• Tidak ada hasil yang ditemukan

Re-Branding Identity Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Re-Branding Identity Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

RE-BRANDING IDENTITY PONDOK PESANTREN

DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Zaki Fitria

NIM:

51907144 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT atas kekuasaanNya.

Sehingga laporan proyek tugas akhir ini bisa diselesaikan pada waktu yang

ditentukan.

Tugas akhir ini disusun dengan judul RE-BRANDING PONDOK

PESANTREN DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT”. Dengan tujuan

menyelesaikan studi di program studi Desain Komunikasi Visual, yang

menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana, strata satu (S1)

di Universitas Komputer Indonesia.

Akhir kata, penulis berharap bahwa tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi yang berkepentingan dalam perancangan re-branding ini.

Kekurangan dan keterbatasan membuat tugas akhir ini masih jauh dari

kesempurnaaan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya saran dan

kritik yang dapat membuat proyek tugas akhir ini menjadi lebih baik. Terima

kasih.

Bandung, 8 Agustus 2011

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu aspek penentu kemajuan sebuah

Negara, termasuk di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memajukan

kesejahteraan, mencerdaskan, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia dalam menghadapi tantangan lokal, nasional, bahkan global.

Sehingga dibutuhkan pendidikan yang terencana, terarah, dan

berkesinambungan. Pendidikan di Indonesia dibagai kepada beberapa

jalur, jenjang, dan jenis. Salah satunya berupa Pendidikan

Keagamaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau

kelompok/organisasi masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Terdapat banyak organisasi keagamaan di Indonesia termasuk

Organisasi Islam seperti Nahdatul Ulama, Persatuan Islam,

Muhammadiyah, serta organisasi islam lainnya beserta amal

usahanya masing-masing. Muhammadiyah merupakan salah satu

Organisasi Islam besar di Indonesia yang memiliki beberapa jenis

amal usaha yang salah satunya berupa bidang pendidikan. Telah

tercatat Muhammadiyah memiliki 5.509 sekolah yang dibagi kepada

berbagai jenjang dan jenis seperti Pendidikan Dasar dan Menengah,

Madrasah-madrasah, Pondok Pesantren, Universitas serta jenis dan

(4)

2 Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang memfokuskan

pendidikan Agama Islam. Perkembangan Pondok Pesantren

dibuktikan dengan adanya jenis Pondok Pesantren Modern yang

merupakan pembaharuan dari Pondok Pesantren Tradisional,

sehingga metode yang berkembang pada masyarakat modern

diterapkan pula di Pondok Pesantren. Darul Arqam adalah salah satu

Pondok Pesantren di Kabupaten Garut yang masuk pada jenis

Pesantren Modern.

Darul Arqam merupakan salah satu amal usaha pendidikan yang

diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah

Muhammadiyah daerah Garut, yang berdiri sejak tahun 1976.

Pendidikan ini berupa jenjang Pendidikan Madrasah Tsanawiyah dan

Madrasah Aliyah yang dikemas dengan model Pondok Pesantren.

Setelah 34 tahun berdiri, terjadi banyak perkembangan, baik dalam

pengembangan sistem pembelajaran, pengembangan sarana dan

prasarana, serta perkembangan lainnya yang menunjang kebutuhan

seluruh penghuni. Pada tahun 2010, Darul Arqam diberikan bantuan

kerjasama Depag RI dengan Islamic Development Bank (IDB) dalam

Program Penguatan Sains dan Teknologi (STEP-2) berupa bantuan

laboratorium sehingga fasilitas laboratorium Darul Arqam merupakan

(5)

3 Kemajuan ini tidak terlepas dari peran para santri dan alumni dengan

segala prestasi di segala bidang, baik didalam atau diluar Pondok.

Berbagai kejuaraan serta beasiswa pernah dialami sebagian santri

dan alumni baik dalam skala daerah, propinsi, nasional, bahkan

internasional. Hal ini memberikan rasa kebanggaan kepada seluruh

penghuni pondok dan eksistensi Darul Arqam diakui keberadaanya,

serta dipercayai oleh masyarakat.

Hingga tahun 2011, santri Darul Arqam telah berjumlah 32 angkatan

santri putra dan 21 angkatan santri putri, yang sebagian besar

merupakan warga Muhammadiyah. Pihak yang sangat berperan

dalam komunikasi Darul Arqam terhadap masyarakat salah satunya

adalah pengguna Darul Arqam itu sendiri, berupa aparatur, santri,

orang tua santri, hingga alumni. Sehingga kepercayaan masyarakat

salah satunya bergantung pada kepercayaan dari pengguna jasa

pendidikan Darul Arqam.

Loyalitas pengguna Darul Arqam bisa berupa nilai kepercayaan,

kebangaaan, kecintaan, bahkan sampai kepada rasa memiliki dan

penjagaan reputasi brand Darul Arqam. Tetapi bentuk loyalitas

tersebut tidak dibantu dengan atribut yang mencitrakan Darul Arqam

sebagai Pondok Pesantren Modern, sehingga seringkali membuat

rendahnya rasa percaya diri sebagai santri Darul Arqam, terutama

(6)

4 konsistensi seperti pada logo, warna, dan elemen visual lainnya.

Ketidak konsistensian identitas brand Darul Arqam juga berpengaruh

kepada tidak konsistenan aspek lain di Darul Arqam, seperti pada

aspek informasi; seperti pada buku profil dan web. Ataupun aspek

persuasi; seperti pada media-media promosi.

Perlu dilakukan strategi agar reputasi Darul Arqam terus terjaga

khususnya oleh pengguna, terutama pada perancangan identitas

brand Darul Arqam yang merupakan salah satu unsur pencitraan dari

brand Darul Arqam. Sehingga kebanggaan, kecintaan, dan rasa

memiliki terhadap Pondok Pesantren Darul Arqam dari berbagai pihak

bisa terus terpelihara.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa

identifikasi masalah, berupa:

a. Identitas brand Ma’had Darul Arqam tidak mencitrakan Darul

Arqam sebagai Pondok Pesantren Modern.

b. Lemahnya percaya diri pengguna, khususnya santri dalam

menggunakan atribut Darul Arqam.

c. Darul Arqam tidak mempunyai identitas brand yang konsisten.

(7)

5

1.3. Fokus Permasalahan

Fokus permasalahan terdapat pada lemahnya sifat percaya diri

sebagai pengguna jasa pendidikan Darul Arqam karena identitas

brand yang tidak mencitrakan Darul Arqam sebagai Pondok Pesantren

Modern.

1.4. Tujuan Perancangan

Perancangan ini bertujuan untuk:

a. Meningkatkan citra Darul Arqam sebagai Pondok Pesantren

Modern.

b. Meningkatkan rasa percaya diri santri khususnya pada saat

menggunakan atribut Darul Arqam.

c. Menjaga konsistensi identitas brand Darul Arqam.

(8)

6

BAB II

RE-BRANDING IDENTITY PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT 2.1. Brand

2.1.1. Pengertian Brand

Brand adalah istilah bahasa asing yang diartikan merk atau cap

dalam Bahasa Indonesia. Tetapi dalam makna yang sebenarnya,

istilah brand tidak bisa disamaratakan dengan istilah merek.

Sehingga penulis memakai istilah brand dalam penulisan ini.

Mendiola B. Wiryawan (2008) menjelaskan “Menurut kebanyakan

Kamus Inggris-Indonesia, brand diartikan brand atau cap/marka.

Brand‟ yang serta merta diterjemahkan menjadi „merek‟ akan

sedikit banyak kehilangan kompleksitasnya” (h.3).

Brand dalam sebuah entitas tidak hanya berupa benda nyata

seperti nama brand atau logo. Brand juga berupa benda kerja

seperti komunikasi atau perilaku. Bahkan brand juga meliputi

semua persepsi manusia terhadap entitas tersebut. Mendiola B.

Wiryaman (2008) menjelaskankan “Brand adalah persepsi,

pengalaman, harapan, terhadap sebuah produk, jasa,

penghalaman, personal, ataupun organisasi; Merupakan

gabungan dari berbagai atribut, baik secara nyata, disimbolkan

(9)

7 menciptakan nilai dan pengaruh. Konon berasal dari bahasa

Skandinavia kuno „Brandr‟ yang berarti „membakar‟” (h.16).

Hal ini serupa dengan ungkapan Alinna Wheeler (seperti dikutip

Surianto Rustan, 2009) “Makna brand dapat berubah sesuai

dengan konteksnya. Kadang brand sebagai kata benda, kadang

sebagai kata kerja,. Kadang menjadi sama dengan nama

perusahaan, pengalaman perusahaan dan harapan konsumen”.

Berikut gambaran Alinna Weeler tentang cakupan brand:

Gambar 2.1. Cakupan brand menurut Alinna Weeler

(10)

8

2.1.2. Tahapan Brand

Terdapat beberapa tahapan perkembangan brand, dari mulai

brand dibuat, diingat oleh konsumen, bahkan hingga tahap brand

dianggap milik konsumen. Goodyear (1996) menjelaskan:

1. Produk yang tidak memiliki brand (Unbranded Goods)

Pada tahap pertama ini produk dikelola sebagai komoditi

sehingga brand hampir tidak diperlukan. Kondisi ini sangat

mendukung apabila permintaan lebih banyak dibandingkan

pasokan, biasanya hal ini terjadi dalam situasi perekonomian

yang bersifat monolistik. Tujuan terpenting dari produk yang

tidak memiliki brand adalah fungsi dan harganya murah.

2. Brand yang dipakai sebagai referensi (Brand as Reference)

Pada tahap ini sudah terjadi persaingan, meskipun

tingkatannya belum begitu ketat. Persaingan ini merangsang

produsen untuk membuat diferensiasi terhadap produk yang

dihasilkannya. Tujuannya adalah agar produk yang

dihasilkan memiliki perbedaaan dari produk perusahaan lain.

Strategi diferensiasi yang diterapkan pada tahap ini adalah

(11)

9 3. Brand sebagai kepribadian (Personality)

Pada tahap ini, diferensiasi antar brand berdasarkan atribut

fungsi semakin sulit dilakukan. Perusahaan melakukan

tambahan nilai-nilai kepribadian pada masing-masing brand.

Pada tahap ini kepribadian yang dimiliki oleh pelanggan dan

brand semakin didekatkan, sehingga nilai yang dimiliki brand

tersebut menjadi cerminan diri pelanggannya.

4. Brand sebagai simbol

Pada tahap ini brand menjadi milik pelanggan. Pelanggan

memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai brand

yang ia gunakan. Pelanggan yang menggunakan brand pada

tahap ini dapat mengekspresikan dirinya atau dapat

menunjukkan jati dirinya.

5. Brand sebagai sebuah perusahaan

Pada tahap ini brand memiliki identitas yang sangat

kompleks sehingga pelanggan dapat dengan mudah

menghubungi brand. Karena brand tersebut merupakan

wakil perusahaan maka pihak perusahaan memiliki persepsi

(12)

10 6. Brand sebagai kebijakan moral

Pada tahap ini pelanggan memiliki komitmen yang tinggi

kepada perusahaan sehingga selalu menjaga reputasi

produk yang digunakannya. Layaknya karyawan, pelanggan

selalu merasa memiliki brand tersebut dan meyakini bahwa

brand tersebut telah mewakili kepuasan moralnya baik

secara etis maupun spiritual.

2.1.3. Brand Equity

Brand Equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah

atau mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui

dari respon konsumen terhadap entitas. Mendiola B. Wiryawan

(2008) menjelaskan “Brand Equity adalah kumpulan asset (dan

liabilitas) yang berhubungan dengan nama sebuah brand dan

simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang dihasilkan

oleh produk atau jasa sebuah brand” (h.29).

Empat hal yang menjadi kriteria penilaian brand equity adalah:

a. Penilaian Loyalitas (Brand Loyalty)

Mendiola B. Wiryawan (2008) menjelaskan “Brand Loyalty

adalah tingkat kesetiaan pelanggan pada sebuah brand,

diukur dari dukungan yang diberikan secara terus-menerus,

pembelian berulang pada brand tersebut, dan kesetiaan

(13)

11 peningkatan loyalitas brand adalah sumber utama dari sisi

keuntungan secara ekonomi” (h.33).

b. Penilaian Persepsi/Kepemimpinan Brand (Perceived Quality)

David A. Aaker (1996) menjelaskan “Kesan Kualitas adalah

persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau

keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan

dengan maksud yang diharapkan” (h.24)

c. Penilaian Asosiasi / Diferensiasi (BrandAssociation)

Mendiola B. Wiryawan (2008) menjelaskan “Perasaan,

kepercayaan, dan pengetahuan konsumen (pelanggan)

mengenai sebuah brand. Hubungan ini didapat dari

pengalaman konsumen dengan brand tersebut. Ketiga hal

tersebut di atas harus tetap konsisten dengan brand

positioning dan keunikannya. Proses asosiasi ini bisa

disandingkan dengan tokoh, karakter, sifat, atau sikap

tertentu” (h.25).

d. Penilaian Kesadaran (Brand Awareness)

Mendiola B. Wiryawan (2008) menjelaskan “Awareness

adalah Persentase khalayak sasaran yang mengenali

keberadaan sebuah brand ketika ditanyakan dalam sebuah

(14)

12

spontaneous (spontanitas)‟, yang mengukur persentase dari

sejumlah orang yang secara spontan menyebut sebuah

brand tertentu ketika diberi pertanyaan tentang kategori

sebuah brand; dan yang kedua adalah ‘prompted

(ketepatan)‟, yang mengukur persentase dari sejumlah orang

yang mengenal sebuah brand dari kategori tertentu pada

saat diperlihatkan daftar yang diberikan” (h.16).

2.2. Identitas

2.2.1. Pengertian Identitas

Identitas adalah pembeda dari sebuah entitas. Mendiola B.

Wiryawan (2008) menjelaskan “Elemen visual atau verbal dari

brand yang memberikan identitas tertentu (brand identification),

seperti nama, simbol, warna, huruf, dan bentuk yang dapat

membedakan produk/jasa yang satu dengan lainnya. (h.76).

2.3. Logo

2.3.1. Pengertian Logo

Logo adalah presentasi umum tentang sebuah brand Mendiola B.

Wiryawan (2008) menjelaskan “Logo adalah kependekan dari

logotype. Pada awalnya istilah ini digunakan untuk

mempresentasikan logo yang terdiri dari huruf. Namun sekarang

(15)

13 dagang. Ungkapan ‘mark’, „logo‟, dan ‘identifier’, merupakan istilah

yang sepadan maknanya untuk simbol atau wordmark” (h.85).

2.3.2. Anatomi Logo

Logo bisa berupa gambar, tulisan, atau gabungan antara

keduanya. Anatomi Logo bisa membantu memahami jenis,

pembentuk logo. Surianto Rustan (2009) menjelaskan:

Mengetahui anatomi dan jenis logo akan mempermudah dalam

menentukan logo apa yang akan dibuat dan jenis mana yang

paling mewakili kepribadian entitasnya.

Dalam Taxonomy of Trademark‟s karya Per Mollerup (seperti

dikutip Surianto Rustan (2009) menjelaskan “Picture mark dan

letter mark, kiranya cukup memadai untuk menyebut elemen

gabar dan elemen tulisan dalam sebuah logo.

Contoh Picture Mark dan Letter mark:

Gambar 2.2. Picture mark

(sumber: http://stiksa.wordpress.com/page/4/)

Gambar 2.3. Letter mark

(16)

14

2.3.3. Elemen Pembentuk Logo

Elemen pembentuk logo berupa garis, bentuk, warna, tulisan.

Semua elemen tersebut memiliki kemampuan untuk

mengungkapkan suasana. Suasana yang tercipta dari sebuah

elemen (garis, bentuk, warna, huruf) terjadi karena proses

stimulasi dari bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat di

sekitar kita, yang terwakili dari bentuk garis tersebut.

a. Contoh Garis (dikutip dari Surianto Rustan, 2009):

- Garis Horizontal : pasif, statis, berhenti, tenang, rasional

- Garis Vertikal : aktif, tinggi, agung, spiritual, kekuatan

- Garis Diagonal : dinamis, tidak stabil, informal

b. Contoh Bentuk (dikutip dari Surianto Rustan, 2009):

- Lingkaran : dinamisan, bergerak, kecepatan, tak

terputus, abadi, sempurna

- Segi Empat : kokoh, rasional, keunggulan teknis,

formal, sempurna, integritas

- Segitiga : megah, gunung, kekuatan, harapan, suci

c. Warna (dikutip dari Surianto Rustan, 2009):

- Putih : suci, bersih, netral, cahaya

- Merah : berani, ceria, cina, marah, perang

(17)

15 d. Huruf (dikutip dari Surianto Rustan, 2009):

- Berkait : formal, kolot,

- Tanpa kait : modern, global

2.4. Identity Mix

Pembangunan identitas tidak hanya ditentukan oleh logo saja,

tetapi harus didukung oleh atribut lainnya. Surianto Rustan (2009)

menjelaskan “Dibutuhkan seperangkat atribut lainnya untuk

menjaga konsistensi penerapan pada berbagai media, karena

penerapan yang konsisten dapat meningkatkan brand awareness

Identity Mix terdiri dari:

1. Visual. Contoh: logo, huruf, warna, seragam.

2. Komunikasi. Contoh: Iklan, public relation

3. Perilaku (behavior). Contoh: Norma perusahaan

2.5. Pendidikan

2.5.1. Pengertian Pendidikan

Undang-undang Sistem Pendidikan Indonesia, BAB I, Pasal 1,

Ayat 1 (2003) menetapkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

(18)

16 keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.”

2.5.2. Fungsi Pendidikan

Undang-undang Sistem Pendidikan Indonesia, BAB II, Pasal 3

(2003) menetapkan “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

2.5.3. Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

Pendidikan dibagi kepada tiga jalur. Undang-undang Sistem

Pendidikan Indonesia, BAB VI, Pasal 13, Ayat 1 (2003)

menetapkan “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,

nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan

memperkaya.”

Pendidikan dibagi kepada tiga jenjang. Undang-undang Sistem

(19)

17

“Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.”

Pendidikan dibagi kepada tujuh jenis. Undang-undang Sistem

Pendidikan Indonesia, BAB VI, Pasal 15 (2003) menetapkan

“Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,

akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.”

2.6. Pesantren

2.6.1. Pengertian Pesantren

Didalam buku Zamakhsyari Dhofir (1985) berpendapat bahwa:

Pesantren adalah lembaga pendidikan islam, di mana

pengetahuan yang berhubungan dengan agama Islam diharapkan

dapat diperoleh di pesantren. Apa pun usaha yang dilakukan

untuk meningkatkan pesantren di masa kini dan masa yang akan

datang harus tetap pada prinsip ini. Tujuan pendidikan pesantren

tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan

penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meninggikan moral, melatih

dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spritual dan

kemanusiaan, mengajarakan sikap dan tingkah laku yang jujur

dan bermoral, serta menyiapkan para murid untuk hidup

sederhana dan bersih hati. Selain itu, tujuan pendidikan pesantren

(20)

18 duniawi, tetapi ditanamkan kepada branda bahwa belajar adalah

semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan. (h.21)

2.6.2. Pembagian Pesantren

Dapartemen Agama RI (2003) menetapkan:

Metode pembelajaran di pondok pesantren salafiyah ada yang

bersifat tradisional, yaitu metode pembelajaran yang

diselenggarakan menurut kebiasaan yang telah lama

dilaksanakan pada pesantren atau dapat juga disebut sebagai

metode pembelajaran asli (original) pondok pesantren.

Pembelajaran modern merupakan metode pembelajaran hasil

pembaharuan kalangan pondok pesantren dengan memasukkan

metode yang berkembang pada masyarakat modern, walaupun

tidak selalu diikuti dengan menerapkan sistem modern, yaitu

sistem sekolah atau madrasah. Pondok pesantren salafiyah

sebenarnya telah pula menyerap klasikal, tetapi tidak dengan

batas-batas fisik yang tegas sebagaiamana system klasikal pada

(21)

19

2.7. Muhammadiyah

Gambar 2.4. Logo Muhammadiyah

(sumber:

http://habilih.wordpress.com/2011/05/22/muhammadiyah/logo-muhammadiyah/)

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi besar Islam di Indonesia.

Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW,

sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang

yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Kemuhammadiyahan 1

(2003) menjelaskan “Muhammadiyah diambil dari kata Muhammad

dan yahyang berarti pengikut” (h.2).

Dalam situs resmi Muhammadiyah; www.muhammadiyah.or.id (2011)

menjelaskan:

“Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan

seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah.

Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur

(22)

20 Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial

dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik.

Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi

dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem

kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga

menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang

ekstrem.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan

kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat

104 yang berbunyi: „Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan

umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf

dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang

beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah,

mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan

dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga

mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam

butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan

ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya

(23)

21

2.7.1. Profil Muhammadiyah tahun 2011

Dalam situs resmi Muhammadiyah; www.muhammadiyah.or.id

(2011) berupa:

a. Ketua Umum : Prof. Dr. H.M. Sirajuddin Syamsuddin, MA

b. Alamat Kantor :

Yogyakarta:

Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jl. Cik Ditiro No. 23 Yogyakarta 55262 Telp. +62 274 553132

Jakarta:

Gedung Dakwah Muhammadiyah,

Jl. Menteng Raya No.62 Jakarta 10340 Telp. +62 21 3903021

Website : www.muhammadiyah.or.id

c. Jaringan Muhammadiyah, meliputi:

Pimpinan Wilayah (PWM) : 33 Wilayah (Propinsi)

Pimpinan Daerah (PDM) : 417 Daerah (Kota/Kabupaten)

Pimpinan Cabang (PCM) : 3.221 (Kecamatan)

Pimpinan Ranting (PRM) : 8.107 (Desa/Kelurahan)

d. Majelis-Majelis Muhammadiyah, meliputi:

1. Majelis Tarjih dan Tadjid

2. Majelis Tabligh

(24)

22 4. Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU)

5. Majelis Pendidikan Kader (MPK)

6. Majelis Pustaka dan Informasi (MPI)

7. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK)

8. Majelis Lingkungan Hidup (MLH)

9. Majelis Pemberdayaan masyarakat (MPM)

10. Majelis Pelayanan Sosial (MPS)

11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (MH-HAM)

12. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan (MWK)

e. Lembaga-lembaga Muhammadiyah, meliputi:

1. Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh

2. Lembaga Hubungan dan Kerjasama International

3. Lembaga Pengawas Pengelolaan Keuangan

4. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting

5. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik

6. Lembaga Penanganan Bencana

7. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga

f. Organisasi Otonom Muhammadiyah, meliputi:

1. Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh

2. Aisyiyah

3. Pemuda Muhammadiyah

4. Nasyiyatul Aisyiyah

(25)

23 6. Ikatan Pelajar Muhammadiyah

7. Hizbul Wathan

8. Tapak Suci

Berikut data tabel amal usaha Muhammadiyah:

No Jenis Amal Usaha Jumlah

1 Sekolah Dasar (SD) 1.176

2 Madrasah Ibtidaiyah/Diniyah (MI/MD) 1.428

3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1.188

4 Madrasah Tsanawiyah (MTs) 534

5 Sekolah Menengah Atas (SMA) 515

6 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 278

7 Madrasah Aliyah (MA) 172

13 Perguruan Tinggi Aisyiyah 11

14 Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll 457

15 Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. 318

(26)

24

17 Rehabilitasi Cacat 82

18 TK Aisyiyah Bustanul Athfal 2.289

19 Sekolah Luar Biasa (SLB) 71

20 Masjid 6.118

21 Musholla 5.080

22 Tanah 20.945.504 m²

Tabel 2.1. Amal usaha Muhammadiyah

2.8. Pondok Pesantren Darul Arqam

2.8.1. Sejarah & Latar Belakang Ma’had Darul Arqam

Dalam Profil Sekolah Kader Muhammadiyah, Ma‟had Darul Arqam

(2008) menjelaskan:

Persyarikatan Muhammadiyah memiliki kekhawatiran yang cukup

besar atas kemungkinan langkanya sosok ulama di masa

mendatang. Kekhawatiran ini muncul dalam Muktamar

Muhammadiyah ke-39 tanggal 17-22 Januari 1975 di Padang,

Sumatra Barat. Terlebih lagi, pada waktu itu Menteri Agama RI,

Prof. Dr. H. Mukti Ali, member sambutan dalam muktamar

tersebut yang mengkritik tajam Muhammadiyah, “Muhammadiyah

jangan suka berbicara dan membicarakan tajdid apabila

(27)

25

“mengharapkan agar Muhammadiyah menyelenggarakan

pendidikan yang berorientasi pada kaderisasi ulama”.

Muktamar Muhammadiyah tersebut membawa nafas tersendiri

bagi warga Muhammadiyah Garut. Pesan menteri Agama itu

disambut dengan antusias yang tinggi. Hal ini terbukti dalam

Musyawarah Daerah Muhammadiyah Garut yang diselenggarakan

pada tanggal 23-25 Mei 1975, tokoh-tokoh Muhammadiyah

Daerah Garut sepakat untuk merealisasikan pesan tersebut

dengan mewujudkan sebuah lembaga yang berorientasi pada

kaderisasi ulama Muhammadiyah dalam bentuk pondok

pesantren.

Berdasarkan berbagai pertimbangan, maka Rapat Pimpinan

Muhammadiyah Daerah Garut tanggal 1 dan 15 Juni 1975, I.

Sukandiwirya dan Mamak Mohammad Zein ditunjuk sebagai

Ketua dan Sekretaris Pimpinan Muhammadiyah Garut dan

menandatangani lahirnya Surat Keputusan Pimpinan

Muhammadiyah Daerah Garut No. A-1/128/75 tertanggal 6

Jumadilakhir 1395/16 Juni 1975. Surat keputusan tersebut berisi

pembentukan dan pengangkatan Panitia Pembangunan

Pesantren Muhammadiyah Daerah Garut dengan menunjuk O.

(28)

26 resmi dimulai tanggal 20 April 1976, bertepatan dengan Muktamar

Tarjih XXI.

Pembangunan pondok pesantren tersebut disponsori dan

didukung oleh keluarga H. Iton Damiri (Pengusaha Dodol Picnic,

PT Herlinah Cipta Pratama) dan seluruh warga Muhammadiyah

se-Kabupaten Garut dalam bentuk moril maupun materil.

Setelah pembangunan tahap pertama selesai, Pimpinan

Muhammadiyah Daerah Garut menunjuk Moh. Miskun Asy.

Sebagai Pimpinan Pondok berdasarkan Surat Keputusan

Pembentukan atau Pengangkatan Pimpinan Pondok Pesantren

Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut dan Struktur

Organisasi No. A-1/44/1977 tertanggal 5 Ramadhan 1937 / 20

Agustus 1977. Akhirnya Pondok Pesantren Darul Arqam

Muhammadiyah Daerah Garut mulai menerima santri angkatan

pertama pada Tahun Pelajaran 1978-1979. (h.1).

Penamaan Darul Arqam berdasarkan Muktamar Muhammadiyah

ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta memutuskan bahwa Darul Arqam

adalah nama untuk kaderisasi formal Muhammadiyah.

Berdasarkan keputusan tersebut, maka pondok pesantren ini juga

(29)

27

Garut (pada pembahasan selanjutnya di buku ini ditulis Ma‟had

Darul Arqam atau Ma‟had saja).

Pondok Pesantren Darul Arqam berdiri dan berkembang untuk

menjadi lembaga Kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah.

Kaderisasi tersebut bertujuan mendidik para santri menjadi Kader

Mubaligh dan Kader Ulama Tarjih yang memiliki keterampilan

administrasi dan keterampilan organisasi, sehingga menghasilkan

kader yang mempunyai pemahaman, pandangan, dan keyakinan

terhadap Islam sesuai dengan paham Muhammadiyah.

2.8.2. Logo

Gambar 2.5. Logo Darul Arqam

(sumber: Buku Profil Sekolah Kader Muhammadiyah, Ma‟had Darul Arqam

Muhammadiyah Garut)

Filosofi Lambang :

(30)

28

g. Logo Muhammadiyah : Muhammadiyah

Filosofi warna :

Sebagai lembaga pendidikan kader yang berwatak

kemuhammadiyahan, berwawasan keilmuan, berdaya saing,

bertafaqquh fiddin, dan berakhlaqul karimah.

Misi

a. Menyelenggarakan serta mengembangkan pendidikan dan

pengajaran kompeherensif yang mengintegrasikan sains

religius (Al-„Ulum An-Naqliyah) dan sains rasional (Al-„Ulum

(31)

29 b. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan

model-model pembinaan dan pengkaderan serta aktivitas dakwah

Islamiyah.

c. Menyelenggarakan dan mencerahkan pendidikan khusus

kepesantrenan dalam penguasaan Al-„Ulum An-Naqliyah

melalui pendidikan bahasa Arab, nahtsul kutub, dan

kemuhammadiyahan.

d. Membudayakan santri dalam kegiatan olahrasa, olahrasio,

dan olahraga serta uji prestasi lainnya melalui kegiatan

intrakulikuler dan ekstrakulikuler.

e. Menjalin dan mengembangkan hubungan serta kerja sama

kelembagaan dengan berbagai pihak terkait, selama tidak

bertentangan dengan asan dan prinsip-prinsip Persyarikatan

Muhammadiyah.

2.8.4. Fasilitas

Fasilitas Kondisi

Aula 2 Tingkat Baik

24 Kelas Sangat baik

Gedung Perkantoran Sangat baik

Mesjid Baik

Ruang Multimedia Sangat baik

Perpustakaan Sangat baik

Gedung MaFiKiBi (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi)

Sangat baik

(32)

30

Lab. Komputer Cukup

35 Asrama Santri Putra & 30 Asrama Santri Putri

Cukup

Ruang Makan Cukup

Koperasi Cukup

Warnet Buruk

Lapangan Sepak Bola Buruk

Lapangan Basket Cukup

Lapangan Voli Cukup

Tenis Meja Cukup

Rumah dinas pembina Baik

Pos SATPAM Sangat baik

Gedung balai pengobatan Sangat baik

Tabel 2.2. Fasilitas Darul Arqam

2.8.5. Kegiatan Akademik

Prosentase Pendidikan :

2. Tahun 1990-sekarang

Pendidikan secara keseluruhan berjumlah 78 jam (13 jam

(33)

31 Dengan jumlah mata pelajaran :

21 mata pelajaran umum

18 mata pelajaran agama

Jumlah : 39 mata pelajaran rata-rata perkelas.

2.8.6. Kegiatan Ekstrakurikuler

a. Tapak Suci

i. Hizbul Wathan (PRAMUKA)

2.8.7. Jadwal Kegiatan

Waktu Kegiatan Tempat

(34)

32

10.15 – 11.30 Sekolah Kelas

11.30 – 12.30 Shalat Dzuhur Mesjid

12.30 – 13.00 Makan Siang Ruang

makan 13.00 – 14.30 Ekstrakurikuler (tergantung

jadwal)

Tabel 2.3. Jadwal kegiatan Darul Arqam

2.8.8. Prestasi Santri :

a. Kelulusan Ujian Nasional 100%

b. Perlombaan tingkat kabupaten, provinsi, nasional.

c. Beasiswa Depag

d. Beasiswa internasional (contoh: Mesir, Libya, USA)

Alumni :

a. Ketua Pimpinan Pusat Majelis Tarjih Muhammadiyah

(35)

33 c. Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah

d. Pimpinan Pesantren

e. Dosen

f. Anggota Dewan

g. Penulis

h. Artis

i. Bank Indonesia

j. Dokter

k. Arsitek

l. Pengusaha Minyak

m. Tamu Negara

n. TNI

o. Desainer

(36)

34

(37)
(38)

36

2.2. Analisa Permasalahan

Analisa permasalahan menggunakan Teknik Analisa SWOT yang

dikemukakan Albert Humphrey. Strenght (kekuatan), Weaknesses

(kelemahan), Opportunities (peluang), and Thearts (ancaman).

Merupakan perangkat konseptual untuk menganalisa kekuatan,

kelemahan, kesempatan, dan ancaman sebuah brand.

a. Kekuatan

1. Fasilitas sekolah terbaik di Kota Garut, terutama pada bidang

sains dan teknologi.

2. Pendidikan formal dari subuh (pukul 5) hingga malam hari

(pukul 9). Dengan kalkulasi 9 jam pendidikan formal perhari.

3. Tempat yang strategis di Kota Garut; dekat dengan pusat kota,

dikelilingi pesawahan, serta pemandangan gunung Cikuray.

4. Santri dan alumni yang berprestasi baik skala daerah, provinsi,

nasional, dan internasional.

b. Kelemahan

1. Biaya masuk dan iuran bulanan yang terus meningkat

2. Tidak berada dan relatif jauh dari ibu kota.

3. Target market diutamakan kepada warga Muhammadiyah.

4. Identitas visual tidak konsisten sehingga tidak mudah diingat

(39)

37 5. Kurangnya hubungan antar Darul Arqam dengan masyarakat di

luar warga Muhammadiyah.

c. Peluang

1. Masih banyak keluarga, atau teman dari santri dan orang tua

santri, yang merupakan warga Muhammadiyah

2. Didukung penuh oleh pemerintah terutama Departemen Agama

Republik Indonesia.

3. Kondisi moral masyarakat yang semakin menurun.

d. Ancaman

1. Semakin banyak sekolah termasuk sekolah jenis pesantren

dengan brand yang semakin kuat.

2. Kurangnya informasi masyarakat tentang keberadaan

Pesantren Modern.

3. Persepsi buruk sebagian masyarakat terhadap Pesantren.

4. Berita/film tentang pesantren yang beredar di masyarakat

(40)

38

2.2.1. Interaksi SWOT

a. Kekuatan untuk Peluang

1. Warga Muhammadiyah bisa memasukan putra putrinya ke

Darul Arqam.

2. Kondisi moral remaja yang menurun membuat keberadaan

pesantren dibutuhkan.

b. Kekuatan untuk Ancaman

1. Identitas visual yang kuat tentang Darul Arqam sebagai

Pesantren Modern, akan memudahkan masyarakat

mengenali keberadaan Pesantren Modern.

2. Identitas visual yang baik akan membantu eksistensi Darul

Arqam di masyarakat.

c. Kelemahan untuk Peluang

Penguatan brand akan meningkatkan loyalitas masyarakat

walaupun dengan biaya yang selalu meningkat.

d. Kelemahan untuk Ancaman

Penguatan brand akan membantu eksistensi Darul Arqam

sebagai Pesantren Modern kepada sebagian masyarakat yang

(41)

39

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Strategi Perancangan

Re-branding Identity Darul Arqam berupa perancangan identitas

berupa logo, beserta aturan standar penerapan. Konsep logo

mengacu kepada positioning dan diferensiasi Ma‟had darul Arqam

“Selalu Bersinar”. Yang merupakan hasil dari poin-poin keunggulan

Darul Arqam sebagai pondok pesantren modern dengan sistem

pembelajaran yang unik tidak biasa, berpikir moderat dan rasional,

berprestasi, berdiri di kawasan yang strategis dan representatif untuk

sebuan pendidikan.

3.2. Strategi Media

Aplikasi media yang diutamakan merupakan media-media yang

menghubungkan hubungan internal Darul Arqam dengan masyarakat.

Media berupa:

 Atribut yang dipakai oleh penghuni Darul Arqam terutama santri

dan pengajar

 Kebutuhan administrasi internal dan eksternal seperti surat,

amplop, stempel.

Merchandise. seperti pin, gantungan kunci, t-shirt.

(42)

40

3.3. Konsep Logo

Konsep logo mengacu kepada positioning Darul Arqam „Selalu

Bersinar‟. Kata kunci yang diambil adalah:

- Lembaga Pendidikan Modern

- Unik/Kreatif

- Muhammadiyah

Ketiga kata kunci tersebut akan menjadi satu kesatuan pada

perancangan logo Darul Arqam. Elemen logo terdiri dari picture mark

dan letter mark.

Pada picture markobjek yang digunakan adalah huruf arab „ARQAM‟.

Objek ini dipilih karena huruf (bahasa arab) adalah awal mula dan

motivasi didirikannya Darul Arqam. Untuk mempresentasikan modern,

berpikir rasional, dan moderat, bentuk huruf „ARQAM‟ dibentuk dari

objek-objek geometri dengan konstruksi perhitungan yang jelas. Unik

dan kreatif terdapat ada dua titik di huruf yang mempunyai arti

ambigu dengan objek buku sebagai pedoman/sumber ilmu. Serta

cahaya Muhammadiyah yang disederhanakan kedalam bentuk yang

lebih simpel.

3.4. Studi Visual

Studi visual dilakukan untuk memperoleh elemen pembentuk logo

berupa bentuk, garis, warna, dan huruf, yang sesuai dengan

(43)

41

3.4.1. Garis

Jenis garis yang digunakan berupa garis-garis pembentuk objek

geometri berupa horizontal, vertical, diagonal, serta bentuk linkar dan

sudut siku pada garis sudut. Garis ini merupakan pembentuk gambar

teknik seperti yang digunakan pada beberapa pelajaran sekolah

khususnya pada pelajaran ilmu pengetahuan alam, seperti pada

matematika dan fisika.

Gambar 3.1. Studi Garis

3.4.2. Bentuk

Bentuk perancangan logo berdasarkan pada sifat rasional dengan

menggunakan bentuk-bentuk geometris seperti segi empat, bulat,

segitiga dengan perhitungan yang jelas dengan menggunakan system

grida. Bentuk-bentuk ini pun digunakan seperti pada beberapa

pelajaran sekolah khususnya pada pelajarang ilmu pengetahuan

alam, seperti pada matematika dan fisika.

(44)

42

Gambar 3.3. Sistem grida pada Picture mark logo Darul Arqam

3.4.3. Warna

Warna didasarkan pada studi indicator, dengan kesimpulan warna

yang digunakan adalah warna-warna cerah seperti hasil studi warna di

bawah:

(45)

43 Warna yang dipilih adalah:

Gambar 3.5. Identitas Warna

Penjelasan Warna:

- Charteuse (C100 Y40) merupakan warna cerah, kontas, hangat.

sebagai gambaran dari sifat bersinar.

- Dark Blue (Pantone 295 C) sebagai objek yang diterangi yang

merupakan identitas Muhammadiyah.

- Torquoise (C60 Y20) merupakan warna trend 2011, dan

digunakan sebagai warna tambahan pada aplikasi.

3.4.4. Huruf

Huruf pada logo menggunakan jenis font „Titillium Text 22L Xb‟. Font

yang dipilih merupakan jenis huruf yang mudah dibaca, mewakili sifat

(46)

44 Untuk keperluan headline dan judul digunakan jenis font „Titillium Text

22L Rg‟. Jenis huruf ini mengikuti jenis huruf yang digunakan pada

logo untuk menjaga konsistensi identitas huruf Darul Arqam

(47)

45

3.5. Logo Utama

Gambar 3.6. Logo Utama

3.5.1. Sistem Grida

Picturemark secara keseluruhan

(48)

46 Objek Cahaya

Gambar 3.8. Picture mark cahaya

Objek Kitab/Buku

Gambar 3.9. Picture mark kitab

Objek „ARQAM‟

(49)

47

3.5.2. Variasi Tata Letak Logo

Untuk mengakomodir berbagai aplikasi, maka dibuatkan beberapa

penempatan logo (antara picture mark dan letter mark). Hal ini

disebabkan berbagai media aplikasi mempunyai bentuk dasar dan

ukuran yang berbeda-beda.

Rata Kanan Vertikal Rata Tengah Vertikal

Rata Kiri Horisontal

Horisontal

(50)

48

3.5.3. Variasi Warna Logo

Untuk mengakomodasi berbagai aplikasi dengan warna yang berbeda,

maka dibuatkan variasi warna.

(51)

49

3.5.4. Penggunaan Logo yang Salah

Untuk menjaga konsistensi logo, maka diberikan contoh-contoh

penggunaan logo yang tidak diperbolehkan

Gambar 3.11 Penggunaan logo yang salah

Penggunaan logo yang salah berupa:

1. Memakai warna lain selain warna yang ditentukan

2. Menempel logo di ujung area

3. Merubah proporsi logo

4. Menambah bayangan

5. Menyimpan logo di atas gambar yang penuh warna

(52)

50

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1. Perlengkapan Kantor

4.1.1. Amplop

Amplop digunakan untuk menjaga keaslian dan keutuhan dalam hal

administrasi. Untuk memudahkan dalam penulisan tujuan surat, maka

dibuat area kosong dengan menggunakan plastik bening. Selain

melibatkan logo, ditambahkan pula elemen dengan identitas warna

dan bentuk dari Darul Arqam.

Gambar 4.1. Amplop

Bahan : HVS & plastic bening.

Teknik Cetak : Offset & Cutting

(53)

51

4.1.2. Kop Surat

Kop surat yang resmi dibuat untuk menjaga keaslian surat yang

bersumber dari pihak pondok. Pada kop surat, penulisan keterangan

kantor, alamat, telepon, dan website disimpan di area bawah.

Gambar 4.2. Kop surat

Bahan : HVS

Teknik Cetak : Offset

(54)

52

4.1.3. Stempel

Pada stempel, varias warna yang diambil adalah charteuse dan

torquise, hal ini dilakukan agar tanda tangan tetap terlihat jelas.

Gambar 4.3. Stempel

Jenis : Stempel multi warna

(55)

53

4.1.4. Map

Map digunakan untuk memudahkan penertiban administrasi. Area

label dibuat sengaja disimpan di kanan atas agar memudahkan

pengguna dalam mencari data yang dicari.

Gambar 4.4. Map

Bahan : Art Paper

Teknik Cetak : Offset

(56)

54

4.2. Atribut

4.2.1. Seragam Sekolah

Seragam sekolah berupa jas, kemeja, celana panjang, serta dasi. Jas

dan dasi dengan variasi warna dari logo darul Arqam berguna sebagai

identitas almamater yang khas, serta disesuaikan dengan kondisi Kota

Garut yang dingin terutama ketika suasana pembelajaran di subuh

hari.

Gambar 4.5. Seragam sekolah

Bahan kain : Cotton

Emblem : Bordir komputer

(57)

55

4.2.2. Seragam Olahraga Umum

Seragam olahraga dibuat dengan bahan dan warna yang nyaman.

Khusus pada seragam putri, logo Darul Arqam tetap berukuran besar

tetapi dibuat di area lengan agar menghindari masyarakat untuk

melihat ke daerah badan. Untuk manguatkan identitas warna,

dibuatkan polet kombinasi warna identitas darul Arqam pada arena

celana.

Gambar 4.6. Seragam olahraga umum

Bahan kain : TC & Paragon

(58)

56

4.2.3. Seragam Basket

Pada seragam basket, dirancang dua jenis seragam, untuk tingkat

tsanawiyah menggunakan kombinasi warna dark blue + Torquoise,

sedangkan untuk tingkat aliyah menggunakan kombinasi dark blue +

charteuse.

Gambar 4.7. Seragam basket

Bahan kain dasar : Paragon

Bahan nomor : Planel

(59)

57

4.2.4. Kain Batik

Kain batik digunakan untuk pembuatan seragam batik pengajar.

Pattern yang digunakan berupa logo-logo Darul Arqam yang disusun.

Gambar 4.8. Kain Batik

Bahan kain : Mori

(60)

58

4.2.5. ID Card

a. Penyelenggara

Berguna untuk membedakan jabatan dari pihak penyelenggara.

Gambar 4.9. ID card pengajar

b. Santri

Berguna sebagai bukti bahwa santri yang bersangkutan benar-benar

bersekolah di Darul Arqam.

Gambar 4.10. ID card santri

Bahan : Plastik PVC

Teknik Cetak : Digital Print

Ukuran : 8 x 5 cm2

(61)

59

4.3. Merchandise

4.3.1. T-Shirt

T-Shirt dibuat untuk mengakomodir semua pihak penghuni dalam

keadaan informal. Bisa digunakan dimana saja sesuai keinginan.

Tersedia dalam dua jenis variasi t-shirt.

Gambar 4.11. T Shirt

Bahan : Cotton Combat 24s

(62)

60

4.3.2. Sticker Cutting

Sticker Cutting berguna untuk memberikan identitas Darul Arqam

pada material benda keras. Seperti pada mobil, kaca, dan material

benda keras lainnya.

Gambar 4.12. Sticker Cutting

Bahan : Scotlite

(63)

61

4.3.3. Gantungan Kunci

Gantungan digunakan untuk santri, penyelenggara untuk manandai

kunci lemari, ruangan, dan benda lain. Gantungan ini pula dilengkapi

dengan area kosong yang bisa diberi tulisan sebagai name tag.

Gambar 4.13. Stempel

Bahan : Plastik PVC

Teknik Cetak : Offset

(64)

62

4.3.4. Pin

Pin berguna untuk memperlihatkan identitas Darul Arqam pada

material-material kain seperti baju, tas, dan bahan kain lainya.

Gambar 4.14. Pin

Jenis : Pin Resin

Bahan : Plastik Resin

(65)

63

4.4. Properti

4.4.1. Building Signage

Building Signage berguna sebagai penanda utama Pondok Pesantren

Darul Arqam. Benda ini disimpan di dekat pintu gerbang Darul Arqam

Gambar 4.15. Building signage

Bahan : Neon Box

(66)

64

4.4.2. Sign System

Sign System digunakan untuk penanda tempat seperti kelas, asrama,

serta ruangan-ruangan lainnya.

Gambar 4.16. Sign System

(67)

65

4.4.3. Mobil Operasional

Gambar 4.17. Mobil Operasional

Bahan Cat : Duco

(68)

66

DAFTAR PUSTAKA

Dhofier, Z. (1985). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,

Jakarta: LP3ES.

Kemuhammadiyahan 1: Untuk Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah

(Cetakan 4). (2003). Yogyakarta, Indonesia: Pustaka SM.

Kemuhammadiyahan 3: Untuk Sekolah Menengah Umum Muhammadiyah

(Cetakan 4). (2003). Yogyakarta, Indonesia: Pustaka SM.

Profil Sekolah Kader Muhammadiyah: Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah

Garut. (2008). Garut, Indonesia: CV. Restu Budaya Parahyangan.

Rustan, S. (2009). Mendesain Logo, Jakarta, Indonesia: Gramedia.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Republik Indonesia.

Wheeler, A. (2006). Designing Brand Identity: A Complete Guide to Creating,

Building, and Maintaining Strong Brands, New York, USA: John Wiley &

Sons, Inc.

Wiryawan, M.B. (2008). Kamus Brand A-Z, Jakarta, Indonesia: Red & White

(69)

67 Profil Muhammadiyah. Tersedia di:

(70)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Zaki Fitria

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 7 Mei 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. H. Anwar Gg. H. Rasti No. 141

Rt. 04 Rw. 06 Cijerah Bandung 40212

Telepon : 08562380212

Email : zakifitria@yahoo.com

Warga Negara : Indonesia

Riwayat Pendidikan

SDN Pasirkaliki 51 Bandung : 1995-2001

MTs Darul Arqam Garut : 2001-2004

Gambar

Gambar 2.1. Cakupan brand menurut Alinna Weeler
Gambar 2.4. Logo Muhammadiyah
Tabel 2.1. Amal usaha Muhammadiyah
Gambar 2.5. Logo Darul Arqam
+7

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran Matematika Berbasis Al Qur’an di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 9 Gemuh Pondok Pesantren Darul Arqam 4 Ringinarum Kendal..

Proses pembelajaran matematika yang selama ini terjadi pada Sekolah. Menengah Pertama Muhammadiyah 9 Gemuh Pondok Pesantren

Sehingga dengan model pembelajaran yang telah diterapkan, Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen sudah mampu untuk menjawab tuntutan masyarakat yang

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana pola pendidikan yang dipilih pondok pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen

penelitian tentang strategi pondok pesantren modern dalam membentuk. kepribadian santriwati di Pondok Modern Darul Hikmah Tulungagung

Adapun populasi dan sampel penelitian ini yaitu: Santri, Pembina, dan direktur Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara Sulawesi Selatan Adapun hasil

Adapun populasi dan sampel penelitian ini yaitu: Santri, Pembina, dan direktur Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara Sulawesi Selatan Adapun hasil

Suharudin: Manajemen, Sumber daya Manusia di Pondok Pesantren Modern Darul Istiqamah dan Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih Barabai)., di bawah bimbingan (I)