• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beyond Interdependence in Europe: Studi Neofungsionalis pada Perdebatan Cokelat Uni Eropa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Beyond Interdependence in Europe: Studi Neofungsionalis pada Perdebatan Cokelat Uni Eropa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Cokelat Uni Eropa

Esai ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengantar Hubungan Internasional Semester 2 Program Studi Hubungan Internasional

Cecep Hermawan

170210150001

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

Beyond the Interdependence in Europe: Studi Neofungsionalis pada

Perdebatan Cokelat Uni Eropa.1 Cecep Hermawan

170210150001

Mahasiswa Strata-1 Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

Pendahuluan: Cokelat dan Pembentukan Uni Eropa

Dengan estimasi konsumsi per kapita cokelat sebesar 1,06 kg/ tahun pada 2020, cokelat menjadi salah satu komoditas yang berkembang dari tahun ke tahun dengan berbagai varietas.2 Cokelat merupakan komoditas yang populer dengan nilai transaksi yang signifikan dari tahun ke tahun. Eropa sebagai salah satu benua yang signifikan dalam perdagangan cokelat sering kali menjadi parameter penentuan perdagangan cokelat global. Dengan adanya kerangka kerja Single European Act (SAC).3 perdagangan komoditas dari dan ke Eropa mengalami standardisasi kualitas, komposisi, serta keamanan dalam perdagangan komoditas. Selama tahun 1973-2003 terjadi perdebatan terkait bagaimana cokelat harus di standardisasi. Namun, pernahkah Anda berpikir bahwa perdebatan akan definisi cokelat mengakibatkan hilangnya keuntungan relatif hingga US$ 30 Milyar dalam 30 tahun perdebatan di meja sidang Uni Eropa?.4

Dalam perdebatan cokelat ini, yang signifikan adalah karena dua negara dengan kapabilitas ekspor cocoa terbesar di Eropa yakni Belgia dan Britania Raya bersaing memperjuangkan definisi cokelat sebagai murni cokelat atau yang saat ini kita sebut sebagai Converture Chocolate, sementara Perancis, Britania Raya dan beberapa negara lainnya menginginkan efisiensi dalam produksi cokelat dengan menambahkan minyak sayur dan susu sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan cita rasa cokelat. Isu ini memiliki banyak dimensi yang bisa diamati, seperti peran aktor non-negara terutama perusahaan multinasional, juga kita dapat mengamati perdagangan dan faktor sistem internasional dalam menentukan pasar komoditas. Jika kita melihat pada level individu,

1 Essay berkisar 3000 kata dengan tambahan 300 kata daftar pustaka dan sekitar 160 kata catatan kaki.

2 Perhitungan dilakukan dengan menghitung data prediksi produksi cokelat 2020 dan estimasi penduduk

dunia pada tahun 2020;

3 Sebuah revisi akhir atas Perjanjian Roma yang diratifikasi pada 1985 dalam usaha membentuk common

market. Usaha untuk melaksanakan SEP ini telah diinisiasi oleh adanya Common Agricultural Policy 1967 yang merupakan bagian dari Perjanjian Roma 1957.

(3)

kita dapat melihat eksploitasi dari pekerja cokelat yang berada di negara-negara Afrika, yang berimplikasi pada negara dalam teori ketergantungan. Namun yang menarik adalah saat kita melihat pembentukan Uni Eropa sebagai sebuah akar dari masalah perdebatan ini. Dalam menangani masalah seperti halnya perdebatan cokelat ini, yang perlu kita pahami adalah akar masalah yang berasal dari Single European Act yang pada akhirnya diratifikasi pada 1986 dengan persiapan dari tahun- tahun sebelumnya termasuk standardisasi dari setiap produk komoditas yang dimulai dari standardisasi produk migas, lalu produk non- migas seperti halnya komoditas- komoditas agrikultur, mekanika, industri hilir, dan lainnya.

Pendekatan: Neofungsionalisme

Dalam memahami peran dari pembentukan serta integrasi dari negara- negara anggota Uni Eropa yang menyebabkan standardisasi komoditas agrikultur, terutama cokelat yang membawa Uni Eropa ke dalam perdebatan cokelat ini penulis akan menggunakan teori Liberal Institusionalis dalam memahami pembentukan sebuah institusi atau proses integrasi dari negara-negara anggota Uni Eropa melalui pembentukan perjanjian- perjanjian yang mendukung terbentuknya integrasi dan juga mendukung pembentukan Uni Eropa pada perjanjian Lisbon pada 2007. Menggunakan teori Institusionalis, seperti teori integrasi milik Ernst B. Haas, selalu ada asumsi utama, yang dalam teori Haas adalah asumsi Spill-over miliknya.

Dalam memahami teori Institusionalisme, teori liberal menjadi akar utama dalam pemecahan masalah yang bersifat institusionalis, karena saat berbicara teori liberal,

maka sarana yang akan digunakan dalam pembentukan perdamaian atau ‘peace’ adalah

(4)

sebuah perkembangan kepada bentuk negara yang modern yang diterjemahkan berbeda- beda oleh para teoretisi liberal (Sorensen & Jackson, 2013: 102). Bisa saja seperti Immanuel Kant yang mengharapkan terbentuknya perpetual peace di mana negara- negara bergabung menjadi satu dalam sebuah federasi. Ataupun seperti mimpi dari Woodrow Wilson yang menginisiasi pembentukan LBB sebagai sebuah bentuk World Government yang mengasumsikan bahwa negara- negara akan aman dan tidak akan saling serang karena mereka berada pada satu wadah yang sama, di mana akan ada pembentukan identitas kolektif dari semua anggotanya, yang terbukti gagal setelah meletusnya perang dunia kedua.5

Dalam melakukan analisis terhadap Integrasi Eropa yang menghasilkan perdebatan cokelat ini, kita harus mengasumsikan bahwa Eropa dalam konteks Liberal Interdependence. Di mana masyarakat dan negara akan terpengaruh oleh kegiatan di daerah lain, wilayah lain, hingga di negara yang lain (Sorensen & Jackson, 2013:102). Hal ini hanya dapat terjadi pada sebuah wilayah yang terintegrasi seperti Eropa yang telah membentuk Uni Eropa dimulai dari ECSC pada 1951 dengan Perancis, Jerman, Italia, dan negara- negara Benelux yang meratifikasi perjanjiannya.6 David Mitrany (1966) pertama

kali mengungkapkan teori integrasi fungsionalis miliknya yang menekankan bahwa semakin besar interdependensi antar negara dalam bentuk ikatan transnasional antar negara dapat mengantarkan sistem pada kondisi perdamaian. Dalam kasus Uni Eropa sendiri, kita dapat mengatakan bahwa setelah Perang Dunia II berakhir, anggota- anggota Uni Eropa ini tidak banyak mengalami pertentangan kepentingan, justru mulai membentuk jaring- jaring interdependensi antar negara. Proses integrasi menurut Mitrany akan berkembang dan meluas saat setiap anggotanya menemukan keuntungan bersama, yang semuanya diatur oleh para ahli. Hal inilah yang dibantah oleh Haas yang mengatakan bahwa tidak selamanya integrasi harus diatur oleh aktor-aktor atau teknisi negara yang ahli. Unsur- unsur politik ini harusnya menjadi sebuah hal yang menyatu dalam proses integrasi. Teori sentral dari Haas adalah spill-over. Namun Berdasarkan Tranholm-Mikkelsen (1991:5) mengatakan bahwa Haas juga melihat bahwa munculnya integrasi adalah munculnya kepentingan- kepentingan politik. Maka, saat kita berbicara

5 Woodrow Wilson menggunakan istilah zoo dalam menggambarkan world government yang ia analogikan.

Mengumpamakan bahwa negara-negara yang berada dalam kondisi anarki sebagai binatang yang dapat diatur dalam sebuah kebun binatang (dikutip dari Sorensen dan Jackson, 2013).

(5)

mengenai integrasi ekonomi. Maka kita juga berbicara mengenai integrasi dalam hal lain seperti keamanan, migrasi, dan lainnya. Haas dalam Dosenrode (2010: 22) mendefinisikan integrasi ekonomi yang mengarah pada integrasi kepentingan politik ini sebagai sebuah proses di mana aktor-aktor politik dari berbagai negara dipengaruhi untuk memberikan loyalitas, ekspektasi, dan aktivitas politik mereka pada satu pusat yang baru, di mana institusi atau sentral yang baru ini akan memiliki yurisdiksi pada negara- negara anggotanya, dan membentuk sebuah komunitas politik.

Dalam integrasi Uni Eropa sendiri, menurut perjanjian Lisbon 2007 tentang penegasan dan Pembentukan Uni Eropa berdasarkan pada Perjanjian Maastricht 1992 dan Perjanjian Roma 1957 tentang pendirian komunitas ekonomi Uni Eropa. Dalam mewujudkan pembentukan Uni Eropa yang disahkan pada perjanjian Lisbon 2007 dan berlaku pada 2009 ini diperlukan 50 tahun proses pembentukan identitas bersama dari semua anggota hingga membentuk Uni Eropa. Salah satu tantangan terberat dalam membentuk Uni Eropa adalah SAC yang merupakan sebuah perjanjian dalam pembentukan sebuah kebijakan bersama bagi seluruh anggota Uni Eropa. Yang menjadi masalah adalah sering kali proses standardisasi dalam kebijakan ini mengundang banyak perdebatan terutama pada aspek ekonomi, di mana beberapa negara yang merasa dirugikan karena proses standardisasi ini. Namun, proses pembentukan SAC ini adalah sebuah proses yang menunjukkan adanya proses perluasan (spill-over) dari integrasi Uni Eropa dari kebijakan Ekonomi, yang masuk ke kebijakan- kebijakan strategis lainnya, yang bisa ditunjukkan melalui proses integrasi melalui perdebatan cokelat yang dimulai pada 1973.

Common Agricultural Policy (CAP): Perdebatan Cokelat dan Proses Integrasi Common Agricultural Policy (CAP). Hal inilah yang menjadi masalah dalam

(6)

Eropa yang berawal dari European Coal and Steel Community (ECSC) pada 1955 yang melebar kepada integrasi dan perluasan pada negara dan komoditas lain.

Dalam proses integrasi serta realisasi SAC ini akan ditemui berbagai konflik dalam pembentukan standardisasi, salah satunya adalah dalam perdebatan akan definisi cokelat dalam sidang- sidang pembentukan CAP selama tahun 1973-2003. Dalam konflik ini ada Belgia sebagai negara yang mendapatkan surplus ekonomi paling tinggi dari penjualan cokelat mentah (cocoa) mengatakan bahwa hanya cokelat yang secara eksklusif menggunakan cocoa butter yang dapat disebut dengan cokelat. Sementara negara- negara lain seperti Britania Raya, dan Jerman sebagai penghasil cokelat terbesar setelah Belgia menginginkan sebuah proses produksi yang lebih efisien dan menguntungkan dengan menggunakan produk substitusi seperti susu dan minyak sayur. Hal ini tidak dapat dibiarkan, karena usaha-usaha pembentukan CAP menuntut setiap negara anggota untuk bersepakat dalam standar produksi setiap komoditas agrikultur yang dihasilkan dalam kawasan. Belgia sebagai negara yang menggunakan cokelat sebagai identitas dan komoditas ekspor utama merasa khawatir bahwa ia akan kehilangan keuntungan kompetitifnya sebesar $30 Milyar dari perdagangan cokelatnya ke seluruh dunia. Britania Raya dan enam negara lain eksportir cokelat lainnya yang bergabung dengan EU mulai 1973 memenangkan perdebatan ini dengan sebuah pembentukan kebijakan pengecualian dalam produksi dan perdagangan cokelat yang sekarang ini kita kenal sebagai Coverture Chocolate dan Compound Chocolate yang dikenal sebagai cokelat kualitas kedua yang

lebih murah.7 Perdebatan akan cokelat ini telah menunjukkan adanya sebuah hubungan yang kompleks mengenai bagaimana konsep integrasi ekonomi yang sederhana seperti cokelat dapat memunculkan sebuah upaya-upaya yang mengubah setiap sisi dalam masyarakat dan memengaruhi kehidupan dari banyak orang.

Proses Integrasi: Kebutuhan Pra-Integrasi

Proses integrasi ini tidak dapat secara langsung terjadi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pembentukan sebuah institusi yang secara kuat dapat mengikat setiap aktor di dalamnya. Scmhitter (2005:258) menjelaskan mengenai prasyarat dalam teori neofungsionalisme Haas yakni: (1) Meningkatnya interdependensi antar negara; (2)

7 Converture Chocolate adalah istilah untuk menyebutkan cokelat yang murni dibentuk dari cocoa.

Sementara Compound Chocolate adalah istilah untuk menyebutkan cokelat yang telah dicampur dengan

(7)

krisis dalam besaran tertentu; (3) perkembangan sebuah birokrasi regional yang kuat ; (4) perkembangan sebuah organisasi regional yang independen dan mampu untuk membuat kebijakan dalam sebuah kawasan.

Dalam memahami krisis cokelat ini melalui proses neofungsionalisme Haas, ECSC adalah sebuah titik awal yang menunjukkan adanya interdependensi antar negara-

negara Eropa Barat pasca perang dunia kedua. ECSC yang diinisiasi melalui Paris Treaty ini dibentuk untuk menghindari adanya perang antara Jerman dan Perancis pada masa itu. Dalam proses perkembangan komunitas Eropa sendiri, yang dalam Perjanjian Roma 1957 berkembang menjadi 3 pilar komunitas Eropa yakni European Atomic Energy Community, European Coal and Steel Community, dan European Economic Community

yang menghasilkan sebuah rencana pembentukan kebijakan Single European Act yang pada akhirnya diratifikasi pada 1985 dan berjalan secara efektif pada 1992.

Dalam pembentukan komunitas- komunitas ini, terutama dalam pembentukan Single European Act, krisis standardisasi komoditas sebagai usaha pembentukan pasar bersamalah yang paling sulit. Adanya krisis cokelat yang baru selesai 14 tahun ke belakang ini menunjukkan sulitnya proses integrasi dapat terjadi. Cokelat sebagai komoditas strategis yang mengalami titik perdagangan tertinggi pada dekade 1970an ini menjadi alasan utama mengapa perdebatan ini terjadi. Cidell dan Alberts (2006:1000) mengatakan bahwa negara- negara yang berada dalam konflik ini adalah negara negara- negara yang dominan dalam perdagangan dan manufaktur produk cokelat. Kualitas cokelat dari proses produksi ini tidak hanya menjadikan negara tersebut sebagai negara yang terkenal sebagai cokelat namun juga mengonstruksi bagaimana cokelat menjadi identitas negara tersebut. Belgia dan Switzerland sebagai negara yang menjadikan cokelat sebagai identitas mereka tentu tidak ingin keistimewaan mereka yang mendatangkan keuntungan dan surplus ekonomi yang tinggi di tengah titik tertinggi perdagangan cokelat dunia hilang begitu saja karena negara lain yang memiliki lebih sedikit cokelat ingin meningkatkan efisiensi dan keuntungan produksi.

(8)

menunjukkan bahwa kebijakan yang dibuat pada satu region dapat mempengaruhi kebijakan ataupun aktivitas di belahan dunia lain seperti yang dikatakan oleh Keohane dan Nye, Jr (1977: 24-6) bahwa sebuah aktivitas politik/ ekonomi pada satu wilayah akan memengaruhi pembuatan kebijakan ekonomi/ politik di negara lain, tanpa melulu memengaruhi melalui cara militeristik. Keohane dan Nye ini sedikit banyak juga mempengaruhi teori neofungsionalisme milik Haas, di mana Haas juga mengamini bagaimana sebuah proses integrasi yang membawa pada stabilitas sistem internasional didapatkan melalui adanya proses integrasi ekonomi dan politik oleh negara- negara dalam sistem. Standardisasi komoditas Cokelat (atau cocoa) secara khusus dan pembentukan Single European Act ini, saat mulai diinisiasi oleh Perjanjian Roma ini sekalipun ada Perang Dingin yang terjadi tidak banyak menunjukkan adanya pengangkatan senjata, yang berarti Haas dan Nye sama- sama menunjukkan sebuah kesamaan pendekatan mengenai proses pembentukan institusi sebagai sebuah determinan perdamaian.

Proses ketiga dalam integrasi Haas yang dikatakan oleh Shmitter adalah pembentukan sebuah birokrasi yang kuat. Sebenarnya dalam permasalahan cokelat ini sendiri, birokrasi terbentuk dalam kerangka European Community terutama dalam hal ekonomi adalah European Economy Community yang memutuskan untuk melakukan pengecualian dalam standardisasi produk cokelat oleh Britania Raya. Dalam prosesnya, Italia dan Spanyol melakukan embargo terhadap produk-produk Cokelat Britania Raya yang memiliki campuran minyak sayur dan susu seperti Cadbury.8 Dalam upaya penyelesaian permasalahan cokelat ini juga, pada 2002, melalui Mahkamah Tinggi Uni Eropa di Brussels memaksa Italia dan Spanyol untuk menghentikan pelarangan produk cokelat, dan memutuskan segala jenis cokelat dalam proporsi berapapun tetaplah sebuah cokelat. Hanya dibedakan melalui nama dan jenis- jenisnya. Sehingga negara—negara yang memiliki keuntungan lebih tinggi dari perdagangan komoditas cokelat dapat diuntungkan.

Inside Integration: Karakteristik dan Analisis Integrasi

Dalam proses Integrasi dan spill-over Haas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis, yang menurut Philip Shmitter (2005:258-260)

(9)

adalah: (1) pembentukan loyalitas bersama terhadap satu institusi supranasional; (2) Keputusan tidak sempurna dalam integrasi; (3) Isu fungsional dalam proses integrasi; (4) peran aktor- aktor supranasional; (5) stategi dalam perwujudan integrasi; (6) hasil akhir integrasi.

Dalam proses integrasi ekonomi dan politik negara- negara Eropa ini, benih- benih Uni Eropa (European Communities)-lah yang berperan secara signifikan dalam proses integrasi. Negara- negara Eropa yang pada saat perang dunia kedua terpecah- pecah mulai terintegrasi dan menyatu pada sebuah komunitas. European Community yang terbentuk melalui Rome Treaty yang akhirnya dimodifikasi menjadi European Union melalui Lisbon Treaty 2007 yang berjalan pada 2009 ini menunjukkan adanya pergeseran dari

peran negara yang biasanya signifikan dalam menangani masalah bergeser saat setiap negara setuju untuk melakukan kerja sama dalam beberapa aspek yang akan mereka jadikan sebagai kepentingan bersama. Dalam pembentukan ECSC pada 1951 melalui perjanjian Paris. Salah satu alasannya adalah untuk melakukan tindakan pencegahan perang antara Perancis dan Jerman sert negara lainnya dengan menghilangkan akar masalahnya.9 Pembentukan Uni Eropa yang terinisiasi karena ECSC ini pada dasarnya adalah untuk mempertemukan Jerman dan Perancis bersama untuk menghilangkan sebuah tipe oposisi tua antara kedua negara yang rawan peperangan (Price, 2000). Yang artinya ada kepercayaan dari negara- negara ini untuk lebih memberikan loyalitas mereka terhadap organiasasi regional yang telah terbentuk sehingga peperangan tidak hanya tidak akan terpikirkan, tapi juga tidak akan mungkin terjadi secara material. (Price, 2000). Proses integrasi yang dilakukan ini juga memiliki beberapa kepentingan yang sifatnya kolektif, seperti meningkatkan kapasitas produksi batu bara dan baja yang semakin dibutuhkan efisiensinya semenjak masa revolusi industri pada abad ke-19 (Orlow, 2002: 168).

Begitupun dalam proses perdebatan cokelat pada dekade 1970an, yang merupakan dampak dari CAP yang diterapkan EU pada awal 1960an untuk mencapai SIngle European Act pada 1986. CAP merupakan sebuah perjanjian sekaligus kebijakan yang menekankan pada standardisasi produk-produk komoditas agrikultur strategis (Goldstein dan Pevehouse, 2014: 360). yang pada dasarnya diinisiasi atas adanya kepentingan yang

(10)

dimiliki oleh dua kelompok negara penghasil produk olahan cokelat, yakni Belgia dan sekutunya seperti Italia, Spanyol dan the Benelux, serta Britania Raya dan sekutunya seperti Perancis, dan lainnya. Pada awalnya adanya kepentingan antara negara- negara ini untuk meempertahakan keunggulan negara mereka, karena memang sifat alamiah sebuah negara adalah untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya (Sorensen dan Jackson, 2013: 22-4). Pergeseran loyalitas dan juga kepentingan dalam hal standardiasasi komoditas baru terjadi pada awal abad ke dua pulih satu, saat perjanjian- perjanjian pembentukan Uni Eropa sebagai identitas bersama diinisiasikan lebih lanjut melalui Lisbon Treaty saat perjanjian- perjanjian yang membentuk European Communities mulai kadaluwarsa.

Hasil Akhir Integrasi: Uni Eropa yang Damai

Perdebatan cokelat berakhir pada 2003 dengan putusan Mahkamah Tinggi Eropa atas penghentian embargo Italia dan Spanyol atas produk- produk cokelat Britania Raya. Akhir dari putusan ini merupakan salah satu kesuksesan Single European Act, Sejak awal 1950an, Uni Eropa adalah negara yang menjadi pioneer dalam proses pembentukan sebuah institusi yang mampu menghindarkan diri dari perang yang berkepanjangan. Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa Uni Eropa dapat damai daripada kawasan- kawasan yang lain, jika disimpulkan dari berbagai literatur, ada 4 alasan utama kenapa Uni Eropa berhasil melewati krisis- krisisnya dalam Single European Act. Yakni (1) politisi yang visioner; (2) Kepemimpinan aksis Franco-German; (3) kesukarelaan dalam menyerahkan sebagian kedaulatannya ; (4) konsensus bersama dikombinasikan dengan solidaritas dan toleransi.

(11)

kuat seperti yang dikatakan Haas dan Schmitter dalam prasyarat integrasi dan proses spill-over dalam ranah tradisi neofungsionalis.

Yang paling penting dalam proses integrasi Uni Eropa ini adalah kesukarelaan

dari setiap negara anggota untuk berbagi kedaulatan dalam proses integrasi. Kedaulatan

yang menurut Mingst (2011: 11) adalah sebuah harga yang paling tinggi dari sebuah negara, dibagi dalam konteks kawasan, yang artinya ada sebuah pergeseran dari loyalitas

negara dan hirauan negara dari negara pada konteks kawasan. Bayangkan dalam konteks

cokelat ini jika ada satu negara yang menolak konsensus dari Uni Eropa maka akan ada

perpecahan yang dampaknya juga akan merembet seperti halnya proses spill-over dalam

proses integrasi.

Beyond Chocolate of the European Union

Memahami proses perdebatan cokelat ini tidak hanya menunjukkan bagaimana sebuah krisis terjadi dalam sebuah proses integrasi. Perdebatan cokelat yang dimulai pada awal 1970an yang disebabkan klaim Belgia atas haknya mempertahankan definisi cokelat sebagai cokelat murni yang harus di standardisasi dalam Common Agricultural Policy (CAP). Proses integrasi Uni Eropa yang dimulai dengan pembentukan European Coal and Steel Community 1955 yang merupakan produk dari Paris Treaty 1951 yang bertujuan melakukan efisiensi produksi batu bara dan baja. Yang beranjak menjadi pembentukan perjanjian lain seperti Rome Treaty 1957 yang membentuk European Community, di mana European Economic Community membentuk sebuah kebijakan yang

(12)

Daftar Pustaka

Alberts, H. C., & Cidell, J. L. (2006). Chocolate Consumption, Manufacturing, and Quality in Western Europe and the United States. Geography Volume 93 No.1, 218-226.

Blane, C. (2000, May 25). Euro Chocolate War Ends. Diambil kembali dari BBC News: http;//news.bbc.co.uk/2/hi/europe/764305.stm

Cidell, J. L., & Alberts, H. C. (2006). Constructing quality: The multinational histories of chocolate. Geoforum 37, 999-1007.

Dosenrode, S. (2010). Federalism Theory and Neo-Functionalism: Element for an Analytical Framework. Perspective on Federalism, Vol 2, Issue 3, E1-E28. Gehring, T. (1996). Integrating Integration Theory: Neo-functionalism and International

Regimes. Global Society, Vol. 10, No. 3, 225-253.

Goldstein, J., & Pevehouse, J. C. (2014). International Relations: 2013-2014 Update. New York: Pearson Publishing.

Haas, E. B. (1975). The Obsolescence of Regional Integration. Berkeley, CA: Institute of International Studies.

Mings, K. A. (2003). Essentials of International Relations, 2nd ed. London and New York: W.W. Norton and Company, Ltd.

N., N. (2016, May 25). Cocoa Trend: 1959-2016. Diambil kembali dari Trading Economics: http://id.tradingeconomics.com/commodity/cocoa/

N.N. (2016, May 18). Population of World 1950-2100. Diambil kembali dari Population Pyramids: http;//populationpyramids.net/world/2020/

Orlow, D. (2002). Common Destiny: A Comparative History of the Dutch, French, and German Social Democratic Parties, 1945–1969. New York: Berghahn Book.

Osborn, A. (2003, January 17). Chocolate war over after 30 years. Diambil kembali dari The Guardian: http;//theguardian.com/uk/2003/jan/17/foodanddrink

(13)

Schmitter, P. (2005). Ernst B. Haas and the legacy of neofunctionalism, . Journal of European Public.

Sorensen, G., & Jackson, R. (2013). Introduction to International Relations: Theories and Approaches, 5th Edition. New York: Oxford University Press.

The Consumption Chocolate Worldwide by 1999-2020. (2016, May 18). Diambil kembali dari The Statistics Portal: http;//statista.com/statistics/238849/ global-chocolate-consumption/

Referensi

Dokumen terkait

Palvelutarpeen arviointia on tehty Lapin maakunnan ja kuntien väestötasolla. Palvelutar- peen arvioinnissa on myös kartoitettu nykyisen palvelujärjestelmän tilanne, minkä yhteydes-

Setiap mahasiswa diminta untuk membuat sebuah paper dengan panjang maksimal 500 kata yang berisi rangkuman dan refleksi kritis atas tulisan Abraham van de Beek. yang berjudul

Dengan demikian regresi berganda ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Indeks Pembangunan Manusia sebagai

Voltage Oriented Control merupakan metode MPPT yang digunakan dalam tugas akhir ini. Metode ini merupakan metode yang tersusun atas dua bagian loop pengaturan yang

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa dinamika penyesuaian diri sebagai pergerakan yang ditimbulkan dari dorongan semangat individu untuk

 Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan desa adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan desa berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan

Keadaan SMA Negeri 1 Cempaka sudah cukup bagus dan memadai, fasilitas yang mendukung para siswa, gedung yang terdiri dari beberapa ruangan antara lain: ruang kantor, ruang kepala

mengetahui berapa banyak barang yang sudah di retur. Sering terjadi kesalahan perhitungan penjualan dan pembelian, akibatnya laporan pembelian dan penjualan tidak