• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Pemberian Suplementasi Madu dengan Peningkatan Berat Badan Mencit (Mus musculus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara Pemberian Suplementasi Madu dengan Peningkatan Berat Badan Mencit (Mus musculus)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUPLEMENTASI MADU DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN MENCIT (Mus musculus)

Oleh :

MULIADI LIMANJAYA 080100083

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUPLEMENTASI MADU DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN MENCIT (Mus musculus)

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai Sarjana Kedokteran

Oleh :

MULIADI LIMANJAYA 080100083

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan antara Pemberian Suplementasi Madu dengan Peningkatan Berat Badan Mencit (Mus musculus)

Nama : Muliadi Limanjaya

NIM : 080100083

Pembimbing Penguji I

dr.Yunita Sari Pane, M. Si dr. Imam Budi Putra, Sp.KK, MHA

NIP: 19710620 200212 2 001 NIP: 19650725 200501 1 001

Penguji II

dr. Akhyar H. Nasution, Sp. An-KAKV NIP: 19600701 198702 1 002

Medan, Januari 2012 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

Abstrak

Latar belakang: Madu adalah suatu substansi yang berasal dari kumpulan nektar tumbuhan yang dikumpulkan, dimodifikasi, dan disimpan dalam sarang lebah oleh lebah madu. Fruktosa adalah monosakarida dengan konsentrasi tertinggi pada madu. Fruktosa, tidak seperti glukosa, tidak merangsang sekresi insulin dari sel-sel Pulau Langerhans pada pankreas. Insulin akan merangsang pelepasan leptin pada sel-sel lemak, dan menekan pelepasan ghrelin oleh lambung yang menyebabkan adanya kecenderungan peningkatan berat badan akibat nafsu makan yang meningkat.

Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan mencit.

Metode : Penelitian ini dilakukan terhadap 42 ekor mencit jantan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel ini dibagi dalam dua kelompok, perlakuan dan kontrol. Kelompok kontrol mendapat pakan secara ad libitum

sedangkan kelompok perlakuan mendapat pakan secara ad libitum ditambah dengan suplementasi madu. Penelitian dilakukan selama 28 hari dengan pengukuran berat badan dan suplementasi dilakukan pada waktu yang sama setiap harinya untuk menghindari variasi diurnal. Penelitian ini merupakan uji pre-klinis dan metode statistika yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik Mann-Whitney.

Hasil : Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan yang signifikan, dimana (P)=0.001, yang menggambarkan adanya hubungan antara suplementasi madu dengan peningkatan berat badan mencit.

(5)

Abstract

Background : Honey is a substance derived from the nectar plants gathered, modified, and stored in the honeycomb by honey bees. Fructose is the monosaccharide with the highest concentrations in honey. Fructose, unlike glucose, does not stimulate insulin secretion from the islet of Langerhans cells in the pancreas. Insulin stimulates the release of leptin in fat cells, and suppress the release of ghrelin by the stomach that causes a tendency to weight gain due to an increased appetite.

Objective : The study was conducted to determine whether there is a relationship of honey supplementation on weight gain of mice.

Method : The research was conducted on 42 male mice that have met the inclusion and exclusion criterias. These samples were divided into two groups, treatment and control. The control group feed ad libitum while the treatment group feed ad libitum with supplementation of honey. The study was conducted for 28 days with measurements of weight and supplementation done at the same time each day to avoid diurnal variations. This study is a pre-clinical trials and statistical method used is Mann-Whitney non-parametric statistical test.

Result : The study concluded that the significant value of (P) equals to 0.001 which shows a significant correlation between supplementation of honey and increase in mice’s body weight.

(6)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Pendidikan Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Hubungan antara Pemberian Suplementasi madu

dengan Peningkatan Berat Badan Mencit (Mus musculus). Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak sekali mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Yunita Sari Pane, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan membina penulis sehingga penelitian dan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Dr. Imam Budi Putra, Sp. KK, MHA dan Dr. Akhyar H. Nasution, Sp. An-KAKV selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran-saran yang membangun untuk penulis.

4. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan merawat penulis dengan penuh kasih sayang dan memberikan doa, semangat, dan dukungan yang tiada henti-hentinya baik secara moril ataupun materil untuk penulis. 5. Keluarga dan kakak penulis, Anita Limanjaya atas dukungan dan

bimbingan kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat dan teman-teman penulis yang banyak memberi masukan,

dorongan, dan semangat kepada penulis, Ardytia Lesmana, William Wiryawan, Thomson Affendy, Willy Winardi.

(7)

8. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, tanpa dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadarai karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat lebih menyempurnakan karya tulis ini.

(8)

DAFTAR ISI

2.2. Rasa lapar dan nafsu makan... ...3

2.2.1. Definisi ...3

2.2.2. Fisiologi nafsu makan ...3

2.3. Keseimbangan energi ...6

2.3.1. Pengeluaran energi ...7

2.3.4. Peningkatan berat badan ...8

2.4. Madu ...8

2.4.1. Definisi ...8

2.4.2. Komposisi ... 9

2.5. Efek fruktosa terhadap nafsu makan ...10

2.6. Penggunaan madu dalam diet...11

2.6.1. Perbandingan madu dan sukrosa dalam diet anak ...12

Kerangka teori... ...13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……... 14

(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN...…... 21

4.1. Jenis penelitian ...21

4.2. Lokasi dan waktu penelitian...21

4.2.1. Lokasi penelitian ...21

4.2.2. Waktu penelitian ...22

4.3. Sampel penelitian ...22

4.3.1. Kriteria inklusi dan ekslusi ...22

4.4. Pelaksanaan penelitian ...23

4.4.1. Penentuan dosis madu ...23

4.4.2. Pemeliharaan hewan coba ...23

4.4.3. Persiapan hewan coba ...23

4.4.4. Perlakuan hewan percobaan ...23

4.5. Metode analisis data ...24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 25

5.1. Hasil penelitian...25

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian...25

5.1.2. Deskripsi karakteristik sampel...25

5.1.3. Hasil analisa data...27

5.2. Pembahasan...29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 33

6.1. Kesimpulan...33

6.2. Saran...33

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1 Substansi yang mempengaruhi pusat rasa lapar dan kenyang di

Hipotalamus... 5

2.2 Komposisi madu... 9

5.1 Sebaran berat badan sampel... 26

5.2 Pakan rata-rata harian kelompok sampel dan perlakuan (dalam satuan gram)... 27

5.3 Hasil uji normalitas data... 28

5.4 Hasil uji statistika... 28

5.5 Hasil pengukuran pre-test dan post-test kelompok kontrol... 30

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Mekanisme kontrol umpan balik nafsu makan... 6

2.2 Kadar insulin... 10

2.3 Kadar leptin ... 11

3.1 Jarum gavage per oral... 16

3.2 Suplementasi terhadap mencit (Mus musculus)... 17

3.3 Natural unprocessed clover honey... 18

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat hidup Lampiran 2 Ethical clearance

Lampiran 3 Surat keterangan hewan coba

(13)

Abstrak

Latar belakang: Madu adalah suatu substansi yang berasal dari kumpulan nektar tumbuhan yang dikumpulkan, dimodifikasi, dan disimpan dalam sarang lebah oleh lebah madu. Fruktosa adalah monosakarida dengan konsentrasi tertinggi pada madu. Fruktosa, tidak seperti glukosa, tidak merangsang sekresi insulin dari sel-sel Pulau Langerhans pada pankreas. Insulin akan merangsang pelepasan leptin pada sel-sel lemak, dan menekan pelepasan ghrelin oleh lambung yang menyebabkan adanya kecenderungan peningkatan berat badan akibat nafsu makan yang meningkat.

Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan mencit.

Metode : Penelitian ini dilakukan terhadap 42 ekor mencit jantan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel ini dibagi dalam dua kelompok, perlakuan dan kontrol. Kelompok kontrol mendapat pakan secara ad libitum

sedangkan kelompok perlakuan mendapat pakan secara ad libitum ditambah dengan suplementasi madu. Penelitian dilakukan selama 28 hari dengan pengukuran berat badan dan suplementasi dilakukan pada waktu yang sama setiap harinya untuk menghindari variasi diurnal. Penelitian ini merupakan uji pre-klinis dan metode statistika yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik Mann-Whitney.

Hasil : Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan yang signifikan, dimana (P)=0.001, yang menggambarkan adanya hubungan antara suplementasi madu dengan peningkatan berat badan mencit.

(14)

Abstract

Background : Honey is a substance derived from the nectar plants gathered, modified, and stored in the honeycomb by honey bees. Fructose is the monosaccharide with the highest concentrations in honey. Fructose, unlike glucose, does not stimulate insulin secretion from the islet of Langerhans cells in the pancreas. Insulin stimulates the release of leptin in fat cells, and suppress the release of ghrelin by the stomach that causes a tendency to weight gain due to an increased appetite.

Objective : The study was conducted to determine whether there is a relationship of honey supplementation on weight gain of mice.

Method : The research was conducted on 42 male mice that have met the inclusion and exclusion criterias. These samples were divided into two groups, treatment and control. The control group feed ad libitum while the treatment group feed ad libitum with supplementation of honey. The study was conducted for 28 days with measurements of weight and supplementation done at the same time each day to avoid diurnal variations. This study is a pre-clinical trials and statistical method used is Mann-Whitney non-parametric statistical test.

Result : The study concluded that the significant value of (P) equals to 0.001 which shows a significant correlation between supplementation of honey and increase in mice’s body weight.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Madu adalah suatu substansi yang berasal dari kumpulan nektar tumbuhan yang dikumpulkan, dimodifikasi, dan disimpan dalam sarang lebah oleh lebah madu. Madu adalah suatu produk murni tanpa adanya tambahan substansi lainnya, termasuk air dan pemanis lainnya (National Honey Board, 2003).

Komposisi dan sifat madu bervariasi tergantung jenis tumbuhan asal madu tersebut. Secara garis besar madu terdiri atas air, gula, protein dan asam amino, asam, dan juga enzim yang kadarnya berbeda-beda untuk setiap jenisnya (White Jr, 1980). Gula yang terkandung didalam madu terdiri atas glukosa, fruktosa, sukrosa, dan berbagai jenis monosakarida lainnya. Fruktosa adalah monosakarida dengan konsentrasi tertinggi pada madu (White Jr, 1980).

Fruktosa, tidak seperti glukosa, tidak merangsang sekresi insulin dari sel-sel Pulau Langerhans pada pankreas (Mueller et al. 1998). Insulin berperan dalam menghambat nafsu makan melalui mekanisme kerjanya pada sel-sel lemak tubuh dan sel-sel saraf pada sistem saraf pusat. Insulin akan merangsang pelepasan leptin pada sel-sel lemak (Elliott et al. 2002), dan menekan pelepasan ghrelin oleh lambung (Saad et al. 2002). Penurunan konsentrasi insulin dan leptin dalam sirkulasi inilah yang menyebabkan adanya kecenderungan peningkatan berat badan akibat nafsu makan yang meningkat (Elliott et al. 2002).

Fruktosa akan merangsang hati untuk melepaskan hormon glukokinase. Hormon ini berperan dalam mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen hati sehingga kelebihan glukosa tidak dikonversi menjadi sel-sel lemak. Sehingga diduga juga bahwa madu dapat mencegah stres metabolik yang menyebabkan

obesitas pada objek penelitian (Fessenden, 2007).

(16)

Berdasarkan uraian diatas mengenai kandungan zat gizi madu, maka peneliti ingin mengetahui adanya hubungan pemberian suplementasi madu dengan terjadinya peningkatan berat badan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan dari uraian diatas, akan dilakukan pengujian terhadap hewan coba, dengan masalah yang dirumuskan bagaimanakah hubungan antara pemberian suplementasi madu dengan peningkatan berat badan mencit (Mus musculus)?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui apakah ada hubungan pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan mencit (Mus musculus).

1.3.2 Tujuan khusus

Mengetahui berat badan mencit (Mus musculus) yang diberi suplementasi madu dan yang tidak diberi suplementasi madu, dan mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok mencit (Mus musculus) tersebut.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi masyarakat awam

Mengetahui khasiat penggunaan madu sebagai suplementasi alami untuk membantu meningkatkan berat badan.

1.4.2 Bagi mahasiswa fakultas kedokteran

Sebagai masukan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran yang ingin

melakukan penelitian lanjutan atau yang berhubungan dengan penelitian ini. 1.4.3 Bagi peneliti

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nutrisi

Nutrisi adalah substansi-substansi yang harus disediakan melalui diet karena tubuh tidak dapat mensintesa substansi-substansi tersebut dalam jumlah yang adekuat. Manusia membutuhkan nutrisi penghasil energi (protein, lemak, dan karbohidrat), vitamin, mineral, dan air agar tetap sehat (Fauci et al. 2008).

Jumlah nutrisi yang harus dikonsumsi untuk menjaga kesehatan manusia dan makhluk hidup berada dalam rentang yang luas, namun kemampuan adaptasi tubuh terhadap jumlah nutrisi yang masuk memiliki batas. Nutrisi dalam jumlah terlalu banyak atau terlalu sedikit akan memberikan efek yang tidak menguntungkan terhadap kesehatan tubuh (Fauci et al. 2008).

Kebutuhan nutrisi tubuh seseorang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pertumbuhan, kehamilan, menyusui, aktivitas fisik, komposisi menu makanan, penyakit yang dialami, dan obat-obatan yang dikonsumsi dan berbeda-beda untuk setiap orangnya (Fauci et al. 2008).

2.2 Rasa lapar dan nafsu makan 2.2.1 Definisi

Rasa lapar didefinisikan sebagai suatu keinginan intrinsik seseorang untuk mendapatkan jumlah makanan tertentu untuk dikonsumsi. Sedangkan nafsu makan didefinisikan sebagai preferensi seseorang terhadap jenis makanan tertentu yang ingin dikonsumsi. Mekanisme rasa lapar dan nafsu makan adalah suatu sistem regulator otomatis yang penting dalam usaha tubuh untuk mencukupi kebutuhan nutrisi intrinsiknya (Guyton dan Hall, 2006).

2.2.2 Fisiologi nafsu makan

(18)

Nukleus ventromedial pada hipotalamus berperan sebagai pusat rasa kenyang. Pusat ini dipercaya berfungsi memberi sinyal kepuasan nutrisional yang akan menghambat pusat nafsu makan. Stimulasi elektrik pada daerah ini akan menyebabkan rasa kenyang dan puas, yang dengan keberadaan makanan pun akan menyebabkan hewan coba menolak makanan tersebut (aphagia). Sedangkan kerusakan pada daerah ini menyebabkan hewan coba makan secara berlebihan dan terus menerus sehingga menyebabkan keadaan obesitas yang sangat ekstrim (Guyton dan Hall, 2006).

Jumlah makanan yang dapat diterima tubuh diatur oleh nukleus paraventrikuler, dorsomedial, dan arkuatus hipotalamus. Lesi pada daerah paraventrikuler akan menyebabkan pola makan yang meningkat secara eksesif, sedangkan lesi pada daerah dorsomedial akan menekan perilaku makan. Nukleus arkuatus sendiri adalah lokasi berkumpulnya hormon-hormon dari saluran gastrointestinal dan jaringan lemak yang kemudian akan mengatur jumlah makanan yang dimakan dan juga penggunaan energi (Guyton dan Hall, 2006).

Pusat-pusat nafsu makan tersebut saling terhubung melalui sinyal-sinyal kimia sehingga dapat mengkoordinasikan perilaku makan dan persepsi rasa kenyang. Nukleus-nukleus tersebut juga mempengaruhi sekresi berbagai hormon yang mengatur energi dan metabolisme, termasuk hormon dari kelenjar tiroid, adrenal dan juga pulau-pulau Langerhans dari pankreas (Guyton dan Hall, 2006).

(19)

Tabel 2.1 Substansi yang mempengaruhi pusat rasa lapar dan kenyang di Hipotalamus

Sumber: Guyton dan Hall, 2006

Sinyal yang menuju hipotalamus dapat berupa sinyal neural, hormon, dan metabolit. Informasi dari organ viseral, seperti distensi abdomen, akan dihantarkan melalui nervus vagus ke sistem saraf pusat. Sinyal hormonal seperti leptin, insulin, dan beberapa peptida usus seperti peptida YY dan kolesistokinin akan menekan nafsu makan (senyawa anorexigenic), sedangkan kortisol dan peptida usus ghrelin akan merangsang nafsu makan (senyawa orexigenic). Kolesistokinin, adalah peptida yang dihasilkan oleh usus halus dan memberi sinyal ke otak secara langsung melalui pusat kontrol hipotalamus atau melalui nervus vagus, seperti terlihat pada Gambar 2.1 (Fauci et al. 2008). Selain sinyal neural dan hormonal, metabolit-metabolit juga dapat mempengaruhi nafsu makan, seperti efek hipoglikemia akan menimbulkan rasa lapar. Namun, metabolit-metabolit tersebut bukanlah regulator nafsu makan utama karena melepaskan sinyal-sinyal hormonal, metabolik, dan neural tidak secara langsung, namun

(20)

dengan jalur sinyal daripada sistem serotonergik, katekolaminergik, endocannabinoid, dan opioid. (Fauci et al. 2008).

Gambar 2.1 Mekanisme kontrol umpan balik nafsu makan (Guyton dan Hall, 2006)

Ket: (-) Menekan nafsu makan (+) Merangsang nafsu makan

2.3 Keseimbangan energi

(21)

pengeluaran energi. Sistem regulatori yang kompleks ini dibutuhkan karena sedikit ketidakseimbangan antara pemasukan dan penggunaan energi akan memberi efek yang cukup signifikan pada berat badan (Fauci et al. 2008). Pengaturan keseimbangan energi ini tidak dapat dimonitor dengan mudah dengan penghitungan kalori dan hubungannya terhadap aktifitas fisik. Pengaturan berat badan sendiri cenderung lebih bergantung terhadap signal-signal kompleks sistem neural dan hormonal. Gangguan pada berat badan yang stabil dengan pemberian makanan secara berlebihan ataupun pengurangan jumlah makanan yang

dikonsumsi akan merangsang perubahan fisiologis yang melawan gangguan tersebut (Fauci et al. 2008). Jika terjadi penurunan berat badan, nafsu makan akan meningkat dan penggunaan energi akan menurun. Jika terjadi konsumsi makanan berlebih, nafsu makan akan menurun dan penggunaan energi meningkat. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh perangsangan-perangsangan maupun penghambatan yang dilakukan oleh hormon-hormon dan modulator-modulator tubuh lainnya. Namun sering terjadi kegagalan mekanisme kompensasi yang menyebabkan terjadinya obesitas ketika jumlah makanan yang masuk meningkat dan aktifitas fisik terbatas. Regulator yang berperan penting dalam mekanisme adaptasi ini adalah hormon turunan lemak, leptin. Leptin bekerja melalui sirkuit otak untuk menekan nafsu makan, penggunaan energi, dan fungsi neuroendokrin (Fauci et al. 2008).

2.3.1 Pengeluaran energi

Pengeluaran energi terdiri atas komponen-komponen berikut: A. Energi metabolisme basal

B. Energi untuk metabolisme dan penyimpanan zat-zat makanan C. Energi termal untuk kegiatan tubuh

D. Energi termogenesis adaptif (bervariasi sebagai respon terhadap

pemasukan kalori kronis)

(22)

2.3.2 Peningkatan berat badan

Ketika jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh (dalam bentuk makanan) melebihi jumlah energi yang digunakan, berat badan akan meningkat, dan kebanyakan dari energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak. Oleh karena itu, adipositas yang berlebihan (obesitas) disebabkan oleh konsumsi energi yang berlebihan dibandingkan dengan penggunaannya. Setiap 9.3 kalori berlebih di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk 1 gram lemak. Lokasi penyimpanan lemak yang utama adalah pada jaringan subkutan dan pada rongga

intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan lainnya didalam tubuh juga terkadang menyimpan lemak dalam jumlah yang signifikan (Guyton dan Hall, 2006).

2.4 Madu 2.4.1 Definisi

Madu adalah suatu cairan kental dan manis yang dikumpulkan oleh lebah dari nektar tumbuh-tumbuhan, yang terutama berupa bunga, ditransportasikan ke sarang lebah untuk pematangan dan disimpan sebagai makanan (White Jr, 1980), atau suatu substansi manis yang dihasilkan secara natural oleh lebah madu dari nektar tumbuh-tumbuhan ataupun dari sekresi tumbuhan atau sekresi tumbuhan pemakan serangga pada bagian yang hidup daripada tumbuhan tersebut, yang mana dikumpulkan oleh lebah, ditransformasi dengan menggunakan substansi spesifik oleh lebah, didehidrasikan, disimpan, dan kemudian ditinggalkan pada sarang lebah untuk pematangan (American Revised Codex Standard for Honey, 2001).

Madu sendiri terbagi 2, yaitu:

A. Blossom honey yang berasal dari nektar tumbuh-tumbuhan

B. Honeydew honey yang secara umum berasal dari eksresi tumbuhan

pemakan serangga (Hemiptera) oleh bagian yang hidup dari tumbuhan tersebut, ataupun sekresi dari bagian tersebut.

(23)

2.4.2 Komposisi

Karakteristik properti fisik dari madu seperti viskos, lengket, manis, kepadatan tinggi, kecenderungan menyerap uap air dari udara, dan ketahanan terhadap perlakuan tertentu semua berdasar dari fakta bahwa madu adalah suatu larutan kental alami yang tersusun atas berbagai macam gula (White Jr, 1980).

Berikut adalah komponen-komponen yang terdapat didalam madu :

Tabel 2.2 Komposisi Madu

Sumber: National Honey Board, 2003

(24)

2.5 Efek fruktosa terhadap nafsu makan

Homeostasis energi diatur secara jangka panjang oleh kerja insulin dan leptin pada sistem saraf pusat. Fruktosa tidak merangsang sekresi insulin dari sel-sel Pulau Langerhans pankreas, sehingga konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fruktosa akan menghasilkan sekresi insulin yang lebih rendah dibandingkan konsumsi makanan dan minuman berkarbohidrat yang mengandung glukosa (Elliott et al. 2002).

Sebagai respon terhadap masuknya makanan, insulin akan disekresikan

dan akan merangsang produksi leptin. Karena berkurangnya kadar insulin yang dihasilkan oleh konsumsi fruktosa, maka kadar leptin dalam darah juga akan berkurang. Efek dari kombinasi kedua hal tersebut adalah orang yang diet tinggi fruktosa akan meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya kenaikan berat badan (Elliott et al. 2002).

Ditemukan juga perbedaan kadar insulin dan leptin dalam sirkulasi setelah pemberian preparat glukosa dan fruktosa. Kadar insulin setelah pemberian glukosa dan fruktosa terlihat pada Gambar 2.2 dimana kadar serum insulin lebih tinggi setelah konsumsi makanan tinggi glukosa dibandingkan dengan konsumsi nutrisi yang tinggi fruktosa (Teff et al. 2004).

(25)

Sebagai suatu substansi yang produksinya dirangsang oleh insulin, terdapat juga perbedaan pada kadar leptin plasma yang dapat dilihat pada Gambar 2.3 dimana kadar leptin pada kelompok yang mengkonsumsi makanan dengan kadar glukosa tinggi memiliki kadar leptin yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan makanan yang tinggi fruktosa.

Gambar 2.3 Kadar Leptin

2.6 Penggunaan madu dalam diet

(26)

tambahan untuk masyarakat dengan index massa tubuh rendah (underweight) sangat dianjurkan (Luder dan Alton, 2005).

Aplikasi penggunaan madu sebagai tambahan nutrisi bagi anak-anak telah menjadi rekomendasi yang cukup umum berabad-abad belakangan. Dari hal tersebut ditemukan suatu hal yang menarik dalam observasi yang dilakukan, dimana anak-anak dengan diet yang mengandung madu memiliki postur tubuh dan peningkatan berat badan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi madu dalam diet sehari-harinya (Bogdanov, 2011).

2.6.1 Perbandingan madu dan sukrosa dalam diet anak

Madu ditoleransi lebih baik oleh anak dibandingkan dengan sukrosa dan memberi peningkatan berat badan yang lebih baik. Ditemukan juga jumlah anak yang muntah akibat pemberian madu lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang diberikan sukrosa (Bogdanov, 2011).

(27)

Kerangka Teori

Keterangan:

Jalur glukosa

Jalur fruktosa Menghambat

Madu Glukosa

Fruktosa

Insulin

Sel-sel lemak

Leptin

Sinyal-sinyal anorexigenic

Hipotalamus

Nukleus dorsomedial

Peningkatan berat badan Keseimbangan energi positif

Intake makanan meningkat Sensasi rasa lapar

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

(29)

3.2 Alur Penelitian

Pengambilan sampel Berupa mencit jantan homogen dengan strain Swiss Webster

Kedalam dua kelompok, kontrol dan perlakuan. Mencit diambil dari kandang utama, pengambilan dengan

nomor ganjil masuk

kelompok kontrol, dan

(30)

3.3 Definisi operasional 3.3.1 Suplementasi

Suplementasi adalah pemberian zat-zat gizi tambahan diluar makanan utama.

A. Pemberian suplementasi

Pada penelitian ini makanan utama adalah pellet dan suplementasi berupa madu yang diberikan dengan dosis yang berbeda sesuai dengan berat badan mencit setiap harinya dan diberikan menggunakan spuit 1 cc dan jarum gavage

khusus untuk menghindari terjadinya error karena mencit (Mus musculus) memuntahkan atau tidak mengkonsumsi suplemen tersebut.

Pemberian suplementasi dilakukan secara per oral, dan dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU yaitu Adi Gunawan (NIM 080805003) yang sudah terlatih untuk melakukan pemberian suplementasi dengan menggunakan jarum gavage per oral tersebut.

(31)

Gambar 3.2 Suplementasi terhadap mencit (Mus musculus) 3.3.2 Madu

Cairan kental dan manis yang dikumpulkan oleh lebah dari nektar tumbuh-tumbuhan, terutama bunga, ditransportasikan ke sarang lebah untuk pematangan dan disimpan sebagai makanan. Madu yang digunakan adalah madu murni yang diproduksi oleh New Zealand Honey Producers Co. Ltd dan diimpor serta didistribusikan oleh PT. Harmonik Dinamik Indonesia dengan merk dagang Natural Unprocessed Clover Honey. Madu ini adalah madu murni yang terdiri

atas 99.7% madu dan 0.3% serbuk sari dan tidak mengandung air sama sekali. Madu ini kemudian diencerkan menjadi larutan dengan konsentrasi 20% dengan

(32)

Gambar 3.3 Natural unprocessed clover honey

3.3.3 Berat badan

Berat badan mencit (Mus musculus) diukur dengan menggunakan timbangan elektronik dengan satuan gram menggunakan 4 (empat) angka penting. Angka penting kelima akan dibulatkan sesuai dengan angka keempat. Jika angka

keempat adalah bilangan ganjil, dengan angka kelima ≥ 5, dilakukan pembulatan ke atas. Jika angka keempat adalah bilangan genap, dan angka kelima ≤ 5,

dilakukan pembulatan ke bawah. A. Pengukuran berat badan

(33)

B. Hasil pengukuran berat badan

Hasil pengukuran dicatat dengan menggunakan skala pengukuran numerik dan dinyatakan dalam satuan gram.

Gambar 3.4 Timbangan elektronik bersama wadah penimbangan setelah ditera

(34)

3.3.4 Mencit (Mus musculus)

Mencit yang digunakan adalah mencit galur murni (homogen), didapat

dari wirausaha penjualan mencit D’Tik Pop (Dagangan Tikus Populer). Mencit yang digunakan berasal dari strain Swiss webster.

A. Pemisahan mencit

Mencit dipisahkan dalam kandang-kandang terpisah dengan jumlah maksimum sebanyak 12 ekor dalam setiap kandang. Pemisahan mencit dilakukan secara simple random sampling dengan cara menangkap mencit secara acak dari

kandang awal. Penangkapan dengan nomor ganjil masuk ke dalam kelompok kontrol dan penangkapan dengan nomor genap masuk ke dalam kelompok perlakuan. Jumlah sampel total adalah 42 ekor, dan setelah dipisahkan secara acak dimana kelompok kontrol mencapai jumlah 20 ekor dan kelompok perlakuan 20 ekor, dua ekor mencit terakhir dimasukkan ke dalam kelompok perlakuan. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran akan tingkat kematian yang lebih tinggi didalam kelompok perlakuan.

3.4 Hipotesa

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan. Pendekatan yang dilakukan adalah studi pre-klinis ( Pre-Clinical Study) (Notoadmodjo, 2010). Penelitian pre-klinis adalah penelitian yang

dilakukan untuk melihat efek dari zat-zat tertentu yang dilakukan pada hewan coba, sebelum diuji secara langsung pada manusia (Clinical study). Penelitian ini dirancang dengan menggunakan dua kelompok hewan percobaan mencit putih (Mus musculus), yang terdiri atas satu kelompok kontrol dan satu kelompok yang diberi intervensi. Hasil yang diperoleh kemudian akan dilakukan analisis untuk melihat adanya perbedaan pada peningkatan berat badan. Pretest dilakukan pada seluruh kelompok eksperimen sebelum diberikan intervensi berupa suplementasi madu, kelompok eksperimen I diberi hanya diberikan pakan harian pellet, dan pada kelompok eksperimen II diberikan pakan harian pellet beserta suplementasi madu.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian 4.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kandang hewan Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, yang bertempat di Jalan Universitas kampus Universitas Sumatera Utara Medan untuk perawatan dan pemberian perlakuan, disertai pencatatan data yang dilakukan setiap hari.

4.2.2 Waktu penelitian

(36)

4.3 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mencit jantan umur 8-12 minggu dengan berat badan 15-45 gram dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus :

(Federer, 1963) Dengan ; t = kelompok perlakuan (2 kelompok)

n = jumlah sampel tiap kelompok

Banyak sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : (t-1) (n-1) ≥ 15

(2-1) (n-1) ≥ 15

n-1 ≥ 15

n ≥ 16

Dari hasil perhitungan di atas, dibutuhkan jumlah sampel sebanyak 16 ekor mencit pada tiap perlakuan sehingga total jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 32 ekor mencit dengan perincian sebagai berikut :

1. K = kelompok kontrol yang diberikan hanya pakan harian berupa pellet.

2. P1 = kelompok perlakuan yang diberikan pakan harian berupa pellet dan suplementasi madu.

4.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi:

1.Mencit jantan (Mus musculus) berumur 8-12 minggu 2.Berat mencit 15-45 gram

Kriteria eksklusi:

1.Terdapat kelainan anatomis

2.Mencit terlihat sakit, tidak aktif bergerak

(37)

4.4 Pelaksanaan Penelitian 4.4.1 Penentuan Dosis Madu

Dosis madu adalah sebanyak 15 mL, dengan jumlah yang diberikan ditentukan berdasarkan hasil konversi dari manusia ke mencit (Ngatidjan, 1991), yaitu sebagai berikut:

Nilai konversi x 15 mL madu = 0,0026 x 15 mL madu = 0,04 mL madu Pengenceran madu : 2 mL madu + aquadest 10 mL larutan madu

Dalam 1 mL larutan mengandung 0,2 mL madu, dimana 0,2 mL larutan

mengandung 0,04 mL madu. Madu yang diberikan kepada hewan coba adalah madu yang telah diencerkan sebanyak 0,2 mL setiap kali pemberian sebanding dengan pemberian madu sebanyak 15 mL kepada manusia.

4.4.2 Pemeliharaan Hewan Coba

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan (Mus musculus) berumur 8-12 minggu dengan berat badan 15-45 gr. Kebersihan kandang selalu dijaga setiap hari agar mencit terhindar dari infeksi akibat kotorannya sendiri. Suhu kandang dijaga agar tetap dalam suhu ruangan dan pencahayaan ruangan menggunakan cahaya lampu dan sinar matahari secara tidak langsung. Makanan yang diberikan berupa pellet. Makanan dan minuman diberikan secukupnya dalam wadah terpisah dan diganti setiap hari. Madu diberikan pada mencit dengan menggunakan jarum gavage per oral.

4.4.3 Persiapan Hewan Coba

Masing–masing kelompok percobaan disiapkan dalam kandang yang terpisah. Mencit dipilih dan dipisahkan secara random dalam keadaan baik, disiapkan untuk beradaptasi selama 1 minggu sebelum dilakukan penelitian. Sebelum perlakuan, setiap mencit ditimbang berat badannya dan diamati kesehatannya secara fisik (gerakannya, berat badan, makan, dan minum). Jika ada

mencit yang sakit pada saat adaptasi ini, maka diganti dengan mencit yang baru dengan kriteria sama dan diambil secara acak. (Anggraini, 2008).

4.4.4 Perlakuan Hewan Percobaan

(38)

A. Pengukuran berat badan mencit (Mus musculus) pada pukul 09.00 WIB setiap hari.

B. Pemberian suplementasi madu setiap hari sesuai dosis sebelum pemberian pakan harian berupa pellet. Dosis madu yang diberikan disesuaikan dengan berat badan mencit yang telah ditimbang sebelumnya. Larutan yang diberikan berupa larutan dengan konsentrasi 20% dengan dosis yang setara dengan 15 mL madu pada manusia. Pemberian suplementasi tersebut dilakukan dengan menggunakan

jarum gavage per oral untuk memastikan hewan coba mengkonsumsi suplementasi tersebut.

4.5 Metode Analisa Data

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran langsung terhadap berat badan sampel secara harian menggunakan timbangan digital. Timbangan yang digunakan memiliki ketepatan hingga 0.01 gram dan ditera setiap digunakan.

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan Bioteknologi I USU di dalam kampus USU yang berlokasi di jalan Dokter Mansur, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan 20155. Kampus ini memiliki luas sebesar 122 Ha, dengan lokasi akademik sekitar 100 Ha di bagian tengahnya. Fakultas ini sendiri terbagi menjadi beberapa departemen yang terdiri dari departemen Matematika dan departemen Ilmu Pengetahuan Alam, yang terdiri dari departemen Ilmu Fisika, Ilmu Kimia, dan Ilmu Biologi. 5.1.2 Deskripsi karakteristik sampel

Sampel dari penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan yang dipilih secara acak (Simple random sampling) dengan cara menangkap mencit secara acak dari kandang awal. Penangkapan dengan nomor ganjil masuk ke dalam kelompok kontrol dan penangkapan dengan nomor genap masuk ke dalam kelompok perlakuan. Jumlah sampel total adalah 42 ekor, dan setelah dipisahkan secara acak dimana kelompok kontrol mencapai jumlah 20 ekor dan kelompok perlakuan 20 ekor, dua ekor mencit terakhir dimasukkan ke dalam kelompok perlakuan. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran akan tingkat kematian

yang lebih tinggi didalam kelompok perlakuan. Sampel awal dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang ada.

(40)

Tabel 5.1 Sebaran berat badan sampel

Nomor Kontrol Perlakuan

S1 36.8 27.59

Berdasarkan sebaran sampel, ditemukan bahwa berat maksimum pada adalah 41.3 gram, dan berat minimum adalah 16.67 gram.

(41)

Tabel 5.2 Pakan rata-rata harian kelompok sampel dan perlakuan (dalam

kontrol maupun kelompok perlakuan sangat bervariasi dengan pola yang tidak dapat diprediksi sehingga sulit untuk dianalisa secara kuantitatif.

5.1.3. Hasil Analisa Data

(42)

Berdasarkan analisa data kenaikan berat badan, didapati nilai Sig.(P) sebesar 0,055 menurut uji Kolmogorov-Smirnov dan Sig.(P) sebesar 0,045 menurut uji Shapiro-Wilk untuk berat badan kontrol. Untuk kelompok perlakuan didapati nilai Sig.(P) sebesar 0,102 menurut uji Kolmogorov-Smirnov dan Sig.(P) sebesar 0,102 menurut uji Shapiro-Wilk sebesar 0,101.

Dikarenakan jumlah data yang kecil (<50 sampel) maka nilai Sig.(P) yang digunakan adalah berdasarkan uji Shapiro-Wilk sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol memiliki distribusi data yang tidak normal, sedangkan kelompok perlakuan memiliki distribusi data normal sehingga uji parametrik tidak dapat digunakan karena adanya kelompok data yang tidak memiliki distribusi normal dan harus menggunakan uji non-parametrik yaitu Mann-Whitney test untuk melakukan uji rata-rata dua kelompok yang tidak berpasangan.

Tabel 5.4 Hasil uji statistika

KenaikanBerat

Mann-Whitney U 10.000

Wilcoxon W 101.000

Z -4.541

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Madu

Tabel 5.3 Hasil uji normalitas data

(43)

Data tabel menunjukkan adanya signifikansi hubungan perubahan berat badan antara kelompok kontrol yang tidak diberikan madu dengan kelompok perlakuan yang mendapatkan suplementasi madu disamping pakan harian. Hal ini terlihat dari nilai P sebesar 0.001 dimana nilai tersebut lebih kecil daripada 0.05 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan interval kepercayaan 95%.

5.2. Pembahasan

(44)

Tabel 5.5 Hasil pengukuran pre-test dan post-test kelompok kontrol

Nomor Sampel Kelompok Berat Awal Berat Akhir

S1 Kontrol 36.8 37.92

S2 Kontrol 35.26 37.33

S3 Kontrol 31.63 32.3

S4 Kontrol 29.77 32.5

S5 Kontrol 39.53 34.89

S6 Kontrol 29.77 34.43

S7 Kontrol 41.3 44.18

S8 Kontrol 36.65 33.92

S9 Kontrol 27.83 30.49

S10 Kontrol 24.24 28.4

S11 Kontrol 26.6 Exitus

S12 Kontrol 24.92 27.17

S13 Kontrol 33.15 28.73

S14 Kontrol 21.7 Exitus

S15 Kontrol 26.71 Exitus

S16 Kontrol 35.8 36.85

S17 Kontrol 32.05 Exitus

S18 Kontrol 27.61 Exitus

S19 Kontrol 30.47 Exitus

(45)

Tabel 5.6 Hasil pengukuran pre-test dan post-test kelompok perlakuan

Nomor Sampel Kelompok Berat Awal Berat Akhir Perubahan Berat

S1 Perlakuan 27.59 36.01 8.42

(46)

Ditemukan juga penurunan indeks massa tubuh yang tidak signifikan pada sampel yang terdiri atas orang-orang dari kedua jenis gender dengan indeks massa tubuh normal ataupun obesitas (Mushtaq et al. 2011) yang cukup berbeda dengan hasil penelitian ini.

Penelitian lain menyatakan bahwa pada percobaan dengan hewan coba, madu menyebabkan peningkatan berat badan yang lebih rendah dibandingkan dengan glukosa ataupun HFCS (High Fructose Corn Syrup). Hal ini disebabkan

oleh karena fruktosa merangsang hati melepaskan hormon glukokinase yang

kemudian akan merangsang perubahan glukosa menjadi glikogen yang kemudian akan disimpan di dalam hati. Penyimpanan glikogen ini sendiri menyebabkan kelebihan glukosa yang masuk kedalam tubuh tidak diubah menjadi sel-sel lemak sehingga dengan mengkonsumsi madu dapat mencegah krisis metabolik yang disebabkan oleh karena kelebihan asupan gula harian (Fessenden, 2007).

Secara kualitatif sendiri, ditemukan juga bahwa kelompok perlakuan yang mendapatkan suplementasi madu memiliki keadaan umum yang lebih baik. Hal ini terlihat dari bulu mencit (Mus musculus) yang lebih sehat dan cerah dan tidak ada mencit yang mati karena sakit, dibandingkan dengan kelompok kontrol dimana terdapat 3 ekor mencit yang mati akibat sakit. Pemberian suplementasi madu juga mempengaruhi agresifitas kelompok percobaan, dimana pada kelompok percobaan tidak ada mencit yang mati akibat tingkah laku agresif kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan 4 ekor mencit mati. Data mengenai mencit yang mati dapat dilihat pada tabel 5.5 dan 5.6.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, telah ditemukan bahwa madu mengandung berbagai macam zat gizi yang memiliki berbagai macam efek positif untuk tubuh, dan melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan data-data yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara suplementasi madu

(47)

BAB 6

KESIMPULAN & SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Pemberian suplementasi madu dapat meningkatkan berat badan hewan coba secara signifikan.

2. Adanya efek madu pada berbagai variabel yang bukan merupakan

parameter pengukuran utama, namun dapat dinilai secara kualitatif dan subjektif, seperti keadaan umum sampel, dan juga agresifitas sampel dalam kelompoknya.

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran yaitu:

1. Penelitian ini adalah uji pre-klinis pada hewan coba. Untuk melihat efek langsung madu terhadap manusia, perlu dilakukan uji klinis pada manusia untuk melihat efek madu tersebut, bukan hanya pada hewan coba. Dimana diharapkan dari hasil uji klinis, hasil penelitian ini dimana ada hubungan pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan mencit dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan suplementasi madu kepada masyarakat dengan indeks massa tubuh rendah, ataupun kepada balita atau anak-anak yang memiliki masalah dengan nafsu makan sehingga memiliki berat tubuh yang kurang dari ideal, dengan harapan dapat meningkatkan berat badannya.

(48)

3. Penelitian dilakukan satu kandang untuk satu kelompok sampel hewan coba. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat dicoba untuk memisahkan hewan coba sehingga mengurangi efek agresifitas antar sampel.

4. Pengamatan terhadap pakan hewan coba memiliki hasil yang bervariasi akibat tingginya kemungkinan terjadinya error akibat perilaku sampel. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya error tersebut diusahakan untuk dicegah baik dengan perubahan cara pemberian

pakan atau perubahan bentuk tempat makan sampel sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi hewan coba dapat diukur secara kuantitaif dan menghasilkan suatu hasil yang bermakna.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

BOGDANOV, S. (2011) Honey as Nutrient and Functional Food: A Review

[WWW]. Diambil dari:

http://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/8HoneyNutrientFunctionalReview.p

df [Diakses: 6 Januari 2011].

DEWI, M.R. (2010) Pengaruh Hepatoprotektor Madu Terhadap Kerusakan Histologis Sel Hepar Mencit (Mus musculus) yang Diberi Perlakuan Natrium

Siklamat [WWW]. Diambil dari:

http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/169140709201001091.pdf [Diakses

18 Februari 2011].

ELLIOTT S. et al. (2002) Fructose, weight gain, and the insulin resistance syndrome. Am J Clin Nutr, 76, pp. 911–922.

FAUCI ANTONY S. et al. (eds.) (2008) Biology of Obesity. Harrison’s Principle

of Internal Medicine, 74, pp. 462-468.

FEDERER, WALTER T. (1963) Experimental Design: Theory and Application. New York: MacMillan.

FESSENDEN, RONALD (2007) Honey—More than Just a Sweetener, Naturally.

AAS Journal, 14(3).

GUYTON A.C., dan HALL J.E. (2006) Propulsion and Mixing of Food in the Alimentary Tract. Textbook of Medical Physiology. 11th Ed. 63:781-790 HARIYATI, L.F. (2010) Aktivitas Antibakteri Berbagai Jenis Madu Terhadap

Mikroba Pembusuk (Pseudomonas fluoroscens FNCC 0071 dan Pseudomonas putida FNCC 0070) [WWW]. Diambil dari:

http://eprints.uns.ac.id/526/1/170552511201011471.pdf [Updated 25

November 2010].

LAURENCE, D.R., dan BACHARACH, A.L. (1964) Evaluation of Drugs Activity: Pharmacometrics. New York: Academic Press.

(50)

MOLAN, P. (1996) Authenticity of Honey. In: ARSHURST P. R. DAN DENNIS M. J. Food Authentication. London: Blackie Academic and Professional. MUELLER WM. et al. (1998) Evidence that glucose metabolism regulates leptin

secretion from cultured rat adipocytes. Endocrinology, 139, pp. 551–558. MUSHTAQ R, MUSHTAQ R dan TASAWAR KHAN Z. (2011) Effects of

Natural Honey on Lipid Profile and Body Weight in Normal Weight and Obese Adults: A Randomized Clinical Trial. Pakistan J. Zool, 43 (1), pp. 161-169.

NATIONAL HONEY BOARD (2003) Definition of Honey and Honey Products

[WWW]. Available from www.honey.com/images/downloads/honeydefs.pdf [Accessed 7 March 2011]

NGATIDJAN (1991) Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM, pp. 94-132.

NOTOADMODJO, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.

SAAD M.F. et al. (2002) Insulin Regulates Plasma Ghrelin Concentration. J Clin Endocrinol Metab, 87, pp. 3997–4000.

SASTROASMORO, S. (2008) Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

SURANTO A. (2007) Terapi Lebah. Jakarta : Penebar Swadaya.

TEFF K. et al. (2004) Dietary Fructose Reduces Circulating Insulin and Leptin, Attenuates Postprandial Suppression of Ghrelin, and Increases Triglycerides in Women. J. Clin. Endocrinology Metabolism, 89, pp. 2963-2972.

WHITE JR, J.W. (1981) Honey, Its Composition and Properties. In Agricultural Handbook, 335, pp. 56-64.

(51)

YASIN, R. F. (2009) Pengaruh Pemberian Madu Temulawak terhadap Peningkatan Berat Badan Anak Usia Toddler [WWW] Universitas

Airlangga. Diambil dari:

http://www.alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/295827377_abs.pdf [Diakses 7

Gambar

Tabel 2.1 Substansi yang mempengaruhi pusat rasa lapar dan kenyang di
Gambar 2.1 Mekanisme kontrol umpan balik nafsu makan (Guyton dan Hall,
Tabel 2.2 Komposisi Madu
Gambar 2.2 Kadar Insulin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahan ajar matematika materi Fungsi Kuadrat ini disusun untuk membantu peserta didik kelas IX MTs Sirnamiskin Bandung dalam mengembangkan kemampuan memahami fungsi

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat media pemelajaran dapat meningkatkan perhatian, motivasi serta keterlibatan peserta didik dalam

Kombinasi minyak atsiri serai dan cengkih diduga memiliki potensi sebagai pengawet alami pada daging ayam yang lebih baik dibandingkan pada penggunaan secara

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

17 Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran

Peneliti menggunakan algoritma deteksi kemacetan lalu lintas berdasarkan algoritma Monte Carlo untuk menghitung luas foreground dari citra biner. Hasil dari algoritma ini berupa

Fakta ini sejalan dengan hasil asesmen permasalahan yang telah dilakukan, yakni sebagian besar peserta didik di kelas XII belum melakukan penyesuaian kemampuan

Berdasarkan hasil dari ANOVA untuk nilai rata ± rata maupun nilai SNR didapatkan setting level optimal dari faktor ± faktor terkontrol batu bata, faktor yang memiliki