• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI KEKAYAAN DAN KOMODITAS PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DISTRIBUSI KEKAYAAN DAN KOMODITAS PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM.pdf"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI KEKAYAAN DAN KOMODITAS PRODUKSI

DALAM EKONOMI ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Bahasa Indonesia

Dosen pengampu : Zein Muttaqin SEI. MA.

Disusun oleh :

Habibur Rachman Nur

14423065

Remo Dwi Jayanto

14423172

Prodi Ekonomi Islam

Fakultas Ilmu Agama Islam

Universitas Islam Indonesia

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah karena izin-Nya jualah sehingga penulis dapat mewujudkan semua ini. Melalui usaha keras di tengah hambatan dan keterbatasan, penulis mencoba melakukan yang terbaik untuk menyusun makalah ini dengan judul "DISTRIBUSI KEKAYAAN DAN KOMODITAS PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM".

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, baik dalam hal pengetahuan dan pengalaman.

Karena itu, sebagai penulis saya mengharapkan dengan sangat dan dengan tangan terbuka segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada orang-orang yang membacanya, terutama kepada penulis sendiri.

Penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuan, petunjuk, saran dorongan dan izin yang telah diberikan dari berbagai pihak semoga bernilai ibadah dan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda. SemogaAllah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.

(3)

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

Islam sebagai agama rahmah lil 'alamin mencakup ajaran-ajaran yang bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan manusia dan alam semesta dari kehancuran. Karena itu, Islam menawarkan nilai-nilai, norma-norma, dan aturan-aturan hidup yang bersifat manusiawi dan universal itu kepada dunia modern dan diharapkan mampu memberikan alternatif-alternatif pemecahan terhadap berbagai problematika hidup manusia.

Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah adanya tuntunan agar manusia berupaya menjalani hidup secara seimbang, memperhatikan kesejahteraan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Sebagai prasyarat kesejahteraan hidup di dunia adalah bagaimana sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara maksimal dan benar dalam kerangka Islam. Di sini, Al-Qur'an turut memberikan landasan bagi perekonomian umat manusia.

Sebagai salah satu aktivitas perekonomian, distribusi menjadi bidang kajian terpenting dalam perekonomian. Distribusi menjadi posisi penting dari teori mikro Islam sebab pembahasan dalam bidang distribusi ini tidak berkaitan dengan aspek ekonomi belaka tetapi juga aspek sosial dan politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikiran ekonomi Islam dan konvensional sampai saat ini (Sudarsono, 2002: 216).

Ilmu ekonomi mempunyai bidang kajian yang sangat kompleks dan menyangkut banyak persoalan mendasar tentang begaimana manusia berperilaku dalam memenuhi kebutuhanya. Bidang-bidang tersebut antara lain modal, produksi, konsumsi, distribusi, etika bisnis, tenaga kerja, perdagangan, industry, manajemen, dan sebagainya. Oleh beberapa pakar ekonomi islam, bidang kajian tersebut berusaha ditampilkan korelasinya dengan nilai-nilai islam dengan mengungkapan bagai mana islam tidak hanya secara normative mensikapi, tetapi juga berupaya menghadapkanya dengan realitas social ekonomi yang terjadi. Cukup banyak untuk menyebut nama. Golongan pemerhati isla selalu memulai dengan konsep islamisasi atau integrase noratif dan deskriptif dengan mengambil korelasi dalam tinjauan ekonomi dengan etika islam sebagai rabu-rabu dalam menerapkan konsep tersebut. Dapat dilihat, tulisan Mohammad Anas Zarqa (1992) tentang metodologi ilmu ekonomi islam dengan menawarkan intergrasi normative dan deskriptif dalam bidang ekonomi. Disamping itu juga tulisan-tulisan lainya yang lebih sectorial dan teknis dalam pembahasanya.

(4)

signifikan dalam distribusi adalah menyangkut (1) distribusi kekayaan dan (2) distribusi komoditas produksi.

Terkait dengan dua topik tersebut, Islam mempunyai pandangan tersendiri. Penulis tidak bermaksud memandang negative terhadap konsep distribusi dalam ekonomi modern (konvensional), tetapi memandang distribusi dalam konsep ekonomi Islam sebagai pengayaan dan pengembangan konsep dalam khazanah keilmuan ekonomi. Sementara ini, banyak yang memandang bahwa konsep distribusi dalam Islam hanya terabatas konsep normatif yang tidak menyentuh realitas yang terjadi.

Dalam tulisan ini, pembahasan dibatasi pada distribusi kekayaan meliputi kepemilikan kekayaan, pemerataan kekayaan, proses kepemilikan dan regulasi kepemilikan. Adapun distribusi komoditas produksi meliputi hak konsumen dan produsen untuk mengetahui pasar dan harga pasar serta peran peerintah. Pembahasan menggunakan pendekatan cross reference

terhadap distribusi dalam ekonomi modern untuk mengambil tempat distribusi dalam Islam. Konsep dan kerangka distribusi dalam Islam dianalisis dengan melihat realitas yang terjadi yang rumusannya lebih familiar dikembangkan oleh ekonomi modern.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep distribusi dalam ekonomi modern (konvensional)? 2. Bagaimana dasar distribusi dalam ekonomi Islam ?

C. Tujuan

(5)

BAB II Pembahasan A. Distribusi dalam ekonomi modern

Para ahli ekonomi modern (aliran ekonomi mainstream, yaitu kapitalisme dan sosialisme, beserta derivasinya masing-masing) menganggap bahwa masalah distribusi merupakan masalah distribusi fungsional. Secara konsep, distribusi mempunyai dua macam bentuk yaitu, (1) distribusi fungsional (functional distribution), yang menekankan pada prosoes distribusi pasca produksi, dan (2) distribusi perseorangan (personal distribution), yang menekankan pada disrtibusi kekayaan dengan aturan dan batasan-batasan tertentu.

Distribusi fungsional merupakan konsep ekonomi konvensional yang sering disebut

functional distribusi concept. Konsep ini berpandangan bahwa distribusi pendapatan akan merata melalui input-input yang terdapat pada proses produksi. Input produksi yang lazim dipahami dalam ilmu ekonomi adalah (1) Modal (capital), terdistribusi dalam bentuk keuntungan (profit), (2) Tenaga kerja (labour), distribusi dalam bentuk upah atau gaji (wage/salary), (3) sumber daya energy, (4) Material (bahan baku mentah). Untuk itu produksi 3 dan 4 terdistribusi dalam bentuk keuntungan dari harga eksplorasi dan pasokan. Pertimbangan konsep ini adalah value of marginal productivity. Asumsi ditribusi pada konsep ini tejadi pada struktur pasar persaingan sempurna (perfect market competition), sementara secara praktis hampir tidak pernah ditemukan dan ditemukan wujud struktur pasar persaingan sempurna, sehingga yang muncul adalah sering muculnya proses ekploitasi pada fungsi (input) tertentu yang memiliki kekuatan yang lebih dominan ketimbang yang lain. Sebut saja tenaga kerja, betapa ia dalam struktur pasar sering dieksploitasi oleh pemilik modal, dan seterusnya.

Paul A. Samueson dan William D. Nordhaus (1985: 1) mengatakan bahwa ilmu ekonomi adalah bidang studi tentang bagaimana manusia melakukan berbagai cara dalam mengorganisasikan kegiatan konsumsi dan produksi. Pada definisi tersebut masalah perilaku tidak menjadi fokus utamanya, hanya tekanannya pada organisai terhadap kegiatan konsumsi dan produksi. Definisi lain juga dikemukakan bahwa kegiatan yang menjadi focus ekonomi adalah produksi dan pertukaran (bukan konsumsi). Karena itu, definisi yang lengkap dari dua definisi yang pertama harus mencakup kegiatan produksi, distribusi (pertukaran) dan konsumsi.

(6)

Beberapa penulis ekonomi menyebutkan bahwa apa yang telah dilakukan pakar ekonomi Neo Klasik sebagai Marginal Revolution, sebab telah ditemukan suatu analisis baru yaitu pendekatan

marginal. Analisis marginal ini pada intinya merupakan mengaplikasikan kalkulus difernsial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta penentuan harga-harga dipasar. Sejak terjadinya marginal revolution tersebut pembahasan ekonomi makin bersifat mikro. Konsep marginal sendiri telah cukup lama dikembangkan oleh Heidrinch Gossen (1819-1858) yang menjelaskan kepuasan atau faedah (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang (Deliarnov, 1995: 92-93).

Sumber-sumber tersebut (pemuas kebutuhan) mengandung beberapa alternative penggunaanya untuk mencapai suatu tujuan. Jadi persoalan pokok ekonomi adalah hubungan antara beberapa tujuan dengan sumber-sumber yang dapat dipergunakan dalam berbagai alternatife. Sedangkan yang menajdi perhatian ilmu ekonomi adalah perilaku (behavior) yang juga berkaitan dengan pencapaian tujuan diatas yang mengandung persoalan pemilihan sumber-sumber yang diperlukan (choice).

Ada beberapa elemen masalah yang menjadi perhatian para ahli ekonomi, yaitu :

1. Kegiatan yang dilakukan oleh perorangan dan masyarakat dalam produksi, distribusi atau pertukaran, dan konsumsi.

2. Pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa kebutuhan hidup

3. Keharusan untuk memilih alternative, baik dalam menentukan berbagi tujuan, maupun dalam menggunakan sumber-sumber, ynag mengandung berbagai tujuan, maupun dalam menggunakan sumber-seumber, yang mengandung berbagai alternative.

4. Terdapatnya sumber-sumber pemenuhan kebutuhan yang dianggap terbatas. Distribusi dalam ekonomi kapitalis terfokus pada pasca produksi, yaitu pada konsekuensi proses produksi bagi setiap proyek dalm bentuk uang maupun nilai, kemudian hasil tersebut didistribusikan pada komponen-komponen produksi yang berandil dalam memproduksinya, yaitu empat komponen berikut (Yusuf Qardhawi, 1997: 347):

1. Upah, yaitu upah (wages) bagi para pekerja, dan sering kali dalam upah, para pekerja diperalat desakan kebutuhanya dan diberi upah standar

2. Bunga, yaitu bunga sebagai imbalan dari uang modal (interest on capital) yang diharuskan pada pemilik proyek.

3. Ongkos, yaitu ongkos (cost) untuk sewa tanah yang dipakai untuk proyek.

4. Keuntungan, yaitu keuntungan (profit) bagi pengelola yang menjalankan praktek pengalaman proyek dan menejemen proyek, dan ia bertanggungjawab sepenuhnya.

(7)

butir kedua dari empat unsur tersebut diatas, yaitu unsur bunga. Unsur ini dalam pandangan ekonomi islam sebagai bentuk riba yang diharamkan.

Sementara dalam ekonomi sosialis, produksi berbeda dalam kekuasaan pemerintah dan mengikuti perencanaan pusat. Semua sumber produksi dikuasai oleh negara. Baginya prinsip distribusi pendapatan adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh rakyat yang diawakili oleh negara dan ditentukan oleh pasar. Ia mengencam kapitalis bahwa dalam masyarakat kapitalis, kekayaan dan kemewahaan hanya dikuasai oleh sekelomnpok orang, sedangkan mayoritas masyarakat adalah kaum miskin proletar, yang hanya memuaskan kaum kaya dengan kucuran modal.

C. Distribusi dalam Ekonomi Islam

Distribusi dalam ekonomi islam didasarkan pada dua nilai manusiawi yang sangat mendasar dan penting, yaitu nilai kebebasan dan nilai keadilan. Nilai kebebasan mengacu pada 2 hal, yaitu keimanan kepada Allah (tauhid) dan keyakinan kepada manusia. Nilai keadilan yang bermakna bahwa keadilan tidak selalu berarti persamaan (Yusuf Qardhawi, 1997: 347). Keadilan adalah pilar penyangga kebebasan ekonomi yang merupakan prinsip primer, yang memuat prinsip (1) perbedaan pendapatan, (2) pemerataan kesempatan, (3) memnuhi hak para pekerja, (4) kesetiakawanan sosial, (5) mendekatkan jurang perbedaan antar manusia.

Berdasarkan nilai kebebasan dan keadilan yang bermuara pada ke-tauhid-an memunculkan dua analisis yang terkait dengan kajian penulis tentang distribusi, yaitu distribusi kekayaan dan distribusi komoditas produksi.

1. Distribusi Kekayaan

a. Kepemilikan dan proses kepemilikan kekayaan

Islam mengakui kepemilikan pribadi, namun hakiki kepemilikan di dunia adalah milik Allah. Pandangan yang transcendental merupakan ciri khas kepemilikan dalam Islam. Secara normatif deduktif, banyak sekali ayat maupun matan hadits yang menjelaskan hakikat kepemilikan adalah milik Allah. Penulis tidak akan mengkajinya karena cukup mafhum untuk disebutkan. Ahmad Sakr (Mohamed Ahmed Sakr dalam Ausaf Ahmad & Kazim Raza Awan, 1992: 117-118) membedakan tiga kategori kepemilikan dalam islam yaitu (1) kepemilikan pribadi, (2) kepemilikan publik, dan (3) sektor kepemilikan sukarela (voluntary).

(8)

tersedia. Ketersediaan ruang publik adalah tanggungjawab pemerintah sebagai pengelola, sedangkan hakikat kepemilikannya adalah milik rakyat yang secara inheren menggunakan fasilitas public tersebut.

Sektor kepemilikan sukrela sring dikerucutkan pada wakaf, yang hakikatnya adalah memutus kepemilikan pemilik dengan harta yang dimiliki untuk dimanfaatkan untuk kepentingan public. Tidak ada otoritas manapun yang dapat merubah hakikat benda tersebut. Unsur transendensi terhadapa Allah menjadikan wakaf juga disebut dengan beyond ownership.

b. Pemerataan Kekayaan

Secara teknis operasional, banyak instrument yang digunakan sebegai intermediary institution untuk mencapai pemerataan, sebut saja zakat, infaq, sadakah, wakaf, waris, dan lain sebagainya. Kepemilikan harta yang terkait dengan institusi intermediary merupakan kepemilikan yang bersifat perorangan lawan dari fungsional meskipun relative. Dalam islam yang terpenting adalah kesadaran seseorang untuk merealisasikan nilai sentral tentang keadilan atas dorongan spiritualnya dan adanya manajemen serta control yang professional dan intensif. c. Pemerataan Kepemilikan

Manajemen terkait dengan pengaturan dan pengelolaan dalam kerangka ekonomi. Control terkait dengan pemerintah sebagai fasilitator dengan membentuk institusi-institusi terkait dan menciptakan perangkat hukum (Afzalurrahman, 1995: 285). Tindakan hukum mencangkup pertama, tindakan positif aktif yang dipakai untuk mencegah pemusatan kekayaan dan penyebarannya di masyarakat. Kedua, prohibitive measures (tindakan pelarangan), dan ketiga, legal measures (tindakan hukum). Hal- hal tersebut tidak mungkin terwujud jika simultanitas kerja dan kinerja serta niat baik bisa mendukung upaya tersebut dari lembaga- lembaga negara yang terkait.

2. Distribusi Komoditas Produksi

a) Hak konsumen dan produsen untuk mengetahui pasar dan harga pasar

Beberapa hadits melarang menghambat interaksi langsung antara produsen dan konsumen (Bukhori, tt.: 381), seperti:

هيلع ه ىلص ه وسر أ ا نع ه يضر ر ع نب ه دبع نع عفان نع كلام انربخأ فسوي نب ه دبع انثدح اق ملس قوسلا يلا ا ب طب ي يتح علسلا اوقلت ا ضعب عيب يلع م ضعب عيبي ا

(9)

Hadits tersebut menunjukan bagaimana Islam mendorong keadilan pasar agar penjual (produsen) dan pembeli (konsumen) bertemu membuat kesepakatan dalam mekanisme pertukaran atau distribusi. Distribusi disni bisa berartipertukaran atau penyaluran. Karena konteks distribusi berbeda dengan makelar, meskipun dalam beberapa kasus sering dimaknai sama, tetapi sesungguhnya berbeda. Bertemunya dua belah pihak, terlepas dari teknis bertemu langsung melalui berbagai media, berimplikasi pada pengetahuan kedua belah pihak untuk menyepakati harga pertukaran. Inilah hakikat pertukaran atau distribusi dalam Islam dengan menghindari penipuan. Dalam istilah ekonomi sering disebut assymetric information atau dalam bahasa fiqh disebut tadlis yang maknanya unknown to one party (satu pihak tidak mengetahui informasi yang lengkap). Informasi dapat berupa 4 hal, yaitu: (1) kuantitas, (2) kualitas, (3) harta, dan (4) waktu penyerahan (Adiwarman A. Karim, 2004:29).

b) Peran pemerintah

Dalam Islam dikenal institusi hibah, yang perannya sama persis dengan pemerintah di negara manapun. Tugasnya dalam bidang ekonomi adalah melakukan pengawasa terhadap mekanisme ekonomi yang dilakukan oleh masyarkat ketika melakukan pertukaran. Lalu lintas distribusi yang berjalan sangat cepat membutuhkan kawalan yang sangat serius dari pemerintah. D. Implikasi Distribusi dalam kerangka perbandingan ekonomi dan implementasiya

Diyakini bahwa seluruh teori ekonomi yang dikembangkan maupun aliran ekonomi yang muncul jelas tertuju pada pencapaian kepentingan niai-nilai universal yang sejatinya merambah kesemua level, tanpa sekat waktu teritorial. Namun, tabiat manusia sendiri, baik secara individu maupun kelompok, secara sadar maupun tidak, dikendalikan oleh apa yang disebut dalam ilmu ekonomi sebagai want (keinginan) yang lebih jauh radikal ketimbang need (kebutuan).

Kapitalitas memandang distribusi diberikan bebas kepada manusia yang bertitik tolak maksimalisasi faktor produksi untuk menghasilkan barang yang bisa dinikmati oleh masyarakat, sehingga apa yang dibutukan dan diinginkan oleh masyarakat (user) tersedia, tanpa mengabaikan bagaimana mekanisme produksi berlangsung dan bagaimana penyebarab hasil produksi sampai kepada masyarakat (konsumen).

Sementara sosialisasi memandang distribusi yang dikendalikan oleh negara ditunjukan untuk kemakmuran rakyat. Keberadaan segelintir orang yang berkuasa menyebabkan kekayaan yang dkendalikan oleh negara pun hanya dinikmati oleh penguasa. Sosialisasi pun bertitik tolak dari eksploitasi faktor paroduksi. Keduanya menggunakan kerangka distribusi fungsional.

Sedangkan ekonomi islam secara nilai sama dengan kedua aliran tersebut, hanya saja ekonomi islam dengan bertituk tolak dari distribusi perorangan ke arah distribusi fungsional. Ekonomi islam berupaya memaksimalisasi dan optimalisasi secara operasional dan institusi

intermediary untuk mendukung keberadaan sumber daya manusia (modal ke arah sumber daya

(10)

perorangan yang diatur oeleh negara atau istitusi (yang difasilitasi oleh negara) sehingga distribusi yang dimunculkan adalah bukan distribusi produk tetapi distribusi yang bisa menciptakan produk. Sehingga kedudukan konsumsi dapat hanya sebagai suplemen kelengkapan sebagai optimalisai dari distribusi yang menciptakan produksi dan untuk kesejahteraan konsumen.

Dalam bentuk kerangka dapat dilihat bahwa islam mendorong individu memaksimalkan pengamalan ajaran islam yang bisa dibentuk dalam sebuah institusi seperti zakat dan wakaf berusaha melakukan distribusi kekayaan sehingga masing-masing individu memiliki kekayaan yang dijadikan modal untuk melakukan proses produksi sehingga dapat menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Yang terpenting dari kerangka ini dalah kemandirian yang bertitik tolak dari aksi social yang di derivasi dalam implementasi ajaran dalam bentuk institusi yang mapan dan kokoh.

Singkatnya alur berikut dapat menjelaskan: Ajaran (1) Individu (2) Kolektif (3) Institusi social (4) Menghimpun kekayaan (5)

Distribusi kekayaan (6)

Individu/kolektif menerima kekayaan sebagai modal (7) Produksi (8)

Proses produksi (9) Distibusi pasca produksi (10)

Konsumsi (11)

(11)

BAB III Kesimpulan

 Distribusi dalam ekonomi modern

Distribusi fungsional merupakan konsep ekonomi konvensional yang sering disebut

functional distribusi concept. Konsep ini berpandangan bahwa distribusi pendapatan akan merata melalui input-input yang terdapat pada proses produksi. Input produksi yang lazim dipahami dalam ilmu ekonomi adalah (1) Modal (capital), terdistribusi dalam bentuk keuntungan (profit), (2) Tenaga kerja (labour), distribusi dalam bentuk upah atau gaji (wage/salary), (3) sumber daya energy, (4) Material (bahan baku mentah).

 Distribusi dalam Ekonomi Islam

(12)

Daftar Pustaka

Sudarsono, Heri, Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Ekonisia, 2002.

Afzalurrahman, Mudammad sebagi pedagang, Terj. Dewi Nurjulianti, dkk., Jakarta: Yayasan Swarna Bhumi, 1995.

Bukhari, Shahih Bukhari, Mesir: Maktabah al-Mu’ashirah, t. t., Juz 7.

Deliarnov, Perkembangan Pmikiran Ekonomi, Jakarta: Rajawali Press, 1995.

M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Terj. M. Natangin, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Mohammed Ahmed Sakr, “Islamic Concept Of Ownership and Its Economic Implications”,

Ausaf Ahmed & Kazim Raza Awan, Lectures on Islamic Economics,, Jeddah: IRTI-IDB, 1992.

Mohammad Anas Zarqa, “Merthodology of Islamic Economics” dalam Ausaf Ahmad dan Kazim

Raza Awan (ed.), Lectures on Islamic Economics, Jeddah : IRTI-IDB, 1992.

Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Economics, New York: McGraw Hill Book Company, 1985, Edisi 12.

Robert L. Heilbroner, Tokoh-tokoh Besar Pemikir Ekonomi, pent. Boentaran, Jakarta: UI Press, 1986.

Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif prespektif Islam, Terj. Moh. Mahgfur Wahid, Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

Referensi

Dokumen terkait

tidak ada interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ukur terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. Tinjauan

Berdasarkan kondisi di atas, peneliti yang juga sebagai guru kelas V di SDN Sidokare 4 Sidoarjo, akan mengadakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya

Jenis sapi perah yang dipelihara oleh peternak di Jawa Tengah adalah Fries Holland (FH) dan peranakannya. Sapi FH yang berada di Indonesia merupakan sapi perah yang

[r]

Kriteria yang digunakan dalam penentuan besaran daya yang diberikan pada implementasi data mining untuk pelanggan baru untuk klasifikasi subsidi dan non

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menurut Subandijah meliputi: (1) prinsip relevansi, (2) prinsip efektifitas dan efisiensi, (3) prinsip kesinambungan, (4)

Untuk mengukur volume, pH, dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pada pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014 berdasarkan frekuensi, durasi dan

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela; (2) leverage tidak berpengaruh terhadap luas