• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekayasa sistem kemitraan usaha pola mini agroindustri kelapa sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rekayasa sistem kemitraan usaha pola mini agroindustri kelapa sawit"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

REKAYASA SISTEM KEMITRAAN

USAHA

POLA MINI AGROINDUSTRI KELAPA

SAWIT

Oleh

:

H A S B I

PROGRAM

PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang be judul :

REKAYASA SISTEM KEMITRAAN USAHA POLA MINI AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah

(3)

REKAYASA SISTEM

K E M I T W

USAHA

POLA

MINI

AGROINDUSW

KELAPA SAWIT

Oleh

:

H A S B I

Disertasi

sebagai

salah

satu

syarat

untuk

rnemperoleh

gelar

Doktor

pada

Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

PROGRAM

PASCASARJANA

INSTITUT

PERTANUN BOGOR

(4)

Sama

NRP

Program Studi

Pola Mini Agroindustri Kelapa Sawit

: Hasbi

: 965094

: Teknologi Industri

Pertanian

Menyetujui,

1. Kornisi Pembimbing

Prof. Dr.

Ir.

Eriyatno.

MSAE

Prof.

Dr. Ir.

H.

k.

H.

Bintoro Djoefrie,

M.An.

~ n ~ ~ d t a

Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian

Dr.

Ir.

Irawadi Diamaran

Mengetahui,

Dr.

Ir.

Erliza

Noor

Anggota

Program Pascasarjana

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal04 November 1960 di Palernbang,

Sumatera

Selatan,

sebagai

anak

bungsu dari delapan bersaudara dari Ibu Rofeah (Almahumah) dan Ayah H. Sidik Mahmud. Pada

tahun

1986, penulis memperoleh

gelar Sa jana Teknologi Pertanian pada Fakultas Pertanian

Universitas

Sriwijaya,

Palembang. Pada tahun 1993, penulis diterima di Program Studi Teknologi

Pascapanen p;ada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan rnemperolsh

gelar Magister Sains pada tahun 1995. Kesempatan untuk melanjutkan

ke

program

doktor

pada Program Studi Teknologi lndustri Pertanian pada Program

Pascasajana lnstitut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 1996. Beasiswa pendidikan pawasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

melalui BPPS (Beasiswa Program Pascasarjana).

Sejak tahun 1986 sampai sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di

Jurusan Teknolcgi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

Penuls menikah dengan Dr. lr. Siti Herfinda pada tanggal 11 September

1988 dan telah dikarunia dua orang anak, yaitu Alfian Hasbi (12 tahun) dan Hilda

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat rnenyelesaian disertasi ini. Penulis menyadari bahwa

selesainya disertasi ini juga berkat segala upaya serta bantuan dari berbagai pihak.

Semoga Allah SWT membalas segala jasa

yang

telah mereka berikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan peng hargaan dan

terirna

kasih

yang tulus kepada

Bapak

Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE atas kesediaan beliau

menjadi Ketua Komisi Pembimbing. Jasa dan budi baik beliau begitu besar dalam

rnembantu kelancaran studi penulis hingga penyelesaian pendidikan S-3 ini.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sama

juga penulis sampaikan kepada

Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M-Agr., Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim,

M.Sc., dan Dr. Ir. Ertiza Noor atas kesediaannya menjadi Anggota Komisi

Pembirnbing. Bimbingan, saran, dorongan dan dukungan beliau-beliau sangat

membantu daya sintesis dan sistematis berfikir penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas

Sriwijaya dan Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya atas izin dan

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan

Ooktor (5-3) di Program Pascasarjana, IPB. Terima kasih disampaikan ,pula

kepada Direktur Program Pascasarjana IPB dan BPPS, Depdikbud atas

kesempatan dan dukungan beasiswa yang telah diberikan sehingga proses

penyelesaian studi penulis dapat be jalan dengan lancar.

Kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi dan Bapak Dr. Ir. Suhendar

Sulaeman, MS selaku Penguji Luar Komisi, penulis menyampaikan terima kasih

abs

semua

saran dan masukan untuk memperbaiki naskah disertasi ini.

Kepada Direktur Perkebunan Minanga Ogan, Bapak Prof. Mr. Makmun

(7)

dan Ir. Z ulkamain, Kepala Koperasi Minanga Ogan, penulis mengucapkan terima

kasih

atas izin, data dan informasi serta fasilitas yang

telsh

diberikan kepada penulis selama studi kasus di lapangan.

Kepada Dr. Ir. Robiayanto Hendro Susanto dan Dr.lr. Kiki Yuliati, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi lndustri Pertanian

IPB yang telah memberikan fasilitas ruangan dan Icornputer, penulis ucapkan

terima kasih. ~&irna kasih disampaikan pula kepada Roni Wjaya atas bantuan

pembuatan model pmgram kornputernya. Oemikian pula kepada seluruh rekan GKM-10 yaitu Dr.lr. Larianda Baka, Dr.lr. Muhammad Said Didu, Dr.lr. Machfud,

Or-lr. Agus Tedi, Dr.lr. Dedi Mulyadi, Dr. Ir. Supri Basdabella, Ir. Agus Cani, MSG.,

Ir. Oida Hariyadi, M.A., Ir. Agus Gunawan, M.S. atas segala bantuan, persaudaraan

dan kebersamaan.

Akhirnya, ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh keluarga, Ayah, Ibu, Mertua, kanda Ir. Syamsu Indera, MM, serta seluruh keluarga atas segala doa

dan kasih sayangnya. Penghargaan yang tak terhingga kepada lsteri tercinta

Dr. Ir. Siti Herlinda dan anak-anak tersayang M a n Hasbi dan Hilda Nadhila Hasbi,

yang telah memberi bantuan tak temilai, ketabahan, kesabaran, kesetiaan dan pengorbanan serta pengertian sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

(8)
(9)

...

V

.

ANALISIS SlSTEM

...

5.1. Analisis Kebutuhan

.

.

...

...

5.2. Formulasi Permasalahan

...

5.3. ldentifikasi Sistem

...

VI

.

REKAYASA MODEL

...

...

6.1. Konfigurasi dan Asumsi Mcdel

..

...

6.2. Sistem Manajemen

Basis

Model

...

6.3.

Sistem

Manajemen Basis Data

...

6.4. Sistem Manajemen Dialog

...

VII

.

ANAUSIS SlTUASlONAL

...

7.1. Lokasi Studi Kasus

...

...**...

7.2. Perkebunan Rakyat

.

..

..

...

7.3. Agroindustri Kelapa Sawit

...

7.4. Pemberdayaan Masyarakat Pekebun

VIII

.

VERlFlKASl MODEL

...

...

...

8.1. Sub model Pemilihan TeknoIogi Pengolahan Kelapa Sawit

...

8.2. Sub model Kelayakan Usaha Pabrik

...

8.3. Sub model Kelayakan Usaha Kebun

...

8.4. Sub model Kelayakan Usaha Integrasi Pabrik dan Kebun

...

8.5. Sub model Analisis Kelembagaan Kemitraan Usaha

...

.

IX REKAYASA KEMITRAAN USAHA POW MAKS

...

9.1. Konsep Dasar Kemitraan Usaha Pola MAKS

9.2. Teknologi MAKS

...

...

9.3. Manajemen Usaha

9.4. Lembaga Layanan Pengembangan Bisnis

...

...

9.5. Rancangan lmplementasi

.

.

...

...

X

.

KESIMPUIAN DAN SARAN

...

10.1

.

Kesimpuiaan

...

10.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

...

(10)

Halaman

Perkembangan luas dan

prduksi

kelapa

sawit

di lndonesia (1978

- 2000)

...

*...*

...

...

...

Jumlah dan kapasitas pabrik kelapa sawit di lndonesia tahun 1998 Jumlah dan kapasitas pabrik minyak goreng di lndonesia tahun 1998 ... .

...

.

...

.,...

... .. ... .

...

.

...

Produksi Oleo-kimia Indonesia

.

.

.

.

.. . .

. . .

,

.

, ,

.

, ,

. .

,

. . . ..

Proyeksi konsumsi minyak

sawit

(CPO) Menurut seMor industri

Potensi lim bah kelapa sawit

... .

. . .

. . . .

. . .

.

,

.

,

.

,

. . .

. . .

Matriks keputusan

dengan

M e t d e MPE

...

...

... ... ... ... ...

.

...,

....

Kebutuhan pelakunem baga yang terlibat dalam kemitraan usaha

pola agroindustri kelapa sawit

.. . . .

.

.

. . .

. .

. . .

. . .

. . .

Data Struktur biaya usaha kebun kelapa

sawit

...

...

... ...

...

... .

Penyebaran areal perkebunan kelapa sawit rakyat men

urutt

propinsi tahun 1999

...

...

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. .

...

,

.. ... ...

Matriks keputusan manajemen teknologi pengolahan kelapa

sawit

Hasil analisis kelayakan investasi pabrik

. . . .. . .

Analisis sensitivitas berdasarkan perubahan harga beli TBS, harga

jual CPO dan biaya produksi CPO

... . .. . .. .. . ... .. . .. . ... . .. ... ... ... ... .

Hasil analisis kelayakan investasi kebun skala 1 ha dengan sumber

dana bank konvensional dan syariah berdasarkan produksi aktual dan potensial

... ... ... ... ... ...

..

..

.

.

.

.

.

...

... ... ..,

Analisis sensitivitas terhadap perubahan harga jual

TBS,

biaya panen dan biaya angkut TBS

... ... ... .. . ...

...

...

...

.

..

..

...

....

Hasil analisis kelayakan investasi PKS skala 5 ton TBSljam

terintegrasi dengan kebun skala 1000 ha

. . .

Hasif Reachabildy Matriks Final dan interpretasinya dari elemen

kebutuhan program

...,

...,,.

..,....

....,,.

,.,,

Hasil Reachabilw

Mat*

Final ctan interpretasinya dari elemen

kendala utama

.,,. ,,,,... . ... ... ... . .... . .... .

Hasil Reachability

Matriks

Final dan interpretasinya dari elemen

tujuan program

...

...

...

(11)

...

Produksi kelapa sawit dunia

StruMur dasar SPK

...

..

...

Diagram Teknik ISM

...

..

Tahapan penelitian untuk strategi sistem kernitman usaha :

Tahapan penelitian operasionalisasi kemitraan usaha

...

...

Tahapan

.

analisis sistern

Diagram lingkar sebabakibat sistem kernban usaha poia

...

agroindustri kelapa sawit

Diagram input-output sistem kemitraan usaha pola agroindustri

...

...

kelapa sawit

...

; i

Konfigurasi Model Sistem Penunjang Keputusan Mitrawit

...

...

sub model pemilihan teknologi pengolahan

...

Sub model kelayakan usaha pabrik

...

Sub Model kelayakan usaha kebun

Sub mcdel kelayakan usaha lntegrasi pabrik dan kebun

...

Sub mcdel analisa kelem bagaan kernitman usaha Pota MAKS

....

Nilai IRR dengan berbagai skenario kenaikan suku bunga bank konvensional dan kenaikan persen bagi hasiI dengan bank syariah

...

Nilai IRR

dengan

berbagai skenario kenaikan suku bunga

bank

konvensional dan kenaikan persen bagi hasil dengan bank syariah

Diagram model struktural kebutuhan program

...

Matri ks Driver Power Dependence elemen kebutu han program

...

Diagram model struktural kendala utama

...

Matriks Driver Power Dependence elemen kendala utama

...

...

Diagram model struktuml tujuan program

Matriks Driver Power Dependence elemen tujuan program

...

Diagram model struktural lembaga yang terlibat dalam

...

pelaksanaan program

...

..

Matriks Driver Power Dependence elemen k m baga yang terlibat

...

dalam pelaksanaan program

...

(12)

27. Struktur organisasi Koperasi dan Manajemen Unit Usaha setelah transfer dari Investor

. .. . .

.

. . .

. .

28. Proses layanan koperasi dan Manajemen Unit Usaha melahi

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Kondisi fisik lahan untuk perkebunan kelapa sawit

...

172

...

Potensi produksi kelapa sawit berdasarkan ketas lahan 173 Pohon industri kelapa

sawit

...

174

Tampilan pembuka model Mirawit

...

175

...

..

Tampilan* masukan data dengan Metode ISM

.

.

176

Skenario input sub model kelayakan usaha integrasi pabrik dan kebun serta tampitan parameter kelayakan usahan

...

177

Asumsi-asumsi dan kwfisien pada usaha PKS 5 ton TBSljam

...

178

Perincian modal tetap pada PKS skala 5 ton TBSljam

...

179

Biaya tetap dan biaya tidak

tetap

PKS 5 ton TBSljam

...

180

Pembiayaan modal kerja dua bulan produksi

...

181

Biaya penyusutan dan perawatan PKS 5 ton TBSljam

...

182

Proyeksi rugi-laba PKS 5 ton TBSQam sumber dana bank konvensional

...

183

Proyeksi arus uang PKS 5 ton TBSljam sumber dana bank konvensional

...

184

Proyeksi mgi-laba PKS 5 ton TBSljam sumber dana bank syariah 185 Prakiraan pembangunan kebun kelapa sawit per hektar

...

187

Pembangunan kebun kelapa sawit dan asumsi-asumsi

...

188

Proyeksi rugi-laba kebun kelapa sawit skala I ha s u m b r dana

...

...

bank konvensional

.

.

189

Proyeksi arus uang kebun kelapa sawit skala 1 ha sumber

dana

bank konvensional

...

.

.

.

.. .

.

.

190

Proyeksi rugi-laba kebun kelapa sawit skala 1 ha sumber dana

...

bank syariah

. .

.

191 Proyeksi arus uang kebun kelapa sawit skala 1 ha sumber dana

...

(14)

23

.

Proyeksi rugi-lab usaha integrasi pabrik dan kebun s u m k r dana

...

...

bank konvensional

..

194

24

.

Proyeksi arus uang usaha integrasi pabrik dan kebun

sumber

dana

...

bank konvensional 195

25

.

Proyeksi rugi-laba usaha integrasi pabrik dan kebun sumber dana

bank syariah

...

196

26

.

Proyeksi arus uang usaha integrasi pabrik dan kebun sumbr dana

bank syai.a h

...

197

...

(15)

1 .I. Latar Belakang

Komoditas kelapa

sawit

rnerupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dan strategis dalam penerimaan devisa negara,

penyerapan tenaga kerja serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Untuk lebih meningkatkan peranan kelapa sawit tersebut, berbagai upaya perlu

dilakukan untuk memeahkan berbagai masalah serta untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan perkebunan dan industri kelapa sawit.

Kontribusi produk minyak sawit terhadap PDB sub sektor perkebunan meningkat dari 27,9% (RP 2,64 triliun) pada tahun 1994 menjadi 32,3% (Rp 3,33

trilun) pada tahun 1997 (Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, 2000). Pada tahun 1999 volume ekspor produk-produk kelapa sawit mencapai 4 616 944 386

kg

senilai US$ 1 879 155 400. Volume dan nilai ekspor produk keiapa sawit tersebut diproyeksikan akan meningkat terus seiring dengan peningkatan luas

lahan kelapa sawit.

Berdasarkan kondisi tahun 2000, setiap hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menyerap tanaga ke j a langsung sebanyak 0.67 tenaga kerja dan setiap

8000 ha

kebun

membutuhkan PKS dengan kapasitas 30 ton TBSljam yang

menampung tenaga kerja sekitar 150 orang. Dari data tersebut krarti setiap helrtar kebun sawit menampung tenaga kerja langsung sebanyak 0.695 orang (termasuk tenaga kerja pabrik). Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, luas areal kebun kelapa sawit pada tahun 2000 adalah 3 174 726 ha, berarti dapat

menampung tanaga ke j a sejumlah 2 206 435 orang. Dari jumlah tersebut 2 127 066 orang tenaga ke

ja

perkebunan dan 79 368 orang tenaga

keja

pabrik.

Dilihat dari ketersediaan sumber daya yang ada, Indonesia masih

(16)

sawit di masa mendatang. Pengembangan agroindustri kelapa sawit ini hams

diarahkan untuk meningkatkan pmduktivitas, efisiensi dan keberlanjutan usaha

sehingga memberikan dampak yang bbih besar lagi terhadap perekonomian

daerah dan pemberdayaan rakyat pekebun.

Kebijakan pengembangan kelapa sawit perlu diarahkan pada

pengembangan industri pengolahan kelapa sawit. Melalui pengembangan industri

pengolahan d iharapkan dapat meningkatkan peran kelapa sawit sebagai penghasil

devisa negara, meningkatkan

nlai

tambah dan daya saing produk serta memacu

pengembangan agroindustri dalam negeri. Produk hilir kelapa

sawit

mempunyai

spektrum pemanfaatan yang luas antara lain berupa produk pangan seperti minyak goreng, margarine dan shortening, produk oleokimia seperti

asam

lemak, fatty

alkohol, fatty nitrogen, gliserin, metil ester dan prduk-produk derivat lainya.

Penggunaan produk antara lain untuk kebutuhan industri cat, kosmetik, pestisida.

pelurnas, dan industri pakan. Kebijakan pengembangan kelapa sawit perlu juga

diarahkan pada pengembangan usaha kelapa sawit rakyat, agar te jadi

keseimbangan arus modal yang selama ini banyak dikuasai oleh pihak swasta dan

pemerintah.

Sebelum tahun 1979, hanya pemerintah dan perusahaan swasta besar

I yang memiliki pekebunan kelapa sawit. Sejak itu kebijakan pemerintah

memfokuskan pada pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat melalui

kemitraan dengan perkebunan besar. Areal pengembangan tanaman ketapa sawit

rakyat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Menurut Direktorat JenderaI Perkebunan. luas areal perkebunan kelapa sawit

menmpai 3 174 726 ha pada tahun 2000, 1 052 796

ha

merupakan perkebunan

rakyat, 501 143

ha

merupakan perkebunan

negara

dan 1 620 787 ha adatah
(17)

mencapai 6 217 425 ton. Perkembangan iuas lahan dan volume produksi kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkernbangan

luas

dan produksi kelapa sawit di Indonesia (1978

-

2000)

Berbagai upaya tetah dilakukan pemerintah guna rneningkatkan Tahun 1978 1979 1985 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

produktivitas perkebunan rakyat dan meningkatkan pendapatan pekebun yaitu berupa program-program intensifikasi dan ekstensifikasi. Pola pengembangan PR = Perkebunan Rakyat; PTPN = Perkebunan Negara; PBS = Perkebunan Swasta

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (200 1)

Lms

0

Produksi CPO (ton}

perkebunan rakyat khususnya kelapa sawit dilakukan dengan berbagai metode, antara lain dengan: (1) Program Inti Plasma yang sering disebut Perkebunan lnti Total 501.284 641.240 1.243.430 4.008.062 4.479.670 4.898.658 5.385.458 5.640154 5.949.183 6.217.425

Rakyat (PIR), (2) Program Rehabilitasi Tanaman Ekspor QPRPTE), (3) Unit

PBS 165.060 202.484 339.241 1.597.227 1.864.379 2.058.259 2.291.012 2.434.902 2.552.742

2.657.51 1

Pelayanan dan Pengembangan (UPP) berbantuan, swadaya berbantuan dan

PR 0 3.125 117.564 572.544 658.536 738.887 824.298 890.506 972.395 1.052-796

dengan swadaya murni dan (4) Program Anak Bapak Angkat. Pola PlR dan Pola

Total - R

I

PTPN

Anak Bapak Angkat menganut sistem lnti dan Plasma. Pola inti plasmapun

PTPN 163.465 176.408 335.195 386.309 404.732 426.804 443.008 489.143 494.143 501.143 250.116 260.939 597.362 1.804.1492. 024.986 2.249.514 2.461.827 2.788.783 2.975.120 3.1 74.726

mempunyai berbagai tipe

antara

lain PIR Bun dan PIR Trans (Direktorat Jenderal

P B S ,

86.65 1

81.406 143.603 845.296 961.718 1.083.823 1.194.521 1.409.134 1.508.582 1.620.787 Perkebunan, 1999). 0 0 43.016 839.334 1.001.443 1.133.547 1294.409 1.348.163

1.44 1.319

1.503.395

Hasil evaluasi dan penelitian galitbang Pertanian (19971, pada pola PIR

336.224 438.756 861.173 1.571.501 1.613.848 1.706.852 1.800.033 1.857.089 1.995.122 2.056.519

(18)

ekonomi baik teknis maupun finansial. Produktivitas kebun plasma jauh di bawah

inti, waktu konversi selalu ditunda, dan penetapan harga dan pembayaran hasil Tandan Buah Segar

W S )

tidak

transparan.

Pekebun umumnya datam posisi

tawar

yang lemah, sehingga harga, tendemen dan mutu TBS

ditentukan

oleh pihak perusahaan inti. Oari uraian tersebut dapat disirnpulican bahwa pola Perkebunan Inti Rakyat {PIR- Kelapa Sawit) kurang berhasil menciptakan pembagian keuntungan secara adil antara perusahaan inti dan pekebun plasma.

Pola kemitraan yang berkembang selama ini antara PTPN dan PBS dengan

pekebun kelapa sawit, di satu sisi berhasil meningkatkan luas lahan perkebunan kelapa sawit dan volume produksi TBS. Di sisi lain, belum dapat mengatasi pernasalahan yang timbul akibat melimpahnya volume produksi TBS dari kebun

rakyat dan rendahnya harga TBS di tingkat pekebun.

Upaya untuk menyelesaikan dualisme antara perusahaan inti dan pekebun

plasma yang terjadi selama ini pada pola PIR, pemerintah (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999) yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri

Kehutahanan dan Perkebunan

No.

1071Kpts-H11999, menginginkan pekebun melalui wadah koperasi mendapatkan kesempatan yang

sama

dengan perusahaan

(PTPN dan PBS) untuk memasuki atau menangani bidang pekerjaan yang margin keuntungannya tinggi seperti bidang pengolahan produk perkebunan (agroindusiri)

dan perdagangan. Pencanangan lima pola pengembangan perkebunan yang dituangkan dalam surat keputusan meliputi: (1) Pola Koperasi Usaha Perkebunan, (2) Pola Patungan Koperasi

-

Investor, (3) Pola Patungan Investor

-

Koperasi, (4)

Pola Build-Operate and Transfer (BOT) dan (5) Pola Bank Tabungan Negara

(BTN). Kelima pola tersebut belum mendapat tanggapan yang positif dari katangan

investor. Hal itu dikarenakan pihak investor

merasa

nilai tambah finansial

yang

(19)

5

menarik jika dibandingkan dilakukan secara mandiri dan tidak melibatkan pihak lain (pekebun atau koperasi).

Pengembangan PKS skala mini yaitu dengan skala kapasitas kurang dari 30 ton TBSfjarn pedu dilakukan guna mengakornodasi kepentingan pekebun sawit

dalam rangka mening katkan pendapatan dan memberdayakan ekonomi rakyat.

Pengembangan PKS skala mini diharapkan dapat menampung hasil panen kelapa

sawit dari perkebunan rakyat setempat. PKS skala mini juga dapat dikembangkan

untuk

dimiliki oleh

para

pekebun

kelapa sawit

yang

tergabung dalam kelompok

pekebun atau koperasi semra mandiri atau bermitra

dengan

investor (PBS

atau

PTPN) yang membangunkan kebun terintegrasi dengan PKS yang nantinya

dialihkan kepemilikannya kepada koperasi pekebun.

Rekayasa sistem kemitraan usaha bertujuan memberdayakan rakyat

pekebun untuk melakukan usaha agroindustri disamping usaha kebun kelapa sawit Pekebun memiliki kelebihan tenaga kerja dan tahan, investor yang memiliki modal,

teknobgi, manajemen dan inforrnasi. Ketebihan masing-masing pihak tersebut

dapat saling melengkapi dengan sistem kernitraan usaha. Rekayasa sistem

kemitraan usaha juga bertujuan untuk mengatasi adanya dualisrne antara pekebun plasma pemilk kebun dengan penrsahaan inti sebagai pemilik industri pengolahan

d seperti pada pofa PIR. Suatu pola kemitraan pedu dirancang yang disesuaikan

dengan kondisi kemampuan pekebun yang tergabung dalam koperasi pekebun

untuk mengelola usaha agroindustri tersebut.

Rekayasa sistern kemitraan usaha ag roindustri kelapa

sawit

memadukan

komponen para pelaku yaitu investor, koperasi pekebun, lembaga pembiayaan

usaha dan pemerintah daerah kedalam suatu sistem. Investor adalah perusahaan

yang membangun perkebunan, industri pengolahan dan sarana prasarana, yang kemudian mengelola kebun dan pabrik sesuai dengan standar teknis guna

(20)

membina pekebun dan SDM kopetasi yang nantinya melanjutkan pengelolaan usaha tersebut. Pekebun yang tergabung dalam koperasi adalah suatu

badan

usaha yang

akan

menerirna estafet usaha. Lembaga pembiayaan usaha adalah lembaga yang membiayai (sumber dana) untuk membangun kebun, pabrik dan

sarana prasarana serta modal ke ja. Pemerintah daerah lembaga yang krtindak

sebagai fa~i~tator, mediator, arbitrase dan juga dapat pula sebagai bmbaga

pembiayaan usaha dan atau penyedia lahan.

Rekayasa sistem kemitraan usaha merupakan perihal yang kompleks, seda

melibatkan banyak pihak, bersifat dinamis dan probabilistik. Oleh karena itu,

penelitian dengan menggunakan pendekatan sistem dipandang lebih tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Sehubungan dengan ha1 tersebut, dilakukan peneltin

yang mengkaji secara mendalam baik aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, kelayakan usaha, analisa risiko dan manajemen organisasi.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan merekayasa sistem integrasi

kernitraan usaha agroindustri keIapa sawit tenrtama untuk meningkatkan kesejahteraan pekebun. Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Merekayasa model Sistem Penunjang Keputusan untu k manajemen kemitraan usaha pola agroindustri kelapa sawit.

2. Menganalisis kelayakan usaha pola agroindustri kelapa sawit yang merupakan modifi kasi dad pola BOT (Build-Operate and Transfer).

3. Menganalisis strategi sistem kemitraan usaha pola agroindustri kelapa sawit deng an metode Interpretative Structural Modelling (ISM).

(21)

1.3. Manfaat Hasll Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:

1. Oapat dijadikan pola kemitraan

usaha

pengembangan perkebunan rakyat

yang

terintegrasi dengan PKS oleh investor, koperasi pekebun dan Pernerintah

Daerah yang terkait.

2.

Alat

penunjang keputusan bagi investor yang ingin membangun perkebunan

dengan

modifikasi pola BOT, bagi koperasi pekebun yang akan mengelola

usaha

agroindustri kelapa sawit, bagi lembaga pembiayaan usaha sebagai

penyandang dana dan bagi Pemerintah Daerah sebagai fasiliitor kemitraan

usaha tersebut.

3. Sebagai informasi ilmiah untuk penelitian dengan pendekatan sistem dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada rekayasa sistem kemitraan usaha pola agroindustri ketapa sawit dengan modifikasi mekanisme pola BOT (Build-Operate

and Transfer). Anatisis dibatasi pada pengembangan pabrik kelapa sawit yang terkait dengan perkebunan rakyat dan bersifat lokal.

Kemitraan usaha pola agroindustri kebpa sawit diranang dengan mempefiimbangkan kelayakan dari aspek teknis teknologis dan finansial pendirian

PKS, analisis manajemen operasionalnya serta analisis risikonya.

Analisis strategi sistem kemitraan usaha pofa mdifikasi BOT dengan mengg unakan teknik ISM berdasarkan elemen-elemen lembaga-lembaga yang

terlibat dalam pelaksanaan program, kebutuhan program, kendala utama dan

(22)

2.1. Teori Sistem

Secara definisi sistem adalah suatu gugus dari elemen

yang

saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suahr tujuan atau suatu gugus dari

tujuan-tujuan (Manetsch dan Park, 1976). Coyle (1996) mendefinisikan sistem sebagai suatu kumpulan dari bagian-bagian yang temrganisasi untuk suatu tujuan.

Eriyatno (1999) mmenyatakan sistem adalah

totalitas

himpunan hubungan yang

mempunyai struMur dalam nilai posisional serta matra dimensional terutama

dimensi ruang dan waktu.

Berdasarkan definisidefinisi tersebut penekanan kata terorganisasi dalam

arti gugus dari

elemen

(bagian-bagian) berhubungan satu dengan lainnya datam berbagai cara dan mencoba untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu tidak semua kumpulan dan gugus bagian dapat disebut suatu sistem jika tidak

memenuhi syarat adanya kesatuan (undy), hubungan fungsional dan tujuan yang

berguna.

Pola pikir ilmiah untuk peng kajian yang memerlukan telaah berbagai hubungan yang relevan, komplementer dan terpercaya adalah visi kesisteman,

sedangkan misi sistem adalah bertujuan menghubungkan berbagai pekerjaan dan keahlian yang beragam rnenuju kebutuhan suatu sistem yang definiti (8rocklesby

dan Cumrning, 1995).

(23)

atas bagian-bagiannya. Paradigma bani itu mempelajari tentang su&u yang utuh

dan keutuhan.

Dalam konsep ilmu sistem (Sistemologi) bertujuan untuk menghubungkan

berbagai pekerjaan dan keahlian yang beragam menuju kepada kebutuhan atau

suatu tujuan dari sistem yang definitif. Teoi sistem dimanfaatkan guna mempelajari

kenyaban akan

aturan

yang sistematik dan ketergantungan (interdependency) di

dunia (Eriyatno, 1999).

Suatu sistem terdiri

dari

sub sistem dan elemen. Sub sistem adalah suatu

unsur atau komponen fungsional daripada suatu sistem, yang berperan dalam pengoperasian sistem tersebut. Untuk membedakan

sub

sistem dengan elemen,

maka diperlu kan pem bahasan atas tingkat resolusi (penguraian). Sub sistem

dikelompokkan dari bagian-bagian sistem yang masih berhubungan satu sama lain

pada tingkat resolusi tertinggi. Sedangkan etemen dari sistem adalah pemisahan

bagian pada tingkat resolusi yang rendah (Eriyatno, 1999).

Menurut Wetherbe (1 9881, interaksi antar sub sistem (disebut juga interface) terjadi karena output dari suatu sistem dapat menjadi salah satu input dari

sistem

yang lain. Jika interface antar sub sistem terganggu, maka proses transformasi

pada sistern secara kesehruhan akan terganggu juga sehingga akan menghasilkan

bias pada tujuan yang hendak dicapai. -

Operasi dari elemen-ebmen dalam sistem yang dikenal sebagai

proses

transformasi yang mengolah input menjadi output sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai dapat dinyatakan sebagai; (1) fungsi matematik, (2) operasi logika dan (3) proses operasi.

Konsep Black-box menyatakan transforrnasi sebagai "kotak gelap" adalah

sebuah sistem dari detildetil (perincian) yang tiiak terhingga yang menakup

struktur-struktur terkecil dan paling mikro. Karakter kotak gelap dengan dernikian

(24)

kotak gelap dapat diketahui melalui tiga cara: (1) spesifikasi, misalnya melalui

katalog atau buku standar, (2) analogi, kesepadanan dan modifikasi, dan (3) observasi dan percobaan.

Teori sistem menyatakan bahwa kesisteman adalah suatu meta-konsep atau metadisiplin, dimana formalitas dan proses dari keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial dapat dipadukan dengan berhasil (Gih, 1993; Camavayal,

1992) di datam Eriyatno (1 999).

Para ahli sistem memberikan batasan pennasalahan yang seyogyanya dikaji dengan menggunakan pendeltatan sistem memenuhi karakteristik: (1) kompleks,

dimana interaksi antar elemen cukup rumit, (2) dinamis, dalam arti faktornya ada

yang berubah menurut waktu dan ada pandangan ke

masa

depan dan (3)

probabilistic, yaitit diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan

maupun rekornendasi. Eriyatno (1999) menyatakan ada tiga pola pikir dasar yang menjadi pegangan pokok para ahli sistem dalam rnerancang bangun solusi pennasalahan, yaitu: (1) sibernetik (cybernetic), yaitu berorientasi pada tujuan, (2)

hotistib (holistic), yaitu cara pandang

yang

utuh terhadap keutuhan (paradigma ini

adalah khas ilmu sistem) dan (3) efektif (effectiveness), yaitu lebih dipentingkan

hasil guna

yang

operasional serta dapat dilaksanakan.

2.2. Perkem bangan Agroindustri Kelapa Sawit

Agroindustri adalah suatu perusahaan yang rnengolah bahan-bahan yang berasal dari tanaman atau hewan. Pengolahan yang dimaksud meiiputi transformasi (perubahan) dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimia, penyirnpanan, pengemasan dan distribusi (Austin, 1992 dan Brown, 1994).

Pengembangan agroindustri dapat mernberikan berbagai keuntungan,

antara lain adalah (1) memberikan nilai tambah

yang

lebih tinggi, (2) meningkatkan
(25)

11 menyelamatkan dan memanfaatkan hasil panen dan (5) mernberikan keuntungan yang lebih tinggi untuk bersaing, dan (6) dapat memperluas lapangan ke j a (Azis,

1 993).

Menurut Herman (1997) misi utama dari pengembangan agroindustri

adalah meningkatkan pendapatan dan kesempatan keja bagi petani, serta

memanfaatkan hasil pertanian m r a optimal dengan memberikan nilai tambah yang tinggi melalui pemanfaatan, pengembang an dan penguasaan tekmlogi.

Komodbs pettanian merupakan bahan baku yang

dapat

diolah menjadi

berbagai macam produk industri. Bagan produk yang dapat dihasilkan dari suatu rangkaian proses pengolahan suatu bahan dikenal sebagai suatu pohon industri.

Pohon

industri berbasis bahan baku kelapa sawit yang menghasilkan CPO dan

?KO yang dapat diolah lebih bnjut menghasiliran antara lain minyak goreng, margarine, vitamin A, sabun, detergen dan berbagai produk oleokimia. Selain itu,

juga dapat dihasilkan berbagai produk dari pemanfaatan mngkang, tandan kosong dan batang.

Agroindustri kelapa sawit dimulai di Indonesia didirikan di Tanah ltam Ulu,

Sungai Liput dan Puiu Raja pada tahun 1922.

Pada

tahun 1995, 165 pabrik kelapa

sawit didirikan di seluruh Indonesia. Sampai tahun 1980 industn' kelapa sawit di Indonesia hanya menghasitkan dua produk utama yaitu CPO dan Palm Kernel. I

Sejarah

pengolahan kelapa sawit berubah pada tahun 1981 ketika negara

dihadapkan krisis bahan baku minyak goreng dari kopra. Sejak itu, kelapa sawit

sebagai suplemen kopra untuk industri minyak goreng. Dan 800 080 ton kelapa

sawit yang dihasilkan

oleh

industri kelapa sawit tahun 1981, hanya I96 %I ton

(24,5%) di ekspor ke negara lain. Sisanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri,

dimana kebanyakan untuk minyak goreng. Sebagian ' besar hasil perkebunan

kelapa

sawit

baru mengolah hasilnya menjadi CPO dan PKO, dan sebagian diolah
(26)

tambah inti sawit, sejak 1981 inti sawit tidak hanya diekspor dalam bentuk inti sawit tapi juga minyak inti sawit (PKO).

Pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia hingga sekarang ini masih

didominasi oleh produk CPO dan minyak goreng, sehingga masih terdapat potensi

nilai tambah yang belum dimanfaattan secara optimum. Untuk memperkuat industri

kelapa sawit, pengembangan produk-produk baru yang diharapkan meningkatkan

nilai tambah kelapa sawit hendaknya terus dilanjutkan. Untuk oleo-pangan,

pengembangan produk seharusny rnemberi perhatian pada trend dunia

mengkonsumsi pangan yang sehat yaitu pengembangan produk minyak berbasis

p d u k pangan yang mengandung nutrisi esensial seperti pro-vitamin A, vitamin

E

dan asam-asam lemak esensial (omega-3 dan omega$) hendaknya terus dilanjutkan.

Pengembangan minyak sawit krbasis industri kimia hendaknya terus

dilanjutkan. Berdasarkan proses pembuatannya oleokimia dapat digolongkan

menjadi d ua keIom pok, yaitu oleo-kimia dasar yaitu fatty acid, glycerine, fatty

alcohol dan turunan oleo-kimia yang merupakan pengotahan lebih tanjut dari hasil oleo-kimia, antara lain metalk shop (stabilizer), fatfy aimhol sulfate, fatty alcohol sulfosuccin a te

.

Pabrik kelapa sawit di Indonesia tahun 1998 sebanyak 206 buah dengan

kapasitas terpasang 7 977 ton TBSbam. Dua daerah yang memiliki pabrik

terbanyak adatah Propinsi Sumatera Utara sebanyak 81 buah dengan kapasitas terpasang 2 944 ton TBSljam dan Propinsi R i u 44 buah dengan kapasitas terpasang 2 017 ton TBS/jam, secara rina disajikan pada Tabet 2.

Pada tahun 1998 di Indonesia terdapat 57 pabrik minyak goreng yang

menggunakan k h a n baku minyak sawit, dengan kapasitas pmduksi sebesar 7 857

517 ton minyak goreng per tahun. Pabrik minyak goreng tersebut sebagian besar

(27)

13

seksar 2 186 212 ton per tahun (27,87% dari total kapasitas prduksi terpasang Indonesia), DKI Jakarta 12 buah dengan kapasitas 1 364 455 ton p e r tahun atau 17,4% dari total kapasitas p d u k s i Indonesia. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Jurnlah dan kapasitas pabrik kelapa sawit di IndonesiaTahun 1998

Sumber: Di jenbun, (1 999)

I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

lndustri margarinelshortening di Indonesia juga memperlihatkan

perkembangan yang baik. Pada bhun 1998 terdapat 17 industri margarine dan

shortening dengan kapasitas produksi total mencapai 455 200 ton per tahun yang terdiri dari 357 900 ton margarine dan 97 300 ton shortening. Oilihat dari lokasinya industri margarine tersebut telah tersebar di 6 propinsi masing-masing OK1 Jakarta 6

Propinsi 0.1. A ~ e h Sumatera Utara

Sumatera barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan Bengkulu

Lampung Jawa Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalirnantan Selabn Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan

lrian Jaya Jurnlah

Jumlah Pabrik 14 81 7 44 9 13 6 4 2 10 3 3 3 1 4 2 206

ton Kapasitas TBSram 410

2 944

295

2 017

375 501 230 125 60 430 90 110 130 30 150 80

7 977

Pangsa

(%I

5 1

36,9 3,7 253 4,7 6,3 2,3 1,6 0,7 5 4 1,1 1,6 0,4

f ,9

(28)

perusahaan, Jawa Barat 3 perusahaan, Sumatera Utara 3 perusahaan, Jawa Tengah dan Sumatera Barat masing-masing 1 perusahaan.

Tabel 3. Jumlah dan kapasitas pabrtk minyak goreng dl lndonesra tahun 1998

Sumber: CIC, (1999)

Pada tahun 1998 Indonesia terdapat 40 unit industri yang menghasilkan sabun mandi dan sabun cud. Delapan dari 40 unit industri sabun tersebut merupakan industri terpadu, yang juga menghasilkan detergen, baik dalam bentuk detergen cream, detergen bar, maupun detergen powder. Sebagian industri sabun tersebut terletak di Pulau Jawa sebanyak 24 unit, yaitu 7 unit di Jawa Barat, 8 unit

,

di Jawa Timur, 6 unit di DKI Jakarta dan 3 unit di Jawa Tengah. Dl Sumatera Utara 7 unit, Sumatera Barat 3 unit, lampung 2 unit , Riau 2 unit, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan masing-masing 1 unit.

Perkembangan produ ksi olekirnia satiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Produksi fatty acid pada tahun 1993 tercatat sebesar 303 223 ton, kemudian pada tahun 1998 meningkat 324 538 ton. Produksi glycerine terus menunjukkan trend yang cenderung meningkat, dengan laju rata-rata sekitar 10%

No. 1 2 3 4 Propinsi Sumatera Utara

Sumatera Barat Riau

Sumatera Selatan

! Kapasitas

!

Jumlah Pangsa

5 6 7 8 9 10 22 1 3 Lampurig OK1 Jakarta Jawa Barat Jawa Timur

Jawa Tengah

Kalimantan Barat Jumlah

3,Q 1

I

17,4

8,8 14,9

1 ,I

0,7

100 (tonltahun)

2 186 212

35 000

1 496 250

237 000

'I

1164155

12

(%I

27,9

0,4 19,O

2 i 531 000

3 9 1 2 57 6,8

689 600

1 173 000

90 000

55 000

[image:28.563.46.479.48.796.2]
(29)

per tahun. Lain halnya

dengan

produksi fatty

alcohol

meskipun tingkat produksinya masih kecil, tapi laju pertumbuhannya relatif tinggi dibanding produk oledtimia lainnya. Untuk lebih jebsnya dapat dilihat pada Tabet 4.

Tabel 4. Produksi Oleo-kimia Indonesia

Sumber: CIC, (1999)

i

Secara keseluruhan, pemakaian CPO baik yang digunakan oleh industri rninyak goreng, margarine, sabun serta oleo-kimia, industri minyak goreng

rnerupakan konsumen utama terhadap GPO, kemudian baru diikuti oleh industri oleo-kimia, sabun serta industri margarine dan shortening. Total konsumsi CPO

Total

333 030

454 442 426 556 516 552

483 865 453 898 Tahun

1993 1 994

oleh sektor industri pemakainya menunjukbn kecenderungan terus meningkat.

Adapun proyeksi konsumsi

CPO

oleh industri pemakainya dapat dilihat pada Tabel

Dilihat dari data tersebut, maka peran agroindustri kelapa sawit sangat besar Produksi

dalam penciptaan kesempatan berusaha, dan juga menunjang pertumbuhan

Fatty

acid

303 223

408 685 ekonomi. 1995 3996 1997 1988

Prospek pengembangan agroindustri kelapa sawit dapat ditinjau dari dua

Glycerine

14 887 20 367

18 713

20 196 22 791 22 171 385 403

41 8 540 340 081 324 538

sisi, yaitu sisi penawaran bahan baku dan sisi permintaan pasar.

Fatty

alcohol

14 920 25 390 22 440 77 786

120 993 107 189

(30)

adatah 90,5 juta tonAh (pangsa minyak sawit 17%) yang kemudian meningkat

menjadi 104,3 juta todth pada kurun waktu 1998-2001 (pangsa minyak sawit naik

[image:30.563.45.498.49.803.2]

menjadi 19,2%) (Pcehngan. 2000).

Tabel 5. Proyeksi konsumsi minyak sawit (CPO) menurut sektor industri

Sumber: CIC, (1999)

Peluang pasar yang besar tersebut perlu ditangkap, baik melalui perluasan

areal maupun peningkabn produktivitas dan efisiensi perkebunan serta industri

kelapa sawit di Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, semua pihak yang

terlibat dalam agribisnis kelapa sawit muiai dari petani, pengusaha perkebunan, industri kelapa sawit dan pihak-pihak yang terkait harus dapat berperan aktif

terutama dalam menerapkan teknologi-teknoiogi baru

yang

lebih baik dan lebih

eftsien. Pemerintah perlu memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan yang

dapat mendorong pengembangan industri kelapa

sawit

termasuk menyediakan

sarana dan prasarana.

Berdasahn sejarah perkembangan kelapa sawit negara-negara produsen, bersamaan dengan prduksi yang akan datang. Gambar 1 menunjukkan suatu gambaran keseluruhan produksi minyak sawit oteh negara-negara produsen utama,

Total

2008049 2408040 2 631 828 3 094 130 3554028 3966432 3917351 4108745 4346280 4600109 4 771 639 Sabun

118 970

1 24 433 140 686 144 549 148 327 152 859

154 258 157 174

160 146

163 176 166 363

Margarine

80 800

86 240

93 440 102 000 109 360 115 360 114 105 118 668 124 602 130 832

137 374 Tahun

1993 1 994 1995

1996 1997 1 998 1999 2000 2001 2002 2003 Oleo-kimia 299817 408998 383 440 484 869 435479 408508 458315 514195 576888 647225 626 137

Minyak Goreng

1 508 462

1 788 369

2 014 062

2 382 712 2 860 862

3 289 705 3 160 673 3 318 708

(31)

17 Nigeria, Indonesia dan Malaysia. Peneliian yang dilakukan Oil Wodd menunjukkan pduksi kdapa sawit Indonesia akan melampaui produbi Malaysia menjelang tahun 2010. Setdah itu Indonesia akan terus rnenjadi produsen terbesar kelapa

sawit

dunia.

0

1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020

[image:31.563.46.465.23.819.2]

Tahun

Gambar 1. Produksi kelapa sawit dunia (Oil World, 1998)

2.3. Aspek Teknologi lndustri

Ada h k r a p a tekndogi terkini yang diharapkan dapat mninghtkrm produktlvitas dan efisiensi industri kelapa sawit Indonesia,

Paket-paket

tebologi tersebut tehagi dalam kberapa bidang antara lain pemuliaan tanaman, budidaya

tanaman, mekanisasi dan rnodemisasi, teknologi proses poduksi CPO, pengolahan dan pemanfaatan Pmbah,

dan

pengembangan produk behasis minyak sawit.

2.3.1. Pemuliaan Tanaman

(32)

persilangan. Pusat Penelitiiian

Kelapa

Sawit (PPKS Medan, 2000) telah

meng hasilkan varietas-varietas barn dengan kenaikan produktivitas CPO tertinggi

sebesar

41% (7,54 tonlhaltahun) atau 31.4 ton TBSlhaltahun yaitu Klon D

x

P yang dihasilkan dengan teknik kultur jaringan, tingkat produksi minyak inti sawit 0,8

-

1 tonlhaltahun. Peningkatan produksi minyak kelapa sawit juga diharapkan melalui

penggunaan bahan tanaman yang seragam.

2.3.2. Budidaya Tanaman

a. Te kni k Underplanting

Teknik underplanting adalah salah satu teknik dalam melaksanakan penanaman kelapa sawit dengan menyisipkan tanaman baru di antara tanaman tua. Penerapan teknik underplanting memberi keuntungan, yaitu tetap berproduksinya

kelapa sawit yang akan diremajakan selama 2 sampai 3 tahun pada areal TBM, sehingga tidak te jadi masa kevakuman produksi pada areal peremajaan tersebut.

Hasil analisis ekonomi PPKS,

Medan

(2000), menunjukkan bahwa pada TM-4

penerapan teknik underplanting memiliki nitai kini bersih (NPV) 1.5 sampai 3 kali

lebih tinggi dibandingkan cara konvensional.

b. Tanah dan Agroklimat

Hasil penelitian PPKS Medan (2000) menunjukkan bahwa aplikasi limbah

cair

secara

nyata meningkatkan rerata bobot tandan (RBT). Sampai dengan semester 1 1999, aplikasi limbah cair dapat meningkatkan RBT dari

30,2

menjadi

32,2

kg per tandan dan jumlah tandan dari 3,7 menjadi 4,4 tandanlpohodsernester.

Penam bahan kompos tandan kosong sawit (TKS) dapat mening katkan

kapasitas tukar kation (KTK), pH, dan ketersediaan hara seperti N, P, K dan Mg.

c. Proteksi Tanaman

PPKS Medan (2000), telah berhasil memanfaatkan mikroorganisme

entomopatogeni k se perti virus

P

Nudaurelia, multiple nucleopolyhedmvirus (MNPV)
(33)

19

asigna. Hasit penelitian ini menunjukkan bahwa mikroorganisrne entomopatogenik

tersebut rnerupakan sarana pengendalian hayati terhadap ulat S. asigna yang efektif, efisien dan aman terhadap tingkungan sehingga dapat rnengurangi atau

menggantikan pertggunaan insektisida kimia sintetik.

Penggunaan feromon mampu memerangkap kumbang jantan dan ktina.

Sebanyak 158 kumbang telah ditangkap selama empat minggu dengan

rnenggunakan tujuh perangkap. d. Optirnasi ~atnenfaatan Lahan

Penanaman tanaman

sela

secara tumpang sari, baik tanaman pangan Uagung) dan jati super. Tumpang sari ternak dornba sudah terbukti meningkatkan pendapatan pekebun (PPKS Medan, 2000). Hasil penelitian Gunawan (19%) menunjukkan penerimaan dari hasil temak domba di perkebunan kelapa

sawit

sebesar 13 sampai 16,6 % dari hasil usaha tani. e. Mekanisasi dan Moderniasi

PraMek mekanisasi adalah untuk meringankan beban ke rja, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan unit biaya. Di

Indonesia dengan tenaga kerja murah dan banyak, rasio tanaga

kerja

:

lahan

adalah

1 : 5 ha. Rasio tenaga ke j a dengan lahan untuk operasi kebun di Malaysia sudah rneningkat dari 1 :

7

ha

pada

tahun 1980-an hingga 1 : 10 ha tahun 1990-an. Malaysia akan mengernbangkan mekanisasi secara baik, dengan rasio tenaga kerja dengan Lahan 1: 15 ha tahun 2000 dan 1 : 20 ha pada tahun 2005 (Jalani, 1998).

2.3.3. Teknologi Proses Produksi CPO

CPO merupakan salah satu p d u k olahan primer kelapa sawit. Prinsip

pengolahan kelapa sawit adalah mengekstraksi minyak yang ada

dalarn

mesokarp
(34)

Menurut Purwanto (1997) proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO terdiri atas rangkaian proses sebagai berikut:

Proses Penerimaan Buah. Penerimaan buah terdiri dari dua aktiv-hs utama

yaitu penimbangan dan penampungan sementara TBS. Penimbangan dilakukan

untuk mengetahui berat buah agar dapat ditentukan perkiraan volume produksi, biaya transportasi, upah pekerja dan produktivitas tanaman. TBS yang telah

ditimbang dibongkar dalam loading ramp sebagai tempat penampungan sernentara.

Proses Perebusan (sterilisasi). Perebusan dilakukan untuk menonaktifkan

enzim-enzim lipase yang menyebabkan kerusakan buah melalui reaksi enzimatik,

memasak buah agar lebitr mudah untuk dibrondolkan dalam proses selanjufnya,

melepaskan brondolan buah dari tandannya dan untuk mempersiapkan inti sawit

dalam biji cukup masak hingga mudah dipisahkan dari cangkangnya.

Proses Penebahan. Proses penebahan bertujuan untuk memisahkanl

memberondolkan buah dari tandannya, sehingga memudahkan proses pelurnatan

dan ekstraksi minyak dari buah. Pernipilan dilakukan dalam drum pemipil yang dikontrol frekuensi putarannya agar buah dapat membrondol maksirnal.

Proses Pelumatan dan Ekstraksi Minyak. Pelumatan buah kelapa sawit

dilakukan dalam bejana pelumat yang dilengkapi dengan impeler untuk membantu

proses pemisahan daging buah dari biji. Hasil lurnatan k r u p a adonanlmassa padat yang terdiri dari minyak, cairan, serabut dan biji. Pelumatan juga berfungsi merusak

4

dinding sei dan melepaskan minyak.

Ekstraksi dilakukan secara rnekanik menggunakan

screw

pa. Screw

press mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan kempa sistem

hidrolik, seperti kapasitas olah yang lebih tinggi, kebutuhan operator sedikit, kebutuhan tenaga rendah (Naibaho, 1998).

Proses PernurniaMarifikasi Minyak.

Hasil

pengepresan berupa campuran
(35)

21

pasir. Proses kelarifikasi untuk memisahkan minyak, air dan Sludge. Klarifikasi dilakukan dabm dua tahap, yaitu klarifikasi statis dan klarifikasi dinamis. Klarifikasi statis mengandalkan gravitasi alami berdasarkan perbedaan k w t jenis minyak, air dan kotoran serta dibantu obh perlakuan panas.

Klarifikasi dinamis dilakukan dengan prinsip sentrifugasi yaitu memutar

rnassa cair dalam suatu wadah tertutup yang dapat rnenimbulkan gravitasi buatan sangat besar, sehingga proses pemisahan berlangsung sangat cepat dengan tingkat efisiensi yang tinggi, Melalui proses klarifikasi dinamis ini, kadar kotoran ditunrnkan sampai 0,10,3% dan kadar air 0,5-0,7%. Minyak kemudian dikeringkan

dalam vacuum dryer untuk menurunkan kadar air sampai 0,10% dan kadar kotoran

0,01%. sebelum dialirkan ke tangki penimbun.

Sludge diolah pada sludge separator untuk mengambil kembali minyak yang terbawa dalam sludge. Minyak yang berhasil dipisahkan dialirkan kembali ke tangki klarifikasi dan padatan diendapkan dalam fat fit sebelurn diolah di instalasi pengolahan limbah.

Proses pemisahan biji dan serabut. Pemisahan dilakukan dengan prinsip penghisapan berdasarkan perbedaan berat jenis, sehingga biji akan turun ke bawah

dan dipoles dalam drum pemoles untuk menghilangkan serabut sisa. Biji

seianjutnya diperam dalam

nut

silo selama 18-20 jam.

Proses Pemecahan dan Pemisahan Inti. l nti hasil pemeraman d i p d k a n dalam nut cracker &tau ripple mill sebelum dipisahkan antara inti dan cangkangnya. Efektivitas pemecahan tergantung pada suhu biji, waktu pemeraman, pengkerutan biji dan kadar airnya. Pemisahan cangkang dari inti menggunakan prinsip penghisapan berdasatkan perbedaan berat jenis. l nti yang mempunyai berat jenis

lebih besar akan jatuh ke kernel silo sedangkan dngkang terhisap dan diiunakan

(36)

Kehhasilan proses pengolahan rninyak sawit sangat tergantung pada

Mneija masing-masing baqian dan peralatan. Suplai uap sangat bemngaruh pada

kebefiasilan proses sterilisasi, pelurnatan, pengepresan dan proses klarrfikasi.

Proporsl penambahan air hams disesuaikan dengan standar pada masing-masing

proses. Penambahan air yang kurang dari standar dapat mengurangi kineja

ekstrabi dan pernumian minysk, sedangkan penambahan air yang berlebihan menyebabkan proses klarifikasi menjadi tidak efektii.

2.3.4. Teknologi Pemanfaatan Limbah darr Hasil Samping

Mesin perajang petepah kelapa sawit (Perajang PLS) dirancang untuk dapat mencacah pelepah kelapa

sawit

langsung di areal kebun. Kapasitas mesin sebesar 6 ton PLSljam dengan tenaga penggerak sebuah genefator. Ukuran hasil rajangan pelepah kelapa sawit adalah 3

-

5 cm (standar mutu bahan baku pulp dan kertas), untuk papan partikel, produk panel dan lain-lain.

PPKS Medan juga telah berhasil merancang bangun alat perajang tandan kosong sawit (TKS). Kapasitas mesin sebesar 6 ton TKwam. Mesin perajang TKS berguna unhrk penanganan limbah TKS dan persiapan bahan baku dari TKS untuk produk-produk berbasis serat.

Reaktor Anaerobik Unggun Tetap (RANUT) hasil rancangan PPKS Medan dapat meningkatkan efrsiensi perombakan bahan organ& dalam limbah cair pabrik keiapa sawit (LCPKS) sampai dengan 30 bli lipat dan limbah yaw temlah -dapat langsung digunahn untuk aplikasi

lahan.

Aplikasi teknologi pada industri sawit

mernungkjnkan tempainya zem wasb dan zem edsi yang merupakan satu aspek pada implementasi produksi bersih.

(37)

23

Tabel 6. Potensi limbah kelapa sawit

2.3.5. Agrotndustri Hilir

Minyak sawit selain unggul dalam harga yang relatif murah dan ketersediaan yang melimpah, juga unggul daiam ha1 nilai gizi mayor (kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang), gizi minor (kandungan vitamin A dan E yang

sangat tinggi),

serta

kemudahannya diolah menjadi beragam praduk pangan. Beragam prcduk pangan yang telah berhasil dikemhangkan di PPKS Medan

antara lain berikut ini:

I) minyak makan merah adalah minyak alamiah hasil pengokhan lanjut pada agroindustri hilir dari CPO. Minyak makan merah merupakan minyak makan

yang kaya dengan karoten (provitamin A,

-

440 ppm), sekaligus kaya dengan

vitamin E (- 500 ppm). Keduanya s e a m ilmiah terbukti sangat esensial untuk Kandungan

I

1 m3/ton TBS

0,2 ton basahlton TBS 0,13 ton keringlton TBS

0,05 ton keringttonTBS

10,5 ton keringlhaltahun 70 ton keringlhal25 tahun

1' No 1 2 3 4 5 6

kesehatan, sistem kekebalan tubuh, anti-oksidasi, penundaan penuaan dan Jenis Limbah

Limbah cair

Tandan kosong

sawit

Serat buah Cangkang Pelepah

Batang sawit

pencegahan kanker,

2) minyak makan merah dapat diolah menjadi margarine merah. Margarine

merah

ini memiliki keunggulan nutrisi dan kesehatan yang behiitan dengan keberadaan

minyak

sawit merah yang dikandungnya,

3) minyak inti sawit dapat digunakan sebagai pengganti lemak susu karena kesamaan sifat-sifatnya dan telah berhasil rnemperkaya minyak inti sawit

(38)

4) memproduksi susu kental manis dengan minyak inti sawit kaya omega-3,

5) mendapatkan formula vanaspati sawit (palm ghee) yang setara dengan vanaspati komersial dengan bahan baku minyak olein, stearin dan minyak inti sawit.

PPKS

Medan

(2000), juga telah menghasilkan beberapa produk non-pangan yaitu:

1) teknologi pembuatan plasticiser yaitu epoksi RBDPO (dad refined bleached deodoratibn palm oil), epoksi metil ester dan butil asetoksi stearat dari asam

Iemak

sawit.

Epoksi RBDPO dan epoksi metil ester dapat berfungsi sebagai

plasticiser sekaligus stabiliser, sementara butil asetoksi stearat lebih berperan

sebagai plasticiser saja. Keunggulan plasticiser dari minyak sawit adalah lebih

aman, mudah terbiodegradasi dan tidak beracun,

2) diversifikasi minyak sawit telah berhasil mengembangkan biodiesei dan pelumas dari minyak sawit,

3) bioemollient untuk bahan baku kosmetik, sebagai pelanit

parfum,

ultraviolet

filter,

dan

liquid foundation,

4) produk emulsifier dan surfaktan, antara lain propilen glikol ester dan sukrosa

ester,

5) sabun rmandi transparan yang dihasilkan mempunyai kelebihan jika

dibandingkan dengan jenis sabun lainnya, yaitu penampakannya lebih berltilau dan busa yang dihasilkan lebih lembut di kulit,

6) lilin berbahan baku asam kmak

sawit

yang disebut dengan bio lilin. Bio lilin

mempunyai kelebihan antara lain ramah lingkungan, tidak berasap dan retatif

lebih keras.

2.4. Kemitraan Usaha

Menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 dan Peraturan Pemerintah

(39)

25

usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan

memperhatikan prinsip saling rnemerlukan, saling memperkuat dan saling

menguntungkan. Kemitraan ditujukan untuk menumbuhkan, meningkatkan

kemampuan

dan meningkatkan peranan usaha kecil dalam perekonomian nasional,

khususnya dalam mewujudkan usaha kecil sebagai usaha yang tangguh dan mandiri, yang mampu menjadi tulang punggung dan mampu mernperkokoh struktur

pere konomian nasional. Kemitraan usaha dalam bidang pertanian merupakan

suatu jurus untuk mewujudkan pertanian modern yang bemrientasi pada

agribisnis

dan agroindustri yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas surnberdaya

melalui peningkatan volume dan kualitas usaha dan meningkatkan kualis

sumberdaya terutama pekebun, kelompok pekebun,

koperasi

pekebun dan usaha

kecil datam bidang pertanian.

Melalui kemitraan juga diharapkan te jadi alih pengetahuan, keterampilan

penguasaan teknik-teknik manajemen usaha dan teknolugi proses. Adanya bantuan dan bimbingan usaha besarlmenengah, pengusaha kecil dapat menerirna

dan mengadaptasi nilai-nilai baru dalam benrsaha. Lambat laun te rjadi penrbahan

kultur yakni dari nilai-nilai budaya agraris tradisional menjadi nilai-nilai baru yakni

nilai-nilai budaya rnasyarakat industrial seperti perluasan wawasan, prakarsa dan

I kreativitas, berani mengam bil risiko yang telah diperkirakan, etos ke rja,

kewiraswastaan dan kemampuan penguasaan aspek-aspek rnanajerial dan

teknologi proses, beke rja atas dasar perencanaan dan bewawasan kedepan.

Menurut Di den lndustri Primer dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen

(40)

menguntung kan, baik untuk koperasi pekebun maupun pengusaha dalam arti pelaku agribisnis yang melakukan kemitraan secara proporsional rnengembangkanlmeningkatkan nilai tambah pihak-pihak

yang bermitra,

(4) saling memegang dan mematuhi etika bisnis kemitraan, dalam arti aturan main dapat

dipegang teguh dan dipatuhi oleh kedua b l a h pihak yang bermitra dan (5) saling

membina dan mendidik.

Usaha perkebunan kelapa sawit masih diternui berbagai kendala antara lain belum sinerginya kegiatan hulu-tengah dan hilir. Para pelaku usaha perkebunan

yang

krada di tengah dan hilir (industri pengolahan dan pemasaran) pada

umumnya memiliki potensi menghasilkan nilai tambah dan meraih keuntungan

yang

lebih tinggi dibanding dengan pelaku hulu (pekebun). Para pekebun baru dapat menikmati nilai tambah dari kegiatan usaha tani dan belum dapat rnenikmati nilai tambah dari kegiatan industri pengoiahan dan pemasaran, disamping itu para

pekebun rnenanggung risiko dan ketidakpastian yang relatif tinggi dibanding dengan pelaku industri pengolahan dan pemasaran. Untuk itu diperlukan kebijakan yang memberikan peluang pernbagian nilai tambah yang adil antara hulu-tengah dan hilir

agar usaha perkebunan dapat berkelanjutan.

Dalam era reformasi ini, pemerintah dalam ha1 ini Dijen Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan, (1 999) menginginkan koperasi

mendapatkan kesempatan yang

sama

dengan perusahaan (PBS dan PBN) untuk

memasuki atau menangani bidang

usaha

yang margin keuntungannya tinggi seperti industri pengolahan produk perkebunan dan pemasaran.
(41)

27

Pengern bang an pola kernitraan usaha antara koperasi dengan mitra usaha (BUMN dan swasta) dapat dilakulran melalui kajian terhadap pola kernitman usaha yang telah ada rnaupun pola-pola kemitraan usaha yang mungkin diterapkan.

Kemitraan sub sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit

dengan

pola PIR telah ban yak memberikan hasil yang positif,

antara

lain berupa peningkatan pendapatan pekebun, menambah lapangan

ke

ja. serta peningkatan produksi perkebunan sebagai peng hasil devisa (Lembaga Penelitian IPB, 1997). Ada

beberapa ken&

dan

pertnasalahan yang dijumpai antara lain: penetapan harga

dan sistem pembayaran tandan buah segar (TBS), distribusi risiko, dan distribusi manfaat atau keuntungan yang masih merugikan pekebun plasma.

Kemitraan usaha yang selama ini dilakukan di Indonesia meliputi berbagai

pola, antara

Gambar

Tabel 3. Jumlah dan kapasitas pabrtk minyak goreng dl lndonesra tahun 1998
Tabel 5. Proyeksi konsumsi minyak sawit (CPO) menurut sektor industri
Gambar 1. Produksi kelapa sawit dunia (Oil World, 1998)
Tabel 7. Matriks keputusan dengan Metode MPE
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karangasem tahun 2010, adalah capaian kinerja Sekretariat,

/ ..., maka dengan ini kami mengajukan permohonan kepada bapak Kepala Kantor Kemeneterian Agama Kabupaten ..2. Foto Copy piagam

Menanggapi hal tersebut maka salah upaya guru dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam bagi anak tuna daksa di SDLB Negeri Kota Juang Kabupaten Bireuen guru

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas Rahmat Allah SWT yang telah memberikan Anugerah dan Berkah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan terhadap kinerja keuangan lima perusahaan telekomunikasi dengan menggunakan empat metode pengukuran yang berbasis value

Sebaiknya data dapat disajikan lebih dari satu periode dalam satu tampilan.. Ada baiknya aplikasi dapat menangani pembagian SHU

keuntungan logam yang terdapat pada debu dan tanah vulkanik hasil erupsi.

Seluruh data dari hasil pengamatan yang dikaitkan dengan Cobit khususnya pada 4 proses DS, maka usulan perbaikan TI dapat diberikan sesuai model standar Cobit.. Hasil