REKAYASA SISTEM KEMITRAAN
USAHA
POLA MINI AGROINDUSTRI KELAPA
SAWIT
Oleh
:
H A S B I
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang be judul :
REKAYASA SISTEM KEMITRAAN USAHA POLA MINI AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah
REKAYASA SISTEM
K E M I T W
USAHA
POLA
MINI
AGROINDUSW
KELAPA SAWIT
Oleh
:
H A S B I
Disertasi
sebagai
salah
satusyarat
untuk
rnemperoleh
gelar
Doktor
pada
Program Studi
Teknologi Industri Pertanian
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANUN BOGOR
Sama
NRP
Program Studi
Pola Mini Agroindustri Kelapa Sawit
: Hasbi
: 965094
: Teknologi Industri
Pertanian
Menyetujui,
1. Kornisi Pembimbing
Prof. Dr.
Ir.
Eriyatno.
MSAEProf.
Dr. Ir.
H.
k.
H.
Bintoro Djoefrie,M.An.
~ n ~ ~ d t aKetua Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Dr.
Ir.
Irawadi DiamaranMengetahui,
Dr.
Ir.
Erliza
NoorAnggota
Program Pascasarjana
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal04 November 1960 di Palernbang,
Sumatera
Selatan,
sebagaianak
bungsu dari delapan bersaudara dari Ibu Rofeah (Almahumah) dan Ayah H. Sidik Mahmud. Padatahun
1986, penulis memperolehgelar Sa jana Teknologi Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas
Sriwijaya,Palembang. Pada tahun 1993, penulis diterima di Program Studi Teknologi
Pascapanen p;ada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan rnemperolsh
gelar Magister Sains pada tahun 1995. Kesempatan untuk melanjutkan
ke
programdoktor
pada Program Studi Teknologi lndustri Pertanian pada ProgramPascasajana lnstitut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 1996. Beasiswa pendidikan pawasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
melalui BPPS (Beasiswa Program Pascasarjana).
Sejak tahun 1986 sampai sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di
Jurusan Teknolcgi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Penuls menikah dengan Dr. lr. Siti Herfinda pada tanggal 11 September
1988 dan telah dikarunia dua orang anak, yaitu Alfian Hasbi (12 tahun) dan Hilda
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat rnenyelesaian disertasi ini. Penulis menyadari bahwa
selesainya disertasi ini juga berkat segala upaya serta bantuan dari berbagai pihak.
Semoga Allah SWT membalas segala jasa
yang
telah mereka berikan.Pada kesempatan ini penulis menyampaikan peng hargaan dan
terirna
kasihyang tulus kepada
Bapak
Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE atas kesediaan beliaumenjadi Ketua Komisi Pembimbing. Jasa dan budi baik beliau begitu besar dalam
rnembantu kelancaran studi penulis hingga penyelesaian pendidikan S-3 ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sama
juga penulis sampaikan kepadaBapak Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M-Agr., Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim,
M.Sc., dan Dr. Ir. Ertiza Noor atas kesediaannya menjadi Anggota Komisi
Pembirnbing. Bimbingan, saran, dorongan dan dukungan beliau-beliau sangat
membantu daya sintesis dan sistematis berfikir penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas
Sriwijaya dan Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya atas izin dan
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan
Ooktor (5-3) di Program Pascasarjana, IPB. Terima kasih disampaikan ,pula
kepada Direktur Program Pascasarjana IPB dan BPPS, Depdikbud atas
kesempatan dan dukungan beasiswa yang telah diberikan sehingga proses
penyelesaian studi penulis dapat be jalan dengan lancar.
Kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi dan Bapak Dr. Ir. Suhendar
Sulaeman, MS selaku Penguji Luar Komisi, penulis menyampaikan terima kasih
abs
semua
saran dan masukan untuk memperbaiki naskah disertasi ini.Kepada Direktur Perkebunan Minanga Ogan, Bapak Prof. Mr. Makmun
dan Ir. Z ulkamain, Kepala Koperasi Minanga Ogan, penulis mengucapkan terima
kasih
atas izin, data dan informasi serta fasilitas yangtelsh
diberikan kepada penulis selama studi kasus di lapangan.Kepada Dr. Ir. Robiayanto Hendro Susanto dan Dr.lr. Kiki Yuliati, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
Kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi lndustri Pertanian
IPB yang telah memberikan fasilitas ruangan dan Icornputer, penulis ucapkan
terima kasih. ~&irna kasih disampaikan pula kepada Roni Wjaya atas bantuan
pembuatan model pmgram kornputernya. Oemikian pula kepada seluruh rekan GKM-10 yaitu Dr.lr. Larianda Baka, Dr.lr. Muhammad Said Didu, Dr.lr. Machfud,
Or-lr. Agus Tedi, Dr.lr. Dedi Mulyadi, Dr. Ir. Supri Basdabella, Ir. Agus Cani, MSG.,
Ir. Oida Hariyadi, M.A., Ir. Agus Gunawan, M.S. atas segala bantuan, persaudaraan
dan kebersamaan.
Akhirnya, ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh keluarga, Ayah, Ibu, Mertua, kanda Ir. Syamsu Indera, MM, serta seluruh keluarga atas segala doa
dan kasih sayangnya. Penghargaan yang tak terhingga kepada lsteri tercinta
Dr. Ir. Siti Herlinda dan anak-anak tersayang M a n Hasbi dan Hilda Nadhila Hasbi,
yang telah memberi bantuan tak temilai, ketabahan, kesabaran, kesetiaan dan pengorbanan serta pengertian sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
...
V
.
ANALISIS SlSTEM...
5.1. Analisis Kebutuhan
.
.
...
...
5.2. Formulasi Permasalahan
...
5.3. ldentifikasi Sistem
...
VI
.
REKAYASA MODEL...
...
6.1. Konfigurasi dan Asumsi Mcdel
..
...
6.2. Sistem Manajemen
Basis
Model...
6.3.
Sistem
Manajemen Basis Data...
6.4. Sistem Manajemen Dialog
...
VII.
ANAUSIS SlTUASlONAL...
7.1. Lokasi Studi Kasus...
...**...
7.2. Perkebunan Rakyat
.
..
..
...
7.3. Agroindustri Kelapa Sawit...
7.4. Pemberdayaan Masyarakat PekebunVIII
.
VERlFlKASl MODEL...
...
...
8.1. Sub model Pemilihan TeknoIogi Pengolahan Kelapa Sawit
...
8.2. Sub model Kelayakan Usaha Pabrik
...
8.3. Sub model Kelayakan Usaha Kebun
...
8.4. Sub model Kelayakan Usaha Integrasi Pabrik dan Kebun
...
8.5. Sub model Analisis Kelembagaan Kemitraan Usaha
...
.
IX REKAYASA KEMITRAAN USAHA POW MAKS
...
9.1. Konsep Dasar Kemitraan Usaha Pola MAKS
9.2. Teknologi MAKS
...
...
9.3. Manajemen Usaha9.4. Lembaga Layanan Pengembangan Bisnis
...
...
9.5. Rancangan lmplementasi
.
.
...
...
X
.
KESIMPUIAN DAN SARAN...
10.1
.
Kesimpuiaan...
10.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
...
Halaman
Perkembangan luas dan
prduksi
kelapasawit
di lndonesia (1978- 2000)
...
*...*...
...
...
Jumlah dan kapasitas pabrik kelapa sawit di lndonesia tahun 1998 Jumlah dan kapasitas pabrik minyak goreng di lndonesia tahun 1998 ... .
...
.
...
.,...... .. ... .
...
.
...
Produksi Oleo-kimia Indonesia
.
.
.
.
.. . .
. . .
,.
, ,.
, ,. .
,. . . ..
Proyeksi konsumsi minyak
sawit
(CPO) Menurut seMor industriPotensi lim bah kelapa sawit
... .
. . .
. . . .
. . .
.
,.
,.
,. . .
. . .
Matriks keputusan
dengan
M e t d e MPE...
...
... ... ... ... ...
.
...,
....
Kebutuhan pelakunem baga yang terlibat dalam kemitraan usaha
pola agroindustri kelapa sawit
.. . . .
.
.
. . .
. .
. . .
. . .
. . .
Data Struktur biaya usaha kebun kelapa
sawit
...
...
... ...
...
... .
Penyebaran areal perkebunan kelapa sawit rakyat men
urutt
propinsi tahun 1999
...
...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. .
...
,.. ... ...
Matriks keputusan manajemen teknologi pengolahan kelapa
sawit
Hasil analisis kelayakan investasi pabrik
. . . .. . .
Analisis sensitivitas berdasarkan perubahan harga beli TBS, harga
jual CPO dan biaya produksi CPO
... . .. . .. .. . ... .. . .. . ... . .. ... ... ... ... .
Hasil analisis kelayakan investasi kebun skala 1 ha dengan sumber
dana bank konvensional dan syariah berdasarkan produksi aktual dan potensial
... ... ... ... ... ...
..
..
.
.
.
.
.
...
... ... ..,
Analisis sensitivitas terhadap perubahan harga jual
TBS,
biaya panen dan biaya angkut TBS... ... ... .. . ...
...
...
...
.
..
..
...
....
Hasil analisis kelayakan investasi PKS skala 5 ton TBSljam
terintegrasi dengan kebun skala 1000 ha
. . .
Hasif Reachabildy Matriks Final dan interpretasinya dari elemen
kebutuhan program
...,
...,,.
..,....
....,,.
,.,,
Hasil Reachabilw
Mat*
Final ctan interpretasinya dari elemenkendala utama
.,,. ,,,,... . ... ... ... . .... . .... .
Hasil Reachability
Matriks
Final dan interpretasinya dari elementujuan program
...
...
...
...
Produksi kelapa sawit dunia
StruMur dasar SPK
...
..
...
Diagram Teknik ISM...
..
Tahapan penelitian untuk strategi sistem kernitman usaha :
Tahapan penelitian operasionalisasi kemitraan usaha
...
...
Tahapan
.
analisis sisternDiagram lingkar sebabakibat sistem kernban usaha poia
...
agroindustri kelapa sawitDiagram input-output sistem kemitraan usaha pola agroindustri
...
...
kelapa sawit
...
; iKonfigurasi Model Sistem Penunjang Keputusan Mitrawit
...
...
sub model pemilihan teknologi pengolahan
...
Sub model kelayakan usaha pabrik
...
Sub Model kelayakan usaha kebun
Sub mcdel kelayakan usaha lntegrasi pabrik dan kebun
...
Sub mcdel analisa kelem bagaan kernitman usaha Pota MAKS....
Nilai IRR dengan berbagai skenario kenaikan suku bunga bank konvensional dan kenaikan persen bagi hasiI dengan bank syariah...
Nilai IRRdengan
berbagai skenario kenaikan suku bungabank
konvensional dan kenaikan persen bagi hasil dengan bank syariah
Diagram model struktural kebutuhan program
...
Matri ks Driver Power Dependence elemen kebutu han program...
Diagram model struktural kendala utama...
Matriks Driver Power Dependence elemen kendala utama
...
...
Diagram model struktuml tujuan programMatriks Driver Power Dependence elemen tujuan program
...
Diagram model struktural lembaga yang terlibat dalam...
pelaksanaan program...
..
Matriks Driver Power Dependence elemen k m baga yang terlibat
...
dalam pelaksanaan program
...
27. Struktur organisasi Koperasi dan Manajemen Unit Usaha setelah transfer dari Investor
. .. . .
.
. . .
. .28. Proses layanan koperasi dan Manajemen Unit Usaha melahi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Kondisi fisik lahan untuk perkebunan kelapa sawit
...
172...
Potensi produksi kelapa sawit berdasarkan ketas lahan 173 Pohon industri kelapasawit
...
174Tampilan pembuka model Mirawit
...
175...
..
Tampilan* masukan data dengan Metode ISM.
.
176
Skenario input sub model kelayakan usaha integrasi pabrik dan kebun serta tampitan parameter kelayakan usahan
...
177Asumsi-asumsi dan kwfisien pada usaha PKS 5 ton TBSljam
...
178Perincian modal tetap pada PKS skala 5 ton TBSljam
...
179Biaya tetap dan biaya tidak
tetap
PKS 5 ton TBSljam...
180Pembiayaan modal kerja dua bulan produksi
...
181Biaya penyusutan dan perawatan PKS 5 ton TBSljam
...
182Proyeksi rugi-laba PKS 5 ton TBSQam sumber dana bank konvensional
...
183Proyeksi arus uang PKS 5 ton TBSljam sumber dana bank konvensional
...
184Proyeksi mgi-laba PKS 5 ton TBSljam sumber dana bank syariah 185 Prakiraan pembangunan kebun kelapa sawit per hektar
...
187Pembangunan kebun kelapa sawit dan asumsi-asumsi
...
188Proyeksi rugi-laba kebun kelapa sawit skala I ha s u m b r dana
...
...
bank konvensional.
.
189Proyeksi arus uang kebun kelapa sawit skala 1 ha sumber
dana
bank konvensional...
.
.
.
.. .
.
.
190Proyeksi rugi-laba kebun kelapa sawit skala 1 ha sumber dana
...
bank syariah. .
.
191 Proyeksi arus uang kebun kelapa sawit skala 1 ha sumber dana...
23
.
Proyeksi rugi-lab usaha integrasi pabrik dan kebun s u m k r dana...
...
bank konvensional
..
19424
.
Proyeksi arus uang usaha integrasi pabrik dan kebunsumber
dana...
bank konvensional 195
25
.
Proyeksi rugi-laba usaha integrasi pabrik dan kebun sumber danabank syariah
...
19626
.
Proyeksi arus uang usaha integrasi pabrik dan kebun sumbr danabank syai.a h
...
197...
1 .I. Latar Belakang
Komoditas kelapa
sawit
rnerupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dan strategis dalam penerimaan devisa negara,penyerapan tenaga kerja serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Untuk lebih meningkatkan peranan kelapa sawit tersebut, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk memeahkan berbagai masalah serta untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan perkebunan dan industri kelapa sawit.
Kontribusi produk minyak sawit terhadap PDB sub sektor perkebunan meningkat dari 27,9% (RP 2,64 triliun) pada tahun 1994 menjadi 32,3% (Rp 3,33
trilun) pada tahun 1997 (Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, 2000). Pada tahun 1999 volume ekspor produk-produk kelapa sawit mencapai 4 616 944 386
kg
senilai US$ 1 879 155 400. Volume dan nilai ekspor produk keiapa sawit tersebut diproyeksikan akan meningkat terus seiring dengan peningkatan luaslahan kelapa sawit.
Berdasarkan kondisi tahun 2000, setiap hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menyerap tanaga ke j a langsung sebanyak 0.67 tenaga kerja dan setiap
8000 ha
kebun
membutuhkan PKS dengan kapasitas 30 ton TBSljam yangmenampung tenaga kerja sekitar 150 orang. Dari data tersebut krarti setiap helrtar kebun sawit menampung tenaga kerja langsung sebanyak 0.695 orang (termasuk tenaga kerja pabrik). Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, luas areal kebun kelapa sawit pada tahun 2000 adalah 3 174 726 ha, berarti dapat
menampung tanaga ke j a sejumlah 2 206 435 orang. Dari jumlah tersebut 2 127 066 orang tenaga ke
ja
perkebunan dan 79 368 orang tenagakeja
pabrik.Dilihat dari ketersediaan sumber daya yang ada, Indonesia masih
sawit di masa mendatang. Pengembangan agroindustri kelapa sawit ini hams
diarahkan untuk meningkatkan pmduktivitas, efisiensi dan keberlanjutan usaha
sehingga memberikan dampak yang bbih besar lagi terhadap perekonomian
daerah dan pemberdayaan rakyat pekebun.
Kebijakan pengembangan kelapa sawit perlu diarahkan pada
pengembangan industri pengolahan kelapa sawit. Melalui pengembangan industri
pengolahan d iharapkan dapat meningkatkan peran kelapa sawit sebagai penghasil
devisa negara, meningkatkan
nlai
tambah dan daya saing produk serta memacupengembangan agroindustri dalam negeri. Produk hilir kelapa
sawit
mempunyaispektrum pemanfaatan yang luas antara lain berupa produk pangan seperti minyak goreng, margarine dan shortening, produk oleokimia seperti
asam
lemak, fattyalkohol, fatty nitrogen, gliserin, metil ester dan prduk-produk derivat lainya.
Penggunaan produk antara lain untuk kebutuhan industri cat, kosmetik, pestisida.
pelurnas, dan industri pakan. Kebijakan pengembangan kelapa sawit perlu juga
diarahkan pada pengembangan usaha kelapa sawit rakyat, agar te jadi
keseimbangan arus modal yang selama ini banyak dikuasai oleh pihak swasta dan
pemerintah.
Sebelum tahun 1979, hanya pemerintah dan perusahaan swasta besar
I yang memiliki pekebunan kelapa sawit. Sejak itu kebijakan pemerintah
memfokuskan pada pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat melalui
kemitraan dengan perkebunan besar. Areal pengembangan tanaman ketapa sawit
rakyat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Menurut Direktorat JenderaI Perkebunan. luas areal perkebunan kelapa sawit
menmpai 3 174 726 ha pada tahun 2000, 1 052 796
ha
merupakan perkebunanrakyat, 501 143
ha
merupakan perkebunannegara
dan 1 620 787 ha adatahmencapai 6 217 425 ton. Perkembangan iuas lahan dan volume produksi kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkernbangan
luas
dan produksi kelapa sawit di Indonesia (1978-
2000)
Berbagai upaya tetah dilakukan pemerintah guna rneningkatkan Tahun 1978 1979 1985 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
produktivitas perkebunan rakyat dan meningkatkan pendapatan pekebun yaitu berupa program-program intensifikasi dan ekstensifikasi. Pola pengembangan PR = Perkebunan Rakyat; PTPN = Perkebunan Negara; PBS = Perkebunan Swasta
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (200 1)
Lms
0
Produksi CPO (ton}perkebunan rakyat khususnya kelapa sawit dilakukan dengan berbagai metode, antara lain dengan: (1) Program Inti Plasma yang sering disebut Perkebunan lnti Total 501.284 641.240 1.243.430 4.008.062 4.479.670 4.898.658 5.385.458 5.640154 5.949.183 6.217.425
Rakyat (PIR), (2) Program Rehabilitasi Tanaman Ekspor QPRPTE), (3) Unit
PBS 165.060 202.484 339.241 1.597.227 1.864.379 2.058.259 2.291.012 2.434.902 2.552.742
2.657.51 1
Pelayanan dan Pengembangan (UPP) berbantuan, swadaya berbantuan dan
PR 0 3.125 117.564 572.544 658.536 738.887 824.298 890.506 972.395 1.052-796
dengan swadaya murni dan (4) Program Anak Bapak Angkat. Pola PlR dan Pola
Total - R
I
PTPN
Anak Bapak Angkat menganut sistem lnti dan Plasma. Pola inti plasmapun
PTPN 163.465 176.408 335.195 386.309 404.732 426.804 443.008 489.143 494.143 501.143 250.116 260.939 597.362 1.804.1492. 024.986 2.249.514 2.461.827 2.788.783 2.975.120 3.1 74.726
mempunyai berbagai tipe
antara
lain PIR Bun dan PIR Trans (Direktorat JenderalP B S ,
86.65 1
81.406 143.603 845.296 961.718 1.083.823 1.194.521 1.409.134 1.508.582 1.620.787 Perkebunan, 1999). 0 0 43.016 839.334 1.001.443 1.133.547 1294.409 1.348.163
1.44 1.319
1.503.395
Hasil evaluasi dan penelitian galitbang Pertanian (19971, pada pola PIR
336.224 438.756 861.173 1.571.501 1.613.848 1.706.852 1.800.033 1.857.089 1.995.122 2.056.519
ekonomi baik teknis maupun finansial. Produktivitas kebun plasma jauh di bawah
inti, waktu konversi selalu ditunda, dan penetapan harga dan pembayaran hasil Tandan Buah Segar
W S )
tidaktransparan.
Pekebun umumnya datam posisitawar
yang lemah, sehingga harga, tendemen dan mutu TBSditentukan
oleh pihak perusahaan inti. Oari uraian tersebut dapat disirnpulican bahwa pola Perkebunan Inti Rakyat {PIR- Kelapa Sawit) kurang berhasil menciptakan pembagian keuntungan secara adil antara perusahaan inti dan pekebun plasma.Pola kemitraan yang berkembang selama ini antara PTPN dan PBS dengan
pekebun kelapa sawit, di satu sisi berhasil meningkatkan luas lahan perkebunan kelapa sawit dan volume produksi TBS. Di sisi lain, belum dapat mengatasi pernasalahan yang timbul akibat melimpahnya volume produksi TBS dari kebun
rakyat dan rendahnya harga TBS di tingkat pekebun.
Upaya untuk menyelesaikan dualisme antara perusahaan inti dan pekebun
plasma yang terjadi selama ini pada pola PIR, pemerintah (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999) yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri
Kehutahanan dan Perkebunan
No.
1071Kpts-H11999, menginginkan pekebun melalui wadah koperasi mendapatkan kesempatan yangsama
dengan perusahaan(PTPN dan PBS) untuk memasuki atau menangani bidang pekerjaan yang margin keuntungannya tinggi seperti bidang pengolahan produk perkebunan (agroindusiri)
dan perdagangan. Pencanangan lima pola pengembangan perkebunan yang dituangkan dalam surat keputusan meliputi: (1) Pola Koperasi Usaha Perkebunan, (2) Pola Patungan Koperasi
-
Investor, (3) Pola Patungan Investor-
Koperasi, (4)Pola Build-Operate and Transfer (BOT) dan (5) Pola Bank Tabungan Negara
(BTN). Kelima pola tersebut belum mendapat tanggapan yang positif dari katangan
investor. Hal itu dikarenakan pihak investor
merasa
nilai tambah finansialyang
5
menarik jika dibandingkan dilakukan secara mandiri dan tidak melibatkan pihak lain (pekebun atau koperasi).
Pengembangan PKS skala mini yaitu dengan skala kapasitas kurang dari 30 ton TBSfjarn pedu dilakukan guna mengakornodasi kepentingan pekebun sawit
dalam rangka mening katkan pendapatan dan memberdayakan ekonomi rakyat.
Pengembangan PKS skala mini diharapkan dapat menampung hasil panen kelapa
sawit dari perkebunan rakyat setempat. PKS skala mini juga dapat dikembangkan
untuk
dimiliki olehpara
pekebun
kelapa sawityang
tergabung dalam kelompokpekebun atau koperasi semra mandiri atau bermitra
dengan
investor (PBSatau
PTPN) yang membangunkan kebun terintegrasi dengan PKS yang nantinya
dialihkan kepemilikannya kepada koperasi pekebun.
Rekayasa sistem kemitraan usaha bertujuan memberdayakan rakyat
pekebun untuk melakukan usaha agroindustri disamping usaha kebun kelapa sawit Pekebun memiliki kelebihan tenaga kerja dan tahan, investor yang memiliki modal,
teknobgi, manajemen dan inforrnasi. Ketebihan masing-masing pihak tersebut
dapat saling melengkapi dengan sistem kernitraan usaha. Rekayasa sistem
kemitraan usaha juga bertujuan untuk mengatasi adanya dualisrne antara pekebun plasma pemilk kebun dengan penrsahaan inti sebagai pemilik industri pengolahan
d seperti pada pofa PIR. Suatu pola kemitraan pedu dirancang yang disesuaikan
dengan kondisi kemampuan pekebun yang tergabung dalam koperasi pekebun
untuk mengelola usaha agroindustri tersebut.
Rekayasa sistern kemitraan usaha ag roindustri kelapa
sawit
memadukankomponen para pelaku yaitu investor, koperasi pekebun, lembaga pembiayaan
usaha dan pemerintah daerah kedalam suatu sistem. Investor adalah perusahaan
yang membangun perkebunan, industri pengolahan dan sarana prasarana, yang kemudian mengelola kebun dan pabrik sesuai dengan standar teknis guna
membina pekebun dan SDM kopetasi yang nantinya melanjutkan pengelolaan usaha tersebut. Pekebun yang tergabung dalam koperasi adalah suatu
badan
usaha yang
akan
menerirna estafet usaha. Lembaga pembiayaan usaha adalah lembaga yang membiayai (sumber dana) untuk membangun kebun, pabrik dansarana prasarana serta modal ke ja. Pemerintah daerah lembaga yang krtindak
sebagai fa~i~tator, mediator, arbitrase dan juga dapat pula sebagai bmbaga
pembiayaan usaha dan atau penyedia lahan.
Rekayasa sistem kemitraan usaha merupakan perihal yang kompleks, seda
melibatkan banyak pihak, bersifat dinamis dan probabilistik. Oleh karena itu,
penelitian dengan menggunakan pendekatan sistem dipandang lebih tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Sehubungan dengan ha1 tersebut, dilakukan peneltin
yang mengkaji secara mendalam baik aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, kelayakan usaha, analisa risiko dan manajemen organisasi.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan merekayasa sistem integrasi
kernitraan usaha agroindustri keIapa sawit tenrtama untuk meningkatkan kesejahteraan pekebun. Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Merekayasa model Sistem Penunjang Keputusan untu k manajemen kemitraan usaha pola agroindustri kelapa sawit.
2. Menganalisis kelayakan usaha pola agroindustri kelapa sawit yang merupakan modifi kasi dad pola BOT (Build-Operate and Transfer).
3. Menganalisis strategi sistem kemitraan usaha pola agroindustri kelapa sawit deng an metode Interpretative Structural Modelling (ISM).
1.3. Manfaat Hasll Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
1. Oapat dijadikan pola kemitraan
usaha
pengembangan perkebunan rakyatyang
terintegrasi dengan PKS oleh investor, koperasi pekebun dan Pernerintah
Daerah yang terkait.
2.
Alat
penunjang keputusan bagi investor yang ingin membangun perkebunandengan
modifikasi pola BOT, bagi koperasi pekebun yang akan mengelolausaha
agroindustri kelapa sawit, bagi lembaga pembiayaan usaha sebagaipenyandang dana dan bagi Pemerintah Daerah sebagai fasiliitor kemitraan
usaha tersebut.
3. Sebagai informasi ilmiah untuk penelitian dengan pendekatan sistem dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada rekayasa sistem kemitraan usaha pola agroindustri ketapa sawit dengan modifikasi mekanisme pola BOT (Build-Operate
and Transfer). Anatisis dibatasi pada pengembangan pabrik kelapa sawit yang terkait dengan perkebunan rakyat dan bersifat lokal.
Kemitraan usaha pola agroindustri kebpa sawit diranang dengan mempefiimbangkan kelayakan dari aspek teknis teknologis dan finansial pendirian
PKS, analisis manajemen operasionalnya serta analisis risikonya.
Analisis strategi sistem kemitraan usaha pofa mdifikasi BOT dengan mengg unakan teknik ISM berdasarkan elemen-elemen lembaga-lembaga yang
terlibat dalam pelaksanaan program, kebutuhan program, kendala utama dan
2.1. Teori Sistem
Secara definisi sistem adalah suatu gugus dari elemen
yang
saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suahr tujuan atau suatu gugus daritujuan-tujuan (Manetsch dan Park, 1976). Coyle (1996) mendefinisikan sistem sebagai suatu kumpulan dari bagian-bagian yang temrganisasi untuk suatu tujuan.
Eriyatno (1999) mmenyatakan sistem adalah
totalitas
himpunan hubungan yangmempunyai struMur dalam nilai posisional serta matra dimensional terutama
dimensi ruang dan waktu.
Berdasarkan definisidefinisi tersebut penekanan kata terorganisasi dalam
arti gugus dari
elemen
(bagian-bagian) berhubungan satu dengan lainnya datam berbagai cara dan mencoba untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu tidak semua kumpulan dan gugus bagian dapat disebut suatu sistem jika tidakmemenuhi syarat adanya kesatuan (undy), hubungan fungsional dan tujuan yang
berguna.
Pola pikir ilmiah untuk peng kajian yang memerlukan telaah berbagai hubungan yang relevan, komplementer dan terpercaya adalah visi kesisteman,
sedangkan misi sistem adalah bertujuan menghubungkan berbagai pekerjaan dan keahlian yang beragam rnenuju kebutuhan suatu sistem yang definiti (8rocklesby
dan Cumrning, 1995).
atas bagian-bagiannya. Paradigma bani itu mempelajari tentang su&u yang utuh
dan keutuhan.
Dalam konsep ilmu sistem (Sistemologi) bertujuan untuk menghubungkan
berbagai pekerjaan dan keahlian yang beragam menuju kepada kebutuhan atau
suatu tujuan dari sistem yang definitif. Teoi sistem dimanfaatkan guna mempelajari
kenyaban akan
aturan
yang sistematik dan ketergantungan (interdependency) didunia (Eriyatno, 1999).
Suatu sistem terdiri
dari
sub sistem dan elemen. Sub sistem adalah suatuunsur atau komponen fungsional daripada suatu sistem, yang berperan dalam pengoperasian sistem tersebut. Untuk membedakan
sub
sistem dengan elemen,maka diperlu kan pem bahasan atas tingkat resolusi (penguraian). Sub sistem
dikelompokkan dari bagian-bagian sistem yang masih berhubungan satu sama lain
pada tingkat resolusi tertinggi. Sedangkan etemen dari sistem adalah pemisahan
bagian pada tingkat resolusi yang rendah (Eriyatno, 1999).
Menurut Wetherbe (1 9881, interaksi antar sub sistem (disebut juga interface) terjadi karena output dari suatu sistem dapat menjadi salah satu input dari
sistem
yang lain. Jika interface antar sub sistem terganggu, maka proses transformasi
pada sistern secara kesehruhan akan terganggu juga sehingga akan menghasilkan
bias pada tujuan yang hendak dicapai. -
Operasi dari elemen-ebmen dalam sistem yang dikenal sebagai
proses
transformasi yang mengolah input menjadi output sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dapat dinyatakan sebagai; (1) fungsi matematik, (2) operasi logika dan (3) proses operasi.
Konsep Black-box menyatakan transforrnasi sebagai "kotak gelap" adalah
sebuah sistem dari detildetil (perincian) yang tiiak terhingga yang menakup
struktur-struktur terkecil dan paling mikro. Karakter kotak gelap dengan dernikian
kotak gelap dapat diketahui melalui tiga cara: (1) spesifikasi, misalnya melalui
katalog atau buku standar, (2) analogi, kesepadanan dan modifikasi, dan (3) observasi dan percobaan.
Teori sistem menyatakan bahwa kesisteman adalah suatu meta-konsep atau metadisiplin, dimana formalitas dan proses dari keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial dapat dipadukan dengan berhasil (Gih, 1993; Camavayal,
1992) di datam Eriyatno (1 999).
Para ahli sistem memberikan batasan pennasalahan yang seyogyanya dikaji dengan menggunakan pendeltatan sistem memenuhi karakteristik: (1) kompleks,
dimana interaksi antar elemen cukup rumit, (2) dinamis, dalam arti faktornya ada
yang berubah menurut waktu dan ada pandangan ke
masa
depan dan (3)probabilistic, yaitit diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan
maupun rekornendasi. Eriyatno (1999) menyatakan ada tiga pola pikir dasar yang menjadi pegangan pokok para ahli sistem dalam rnerancang bangun solusi pennasalahan, yaitu: (1) sibernetik (cybernetic), yaitu berorientasi pada tujuan, (2)
hotistib (holistic), yaitu cara pandang
yang
utuh terhadap keutuhan (paradigma iniadalah khas ilmu sistem) dan (3) efektif (effectiveness), yaitu lebih dipentingkan
hasil guna
yang
operasional serta dapat dilaksanakan.2.2. Perkem bangan Agroindustri Kelapa Sawit
Agroindustri adalah suatu perusahaan yang rnengolah bahan-bahan yang berasal dari tanaman atau hewan. Pengolahan yang dimaksud meiiputi transformasi (perubahan) dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimia, penyirnpanan, pengemasan dan distribusi (Austin, 1992 dan Brown, 1994).
Pengembangan agroindustri dapat mernberikan berbagai keuntungan,
antara lain adalah (1) memberikan nilai tambah
yang
lebih tinggi, (2) meningkatkan11 menyelamatkan dan memanfaatkan hasil panen dan (5) mernberikan keuntungan yang lebih tinggi untuk bersaing, dan (6) dapat memperluas lapangan ke j a (Azis,
1 993).
Menurut Herman (1997) misi utama dari pengembangan agroindustri
adalah meningkatkan pendapatan dan kesempatan keja bagi petani, serta
memanfaatkan hasil pertanian m r a optimal dengan memberikan nilai tambah yang tinggi melalui pemanfaatan, pengembang an dan penguasaan tekmlogi.
Komodbs pettanian merupakan bahan baku yang
dapat
diolah menjadiberbagai macam produk industri. Bagan produk yang dapat dihasilkan dari suatu rangkaian proses pengolahan suatu bahan dikenal sebagai suatu pohon industri.
Pohon
industri berbasis bahan baku kelapa sawit yang menghasilkan CPO dan?KO yang dapat diolah lebih bnjut menghasiliran antara lain minyak goreng, margarine, vitamin A, sabun, detergen dan berbagai produk oleokimia. Selain itu,
juga dapat dihasilkan berbagai produk dari pemanfaatan mngkang, tandan kosong dan batang.
Agroindustri kelapa sawit dimulai di Indonesia didirikan di Tanah ltam Ulu,
Sungai Liput dan Puiu Raja pada tahun 1922.
Pada
tahun 1995, 165 pabrik kelapasawit didirikan di seluruh Indonesia. Sampai tahun 1980 industn' kelapa sawit di Indonesia hanya menghasitkan dua produk utama yaitu CPO dan Palm Kernel. I
Sejarah
pengolahan kelapa sawit berubah pada tahun 1981 ketika negaradihadapkan krisis bahan baku minyak goreng dari kopra. Sejak itu, kelapa sawit
sebagai suplemen kopra untuk industri minyak goreng. Dan 800 080 ton kelapa
sawit yang dihasilkan
oleh
industri kelapa sawit tahun 1981, hanya I96 %I ton(24,5%) di ekspor ke negara lain. Sisanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri,
dimana kebanyakan untuk minyak goreng. Sebagian ' besar hasil perkebunan
kelapa
sawit
baru mengolah hasilnya menjadi CPO dan PKO, dan sebagian diolahtambah inti sawit, sejak 1981 inti sawit tidak hanya diekspor dalam bentuk inti sawit tapi juga minyak inti sawit (PKO).
Pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia hingga sekarang ini masih
didominasi oleh produk CPO dan minyak goreng, sehingga masih terdapat potensi
nilai tambah yang belum dimanfaattan secara optimum. Untuk memperkuat industri
kelapa sawit, pengembangan produk-produk baru yang diharapkan meningkatkan
nilai tambah kelapa sawit hendaknya terus dilanjutkan. Untuk oleo-pangan,
pengembangan produk seharusny rnemberi perhatian pada trend dunia
mengkonsumsi pangan yang sehat yaitu pengembangan produk minyak berbasis
p d u k pangan yang mengandung nutrisi esensial seperti pro-vitamin A, vitamin
E
dan asam-asam lemak esensial (omega-3 dan omega$) hendaknya terus dilanjutkan.
Pengembangan minyak sawit krbasis industri kimia hendaknya terus
dilanjutkan. Berdasarkan proses pembuatannya oleokimia dapat digolongkan
menjadi d ua keIom pok, yaitu oleo-kimia dasar yaitu fatty acid, glycerine, fatty
alcohol dan turunan oleo-kimia yang merupakan pengotahan lebih tanjut dari hasil oleo-kimia, antara lain metalk shop (stabilizer), fatfy aimhol sulfate, fatty alcohol sulfosuccin a te
.
Pabrik kelapa sawit di Indonesia tahun 1998 sebanyak 206 buah dengan
kapasitas terpasang 7 977 ton TBSbam. Dua daerah yang memiliki pabrik
terbanyak adatah Propinsi Sumatera Utara sebanyak 81 buah dengan kapasitas terpasang 2 944 ton TBSljam dan Propinsi R i u 44 buah dengan kapasitas terpasang 2 017 ton TBS/jam, secara rina disajikan pada Tabet 2.
Pada tahun 1998 di Indonesia terdapat 57 pabrik minyak goreng yang
menggunakan k h a n baku minyak sawit, dengan kapasitas pmduksi sebesar 7 857
517 ton minyak goreng per tahun. Pabrik minyak goreng tersebut sebagian besar
13
seksar 2 186 212 ton per tahun (27,87% dari total kapasitas prduksi terpasang Indonesia), DKI Jakarta 12 buah dengan kapasitas 1 364 455 ton p e r tahun atau 17,4% dari total kapasitas p d u k s i Indonesia. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Jurnlah dan kapasitas pabrik kelapa sawit di IndonesiaTahun 1998
Sumber: Di jenbun, (1 999)
I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
lndustri margarinelshortening di Indonesia juga memperlihatkan
perkembangan yang baik. Pada bhun 1998 terdapat 17 industri margarine dan
shortening dengan kapasitas produksi total mencapai 455 200 ton per tahun yang terdiri dari 357 900 ton margarine dan 97 300 ton shortening. Oilihat dari lokasinya industri margarine tersebut telah tersebar di 6 propinsi masing-masing OK1 Jakarta 6
Propinsi 0.1. A ~ e h Sumatera Utara
Sumatera barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan Bengkulu
Lampung Jawa Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalirnantan Selabn Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan
lrian Jaya Jurnlah
Jumlah Pabrik 14 81 7 44 9 13 6 4 2 10 3 3 3 1 4 2 206
ton Kapasitas TBSram 410
2 944
295
2 017
375 501 230 125 60 430 90 110 130 30 150 80
7 977
Pangsa
(%I
5 1
36,9 3,7 253 4,7 6,3 2,3 1,6 0,7 5 4 1,1 1,6 0,4f ,9
perusahaan, Jawa Barat 3 perusahaan, Sumatera Utara 3 perusahaan, Jawa Tengah dan Sumatera Barat masing-masing 1 perusahaan.
Tabel 3. Jumlah dan kapasitas pabrtk minyak goreng dl lndonesra tahun 1998
Sumber: CIC, (1999)
Pada tahun 1998 Indonesia terdapat 40 unit industri yang menghasilkan sabun mandi dan sabun cud. Delapan dari 40 unit industri sabun tersebut merupakan industri terpadu, yang juga menghasilkan detergen, baik dalam bentuk detergen cream, detergen bar, maupun detergen powder. Sebagian industri sabun tersebut terletak di Pulau Jawa sebanyak 24 unit, yaitu 7 unit di Jawa Barat, 8 unit
,
di Jawa Timur, 6 unit di DKI Jakarta dan 3 unit di Jawa Tengah. Dl Sumatera Utara 7 unit, Sumatera Barat 3 unit, lampung 2 unit , Riau 2 unit, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan masing-masing 1 unit.
Perkembangan produ ksi olekirnia satiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Produksi fatty acid pada tahun 1993 tercatat sebesar 303 223 ton, kemudian pada tahun 1998 meningkat 324 538 ton. Produksi glycerine terus menunjukkan trend yang cenderung meningkat, dengan laju rata-rata sekitar 10%
No. 1 2 3 4 Propinsi Sumatera Utara
Sumatera Barat Riau
Sumatera Selatan
! Kapasitas
!
Jumlah Pangsa
5 6 7 8 9 10 22 1 3 Lampurig OK1 Jakarta Jawa Barat Jawa Timur
Jawa Tengah
Kalimantan Barat Jumlah
3,Q 1
I
17,4
8,8 14,9
1 ,I
0,7
100 (tonltahun)
2 186 212
35 000
1 496 250
237 000
'I
116415512
(%I
27,9
0,4 19,O
2 i 531 000
3 9 1 2 57 6,8
689 600
1 173 000
90 000
55 000
[image:28.563.46.479.48.796.2]per tahun. Lain halnya
dengan
produksi fattyalcohol
meskipun tingkat produksinya masih kecil, tapi laju pertumbuhannya relatif tinggi dibanding produk oledtimia lainnya. Untuk lebih jebsnya dapat dilihat pada Tabet 4.Tabel 4. Produksi Oleo-kimia Indonesia
Sumber: CIC, (1999)
i
Secara keseluruhan, pemakaian CPO baik yang digunakan oleh industri rninyak goreng, margarine, sabun serta oleo-kimia, industri minyak goreng
rnerupakan konsumen utama terhadap GPO, kemudian baru diikuti oleh industri oleo-kimia, sabun serta industri margarine dan shortening. Total konsumsi CPO
Total
333 030
454 442 426 556 516 552
483 865 453 898 Tahun
1993 1 994
oleh sektor industri pemakainya menunjukbn kecenderungan terus meningkat.
Adapun proyeksi konsumsi
CPO
oleh industri pemakainya dapat dilihat pada TabelDilihat dari data tersebut, maka peran agroindustri kelapa sawit sangat besar Produksi
dalam penciptaan kesempatan berusaha, dan juga menunjang pertumbuhan
Fatty
acid303 223
408 685 ekonomi. 1995 3996 1997 1988
Prospek pengembangan agroindustri kelapa sawit dapat ditinjau dari dua
Glycerine
14 887 20 367
18 713
20 196 22 791 22 171 385 403
41 8 540 340 081 324 538
sisi, yaitu sisi penawaran bahan baku dan sisi permintaan pasar.
Fatty
alcohol
14 920 25 390 22 440 77 786
120 993 107 189
adatah 90,5 juta tonAh (pangsa minyak sawit 17%) yang kemudian meningkat
menjadi 104,3 juta todth pada kurun waktu 1998-2001 (pangsa minyak sawit naik
[image:30.563.45.498.49.803.2]menjadi 19,2%) (Pcehngan. 2000).
Tabel 5. Proyeksi konsumsi minyak sawit (CPO) menurut sektor industri
Sumber: CIC, (1999)
Peluang pasar yang besar tersebut perlu ditangkap, baik melalui perluasan
areal maupun peningkabn produktivitas dan efisiensi perkebunan serta industri
kelapa sawit di Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, semua pihak yang
terlibat dalam agribisnis kelapa sawit muiai dari petani, pengusaha perkebunan, industri kelapa sawit dan pihak-pihak yang terkait harus dapat berperan aktif
terutama dalam menerapkan teknologi-teknoiogi baru
yang
lebih baik dan lebiheftsien. Pemerintah perlu memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan yang
dapat mendorong pengembangan industri kelapa
sawit
termasuk menyediakansarana dan prasarana.
Berdasahn sejarah perkembangan kelapa sawit negara-negara produsen, bersamaan dengan prduksi yang akan datang. Gambar 1 menunjukkan suatu gambaran keseluruhan produksi minyak sawit oteh negara-negara produsen utama,
Total
2008049 2408040 2 631 828 3 094 130 3554028 3966432 3917351 4108745 4346280 4600109 4 771 639 Sabun
118 970
1 24 433 140 686 144 549 148 327 152 859
154 258 157 174
160 146
163 176 166 363
Margarine
80 800
86 240
93 440 102 000 109 360 115 360 114 105 118 668 124 602 130 832
137 374 Tahun
1993 1 994 1995
1996 1997 1 998 1999 2000 2001 2002 2003 Oleo-kimia 299817 408998 383 440 484 869 435479 408508 458315 514195 576888 647225 626 137
Minyak Goreng
1 508 462
1 788 369
2 014 062
2 382 712 2 860 862
3 289 705 3 160 673 3 318 708
17 Nigeria, Indonesia dan Malaysia. Peneliian yang dilakukan Oil Wodd menunjukkan pduksi kdapa sawit Indonesia akan melampaui produbi Malaysia menjelang tahun 2010. Setdah itu Indonesia akan terus rnenjadi produsen terbesar kelapa
sawit
dunia.0
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020
[image:31.563.46.465.23.819.2]Tahun
Gambar 1. Produksi kelapa sawit dunia (Oil World, 1998)
2.3. Aspek Teknologi lndustri
Ada h k r a p a tekndogi terkini yang diharapkan dapat mninghtkrm produktlvitas dan efisiensi industri kelapa sawit Indonesia,
Paket-paket
tebologi tersebut tehagi dalam kberapa bidang antara lain pemuliaan tanaman, budidayatanaman, mekanisasi dan rnodemisasi, teknologi proses poduksi CPO, pengolahan dan pemanfaatan Pmbah,
dan
pengembangan produk behasis minyak sawit.2.3.1. Pemuliaan Tanaman
persilangan. Pusat Penelitiiian
Kelapa
Sawit (PPKS Medan, 2000) telahmeng hasilkan varietas-varietas barn dengan kenaikan produktivitas CPO tertinggi
sebesar
41% (7,54 tonlhaltahun) atau 31.4 ton TBSlhaltahun yaitu Klon Dx
P yang dihasilkan dengan teknik kultur jaringan, tingkat produksi minyak inti sawit 0,8-
1 tonlhaltahun. Peningkatan produksi minyak kelapa sawit juga diharapkan melaluipenggunaan bahan tanaman yang seragam.
2.3.2. Budidaya Tanaman
a. Te kni k Underplanting
Teknik underplanting adalah salah satu teknik dalam melaksanakan penanaman kelapa sawit dengan menyisipkan tanaman baru di antara tanaman tua. Penerapan teknik underplanting memberi keuntungan, yaitu tetap berproduksinya
kelapa sawit yang akan diremajakan selama 2 sampai 3 tahun pada areal TBM, sehingga tidak te jadi masa kevakuman produksi pada areal peremajaan tersebut.
Hasil analisis ekonomi PPKS,
Medan
(2000), menunjukkan bahwa pada TM-4penerapan teknik underplanting memiliki nitai kini bersih (NPV) 1.5 sampai 3 kali
lebih tinggi dibandingkan cara konvensional.
b. Tanah dan Agroklimat
Hasil penelitian PPKS Medan (2000) menunjukkan bahwa aplikasi limbah
cair
secara
nyata meningkatkan rerata bobot tandan (RBT). Sampai dengan semester 1 1999, aplikasi limbah cair dapat meningkatkan RBT dari30,2
menjadi32,2
kg per tandan dan jumlah tandan dari 3,7 menjadi 4,4 tandanlpohodsernester.Penam bahan kompos tandan kosong sawit (TKS) dapat mening katkan
kapasitas tukar kation (KTK), pH, dan ketersediaan hara seperti N, P, K dan Mg.
c. Proteksi Tanaman
PPKS Medan (2000), telah berhasil memanfaatkan mikroorganisme
entomopatogeni k se perti virus
P
Nudaurelia, multiple nucleopolyhedmvirus (MNPV)19
asigna. Hasit penelitian ini menunjukkan bahwa mikroorganisrne entomopatogenik
tersebut rnerupakan sarana pengendalian hayati terhadap ulat S. asigna yang efektif, efisien dan aman terhadap tingkungan sehingga dapat rnengurangi atau
menggantikan pertggunaan insektisida kimia sintetik.
Penggunaan feromon mampu memerangkap kumbang jantan dan ktina.
Sebanyak 158 kumbang telah ditangkap selama empat minggu dengan
rnenggunakan tujuh perangkap. d. Optirnasi ~atnenfaatan Lahan
Penanaman tanaman
sela
secara tumpang sari, baik tanaman pangan Uagung) dan jati super. Tumpang sari ternak dornba sudah terbukti meningkatkan pendapatan pekebun (PPKS Medan, 2000). Hasil penelitian Gunawan (19%) menunjukkan penerimaan dari hasil temak domba di perkebunan kelapasawit
sebesar 13 sampai 16,6 % dari hasil usaha tani. e. Mekanisasi dan Moderniasi
PraMek mekanisasi adalah untuk meringankan beban ke rja, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan unit biaya. Di
Indonesia dengan tenaga kerja murah dan banyak, rasio tanaga
kerja
:lahan
adalah1 : 5 ha. Rasio tenaga ke j a dengan lahan untuk operasi kebun di Malaysia sudah rneningkat dari 1 :
7
hapada
tahun 1980-an hingga 1 : 10 ha tahun 1990-an. Malaysia akan mengernbangkan mekanisasi secara baik, dengan rasio tenaga kerja dengan Lahan 1: 15 ha tahun 2000 dan 1 : 20 ha pada tahun 2005 (Jalani, 1998).2.3.3. Teknologi Proses Produksi CPO
CPO merupakan salah satu p d u k olahan primer kelapa sawit. Prinsip
pengolahan kelapa sawit adalah mengekstraksi minyak yang ada
dalarn
mesokarpMenurut Purwanto (1997) proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO terdiri atas rangkaian proses sebagai berikut:
Proses Penerimaan Buah. Penerimaan buah terdiri dari dua aktiv-hs utama
yaitu penimbangan dan penampungan sementara TBS. Penimbangan dilakukan
untuk mengetahui berat buah agar dapat ditentukan perkiraan volume produksi, biaya transportasi, upah pekerja dan produktivitas tanaman. TBS yang telah
ditimbang dibongkar dalam loading ramp sebagai tempat penampungan sernentara.
Proses Perebusan (sterilisasi). Perebusan dilakukan untuk menonaktifkan
enzim-enzim lipase yang menyebabkan kerusakan buah melalui reaksi enzimatik,
memasak buah agar lebitr mudah untuk dibrondolkan dalam proses selanjufnya,
melepaskan brondolan buah dari tandannya dan untuk mempersiapkan inti sawit
dalam biji cukup masak hingga mudah dipisahkan dari cangkangnya.
Proses Penebahan. Proses penebahan bertujuan untuk memisahkanl
memberondolkan buah dari tandannya, sehingga memudahkan proses pelurnatan
dan ekstraksi minyak dari buah. Pernipilan dilakukan dalam drum pemipil yang dikontrol frekuensi putarannya agar buah dapat membrondol maksirnal.
Proses Pelumatan dan Ekstraksi Minyak. Pelumatan buah kelapa sawit
dilakukan dalam bejana pelumat yang dilengkapi dengan impeler untuk membantu
proses pemisahan daging buah dari biji. Hasil lurnatan k r u p a adonanlmassa padat yang terdiri dari minyak, cairan, serabut dan biji. Pelumatan juga berfungsi merusak
4
dinding sei dan melepaskan minyak.
Ekstraksi dilakukan secara rnekanik menggunakan
screw
pa. Screwpress mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan kempa sistem
hidrolik, seperti kapasitas olah yang lebih tinggi, kebutuhan operator sedikit, kebutuhan tenaga rendah (Naibaho, 1998).
Proses PernurniaMarifikasi Minyak.
Hasil
pengepresan berupa campuran21
pasir. Proses kelarifikasi untuk memisahkan minyak, air dan Sludge. Klarifikasi dilakukan dabm dua tahap, yaitu klarifikasi statis dan klarifikasi dinamis. Klarifikasi statis mengandalkan gravitasi alami berdasarkan perbedaan k w t jenis minyak, air dan kotoran serta dibantu obh perlakuan panas.
Klarifikasi dinamis dilakukan dengan prinsip sentrifugasi yaitu memutar
rnassa cair dalam suatu wadah tertutup yang dapat rnenimbulkan gravitasi buatan sangat besar, sehingga proses pemisahan berlangsung sangat cepat dengan tingkat efisiensi yang tinggi, Melalui proses klarifikasi dinamis ini, kadar kotoran ditunrnkan sampai 0,10,3% dan kadar air 0,5-0,7%. Minyak kemudian dikeringkan
dalam vacuum dryer untuk menurunkan kadar air sampai 0,10% dan kadar kotoran
0,01%. sebelum dialirkan ke tangki penimbun.
Sludge diolah pada sludge separator untuk mengambil kembali minyak yang terbawa dalam sludge. Minyak yang berhasil dipisahkan dialirkan kembali ke tangki klarifikasi dan padatan diendapkan dalam fat fit sebelurn diolah di instalasi pengolahan limbah.
Proses pemisahan biji dan serabut. Pemisahan dilakukan dengan prinsip penghisapan berdasarkan perbedaan berat jenis, sehingga biji akan turun ke bawah
dan dipoles dalam drum pemoles untuk menghilangkan serabut sisa. Biji
seianjutnya diperam dalam
nut
silo selama 18-20 jam.Proses Pemecahan dan Pemisahan Inti. l nti hasil pemeraman d i p d k a n dalam nut cracker &tau ripple mill sebelum dipisahkan antara inti dan cangkangnya. Efektivitas pemecahan tergantung pada suhu biji, waktu pemeraman, pengkerutan biji dan kadar airnya. Pemisahan cangkang dari inti menggunakan prinsip penghisapan berdasatkan perbedaan berat jenis. l nti yang mempunyai berat jenis
lebih besar akan jatuh ke kernel silo sedangkan dngkang terhisap dan diiunakan
Kehhasilan proses pengolahan rninyak sawit sangat tergantung pada
Mneija masing-masing baqian dan peralatan. Suplai uap sangat bemngaruh pada
kebefiasilan proses sterilisasi, pelurnatan, pengepresan dan proses klarrfikasi.
Proporsl penambahan air hams disesuaikan dengan standar pada masing-masing
proses. Penambahan air yang kurang dari standar dapat mengurangi kineja
ekstrabi dan pernumian minysk, sedangkan penambahan air yang berlebihan menyebabkan proses klarifikasi menjadi tidak efektii.
2.3.4. Teknologi Pemanfaatan Limbah darr Hasil Samping
Mesin perajang petepah kelapa sawit (Perajang PLS) dirancang untuk dapat mencacah pelepah kelapa
sawit
langsung di areal kebun. Kapasitas mesin sebesar 6 ton PLSljam dengan tenaga penggerak sebuah genefator. Ukuran hasil rajangan pelepah kelapa sawit adalah 3-
5 cm (standar mutu bahan baku pulp dan kertas), untuk papan partikel, produk panel dan lain-lain.PPKS Medan juga telah berhasil merancang bangun alat perajang tandan kosong sawit (TKS). Kapasitas mesin sebesar 6 ton TKwam. Mesin perajang TKS berguna unhrk penanganan limbah TKS dan persiapan bahan baku dari TKS untuk produk-produk berbasis serat.
Reaktor Anaerobik Unggun Tetap (RANUT) hasil rancangan PPKS Medan dapat meningkatkan efrsiensi perombakan bahan organ& dalam limbah cair pabrik keiapa sawit (LCPKS) sampai dengan 30 bli lipat dan limbah yaw temlah -dapat langsung digunahn untuk aplikasi
lahan.
Aplikasi teknologi pada industri sawitmernungkjnkan tempainya zem wasb dan zem edsi yang merupakan satu aspek pada implementasi produksi bersih.
23
Tabel 6. Potensi limbah kelapa sawit
2.3.5. Agrotndustri Hilir
Minyak sawit selain unggul dalam harga yang relatif murah dan ketersediaan yang melimpah, juga unggul daiam ha1 nilai gizi mayor (kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang), gizi minor (kandungan vitamin A dan E yang
sangat tinggi),
serta
kemudahannya diolah menjadi beragam praduk pangan. Beragam prcduk pangan yang telah berhasil dikemhangkan di PPKS Medanantara lain berikut ini:
I) minyak makan merah adalah minyak alamiah hasil pengokhan lanjut pada agroindustri hilir dari CPO. Minyak makan merah merupakan minyak makan
yang kaya dengan karoten (provitamin A,
-
440 ppm), sekaligus kaya denganvitamin E (- 500 ppm). Keduanya s e a m ilmiah terbukti sangat esensial untuk Kandungan
I
1 m3/ton TBS
0,2 ton basahlton TBS 0,13 ton keringlton TBS
0,05 ton keringttonTBS
10,5 ton keringlhaltahun 70 ton keringlhal25 tahun
1' No 1 2 3 4 5 6
kesehatan, sistem kekebalan tubuh, anti-oksidasi, penundaan penuaan dan Jenis Limbah
Limbah cair
Tandan kosong
sawit
Serat buah Cangkang Pelepah
Batang sawit
pencegahan kanker,
2) minyak makan merah dapat diolah menjadi margarine merah. Margarine
merah
ini memiliki keunggulan nutrisi dan kesehatan yang behiitan dengan keberadaan
minyak
sawit merah yang dikandungnya,3) minyak inti sawit dapat digunakan sebagai pengganti lemak susu karena kesamaan sifat-sifatnya dan telah berhasil rnemperkaya minyak inti sawit
4) memproduksi susu kental manis dengan minyak inti sawit kaya omega-3,
5) mendapatkan formula vanaspati sawit (palm ghee) yang setara dengan vanaspati komersial dengan bahan baku minyak olein, stearin dan minyak inti sawit.
PPKS
Medan
(2000), juga telah menghasilkan beberapa produk non-pangan yaitu:1) teknologi pembuatan plasticiser yaitu epoksi RBDPO (dad refined bleached deodoratibn palm oil), epoksi metil ester dan butil asetoksi stearat dari asam
Iemak
sawit.
Epoksi RBDPO dan epoksi metil ester dapat berfungsi sebagaiplasticiser sekaligus stabiliser, sementara butil asetoksi stearat lebih berperan
sebagai plasticiser saja. Keunggulan plasticiser dari minyak sawit adalah lebih
aman, mudah terbiodegradasi dan tidak beracun,
2) diversifikasi minyak sawit telah berhasil mengembangkan biodiesei dan pelumas dari minyak sawit,
3) bioemollient untuk bahan baku kosmetik, sebagai pelanit
parfum,
ultravioletfilter,
dan
liquid foundation,4) produk emulsifier dan surfaktan, antara lain propilen glikol ester dan sukrosa
ester,
5) sabun rmandi transparan yang dihasilkan mempunyai kelebihan jika
dibandingkan dengan jenis sabun lainnya, yaitu penampakannya lebih berltilau dan busa yang dihasilkan lebih lembut di kulit,
6) lilin berbahan baku asam kmak
sawit
yang disebut dengan bio lilin. Bio lilinmempunyai kelebihan antara lain ramah lingkungan, tidak berasap dan retatif
lebih keras.
2.4. Kemitraan Usaha
Menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 dan Peraturan Pemerintah
25
usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan
memperhatikan prinsip saling rnemerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Kemitraan ditujukan untuk menumbuhkan, meningkatkan
kemampuan
dan meningkatkan peranan usaha kecil dalam perekonomian nasional,khususnya dalam mewujudkan usaha kecil sebagai usaha yang tangguh dan mandiri, yang mampu menjadi tulang punggung dan mampu mernperkokoh struktur
pere konomian nasional. Kemitraan usaha dalam bidang pertanian merupakan
suatu jurus untuk mewujudkan pertanian modern yang bemrientasi pada
agribisnis
dan agroindustri yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas surnberdaya
melalui peningkatan volume dan kualitas usaha dan meningkatkan kualis
sumberdaya terutama pekebun, kelompok pekebun,
koperasi
pekebun dan usahakecil datam bidang pertanian.
Melalui kemitraan juga diharapkan te jadi alih pengetahuan, keterampilan
penguasaan teknik-teknik manajemen usaha dan teknolugi proses. Adanya bantuan dan bimbingan usaha besarlmenengah, pengusaha kecil dapat menerirna
dan mengadaptasi nilai-nilai baru dalam benrsaha. Lambat laun te rjadi penrbahan
kultur yakni dari nilai-nilai budaya agraris tradisional menjadi nilai-nilai baru yakni
nilai-nilai budaya rnasyarakat industrial seperti perluasan wawasan, prakarsa dan
I kreativitas, berani mengam bil risiko yang telah diperkirakan, etos ke rja,
kewiraswastaan dan kemampuan penguasaan aspek-aspek rnanajerial dan
teknologi proses, beke rja atas dasar perencanaan dan bewawasan kedepan.
Menurut Di den lndustri Primer dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen
menguntung kan, baik untuk koperasi pekebun maupun pengusaha dalam arti pelaku agribisnis yang melakukan kemitraan secara proporsional rnengembangkanlmeningkatkan nilai tambah pihak-pihak
yang bermitra,
(4) saling memegang dan mematuhi etika bisnis kemitraan, dalam arti aturan main dapatdipegang teguh dan dipatuhi oleh kedua b l a h pihak yang bermitra dan (5) saling
membina dan mendidik.
Usaha perkebunan kelapa sawit masih diternui berbagai kendala antara lain belum sinerginya kegiatan hulu-tengah dan hilir. Para pelaku usaha perkebunan
yang
krada di tengah dan hilir (industri pengolahan dan pemasaran) padaumumnya memiliki potensi menghasilkan nilai tambah dan meraih keuntungan
yang
lebih tinggi dibanding dengan pelaku hulu (pekebun). Para pekebun baru dapat menikmati nilai tambah dari kegiatan usaha tani dan belum dapat rnenikmati nilai tambah dari kegiatan industri pengoiahan dan pemasaran, disamping itu para
pekebun rnenanggung risiko dan ketidakpastian yang relatif tinggi dibanding dengan pelaku industri pengolahan dan pemasaran. Untuk itu diperlukan kebijakan yang memberikan peluang pernbagian nilai tambah yang adil antara hulu-tengah dan hilir
agar usaha perkebunan dapat berkelanjutan.
Dalam era reformasi ini, pemerintah dalam ha1 ini Dijen Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan, (1 999) menginginkan koperasi
mendapatkan kesempatan yang
sama
dengan perusahaan (PBS dan PBN) untukmemasuki atau menangani bidang
usaha
yang margin keuntungannya tinggi seperti industri pengolahan produk perkebunan dan pemasaran.27
Pengern bang an pola kernitraan usaha antara koperasi dengan mitra usaha (BUMN dan swasta) dapat dilakulran melalui kajian terhadap pola kernitman usaha yang telah ada rnaupun pola-pola kemitraan usaha yang mungkin diterapkan.
Kemitraan sub sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit
dengan
pola PIR telah ban yak memberikan hasil yang positif,antara
lain berupa peningkatan pendapatan pekebun, menambah lapanganke
ja. serta peningkatan produksi perkebunan sebagai peng hasil devisa (Lembaga Penelitian IPB, 1997). Adabeberapa ken&
dan
pertnasalahan yang dijumpai antara lain: penetapan hargadan sistem pembayaran tandan buah segar (TBS), distribusi risiko, dan distribusi manfaat atau keuntungan yang masih merugikan pekebun plasma.
Kemitraan usaha yang selama ini dilakukan di Indonesia meliputi berbagai
pola, antara