Kemampuan bayar dari pihak debitur tentu saja juga mesti dipertimbangkan.

Dan apakah kemampuan bayar tersebut match dengan schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga hal yang tidak boleh diabaikan.

(19)

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya

kemampuan debitur untuk menanggung resiko. Misalnya dalam hal terjadi hal-hal

di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya

kredit macet. Untuk itu, harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan dan /

asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut

(Munir Fuady 1996:25-27).

I.5.4. Fungsi dan Manfaat Kredit 1.5.4.1 Fungsi Kredit

Adapun fungsi kredit antara lain sebagai berikut :

1) Kredit dapat memajukan arus tukar menukar barang – barang dan jasa.

2) Kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran yang tidak digunakan (idle) dari

golongan masyarakat yang berlebih dananya kepada golongan masyarakat yang

kekurangan dana. Misalnya, bank memiliki produk tabungan dan deposito untuk

menampung simpanan dana dari masyarakat yang berlebih dananya. Dari dana

simpanan tersebut bank menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan

dalam bentuk kredit.

3) Kredit mengeluarkan pilihan alat lalulintas pembayaran yang baru selain uang,

karena seorang debitur dapat menarik dana atau melakukan pembayaran dengan

menggunakan cek , bilyet giro atau perintah pembayaran yang lain.

4) Kredit sebagai pengendali harga, dalam hal andaikata ada perluasan jumlah uang

yang beredar di masyarakat, maka salah satu caranya adalah dengan jalan

(20)

sesuai dengan rumus Fisher Equation yang menyatakan bahwa uag beredar merupakan salah satu faktor yan berpengaruh terhadap harga : MV=PT, dimana

M;Jumlah uang yang beredar, V;kecepatan laju edar, P; tingkat harga, T; jumlah

barang jasa yang diperdagangkan.

5) Kredit dapat meningkatkan potensi ekonomi yang ada di masyarakat sebagai

tambahan modal bagi segala kalangan yang berkecimpung di dalam dunia usaha,

mulai dari petani sampai dengan pengusaha.

1.5.4.2Manfaat Kredit

Manfaat kredit dilihat dari pihak-pihak yang berkepentingan antara lain (Hasibuan:88-90):

1. Manfaat kredit bagi bank, antara lain:

a) Bank memperoleh pendapatan berupa bungan yang diterima dari debitur,

sehingga akan meningkatkan laba bank.

b) Dengan menyalurkan kredit, bank sekaligus dapat memasarkan produk-produk

pelayanan perbankan yang lainnya.

c) Bank memperoleh keuntungan dibidang sumber daya manusia khususnya dalam

dunia kredit perbankan, sehingga dimasa yang akan datang akan memiliki

tenaga – tenaga perkreditan yang berkualitas.

2. Manfaat kredit bagi pemerintah atau negara, antara lain;

a) Kredit bank dapat dipakai sebagai alat untuk mendorong laju perekonomian

nasional.

b) Kredit dapat dijadikan alat pengendali moneter.

(21)

d) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

e) Dapat meningkatkan pendapatan negara malalui pajak dari bunga.

3. Manfaat kredit bagi masyarakat luas, antara lain;

a) Dengan adanya kredit akan meningkatkan perluasan lapangan kerja sehingga

akan mengurangi penganguran.

b) Untuk kelompok masyarakat yang memiliki keahlian dan profesi tertentu dapat

terlibat dalam proses pemberian kredit, misalnya sebagai konsultan kredit dan

lain- lain.

4. Manfaat kredit bagi pedagang, yaitu;

a) Sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan

usahanya, dengan kredit, debitur dapat meningkatkan pengadaan barang

dagangannya.

b) Dengan memperoleh kredit bank, maka secara tidak langsung akan

meningkatkan keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal, sehingga

debitur dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pelayanan fasilitas

perbankan yang lainnya.

c) Bank akan menjaga privasi atau kerahasiaan nasabah.

d) Dalam meningkatkan usahanya, maka jangka waktu kedit dapat disesuaiakan

dengan kebutuhan.

e) Mengurangi tingkat penggunaan kredit rentenir oleh para pedagang pasar.

Di samping manfaat tersebut, kredit perbankan juga mempunyai manfaat bagi

(22)

a) Kepercayaan Bank terhadap Nasabah/ Debitur sehingga Bank selalu

mengutamakan debitur yang mempunyai reputasi yang baik dalam hal

penyediaan modal.

b) Peningkatan dan pengembangan usaha dari pengusaha kecil non formal menjadi

formal.

c) Peningkatan keterampilan /kemampuan manajemen mengelolah usaha dengan

baik

d) Membantu menyediakan lapangan kerja sehingga mengurangi penganguran

e) Meningkatkan pendapatan keluarga sehingga mampu meningkatkan

kesejahteraan keluarga. Dengan demikian yang bersangkutan mampu

menyekolahkan anak-anak sebagai asset utama kelangsungan usaha keluarga.

Masa depan keluarga yang menjadi pasti dalam kelangsungan hidup

bermasyarakat.

f) Ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan lebih khusus sebagai pengusaha

kecil / menengah yang mempertahankan basis ekonomi rakyat.

I.5.5. Usaha Kecil

Berdasarkan UU N0. 20/ 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah yang

dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

(23)

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria

Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Pengertian kecil di dalam usaha kecil bersifat relatif, sehingga perlu ada batasannya,

yang dapat menimbulkan definisi-definisi usaha kecil dari beberapa segi. Menurut M.Tohar

dalam bukunya “Membuka Usaha Kecil” (1999:2) definisi usaha kecil dari berbagai segi

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan Total Aset

Berdasarkan total aset, pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat membuka usaha.

b. Berdasarkan Total Penjualan Bersih Per Tahun

Berdasarkan hal ini pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki hasil total

penjualan bersih per tahun paling banyak Rp 1.000.000.000 ( satu miliar rupiah).

c. Berdasarkan Status Kepemilikan

Dari segi ini, didefinisikan bahwa pengusaha kecil adalah usaha berbentuk

perseorangan, bisa berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang didalamnya termasuk

koperasi.

Jenis usaha yang mempunyai kriteria seperti di atas oleh Bank Indonesia

dikelompokkan sebagai kegiatan usaha yang perlu dibantu dengan kredit usaha kecil atau

apabila telah berjalan bisa di fasilitasi dengan Kredit Modal Kerja.

(24)

Menurut hasil studi Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

menunjukkan bahwa di Indonesia kriteria usaha kecil itu sangat berbeda-beda, tergantung

pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan dengan sektor ini.

Sedangkan di negara-negara lain, kriteria yang ada akhirnya turut menentukan ciri sektor

usaha kecil, yang antara lain ditentukan oleh karyawan yang dimiliki perusahaan yang

bersangkutan (Anoraga, 2002: 225).

Secara umum, sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut (Sudantoko,

2002: 225):

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah

administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di-up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya.

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.

3. Modal terbatas.

4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu

menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

6. Kemampun pemasaran dan negosiasi serta difersifikasi pasar sangat terbatas.

7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasara modal rendah, mengingat

keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar

modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus

(25)

I.5.7. Kriteria Usaha Kecil

Secara umum bentuk usaha kecil adalah usaha kecil yang bersifat perorangan,

persekutuan atau yang berbadan hukum dalam bentuk koperasi yang didirikan untuk

meningkatkan kesejahteraan para anggota, ketika menghadapi kendala usaha.

Dari bentuk usaha kecil tersebut, maka penggolongan usaha kecil di Indonesi adalah

sebagai berikut:

1. Usaha Perorangan.

Merupakan usaha dengan kepemilikan tunggal dari jenis usaha yang dikerjakan,

yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga/pihak lain. maju mundurnya usahanya

tergantung dari kemampuan pengusaha tersebut dalam melayani konsumennya.

harta kekayaan milik pribadi dapat dijadikan modal dalam kegiatan usahanya.

2. Usaha Persekutuan.

Penggolongan usaha kecil yang berbentuk persekutuan merupakan kerja sama dari

pihak-pihak yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerja perusahaan

dalam menjalankan bisnis.

Sedangkan, pada hakekatnya penggolongan usaha kecil, yaitu:

1. Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industri rumahan, industri logam,

dan lain sebagainya.

2. Perusahaan berskala kecil, seperti: toserba, mini market, koperasi, dan sebagainya.

3. Usaha informal, seperti: pedagangan kaki lima yang menjual barang-barang

kebutuhan pokok.

Secara umum, kriteria pengusaha kecil diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-

(26)

(a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta), tidak

termasuk tanah dan bagunan tempat usaha.

(b) Memiliki hasil penjualan tahunan, paling banyak Rp 1 M.

(c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI).

(d) Berdiri sendiri, tidak memiliki anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau berafiliasi.

(e) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha

berbadan hukum dalam bentuk koperasi.

Dalam ayat (4)-nya, berbunyi: "kriteria sebagaimana yang disebutkan dalam huruf (a) dan

(b), nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang

ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah".

I.5.8. Konsentrasi Usaha Kecil

Ada beberapa area ekonomi yang biasanya menjadi konsentrasi usaha kecil, antara

lain:

1. Manufaktur

jumlah usaha kecil manufaktur sangatlah banyak. Kategori ini meliputi perusahaan

percetakan, pabrik, pembuat baja, pabrik peralatan rekreasi, manufaktur pakaian,

perusahan mebel, perusahaan lemari dan perusahaan roti. Bisnis manufaktur

meliputi pengubahan bahan baku menjadi produk yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Oleh karena itu, pemilik harus memahami produksi dan pemasaran dan

(27)

2. Jasa

Sektor jasa merupakan suatu bidang yang beraneka ragam. Ada seratus peluang

bisnis jasa. Jasa merupakan produk yang tidak dapat diraba (intengible product) yang secara fisik tidak dapat dimiliki dan yang meliputi kinerja atau karya.

3. Grosir (Wholeseling)

Grosir meliputi penjualan ke penjual yang lain, seperti pengecer, grosir yang lain,

atau perusahaan industri. Perdagangan grosir sebagian besar terdiri dari usaha kecil.

Pedagang bisnis merupakan suatu bisnis bebas, yang memegang kepemilikan

barang di pasar. Perusahaan grosir kecil juga menjual beraneka ragam produk

termasuk bahan makanan, supplies, mesin, peralatan rumah tangga, beras/ gandum, buah dan sayur-mayur. Bisnis ini melayani sebagai suatu mata rantai antara

manufaktur dan pengecer atau pemakai industri.

4. Pengecer (Retailing)

Pengecer merupakan pedagang yang menjual barang-barang kepada konsumen

akhir untuk keperluan pribadi. Perdagangan eceran meliputi semua kegiatan yang

berhubungan secara langsung dengan penjualan barang atau jasa kepada konsumen

akhir untuk keperluan pribadi (bukan untuk keperluan usaha). Namun demikian

tidak tertutup kemungkinan adanya penjualan secara langsung dengan para pemakai

industri karena tidak semua barang industri selalu dibeli dalam jumlah besar.

I.6. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau definisi yang dipergunakan untu menggambarkan

(28)

(Singarimbun dan Effendi, 1999:37). Agar memperoleh pembatasan yang jelas dari setiap

konsep yang diteliti , maka penulis mengemukakan definisi konsep sebagai berikut:

1. Kredit Bank Danamon

Kredit bank merupakan perjanjian pinjam-meminjam (uang) yang dilakukan antara

Bank Danamon dan pihak lain, nasabah peminjam dana yang dibuat atas dasar kepercayaan

bahwa peminjam dalam tenggang waktu yang telah ditentukan akan melunasi atau

mengembalikan uang atau tagihan tersebut kepada Bank Danamon disertai pembayaran

sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan sebagai imbal jasanya.

2. Usaha Kecil

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat membuka

usaha) dan hasil total penjualan bersih per tahun paling banyak Rp 1miliar.

3. Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil

Dalam Kamus Tesaurus Bahasa Indonesia (Eko Endarmoko: 403), yang dimaksud

dengan pemanfaatan adalah pemakaian, pendayagunaan, penggunaan dan eksploitasi. Jadi,

yang dimaksud dengan pemanfaatan kredit Bank Danamon bagi usaha kecil adalah

penggunaan uang/ pinjaman yang berasal dari perjanjian antara pihak Bank Danamon

dengan nasabah peminjam dana untuk kepentingan tertentu yang sudah diterima oleh

(29)

I.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian sebagai unsur pelaksanaan bagaimana

mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang membantu peneliti sehingga dari

informasi tersebut diketahui bagaiman caranya mengukur variabel penelitian tersebut

(Singarimbun, 1999: 46)

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah Pemanfaatan

Kredit Bank Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Kota Medan dengan indikator:

1. Kemudahan dalam memperoleh kredit Bank Danamon yang dapat diukur dari:

a. Kesederhanaan yaitu persyaratan dan proses yang sederhana, yang

diterjemahkan dalam persyaratan jaminan dan dokumentasi yang fleksibel

dan sederhana.

b. Kecepatan yaitu kecepatan persetujuan pencairan kredit.

c. Kenyamanan yang dapat dilihat dari lokasi yang dekat dengan nasabah.

2. Peningkatan pengadaan barang dagangan dari kredit Bank Danamon yang

diperoleh.

3. Peningkatan keuntungan usaha yang dapat diukur dengan meningkatnya keuntungan

yang diperoleh sebelum menggunakan kredit Bank Danamon dan setelah

menggunakan kredit Bank Danamon.

4. Pendapatan yang dihasilkan dari kredit Bank Danamon yang telah diperoleh para

(30)

1.8. Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional serta sistematika

penulisan.

BAB II: METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari metode penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik

pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi

keadaan geografi, demografi, ekonomi, sosial budaya serta hal-hal yang berkaitan

dengan masalah penelitian.

BAB IV: PENYAJIAN DATA

Bab ini membahas tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan selama penelitian

berlangsung dan juga dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis.

BAB V: ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan

memberikan interpretasi terhadap masalah yang diajukan.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran

(31)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Sebagaimana menurut Nawawi (1990: 64), bahwa metode deskriptif

adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau

fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual,

kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana

adanya, diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat. Dengan demikian, penelitian

ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan

fakta-fakta sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data

yang diperoleh.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PD Pasar Bakti Kota Medan yang beralamat di Jalan AR.

Hakim No. 200 Medan, Sumatera Utara.

II.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil

penelitiannya. Oleh karena itu pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan

sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan

(32)

informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga

macam, yaitu (1) informan kunci (key Informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama,

yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan

tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung

terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. (Hendrarso dalam Suyanto, 2005:

171-172)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menentukan informan dengan

menggunakan teknik purposive yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan

dengan permasalahan penelitian, maka peniliti dalam hal ini menggunakan informan

penelitian yang terdiri dari:

1. Informan Kunci, yaitu Pejabat Bank Danamon dan Pengamat Perusahaan Daerah

Pasar Bakti Medan.

2. Informan Utama, yaitu pedagang pasar yang telah memperoleh kredit dari Bank

Danamon.

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang diperoleh

melalui:

1. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan

(33)

berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan

penelitian.

2. Observasi, yaitu pengamatan lansung yang dilakukan oleh peneliti di lokasi

penelitian sehingga data yang didapatkan adalah data yang akurat.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah

diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data

sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian

seperti buku-buku, artikel, makalah, perarutan-peraturan, struktur organisasi,

jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis dan lain-lain yang memiliki

relevansi dengan masalah yang diteliti.

II.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data

deskriptif kualitatif, yaitu berusaha menyimpulkan data yang berhubungan dengan objek

penelitian serta berusaha menjelaskan dan menggambarkan variabel penelitian secara

mendalam dan mendetail, kemudian selanjutnya diberi interpretasi yang sesuai dengan

tujuan yang telah dirumuskan. Data dari hasil wawancara akan diuraikan secara deskriptif

(34)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Kondisi Perdagangan di Kota Medan

Kegiatan pada sektor perdagangan di Kota Medan diantaranya terdiri dari kegiatan

di pasar, plaza/mall, toko, restoran, PKL dan warung. Kegiatan perdagangan tersebut

umumnya tergolong dalam kegiatan pada sektor perdagangan formal maupun sektor

perdagangan informal.

Kegiatan yang termasuk sektor informal bersifat heterogen. Secara umum sektor

informasi di daerah perkotaan dipandang sekedar melakukan peran dalam kehidupan kota

dan terdiri dari beraneka ragam kegiatan usaha yang berkaitan dengan bidang pelayanan

dan jasa pada tingkat bawah, seperti warung kopi, tukang sampah, pengamen jalanan,

penyemir sepatu, PKL, dan pengencer barang. Kegiatan informal dapat dibedakan menjadi

lima sub sektor yaitu perdagangan, jasa, angkutan, bangunan, dan industri kecil.

Adanya dorongan untuk masuk pada sektor informal karena tidak adanya hubungan

kerja kontrak jangka panjang pada sektor informal, sehingga mobilitas angkatan kerja

dalam sektor informal menjadi relatif tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor utama

yang mempermudah tenaga kerja memasuki sektor ini. Jadi, diharapkan dapat bertindak

sebagai suatu kekuatan penyangga antara kesempatan kerja dan pengangguran. Beberapa

pencari kerja yang memperoleh pekerjaan tetap di sektor formal, bisa bekerja dalam sektor

informal sementara atau waktu lama daripada menganggur sama sekali.

Kegiatan-kegiatan perekonomian sektor informal setidaknya memberikan

(35)

kepada penduduk yang hampir tidak bisa dibayangkan bagaimana mereka bisa

mempertahankan kehidupan subsistensi mereka. Namun tidak mungkin diharapkan adanya

kebijakan yang berorientasi pada kelangsungan kegiatan-kegiatan kecil dan tidak efisien

yang menggunakan teknologi yang tradisional. Peningkat tingkat hidup penduduk menuntut

perluasan sektor formal secepat mungkin. Oleh karena itu, perlu campur tangan pemerintah

untuk membuat suatu kebijakan tentang keberadaan sektor informal khususnya PKL.

III.2. Kondisi Perdagangan Sektor Formal di Kota Medan

Salah satu yang dikemukakan dalam kegiatan perdagangan sektor formal adalah

kegiatan pasar traditional yang terdapat di Kota Medan. Hasil retribusi pasar traditional

yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan merupakan salah satu sumber

pemasukan keuangan Kota Medan. Tidak adanya penambahan jumlah pasar oleh

pemerintah mengakibatkan tidak tertampungnya pedagang di pasar-pasar yang dikelola

oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

Mengenai ketersediaan sarana dan prasarana pasar di Kota Medan dapat

dikemukakan pada tabel berikut.

Banyaknya Pasar Berdasarkan Kelas Yang Terdapat di Kota Medan

No. Tahun Kelas Jumlah

I-A I II II IV

1 1997 3 3 15 13 26 60 2 1998 3 3 15 13 26 60 3 1999 4 5 30 16 11 66 4 2000 4 5 29 14 11 63 5 2001 4 5 28 11 7 55 6 2002 4 5 29 9 9 56 7 2003 4 4 24 9 15 56

(36)

Keterangan tabel

Kelas:

I-A: Adalah pasar yang bagunannya terdiri dari bagunan permanen dan mempunyai fasilitas yang baik seperti eskalator, tempat parkir, kamar mandi dan aliran listrik.

I: Adalah pasar yang bangunanya terdiri dari bangunan permanen dan semi permanen dan mempunyai fasilitas yang cukup seperti tempat parkir, kamar mandi dan aliran listrik.

II: Pasar yang bangunannya terdiri dari bangunan semi permanen dan mempunyai fasilitas yang belum memadai.

III: Adalah pasar yang bagunannya yang terdiri dari bagunan darurat yang belum mempunyai fasilitas yang layak.

IV: Adalah pasar yang mempergunakan lapangan sebagai tempat berjualan tanpa bangunan.

Kondisi pasar di Kota Medan sebenarnya belum memadai untuk memberikan

pelayanan yang baik terhadap masyarakat menginga ada 24 pasar atau 42,86 % kelasnya

yang masih tergolong kelas III dan kelas IV. Saat ini, pemerintah Kota Medan berkeinginan

untuk membangun fasilitas ekomoni yang memadai yang mendukung pembangunan Kota

Medan menuju mertopolitan.

Dalam rangka menciptakan suatu pasar yang bersih yang memperhatikan aspek

lingkungan maka pemerintah kota merasa perlu untuk menertibkan kegiatan berjualan di

pasat-pasar yang dikelola oleh PD. Pasar. Penertiban ini diatur dengan menertibkan Perda

No. 31 Tahun 1993, tentang pemakaian Tempat Berjualan. Untuk mengefektifkan

pelaksanaan peraturan tersebut maka PD. Pasar diberi kewenangan oleh Walikota untuk

memberikan izin memakai tempat berjualan yang didasarkan pada ketentuan Pasal 3angka

(4) Keputusan Walikotamadya Kepala daerah Tngkat II Medan No.188.342/834/SK/1994

(37)

(1) Surat Hak Sewa Sementara untuk kios/stand dan toko berlaku selama 3 tiga bulan. (2)

Surat Hak Sewa Permanen untuk kios, stand dan toko berlaku selama setahun dan dapat

diperpanjang. (3) Memberi izin untuk pendirian pasar sementara.

Penggunaan izin dimaksudkan agar pembangunan kios-kios untuk kegiatan

berjualan, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pengelola pasar berhak melakukan

tindakan atau sanksi hukum terhadap pedagang yang tidak mematuhi ketentuan peraturan

yang berlaku, berupa peringatan hingga pencabutan tempat berjualan. Surat Izin Usaha

Perusahaan (SIUP) dapat digunakan sebagai suatu instrumen untuk mengendalikan

kegiatan perdagangan, dan melalui SIUP dapa dilakukan upaya pembinaan dan peningkatan

pengetahuan terhadap pedagang. Untuk kegiatan usaha sektor informal bahwa

pemberlakuan SIUP perlu diatur dan dilakukan penyesuaian sehingga tepat sasaran.

Keberadaan SIUP dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengarahkan

kegiatan-kegiatan usaha sesuai dengan tata ruang kota.

III.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan

a. Daerah adalah Kota Medan;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan;

c. Kepala Daerah adalah Walikota Medan;

d. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Walikota Medan;

e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

(38)

f. Sekretariat Daerah adalah Unsur Sataf Pemerintah Daerah Kota Medan yang

dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berada di bawah da bertanggug

jawab kepada Walikota;

g. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan;

h. Perusahaan Daerah adalah Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan;

i. Pasar adalah suatu tempat transaksi jual beli umum yang dilengkapi dengan sarana

dan prasarana tempat berjualan secarateratur da langsung memperdagangkan barang

dan jasa;

j. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan;

k. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan;

l. Cabang adalah Unsur Pelaksana Perusahaan Daerah Pasar dalam melaksanakan

tugasnya di bidang kegiatan administrasi maupun teknis di lapangan dalam suatu

wilayah tertentu yang terdiri dari beberapa jumlah pasar di bawah pengeloaan

Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan;

m. Kepala Cabang adalah Kepala Cabang Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan;

n. Karyawan adalah Karyawan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

III.4. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi

III.4.1. Kedudukan

1. Perusahaan Daerah Pasar adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bergerak

(39)

2. Perusahaan Daerah Pasar diimpin oleh seorang Direktur Utama yang dalam

melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Daerah.

III.4.2. Tugas Pokok

1. Mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat di bidang

sarana pasar.

2. Membantu dan menunjang kebijaksanaan umum Pemerintah Daerah dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam penyediaan dan

peningkatan sarana pasar.

3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

III.4.3. Fungsi

1. Menyusun dan melaksanakan perencanaan pasar termasuk pembangunan,

pemeliharaan dan pengawasan;

2. Melaksanakan pengelolaan pasar dan fasilitas lainnya;

3. Membina pedagang pasar;

4. Membantu menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang di pasar;

5. Melaksanakan usaha lain yang ditetapkan Direksi setelah mendapat persetujuaan

Kepala Daerah.

III.5. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan terdiri dari:

a. Badan Pengawas

(40)

1. Direksi Utama

2. Direksi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia;

3. Direksi Admministrasi dan Keuangan;

4. Direksi Operasi.

c. Unsur Staf terdiri dari:

1. Satuan Pengawasan Intern (SPI) terdiri dari:

a. Seksi Pengawasan Umum dan Keuangan;

b. Seksi Pengawasan endapatan dan Pembangunan;

2. Bagian Kepegawaian terdiri dari:

a. Sub Bagian Administrasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia;

b. Sub Bagian Penggajian dan Kesejahteraan.

3. Bagian Perencanaan terdiri dari:

a. Sub Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pasar;

b. Sub Bagian Pengolahan Data dan Sistem Informasi Manajemen.

4. Bagian Umum tediri dari:

a. Sub Bagian Tata Usaha;

b. Sub Bagian Pengadaan dan Rumah Tangga.

5. Bagian Keuangan terdir dari:

a. Sub Bagian Anggaran;

b. Sub Bagian Akuntansi;

c. Sub Bagian Kas dan Pajak.

6. Bagian Hukum dan Humas terdiri dari:

(41)

b. Sub Bagian Humas.

7. Bagian Usaha terdiri dari:

a. Sub Bagian Pemasaran dan Perizinan;

b. Sub Bagian Administrasi Penagihan.

8. Bagian Penertiban / kKebersihan terdiri dari:

a. Sub Bagian Penertiban;

b. Sub Bagian Perawawatan;

c. Sub Bagian Kebersihan.

d. Unit Pelaksana terdiri dari:

1. Cabang I terdiri dari:

a. Kaur Umum;

b. Kaur Pendapatan;

c. Kaur Penertiban;

d. 9 (sembilan) Kepala Pasar.

2. Cabang II terdiri dari:

a. Kaur Umum;

b. Kaur Pendapatan;

c. Kaur Penertiban;

d. 8 (delapan) Kepala Pasar.

3. Cabang III terdiri dari:

a. Kaur Umum;

b. Kaur Pendapatan;

(42)

d. 8 (delapan) Kepala Pasar.

III.6. Tugas dan Wewenang Badan Pengawas

Badan Pengawas dipimpin oleh seorang ketua merangkap sebagai anggota badan

pengawas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Daerah.

III.6.1. Tugas

Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut:

a. melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan Perusahaan Daerah termasuk

pelaksanaan rencana kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah;

b. memberikan pendapat dan saran keada Kepala Daerah terhadap pengangkatan dan

pemberhentian Direksi;

c. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap Program Kerja

yang diajukan oleh Direksi;

d. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap Laporan Neraca

dan Perhitungan Laba / Rugi;

e. memberikan pendapat dan saran atas Laporan Kinerja Perusahaan.

III.6.2. Wewenang

Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. memberikan peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas dan

wewenang sesuai dengan program kerja yang telah disetujui;

b. memeriksa Direksi yang diduga merugikan Perusahaan;

(43)

d. menerima atau menolak pertanggung jawawaban Keuangan dan Program Kerja

Direksi tahun berjalan.

III.7. Tugas dan Wewenang Direksi

III.7.1 Direksi dalam mengelola Perusahaan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Peusahaan;

b. menyampaikan Rencana Kerja 5 (lima) tahun dan Rencana Kerja Anggaran

Perusahaan tahunan kepada Badan Pengawas untuk mendapat pengesahan;

c. melakukan perubahan terhadap program kerja setelahmendapat persetujuan Badan

Pengawas;

d. membina,mengatur dan mengarahkan pegawai / karyawan;

e. mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan;

f. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;

g. mewakili Perusahaan baik di dalam dan di luarpengadilan;

h. menyampaikan laoran berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk Neraca da

perhitungan Laba/ Rugi kepada Badan Pengawas.

III.7.2. Direksi dalam mengelola Perusahaan mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. mengangkat dan memberhentikan pegawai/ karyawan;

b. mengangkat, memberhenikan dan memidahtugaskan pegawai/ karyawan dari

jabatannya di bawah Direksi;

c. menandatangani neraca dan perhitungan laba/ rugi;

d. menandatangani ikatan hukum denga pihak lain.

(44)

a. mengadakan perjkanjian kerjasama dengan pihak ketiga;

b. meminjam dan meminjamkan uang perusahaan kepada pihka lain;

c. mengikat peusahaan sebagai penjamon;

d. mengadakan perjanjian-perjanjian kerjasama usaha dan atau pinjaman yang

mungkin dapat berakibat terhadp berkurangnya asset dan membebani anggaran

perusahaan;

e. memindahtangankan atau menghipotekkan atau menggadaikan benda bergerak dan

atau tidak bergerak milik perusahaan;

f. penyertaan modal dalam perusahaan lain.

III.8. Gambaran Umum Pasar Bakti Kota Medan

Pasar Bakti adalah salah satu pasar bagian cabang I dari Perusahaan Daerah Pasar

Kota Medan yang terletak di jalan Bakti Medan. Pasar yang lebih dominan beraktivitas

pada pagi hari hingga siang hari ini merupakan jenis pasar tradisional. Jenis-jenis

dagangannya yang paling utama adalah kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pokok

masyarakat sehari-hari. Pasar Bakti memiliki jumlah pedagang sebanyak 489 pedagang

yang menjual berbagai jenis dagangan, seperti: kelontong, tukang emas, barang sampah,

sembako, kain, cabe/ bawang, sayur-mayur dan lain-lain.

Struktur organisasi terdiri dari: kepala pasar yaitu Bapak Khairul A. Daulay, Satpam

terdiri dari satu orang, bagian staf terdiri dari enam orang, bagian pengutip terdiri dari tiga

orang dan bagian kebersihan terdiri dari tiga orang. Dilihat dari fasilitas yang tersedia,pasar

bakti dapat dikatakan memiliki fasilitas yang memadai, seperti: tempat berjualan yang

(45)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini akan diuraikan hasil wawancara yang penulis coba sajikan dalam

bentuk hasil wawancara tertulis. Adapun hasil wawancara ini merupakan salinan atas

wawancara yang pernah dilakukan di tempat penelitianterhadap informan kunci (key

informan) pada penelitian tentang pemanfaatan kredit Bank Danamon bagi usaha kecil pada

pedagang Pasar Bakti Kota Medan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan merupakan pertanyaan yang

berasal dari panduan wawancara yang penulis susun sebagai instrumen dalam penelitian ini.

Akan tetapi daftar pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang baku, di dalam pelaksanaan

wawancara yang telah penulis lakukan, pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami

perkembangan yang penulis sesuaikan dengan permasalahan penelitian ini.

IV.1. Kriteria Informan Penelitian

Pelaksanaan wawancara langsung dengan informan yang telah penulis lakukan ini

dilakukan selama kurun waktu lebih kurang tiga minggu dengan melibatkan informan

sebagaimana yang telah direncanakan pada proposal penelitian ini, yaitu:

1. Pejabat Bank Danamon, yaitu Credit Officer : 1 orang

2. Kepala Pasar Bakti : 1 orang

(46)

IV.2. Hasil Wawancara

A. Wawancara Langsung Dengan Bapak Subenthiren Sebagai Credit Officer Pada Bank

Danamon.

(1) Pertanyaan tentang alasan utama para pedagang melakukan pinjaman pada Bank

Danamon

“Pada dasarnya sebagian besar dari pedagang yang ada di pasar-pasar tradisional kurang mempunyai akses ke layanan perbankan. Melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP), kami hadir untuk melayani mereka secara khusus. Danamon Simpan Pinjam (DSP) adalah salah satu bentuk layanan yang kami tujukan untuk memenuhi kebutuhan nasabah melalui layanan yang lebih sederhana baik dari segi produk, proses dan persyaratan sehingga mampu memberikan kesan sederhana dan bersahabat. Kemudian sebagai bukti kami untuk memberikan kemudahan dalam pelayanan, kami membangun unit Danamon Simpan Pinjam yang berdekatan dengan pasar agar para pedagang mudah untuk melakukan transaksi-transaksi di Bank Danamon”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa pihak Bank Danamon hadir

dengan memberikan pelayanan perbankan yang lebih mudah bagi para pedagang pasar. Hal

ini terlihat dari hadirnya Danamon Simpan Pinjam yang memberikan pelayanan yang lebih

sederhana baik dilihat dari segi produk yang ada, proses dan persyaratan. Bank Danamon

juga membuka unit Danamon Simpan Pinjam yang berdekatan dengan pasar sebagai bukti

untuk memberikan kemudahan bagi nasabah dalam memperoleh pelayanan dari Bank

Danamon.

(2) Pertanyaan tentang pemanfaatan kredit yang diperoleh melalui Bank Danamon.

(47)

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa para pedagang

memanfaatkan pinjaman dari Bank Danamon sebagai modal usaha. Dengan pinjaman itu,

para pedagang dapat meningkatkan barang-barang dagangan. Selain itu juga pedagang akan

mampu mengembangkan usahanya lagi.

(3) Pertanyaan tentang berapa lama waktu yang diberikan oleh pihak Bank Danamon bagi

para pedagang dalam mendapatkan pinjaman kredit.

“Untuk kredit di bawah Rp 50 juta, kami memberikan waktu selama dua hari yang dimulai pada saat nasabah membuat surat permohonan. Kemudian kami melakukan survei, untuk mengetahui apakah mereka memang memiliki usaha tersebut dan setelah itu kami dapat mencairkan dana pinjamannya. Tetapi untuk kredit di atas itu waktunya lebih dari dua hari. Kalau dilihat, para pedagang rata-rata mengambil pinjaman di bawah Rp 50 juta sehingga mereka hanya membutuhkan waktu dua hari saja untuk pencairan uangnya”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa Bank Danamon

memberikan kemudahan kepada para nasabah Danamon Siman Pinjam. Untuk kredit di

bawah Rp 50 juta mereka memberikan waktu hanya dua hari untuk mencairkan

pinjamannya. Ini memang merupakan komitmen bagi Bank Danamon untuk memberikan

pelayanan yang terbaik kepada nasabahnya.

(4) Pertanyaan apakah para nasabah/ pedagang yang sudah mendapatkan pinjaman

diberikan kesempatan untuk memperoleh fasilitas perbankan yang lainnya.

(48)

Kredit Griya. Ini juga merupakan produk dalam paket Danamon Simpan Pinjam”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa Bank Danamon

memberikan kesempatan kepada nasabahnya yang dinilai baik dengan memberikan

tambahan pinjaman. Danamon Simpan Pinjam juga meyediakan produk-produk yang lain

seperti: Dana Simpan Plus, Kredit Motor Plus dan Kredit Griya bagi para nasabahnya dan

produk ini bisa dinikmati oleh para nasabahnya juga.

(5) Pertanyaan apakah yang ingin dicapai oleh pihak Bank Danamon dengan hadirnya

Danamon Simpan Pinjam.

“Dengan konsep Community Banking kami memiliki komitmen untuk memberikan kontribusi yang positif kepada komunitas melalui keterlibatan bersama antara team unit DSP dan masyarakat komunitas setempat untuk melakukan kegiatan seperti: Menciptakan lingkungan komunitas yang bersih dan sehat, menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat disekitar komunitas dan turut aktif dalam berbagai kegiatan sosial komunitas”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa Bank Danamon

memberikan kemudahan yang diberikan bagi para nasabah yang tercermin dari lokasi unit

yang memang dekat dengan tempat bekerja maupun tempat tinggal nasabah. Hal ini karena

DSP memiliki konsep community banking, yaitu konsep membangun unit yang berakar kepada komunitas di mana unit tersebut berada. Hubungan yang terjalin bukan hanya

berdasarkan bisnis namun juga persahabatan yang tulus.

(6) Pertanyaan tentang apa yang perlu lagi dilakukan oleh Bank Danamon untuk menarik

simpati para pedagang pasar agar mau memanfaatkan kredit dari Bank Danamon.

(49)

produktifitas yang tinggi, dengan demikian tujuan kami untuk dapat membantu nasabah khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya menjadi lebih baik akan segera terwujud”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa Bank Danamon akan

menargetkan unit DSP terus berkembang untuk memberikan pelayanan perbankan yang

lebih baik dan mudah kepada para nasabah. Dengan demikian, Bank Danamon dapat

mewujudkan tujuannya untuk dapat membantu nasabah khususnya dan masyarakat

Indonesia pada umumnya menjadi lebih baik, baik dari segi pemberian pinjaman berupa

kredit maupun bentuk palayanan perbankan lainnya yang memang merupakan kebutuhan

bagi masyarakat pada umumnya.

B.. Wawancara Langsung Dengan Bapak Khairul A. Daulay Sebagai Kepala Pasar Bakti

Kota Medan.

(1) Pertanyaan tentang mengapa pedagang yang ada di Pasar Bakti ini tertarik melakukan

pinjaman pada Bank Danamon.

“Dulu awalnya kita memang ada MoU perjanjian dengan orang Danamon dengan memberikan fasilitas yang lebih tepat kepada para pedagang dalam penyediaan modal. Dilihat dari kecepatan administrasinya cukup cepat kemudian bunganya cukup rendah kira-kira 2,5-3 %. Dan pedagang di sini cukup banyak yang minjam sama rentenir, kalau sama rentenir minjamnya tidak bisa banyak. Pinjaman dari Bank Danamon syaratnya lebih mudah dan manajemennya cukup bagus dalam mengelola kredit”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa pihak Bank Danamon

sebelumnya telah membuat suatu perjanjian dengan PD Pasar Bakti untuk memberikan

fasilitas kredit dengan persyaratan yang lebih mudah kepada para pedagang dalam

penyediaan modal. Selain untuk modal, Bank Danamon juga memberikan fasilitas kredit

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pemerintah, dalam hal ini Pemda Jateng memberikan kemudahan mendapatkan modal melalui Badan Kredit Kecamatan (BKK) sebagai salah satu badan

terdapat pengaruh yang cukup signifikan dari modal sendiri dan penerimaan kredit terhadap pendapatan pedagang kecil di pasar simpang baru panam pekanbaru.Besarnya

Disimpulkan bahwa para pedagang di Pasar Bukit Kecil Kota Palembang, banyak yang tidak meminjam untuk tambahan modal usahanya yaitu hanya sebanyak 24,2%, a dapun

Disimpulkan bahwa para pedagang di Pasar Bukit Kecil Kota Palembang, banyak yang tidak meminjam untuk tambahan modal usahanya yaitu hanya sebanyak 24,2%, a dapun

Disimpulkan bahwa para pedagang di Pasar Bukit Kecil Kota Palembang, banyak yang tidak meminjam untuk tambahan modal usahanya yaitu hanya sebanyak 24,2%, a dapun

Dari penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa Bank Danamon sebagai salah satu bank yang menyalurkan kredit kepada masyarakat melalui proses perjanjian kredit dengan

Dari penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa Bank Danamon sebagai salah satu bank yang menyalurkan kredit kepada masyarakat melalui proses perjanjian kredit dengan

Populasi dalam penelitian ini yaitu pedagang yang sudah menggunakan kredit usaha rakyat terhadap pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Medan