• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Pangan dan Seng, serta Determinan Status Seng Ibu Hamil di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsumsi Pangan dan Seng, serta Determinan Status Seng Ibu Hamil di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang Kabupaten Bogor"

Copied!
260
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)

KONSUMSI PANGAN DAN SENG,

SERTA DETERMINAN STATUS

SENG IBU HAMIL

DI KECAMATAN LEUWILIANG DAN CIBUNGBULANG

KABUPATEN BOGOR

OLEH:

ASLIS WIRDA HAYATI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(137)

ABSTRAK

ASLIS WIRDA HAYATI. Konsumsi Pangan dan Seng, serta Determinan Status Seng Ibu Hamil di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dibtmbing oleh HARDINSYAH dan RIMBAWAN.

Tujuan penelitian ini adalah menganatisis status seng, konsumsi dan mutu gizi makanan, kandungan seng pangan, konsumsi seng, determinan status seng dan rumusan inlplikasinya pada penanggulangan defisiensi seng ibu hamil di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan data base Nize 252 ibu hamil dari Penelitian "Dampak Pemberian Makanan Tarnbahan Multi Gizi (PMT-MG) Ibu Hamil terhadap Pertumbuhan Kehamilan serta Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi tahir di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang, Kabupaten Bogor". Data tersebut ditambah dengan data potensi pangan lokal, kandungan seng 17 jenis pangan, dan opini pemimpin formal dan non formal setempat tentang program institusi di masa mendatang yang berkaitan dengan gizi d m kesehatan. Analisis determinan status seng menggunakan Regresi Logistik.

(138)

SURAT

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang be judul:

KONSUMSI PANGAN DAN SENG, SERTA DETERMENAN STATUS SENG IBU HAMIL DI KECAMATAN LEZTWILIANG DAN CIBUNGBULANG

KABUPATEN BOGOR

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebena~annya.

Bogor, Maret 2002

(139)

KONSUMSI PANGAN DAN SENG,

SERTA DETERMINAN STATUS SENG IBU HAMIL DI

KECAMATAN LEUWILIANG DAN CIBUNGBULANG

KABUPATEN BOGOR

ASLIS WIRDA HAYATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM PASCASARjANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(140)

Judul : Konsumsi Pangan dan Seng, serta Determinan Status Seng Ibu Hamil di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang Kabupaten Bogor

Nama Mahasiswa : Aslis Wirda Hayati

Nomor Pokok : 99498

Program Studi : Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya KeIuarga

Menyetujui, 1 . Komisi Pembimbing

x

Dr. I H. ardinsyah, M.S.

Ketua

Dr. Rimbawan Anggota

2. Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Mengetahui,

3. Direktur Program Pascasajana

&\uu--

Prof Dr. Ir. Ali Khomsan, M.

S.

(141)

RIWAYAT HIDUP

Penuiis dilahirkan di Tanjung Pati Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat, pada tanggal 28 Agustus 1970, sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Wizarni Alwi dan Ibu Fatimah Hayatun Nufi~s. Menikah dengan Saikhul Akhyar pada tahun 1996, dan dikaruniai seorang puteri, Amany Akhyar, yang Lahir pada tahun 1997.

Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK), Fakultas Pertanian P B di Bogor, lulus tahun 1995. Setelah lulus, penulis menjadi asisten dosen Mata Ajaran Epidemiologi Gizi (1995-1996), Pengantar llmu Ekonomi dan Penerapan Ilmu Komputer (1998-1999), disamping itu penulis juga bekerja sebagai projeci of$cer penelitian "Pemberian Makanan Tambahan pada Anak Sekolah (Ph4T-AS)" (1996-1999) di Jurusan GMSK. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidian S2, di Jurusan llmu Gui Masyarakat dan

(142)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala kamnia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah defisiensi seng. dengan judul "Konsumsi Pangan dan Seng, serta Determinan Status Seng Ibu Hamil di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang Kabupaten Bogor".

Tanpa bantuan. bimbingan dan dukungan berbagai pihak penulis tidak akan dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis rnengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besamya kepada:

1. Dr. Ir. H. Hardinsyah. M.S. selaku Ketua Kornisi Pembimbing dan Dr. Rimbawan selaku Anggota Komisi Pembirnbing yang telah banyak membantu penulis dengan mernberikan arahan, masukan, bimbingan dan dorongan, serta atas kebaikan dan kesabaran beliau tulisan ini dapat diselesaikan.

2 . Tim Peneliti "Dampak Pemberian Makanan Tambahan Multi Gizi (PMT-MG) Ibu Hamil terhadap Pertumbuhan Kehamilan serta Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Lahir di Kecamatan Leuwiliang dan Kecarnatan Cibungbulang, Kabupaten Sogor" yang diketuai oleh Bapak Dr. It-. H. Hardinsyah, M.S. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menggunakan data base line.

(143)

Bapak Mashudi yang telah membantu penulis dalarn rnenyediakan alat-alat dan bahan-bahan kimia yang penulis gunakan dalarn analisis seng pangan.

4. Kepada Pimpinan Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang serta jajarannya yang telah mendukung dan ikut serta daIam,foms group discr~~~sio~z dalam rangka pengumpulan data potensi wilayah dan alternatif penanggulangan defisiensi seng ibu hamil.

5 . Suami dan anak; apa, ibu dan ibuk rnertua; serta seluruh keluarga, atas segala do'a dan kasih sayangnya.

6 . Siti Wahyudini dan Tin Herawati atas bantuan informasi data penelitian; Bapak Fakhri, Bapak Akmal, Uni Rina, Teh Lely, Ibu Dina, Aning, MiIla, Ibu Endang dan Ibu Netty atas dukungan moril yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Maret 2002

(144)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TASEL ...

. . . . . .

DAFTAR GAMBAR

.

.

.

.

. . . DAFTAR LAh4PIRAN

PENDAHULUAN ... ... TINJAUAN PUSTAKA

Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil ... Masalah Defisiensi Seng dan Faktor-faktor Penyebabnya ...

...

Faktor-faktor Penyebab Defisiensi Seng

...

Penentuan Status Seng Serum Ibu Hamil

Peran Seng bagi Ibu Hamil dan Tumbuh Kembang Bayi ...

Pola Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Makan Ibu hamil ... Altematif Intervensi Penanggulangan Defisiensi Seng ...

...

METODE

Disain. Waktu dan Tempat ...

Cara Pengambilan Contoh ... ...

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

... Pengolahan Data

.

.

... Anallsls data

.

.

... Defemsi Operasional

... HASIL DAN PEMl3AHASAN

...

Keadaan Umum Lokasi

Status Seng ... ... Karakteristik Sosial dan Ekonomi

...

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan serta Penyakit Infeksi

...

Konsumsi dan Mutu Gizi Pangan

...

Kandungan Seng Pangan

... Pangan Sumber Seng dan Konsumsi Seng Pangan

...

Determinan Status Seng

...

Rumusan Penanggulangan Defisiensi Seng

KESIMPULAN DAN SARAN ...

...

DAFTAR PUSTAKA

(145)

DAFTAR TABEL

Halaman

Rata-rata Seng Tersedia Menurut Kelompok Bahan Makanan di Kecamatan Ciampea dan Cibungbulang ... Model Efek Patologi Defisiensi Seng pada Manusia dan

... Hewan

Data dan Cara Pengumpulan Data ...

Penggunaan Lahan di Kecamatan Leuwiliang d m

...

Cibungbulang

Sebaran Penduduk di Kecamatan Leuwiliang d m

...

Cibungbulang Berdasarkan Jenis Pekerjaan Sebaran Penduduk di Kecamatan Leuwiliang dan

Cibungbulang Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...

Kadar Seng Serum dan Sebaran Usia Kehamilan Ibu

...

Berdasarkan Kelompok Status Seng

Karakteristik Sosial dan Ekonomi Ibu H a d Berdasarkan Kelompok Status Seng ...

Sebaran Jenis Pekerjaan Contoh dan Suami Contoh ... Berdasarkan Kelompok Status Seng

Sebaran Jenis Sakit Ibu Hamil Berdasarkan Kelompok Status Seng ... Tingkat Konsumsi Pangan Ibu Hamil Berdasarkan

...

Kelompok Status Seng

Sebaran Kebiasaan Makan Ibu

Hamil

Berdasarkan ... Kelompok Status Seng

Sebaran Jenis Makanan Selingan Ibu Hamil Berdasarkan ... Status Seng

(146)

Sebaran Jenis Makanan yang Dipantang SebeIum ... Ibu Hamil Tidak Defisiensi Seng Hamil

Sebaran Jenis Makanan yang Dihindari oleh Ibu Hamil Karena AIasan Kesehatan dan Alasan Kesehatan yang Dikemukakan Ibu Hamil Berdasarkan Kelompok Status Seng ... Sebaran Jenis Pangan yang Dihindari Selama Ibu Hamil Karena Alasan Tradisi/Kepercayaan Berdasarkan Kelornpok Status Seng ... Tingkat Konsumsi dan Mutu Gizi Makanan (MG- Ibu Hamil Berdasarkan Kelompok Status Seng ... Kandungan Seng dan Kadar Air Pangan Berdasarkan Pustaka dan Hasil Analisis ... Kandungan Seng Pangan yang Dikonsurnsi Ibu Hamil Berdasarkan Kelornpok Status Seng ... Konsumsi Seng Pangan Ibu Hamil Menurut Kelompok Pangan Berdasarkan Kelompok Status Seng ... Sebaran Konsumsi Seng Pangan Ibu Hamil Menurut yang Dianjurkan Berdasarkan Kelompok Status Seng ...

Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil, Penyebab dan Alternatif Penanggulangamya di Kecamatan Leuwiliang

... dan Cibungbulang Kabupaten Bogor

Halaman

(147)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Bagan Kerangka Pemikiran ... Skema Penyerapan Seng oleh Enterocyte ... Skema Metabolisme Seng ...

DAFTAR

LAMPIRAN

Nomor

1. Daftar Pertanyaan dan Skor Pengetahuan Gizi dan ... Kesehatan

2 . Komposisi Makanan Sumber Seng ...

3 . Penetapan Kadar Air Pangan dengan Metode Oven .... 4. Penetapan Kadar Seng Pangan ...

5. Hasil Uji Beda (t Test) Karakteristik Sosial Ekonomi Contoh Berdasarkan Status Seng ...

6 . Hasil Uji Beda (t Test) Pengetahuan Gizi dan Kesehatan serta Lama Sakit Contoh Berdasarkan Kelompok Status

... Seng

7. Sebaran Keragaman Pangan yang Dikonsumsi Contoh ... Berdasarkan Kelompok Status Seng

8 . Hasil Uji Beda (t Test) Konsurnsi dan Keragaman

Konsumsi Pangan Harian Contoh Berdasarkan Kelompok ... Status Seng

Judah Konsumsi Pmgan dan Persentase Contoh yang ... Mengkonsumsinya Menurut Jenis Pangan

Hasil Uji Beda (t Test) Dua Sarnpel Berpasangan Frekuensi Makan Lengkap Contoh Sebehm dan Saat

(148)

Halaman

H a s l Uji Beda (t Tes) Frekuensi Makan Lengkap Contoh Sebelum dan Saat Hamil ... Hasil Uji Binomial Kebiasaan Makan Contoh

Hasil Uji Binomial Kebiasaan Makan Contoh Defisiensi ... Seng

Hasil Uji Binomial Kebiasaan Makan Contoh Tidak Defisiensi Seng ... HasiI Uji Beda (t Tes) Konsumsi Gizi dan Mutu Gizi Makanan (MGM) Ibu Hamil Berdasarkan Kelompok

...

Status Seng

Daftar Kandungan Seng PanganfMakanan yang

...

Dikonsumsi Ibu Hamil

Pengelompokkan PanganflMakanan Berdasarkan Kandungan Seng Menurut Japaries (1988) ... Hasil Uji Beda (t Test) Konsumsi Seng Pangan Contoh Menggunakan DKBM Studi Pustaka dan DKBM yang meliputi Hasil Analisis Seng Pangan di Laboratorium dan

...

Konsumsi Seng Berdasarkan Keiompok Status Seng Pengelompokkan Pangan berdasarkan Kandungan Seng Menurut Kartono (1 983) ... Hasil Analisis Regresi Logistik Deteminan Status Seng Contoh ...

...

Koefisien Korelasi Pearson Antar Variabel

Analisis SWOT Alternatif Penaggulangan Defisiensi Seng Ibu Hamil di Kecamatan LeuNiang dan Cibungbulang, -

(149)

PENDAHULUAN

Masa pertumbuhan dan perkembangan janin merupakan masa yang sangat penting dalam siklus hidup manusia. Sekitar 90% neuron otak, yang merupakan pusat perkembangan manusia, telah terbentuk pada masa janin (Saxton, 1990). Demikian juga potensi genetik serta kapasitas sistem metabolisme dan organ-organ tubuh, yang mempengaruhi perkembangan penyakit saat dewasa, ditentukan pada masa tersebut (UNICEF, 1997).

Prevalensi masalah gizi dan kesehatan ibu hamil di Indonesia masih tinggi. Hal tersebut dapat tergambar dari tingginya Angka Kematian Ibu

(Am)

yaitu 373 per 100.000 kelahiran (Depkes, 2000). Dari laporan UNICEF tahun 2000 diietahui bahwa di Nusa Tenggara Timur diperkirakan sekitar 70°/0 ibu hamil menderita defisiensi seng (Soekirman, 2000). Hasil penelitian Effendi, Briawan dan Barunawati (2000) menunjukkan bahwa 86,7% ibu h a d di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor juga mengalami defisiensi seng.
(150)

organel sel lainnya, di samping juga berperan dalam proses sintesis dan degradasi zat- zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat; serta dalam proses transkripsi dan trandasi sistem genetik (WHO, 1996). Seng sangat esensial bagi hngsi lebih dari 200 enzim (Prasad, 1985; Sandstead & Evans. 1988), antara lain adalah enzim D N A dan RNA polimerase yang berperai~ dalam sintesis asam nukleat dan protein; enzim retinol dehidrogenase dalam metabolisme alkohol dan pigmen penglihatan; enzim karbonik anhidrase yang penting dalam keseimbangan asam-basa dan pernafasan; enzirn asam delta aminolevulinat dehidratase dalam sintesis porfirin (bagian dari hemoglobin pengangkut oksigen), dan enzim superoksida dismutase dalam menetralisasi superoksida yang dapat merusak jaringan (Japaries, 1988).

(151)

(keharniian yang rnemicu hypertensi), kesulitan yang lama, lemah karena pendarahan (Berg, 1986); bayi lahir prematur, (WHO, 1996); dan rnalformasi bawaan (King & Keen, 1999).

Defisiensi seng dapat disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak cukup, bioavailabilitas yang rendah dan ekskresi berlebihan (Gibson, 1990). Sindrom utama patogenesis defisiensi seng adalah konsumsi yang kaya serealia dan rendah sumber- sumber seng (Sandstead & Evans, 1988).

Pola konsumsi pangan daerah Jawa Barat adalah konsumsi sumber karbohidrat kompleks rendah, konsumsi lauk pauk, sayuran dan buah sangat rendah (Depkes, 1995). Kabupaten Bogor mempakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Barat dengan AKI tinggi dan merupakan daerah penyangga pertanian.

(152)

Tuiuan

Tuiuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsumsi pangan dan seng, serta determinan status seng ibu hamil di Kecamatan LeuwiIiang dan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

Tuiuan Khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk: I . Menganalisis status seng ibu hamil.

2. Menganalisis konsumsi dan mutu gizi makanan ibu hamil. 3. Menganalisis kandungan seng pangan ibu hamil.

4. Menganalisis konsumsi seng pangan ibu harnil.

5. Menganalisis deterrninan status seng dan rumusan implikasinya pada penanggulangan defisiensi seng ibu hamil.

(153)

Keraneka Pemikiran

Penilaian status seng ibu hamil dapat dilakukan melalui penilaian kadar seng serum. Tejadinya masalah defisiensi seng pada ibu harnil terutama disebabkan oleh rendahnya konsumsi seng khususnya baik selama hamit ataupun pada masa menjelang hamil (WHO, 1996) danlatau bioavailabilitas seng makanan yang rendah, yang dihubungkan dengan asupan serat makanan, polifosfat, besi, tembaga dan fitat yang tinggi (Gibson, 1990). Bahan pangan yang berasal dari biji-bijian dan kedelai banyak mengandung fitat dan serat yang menyebakan bioavailbilitas menurun, sementara bahan pangan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan protein secara tradisional (Muchtadi & Palupi, 1992). S e b a I i y a , produk hewani merupakan sumber seng yang baik (King & Keen, 1999). Di sisi lain informasi kandungan seng bahan pangan lokal masih relatif sedikit.

Konsumsi gizi juga terkait dengan faktor sosial ekonomi, perilaku dan ekologi. Selain konsumsi gizi, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya defisiensi seng adalah faktor interaksi antar zat gizi dan kondisi tubuh serta penyakit infeksi.

(154)

1

Pengetahuan Oizi

1 1

Pendapatan Rumahtangga

I

Konsumsi Pangan

Penyakit Infeksi

4

Usia kehamilan

Keterangan:

0

Variabel diamati

!"-'":

[image:154.620.156.573.90.430.2]

..-.

-.

.: Variabel tidak d i m t i
(155)

TINJAUAN PUSTAKA

Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil

Syarief dan Husaini (2000) menjelaskan bahwa kurang gizi adalah penyebab utama tejadinya retardasi pertumbuhan. Dan yang paling penting dalam epidemiologi kurang gizi adalah waktu terjadinya proses kekurangan gizi tersebut. Lebih dini dan Iebih lama tejadinya kekurangan gizi, dampak yang ditimbulkannya akan semakin besar.

Masalah gizi yang sering dijumpai pada ibu hamil antara lain adalah anemia, defisiensi iodium dan kurang energi kronis. Hasil survei menunjukkan bahwa pada tahun 1997 jumlah ibu hamil di Indonesia yang mengalami anemia sebanyak 51% (2,6 juta), defisiensi iodium 23-28% (1.3 juta), kurang energi kronis 41% (Jalal &

(156)

Masalah Defisiensi Seng d a n Faktor-faktor Penvebabnva

King and Kern ('1999) menjelaskan bahwa seng terdapat dalam seluruh organ, jaringan, cairan, dan sekresi tubuh. Seng terutama merupakan ion intraselular, dengan lebih dari 95% ditemukan di dalam sel-sel. Seng bergabung dengan organel- organel sel, tetapi sekitar 60 sampai 80% dari seng selular diternukan di dalam cytosol.

Seng sangat esensial bagi fungsi lebih dari 200 enzim pada berbagai spesies (Prasad, 1985; Sandstead Cit Evans. 1988). Seng berperan penting dalam proses stabilisasi struktur molekul rnembran dan organel sel iainnya, di samping juga berperan dalarn proses sintesis dan degradasi zat-zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat; serta dalam proses transkripsi d m translasi sistern genetik (WHO, 1996).

Metabolisme sen^

(157)
[image:157.551.113.421.58.200.2]

Gambar 2 . Skema Penyerapan Seng oleh Enterocyte (Groff et al., 1995) King and Keen (1999) juga menjelaskan bahwa peningkatan absorpsi seng dalam kehamilan tidak nyata. Konsentrasi sirkulasi seng dalam plasma sekitar 15- 35% lebih rendah pada saat hamil dibandingkan dengan pada saat tidak hamil. Penurunan tejadi seawal mungkin pada bulan pertama kehamilan, stabil pada semester kedua, dan menurun lebih jauh pada semester ketiga. Penurunan seng plasma diduga disebabkan oleh pertambahan volume plasma, otak janin, dan penyesuain hormonal dalam distribusi seng dari sirkulasi ke jaringan lain, seperti hati.

Selama proses pencernaan makanan, enzim pencernaan mengekarkan seng makanan dari matrik makanan dan seng endogen dari berbagai ligan. Misalnya, ada seng bebas dari kompleks koord'inasi dengan berbagai ligan eksogen dan endogen, misalnya asam amino, phospat, dan asam organik lain. Histidin dan sulfur yang terkandung dalam asam amino menyediakan ligan asam amino, kompleks seng- histidin dan seng-metionin yang diabsorpsi lebih efisien dari seng-sulfat (King &

(158)

Mekanisme bagaimana seng masuk sel mukosa tidak diketahui. Diduga, seng melintasi lapisan air dalam suatu yang dapat dipertukarkan atau dalam bentuk diffisi. Seng melintasi penyekat batas permukaan, terjadi oleh dua mekanisme yaitu menggunakan media pembawa (saturable) dan tidak pakai media (nonsaturable). Pada konsentrasi seng luminal rendah-normal (tidak kurang dari 80 pmolA), mekanisme melalui media pembawa menonjol. Namun apabiia makanan menyuplai seng tinggi, peranan proses diffusi (tidak menggunakan media pembawa) lebih besar (King & Keen, 1999).

Seng dikeluarkan oleh sel intestinal pada permukaan baseteral-serosal di dalam mesenteric capillary dan dibawa darah portal ke jantung. Absorpsi seng ditandai oleh loncatan albumin (King & Keen, 1999).

Kandungan seng total tubuh dikontrol melalui pengaturan efisiensi absorpsi usus halus dan eksresi dari pools seng endogenous. Konsentrasi seng lurninal intestinal meningkat, bagian absorpsi seng menurun, tetapi jumlah aktual absorpsi seng meningkat. Peningkatan ekskresi fecal seng endogenous dibutuhkan untuk keseimbangan retensi seng dengan kebutuhan metabolik. Kehilangan endogenous fecal seng dapat meningkatkan beberapa tekanan untuk memelihara homeostasis seng dengan konsumsi tinggi (King & Keen, 1999).

(159)
[image:159.556.60.451.82.564.2]

intraseluler. Penghambat organik absorbsi seng antara lain adalah rnioinositol heksafosfat dan komponen serat makanan termasuk hemiselulosa dan lignin. Penghambatan absorpsi seng oleh fitat nampaknya melalui presipitasi gabungan antara kaIsium dan fitat untuk membentuk suatu kompleks yang tak dapat larut (Sandstead & Evans, 1988).

Gambar 3 . Skema Metabolisme Seng (King & Keen, 1999)

(160)

Kebutuhan sen^ I b u Hamii

Menurut Kartono (1983) penggunaan seng dalam tubuh manusia teIah diketahui dengan menggunakan radioisotop yaitu sebesar 6 mg sehari. Namun karena hanya sekitar 40 persen yang diabsorpsi dari konsulnsi maka dianjurkan bagi orang dewasa untuk rnengkonsumsi mineral seng 15 mg sehari, dengan tambahan untuk ibu hami1 5 mg. Jumlah konsumsi seng yang dianjurkan untuk ibu hamil tersebut sama dengan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

VI

(WNKPG) tahun 1988 tentang angka kecukupan seng rata-rata untuk ibu hamil, yaitu 20 mg per hari.

Keracunan sen^

Keracunan seng yang berasal dari makanan belum pemah diaporkan. (Sandstead & Evans, 1988). Berdasarkan penelitian jangka panjang, tingginya asupan seng (50 mglhari) menimbulkan gangguan dalam metabolisrne tembaga, yaitu menurunkan aktivitas eritrosit superoksida dismutase (WHO, 1996).

Defisiensi sen^ oada Ibu Hamil

(161)

Faktor-faktor Penvebab Defisiensi Seng

Te jadinya masalah defisiensi seng pada ibu hamil terutama karena rendahnya asupan gizi selama hamil ataupun pada masa menjelang harnil (WHO, 1996). Gibson (1990) menjelaskan bahwa selain disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak c h p , defisiensi seng dapat pula disebakan oleh bioavailabilitas dan absorbsi yang rendah ataupun karena eksresi danlatau penggunaan yang berlebihan.

Konsumsi Seng

Konsumsi seng dipengaruhi oleh pemiliian pangan. KIlig a ~ d Keen (1999)

menjelaskan bahwa kisaran konsentrasi seng pangan adalah 0,02 mg (putih telur) sampai dengan 75 mg per 100 g (kerang). Produk hewani menyediakan sekitar 70% dari seng yang dikonsumsi oleh penduduk Arnerika, dengan lebih kurang setengahnya berasal dari daging (sapi, lembu, babi dan domba)

(162)

Kartono (1983) menjelaskan bahwa sumber mineral seng dapat dibedakan berdasarkan besar kecilnya kandungan mineral seng pada tiap bahan makanan. Bahan makanan tergolong kaya akan mineral seng jika mengandung 5 mg per 100 g bahan makanan, misalnya kerang. Sumber mineral seng tergolong baik jika mengandung 3,s rng per 100 g bahan rnakanan, misalnya daging sapi, daging kambing, hati, keju, susu skim dan kacang tanah. Sumber mineral seng tergoIong cukup baik jika rnengandung 1-3 mg per 100 g bahan makanan, misalnya ayam, kalkun, ikan tuna, kacang-kacangan dan serealia. Surnber seng tergolong kurang baik jika kandungannya kurang dari 1 mg per 100 gram bahan makanan, misalnya buah- buahan, sayuran, rninyak goreng, mentega, gula dan serealia yang telah dibersihkan.

Bioavailabilitas Seng

(163)

Tabel 1. Rata-rata Seng Tersedia Menurut Keiornpok Bahan Makanan di Kecamatan Ciarnpea dan Cibungbulang

Interaksi Antar Zat Gizi Jenis Bahan Makanan Serealia Kacang-kacangan I kan Sayur

Munoz, Kosadu. Lopez. Fzrrr atd Allen (2000) menyimpulkan dari studi yang dilakukannya yaitu bahwa suplementasi selama 6 bulan dengan dua kali angka kecukupan yang dianjurkan besi dan seng memperbaiki status vitamin A sebagaimana yang diukur dengan konsentrasi plasma retinol, RBP dan transthyretin pada anak- anak dengan resiko tinggi defisiensi seng, besi dan vitamin A. Pada populasi di negara berkembang, keberadaan defisiensi vitamin A dengan defisiensi seng dan besi adalah umum.

Fe yang diberikan sebagai suplemen atau suatu Iarutan, menghambat penyerapan seng. Fe dan seng berkotnpetisi untuk mendapat tempat pada permukaan sel mukosa. Beberapa studi memperlihatkan bahwa suplemen seng menjadikan konsentrasi seng plasma ibu selama hamil menjadi lebih rendah. Institute of Medicine merekomendasikan bahwa seluruh ibu h a d menerima lebih dari 60 rng Fehari juga diberikan suplemen seng (King & Keen, 1999).

Sumber: Yuniarti (1995)

Rata-rata Total Seng

(1

1

(mid1 00 g)

0,80 1,61 1,80 1,69 Rata-rata Bioavailabilitas (2) ("/.) 6,18 6,67 8,25 5,32 Seng Tersedia (1) x ( 2 )

[image:163.556.73.470.94.200.2]
(164)

Penurunan penyerapan Ca terjadi pada pemberian suplemen seng sedangkan konsurnsi Ca rendah (230 mg), tetapi penyerapan tidak dipengaruhi jika konsumsi Ca mencukupi (Sandstead & Evans, 1988).

Kondisi Tubuh

Di Amerika Serikat dan negara-negara industri lainnya, penyebab utarna defisiensi seng bukan karena defisiensi pada makanan saja. Faktor-faktor kondisi tubuh menambah parah tingkat kejadian defisiensi seng bila diet tidak cukup untuk menyediakan kebutuhan yang meningkat yang disebabkan oleh faktor kondisi tubuh tersebut (Sandstead & Evans, 1988).

Proses biologis menstruasi, harnil dan melahirkan yang dialami secara alamiah oleh w a ~ t a dalam keadaan normal, membutuhkan tambahan seng. Misalnya pada saat menstruasi, seng ikut ke luar bersama darah. Peristiwa alamiah ini juga merupakan salah satu penyebab defisiensi seng. Peristiwa ini berlangsung teratur, alamiah dan normal; apabila dalam keadaan patoiogis tentu akan dapat berakibat fatal (Syarief & EXusaini, 2000).

Pada kebanyakan orang defisiensi seng, penampakan yang separah akrodematitis enteropatika jarang terjadi. Walaupun begitu kadang-kadang te ja d i pengecudian, terutama pada penderita malabsorbsi intestinal atau alkoholisme yang

(165)

Penenturn Status Seng Serum

lndikator yang sangat sensitif dan patologis untuk penilaian status seng sampai saat ini masih kurang valid untuk bisa dijadikan parameter dalam mengukur tingkat kebutuhan atau kriteria dalam mendiagnosa epidemiologis defisiensi seng. Meskipun demikian, konsentrasi ekskresi seng pada plasma, sel darah rnerah, rarnbut dan urin terlihat menurun pada penderita defisiensi seng dengan tingkat keparahan yang tinggi (WHO, 1996).

Pengelompokan kadar seng serum didasarkan pada kriteria menurut hasil

NHANESY (National Health and Nutrition Examination Survey) I1 pada populasi di Amerika Serikat yakni: (1) < 0,70 mg/l, menunjukkan kadar seng yang rendah (status seng buruk); dan (2) r 0,70 mgA, menunjukkan status seng baik (Gibson, 1990).

Peran Senp baei Ibu Hamil dan Turnbuh Kernbanv Janin

Defisiensi seng berimplikasi secara spesifik dalam dua perkembangan cacat bawaan pembuluh syaraf, anencephaly dan spina bifida (Sandstead & Evans, 1988) dan terhambatnya pertumbuhan intrauterine (King & Keen, 1999). Konsurnsi seng yang lebih rendah dari kuartil (16 mg/hari) telah meningkatkan dua kaIi resiko kelahiran lebih awal setelah pengontrolan pada kalori dan variabel ikutan yang lain. Seng cukup penting untuk h g s i kekebalan; studi b a r u - b m ini menyarankan bahwa infeksi sistim alat kelamin atas merupakan respon dari kelahiran lebih awal (King &

(166)

Mode1 efek patologi defisiensi seng pada manusia ada beberapa macam (Tabel 2). Efek patologi defisiensi seng yang berkaitan erat dengan ibu hamil antara lain adalah menghambat pertumbuhan dan gangguan reproduksi.

Tabel 2. Model Efek Patologi Defisiensi Seng pada Manusia dan Hewan

Efek ~atologi Seng

1

Keterangan

1

1

Menghambat pertumbuhan

+

1

Keterangan: +=efek menyolok

+marginal atau dibutuhkan konfimmsi Sumber: WHO (1996)

[image:166.551.75.467.149.292.2]
(167)

Pola Konsumsi Panrran d s n Kebiasaan Makan Ibu Hamil

Poia Konsumsi Pangan Ibu Hamil

Pola konsumsi pangan individu atau keluarga dapat berfhngsi sebagai cerrninan dari kebiasaan makan individu atau keluarga. Pola konsumsi pangan disusun berdasarkan data jenis bahan makanan, frekuensi makan, dan berat bahan makanan yang dimakan. Semakii sering suatu pangan dikonsumsi dan semakin berat pangan yang bersangkutan dimakan, maka semakin besar peluang pangan tersebut tergolong dalam konsumsi pangan individu dan keluarga (Suhardjo, 1989).

Konsumsi pangan seseorang/keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidiian d m pengetahuan gizi (Husaini, 1986). Dalam suatu keluarga biasanya ibu yang bertanggung jawab terhadap makanan keluarga. Dengan semakin meningkatnya pengetahuan gizi yang dirniliki ibu maka semakin tinggi pula kemampuan ibu dalam rnemilih dan merencanakan makanan dengan ragam dan kombinasi yang tepat sesuai dengan syarat-syarat gizi

(168)

untuk tingkatan umum sasarannya. Sedangkan pendidikan informal terselenggara secara tidak sengaja di lingkungan sekitar rnanusia tersebut (Husaini, 1986).

Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan terhadap individu agar dihasilkan perubahan bersifat tetap pada perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan sasaran. Menurut Tarwotjo (198 1) pendidikan gizi adalah usaha untuk mengubah perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif dengan tujuan menumbuhkan sikap positif terhadap inovasi gizi. Jadi melalui pendidikan gizi diharapkan pengetahuan seseorang atau masyarakat terhadap gizi dan rnakanan yang sehat menjadi lebih baik, sehingga timbul kebiasaan makan yang baik pula.

Materi pengetahuan gizi yang tercakup dalam pendidikan gizi merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu, yaitu kesehatan, pertanian, psikologi tingkab laku, komunikasi dan sosiologi yang menekankan pada alih informasi dan pengembangan motivasi serta mengajarkan pada masyarakat agar memanfaatkan sumberdaya pangan yang tersedia untuk memperbaiki kebiasaan pangan (Berg. 1986).

Hermina (1992) menyatakan bahwa tingginya pengetahuan ibu tidak seldu menghasilkan status gizi an& yang lebih baik apabila pendapatan keluarga relatif rendah. Pendapatan rendah menyebabkan keterbatasan dalam pemikiran dan penyediaan konsumsi pangan keluarga.

(169)

cukup bagi perkembangan janin mesti dikirimkan dengan pengaturan di dalam penggunaan seng.

Kebiasaan Makan Ibu Hamil

Kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk mengyambarkan perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan. seperti tatakrama, frekuensi makan seseorang, pola makan yang digunakan, kepercayaan tentang makanan, distribusi makanan diantara anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan dan cara pemilihan makanan yang hendak dimakan (Suhardjo, 1989).

Smvur (1982) menjelaskan bahwa ada dua dasar pemikiran mengenai kebiasaan makan yang terdapat pada din seseorang yaitu: I ) Kebiasaan makan yang secara budaya dipandang sebagai faktor tidak bebas, yang terbentuk pada seseorang karena dipelajari (learned), 2) Kebiasaan makan yang terdapat pada individu bukan berasal dari proses pendidikan tertentu atau yang dipelajari (unlearned), lebih bersifat diturunkan dari nenek moyang atau orang tua. Sediaoetama (1974) menyatakan bahwa mengubah kebiasaan makan, erat hubungannya dengan kepercayaan dan adat istiadat setempat, sangat sukar dan hampir saja tidak mungkin. Namun Husaini (1986) berpendapat bahwa kebiasaan makan dapat berubah walaupun perubahan tersebut tidak terjadi secara mudah. Perubahan akan terjadi apabila individu menyadari adanya keinginan dan kebutuhan berubah.

(170)

Berat badan sebelum kehamilan kurang; 4) Obesitas; 5) Penambahan berat badan selama kehamilan kurang; 6) Riwayat kornpIikasi obsterik (hamil mengalami komplikasi); 7) Adanya penyakit ibu; 8) Kerniskinan; 9) Kebudayaan; 10) Perokok berat dan kergantungan obat; dan 11) Kondisi psikologik (EfEendi dkk, 2000).

Mutu Gizi Makanan

Gilbert (1957)

a

Utami (1995) rnengatakan bahwa taraf kesehatan yang rendah terkait dengan kualitas makanan. Pada masalah hidden hzci~ger misalnya, yaitu pangan yang dikonsumsi dalam jumlah besar tetapi sebenarnya tidak cukup mengadung zat gizi yang dibutuhkan. Oleh karena itu kualitas rnakanan yang dikonsumsi penting untuk diketahui.

Kualitas pangan dilihat dari skor rnutu gizi pangan atau makanan (Nrrtritional Dietary Qualify)). Mutu gizi makanan (MGM) dihitung dari rata-rata tingkat kecukupan gizi rnakanan dengan nilai maksimum 100 (Hardinsyak 1996).

Alteroatif Intervensi Penaneeulanean Defisiensi Seng

Depkes (2000) menjelaskan bahwa indikator keberhasilan pencegahan dan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro antara lain adalah teridentifikasinya masalah seng dan terwujudnya model intervensi suplementasi multi gizi-mikro terutama untuk ibu h a d . King and Keen (1999) menjelaskan bahwa belum ada kebijakan standar pengayaan seng, tetapi beberapa perusahaan sered sarapan rnelakukan fortifikasi seng terhadap produk mereka mulai dari 25 sampai dengan

(171)

K j ~ g curd Keerr (1999) rnenjelaskan bahwa suplemen seng lebih efektif jika diberikan bersama-sama dengan kalsium dan besi, ha1 tersebut sekaligus dapat memperbaiki status vitamin A. Selain itu, dijelaskan pula bahwa Institwfe of Medicitre merekomendasikan seluruh ibu hamil untuk menerima lebih dari 60 mg Fe/hari, disamping juga diberikan suplemen seng. Mt~fzoz et al. (2000) menyirnpulkan dari studi yang dilakukannya yaitu suplementasi besi dan seng selama 6 bulan dengan dua kali angka kecukupan yang dianjurkan telah memperbaiki status vitamin A. Sandstead dan Evans (1988) rnenjelaskan bahwa penurunan penyerapan kalsium terjadi pada pemberian suplemen seng sedangkan konsumsi kalsium rendah (230 mg), tetapi penyerapan tidak dipengamhi jika konsumsi kalsium mencukupi. Selanjutnya King a d Keen (1999) menjelaskan pula bahwa besi yang diberikan sebagai suplemen atau suatu larutan yang menghambat penyerapan seng. Beberapa studi memperlihatkan bahwa suplemen seng menjadikan konsentrasi seng plasma ibu selama h a d menjadi lebih rendah. Selain itu suplemen disarankan untuk diberikan pada kelompok dengan status mikronutrien marginal (Pojda & Kelley, 2000).

(172)

Porspek seng menurut WHO (1996) adalah sebagai berikut:

1 . Menghadapi kebutuhan rnenghasilkan informasi yang dipercaya dari seng yang terkandung dalam makanan, terutarna susu.

2. Untuk memonitor yang berhubungan dengan perubahan dirnasa mendatang di dalam praktek pertanian dan industri.

(173)

METODE

A. Penelitian di Lapangan

Disain. Waktu dan Ternvat

Penelitian dengan disain cross sectio?lai ini menggunakan sebagian data bcrre line yang sebelumnya sudah dikumpulkan tim peneliti "Darnpak Pemberian Makanan Tambahan Multi Gizi (PMT-MG) Ibu Hamil terhadap Pertumbuhan Kehamilan serta Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Lahir di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang, Kabupaten Bogor" yang dilakukan oleh Tim Peneliti dari Jurusan G M S Y Faperta IPS buIan Febmari-Oktober 1999. Lokasi dipilih dengan sengaja (purposive) berdasarkan AKI yang tinggi.

Cara Penpambilan Contoh

Penelitian dengan disain cross secfio?~al ini menggunakan sebagian data base ljne yang sebelumnya sudah dikumpulkan tirn peneliti "Darnpak Pemberian Makanan Tambahan Multi Gizi (PMT-MG) Ibu Hamil terhadap Pertumbuhan Kehamilan serta Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Lahir di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang, Kabupaten Bogor" yang dilakukan oleh Tim Peneliti dari Jurusan GMSK, Faperta IPB bulan Februari-Oktober 1999. Lokasi dipilih dengan sengaja (purposive) berdasarkan AKI yang tinggi.

(174)

hamil sehat atau tidak berpenyakit kronis; dan 6 ) tidak merokok atau tidak minum minuman alkohol serta 7) bersedia menztndatangani kesediaan mengikuti penelitian setelah diberi penjelasan (injorrned consent). Pemilihan dilakukan melalui sensus ibu hamil dengan usia keharnilan kurang dari 4 bulan pada saat pengumpulan data berlangsung. Nama dan alamat ibu h a d diperoleh dari kader posyandu, bidan desa, Petugas Lapang Keluarga Berencana (PLKB), ketua RT/RW di desa setempat. Pendataan dilakukan pada awal penelitian oleh tenaga lapang yang sudah dilatih. Dari hasil sensus, 271 ibu harnil memenuhi syarat menjadi contoh (Hardinsyah, Dwiriani & Islami, 1999). Pada penelitian ini diarnbil data dari 252 contoh ibu hamil karena sebagian contoh tidak mempunyai data lengkap yang peubahnya diperlukan.

Jenis dan Cara Pen~umaulan Data

(175)

Tabel 3. Data dan Cara Pengurnpulan Data

Tingkat konsumsi pangan Kebiasaan makan

-

Tingkat konsunsi gizi Mutu gizi makanan

-

Kandungan seng pangan

r Konsumsi seng pangan Rasio konsumsi pangan hewanirnabati (karena data

bioavailabilitas seng pangan tidak

No.

1.

Recall 24 jam selama satu hari ole11 tenaga lapang yang terdiri clan lulusan D3 atau S1 GMSK IPB yang telah dilatih.

Data Sosial dan ekonomi-:

Pendidikan

-

-

Pekejaan

Besar rumahtangga

Pendapatan mmahtangga (didekati

dari kebiasaan pengeluaran

Wawancara langsung menggunakan kuesioner oleh tenaga lapang yang terdiri

dari lulusan D3 atau S 1 GMSK IPB yang telah dilatih.

Penguml~ulan Data

Wawancara langsung menggunakan kuesioner oleh tenaga lapang yang terdiri dari lulusan D3 atau S1 CMSK IPB yang

telah dilatih.

3.

Usia kehamilan

Pengetahuan gizi dan kesehatan. Penyakit infeksi W n a ketersediaan

data penyakit beragam maka diambil

4.

defisiensi seng @otensi pang& lokaidan -

I

Melalni~i5cus group discussion (FGD) di

oponi pemimvin formal dan non formal lokal masinz-masing kecamatan.

I

5 .

I

untuk pro& institusi dimasa mendatang) ( - -

J

Sumber:

-

oleh Tim Peneliti PMT-MG (1999)

..

-

peubah hari sakit)

Kadar seng serum (status seng)-

Pengambilan darah oleh tenaga profesionaI laboratorium kiinik yang sudah

disc-i dan analisa biokimia darah di

Lab. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kadar seng pangan

Potensi wilayah dan altematif penanggulangan

(Puslitbang) Gizi Depkes di Bogor. Analisa kimia pangan di Lab. CMSK d m

[image:175.551.63.463.79.552.2]
(176)

f enpolahan Data

a. Status Seng Serum

Status seng dikelompokkan menjadi defisiensi seng dan tidak defisiensi seng dengan clrl q f f f ~ o i n f kadar seng serum 0,70 mgA (Gibson, 1990).

b. Karakteristik Sosial d a n Ekonomi

Pendidikan contoh dihitung berdasarkan rata-rata lama menempuh pendidikan. Besar rumahtangga contoh dikategorikan: kecil, jika beranggotakan 54 orang; sedang. jika beranggotakan 5-7 orang; dan besar, jika beranggotakan >7 orang. Pendapatan contoh diniiai rendah apabila <Rp 72.780,00/kapita/bln @PS, 2000).

c. Kesehatan

(177)

d. Konsumsi Pangan, Gizi d a n M u t u Gizi M a k a n a n

Tingkat konsumsi pangan contoh dihitung dengan membandingkan konsumsi pangan contoh dengan konsumsi pangan yang dianjurkan untuk Ibu Hamil (Hardinyah, Mailoa & Herawati, 2000").

Data konsumsi pangan dikonversi ke dalam zat gizi yaitu energi, protein, kalsium, posfor, besi, vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah & Briawan, 1994). Sedangkan konversi konsumsi seng menggunakan komposisi seng pangan: a) hasil analisa seng pangan di laboratorium, b) Utami (1995), c) Rimbawan, Dwiriani dan Fahriza (2000), d) Siong, Noor, Azudin and Idris (1997), e) Puwastien, Burlingame, Raroengwichit and Sangpuang (2000), dan f) English and Lewis (1991). Tingkat konsumsi gizi ibu hamil dihitung dengan membandingkan konsumsi zat gizi ibu hamil dengan AKG yang disarankan bagi orang Indonesia oleh Widya Karya Nasional VI (1998) untuk ibu hamil setelah dikoreksi dengan berat badan (BB) ibu hamil. Selanjutnya berdasarkan tingkat konsumsi gizi dengan nilai maksimal I00 dari setiap zat gizi (energi, protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin 3 1 dan vitamin C), dihitung mutu gizi makanan (MGM) dengan cara sebagai berikut (Hsdinsyah, 1996a):

MGM=Z{TKG,)/n

Keterangan:

MGM = Mutu Gizi Mabnan

TKG = Tingkat Kecukupan Zat Gizi ke-i, yaitu (kcmmmsi zat gizi ke-i/k&pan zat gizi ke-i)x100 (Setiap TKGi W l a i maksimum 100 atau truncated at 100)

(178)

Bioavailabilitas seng makanan ibu hamil di daerah penelitian diprediksi dengan peubah rasio konsumsi pangan hewani terhadap pangan nabati.

e. Potensi Wilayah dalam Penanggulangan Defisiensi Seng

Data potensi wilayah dalam penanggulangan defisiensi seng dikumpulkan melalui FGD di kecamatan yang dihadiri oleh Pimpinan Kecamatan, Kasi dan Kasubsi Ekonomi dan Pembangunan; dokter, petugas gizi dan bidan puskesmas; bidan desa; petugas pertanian lapangan; Kasi Kesejahteraan Sosial; Ketua Pokja IV PKK; Pengawas, Ajun d m Staf PL KB; serta tokoh masyarakat.

B. Analisis Seng Serum

Pengukuran seng serum menggunakan Afomzc Absorbmzce Sj>ectrophofornetry ( A S S ) di Puslitbang Gizi Depkes di Bogor (Effendi, Dwiriani, Subandriyo &

Mutiana, 1999).

C. Analisis S a g Pangan

Analisis seng pangan dilakukan di Laboratonurn JSimia Gizi, GMSK dan Laboratorium Kimia Terpadu IPB. Sampel adalah bahan pangadmakanan yang konsumsi seng-nya >1,5 mg/hari atau dikonsumsi oIeh

>lo%

contoh (Lampiran 2 ) . Sampel berasal dari pasar Leuwiliang.

Analisis kadar seng sampel menggunakan metode pengabuan basah ( ~ ~ r i ~ a r i t b n o , Fardiaz, Puspitasari, Sedarnawati & Budiyanto, 1989) (Lampiran 3 &

(179)

Analisis Data

Uji t digunakan untuk menganalisis perbedaan karakteristik sosial ekonomi; pengetahuan gizi dan kesehatan serta penyakit infeksi; konsumsi dan keragaman pangan; fkekuensi makan lengkap sebelum dan saat hamil; serta tingkat kecukupan gizi dan mutu gizi makanan menurut status seng. Uji Binomial digunakan untuk menganalisis perbedaan kebiasaan rnakan berdasarkan kelompok status seng. Analisis hubungan antar variabel dengan Korelasi Pearson. Analisis detenninan status seng dilakukan menggunakan analisis regresi logistik (Santoso, 2000). Komputasi analisis tersebut dilakukan dengan program statistik SPSS versi 8,O for Wirldows. Analisis data potensi wilayah menggunanakan S W O T analysis (Guhardja, Hardinsyah, Kusharto, Karsin, Kusno, Sukandar, Arnien, Komarsa & Khalil, 1997)

Mutu gizi makanan adalah rata-rata tingkat kecukupan gizi dengan nilai maksimal 100 (truncated at 100) (Hardinsyah, 19964.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), d m penggunaan (utilization) zat gizi makanan (Riyadi, 1995).

Status seng dikelompokkan menjadi dua, yaitu defisiensi seng b i a kadar seng serum < 0,7 mg/l clan tidak defisiensi seng bila r 0,7 rngA (Gibson, 1990).

Bioava.iability adalah bagian dari zat gizi yang telah dicerna yang dapat digunakan untuk menjalankan fingsi fisiologis secara normal.

Interaksi zat gizi adalah keterkaitan antar zat gizi yang bisa bersifat saling menguntungkan (sinergistik) ataupun merugikan (antagonistik) sehingga dapat mempengaruhi metabolisme zat-zat gizi yang berinteraksi tersebut.

(180)

Bahan rnakanan sumber seng adalah apabila konsumsi seng pangan >1,5 mghari (+I 0% RDA orang dewasa) atau persentase yang mengkonsumsinya

>lo%.

Konsumsi seng adalah konsumsi seng pangan, bukan air minum tawar.
(181)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi

[image:181.551.62.465.272.363.2]

Leuwiliang dan Cibungbulang merupakan dua kecamatan yang termasuk daIam wilayah timur Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwiliang mempunyai luas lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Cibungbulang, namun jurnlah desa di masing-masing kecamatan tersebut harnpir sama, berturut-tumt yaitu 19 dan 15 desa. Sepertiga wilayah Kecamatan Leuwiliang dan lebih dari setengah wiIayah Kecarnatan Cibungbulang digunakan untuk sawah (Tabel 4).

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Kecamatan Leuwitiang dan Cibungbulang

Pada akhir tahun 1999 penduduk Kecamatan Leuwiliang adalah sebanyak 144.623 jiwa (laki-laki 50,4% dan perempuan 49,6%), sedangkan penduduk Kecamatan Cibungbulang berjumlah 90.178 jiwa (laki-laki 49,3% dan perempuan

(182)

Tabel 5. Sebaran Penduduk di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang Berdasarkan Jenis Peke jaan

Lebih dari 40% penduduk di Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang telah

mencapai tingkat pendidikan SD. Bahkan di dua kecarnatan tersebut yang mencapai

tingkat pendidikan SLTP, masing-masing adalah sebanyak 21,4% dan 42,0% (Tabel

6).

[image:182.551.65.466.62.591.2] [image:182.551.70.464.102.192.2]
(183)

Status Sen%

Kadar seng serum contoh rata-rata addah 0,91-,35 mg/l (Tabel 7). Menurut Sm~stead and Evans (1988), orang yang menderita defisiensi seng dengan tingkat yang tidak terlalu parah, nifai seng serum kadang-kadang normal saja yaitu berkisar antara 0.9 hingga 1,3 mgl. Shils. Olson and Shike (1994) Effendi dkk. (2000) menjelaskan bahwa kisaran normal seng serum adalah 0,75-1,40 mgA. Jameso~t (1993) mengatakan bahwa kadar seng serum ibu hamil 0.65 mgn dipertimbangkan sebagai kadar seng serum yang rendah. Cut oflpojnt yang digunakan untuk menaksir resiko defisiensi seng adalah kadar seng serum <0,70 mg/l (Gibson, 1990). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan pada beberapa populasi terlihat bahwa keberadaan kadar seng yang rendah dalam serum seringkali rnenunjukkan kekurangan zat gizi tersebut (WHO, 1996).

Tabel 7. Kadar Seng Seruma dan Sebaran Usia Keharnilan Ibu Berdasarkan Kelompok Status Seng

Keterangan: "Effendi, dkk (1999)

b~ejumlah 19 ibu hamil tidak terolah karena data usia kehamilan tidak lengkap

[image:183.554.57.469.336.446.2]
(184)

berprevalensi tinggi" (21,8%). Prevalensi tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian Effendi dkk (2000), yaitu 86,7%. Namun demikian, penelitian ini memperkuat kesimpulan Riyadi (1994) yaitu tinggi prevalensi defisiensi seng wanita pada semua kelompok umur berkisar antara 9,7-4 1.5%.

Kadar seng serum ibu hamil defisiensi seng pada tiga bulan kedua kehamilan lebih tinggi dibanding tiga bulan pertama; ha1 sebaliknya tejadi pada ibu harnil tidak defisiensi seng. Kondisi ini berkaitan dengan pengontrolan kandungan seng total tubuh melalui pengaturan efisiensi absorpsi usus halus dan eksresi dari pools seng endogenous O(ing & Keen, 1999).

King mlJ Keen (1999) serta Sauberlich (1999) menjelaskan bahwa konsentrasi sirkulasi seng dalam plasma ibu hamil lebih rendah sekitar 15-35% pada saat hamil dibandingkan dengan pada saat tidak hamil. Penurunan tejadi seawal mungkii pada tiga bulan pertama keharnilan, stabil pada tiga bulan kedua, dan menurun levih jauh pada tiga bulan ketiga. Penurunan seng plasma kemungkinan oleh sifat pertambahan volume plasma, otak janin, dan penyesuain hormonal dalam distribusi seng dari sirkulasi ke jaringan Iain, seperti hati.

" Kcccndcrungan: predensi tinggi (>2Oa/o)), prevalensi sedang (10?& 19%)- prevalensi rendall ( ~ 1 0 % )

(185)

Karakteristik Sosial dan Ekonomi

Umur suami contoh rata-rata adalah 32,2 tahun sedangkan umur wntoh 26,5 tahun (Tabel 8). Adapun usia kehamilan contoh rata-rata adalah 4,7 bulan.

Tabel 8. Karakteristik Sosial dan Ekonomi ibu Hamil Berdasarkan Kelompok Status Seng

Karakteristik Sosial dm Ekonomi

Tingkat pendidikan suami dan wntoh relatif masih rendah. Sebagian besar suami contoh menempuh pendidikan selama 1-6 tahun (62,3%). Contoh yang menempuh pendidikan sampai SD adalah sebanyak 77,O0/0; sejurnlah 80%-nya mengalami defisiensi seng. Adapun penduduk Kabupaten Bogor yang berpendidikan 1-6 tahun (SD) adalah sebanyak 48,9% ( D i i e q 2000). Tingkat pendidkin mempengaruhi pendapatan. Selain itu tingkat pendidikan sangat erat hubungannya dengan makanan yang dikonsumsi oleh rumahtangga. Ilal tersebut berkaitan dengan pengetahuan yang lebih tinggi, terutama tentang gizi d m kesehatan. Dengan meningkatnya taraf pendidikan, kemungkinan pantangan makanan ataupun praktek-

Defi+iensi Seog I Tidak Defisiensi

Seng I Rata-rata

Umur suami contoh (th)

Ulnw contoll (th) Usia kehamilan @In) Pendidikan suami contoh (th)

Pendidikan contoh (th)

Jumlab anggota nrmahtangga (org) Pengeluaran pangan (Rphlnflrapita)

I

Pengeluaran non pangan (Rp/bln/kapita)

(rata-rat-tandar deviasi) 32,2354 26Sf3.3 4,7m,7 6,933,l 6,0+2,4 4,4f 1,4 96.3 18,56+ 56.345,SI

I Pengeluaran total (Rp/bln/kapita)

L

3 1.986.54f

1

2

I

33.296,73+

19.500.63 19.603,30

32.835,O

1

32.7f5.1 26,7f4,3 1 26,7M,1

128.031,31* 68.653.45

4.733.8 7,333,O 6 , 3 3 2 5 4,4f 1,6

[image:185.551.72.468.161.315.2]
(186)

praktek gizi yang salah akan berkurang atau bahkan fiilang sama sekali (Suhardjo, 1989).

Sebagian besar contoh tidak bekerja (89,3OA), sedangkan suami contoh sebagian besar bekerja sebagai buruh (48,4%) dan pedagang (20,Z0h) (Tabel 9). Sekitar setengah dari contoh yang mengalami defisiensi seng berasal dari rumahtangga dengan suami beke j a sebagai buruh (54,S0A)

Tabel 9. Sebaran Jenis Pekerjaan Contoh dan Suami Contoh Berdasarkan Kelompok Status Seng

[image:186.554.66.484.215.384.2]
(187)

Pendapatan rumahtangga contoh per kapita per bulan adalah Rp 135.206,76+65.094,20. Berdasarkan tingkat pendapatan tersebut terdapat 15,9% keluarga yang tergolong miskin (menurut standar BPS, 2000). Persentase rumahtangga contoh defisiensi seng yang tergolong miskin, lebih banyak (22,256) dibanding dengan rumahtangga contoh yang tidak defisiensi seng (14,1%). Selain itu, pendapatan rurnahtangga contoh juga jauh lebih rendah dibanding pendapatan per kapita Kabupaten Bogor tahun 1999, yakni Rp 241.666,67/blnfkapita (Dinkes, 2000). Persentase pengeluaran belanja pangan contoh adalah 73,5% total pendapatan, lebih tinggi dari persentase pengeluaran belanja pangan nasional pada tahun 1987 (Dinkes, 2000), yaitu 60,9'??. Tingginya persentase pengeluaran pangan menunjukkan tingkat sosial ekonomi rumahtangga contoh masih rendah (Soekirman, 1991 ). Rendahnya pendapatan, merupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang cukup.

(188)

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan serta Penvakit Infeksi

Skor pengetahuan gizi dan kesehatan wntoh 63,6I?r15,0%. Nilai tersebut tergolong relatif rendah sehingga memerlukan perhatian khusus. Husaini (1986) dan Suhardjo (1989) menyatakan bahwa pengetahuan gizi dan kesehatan mempengaruhi konsumsi pangan. Dengan semakin meningkatnya pengetahuan gizi dan kesehatan maka semakin tinggi pula kemampuan dalam memilih dan merencanakan makanan dengan ragam dan kombinasi yang tepat sesuai dengan syarat-syarat gizi.

Berdasarkan riwayat penyakit contoh satu bulan yang lalu diketahui bahwa persentase contoh yang menderita sakit adalah 30,2%, dengan rata-rata hari sakit 4,5+15,7 hari (Tabel 10). Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kurang seng dan sakit infeksi (Soekirman, 2000). Baisel (1976) menyatakan bahwa sakit infeksi berpengaruh terhadap kadar seng serum. King and Keen (1999)

menjelaskan bahwa infeksi bakteri akut dan endotoxemia pada tikus dengan nyata meningkatkan absorpsi seng.

Tabel 10. Sebaran Jenis Sakita Ibu Hamil Berdasarkan Kelompok Status Seng

Keterangan:

'menurut riwayat penyakit satu bulan yang M u

b=flu & pilek, batuk, jmms, demam, diare, bisul, sakit gigi, infeksi saluran kemih, s a r i a m sesak naps, muntaber dan radang tenggorokan.

(189)

Contoh defisiensi seng lebih banyak dan lebih lama menderita sakit infeksi dibandingkan dengan contoh tidak defisiensi seng Dari beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa defisiensi seng pasti mengurangi jumJah sel darah putih (Ne\usRx corn & Ne\vsRu net). Hal tersebut dapat menyebabkan terganggunya pertahanan tubuh terhadap penyakit. Asupan seng yang cukup selama kehamilan akan membantu mencegah infeksi (htiv: bnbvcer?ter.com). Narnun demikian, hasil uji beda (t test) menunjukkan bahwa status seng tidak mernbuat pengetahun gizi dan kesehatan serta lama sakit contoh menjadi berbeda secara bermakna (Lampiran 6 ) .

Konsumsi dan Mutu Gizi Pancan

Pola Konsumsi Panpan

Pangan di dalarn penelitian ini dikelompokkan menjadi sembilan kelompok yaitu serealia, umbi-umbian, produk hewani, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah- buahan, bahan minuman, makanan jajanan dan bumbu-bumbuan. Pengelompokkan ini didasarkan pada pengeiompokkan bahan pangan di dalam Dafiar Komposisi Bahan Makanan (DKSM) dan prinsip penghitungan nilai zat gizi makanan.

Kerapaman Panpan

(190)

memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu, misalnya beberapa pangan mengandung tinggi seng, sedangkan beberapa pangan lain kaya zat gizi lain.

Jenis pangan nabati lebih banyak dikonsumsi contoh dibanding j e ~ s pangan hewani. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Effendi (1999), yaitu daerah Jawa Barat lebih banyak mengkonsumsi pangan nabati.

Contoh defisiensi seng mengkonsumsi pangan lebih beragam (15,8 jenis/hari)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Deteminan Status Seng Ibu Hamil Leuwiliang dan Cibungbulang
Gambar 2. Skema Penyerapan Seng oleh Enterocyte (Groff et al., 1995)
Gambar 3. Skema Metabolisme Seng
Tabel 1. Rata-rata Seng Tersedia Menurut Keiornpok Bahan Makanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan siswa Mts At Taufiqiyah Bluto Kabupaten Sumenep Mengenai Penularan Dan Pengobatan Penyakit

Bagian penting permainan jaranan yang diduga berpotensi mengembangkan keterampilan sosial anak adalah saat Anak bernyanyi dan melakukan gerakan bersama menstimulasi

Maka, pengguna tidak dapat lagi menghubungkan perangkatnya secara sembarang ke dalam switch port dan mendapatkan resource dari jaringan karena setiap perangkat

Adapun faktor yang menyebabkan hal tersebut, yaitu : (1) kurang kesinergian dan peran aktif semua guru di lingkungan sekolah untuk peduli dalam membentuk karakter peserta didik;

 Siswa menirukan guru membaca nama bilangan dari 1 sampai dengan 10 saat guru menunjukkan lambang bilangannya.  Guru lalu menunjukkan kartu

Dengan ini ditetapkan Nama-nama dan Nomor Peserta Seleksi Penerimaan Mahasiswa JALUR UJI TULIS BERSAMA yang LULUS NOMINASI sebagaimana terlampir dalam pengumuman ini1. Bagi

[r]

The first intensity of arousal, occurs when Jeanne, Louise, Gaelle and Maria are in pursuit Nazy, after Pierre Desfontaines caught by Nazy and her husband was