• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Zink (Zn) Pada Air Sumur Gali di Pancur Batu Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kadar Zink (Zn) Pada Air Sumur Gali di Pancur Batu Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR ZINK (Zn) PADA AIR SUMUR GALI DI

PANCUR BATU SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

TUGAS AKHIR

OLEH:

ERVINA SEPTA YOLANDA

NIM 112410067

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KADAR ZINK (Zn) PADA AIR SUMUR GALI DI

PANCUR BATU SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001

Disahkan Oleh : Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Damai sejahtera bagi kita semua,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Tugas Akhir (TA) dengan judul “Analisis Kadar Zink (Zn) Pada Air Sumur Gali

di Pancur Batu Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)”. Dimana penulisan

Tugas Akhir (TA) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaian

Pendidikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi

(4)

3. Ibu Drs. Lely Sari Lubis, M.Si,. Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir

yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh

perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.

4. Bapak Drs., Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penasehat

Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis

dalam hal akademis setiap semester.

5. Bapak Martias, Kepala Laboratorium Instrumen dan selaku Pembimbing PKL

di Baristand Industri Medan.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analisis

Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Seluruh Staf dan Pegawai Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

8. Untuk Sahabat-sahabat penulis (Hasnizar Siregar, Desi Eka Putri dan Tri

Agustina Siregar) yang telah memberikan semangat dan dukungan.

9. Teman - teman PKL yang saling mendukung dan bahu membahu selama PKL

hingga Tugas Akhir ini selesai dan teman - teman mahasiswa Analis Farmasi

Dan Makanan stambuk 2011 semuanya tanpa terkecuali, adik - adik stambuk

2012 dan 2013 yang tidak disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas

kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta masukan dalam penyusunan

Tugas Akhir (TA) ini.

Serta secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua

(5)

baik secara material maupun moril kepada penulis dengan penuh kasih sayang

dalam pengerjaan Tugas Akhir (TA) ini.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya Tugas Akhir (TA) ini masih

mempunyai kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan peningkatan mutu penulisan

Tugas Akhir (TA) di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir (TA) ini dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya. Amin.

Medan, Juni 2014

Ervina Septa Yolanda

(6)

Analisis Kadar Zink (Zn) Pada Air Sumur Gali Di Pancur Batu

Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Abstrak

Pencemaran air adalah adanya suatu penyimpangan dari sifat - sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Untuk mengetahui kadar zink (Zn) yang terkandung dalam air sumur di Pancur Batu memenuhi baku mutu atau tidak dapat diuji dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Kadar zink (Zn) yang diperoleh pada ketiga sumur gali di Pancur Batu dimana pada sumur I diperoleh kadar rata – ratanya 0,0596 mg/L, pada sumur II diperoleh kadar rata - ratanya 0,0800 mg/L dan pada sumur III diperoleh kadar rata – ratanya 0,0990 mg/L adalah layak digunakan oleh masyarakat setempat karena kadar tersebut tidak melebihi kadar zink yang diizinkan berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001 yaitu lebih kecil atau sama dengan 5 mg/L. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa air sumur di Pancur Batu layak digunakan dalam kegiatan sehari – hari masyarakat setempat karena tidak menimbulkan bahaya apabila dikonsumsi.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Pengukuran SSA... 26

2. Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

(11)

Analisis Kadar Zink (Zn) Pada Air Sumur Gali Di Pancur Batu

Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Abstrak

Pencemaran air adalah adanya suatu penyimpangan dari sifat - sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Untuk mengetahui kadar zink (Zn) yang terkandung dalam air sumur di Pancur Batu memenuhi baku mutu atau tidak dapat diuji dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Kadar zink (Zn) yang diperoleh pada ketiga sumur gali di Pancur Batu dimana pada sumur I diperoleh kadar rata – ratanya 0,0596 mg/L, pada sumur II diperoleh kadar rata - ratanya 0,0800 mg/L dan pada sumur III diperoleh kadar rata – ratanya 0,0990 mg/L adalah layak digunakan oleh masyarakat setempat karena kadar tersebut tidak melebihi kadar zink yang diizinkan berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001 yaitu lebih kecil atau sama dengan 5 mg/L. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa air sumur di Pancur Batu layak digunakan dalam kegiatan sehari – hari masyarakat setempat karena tidak menimbulkan bahaya apabila dikonsumsi.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten

peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini.

Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar

peradaban manusia (Effendi, 2003).

Air merupakan zat kehidupan, di mana tidak ada satupun makhluk hidup

di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Salah satu faktor penting penggunaan air

dalam kehidupan sehari – hari adalah untuk kebutuhan air minum yang berasal

dari air bersih.Hasil penelitan menunjukkan bahwa 65 - 75 % dari berat manusia

terdiri dari air. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum

sebanyak 2,5 - 3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan.

Manusia bisa bertahan hidup 2 - 3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2 - 3 hari

tanpa minum (Effendi, 2003).

Untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih untuk minum,

maka dilakukan pengolahan air dari sumber air. Hal ini disebabkan karena

seringnya dijumpai bahwa kualias air yang digunakan masyarakat kurang

(13)

air minum, air untuk mandi dan mencuci. Kegunaan air seperti tersebut termasuk

sebagai kegunaan air secara konvensional (Wardhana, 2004).

Salah satu cara penetapan kadar zink dapat dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA) untuk penentuan ion-ion

logam terlarut. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu

sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel

tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai

kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 mg/L), pelaksanaannya relative

sederhana, dan interferensinya sedikit (Rohman, 2007).

Berdasarkan hal di atas, dilakukan penelitian pada air sumur gali di Pancur

Batu, sehingga penulis memilih judul tentang “Analisis Kadar Zink (Zn) Pada

(14)

1.1Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar zink (Zn) yang terkandung dalam air sumur gali

di Pancur Batu memenuhi baku mutu atau tidak.

1.2.2 Manfaat

Dapat mengetahui kadar zink (Zn) yang terkandung dalam air sumur gali

Pancur Batu memenuhi baku mutu atau tidak sehingga hasil yang diperoleh dapat

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air dapat berwujud padatan (es), cairan, dan gas (uap air). Di mana air

merupakan satu - satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi

dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O

yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti

garam garam, gula, asam, beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul

organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak

zat kimia (Achmad, 2004).

Air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih sehari - hari, sebaiknya

air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dan mempunyai

suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa

nyaman. Jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar kemungkinan

air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat

organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air (

Azwar, 1990).

Menurut peruntukkanya, air pada sumber air dapat dikategorikan menjadi

(16)

a. Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum langsung

tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah

sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.

c. Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

pertanian.

d. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan

dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air

(Kristanto, 2002).

2.2 Pencemaran

Berdasarkan keputusan Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Hidup No 02/MENKLH/1988 yang dimaksud pencemaran adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan komponen lain ke dalam air dan

udara atau berubahnya tatanan atau komposisi air dan udara oleh kegiatan

manusia atau proses alam sehingga kualitas udara dan air menjadi kurang atau

tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkanya (Kristanto, 2002).

2.2.1 Pencemaran air

Pencemaran air adalah adanya suatu penyimpangan dari sifat - sifat air dari

(17)

tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air

sudah tercemar. Misalnya, walaupun di daerah penggunungan atau hutan yang

terpencil denngan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang

turun di atasnya selalu mengandung bahan - bahan terlarut, seperti CO2, O2, dan

N2 serta bahan – bahan tersuspensi lainya seperti debu dan partikel – partikel

lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer (Kristanto, 2002).

Air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi

merupakan air yang tidak mengandung bahan – bahan asing tertentu dalam jumlah

melebihi batas yang telah di tetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara

normal untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air minum ( air ledeng, air sumur

), berenang, rekreasi, mandi, kehidupan hewan air, pengairan dan keperluan

industri. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas

pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda – beda (Kristanto, 2002).

2.2.2 Sifat – Sifat Air Tercemar

Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi atau tidak diperlukan

pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah

terjadinya penyimpangan batas-batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji

dan dapat digunakan adalah nilai pH, suhu, warna/bau/rasa, jumlah padatan, nilai

BOD/COD, pencemaran mikroorganisme patogen, kandungan minyak,

(18)

2.3 Sumur gali

Sumur gali adalah satu kontruksi sumur yang paling umum dan meluas

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah rumah

perorangan sebagai air minum dengan kedalaman lebih kurang 15 meter dari

permmukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang bersal dari lapisan tanah

yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena

kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan

kotoran manusia kakus/jamaban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri,

baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.

Keadaan kontruksi terbuka dan pengambilan air sumurpun dapat merupakan

sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan kontruksi terbuka dan pengambilan

air dengan timba (Chandra, 2012).

Dari segi kesehatan sebenarnaya penggunaan sumur gali ini kurang baik

bila cara pembuatanya tidak benar - benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahanya.

Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat - syarat fisik dari

sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari beberapa pakar di bidang

inni, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar,

lantai sumur sekurang - kurangnya berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding

sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter

dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memiliki dinding sumur minimal 3

(19)

2.4 Zink (Zn)

Zink (Zn) atau yang dikenal juga dengan nama seng dalam bahasa

Indonesia dalah komponen alam atau elemen kimia yang terdapat di kerak bumi.

Zink adalah logam yang memiliki karateristik cukup reaktif, berwarna putih

kebiruan, pudar bila terkena uap udara dan terbakar bila terkena udara dengan api

hijau teranng. Zink dapat bereaksi dengan asam, basa dan senyawa nonlogam.

Zink dalam tabel periodik unsur – unsur kimia memiliki nomor atom 30,

mempunyai berat atom atau bobot 65,39 (Widowati, 2008).

Zink di alam tidak ditemukan dalam keadaan bebas, tetapi dalam bentuk

terikat dengan unsur lain berupa mineral. Mineral yang mengandung Zink di

alaam bebas seperti kalamin, franklinit, smithsonit, willenit, dan zinkit.

Kelimpahan Zink di dunia menempati urutan ke-27 sebagai unsur penyusun kerak

bumi. Sumber Zink bisa berupa mineral sphalerit (ZnS), kalamin, willenit, dan

zinkit (ZnO). Zink memiliki banyak keunggulan, antara lain memiliki daya energi

tinggi, bisa di daur ulang, dan tidak menyisakan emisi (zero emission) sehingga

logam tersebut dapat digunakan sebagai baterai habis pakai (Widowati, 2008).

Zink digunakan dalam berbagai jenis industri seperti cat, produk karet,

kosmetik, obat – obatan, pelapis lantai, plastik, printing, tinta, baterai, tekstil,

peralatan elektrik, sebagai bahan kimia, dan juga untuk galvanisasi logam,

terutama untuk melapisi besi dan baja dari korosi, alloy kuningan dan perunggu,

(20)

2.4.1 Sifat – Sifat Zink (Zn)

Secara kimia, zink memiliki sifat yang mirip dengan magnesium (Mg)

karena memiliki ukuran atom yang hampir sama dengan bilangan oksidasi +2.

Zink adalah logam yang putih-kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik. Sifat

– sifat dari zink diantaranya adalah logam dengan warna keabu – abuan tetapi jika

Zink murni setelah dilap akan tampak menjadi putih kebiruan dan berkilat,

mudah melentur, mudah ditempa pada 110 – 150 oC, titik lebur 419,73 ͦ C dan

titik didih 907 ͦ C. Zink mempunyai derajat kekerasan 2,5 skala Mohs, udara

lembab akan menyebabkan permukaan zat tampak bernoda kotor sehingga

memberi kesan keabu – abuan (Gabriel, 2001).

Zink merupakan suatu konduktor panas dan konduktor listrik yang baik

dimana konduktor panas lebih kurang seperempat (1/4) daripada perak. Zink

bersifat super konduktor pada suhu direndahkan (0,91 K), zink murni tidak

bersifat ferro magnetik. Zink sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur

kristal heksagonal, hal ini menyebabkan mutu komersial zink tidak berkilau

(Gabriel, 2001).

2.4.2 Manfaat Zn Sebagai Mikroelemen Tubuh

Zink (Zn) bukan merupakan senyawa toksik dan merupakan unsur esensial

bagi pertumbuahan semua jenis hewan, tumbuhan, dan manusia. Zn ditemukan

hampir pada semua sel. Zn merupakan unsur sangat penting untuk pertumbuhan

(21)

Metabolisme sel dipengaruhi dan ditentukan oleh Zn. Zn berperan dalam

menyusun suatu protein dan membran sel dimana Zn akan menstabilisasi struktur

protein, berperan sebagai katalisator enzim superoksida dimana akan

mengeliminasi radikal bebas anionsuperioksida, dan juga membantu sistem

imunitas tubuh (Gabriel, 2001)

Zn sebagai penyusun protein berperan mengatur ekspresi gen melalui

aktivitas sebagai faktor transkripsi. Zn berperan dalm siklus penandaan sel (cell

signaling) dan dalam pelepasan hormon dan transmisi saraf implus. Kurang lebih

3000 dari ratusan ribu protein dalam tubuh manusia mengandung Zn sebagai

protestik. Garam Zn sangat efektif dalam melawan mikroorganisme patogen

(Gabriel, 2001).

Kadar Zn yang normal dalam darah di tubuh manusia dalah sebesar 7

mg/dm3, tulang sebesar 75 – 170 ppm, hati sebesar 240 ppm, total intake Zn

sebesar5 – 40 mg/hari, serta kadar maksimim Zn bagi orang dengan berat badan

70 kg sebesar 2,3 g. Kadar Zn dalam tubuh manusia adalah sebesar 1,4 – 3 g Zn,

dimana Zn ditemukan pada semua bagian tubuh manusia, 60% terdapat di otot,

30% terdapat di tulang, dan 5% terdapat di kulit. Konsentrasi tertinggi Zn

ditemukan dalam jaringan penutup (integuement, termasuk kulit,rambut, dan

(22)

2.4.3 Efek Keracunan Zink (Zn)

Zink maupun senyawa Zink yang termakan, ternyata relatif non toksik,

walaupun larutan garam zink dalam jumlah yang banyak, paling hanya

menimbulkan gastroenteritis akut dengan ditandai mual, muntah, dan diare. Ada 1

tipe keracunan zinkum yaitu akut intoksikasi zinkum atau disebut pula Zinc fume

fever yang merupakan hasil inhalasi/menghirup gas/uap zink oksida. Simpton

utama dalah demam, dimana peningkatan suhu tubuh ini disebabkan aksi uap/gas

Zn pada sel (Gabriel, 2001).

Mekanisme keracunan Zn dalam tubuh terbagi atas 2 fase, yaitu fase

kinetik dan fase dinamik. Fase kinetik meliputi proses – proses biologi seperti ;

penyerapan, penyebaran dalam tubuh, metabolisme, dan proses pembuangan atau

ekskresi. Adapun fase dinamik meliputi semua reaksi – reaksi biokimia yang

terjadi dalam tubuh, berupa katabolisme dan anabolisme yang melibatkan enzim –

enzim (Palar, 2004).

2.4 Spektrofotometi Serapan Atom (SSA)

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif

unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit dan sangat kelumit. Cara ini cocok untuk

analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi

kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relative sederhana dan interfrensinya sedikit.

Spektroskopi serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh

atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultraviolet.

(23)

spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaan terletak pada bentuk

spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya (Rohman, 2007).

2.5.1 Instrumentasi SSA :

1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim adalah lampu katoda berrongga (hallow cathode

lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung satu katoda

dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam

atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia

(neon dan argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Neon biasanya lebih disukai

karena memberi intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda

dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan

memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana

kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan yang mana

kecepatan dan energinya sangat tinggi, elektron-elektron dengan energi tinggi ini

dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia

diisikan tadi (Rohman, 2007).

2. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan

dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan

dasar. Ada terbagi macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu

sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa

(24)

a. Nyala (flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau

cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada

spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari

tingkat dasar menjadi tingkat yang lebih tinggi (Rohman, 2007).

Suhu yang dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan,

misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800⁰C, gas

alam-udara 1700⁰C, asetilen-udara 2200⁰C dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O)

sebesar 3000⁰C (Rohman, 2007).

b. Tanpa nyala (flameless)

Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal

mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala yang terlalu besar,

dan proses atomosasi yang kurang sempurna. Oleh karena itu timbullah suatu

teknik atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat

dilakukan dengan tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh

Masmann (Rohman, 2007).

3. Monokromator

Pada SSA, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih

panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik,

dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan

(25)

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui

tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton

(photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi

yaitu yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu,

dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007).

5. Readout

Readout merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

sistem pencatat hasil. Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah

terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan

dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan

absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

Untuk keperluan analisis kuantittif dengan SSA, maka sampel harus dalam

bentuk larutan. Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian

rupa yang pelaksanaannya tergantung dari macam dan jenis sampel. Yang penting

untuk diingat adalah bahwa larutan yang akan dinalisis haruslah sangat encer

(Rohman, 2007).

Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu :

- Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai

(26)

- Sampel dilarutkan dengan suatu basa atau dilebur terlebih dahulu dengan basa

kemudian hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.

Metode pelarut apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan

SSA, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilka harus jernih, stabil, dan

tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis. Metode kiantifikasi hasil analisis

dengan metode SSA yang dilakukan adalah dengan menggunakan kuantifikasi

dengan kurva baku (kurva kalibrasi). SSA bukan merupakan metode analisis yang

absolut. Suatu perbandingan dengan merupakan metode yang umum dalam

(27)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Analisa kadar Zink ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di

Balai Riset Standardisasi Industri Medan Jalan Sisingamangaraja No.24 Medan.

3.2 Alat-alat

Alat – alat yang digunakan adalah corong gelas, erlenmeyer, gelas piala,

kaca arloji, kertas saring whatmann No. 42, labu semprot, labu ukur, lampu

katoda berrongga (Hallow Cathode Lamp) Zink, pemanas listrik, pipet volumetric,

seperangkat alat saring vakum, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala AA

7000, dan timbangan analitik (SNI, 2009).

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah air bebas mineral, asam Nitrat

(HNO3) pekat p.a, Gas asetilen (C2H2), Larutan Pengencer HNO3 0,05 M, Logam

(28)

3.4 Prosedur

3.4.1 Pembuatan Pereaksi

i. Larutan pengncer HNO3 0,05 M

Dilarutan 3,5 ml HNO3 pekat ke dalam 1000 ml air bebas mineral dalam gelas

piala (SNI, 2009).

ii. Larutan pencuci HNO3 5% (v/v)

Tambahkan 50 ml asam nitrat pekat ke dalam 800 ml air bebas mineral dalam

gelas piala 1000 ml, lalu tambahnkan air bebas mineral hingga 1000 ml dan

homogenkan (SNI, 2009).

iii. Larutan kalsium

Larutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO3) dalam 50 ml HCl. Bila perlu

larutan dididihkan untuk menyempurnakan larutan. Dinginkan dan encerkan

dengan air bebas mineral hingga 1 liter (SNI, 2009).

3.4.2 Pembuatan Larutan Induk Logam Tembaga 100 mg Zn/L

i. Ditimbang ± 0,100 gram logam seng, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml;

ii. Tambahkn 20 ml HCl pekat sampai larut;

iii. Tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, lalu homogenkan;

(29)

3.4.3 Pembuatan Larutan Baku

a. Pembuatan larutan baku logam Tembaga 10 mg Zn/L

i. Dipipet 10 ml larutan induk 100 mg Zn/L, masukkan ke dalam labu ukur

100,0 ml;

ii. Ditepatkan dengan menggunakan larutan pengencer sampai tanda tera dan

homogenkan (SNI, 2009).

b. Pembuatan larutan kerja logam seng (Zn)

Buat deret larutan kerja dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 (tiga) kadar

yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran (SNI,

2009 ).

3.4.4 Pembuatan Larutan Kerja

i. Pembutan laruan kerja logam tembaga 1 mg Zn/L

i. Dipipet 25 ml larutan baku 10 mg Zn/L, masukkan ke dalam labu ukur

250 ml;

ii. Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

ii. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,2 mg Zn/ L

(30)

- Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

iii. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,4 mg Zn/L

i. Dipipet 20 ml larutan kerja 1 mg Zn/L, masukkan ke dalam labu takar 50 ml;

ii. Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

iv. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,6 mg Zn/L

i. Dipipet 30 ml larutan kerja 1 mg Zn/L, masukkan ke dalam labu takar

50 ml;

ii. Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

v. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,8 mg Zn/L

i. Dipipet 40 ml larutan kerja 1 mg Zn/L, masukkan ke dalam labu takar

50 ml;

ii. Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(31)

3.4.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut :

i. Operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat

untuk pengukuran tembaga

ii. Aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA – nyala kemudian atur serapan

hingga nol;

iii. Aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA – nyala, lalu ukur

serapannya pada panjang gelombang 213,9 nm, kemudian catat;

iv. Lakukan pembilasan pada selang spirator dengan larutan pengencer;

v. Buat kurva kalibrasi dan tentukan persamaan garis lurusnya

vi. Jika koefisien korelasi regresi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan

ulangi langkah 3.4.1ii) sampai dengan c) hingga diperoleh nilai koefisien

(r) ≥ 0,995

3.4.6 Persiapan contoh uji seng total

i. Homogenkan contoh uji, pipet 50 ml contoh uji dan masukkan ke dalam gelas

(32)

ii. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan

kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup;

iii. Panaskan perlahan – lahan sampai sisa volumenya 15 ml sampai dengan

20 ml;

iv. Bila destruksi belum sempurna (belum jernih), maka tambahkan lagi 5 ml;

HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup

erlenmeyer dengan menggunakan corong dan panaskan (tidak mendidih);

v. Lakukan proses ini secara berulang – ulang sampai semua logam larut;

vi. Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasan;

vii. Pindahkan ke dalam labu ukur 50 ml (saring bila perlu) dan tambahkan air

kemudian dihomogenkan;

viii. Aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya pada

panjang gelombang 213,9 nm;

ix. Bola diperlukan, lakukan pengenceran (SNI, 2009).

3.4.7 Perhitungan

1. Pembuatan larutan induk 100 ppm

Berat Zn = Ar Zn

Ar Zn x 100 mg/L

= 65,39

(33)

= 100 mg/1000ml

= 0,1 g/1000ml

2. Pembuatan larutan baku

i. 10 ppm dari 100 ppm

V1N1 = V2N2

V1 . 100 = 100 . 10

V1 = 10 ml

3. Pembuatan larutan kerja

i. 1 ppm dari 10 ppm

V1N1 = V2N2

V1 . 10 = 250 . 1

V1 = 25 ml

ii. 0,2 ppm dari 1 ppm

V1N1 = V2N2

V1 . 1= 50 . 0,2

(34)

iii.0,4 ppm dari 1 ppm

V1N1 = V2N2

V1 . 1= 50 . 0,4

V1 = 20 ml

iv. 0,6 ppm dari 1 ppm

V1N1 = V2N2

V1 . 1= 50 . 0,6

V1 = 30 ml

v. 0,8 ppm dari 1 ppm

V1N1 = V2N2

V1 . 1= 50 . 0,8

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Air sumur yang diukur kadar zinknya adalah air sumur gali yang berada di

sekitar rumah penduduk yang berada di dekat pasar Pancur Batu. Dimana

masyarakat sekitar menggunakan air sumur gali tersebut untuk digunakan dalam

keperluan sehari – hari, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan kadar seng

dalam air sumur tersebut.

Sampel (contoh uji) air diambil dari 3 rumah penduduk yang

menggunakan sumur gali masing – masing sebanyak 1 liter yang menggunakan

alat bantuan pompa dalam mengambil air tersebut dari dalam sumur. Di catat

tanggal pengambilan sampel tersebut.

Penentapan zink dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri serapan

atom (SSA). Hasil pemeriksaan air sumur tersebut dilakukan di Laboratorium

Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan pada tanggal 3 April 2014 dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

(36)

0,0981 0,0125 Memenuhi baku mutu

Kadar zink (Zn) dengan dua kali pembacaan yang diperoleh pada sumur I

adalah 0,0596 mg/L dan 0,0597 mg/L dan rata – rata kadarnya adalah 0,0596

mg/L, pada sumur II adalah 0,0793 mg/L dan 0,0808 mg/L dan rata – rata

kadarnya adalah 0,0800 mg/L, dan sumur III adalah 0,1000 mg/L dan 0,0981

mg/L dan rata – rata kadarnya adalah 0,0990 mg/L. Berdasarkan hasil pembacaan

AAS tersebut maka diperoleh, kadar zink yang terkandung pada ketiga sumur

tersebut memenuhi baku mutu air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari –

hari manusia seperti untuk air minum dalam golongan B. Hal ini berdasarkan pada

PP RI No. 82 tahun 2001 dimana kadar zink yang diperbolehkan yaitu lebih kecil

atau sama dengan 5 mg/L. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketiga

sampel air yang diuji dari sumur gali di Pancur Batu layak digunakan dalam

kegiatan sehari – hari masyarakat setempat karena tidak dapat menimbulkan

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisa sampel yang diperiksa, dapat disimpulkan bahwa kadar zink

(Zn) pada ketiga sumur gali di Pancur Batu yang diperiksa tersebut dimana kadar

yang diperoleh pada sumur I adalah 0,0596 mg/L, pada sumur II adalah 0,0800

mg/L, dan pada sumur III adalah 0,0990 mg/L layak digunakan untuk keperluan

sehari – hari masyarakat setempat karena kadar tersebut tidak melebihi kadar zink

yang diizinkan berdasarkan PP nomor 82 tahun 2001 dimana kadar zink yang

diizinkan harus lebih kecil dari 5 mg/L.

5.2 Saran

Sebaiknya pada penelitian selanjutnya, dapat dilakukan pengujian logam

– logam berat selain zink pada air sumur gali. Hal ini untuk membuktikan bahwa

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Andi. Halaman 15, 47 – 49.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius. Halaman 11, 106 -109

Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Halaman 74 - 75.

Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Halaman 71 - 73.

Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rhineka Cipta. Halaman 50 - 52.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). PERMENKES RI NO 416/MENKES/PER/IX/1990 Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

Rohman, A., (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 298 – 312.

SNI. (2009). Cara Uji Limbah (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. Jakarta: BSN. Halaman 2 - 4.

Wardhana,W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Halaman 71 - 74.

Gambar

Tabel Data hasil pemeriksaan Seng (Zn) pada sampel air sumur di Pancur

Referensi

Dokumen terkait

Seperti alat angkat/ forklift kapasitas lima (5) ton yang ada di PT.Trikarya Alam adalah merupakan salah satu peralatan yang digunakan untuk proses produksi

2014 MENGUMUMKAN PEMENANG LELANG Pekerjaan Konstruksi (Lampiran SPSE) pada pekerjaan tersebut diatas adalah :.. Nama Perusahaan

Tujuan dari penelitian ini adalah pertama , untuk mengetahui perbedaan hasil belajar membaca bahasa Indonesia siswa antara yang menggunakan tes objektif dengan tes

Suatmadji mampu memberikan kesan dinamika, pada distorsi bentuk, warna-warnanya memberikan nuansa yang dinamis tidak monoton. Lukisan tersebut sangat mengedepankan

Download Ribuan Bank Soal Matematika di :

[r]

Hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang dapat menjadi faktor risiko karies karena gigi anak yang telah mengalami karies cenderung

PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK..