• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALUR GANDA BLAMBANGANUMPU-GIHAM ANTARA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN PT WASKITA KARYA (PERSERO) Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALUR GANDA BLAMBANGANUMPU-GIHAM ANTARA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN PT WASKITA KARYA (PERSERO) Tbk"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALUR GANDA BLAMBANGANUMPU-GIHAM ANTARA PT KERETA API INDONESIA

(PERSERO) DENGAN PT WASKITA KARYA (PERSERO) Tbk Oleh

OCKTARIA TRIRANTI

Jasa konstruksi sangat berperan dalam kemajuan pembangunan nasional dimana pembangunan sarana dan prasarana yang kian pesat menjadi salah satu bukti pentingnya peran jasa konstruksi termasuk dalam hal pembangunan jalur ganda rel kereta api Blambanganumpu-Giham yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Hal ini menimbulkan adanya hubungan hukum antara kedua belah pihak yang diikat dengan perjanjian pekerjaan konstruksi yang sebelumnya dilakukan proses pemilihan penyedia jasa yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Permasalahan hukum dalam penelitian ini adalah pertama, proses pemilihan penyedia jasa yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada pekerjaan konstruksi Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham dan kedua, hubungan kontraktual antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk dalam perjanjian pekerjaan konstruksi Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham.

Penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, dengan tipe penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. serta pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan studi dokumen. Pengolahan data dilakukan dengan cara seleksi data, pemeriksaan data, klasifikasi data dan penyusunan data. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif.

(2)

Ocktaria Triranti

langsung dengan nilai pekerjaan sebesar Rp 57.337.844.642,- (lima puluh tujuh milyar tiga ratus tiga puluh tujuh juta delapan ratus empat puluh empat ribu enam ratus empat puluh dua rupiah) yang dibuktikan dengan Surat Keputusan Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero) No. KEP.07/P.3/PL/INV/DR.III/II/2013 telah sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Kedua, Hubungan hukum kontraktual antara kedua belah pihak dibuktikan dengan adanya perjanjian tentang Pembangunan Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham di Divre III Sumatera Selatan Nomor: HK.222/III/10/KA-2013 yang sesuai dengan Buku III KUH Perdata tentang Ketentuan Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, serta Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi. Aspek jaminan pada pengikatan pekerjaan konstruksi yang terdiri dari jaminan penawaran, jaminan pelaksanaan dan jaminan pemeliharaan yang ketiganya termuat dalam perjanjian pekerjaan pembangunan jalur ganda Blambanganumpu-Giham.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Ocktaria Triranti dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 29 Oktober 1992, yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Berman Hamzah dan Ibu Tritura Ekawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak Kartini Kota Bandar Lampung pada tahun 1998. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Al-Azhar Bandarlampung. Lalu penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2007 dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Darma Bangsa Bandarlampung pada tahun 2010. Dengan mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa melalui jalur Ujian Mandiri akhirnya penulis diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2010.

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-NYA, maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan dan jerih payahku,

aku persembahkan sebuah karya ini kepada:

Kedua orang tuaku, Papi (Berman Hamzah) Mami (Tritura Ekawati) yang kuhormati, kusayangi dan kucintai. Terima kasih untuk setiap pengorbanan, kasih

sayang, kesabaran yang tulus serta do’a yang mengiringi demi keberhasilanku

Adik-adikku, Dinda Anna Zatika, Dani Muhamad Fajar, Nurul Fadhila, Salma Syakira Azzahra yang telah memberikan dukungan dan semangatnya

Almamater tercinta Universitas Lampung.

(8)

MOTO

“Meskipun hukum-hukum sudah dituliskan, bukan berarti tidak dapat diubah.” (Aristoteles)

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamiin. Segala puji syukur hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan seluruh alam yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan judul: “Pengikatan Pekerjaan Konstruksi Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham Antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) Dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk”.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

(10)

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum.. selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung; 3. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah mencurahkan

segenap pemikirannya, memberikan bimbingan baik kritik maupun saran dan meluangkan waktunya sehingga proses penyelesaian skripsi dapat berjalan dengan baik;

4. Bapak Depri Liber Sonata, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah mencurahkan segenap pemikirannya, membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran untuk meluangkan waktunya sehingga proses penyelesaian skripsi dapat berjalan dengan baik;

5. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum., dan Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum., sebagai Pembahas I dan Pembahas II yang telah banyak memberikan kritikan, koreksi, dan masukan yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

(11)

8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu dalam proses akademis dan kemahasiswaan selama penulis menyelesaikan studi;

9. Teristimewa untuk Papi dan Mami yang telah menjadi orangtua terhebat yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tidak pernah putus untuk kebahagiaan dan kesuksesanku. Terima kasih atas segalanya semoga kelak dapat membahagiakan, membanggakan, dan selalu bisa menjadi alasan dibalik senyum tawa kalian;

10. Adik-adikku, Dinda Anna Zatika, Dani Muhamad Fajar, Nurul Fadhila, Salma Syakira Azzahra terima kasih untuk perhatian dan semangatnya. Serta seluruh keluarga besarku terima kasih atas dukungan dan doa yang selama ini telah diberikan;

11. Akhmad Nopriansyah, terima kasih untuk semua kesabaran, nasihat, dukungan, perhatian, dan yang selalu meluangkan waktunya untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk selalu berusaha hadir; 12. Sahabat-sahabatku, Faraztya Purnama Sari, Ninda Agistia dan Sayori Rahayu

terima kasih untuk kebersamaan, bantuan, canda, dan semangatnya selama ini. Semoga kita semua sukses;

13. Teman-teman seperjuangan di kampus, Devy, Ayu, Vega, Windy, Ghea, Zella, Bunga, Andin, Riris, terima kasih untuk kebersamaan, bantuan, canda, dan semangatnya selama ini. Semoga kita semua sukses;

(12)

15. Teman-teman dPC, Gisna, Arin, Desta, Fraya, Heisha, Itqoh, Silvia, Vega, Via, Yournety, terima kasih untuk dukungan, bantuan, canda dan semangatnya selama ini. Semoga kita semua sukses;

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya;

17. Almamaterku tercinta dan Keluarga Besar HIMA PERDATA beserta seluruh Mahasiswa Fakultas Hukum Unila Angkatan 2010 “VIVA JUSTICIA”.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Kritik dan Saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

JUDUL DALAM ……….. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ……… iv

HALAMAN PENGESAHAN ………. v

RIWAYAT HIDUP ……….. vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTO ……… viii

SANWACANA ………. ix

DAFTAR ISI ………. xiii

I. PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ……… 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……… 7

II.TINJAUAN PUSTAKA……… 9

A. Hukum Perjanjian…..……….……… 9

1. Pengertian Perjanjian ……… 9

2. Asas-Asas Perjanjian .……….. 12

3. Syarat Sah Perjanjian ……… 14

4. Akibat Perjanjian ……….. 15

5. Jenis Perjanjian ……… 17

B. Hukum Jasa Konstruksi ……… 18

1. Sejarah Jasa Konstruksi ……… 18

(14)

3. Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi ……….. 23

4. Kontrak Kerja Konstruksi ……….. 26

5. Hukum Jaminan Pada Pelaksanaan Jasa Konstruksi……… 28

III. METODE PENELITIAN ……… 33

A. Pendekatan Masalah ……….. 33

B. Tipe Penelitian ……….. 34

C. Data dan Sumber Data ……… 34

D. Metode Pengumpulan Data ……… 36

E. Pengolahan Data …..………... 36

F. Analisis Data ……… 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 38

A. Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi Pada Pembangunan Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham …….……… 38

1. Dasar Hukum Pemilihan Penyedia Jasa..……….. 38

a. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi ……… 39

b. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ………. 41

c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan PraktikMonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ………..……… 43

2. Proses dan Tahap Pemilihan Penyedia Jasa ………. 46

(15)

2. Ruang Lingkup Perjanjian ……….………. 53

3. Hak dan Kewajiban Para Pihak ……… 60

4. Aspek Jaminan Pada Pengikatan Pekerjaan ……….. 62

V. PENUTUP………. 66

Kesimpulan………. 66 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Risalah Tender PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divre III Sumatera Selatan

Perjanjian tentang Pembangunan Jalur Ganda

(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Sebaliknya, berhasilnya pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan masyarakat.1

Pada saat ini seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, maka diperlukan adanya sarana dan prasarana yang dapat memudahkan serta menunjang kegiatan masyarakat. Untuk terwujudnya sarana dan prasarana yang memadai guna menunjang kegiatan masyarakat, banyak para pihak yang menawarkan jasa untuk melakukan pekerjaan pembangunan yang dikenal dengan istilah jasa konstruksi.

Pengertian jasa konstruksi yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi adalah jasa yang menghasilkan prasarana dan sarana fisik, jasa tersebut meliputi kegiatan studi, penyusunan rencana teknis/rancang bangun, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaannya. Mengingat bahwa prasarana dan sarana fisik merupakan landasan pertumbuhan sektor-sektor dalam

1

(17)

pembangunan nasional serta kenyataan bahwa jasa konstruksi berperan pula sebagai penyedia lapangan kerja, maka jasa konstruksi penting dalam pembangunan nasional.2

Jasa konstruksi merupakan salah satu bukti nyata berkembangnya pembangunan di Indonesia yang memiliki peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya pembangunan nasional.3 Salah satu contoh dari pembangunan nasional itu sendiri yaitu bentuk pembangunan fisik yang salah satunya pembangunan jalur ganda kereta api. Bidang jasa konstruksi diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 dimana Undang-Undang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bentuk produk hukum nasional yang luar biasa karena substansi yang berkenaan dengan segala aspek jasa konstruksi diatur secara lengkap.

Pengikatan pekerjaan konstruksi meliputi pemilihan penyedia jasa dan perjanjian jasa konstruksi. Pemilihan penyedia jasa pada pengikatan dalam jasa konstruksi dilakukan dengan cara pelelangan umum atau pelelangan terbatas dan hanya boleh diikuti oleh peserta lelang yang telah lulus prakualifikasi. Namun, dalam hal tertentu dapat pula dilakukan dilakukan dengan pemilihan langsung atau penunjukan langsung. Selanjutnya setelah ditentukan pemenang tender sebagai penyedia jasa, pengguna jasa dan penyedia jasa membuat kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah kontrak kerja konstruksi.

2

http://trinela.wordpress.com/2009/03/14/industri-jasa-konstruksi/ diakses pada tanggal 2 Februari 2014, 20.45 WIB

3

(18)

Hubungan hukum antara penyedia jasa dan pengguna jasa konstruksi diikat dengan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian pekerjaan konstruksi. Perjanjian pekerjaan konstruksi diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Pekerjaan Konstruksi menurut Pasal 1 Angka 2 (dua) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Perjanjian pekerjaan konstruksi merupakan perjanjian timbal balik, karena perjanjian tersebut memberikan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. Perjanjian pekerjaan konstruksi lahir dari suatu kesepakatan yang melahirkan kewajiban bagi orang perseorangan ataupun badan hukum dalam hubungan hukum lapangan harta kekayaan.4 Pemborong yang selanjutnya disebut sebagai penyedia jasa haruslah memenuhi kewajiban kepada pemberi pekerjaan yang selanjutnya disebut sebagai Pengguna jasa, begitupun sebaliknya pengguna jasa harus memenuhi kewajiban dan melengkapi apa yang menjadi hak bagi penyedia jasa.

Dalam perjanjian pekerjaan konstruksi selalu terdapat pihak-pihak yang terikat dengan perjanjian pekerjaan konstruksi dan tidak terikat secara langsung dengan perjanjian pekerjaan konstruksi. Pihak pihak tersebut disebut peserta dalam perjanjian pekerjaan konstruksi. Adapun peserta dalam perjanjian pekerjaan jasa

4

(19)

konstruksi tersebut adalah pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan seperti pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi sedangkan penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi.5

Pengguna jasa harus memiliki kemampuan membayar biaya pekerjaan konstruksi yang didukung oleh dokumen pembuktian dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan bukan bank. Bukti kemampuan membayar tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk lain yang disepakati dengan mempertimbangkan lokasi, tingkat kompleksitas, besaran biaya, atau fungsi bangunan, yang dituangkan dalam perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan penyedia jasa.6

Penyedia jasa terdiri atas perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi. Layanan jasa yang disediakan oleh penyedia jasa dilakukan oleh tiap-tiap penyedia jasa secara terpisah dalam pekerjaan konstruksi. Layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dapat dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan besaran pekerjaan atau biaya, penggunaan teknologi canggih, serta resiko besar bagi para pihak ataupun kepentingan umum dalam satu pekerjaan konstruksi.

5

Pasal 1 Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

6

(20)

Secara garis besar peraturan-peraturan mengenai pengikatan pekerjaan konstruksi yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Bab 7A Buku III KUH Perdata yang berjudul “Perjanjian Kerja”, Pasal 1601 huruf b, Pasal 1604 sampai

dengan Pasal 1616. Ketentuan umum perjanjian pekerjaan konstruksi yang diatur dalam KUH Perdata ini berlaku sebagai hukum pelengkap.

b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi pada Bab IV yang berjudul “Pengikatan Pekerjaan Konstruksi”, Bagian Ketiga tentang Kontrak Kerja Konstruksi Pasal 22 Angka 1 sampai dengan angka 8.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada Bab IV yang berjudul “Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi”, Pasal 24 sampai dengan Pasal 29.

d. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada Bab VI yang berjudul “Pengadaan Barang/Jasa Melalui

Penyedia Barang/Jasa, Bagian Kelima tentang Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

(21)

Berdasarkan uraian diatas, Penulis mengungkapkan melalui karya tulis yang berbentuk skripsi ini, yang berjudul “Perjanjian Pekerjaan Konstruksi Jalur

Ganda Blambanganumpu-Giham antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero), Tbk”

B.Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah proses pemilihan penyedia jasa yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada pekerjaan konstruksi Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham ?

b. Bagaimanakah hubungan kontraktual antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero) dalam perjanjian pekerjaan konstruksi Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham ?

2. Ruang Lingkup

a. Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah hubungan hukum masing-masing pihak serta perjanjian jasa konstruksi yang terkait dengan pekerjaan konstruksi pada jalur ganda Blambanganumpu-Giham. Bidang ilmu ini adalah hukum keperdataan, khususnya Hukum Jasa Konstruksi.

b. Ruang Lingkup Objek Kajian

(22)

Waskita Karya (Persero) sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi.

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan memahami proses pemilihan penyedia jasa oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) terhadap PT Waskita Karya (Persero). b. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan kontraktual masing-masing

pihak.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun kegunaan penelitian ini diantaranya:

a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum keperdataan khususnya dalam lingkup hukum jasa konstruksi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya untuk mengkaji objek yang sama.

b. Secara Praktis

(23)
(24)

A. Hukum Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Hukum perikatan merupakan bagian dari hukum harta kekayaan. Dalam sistematika ilmu pengetahuan hukum, harta kekayaan diatur dalam buku III yang mencakup hubungan antara orang dan benda, hubungan antara orang dan orang. Sedangkan hukum yang mengatur hubungan antara orang dan orang diatur dalam buku III tentang perikatan.

Perikatan adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda “verbintenis”.

Perikatan artinya hal yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain.1 Hal yang mengikat adalah suatu peristiwa hukum yang dapat berupa perbuatan, kejadian, dan keadaan. Peristiwa hukum tersebut menciptakan hubungan hukum. Perikatan lahir karena suatu persetujuan atau karena Undang-undang.2

Hubungan hukum yang timbul diantara pihak-pihak yang terlibat dalam perikatan tersebut melahirkan hak dan kewajiban yang kemudian menimbulkan istilah “prestasi”, yaitu sesuatu yang dituntut oleh salah satu pihak kepada pihak yang

1

Abdulkadir Muhammad,Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti 2000), hlm.198

2

(25)

Berdasarkan penjelasan diatas, perikatan melahirkan “kewajiban” kepada orang

perseorangan atau pihak tertentu yang dapat berwujud salah satu dari tiga bentuk berikut, yaitu :

a. Untuk memberikan sesuatu; b. Untuk melakukan sesuatu;

c. Untuk tidak melakukan suatu tertentu.

Perjanjian atauVerbintenis mengandung pengertian yaitu suatu hubungan Hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.4

Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dapat dikatakan peristiwa dimana dua orang atau lebih saling mengikrarkan diri untuk berbuat sesuatu. Definisi perjanjian batasannya telah diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menyatakan bahwa, “Suatu perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Definisi perjanjian yang diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut sebenarnya tidak lengkap karena terdapat beberapa

3

Solahudin,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2008)

4

(26)

a. Hanya menyangkut sepihak saja.

b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. c. Pengertian perjanjian terlalu luas.

d. Tanpa menyebut tujuan.

Berdasarkan alasan-alasan diatas maka perjanjian dapat dirumuskan sebagai berikut :“Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta

kekayaan.”

Selain itu beberapa sarjana merumuskan definisi perjanjian, yaitu : a. Subekti

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.6

b. Abdulkadir Muhammad

Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.7 Berdasarkan definisi perjanjian diatas, maka dapat disimpulkan yang menjadi unsur-unsur dalam suatu perjanjian adalah :

1) Adanya pihak-pihak

2) Adanya konsensus atau persetujuan dari pihak-pihak 5

Abdulkadir Muhammad.Op.Cit.hlm.224

6

R. Soebekti,Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 1979), hlm. 1

7

(27)

5) Ada bentuk tertentu, baik secara lisan maupun tulisan 6) Adanya syarat-syarat tertentu.

2. Asas-Asas Perjanjian

a. Asas Personalitas

Pada prinsipnya asas personalitas menentukan bahwa suatu perjanjian berlaku bagi parapihak yang membuatnya saja. Ketentuan mengenai asas ini tercantum dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata.

Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi :

Pada umumnya seseorang yang tidak mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.

Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk dirinya sendiri.

Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi :

1) Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya; 2) Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.

b. Asas Kebebasan Berkontrak

(28)

undang-Setiap perjanjian yang dibuat dengan sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pembuatnya. Rumusan ini dapat ditemukan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang dipertegas kembali dengan ketentuan ayat (2) yang menyatakan bahwa perjanjian yang telah disepakati tersebut tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.9

c. Asas Konsesualitas

Asas konsesualitas mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat (konsensus) antara pihak-pihak mengenai pokok perajnjian. Sejak saat itu perjanjian mengikat dan mempunyai akibat hukum. Suatu kesepakatan lisan diantara para pihak telah mengikat para pihak yang telah bersepakat secara lisan tersebut, dan oleh karena ketentuan ini mengenai kesepakatan lisan diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka rumusan tersebut dianggap sebagai dasar asas konsesualitas dalam hukum perjanjian.

d. Asas Kekuatan Mengikat

Setiap perjanjian yang dibuat adalah mengikat para pihak yang membuat dan belaku seperti undang-undang bagi para pihak. Asas ini berarti bahwa perjanjian hanya berlaku bagi para pihak yang membuatnya. Hal ini terdapat dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan “Semua perjanjian dibuat secara

"sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuat”. 8

Abdulkadir Muhammad,Hukum Perikatan,hlm. 87

9

(29)

bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas itikad baik ini ada yang subyektif dan ada pula yang obyektif.

3. Syarat Sah Perjanjian

Suatu perjanjian dinyatakan sah, apabila telah dipenuhi 4 syarat seperti yang ditegaskan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :

a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. Suatu pokok persoalan tertentu;

d. Suatu sebab yang tidak terlarang.

Dua syarat yang pertama yaitu poin (a) dan poin (b) dinamakan syarat subjektif, dikarenakan mengenai pihak-pihak dalam suatu perjanjian atau subjek yang mengadakan perjanjian. Sedangkan dua syarat terkahir yaitu poin (c) dan poin (d) dinamakan syarat objektif, dikarenakan mengenai perjanjian itu sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.10

1) Syarat yang pertama yaitu sepakat, dimaksudkan bahwa kedua pihak yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau seiya-sekata mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan itu.11

10

http://www.blogprinsip.blogspot.com/2012/10/syarat-syarat-sahnya-suatu-perjanjian.html diakses pada tanggal 15 Februari 2014, 10.35 WIB

11

(30)

sudah dewasa atau akilbaliq dan sehat pikirannya, adalah cakap menurut hukum.12 3) Syarat yang ketiga yaitu harus mengenai suatu hal tertentu, artinya adalah apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya. Bahwa barang itu sudah ada atau sudah berada di tangan pihak yang berutang pada waktu perjanjian dibuat dan tidak diharuskan oleh undang-undang.13

4) Syarat keempat yaitu adanya sebab yang halal, sebab dalam hal ini dimaksudkan bahwa tidak ada lain dari pada isi dari perjanjian, sebab itu adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian yang termaksud.14

4. Akibat Perjanjian

Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian15. Akibat dari suatu perjanjian adalah sebagai berikut:16

12

ibid

13

Ibid, hlm.19

14

Ibid

15

http://desinaya.blogspot.com/2011/03/blog-post.html diakses pada tanggal 10 April 2014, 20.56 WIB

16

(31)

bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat hanya berlaku di antara para pihak yang membuatnya. Hal ini berarti bahwa setiap perjanjian, hanya membawa akibat berlakunya ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata bagi para pihak yang terlibat atau yang membuat perjanjian tersebut.

2. Mengenai Kebatalan Atau Nulitas Dalam Perjanjian

Suatu perjanjian yang dibuat apabila tidak memenuhi salah satu atau lebih persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka perjanjian tersebut menjadi tidak sah, yang berarti perjanjian itu terancam batal. Berikut ini adalah macam-macam kebatalan, yaitu :

a. Perjanjian yang Dapat Dibatalkan

Perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan jika perjanjian tersebut dalam pelaksanannya akan merugikan pihak-pihak tertentu. Pembatalan tersebut dapat dilakukan oleh salah satu pihak dalam perjanjian dan dapat dimintakan apabila tidak telah terjadi kesepakatan bebas dari pihak yang membuat perjanjian (Pasal 1321 sampai dengan Pasal 1328 KUH Perdata) dan salah satu pihak dalam perjanjian tidak cakap untuk bertindak hukum (Pasal 1330 sampai dengan 1331 KUH Perdata).

b. Perjanjian yang Batal Demi Hukum

(32)

individu orang perorangan tertentu saja; dan disebut mutlaj jika kebatalan tersebut berlaku umum terhadap seluruh anggota masyarakat tanpa kecuali. Perjanjian yang dapat dibatalkan dapat saja berlaku relatif atau mutlak, meskipun tiap-tiap perjanjian yang batal demi hukum psati berlaku mutlak.

5. Jenis Perjanjian

Beberapa jenis perjanjian akan diuraikan seperti berikut ini berdasarkan kriteria masing-masing, yaitu :17

a. Perjanjian Timbal Balik dan Sepihak

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang mewajibkan kedua belah pihak berprestasi secara timbal balik, seperti halnya pada perjanjian jual-beli, sewa-menyewa dan tukar-menukar. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang satu berprestasi dan memberi hak kepada pihak yang lain untuk menerima prestasi. Contohnya yaitu hibah (Pasal 1666 KUH Perdata) dan perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792 KUH Perdata).

b. Perjanjian Bernama dan Tidak Bernama

Perjanjian bernama adalah perjanjian yang sudah memiliki nama sendiri, yang dikelompokkan sebagai perjanjian-perjanjian khusus dan jumlahnya terbatas, misalnya jual-beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, pertanggungan, pengangkutan. Sedang perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak mempunyai nama

17

(33)

c. Perjanjian Obligatoir dan Kebendaan

Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak dan belum memindahkan hak milik. Sedang perjanjian kebendaan adalah perjanjian untuk memindahkan hak milik dalam jual-beli, sewa-menyewa, dan tukar-menukar.

d. Perjanjian Konsensual dan Riil

Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang timbul baru dalam taraf melahirkan hak dan kewajiban saja bagi kedua belah pihak dimana tujuan dari perjanjian tersebut baru tercapai apabila ada tindakan realisasi hak dan kewajiban tersebut. Perjanjian riil adalah perjanjian yang terjadinya sekaligus dengan realisasi tujuan perjanjian, yaitu pemindahan hak.

B. Hukum Jasa Konstruksi

1. Sejarah Jasa Konstruksi

(34)

1. Periode 1945-1950

Pada periode ini industri jasa konstruksi belum bangkit, karena Indonesia masih disibukkan dengan usaha Belanda yang ingin menjajah Indonesia kembali.Selama pemerintahan Belanda di Indonesia semua bentuk kemajuan seperti teknologi dan

sumber daya manusia didatangkan dari Eropa. Tahun 1950 Indonesia kembali

menjadi Negara Kesatuan RI dengan membubarkan negara Republik Indonesia

Serikat (RIS) sebagai hasil Konferensi Meja Bundar. Pada periode ini masih

belum terdapat pembangunan atau industri jasa konstruksi. Perusahaan yang

bergerak di bidang jasa konstruksi juga tidak begitu banyak sekitar 6 buah dan

merupakan anak perusahaan dengan induknya berada di Belanda, seperti NV de

Hollandshe Beton Maatschappij, NV Associatie, NV Nederlandshe Aanneming

Maatschappij, NV Volker Aanneming Maatschappij, NV Vies & Co, dan

lain-lain.18

2. Periode 1951-1959

Dari tahun 1951 hingga 1959 Pemerintahan yang menggunakan sistem Kabinet

Parlementer tidak pernah stabil. Kabinet silih berganti dalam hitungan bulan.

Usaha pemerintah mengadakan Pemilu Pertama (1955) berhasil membentuk

Konstituante namun tidak berhasil/gagal membuat UUD yang baru. Pada periode

ini industri jasa konstruksi tetap masih belum bangkit dan masih berskala kecil.19

18

Nazarkhan Yasin,Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, (PT Gramedia Pustaka Utama), hlm. 6

19

(35)

dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dimungkinkan karena adanya kestabilan di

bidang politik, ekonomi dan keuangan. Lembaga pemerintah mulai melaksanakan

pembangunan yang memberikan titik awal kebangkitan Jasa Konstruksi Nasional.

Pada saat Indonesia mulai membangun yaitu pada awal periode 1965 dialami

beberapa kesulitan antara lain teknologi, manajemen, dan tenaga terampil serta

ahli padahal pembangunan tidak mungkin ditunda-tunda lagi.20

Para penyedia jasa/Kontraktor Pelaksana pada umumnya adalah Perusahaan

Negara (PN) yang berasal dari Perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasikan

oleh Pemerintah, seperti NV Hollandshe Beton (sekarang PT Hutama Karya), NV

Associatie (sekarang PT Adhi Karya), Nederlandshe Aanneming Maatschappij

(sekarang PT Nindya Karya). Volker Aanneming Maatschappij (sekarang PT

Waskita Karya) dan lain-lain. Pekerjaan langsung ditunjuk Pemerintah (tanpa

tender). Sektor swasta belum diikutsertakan. Setelah itu, pada tahun 1966

Pemerintah melarang kontrakcost plus fee.

Dapat dikatakan bahwa kontrak konstruksi pada masa itu lebih bersifat formalitas

bukan sebagai acuan yang dapat digunakan baik oleh penyedia jasa maupun

pengguna jasa.

4. Periode 1967-1996

Pada tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program pembangunan yang

terencana. Program ini dikenal dengan nama Pembangunan Jangka Panjang Tahap

20

(36)

REPELITA I : 1969-1974

REPELITA II : 1974-1979

REPELITA III : 1979-1984

REPELITA IV : 1984-1989

REPELITA V : 1989-1994

Setelah tahun 1994 mulai memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP

II) yang dimulai dengan REPELITA VI: 1994-1999. Pada tahun 1970 merupakan

awal kebangkitan dari industri jasa konstruksi, dimulai dengan program

pembangunan yang lebih terencana serta perusahaan-perusahaan jasa konstruksi

eks Belanda yang statusnya telah berubah menjadi persero berbentuk PT yang

dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

5. Periode 1997-2002

Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter yang menyebabkan industri

jasa konstruksi mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini menyebabkan

proyek-proyek pembangunan yang tengah dilaksanakan terhenti. pengguna jasa

tidak mampu membayar penyedia jasa karena Lembaga-lembaga pembayaran

seperti Bank juga mengalami nasib yang sama. Banyak penyedia jasa yang

berasala dari sektor swasta menjadi pailit yang berakibat meningkatnya jumlah

pengangguran di Indonesia.

21

(37)

konstruksi, yaitu Undang-Undang No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi yang

diikuti dengan 3 (tiga) Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaannya,

yaitu PP No 28,29, dan 30/2000.22

2. Tahapan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan dan tahap

pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan

melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran. Penyelenggaraan

pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keamanan, keselamatan

dan keselamatan kerja, perlindungan tenaga kerja serta lingkungan setempat untuk

menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang

keteknikan, ketenagakerjaan dan tata pengelolaan lingkungan serta keharusan

untuk memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam menjamin tertib

penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.23 Tahapan-tahapan pekerjaan konstruksi

adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Lingkup tahap perencanaan pekerjaan konstruksi meliputi prastudi kelayakan,

studi kelayakan, perencanaan umum dan perencanaan teknik. Perencanaan

22Ibid

, hlm.11

23

(38)

menyerahkan hasil pekerjaan yang meliputi hasil tahapan pekerjaan, hasil

penyerahan pertama, dan hasil penyerahan akhir secara tepat biaya, tepat mutu

dan tepat waktu. Pengguna jasa wajib melakukan pembayaran atas penyerahan

hasil pekerjaan penyedia jasa secara tepat jumlah dan tepat waktu.24

b. Tahap Pelaksanaan beserta Pengawasan

Lingkup tahap pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi meliputi

pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba dan penyerahan hasil pekerjaan.

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilakukan berdasarkan perencanaan teknik yang

dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran.

Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi haruslah didukung dengan

ketersediaan lapangan, dokumen, fasilitas, peralatan dan tenaga kerja konstruksi

serta bahan/komponen bangunan yang masing-masing disesuaikan dengan

kegiatan tahap pelaksanaan dan pengawasan. Untuk pekerjaan konstruksi tertentu

wajib dilakukan uji coba atau disahkan oleh instansi yang berwenang sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku.25

3. Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi

Pemilihan penyedia jasa konstruksi berdasarkan Pasal 3 PP No 29/2000

menyebutkan bahwa pemilihan penyedia jasa dapat dilakukan dengan 4 (empat)

cara yaitu sebagai berikut :

24

Pasal 25 dan Pasal 27 PP No 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

25

(39)

berlaku untuk semua pekerjaan perencanaan dan pengawasan konstruksi, yang kemudian dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :26

1) Pengumuman;

2) Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan; 3) Penjelasan;

4) Pemasukan penawaran; 5) Evaluasi penawaran;

6) Penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan penilaian kualitas dan atau gabungan kualitas dan harga dan atau harga tetap dan atau harga terendah;

7) Pengumuman calon pemenang; 8) Masa sanggah; dan

9) Penetapan pemenang.

b. Pelelangan Terbatas

Pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan terbatas, dilakukan untuk pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi dan atau mempunyai teknologi tinggi. Adapun tata cara pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan terbatas terdiri dari:27

1) Pengumuman prakualifikasi;

2) Pemasukan dokumen prakualifikasi;

3) Evaluasi prakualifikasi dan menetapkan daftar pendek; 4) Undangan para peserta yang termasuk dalam daftar pendek; 5) Penjelasan;

6) Pemasukan penawaran; 7) Evaluasi penawaran;

8) Penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan penilaian kualitas dan atau gabungan kualitas dan harga dan atau harga tetap atau harga terendah;

9) Pengumuman calon pemenang; 10) Masa sanggah; dan

11) Penetapan pemenang. 26

Pasal 4 Ayat (1) dan ayat (3) PP No.29/2000 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

27

(40)

keadaan tertentu, yaitu :28

1) Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masih memungkinkan untuk mengadakan pemilihan langsung;

2) Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangat terbatas jumlahnya, dengan ketentuan pekerjaan hanya dapat dilakukan dengan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas;

3) Pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan atau

4) Pekerjaan yang berskala kecil.

Tata cara pemilihan penyedia jasa dengan pemilihan langsung terdiri dari : 1) Undangan;

2) Penjelasan;

3) Pemasukan penawaran;

4) Evaluasi penawaran dilakukan berdasarkan penilaian kualitas dan atau gabungan kualitas dan harga dan atau harga tetap atau harga terendah; 5) Klarifikasi dan negosiasi setelah ditentukan peringkatnya; dan

6) Penetapan pemenang.

d. Penunjukan Langsung

Pemilihan penyedia jasa dengan cara penunjukan langsung berlaku untuk:29 1) Keadaan tertentu

2) Pekerjaan yang hanya dilakukan oleh pemegang hak cipta atau pihak lain yang telah mendapat lisensi.

Adapun tata cara pemilihan Penyedia Jasa yang dilakukan dengan penunjukan langsung terdiri dari :

1) Undangan; 28

Pasal 7 Ayat (1) dan Ayat (3) PP No.29/2000 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

29

(41)

5) Penetapan pemenang.

4. Kontrak Kerja Konstruksi

Berdasarkan Pasal 1 UU No 18/1999 disebutkan bahwa kontrak kerja konstruksi

adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna

jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pada

dasarnya, kontrak kerja konstruksi dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam

pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari kontrak kerja konstsruksi untuk pekerjaan

perencanaan, pekerjaan pelaksanaan dan pekerjaan pengawasan.

Menurut ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi para pihak yang ikut serta dalam perjanjian konstruksi terdiri dari

pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau

badan seperti pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan

layanan jasa konstruksi, sedangkan penyedia jasa adalah orang perseorangan yang

kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi.30

Kontrak kerja konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 29/2000, kontrak kerja konstruksi dibedakan berdasarkan :31

a. Bentuk imbalan, yang terdiri dari lump sum, harga satuan, biaya tambah imbalan jasa, gabunganlump sum dan harga satuan, atau aliansi;

30

Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

31

(42)

c. Cara pembayaran hasil pekerjaan, yaitu sesuai kemajuan pekerjaan atau secara berkala.

Suatu kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup mengenai :32 1) Para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;

2) Rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan dan batasan waktu pelaksanaan.

3) Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, memuat jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;

4) Tenaga ahli, memuat ketentuan jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;

5) Hak dan kewajiban, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi; 6) Cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa

dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;

7) Cidera janji, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan; 8) Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak

kerja konstruksi akibat ketidaksepakatan;

9) Pemutusan kontrak kerja konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;

10) Keadaan memaksa (force majure), memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;

11) Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;

12) Perlindungan kerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial; dan

13) Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan.

32

(43)

kesepakatan dan pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan yang telah dimiliki oleh pemegang hak cipta dan hak paten dan undang-undang tentang hak paten. Kontrak kerja konstruksi juga dapat memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif, dimana insentif ini dapat berupa uang atau bentuk lainnya. Yang dimaksud dengan insentif adalah penghargaan yang diberikan kepada penyedia jasa atas prestasinya, antara lain kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih awal daripada yang diperjanjikan dengan tetap menjaga mutu sesuai dengan yang dipersyaratkan.33

5. Hukum Jaminan Pada Pelaksanaan Jasa Konstruksi

Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling atau secure of law.Pengertian hukum jaminan ini mengacu pada jenis jaminan, bukan pengertian hukum jaminan. Menurut Salim HS, hukum jaminan merupakan keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.34

Berdasarkan definisi di atas dapat ditemukan unsur-unsur sebagai berikut:35 1. Adanya kaidah hukum

2. Kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kaidah hukum tertulis dan kaidah hukum tidak tertulis.

33

http://www.hukumproperti.com/2011/06/30/kontrak-kerja-konstruksi/ diakses pada tanggal 19 Februari 2014, 15.18 WIB

34

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: (PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 6

35

(44)

barang jaminan kepada penerima jaminan. Penerima jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan.

4. Adanya jaminan

Jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan materiil dan jaminan imateriil. Jaminan materiil merupakan jaminan yang berupa hak-hak kebendaan, sedangkan jaminan imateriil merupakan jaminan nonkebendaan.

5. Adanya fasilitas kredit

Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberian jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan nonbank.

Adapun jenis-jenis jaminan dalam pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut:36

a. Jaminan Penawaran (Bids Bonds / Tender Bonds)

Jaminan penawaran adalah suatu jaminan yang diterbitkan oleh surety (Penjamin/perusahaan asuransi) untuk menjamin obligee(Pemilik Proyek) bahwa pihak principal (kontraktor) telah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan oleh obligee untuk mengikuti tender (Pelelangan/pemborongan) dan apabila principal memenangkan tender ini, suretysanggup menutup kontrak pelaksanaan pekerjaan dengan obligee dan akan menyerahkan jaminan pelaksanaan (Performance Bonds). Jaminan penawaran hanya berlaku pada saat

36

(45)

diterbitkan.

b. Jaminan Pelaksanaan (Performance Bonds)

Jaminan pelaksanaan adalah suatu jaminan yang diterbitkan oleh surety(Penjamin atau perusahaan asuransi) untuk menjaminobligee( Pemilik Proyek) bahwa pihak principal (Kontraktor) akan melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh obligee sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. Jaminan pelaksanaan berlaku selama pelaksanaan pekerjaan proyek, dan akan berkahir apabila telah diterbitkan berita acara serah terima penyelesaian proyek 100 %.

c. Jaminan Pembayaran Uang Muka (Advance Payment Bonds)

Jaminan pembayaran uang muka adalah suatu jaminan yang diterbitkan oleh surety (penjamin atau perusahaan asuransi) untuk menjamin obligee (pemilik proyek) bahwa principal (kontraktor) akan sanggup mengembalikan uang muka yang telah diterimanya dari obligee sesuai ketentuan dalam kontrak. Jaminan pembayaran uang muka diperlukan pada saatprincipalakan menerima uang muka dan akan menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dan akan berkurang sesuai dengan cicilan pengembalian uang yang telah dibayar oleh principal kepada obligee. Jaminan pembayaran uang muka berlaku sampai selesainya pengembalian atas pembayaran uang muka tersebut.

d. Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bonds)

(46)

ini dapat berfungsi sebagai pengganti atas sejumlah uang termin terakhir (untuk masa pemeliharaan) yang biasanya ditahan oleh obligee. Apabila principal gagal atau tidak sanggup memenuhi kewajibannya sebagaimana yang ditetapkan dalam kontrak, maka surety akan membayar kerugian yang diderita oleh obligee, maksimum sebesar nilai jaminan.

Adapun yang menjadi produk jaminan pada proses pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut:

a. Bank Garansi

Bank garansi merupakan jaminan dalam bentuk sebuah sertifikat yang diberikan oleh bank dalam penyelesaian suatu proyek ketika pelaksana atau kontraktor sebagai penerima kontrak ingkar atau cedera janji. Bank garansi menjadi suatu kepastian kepada pemilik proyek bahwa proyek tersebut akan berjalan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Jaminan pembayaran diberikan kepada pihak penerima jaminan apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya.37

b. Surety Bond

Surety Bondadalah suatu bentuk perjanjian antara dua pihak, dimana pihak yang

satu ialah pemberi jaminan (surety)yang memberikan jaminan untuk pihak kedua

yaitu penyedia jasa (principal) untuk kepentingan pemilik proyek (obligee).

Bahwa apabila pihak yang dijamin yaituprincipalyang oleh karena sesuatu sebab

37

(47)

menggantikan kedudukan pihak yang dijamin untuk membayar ganti rugi

maksimum sampai dengan batas jumlah jaminan yang diberikan olehsurety.38

c. Corporate/Personal Guarantee

Corporate/Personal Guarantee adalah jaminan berupa pernyataan kesanggupan

yang diberikan oleh seorang pihak ketiga guna menjamin kewajiban-kewajiban

debitur kepada kreditur, apabila debitur cidera janji (wanprestasi).39

38

http://upi-bonding.blogspot.com/2010/01/surety-bond.html diakses pada tanggal 13 April 2014, 16.01 WIB

39

(48)

Penilitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.1

A. Pendekatan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah yang hendak dibahas dalam penelitian ini, pendekatan masalah yang dilakukan adalah pendekatan normatif. Pendekatan Normatif adalah pendekatan masalah yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan, teori-teori, dan konsep-konsep yang berhubungan dengan penulisan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa, dan menelaah berbagai peraturan perundang-undangan serta dokumen yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.2

Pendekatan normatif dilakukan dengan cara menelaah, mengutip dan mempelajari ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah dan literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.3

1

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif, (Rajawali Pers, Jakarta, 1990), hlm.1.

2

Abdulkadir Muhammad,Hukum dan Penelitian Hukum,(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004), hlm.164.

3Ibid,

(49)

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif. Menurut Abdulkadir Muhammad, penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara jelas dan rinci dalam memaparkan karakteristik perjanjian, proses pemilihan penyedia jasa serta hubungan hukum kontraktual kedua belah pihak.

C. Data dan Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.4 Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penellitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan studi melalui wawancara terkait pengikatan pekerjaan Pembangunan Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

b. Data Sekunder

4

(50)

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan bahan-bahan hukum, jenis data sekunder yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer

1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, terdapat dalam peraturan perundang-undangan.:

a. Undang-Undang No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi

b. Undang-Undang No.5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

c. Peraturan Pemerintah No.29/2000 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

d. Peraturan Presiden No.54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. e. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

f. Perjanjian tentang Pembangunan Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham di Divre III Sumatera Selatan.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku ilmu pengetahuan hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan.

3. Bahan Hukum Tersier

(51)

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data :

1. Studi Pustaka, dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-undangan, buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan masalah Jasa Konstruksi yang akan dibahas.

2. Studi Dokumen, Menurut Abdulkadir Muhammad, studi dokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi dapat diketahui oleh pihak tertentu. Pengkajian dan analisis informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum berupa dokumen yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian ini terkait isi perjanjian pekerjaan konstruksi antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT Waskita Karya, (Persero), Tbk.

E. Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dilakukan dengan cara :

1. Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

2. Pemeriksaan data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapannya serta kejelasan .

(52)

4. Penyusunan Data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

F. Analisis Data

(53)

Kesimpulan

1. Proses pemilihan penyedia jasa yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada pekerjaan konstruksi Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham terhadap PT Waskita Karya (Persero),Tbk telah sesuai peraturan perundang-undangan yang terkait, yakni Undang-Undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi, Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa serta peraturan tentang larangan adanya persengkongkolan tender yang diatur dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2. Hubungan hukum kontraktual antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero), Tbk dibuktikan dengan adanya perjanjian tentang Pembangunan Jalur Ganda Blambanganumpu-Giham di Divre III Sumatera Selatan yang mencakup tentang karakteristik perjanjian dimana wujud prestasi atas

(54)
(55)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Djumadi, FX.Perjanjian PemboronganCet. 3. Jakarta: Rineka Cipta, 2005

___________. Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya ManusiaCet. 1. Jakarta: Rineka Cipta, 1996

Fuadi, Munir. Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001

Harahap, M.Yahya.Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Penerbit Alumni, 1986. HS, Salim. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2008

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000.

____________________.Hukum Perikatan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1990. ____________________. Hukum Perusahaan Indonesia Cet. 4. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2000.

____________________. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004.

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

(56)

Soimin, Soedharyo. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 1999.

Solahudin.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Jakarta: Visimedia, 2008.

Yasin, Nazarkhan. Mengenal Kontrak Konstruksi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

C. INTERNET

http://trinela.wordpress.com/2009/03/14/industri-jasa-konstruksi/

http://www.blogprinsip.blogspot.com/2012/10/syarat-syarat-sahnya-suatu-perjanjian.html

http://desinaya.blogspot.com/2011/03/blog-post.html

http://duniajasakonstruksi.blogspot.com/2011/09/sejarah-jasa-konstruksi.html http://duniajasakonstruksi.blogspot.com/2011/09/penyelenggaraan-pekerjaan-konstruksi.html

http://www.hukumproperti.com/2011/06/30/kontrak-kerja-konstruksi/

(57)

http://upi-bonding.blogspot.com/2010/01/surety-bond.html

Referensi

Dokumen terkait

Pemberdayaan wakaf tunai secara produktif adalah digunakan untuk modal usaha seperti menanami tanah persawahan dan perkebunan yang kemudian membuka pasar tempat

In this article, we present a robotic system prototype for auto- mated vitrification and thawing of embryos. The system has successfully addressed the major challenges in

The geometric commissioning activities consist in improve the geometric quality of the images in order to meet very demanding specifications as localization accuracy,

Struktur paru merupakan tempat yang paling sering terjadi metastasis pada pasien dengan penyakit keganasan, dan biasanya rongga thoraks merupakan tempat utama

Memang tak dapat dipungkiri, bahwa dengan ditetapkannya Sertifikat Standar Lingkungan Intemasional mempunyai dampak yang sangat luas terhadap tingkat pertumbuhana dan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari jawaban responden dalam mengisi kuesioner peran orang tua pada siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Banguntapan diketahui

1) a = Konstanta sebesar 2,840 menyatakan bahwa jika variabel kualitas produk (X1), variabel harga (X2), variabel kualitas pelayanan (X3) dan variabel emosi (X4) dianggap

[r]