PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNIG/CTL
UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA
KELAS IV MI
MIFTAHUSSA’ADAH
KOTA TANGERANG
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
SITI AISYAH
NIM.1811018300105
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADARASH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan mereka sendiri. (Q.S Ar-Ra‟d: 11)
Jika kita mempunyai permintaan, mintalah yang pertama kali kepada Allah (Peneliti)
Orang tualah yang selalu mendoakan setiap langkah kita dan menginginkan kita untuk lebih baik dari mereka (Peneliti)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, nasihat dan doa untuk saya.
Suami dan Anak-anaku tercinta yang selalu memberikan motivasi.
ABSTRAK
Siti Aisyah, PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/CTL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI
GLOBALISASI SISWA KELAS IV MI MIFTAHUSSA‟ADAH KOTA TANGERANG. Penelitian Tindakan Kelas, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV MI Miftahussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang. Selain itu, motivasi dan aktivitas belajar siswa masih rendah karena guru hanya menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran. Dari latar belakang masalah tersebut, disusun rumusan masalah yaitu “Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi globalisasi siswa kelas IV MI Miftahussa‟adah Kota Tangerang?” Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menerapkan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning/CTL sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MI Miftahussaadah Cipondoh Kota tangerang tahun pelajaran 2013/2014 berjumlah 27 orang siswa. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV, guru kelas, dan data dokumen. Data yang dihimpun merupakan data kualitatif yakni aktivitas belajar siswa, dan data kuantitatif mencakup hasil belajar siswa, rata-rata kelas, dan ketuntasan belajar keseluruhan. Teknik pengumpulan data berupa tes dan non tes yang meliputi pengamatan dan dokumentasi. Alat pengumpul data berupa tes dan lembar pengamatan. Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila hasil belajar siswa meningkat sesuai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa sebesar 74,1% dengan rata-rata kelas 70,00. Sementara itu, rata-rata aktivitas belajar siswa memperoleh nilai 3,2. Dengan hasil yang diperoleh, peneliti belum dapat memenuhi indikator keberhasilan. Oleh karena itu, peneliti mengadakan perbaikan di siklus II supaya hasil penelitian dapat meningkat. Pada siklus II, ketuntasan belajar siswa mencapai 85,2% dengan rata-rata kelas 75,19. Rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 3,7. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning/CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa, rata-rata kelas, ketuntasan belajar klasikal, dan aktivitas belajar siswa kelas IV MI Miftahussa‟adah Kota tangerang.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya. Sholawat serta salam tercurah limpah kepada baginda
yang mulia Rasullulloh Muhammad Shallalahu„alaihiwassallam keluarga serta
sahabatnya.
Penyusunan skripsi ini merupakan penelitian singkat yang dilakukan
dengan melakukan tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning/CTL untuk Meningkatkan Hasil
belajar PKn Pada Siswa Kelas IV MI Miftahussa‟adah Kota Tangerang”. Skripsi ini menggambarkan bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning/CTL sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Selain itu skripsi ini juga
bisa dijadikan gambaran bagi guru tentang bagaimana menerapkan pendekatan
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dikelas.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan, sehingga
dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penelitian maupun
penulisannya.
Ketika pembuatan skripsi ini baik dalam melakukan penelitian maupun
penulisannya, tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Fauzan, MA., Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, beserta stafnya yang telah memberikan rekomendasi untuk
melaksanakan penelitian;
3. Asef Ediana Latif, M.Pd. Sekretaris Program Studi PGMI Fakultas Ilmu
ii
4. Dindin Ridwanuddin, M.Pd., Ketua program DMS Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan beserta stafnya yang telah membantu memudahkan setiap
agenda kegiatan penelitian yang dilakukan;
5. Dr. Muhamad Arif, M.Pd,. Pembimbing skripsi yang telah mengoreksi,
memberi masukan dan saran dengan tekun dalam upaya menyelesaikan dan
memperbaiki naskah skripsi ini;
6. Suamiku tercinta, terimakasih atas kesabaran dan do‟a nya;
7. Bapak dan Ibuku tercinta yang memotivasi diriku tuk terus maju dan
bersemangat dalam mengikuti perkuliahan;
8. Kakak adiku tercinta, yang selalu memberikan motivasi
9. Hj. Aminah,S.Ag, Kepala MI Miftahussa‟adah Kota Kota Tangerang, yang telah memberikan izin untuk penelitian;
10. Bapak Ahmad Suhaimi selaku observer dan Bapak/ibu pendidik dan tenaga
kependidikan MI Miftahussa‟adah Kota Tangerang, yang selalu memberikan motivasi.
11. Teman-teman seperjuangan DMS-PGMI Kelas A-3.2 angkatan 2011.
Akhir kata semoga skripsi ini memberi manfaat kepada setiap yang
membacanya dan semoga setiap kesabaran, bantuan, dukungan baik moril
maupun materi lyang telah mereka berikan akan mendapat balasan dari Allah
SWT, amin.
Jakarta,………. 2015 Penyusun,
iii DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4
C. Pembatasan Fokus Penelitian... 5
D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5
E. Tujuan Penelitian ……… 5
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL TINDAKAN ... 7
A. Landasan Teori…... 7
B. Hasil Penelitian Yang Relevan... 23
C. Kerangka Berfikir... 24
D. Hipotesis Penelitian... 26
BAB III. METODE PENELITIAN... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 27
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 28
iv
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian... 38
E. Tahapan Intervensi Tindakan... 39
F. Hasil Intervensi Tindakan ………... 41
G. Data dan Sumber Data... 41
H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 42
I. Teknik Analisis Data... 47
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan... 49
K. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 54
A. Gambaran Umum Madrasah... 54
B Deskripsi Data... 55
B. Analisa Data... 81
C. Pembahasan... 84
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 76
A. Kesimpulan... 89
B. Saran... 89
DAFTAR PUSTAKA... 91
v
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 27
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Rencana Kegiatan Pembelajaran Menggunakan
Model CTL. Siklus I……… 32
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Rencana Kegiatan Pembelajaran Menggunakan
Model CTL. Siklus II..……… 34
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes Hasil belajar Siklus I……… 43 Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes Hasil belajar Siklus II…….. 44 Tabel 3.6 Instrumen Data Observasi Aktifitas Belajar Siswa…….. 45 Tabel 3.7 Uji Validitas Instrumen Tes Tertulis Siklus I………. 46 Tabel 3.8 Uji Validitas Instrumen Tes Tertulis Siklus II……… 52
Tabel 3.9 Uji Realibilites Instrumen Tes Tertulis Siklus I dan II….. 52 Tabel 4.1 Hasil Ulangan Harian Pkn Siswa Kelas IV MI
Miftahussa‟adah………. 57
Tabel 4.2 Hasil Belajar Pkn Siklus I Siswa Kelas IV MI
Miftahussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang………. 63
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Siswa
Kelas IV MI Miftahussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang 64 Tabel 4.4 Hasil Belajar Pkn materi globalisai Siklus II Siswa Kelas
IV MI Miftahussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang…….. 66 Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Belajar Pkn Materi Globalisasi Siklus
I dan II ……… 75
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus II Siswa
Kelas 4 MI Miftahussa‟adah………. 76
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Belajar Pkn Sebelum Tindakan, dan
vi
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Bagan Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar………. 19
Gambar 2.2 Bagan Skema Kerangka Berpikir Tindakan... 25
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian Tindakan Kelas……….. 29
Gambar 4.1 Grafik hasil ulangan harian PKn……… 57
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Hasil Ulangan Harian PKn……... 58
Gambar 4.3 Grafik hasil belajar siklus I……… 67
Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I……… 67
Gambar 4.5 Grafik hasil belajar siklus II………... 78
Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II………….. 79
Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Hasil Belajar………. 83
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nilai Ulangan Harian Kelas IV
Pemetaan SK/KD
RPP Siklus I Pertemuan 1 dan 2
Lembar Kerja Siswa Siklus I
Observasi Terstruktur Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan Pertama
Observasi Terstruktur Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan Kedua
RPP Siklus II Pertemuan 1 dan 2
Lembar Kerja Siswa Siklus II
Observasi Terstruktur Aktifitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan Pertama
Observasi Terstruktur Aktifitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan Kedua Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba Siklus I dan II
Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I
Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus I
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II
Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus II
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembangunan dibidang pendidikan pemerintah berupaya
mengembangkan kualitas bangsa Indonesia sedini mungkin secara terarah,
terpadu dan menyeluruh, sehingga potensi- potensi yang dimiliki oleh
generasi muda sebagai penerus bangsa dapat berkembang secara optimal.
Untuk itu pemerintah menyelenggarakan sistem pendidikan nasional untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi salah satu tujuan nasional
bangsa indonesia. Pendidikan juga harus dinamis, selalu bergerak maju
mengikuti perkembangan masyarakat dan kebudayaan bangsa.1 Jadi pendidikan itu harus selalu dikemas secara aktual, menarik, menyenangkan
dan tidak tertutup tetapi selalu mengikuti perkembangan baik secara nasional
maupun global.
Tujuan Pendidikan Nasional dalam pasal 3 UU No. 20 th 2003 adalah ”Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2
Melihat dari tujuan pendidikan diatas betapa
pentingnya pendidikan bagi manusia. Pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yang harus
dipenuhi demi kemajuan bangsa serta terciptanya manusia yang berkualitas.
Untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses
pembelajaran. Proses pembelajaran memerlukan pendekatan, strategi, metode
1
Sudirman. N, dkk. Ilmu Pendidikan. (Bandung: RemajaPersada Tahun 1997), h.14
2
dan model agar materi belajar yang disampaikan mengena dan dapat
dimengerti oleh siswa secara utuh. Pendekatan, startegi, metode dan model
pembelajaran merupakan penentu utama dalam keberhasilan pendidikan.
Dalam proses pendidikan minimal terdapat tiga komponen utama yakni, guru
sebagai fasilaitator dan motivator, peserta didik/siswa sebagai pembelajar dan
sarana prasarana penunjang yang memadai. Ketiga komponen tersebut harus
benar-benar siap dengan peran dan fungsinya masing-masing jika proses
pembelajaran ingin berlangsung secara ideal dan tujuan pembelajaran bisa
tercapai.
Tujuannya belajar adalah membentuk manusia yang cakap dan
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah airnya.
Pendekatan pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pengajaran
dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan
pengajaran tertentu dengan kata lain pendekatan pembelajaran juga
merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang
akan dicapai. Salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran Constekstual Teaching and Learning/CTL.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
termuat dalam kurikulum sekolah dasar. Pendidikan Kewarganegaraan
menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat membantu peserta didik dalam
menumbuhkan pengetahuan dan pemahaman secara nyata untuk digunakan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang akan dihadapi peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, peserta didik atau siswa diarahkan untuk menjadi warga
Negara Indonesia yang demokratis, mengerti status dan kedudukannya di
masyarakat dan bertanggung jawab, sehingga dalam kehidupan yang akan
dihadapinya nanti, siswa telah benar-benar siap. Pendidikan kewarganegaraan
adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang
beragam dari segi agama, sosiocultural, bahasa, suku bangsa untuk menjadi
warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang di landasi oleh
3
Dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan diperlukan
pendekatan, strategi, metode dan model yang inovatif untuk dapat membawa
siswa kearah belajar yang lebih aktif. Yakni, dapat menarik siswa belajar
lebih aktif dan menyenangkan. Namun dalam implementasi proses
pembelajaran di sekolah, siswa masih mengalami banyak kesulitan. Hal ini
dapat dilihat dari hasil ulangan tengah semester II tahun pelajaran 2013/2014
di kelas IV MI. Miftahussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang, hanya 48,2 % dari 27 siswa yang hasil belajar PKn nya mencapai KKM yang ditetapkan
sekolah yaitu 65. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh guru selaku fasilitator dan motivator, motivasi peserta didik
selaku pembelajar yang masih kurang dan sarana prasarana pendukung yang
kurang memadai.
Guru Selaku fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran
belum optimal dalam menggunakan pendekatan, strategi, metode dan model
pembelajaran. Pembelajaran dikelas dilakukan hanya diisi dengan ceramah
yang membosankan. Guru menjelaskan materi dan menanyakan kepada siswa
apa sudah paham yang dijelaskannya atau belum. Jika anak diam berarti
sudah faham dan memberi tugas mengerjakan soal-soal. Sarana dan
prasarana penunjang yang minim juga menjadi permasalahan guru dalam
proses pembelajaran.
Permasalahan peserta didik saat ini adalah mereka tidak mampu
menghubungkan mata pelajaran akademik dengan kondisi mereka sendiri
secara langsung (contextual). Hal ini disebabkan karena terkadang waktu para
siswa hanya dihabiskan untuk mengisi buku tugas, mendengarkan penjelasan
guru, dan menyelesaikan latihan-latihan yang membosankan. Mereka hanya
mengikuti ujian-ujian yang mengukur kemampuan siswa menghafal fakta.
Padahal pengetahuan yang mereka terima dan apa yang mereka pelajari
tentunya akan berguna bagi kehidupan mereka di masa mendatang. Untuk itu
diperlukan pendekatan pembelajaran yang benar-benar membangkitkan minat
untuk menumbuhkan keingintahuan yang dapat mengaitkan antara materi
Melihat permasalahan dan kemungkinan pemecahannya dalam
proses pembelajaran, adalah dengan menggunakan pendekatan, strategi,
metode dan model pembelajaran yang tepat. Untuk itu peneliti akan mencoba
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menarik seperti (Contextual
Teaching and Learning/CTL untuk mencari solusi permasalahan tersebut,
karena dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and
Learning/CTL ini belajar bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat,
tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalaui proses
berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang
tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif
dan juga psikomotorik.3 Hal ini menjadikan peserta didik mengerti apa itu belajar karena mengalaminya secara nyata bukan hanya sekedar rutinitas
tanpa makna.
Dengan memperhatikan permasalahan dan kemungkinan pemecahan
masalah maka perlu dilakukan tindakan oleh peneliti selaku guru untuk
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV MI
Miftahussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dalam
pendahuluan diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
yang ditemukan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
2. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih didominasi guru
yakni penggunaan metode ceramah (metode konvensional)
3. Guru belum menggunakan pendekatan, strategi, metode dan model
pembelajaran yang bervariasi.
4. Siswa dalam belajar sekadar memenuhi rutinitas saja
3
5
5. Siswa kurang tertarik pada pelajaran Pkn
6. Siswa tidak diberi kesempatan bertanya dan mengemukakan pendapat atau
saran dalam pembelajaran.
7. Sarana dan prasarana pendukung yang minim.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar
Pendidikan Kewrganegaraan pada materi globalisasi di kelas IV MI Mifathussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang.
Untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewrganaegaran pada materi globalisasi di kelas IV MI Mifathussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang. Solusi yang mungkin dilakukan adalah melalui pendekatan pembelajaran
Contextual Teaching Learning/CTL sebagai alternatif untuk meningkatan hasil belajar PKn siswa kelas IV MI Miftahussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang.
.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada pembatasan masalah diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning/CTL dapat meningkatkan hasil belajar PKn Materi Globalisasi bagi siswa kelas IV
MI Miftahussa’adah Kota Tangerang?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh
gambaran tentang Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching
and Learning/CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan berguna untuk
berbagai pihak antara lain
1. Bagi Siswa, hasil penelitian ini untuk memudahkan siswa memahami
pelajaran Pendidikan Kewrganegaraan, dengan menciptakan rasa senang
siswa dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan
Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning/CTL
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan bagi guru untuk dapat
menggunakan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan dapat dijadikan
sebagai umpan balik dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran
dan mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi kepala
sekolah untuk mengarahkan para guru menggunakan pendekatan
pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah.
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini untuk mendapatkan wawasan
dan pengalaman dan sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya
7 BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (contextual Teaching and Learning/CTL).
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning /CTL
Contextual Teaching and Learning/CTL merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehinga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari4. Ini artinya Belajar dalam konteks Contextual Teaching and
Learning/CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi
belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses
berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh,
tidak hanya berkembang dalam aspek kongnitif saja, tetapi juga aspek
afektif dan juga psikomotor.
Elain B. Johnson dalam Rusman mengatakan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang
cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan
muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa5. Jadi pemebelajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran
holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam
memahami bahan ajar secara bermakna yang dikaitkan dengan konteks
kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama,
sosial, ekonomi, maupun kurtular.
4
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), cet.2, hal.187
5
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat6. Dalam konteks ini menguatkan pemikiran ahli pendidikan dan pelaku
pendidikan dilembaga-lembaga terkait untuk lebih memfokuskan
peserta didik agar lebih mandiri dan dapat merealisasikan apa yang ada
dalam meteri pelajaran. Sehingga Contextual Teaching and Learning/CTL yang merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang banyak dibicarakan orang. Bahkan ada yang beranggapan bahwa
Contextual Teaching and Learning /CTL adalah “mukanya” Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK)7 artinya Contextual Teaching and Learning /CTL merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan
dalam mengembangkan dan mengimplementasikan KBK yang sekarang
ini menjadi KTSP.
Contextual Teaching and Learning/CTL sebagai suatu
pendekatan pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri. Dari
pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning /CTL ini
dapat digunakan sebagai konteks yang efektif untuk lebih meningkatkan
kualitas dan hasil belajar siswa, sehingga dari konsep tersebut ada tiga
hal yang harus kita pahami: Pertama Contextual Teaching and Learning
/CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
secara langsung. Proses belajar dalam kontels Contextual Teaching and
Learning/CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran. Kedua, Contextual Teaching and Learning/CTL dapat
6
Farida Hamid dan Bahrissalim, Pembelajaran Aktif inopatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan, (Australa:Kemitraan Pendidikan Australia Indonesia, 2012), cet. I, hal. 28
7
9
mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata. Ketiga, Contextual Teaching and Learning/CTL
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
Contextual Teaching and Learning /CTL bukan hanya mengharapkan
siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu mewarnai perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran dalam Contextual Teaching and Learning /CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan
tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.8
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang akan diajarkan
dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, sebagai berikut:
1) Konstruktivistik yaitu, membangun pengetahuan dengan cara sedikit
demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks terbatas (sempit)
2) Menemukan (inquiri), yaitu bahwa pengetahuan dan ketrerampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri, siklus inquiri adalah
observasi (pengamatan), mengajukan dugaan (hypothesis),
pengumpulan data (data gathering), dan menyimpulkan
3) Bertanya (questioning), yaitu bertanya dipandang sebagai kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing, dan memiliki kemampuan
berpikir siswa, sedang bagi siswa kegiatan bertanya untuk menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan
menyerahkan perhatian pada asfek yang belum diketahuinya.
8
Bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru
dengan siswa, antara siswa dengan orang baru
4) Masyarakat belajar (learning community), konsep ini menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Untuk itu guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar
5) Pemodelan (modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran
model yang biasa ditiru. Guru memberi model (contoh) tentang
bagaimana belajar, namun guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dirancang dal;am melibatkan siswa atau dapat juga dengan
mendatangkan dari luar seperti mendatangkan seorang tokoh
kedalam lingkungan belajar siswa
6) Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atu berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah
dilakukan yang kemudian kuncinya adalah bagaimana pengetahuan
itu mengendap dibenak siswa
7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment), adalah proses
pengumpulan sebagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu
mempelajari (learning how to learn), sesuatu bukan ditekankan pada
diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode
pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui
hasil, dan dengan berbagai cara tes hanya merupakan salah satu cara
penilaian.9
9
11
b. Karakteristik Pembelajaran Contektual Teaching and Learning/ CTL.
Dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning/CTL terdapat lima karakteristik
penting, yaitu:
1) Dalam Contextual Teaching and Learning /CTL, pembelajaran
merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian
pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang
utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif,
artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk
dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan
dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapaqn yersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applyng
knowledge), arytinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa,
sehingga tampak perubahan prilaku siswa.
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.10
10
c. Kelebihan dan kelemahan Contextual Teaching and Learning /CTL Kita ketahui bersama bahwa tidak ada satu pendekatan
pembelajaran yang paling baik diantara pendekatan pembelajaran yang
lain. Demikian halnya dengan pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning /CTL tentu memiliki kelebihan dan kelemahan.
1) Kelebihan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning/CTL
a) Pembelajaran lebih bermakna, artinya siswa melakukan sendiri
kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga
siswa dapat memahaminya sendiri
b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran
Contextual Teaching and Learning /CTL menuntut siswa
menemukan sendiri bukan menghafalkan
c) Menumbuhkan keberanian siswa untuk mengemukakan
pendapat tentang materi yang dipelajarai
d) Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari
dengan bertanya kepada guru
e) Menumbuhkan pengetahuan dalam bekerjasama dengan teman
yang lain untuk memecahkan masalah yang ada
f) Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari kegiatan
pembelajaran
2)Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning/CTL
a) Guru harus lebih intensif dalam dalam membimbing siswa
karena dalam pendekatan pembelajaran CTL guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi tetapi tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
13
untuk menemukan pengetahuan dan pengetahuan yang baru
bagi siswa.
b) Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran tidak
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan
teman lainnya karena siswa tidak mengalaminya sendiri
c) Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan
kelompoknya.
d.Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning /CTL dalam Pembelajaran
Agar dapat mengimplementasikan pembelajaran kontekstual
guru melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental
(developmentally appropriate) peserta didik.
2) Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent
learning groups).
3) Mempertimbangkan keragaman peserta didik (diversity of students)
4) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri
(self regulated learning) dengan tiga karakteristik umumnya
(kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan motivasi
berkelanjutan)
5) Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelegences) peserta
didik
6) Menggunakan teknik bertanya (quesioning) yang meningkatkan
pembelajaran peserta didik, perkembangan pemecahan masalah
dan keterampilan berpikir tingkat tinggi
7) Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih
bermakna bila mereka diberi kesempatan untuk bekerja,
menemukan, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
8) Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiri) agar peserta didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya
sendiri (bukan hasil mengingat sejumalh fakta)
9) Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik melalui pengajuan
pertanyaan (quesioning)
10) Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan
membangun kerjasama antar peserta didik
11) Memodelkan (modelling) sesuatu agar peserta didik dapat
menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru
12) Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentang apa yang
sudah dipelajari
13) Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment)11.
2. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang12. Sedankan menurut Morgan ”Belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Sejalan dengan definisi itu Cronbach menyatakan bahwa: “Learning is
shown by a change in behavioras a result of experience”. Belajar
ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman13. Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu, perubahan
yang terjadi harus secara relatif bersifat (permanen) dan tidak hanya
terjadi pada perilaku yang nampak (immediate behaviore), tetapi
perilaku yang mungkin terjadi dimasa mendatang (potential behavior)14
11
Junaidi, dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Tapis PGMI), Cet. 1, h. 13-17, 13-18
12
Trianto, Mengembangkan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), Cet. 1, hal. 7
13
Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet. 1, hal. 86
14
15
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah
semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam
bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian
biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu
menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang
terdapat dalam buku teks atau yang telah diajarkan oleh guru.15
Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas dapat di
simpulkan bahwa belajar adalah, proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan pelatihan, maksudnya adalah perubahan tingkah laku,
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap pada
diri individu si pembelajar secara relative menetap pada saat ini dan
dimasa mendatang.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.16 Karena belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan ligkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan, dan
nilai-nilai sikap.17 Jadi semua aktivitas dan tingkah laku manusia diperoleh dari hasil diri nya dalam mengikuti proses pembelajaran dan
pengamalan pribadi yang diperoleh di dunia nyata dalam kehidupannya.
Untuk memperoleh hasil belajar pada tahap akhir proses
pembelajaran dilakukanlah kegiatan yang terdiri atas kegiatan evaluasi
dan tindak lanjut (follow up). Pada tahap ini guru melakukan penilaian
keberhasilan belajar siswa yang berlangsung pada tahap instruksional,
caranya adalah dengan melakukan evaluasi hasil dan menelaah
observasi aktivitas belajar siswa.
15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, hal. 87-88
16
Nana Sudajana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. XI, h. 22
17
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil
belajar menurut Gagne berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan Intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang
3) Startegi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah, kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.18
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowoledge
(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis ( menguraikan,
menentukan hubungan), syntesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan Evaluation (menilai). Domain afektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif,
teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.19
Berdasarkan pendapat para ahli diatas hasil belajar dapat
disimpulkan adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Tetapi secara keseluruhan
yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil proses
pembelajaran yang dilakukan.
18
Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. II, hal. 6
19
17
b. Hasil Belajar sebagai Kriteria Keberhasilan Sistem Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang
keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan
aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah
keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan
proses pembelajaranyang dilihat dari sisi penilaian.20 Karena penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.21 Jadi dengan kata lain kriteria hasil pembelajaran dapat dilihat dari produk yang
dihasilkan melalui proses yang dilakukan dengan memperhatikan
penilaian sebagai acuan keberhasilan suatu proses untuk menentukan
kesinambungan pengambilan keputtusan selanjutnya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan Hasil Belajar 1) Faktor Internal
a) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil
belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata
kemampuan belajarnya berada di bawah siswa yang tidak
kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada
umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan
akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.22
20
Wina Sanjaya, Perencanaan dan desain sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. I, hal. 13-14
21
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi pustaka, 2009), cet. I, hal. 221-222
22
b) Faktor psikologis
Setiap anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis
yang berbeda–beda. Perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. Faktor
psikologis yang dapat diuraikan meliputi intelegensi, perhatian,
minat dan bakat, motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal
lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
b) Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum,
19
Gambar 2.1 Bagan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
3. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikaan atau pembelajaran Kewarganegaraan (Civic
Education) mengembangkan paradigma pembelajarn demokratis,
yakni pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan siswa agar
menjadi manusia yang demokratis.23
23
Ubaedillah dan Abdul Rozak. 2012. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta : ICCE UIN Syarief Hidyatullah. Hal. 20
alam sosial
kurikulum
Sarana dan fasilitas
Guru Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajatr
Fak. internal
Fak.Eksternal
Fak. lingkungan Fak. psikologis
Fak.
instrumental Fak.fisiologis
Kondisi fisiologis umum Kondisi pancaindera
intelegensi perhatian Minat dan bakat Motif dan motivasi
Pendidikan Kewarganegaraan bukan sesuatu yang baru dalam
sejarah pendidikan nasional di Indonesia. Beragam model dan sebutan
bagi pendidikan kewarganegaraan dengan bermacam komponennya
telah banyak dilakukan pemerintah Republik Indonesia.
Di antara nama-nama tersebut antara lain: Pelajaran Civics
(1957/1962), Pendidikan Kemasyarakatan yang merupakan integrasi
sejarah, ilmu bumi, dan kewarganegaraan (1964), Pendidikan Kewarga
Negara (1968/1969), Pendidikan Kewarganegaraan, Civics, dan Hukum
(1973), Pendidikan Moral Pancasila atau PMP (1975/1984). Sejak
reformasi Pendidikan Kewarganegaraan mengacu pada
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 diwujudkan dengan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.24
Civic Education sebagai ilmu kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan : (a). manusia dalam
perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi baik politik, sosial, dan
ekonomi, (b). Individu-individu dengan negara. Civics selalu
didefinisikan sebagai sebuah study tentang pemerintahan dan
kewarganegaraan yang terkait dengan kewajiban, hak, dan hak-hak
istimewa warga Negara. Dalam konteks Indonesia saat ini, Civic
Education lebih tepat diterjemahkan sebagai “Pendidikan
Kewarganegaraan” karena lebih menempatkan warga negara sebagai subjek daripada objek pembelajaran.
Secara teoritis, upaya mendefinisikan warga negara dan siapa
yang menjadi warga negara untuk suatu negara tidak mudah. Hal ini
suatu kenyataan karena definisi warga negara untuk suatu negara
berbeda dengan definisi warga negara lainnya. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum dasar tertulis
memiliki kedudukan yang penting bagi bangsa Indonesia sebagaimana
dalam pasal 26 menyatakan tentang kewarganegaraan sebagai berikut :
24
21
a. Yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
Undang-undang sebagai warga negara.
b. Syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
undang-undang.
Aristoteles menyatakan bahwa ; The definition of a citizen is a
question which is often dispuped:there is no general agreement on who
is a citizen (definisi warga Negara adalah masalah yang sering
membingungkan: tidak ada kesempatan tentang siapa warga negara
itu).25 Menurut Undang-undang Kewarganegaraan Indonesia (UUKI) 2006, yang dimaksud dengan warga negara adalah warga suatu negara
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan .
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah
menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, bermartabat, dan aktif
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk mendidik bangsa
menjadi warga negara lebih cerdas dalam berkehidupan berbangsa dan
bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan ditandai oleh ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Civic Education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program
sekolah.
b. Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang
dapat menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalam
masyarakat demokratis.
c. Civic Education hal-hal yang menyangkut pengalaman, kepentingan
masyarakat, pribadi, dan syarat-syarat objektif untuk hidup
bernegara.
Ini artinya, Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu program
pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-usur substanstif dari
komponen civic Education melalui model pembelajaran yang
25
demokratis, interaktif, serta humanis dalam lingkungan yang
demokratis di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b.Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Materi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) terdiri
dari tiga materi pokok, yaitu demokrasi, hak asasi manusia dan
masyarakat madani.26 Berdasarkan tujuan tersebut diatas, maka materi dalam pembelajaran PKn perlu diperjelas. Oleh karena itu, ruang
lingkup PKn secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut. (1)
Pesatuan dan Kesatuan, (2) Norma Hukum dan Peraturan, (3) HAM,
(4) Kebutuhan warga Negara, (5) Konstitusi Negara, (6) Kekuasaan
Politik, (7) Kedudukan Pancasila, dan (8) Globalisasi.27 c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak atau karakteristik
warga negara yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran mata
pelajaran PKn digariskan secara tegas dalam lampiran permendiknas
nomor 22 tahun 2006, adalah untuk menjadikan siswa :
1)mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di
negaranya.
2)mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan
bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam
semua kegiatan, dan bisa berkembang secara positif dan demokratis,
sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan
mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dengan baik.28
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga
26
Ubaedillah. Op. Cit.,hal. 19
27
Udin Winataputra. 2013. Pembelajaran PKn di SD. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka. hal. 17
28
23
negara Indonesia yang cerdas, bermartabat, dan aktif dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkan pembelajaran
yang demokratis, yakni pembelajaran yang menekankan pada upaya
pemberdayaan siswa sebagai bagian warga negara Indonesia secara
demokratis. Dengan pembelajaran ini siswa tidak hanya mengetahui
pengetahuan tentang kewarganegaraan tetapi juga mampu
mempraktikkan pengetahuan yang mereka peroleh selama mengikuti
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam kehidupan
sehari-hari. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan ini dalam
implementasinya adalah suatu proses pembelajaran yang menempatkan
peserta didik sebagai subjek daripada objek pembelajaran, sementara
guru berperan sebagai fasilitator atau mitra belajar peserta didik dalam
seluruh proses pembelajaran di kelas.
Materi pendidikan kewarganegaraan disusun berdasarkan pada
kebutuhan mendasar dan universal warga negara yang semakin kritis
dan saling terkait anara satu dengan yang lainnya. Melalui pendidikan
kewarganegaraan ini siswa dapat menjadi warga negara Indonesia
yang tidak hanya baik tetapi kritik, aktif, cerdas, solutif dan
mempunyai pengetahuan kewarganegaraan, selain itu sebagai upaya
pembelajaran yang diarahkan agar siswa tidak hanya mengetahui
sesuatu (learning to know), melainkan dapat belajar untuk menjadi
(learning to be) manusia yang bertanggung jawab sebagai individu dan
makhluk sosial serta belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do)
yang didasari oleh pengetahuan yang dimilikinya. Melalui pola
pembelajaran tersebut siswa dapat dan siap untuk belajar hidup
bersama (learning to live together).
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Omsah dalam
Belajar Siswa pada Konsep Gaya melalui Pendekatan CTL” pada pokok bahasan gaya dapat meningkatkan hasil belajar.29 Melalui pendekatan CTL terbukti hasil belajar siswa meningkat.
Begitu pula menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh U. Manhuzen dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran PKn di MI AL-Badriyah Sukabumi” pada pokok bahasan pemerintahan desa dan kecamatan mampu meningkatkan minat belajar siswa.
30
Melalui model pembelajaran CTL terbukti minat belajar siswa meningkat.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada kemiripan
dengan penelitian diatas yaitu penerapan pendekatan pembelajaran
Contextual Teaching and learning/CTL, perbedaan terdapat pada perlakuan
peserta didik dalam proses, populasi dan materi pelajaran yang diteliti.
Dengan mengacu kepada dua skripsi diatas peneliti juga akan
melakukan penelitian dengan menggunakan penerapan pendekatan
pembelajaran yang sama, yakni pendekatan pembelajaran contextual teaching
and learning/CTL. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
penelitian yang telah dilakukan diatas adalah pada populasi yang diteliti,
materi pembelajaran dan tujuan hasil penelitian. Peneliti melakukan
penelitian dengan populasi siswa kelas IV MI Miftahussa‟adah Kota Tangerang, pada pelajaran PKn dengan materi globalisasi dan tujuan
penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dikemukakan dan membagi komponen utama pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning
yaitu prestasi kelas, kelompok, tes dan nilai peningkatan individu serta
29
Omsah,Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya melalui Pendekatan CTL,
Skripsi Program Studi IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah:Jakarta 2012
30
25
penghargaan kelompok. Pembelajaran contextual teaching and learning
diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran dan memberi peningkatan kualitas pembelajaran siswa.
Permasalahan tersebut terjadi pada pembelajaran PKn di kelas IV MI Miftahussa‟adah Kota tangerang pada materi globalisasi. Pembelajaran yang dilaksanakan belum dapat memaksimalkan potensi siswa dalam memahami
materi. Akibatnya, masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM
pada materi globalisasi.
Peneliti memilih pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning untuk digunakan dalam pembelajaran PKn materi globalisasi.
Pendekatan pembelajaran ini menuntun siswa bekerja sama dalam sebuah
kelompok untuk memecahkan persoalan di dunia nyata yang mereka hadapi.
Interaksi yang terjadi antar siswa di setiap kelompok maupun antara
kelompok-kelompok sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Pembelajaran ini tidak hanya membantu guru mentransfer ilmu pengetahuan,
tetapi juga dapat meningkatkan keberanian siswa, dan belajar menghargai
pendapat orang lain.
Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran contextual teaching
and learning ini, diharapkan hasil belajar siswa kelas IV MI Miftahussa‟adah Kota Tangerang dapat meningkat Kerangka berpikir diatas dapat dirangkum
[image:39.595.121.513.149.779.2]dalam skema 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2 Bagan Skema Kerangka Berpikir Tindakan
Kondisi Awal
Pembelajaran PKn di sekolah bersifat konvensional, aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal ini menyebabkan beberapa siswa belum mencapai KKM
Tindakan (Acting)
Guru menggunakan pendekatan pembelajaran contextualteaching and learning/CTL untuk pembelajaran PKn materi Globalisasi .
Kondisi Akhir
Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning/CTL ini, diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV MI Miftahussa‟adah Kota Tangerang
D.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan keterangan diatas, dapat dirumuskan hipotesis bahwa
penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning/CTL
dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi
Globalisasi di kelas IV MI Miftahussa‟adah Cipondoh Kota tangerang
Selain itu juga dapat mengetahui cara mengajar melalui pendekatan
pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan tepat pada pelajaran
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pada Penelitian Tindakan Kelas ini sengaja peneliti mengambil lokasi di MI. Miftahussa‟adah di Jl. Madrasah Miftahussa‟adah RT. 02/07 kelurahan Ketapang Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Tempat tersebut dipilih
dengan pertimbangan karena peneliti adalah guru kelas di madrasah
tersebut.
2. Waktu penelitian yaitu pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014, selama 4
bulan yaitu bulan Maret sampai Juli 2014 Adapun tahapannya, sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan (Maret-April 2014)
Tahap ini mencakup pembuatan judul, pembuatan proposal, pembuatan
instrumen, permohonan izin di sekolah, fakultas dan konsultasi kepada
pembimbing
b. Tahap Pelaksanaan (Mei 2014)
Tahap ini mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah yang
meliputi uji coba instrumen dan pengambilan data, serta pelaksanaan
tindakan penelitian.
c. Tahap Penyusunan (Mei-Juni 2014)
Tahap pengolahan data dan konsultasi, dilanjutkan dengan penyusunan
laporan, serta persiapan dan ujian serta pengumpulan skripsi.
3.1 Tabel Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Minggu Ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyususnan Proposal dan Perencanaan
√ √ √ √
2 Proses
Pembelajaran √ √ √ √
3 Evaluasi √ √
4 Pengumpulan
Data √ √
5 Analisis Data √ √ √
6 Penyusunan
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas
(classroom action research), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang
dilakukan di kelas melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.31 Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus,
tiap siklus memiliki tahapan sebagai berikut: 1) tahap perencanaan, 2)
tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap pengamatan dan pengumpulan data,
4) tahap refleksi. namun apabila pada siklus pertama hasil belajar yang diinginkan telah tercapai maka siklus kedua tidak diperlukan lagi.
Tahap perencanaan :
a. Menelaah kurikulum MI Miftahussa‟adah Cipondoh Kota Tangerang kelas IV mata pelajaran Pendidikan Kewrganegaran pada materi
Globalisasi.
b. Melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan pembimbing penelitian
untuk membahas materi yang akan diajarkan melalui pendekatan
pembelajaran yang digunakan yakni Contextual Theaching and
Learning/CTL.
c. Menentukan pokok bahasan dan merancang kegiatan yang akan
diajarkan pada pelaksanaan siklus I melalui penerapan pendekatan
pembelajaran ContextualTeaching and Learning.
d. Mempersiapkan perangkat pembelajaran untuk tiga siklus pertemuan.
e. Menyusun format lembar observasi dan.
f. Menyiapkan soal tes hasil belajar untuk digunakan pada tiap akhir
pelaksanaan kegiatan
31
29
2. Rancangan Siklus Penelitian
Adapun rancangan siklus penelitian yang akan digunakan selama penelitian ini sebagaimana gambar 3.1 dibawah ini :
Gambar 3.1
[image:43.595.117.513.184.575.2]Skema Alur Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3.1 Skema alur penelitian tindakan kelas di atas
merupakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh peneliti dalam
penelitian tindakan kelas. Adapun penerapan prosedur di atas dilakukan
dengan siklus pembelajaran yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan
untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap
sebagai solusi. Perencanaan tindakan yaitu menyusun rencana tindakan
dan penelitian tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan untuk mencapai tujuan penelitian.
Perencanaan tersebut yaitu dengan membuat rencana pembelajaran
yang menggunakan pendekatan pembelajaran Contextual Theaching
and Learning/CTL sebaik mungkin dan dapat dilaksanakan secara
efektif dalam berbagai situasi lapangan. Pada tahap ini juga Refleksi
Perencanaan
SIKLUS
Tindakan Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS Tindakan
Pengamatan
dipersiapkan beberapa instrumen penelitian yaitu lembar observasi
siswa dan guru, lembar penilaian, dan tes hasil belajar yang digunakan
selama dan akhir pelaksanaan tindakan.
b.Tindakan
Tahap tindakan merupakan tahap apa yang akan dilakukan oleh
guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan
yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana
tindakan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh
guru sebagai guru kelas, tetapi dalam proses observasi dilakukan oleh
observer yang dibantu oleh teman sejawat dengan menggunakan
beberapa alat instrument penelitian yaitu lembar observasi guru dan
siswa, lembar wawancara dan angket motivasi serta tes prestasi belajar
siswa. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus
disajikan dalam dua pertemuan.
c. Observasi
Observasi yaitu mengamati hasil atau dampak dari tindakan
yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi atau
pemantauan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan.
Adapun fungsi pokok observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian
pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan dan untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat
menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dilakukan untuk
mengamati aktivitas perilaku dan keadaan yang berhubungan dengan
pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai
kriteria. Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang
perubahan yang terjadi, baik pada siswa, suasana kelas, maupun
31
memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil
(perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan yang dilakukan
oleh peneliti. Pada tahap ini merenungkan kembali apa yang telah
dilaksanakan di dalam tindakan. Apabila hasil dari tindakan tersebut
baik, maka tindakan selanjutnya dapat dilanjutkan, tetapi apabila dalam
tindakan itu perlu adanya perbaikan, maka tindakan tersebut perlu
diulangi secara keseluruhan. Dalam tahap refleksi peneliti mengadakan
diskusi dengan observer di setiap akhir tindakan. Diskusi dilakukan
berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan siswa secara
langsung. Untuk menyusun tindakan selanjutnya, selain itu peneliti
juga harus merefleksi diri dengan melihat data observasi apakah
kegiatan yang dilakukan telah mengenai sasaran atau belum.
Siklus Penelitian I (Siklus Pertama)
Rincian prosedur tindakan Siklus I adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan
disampaikan. Standar kompetensi yang dipilih adalah standar 4.
Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya. Sedangkan
Kompetensi dasar yang dipilih yaitu kompetensi dasar 4.2
Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan
dalam misi kebudayaan internasional.
b. Menyusun RPP sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator yang telah ditetapkan serta skenario pembelajaran yang
sesuai dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and
Learning/CTL.
c. Mempersiapkan sumber dan media berupa gambar.
d. Menyusun alat evaluasi berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil
belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
e. Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan untuk mengamati
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus I, tindakan akan dilaksanakan dalam 2 (dua) kali
pertemuan dengan penerapan pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning/CTL pada proses pembelajaran. Dan di akhir
kegiatan atau tindakan dilakukan evaluasi dengan mengerjakan tes
mandiri. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
[image:46.595.112.515.192.756.2]Tabel 3.2
Kisi-Kisi Rencana Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Model CTL. Siklus I
No Langkah-Pembelajaran Alokasi
Waktu 1. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan ini, guru:
a. Mengecek kesiapan ruang, alat, dan materi serta peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Constrktivistik (Merekonstruksi)
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipelajari. c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau Kompetensi Dasar
yang akan dicapai.
d. Melakukan apersepsi berupa pertanyaan terkait materi yang akan dipelajari.
20 Menit
2. Kegiatan inti
Inquiry (Menemukan) a. Pengamatan (observasi)
Siswa membaca materi sesuai petunjuk guru pada buku siswa
b. Pengajuan Dugaan (hipotesis)
Dari buku yang telah dibaca siswa mencoba menyimpulkan c. Pengumpulan Data (data ghatering)
Untuk mendukung simpulan yang dilakukan siswa mengumpulkan data-data yang diperlukan sesuai dengan kenyataan yang terjadi ataupun yang telah dibacanya. Questioning (bertanya)
a. Bertanya jawab mengenai inquiry yang telah didapatkan siswa dengan menyebutkan data-data yang menguatkan dugaan (hipotesis).
Learning Community (masyarakat belajar)
b. Guru memberikan petunjuk dalam melaksanakan masyarakat belajar dan contoh pelaksanaannya.
33
a. G