• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VII RKS Spesifikasi Teknis dan Gambar Hydrant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab VII RKS Spesifikasi Teknis dan Gambar Hydrant"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Bab VII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

Keterangan

(2)

SPESIFIKASI ADMINISTRASI UMUM DAN TEKNIS

PEKERJAAN

PENGADAAN DAN PEMASANGAN INSTALASI FIRE HYDRANT GEDUNG KANWIL DITJEN PBN PROVINSI DKI JAKARTA

TAHUN ANGGARAN 2010

URAIAN DAN SYARAT-SYARAT

ADMINISTRASI UMUM

Pasal 1

PEMBERI TUGAS, PERENCANA, DAN PENGAWAS

1.1. Pemberi tugas adalah Kantor Wilayah Direktorrat Jenderal Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta.

1.2. PerencanaPengadaan Dan Pemasangan Instalasi Fire Hydrant adalah PT. BAHANA NUSANTARA yang berkedudukan di Jakarta sebagai penanggung jawab teknis untuk Proyek PerencanaanPengadaan Dan Pemasangan Instalasi Fire Hydrant.

1.3. Pengawas Pelaksana Proyek pembangunan secara intensif adalah suatu Team Teknis yang ditunjuk oleh pemilik bangunan.

Sedangkan untuk pengawas secara berkala dilakukan oleh pihak Konsultan Perencana sesuai dengan penugasannya.

1.4. Untuk selanjutnya istilah Team Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat 1.4. pasal ini, dalam buku uraian dan syarat-syarat ini disebut Direksi.

Pasal 2

LINGKUP PEKERJAAN

2.1. Pekerjaan yang dimaksud adalah Proyek Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Instalasi Fire Hydrant, meliputipekerjaan Penggantian Pompa dan Jaringan.

2.2. Lokasi Proyek terletak di Jl. Otto Iskandardinata No. 53-55 Jakarta Timur

2.3. Nama Proyek : Perencanaan Pengadaan Dan Pemasangan Instalasi Fire Hydrant, Gedung Kanwil Ditjen PBN Provinsi DKI Jakarta.

2.4. Pemegang Mata Anggaran adalah Pemerintah RI yang dalam hal ini Ditjen PBN Provinsi DKI Jakarta Cq. Pejabat Yang Melakukan Tindakan Yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran. Yaitu Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

Pasal 3

PERATURAN – PERATURAN

3.1. Disamping RKS ini, maka syarat-syarat ini yang berlaku adalah:

a. Algemene Voorwarden Voor De Uitvooring Bij Aanneming Van Openbare Warken, yang disahkan dengan surat keputusan pemerintah Hindia Belanda nomor 9 Tanggal 28 Mei 1941 dan lembaran negara nomer 14571 (khusus pasal-pasal yang masih berlaku).

b. Peraturan umum bahan bangunan Indonesia (PUBI-1982). c. Standard Industri Indonesia (SII).

(3)

e. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.

f. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1977, yang diterbitkan oleh Yayasan Normalisasi Indonesia.

g. Pedoman Plumbing Indonesia 1979, Departemen Pekerjaan Umum, 1979.

h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1961, yang diterbitkan oleh Yayasan Normalisasi Indonesia.

i. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI).

j. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia (PUIPP-1983).

k. Peraturan perubahan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga Kerja Republik Indonesia.

l. Persyaratan Cat Indonesia (NI-4).

m. Peraturan Semen Portland Indonesia (NI-8).

n. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.

o. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

p. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 16 Tahun 1984, tanggal 22 Maret 1994 beserta Lampirannya.

q. Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor: 0251KPTSICK11993, tanggal 1 April 1993.

r. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007 Tanggal 27 Desember 2007 Tentang Pedoman Standarisasi Pembangunan Perumahan Dinas dan Gedung Pemerintah.

3.2. Selain Ketentuan-ketentuan yang tersebut diatas berlaku pula dalam ketentuan ini:

a. Gambar Bestek yang dibuat oleh perencanaan yang sudah disahkan oleh Direksi Pemimpin Proyek, termasuk juga Gambar-gambar Kerja yang dibuat oleh Pemborong dan sudah disetujui/disahkan oleh Direksi/Pemimpin Proyek.

b. Petunjuk-petunjuk dan peringatan tertulis yang dikeluarkan oleh pimpinan proyek. c. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

d. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing). e. Surat Perjanjian Melaksanakan Pekerjaan/Kontrak.

f. Rencana Kerja Pelaksanaan (Time Schedule) yang dibuat oleh pemborong dan disetujui oleh Direksi Pemimpin Proyek.

3.3. Pemborong harus mentaati dengan tertib segala peraturan umum dan semua syarat-syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 4

PELAKSANAAN KONTRAKTOR

Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon pemborong harus menyediakan :

4.1. Wakil sebagai penaggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksana pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.

4.2. Buku harian untuk :

a. Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.

(4)

4.3. Alat-alat yang senantiasa tersedia diproyek adalah : a. 1 (satu) Kamera

b. 1 (satu) alat ukur schuifmal

c. 1 (satu)alat ukur optik (theodolit/waterpass) d. 1 (satu) komputer dan alat cetak (Printer) e. 1 (satu) alat ukur panjang 50m, 5m

f. 1 (satu) Mistar Waterpass panjang 120cm.

Pasal 5

PEGAWAI PENYELENGGARA DARI PEMBORONG

5.1. Pemimpin harian pada pelaksanaan pekerjaan oleh pemborong harus diserahkan kepada penyelenggara kepala (site manager) yang ahli dan berpengalaman.

5.2. Sebelum pelaksanaan pembangunan dimulai, calon penyelenggara kepala dan pembantu pembantunya harus diajukan kepada koordinasi pengawas lapangan untuk dipertimbangkan. Pekerjaan pembangunan baru dapat dimulai setelah calon-calon tersebut.

5.3. Penyelenggara kepala harus terus menerus berada ditempat pekerjaan selama jam-jam kerja dan setiap saat diperlukan dalam pelaksanaan atau pada setiap saat yang dikehendaki konsultan pengawas lapangan, dan wajib mengisi daftar hadir dan buku Direksi/pemimpin proyek dilapangan yang disahkan oleh pengawas lapangan.

5.4. Penyelenggara kepala mewakili pemborong ditempat pekerjaan. Semua langkah dan tindakannya oleh konsultan pengawas lapangan dianggap sebagai langkah dan tindakan pemborong.

5.5. Petunjuk dan perintah konsultan pengawas lapangan didalam pelaksanaan disampaikan langsung kepada pemborong melalui penyelenggara kepala sebagai penanggung jawab dilapangan.

5.6. Pemborong diwajibkan pada setiap saat menjalankan disiplin dan tata tertib yang kental terhadap seluruh buruh, karyawan termasuk pemborong bahan-bahan yang berada dibawahnya. Siapapun diantara mereka yang tidak berwenang, melanggar terhadap peraturan umum, menganggu ataupun merusak ketertiban, berlaku tidak sononoh, melakukan perbuatan yang merugikan pelaksanaan pekerjaan, harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah pertama dari konsultan pengawas lapangan.

Pasal 6

PEMAKAIAN UKURAN

6.1. Pemborong bertanggung jawab mengenai ketentuan yang tercantum dalam RKS dan Gambar-gambar.

(5)

6.3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun menjadi tanggungjawab pemborong. Oleh karena itu sebelumnya kepadanya diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh gambar-gambar yang ada.

Pasal 7

PENGUKURAN GARIS & KETINGGIAN PERMUKAAN

7.1. Kontraktor harus bertanggungjawab atas kebenaran penetapan ketinggian dilapangan yang disetujui secara tertulis oleh pengawas.

7.2. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menyediakan semua peralatan perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan dalam hubungannya dengan penetapan tersebut dalam butir 1.

7.3. Pencocokan penetapan ketinggian dilapangan oleh pengawas, bagaimanapun juga tidak melepaskan kontrak dari tanggungjawab atas ketetapan dari penetapan ketinggian tersebut dan kontraktor harus melindungi dan menjaga dengan hati-hati semua patok tetap, bowplank dan benda-benda yang lain yang digunakan dalam penetapan ketinggian.

Pasal 8 PENJAGAAN

8.1. Pemborong wajib mengadakan penjagaan yang baik dan terus menerus selama berlangsungnya pekerjaan atas seluruh daerah pembangunan yaitu yang meliputi bangunan yang dalam penyelenggaraan, halaman parkir, jalan, lansekap, jaringan kabel-kabel & pipa-pipa penerangan halaman dan lain-lain.

8.2. Untuk keperluan pengamanan, pemborong diharuskan membuat pagar pengaman disekeliling daerah pembangunan yang diperlukan sesuai dengan fungsinya.

8.3. Pada jalan keluar masuk dibuat pintu yang kuat dan dapat dibuka/ditutup dengan sempurna, serta dibuat pos penjagaan pada bagian tersebut.

8.4. Selama berlangsungnya pekerjaan, semua dipelihara dengan baik dan pemborong bertanggungjawa untuk memperbaiki bilamana ada kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan pemborong sendiri.

Pasal 9 PENERANGAN

Pada kantor pemborong dan kantor konsultan pengawas lapangan, los-los kerja gudang-gudang dan beberapa tempat disekeliling halaman dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang dianggap perlu, harus diberi penerangan yang cukup. Sumber penerangan menjadi beban pemborong.

Pasal 10

KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

(6)

10.2. Pemborong wajib membuat WC dan urinoir khusus untuk buruh.

10.3. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang ataupun yang berada dihalaman bebas diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum dan juga agar memudahkan jalannya pemeriksa dan peneliti bahan-bahan oleh konsultan pengawas.

10.4. Tidak diperkenankan :

1. Buruh menginap ditempat pekerjaan kecuali dengan izin konsultan pengawas lapangan.

2. Memasak ditempat pekerjaan kecuali dengan izin konsultan pengawas.

3. Membawa masuk penjual-penjual makanan. Buah-buahan, Minuman, Rokok dan sebagainya ditempat pekerjaan.

4. Keluar masuk dengan bebas.

10.5. Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh konsultan pengawas lapangan pada waktu pelaksanaan.

Pasal 11

HALAMAN KERJA DAN PENGGUNANYA

Peraturan dan penggunaan halaman kerja ditentukan oleh konsultan pengawas lapangan, pemborong harus terlebih dahulu memberikan usulan-usulan mengenai peta dan ukuran dari rencana penempatan gudang, los kerja tempat penimbunan bahan-bahan dan sebagainya.

Bila diperlukan tempat kerja dan tempat tersebut terletak diluar daerah penguasaan Direksi/Pemimpin Proyek. Bilamana harus disewa, maka pemborong harus menyelesaikan tanpa membebani dengan biaya tambahan.

Pasal 12

KECELAKAAN DAN PETI P3K

12.1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini maka pemborong diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan diri di korban. 12.2. Pemborong bertanggung jawab atas kecelakaan yang ditimbulkan yang menimpa baik

para karyawan dari pemborong sendiri maupun orang-orang lain yang berada di lapangan pembangunan dan sekitarnya.

12.3. Peti P3K dengan isinya yang selalu lengkap harus tetap berada di tempat pekerjaan.

Pasal 13 I Z I N

IMB telah selesai dan resiko dilapangan/proyek yang terjadi adalah tanggung jawab kontraktor, baik itu izin lingkungan maupun izin setempat.

Pasal 14

JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN

(7)

Pasal 15

KELAMBATAN DAN PERPANJANGAN WAKTU

15.1. Kelalaian pemborong utama atau pemborong bawahan melaksanakan pekerjaan, pekerjaan tambah, memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh pemborong, tidak akan diluluskan dalam permintaan perpanjangan waktu.

15.2. Untuk kelambatan akibat tindakan Direksi/Pemimpin Proyek dan konsultan pengawas lapangan, keadaan force majeure, dapat diadakan perpanjangan waktu setelah dinilai dengan seksama oleh Direksi/Pemimpin Proyek, dan konsultan pengawas lapangan yaitu atas permintaan tertulis dari pemborong.

15.3. Pada perpanjangan waktu tersebut harus diajukan secara tertulis oleh pemborong selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah terjadinya peristiwa tersebut dan diketahui disetujui oleh lembaga setempat yang berwenang.

15.4. Pada peristiwa dihentikan sementara suatu bagian/keseluruhan pekerjaan oleh konsultan pengawas akibat kelalaian pemborong, tidak diadakan perpanjangan waktu.

Pasal 16

PERATURAN PEMBAYARAN

Peraturan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan akan diatur sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam surat perjanjian pemborong dan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Pasal 17

PENUNDAAN PEMBAYARAN

17.1. Apabila terdapat kesalahan dalam pelaksanaan, hasil yang kurang memuaskan, kerusakan-kerusakan yang tidak atau belum diperbaiki dari hasil koreksi dan pemeriksaan konsultan pengawas lapangan.

17.2. Belum menyerahkan gambar revisi seperti yang dimaksud pada pasal 2 ayat d. 17.3. Belum memenuhi ketentuan administrasi.

Bila mana hal-hal tersebut diatas sudah diselesaikan, maka pembayaran angsuran dapat dilakukan.

Pasal 18

HUBUNGAN KONTRAKTOR DENGAN KONTRAKTOR LAINNYA/ SUB KONTRAKTOR

18.1. Pada dasarnya pekerjaan pemborong harus dilakukan sendiri oleh kontraktor yang ditunjukkan apabila pelaksanaan bagian-bagian pekerjaan akan dipindahkan kepada sub kontrak, hal tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pimpinan proyek/Direksi.

18.2. Semua kontraktor yang melaksanakan pekerjaan proyek ini masing-masing bertanggungjawab langsung kepada Direksi/Pimpinan Proyek.

18.3. Dilapangan kerja, masing-masing kontraktor bertanggung jawab penuh atas pengaturan bahan, pekerjaan dan peralatan serta hal-hal lain yang menyangkut keamanan, ketertiban dan kebersihan lapangan.

18.4. Masing-masing kontraktor wajib memberitahukan dan memberikan kepada konsultan pengawas lapangan data-data yang diperlukan untuk memulai pekerjaan dilapangan serta data-data yang diperlukan oleh kontraktor pekerjaan sejauh yang menyangkut pekerjaan yang ada hubungannya dengan yang akan dikerjakan.

(8)

lapangan untuk penentuan atau penyelesaian hal-hal tersebut sehingga menyebabkan tertundanya waktu. Penyelesaian pekerjaan menjadi tanggung jawab masing-masing kontraktor.

18.6. Bilamana kontraktor mengalami kerugian, akibat kerusakan pekerjaan atau keterlambatan dalam menyelesaikan pekerjaannya dan terjadi oleh karena kelalaian kontraktor lainnya dan dinyatakan kebenarannya oleh konsultan pengawas lapangan maka kontraktor lain tersebut harus mengganti segala kerugian dari kontraktor yang dirugikan.

Pasal 19 P E N G A W A S

19.1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh konsultan pengawas lapangan.

19.2. Pada setiap saat konsultan pengawas lapangan atau petugas-petugasnya harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, setiap bahan, pengolahan maupun sumber-sumbernya.

19.3. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan konsultan pengawas lapangan adalah menjadi tanggung jawab pemborong. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan pemeriksaan. 19.4. Jika diperlukan pengawasan oleh konsultan pengawas lapangan diluar jam-jam kerja,

maka segala biaya untuk itu menjadi beban pemborong.

Pasal 20

BAGIAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN LAIN-LAIN

20.1. Sepuluh hari setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang, pemborong harus telah siap dengan bagan kemajuan pekerjaan (progress schedule) sesuai dengan batas waktu maksimal yang telah ditetapkan. Bagan tersebut disusun secara konvensional (barchart) dan diagram network.

20.2. Di dalam bagan kemajuan pekerjaan ini dicantumkan :  Besarnya (volume) masing-masing pekerjaan;  Bobot prestasi masing-masing pekerjaan;

 Tenaga hari (mandays) masing-masing pekerjaan;  Grafik rencana pekerjaan.

20.3. Pemborong pada waktu yang tersebut dalam ayat a diatas harus pula secara terpisah menyusun bagan pengerahan tenaga dan bagan penyediaan bahan yang diperlukan. 20.4. Bahan-bahan tersebut harus diperlihatkan kepada konsultan pengawas lapangan untuk

mendapatkan persetujuan tertulis.

20.5. Kelalaian dalam memuaskan bagan-bagan yang dimaksud dapat menyebabkan ditundanya permulaan pekerjaan. Akibat dari penundaan ini menjadi tanggung jawab pemborong selurunya.

(9)

pelaksanaan seluruh pekerjaan oleh konsultan pengawas lapangan. Akibat dari penghentian pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.

Pasal 21

RESIKO UPAH DAN HARGA

Didalam pelaksanaan pekerjaan ini fluktuasi upah/harga bahan yang terjadi selama masa pembangunan menjadi resiko pemborong.

Pasal 22

DAFTAR TENAGA KERJA & PERALATAN KONSTRUKSI

Kontraktor harus menyerahkan kepada pengawas ahli, laporan yang terperinci dalam bentuk formulir pada waktu yang telah ditentukan oleh pengawas ahli yang antara lain mencantumkan jumlah tenaga kerja serta keahliannya, peralatan-peralatan konstruksi dan lain-lain.

Pasal 23

MENGUTAMAKAN JASA PRODUKSI DALAM NEGERI

Pengutamaan jasa produksi dalam negeri, kecuali ditentukan lain dalam kontrak, untuk pelaksana, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan maka :

23.1. Kontraktor atas biaya sendiri, harus mengadakan dan menyediakan semua : peralatan konstruksi dan bahan, baik untuk pekerjaan permanen maupun pekerjaan sementara, termasuk segala macam barang lain yang diperlukan.

23.2. Dalam hal pengadaan semua bahan baku, barang jadi, setengah jadi dan lain-lain, kontraktor harus mengutamakan jasa produksi dalam negeri meskipun harus tetap memperlihatkan syarat-syarat mutu bahan yang bersangkutan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan pengawas, kecuali bila ditentukan lain dalam RKS teknis.

Pasal 24

MUTU BAHAN, HASIL KERJA & PENGUJIAN

24.1. Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut, pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh kepada pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan sebleum bahan-bahan didatangkan ditempat pekerjaan.

24.2. Bahan-bahan yang tidak sesuai/tidak memenuhi syarat atau berkualitas jelek yang dinyatakan ditolak oleh pengawas lapangan, harus segera dikeluarkan dari lapangan dan tidak boleh digunakan.

24.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh pengawas lapangan dan ternyata masih dipergunakan oleh pelaksana, maka pengawas lapangan wajib memerintahkan pembongkaran kembali kepada pelaksana/ pemborong yang mana segala biaya yang disebabkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan pemborong. 24.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari

bahan-bahan tersebut pengawas lapangan berhak meminta kepada pelaksana/ pemborong untuk mengambil contoh-contoh dari bahan-bahan tersebut dan memeriksakannya kelaboratorium balai penelitian bahan-bahan milik pemerintah yang mana segala biaya pemeriksaan tersebut menjadi tanggung jawab pemborong.

(10)

Pasal 25

MEMASUKI LAPANGAN

Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan, barang dapat dibuat dan kontraktor harus memberi fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat-tempat tersebut.

Pasal 26

PEMERIKSAAN PEKERJAAN SEBELUM DITUTUP

26.1. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi hak terlihat sebelum mendapatkan persetujuan pengawas dan pemborong harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pengawas ahli untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.

26.2. Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan pengawas tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila pengawas memberikan petunjuk tertulis kepada kontraktor apa yang harus dilakukan.

Pasal 27

KERJA MALAM HARI & HARI MINGGU LIBUR

27.1. Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak, maka pekerjaan permanen tidak boleh dilaksanakan pada malam hari, hari minggu atau hari libur resmi tanpa ijin tertulis dari pengawas, kecuali apabila pekerjaan itu tidak dapat ditunda atau mutlak harus dilaksanakan untuk menyelamatkan jiwa atau harta benda/keselatam pekerjaan. Kontraktor harus segera memberitahukan secara tertulis kepada pengawas dan segala biaya sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan tersebut akan ditanggung oleh kontraktor.

27.2. Dalam hal kontraktor memerlukan untuk bekerja diluar jam kerja, hari Minggu atau hari libur resmi, maka sebelumnya harus mengajukan permohonan tertulis kepada pengawas untuk dipertimbangkan apabila pengawas memandang perlu kontraktor diijinkan bekerja.

Pasal 28

KEMAJUAN PEKERJAAN

28.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh kontraktor demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh pengawas.

(11)

Pasal 29

PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN PEMBUATAN

‘AS-BUILT DRAWING’

29.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan dokumen kontrak.

29.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, kontraktor berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing). Biaya untuk penggambaran “As-Built Drawing” sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

Pasal 30

URAIAN UMUM KEGIATAN

30.1. Pemberian pekerjaan meliputi:

Mendatangkan (levering), pengelolaan semua bahan, pengerahan tenaga kerja, mengadakan alat bantu dan sebagainya yang ada pada umumnya langsung termasuk di dalam usaha menyelesaikan dengan baik dan menyerahkan pekerjaan yang sempurna dan lengkap.

30.2. Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada waktu penawaran, termasuk segala sesuatu yang berada disitu diserahkan tanggung jawab kepada kontraktor.

30.3. Oleh kontraktor, pekerjaan haruslah diserahkan dengan sempurna dalam keadaan selesai dimana termasuk pembersihan lapangan dan sebagainya.

30.4. Untuk keperluan persiapan dan perlengkapan guna pelaksanaan pekerjaan utama, kontraktor berkewajiban antara lain :

a. Membersihkan halaman kerja dari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan utama.

b. Mengadakan sumber-sumber air untuk keperluan pelaksanaan air kerja harus memenuhi syarat-syarat yang diperlukan masing-masing pekerjaan yang bersangkutan.

c. Mengadakan penerangan listrik pada halaman kerja.

d. Membuat gudang-gudang, los-los kerja dan kantor pemimpin proyek dan konsultan pengawas lapangan.

e. Mengadakan hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. f. Pembuatan pagar pengaman.

30.5. Pekerjaan utama yang harus dilaksanakan oleh kontraktor Renovasi Kantor Gedung 3 Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta adalah:

a. Pekerjaan persiapan, termasuk pembuatan kantor konsultan pengawas lapangan dan pimpinan proyek dilapangan, los kerja, bouwplank, dan pagar sementara.

b. Pekerjaan perawatan selama jangka waktu pemeliharaan, termasuk pembersihan umum pada penyerahan pertama ; yaitu bahan-bahan, barang-barang, sampah, kerusakan-kerusakan atau hal-hal lain yang merupakan akibat dari pekerjaan kontraktor.

(12)

dan harus secara optimal dapat berfungsi dalam mendukung kegiatan agar efektif dan efisien.

d. Pekerjaan Interior yang diarahkan kepada dukungan alur aktifitas manusia di dalamnya, sehingga aktifitas dapat dilakukan secara nyaman dan inspiratif serta manusia yang bekerja di dalamnya bisa terinspirasi untuk memperbaiki etos kerja yang sudah ada.

e. Pekerjaan lain yang tercantum ataupun yang dimaksud dalam gambar-gambar RKS serta berita acara penjelasan.

30.6. Pekerjaan harus dikerjakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam RKS, gambar-gambar yang ada maupun susulan berita acara penjelasan, perintah-perintah selama pekerjaan berlangsung dan petunjuk-petunjuk konsultan pengawas lapangan.

Pasal 31

KANTOR PEMIMPIN PROYEK & KONSULTAN PENGAWAS LAPANGAN, KANTOR KONTRAKTOR, GUDANG DAN LOS KERJA

31.1. Untuk Kantor Pemimpin Proyek dan Konsultan Pengawas Lapangan dan Kantor Kontraktor, kontraktor diharuskan membuat bangunan sementara (Direksi keet).

Ruangan-ruangan yang dibutuhkan oleh pemimpin proyek dan konsultan pengawas lapangan adalah:

 Ruang rapat & administrasi 9 m2

 Administrasi 6 m2

 Kamar Mandi & WC seluas 3 m2

 Gudang 6 m2

---24 m2

Kantor ini harus dilengkapi dengan instalasi listrik untuk penerangan dan sumber daya kebersihan dan perawatan bangunan menjadi tanggung jawab kontraktor, lampu penerangan harus dijaga agar senantiasa dalam keadaan baik.

Kantor ini harus pula dilengkapi dengan alat-alat rumah tangga sederhana yang teridir dari:

 1 Buah meja rapat rapat.  6 Buah kursi rapat.  2 Buah meja tulis.

 1 Buah White Board dengan perlengkapan tulisnya berukuran 90 x 20 cm.

Kamar mandi dan WC diperlengkapi dengan bak mandi dan closed jongkok teraso.

31.2. Untuk keperluan penimbunan bahan, baik milik kontraktor maupun kontraktor bawahan yang memerlukan perlindungan terhadap cuaca dan pencurian, kontraktor wajib membuatkan gudang yang terbuat dari lantai yang kedap air, dinding kayu dan slap asbes semen gelombang.

(13)
(14)

PERSYARATAN TEKNIS

PELAKSANAAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pengadaan, pemasangan dan pengisian sistem pemadam kebakaran yang meliputi:

- Sistem pompa, pemipaan beserta perlengkapannya yang meliputi pemipaan pada instalasi pompa, pemipaan distribusi pada setiap titik pengeluaran.

- Lingkup pekerjaan secara umum adalah pemasangan system pompa hydrant diarea pump room beserta perlengkapannya, peralatan valve-valve, kontrol, fitting dan instrumentasi.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. NFPA – National Fire Protection Association 2.2. Seluruh Standard yang berlaku di Indonesia.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Gambar-gambar

3.1.1 Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikat.

3.1.2 Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan service/maintenance jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.

3.1.3 Gambar-gambar arsitek dan struktur/sipil harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.

3.1.4 Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan detail kepada Konsultan pengawas / Manajemen Kontruksi untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini.

3.1.5 Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang disertai dengan operating dan maintenance instruction serta harus diserahkan kepada Konsultan pengawas / Manejemen Kontruksi pada saat penyerahan pertama dalam rangkap 4 (empat) terdiri 1 kalkir dan 3 cetak biru, dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

3.2 Koordinasi

3.2.1 Kontraktor instalsi ini hendaknya bekerja sama dengan Kontraktor instalasi lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

(15)

3.2.3 Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibatnya menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

3.3 Pelaksanaan Pemasangan, Testing dan Commisioning

3.3.1 Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimuali, Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja ( Shop Drawing ) dan detailnya kepada Konsultan pengawas / Menejemen Kontruksi dan dikoordinasikan dengan Konsultan Perencana dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.

3.3.2 Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukurandan kapasitas peralatan yang akan dipasang. Apbila ada sesuatu yang diragukan, Kontraktor harus segera menghubungi Konsultan pengawas / Menejemen Kontruksi. Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.3.3 Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta.

3.3.4 Semua bahan perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.

3.4 Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan

3.4.1 Peralatan instalasi ini harus digaransi selama satu tahun terhitung sejak saat penyerahan pertama.

3.4.2 Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama enam bulan terhitung sejak saat penyerahan pertama.

3.4.3 Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi diwajibkan mengatasi segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.

3.4.4 Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. 3.4.5 Selama masa pemeliharaan ini, apabila Kontraktor instalasi ini tidak

melaksanakan teguran dari Konsultan pengawas/Menejemen Kontruksi atas perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut kepada pihak lain atas biaya Kontraktor instalasi.

3.4.6 Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi ini harus melatih petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemilik sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan pemeliharaannya.

3.4.7 Serah terima dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda tangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan MK sert dilampiri Surat Ijin Pemakaian dari Jawatan Keselamatan Kerja.

3.4.8 Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah:

 Berita Acara Serah Terima Kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan baik, ditandatangani bersama Kontraktor,Pemberi Tugas dan Konsultan pengawas /Manejemen Kontruksi.

(16)

 Semua gambar instalasi terpasang beserta operating, instruction, technical dan maintenance manual rangkap 6 (enam) termasuk 1 (satu) set asli telah diserahkan kepada Konsultan pengawas.

3.5 Laporan-laporan

Kontraktor wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang memberikan gambaran mengenai:

3.5.1 Kegiatan fisik

3.5.2 Catatan dan perintah Konsultan pengawas yang disampaikan secar lisan maupun secara tertulis

3.5.3 Jumlah material masuk/ditolak 3.5.4 Jumlah tenaga kerja

3.5.5 Keadaan cuaca dan 3.5.6 Pekerjaan tambah/kurang

3.6 Penanggungjawab Pelaksanaan

Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggungjawab pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Kontraktor dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan yang bertanggungjawab penuh dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh pihak Konsultan pengawas / Menejemen Kontruksi.

Penanggungjawab tersebut diatas juga harus berada ditempat pekerjaan pada saat dipelukan/dikehendaki oleh pihak Konsultan pengawas /Menejemen Kontruksi.

3.7 Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi

3.7.1 Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari Konsultan pengawas / Menejemen Kontruksi dan dikoordinasikan dengan Konsultan Perencana.

3.7.2 Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada pihak Konsultan pengawas / Menejemen Kontruksi dalam rangkap 3 (tiga).

3.7.3 Perubahan material, dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor kepada Konsultan pengawas / Menejemen Kontruksi secara tertulis dan pekerjaan tambah/kurang. Perubahan yang ada harus disetujui oleh Konsultan pengawas / Menejemen Kontruksi dan dikonfermasikan dengan Konsultan Perencana secara tertulis.

3.8 Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran.

3.8.1 Pembobokan lantai, dinding dsb yang diperlukan dalam pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan instalasi ini.

(17)

3.9 Pemeriksaan Rutin dan Khusus

3.9.1 Pemeriksaan rutin harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi secara periodik dan tidak kurang dari tiap dua minggu.

3.9.2 Pemeriksaan khusus harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Konsultan pengawas/ Menejemen Kontruksi / Pemilik dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.

3.10 Klausal yang disebutkan kembali

3.10.1 Apabila dalam Dokumen Tender ini ada Klausal yang dikembalikan pada item/ayat lain, maka ini bukan berarti menghilangkan item tersebut, tetapi dengan pengertian lebih menegaskan masalahnya.

3.10.2 Kalau terjadi hal yang saling bertentangan antar gambar atau terhadap spesifikasi, maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi. 3.10.3 Pemilik bebas dari segala claim atau tuntutan terhadap hak-hak khusus

seperti paten dan lain-lain.

3.11 Instruksi Pemakaian dan Operator serta Training

Menjadi kewajiban Kontraktor untuk menyerahkan 4 (empat) set instruksi pemakaian/operasi serta cara-cara maintenance kepada Pemilik 3 (tiga) bulan sebelum Serah Terima Pertama Pekerjaan. Termasuk disini mendidik operator

atau orang-orang yang ditunjuk oleh Pemilik untuk

menggunakan/mengoperasikan, dan maintenance seperlunya terhadap instalasi Fire Extinguisher. Segala biaya tersebut adalah menjadi tanggungan Kontraktor.

3.12 Tangki Tekan (Diafragma Tank)

Instalasi pompa distribusi ini dilengkapi dengan tangki tekan. Seluruh ukuran, pembuatan, pengetesan dan pengoperasiannya harus mengikuti standar-standar pressure vessel seperti ASTM, AWWA, DIN atau yang setara dan mendapatkan sertifikat dari badan yang berwenang seperti Depnaker.

3.12.1 Satu buah tangki tekan Diafragma Tank dengan volume 100 liter dengan ukuran sesuai dengan gambar serta mampu bekerja pada tekanan kerja 10 bar untuk air perlawanan kebakaran.

3.12.2 dilengkapi dengan perpipaan inlet-outlet, valve, check valve, drain, pressure gage dan pressure switch yang dapat di set pada tekanan kerja yang diinginkan pada range 0-10 bar.

3.12.3 Tangki tekan harus dilengkapi dengan plat nama (name plate) yang meliputi volume, tekanan kerja, nama pemilik, pembuat, tahun pembuatan, dll. yang dianggap perlu.

3.12.4 Tangki tekan harus dilengkapi dengan pipa (dan check valve) masuk udara tekan untuk setting tekanan kerja, dimana tekanan pompa hidup adalah 6 bar dan tekanan pompa mati adalah 7 bar, pada volume efektif air, yakni selisih antara switching level, sebesar 1 sampai dengan 1,5 meter kubik.

3.13 Suku Cadang

(18)

 Satu unit impeller

 Gland packing yang menggunakan konstruksi stuffing box atau mechanical seal

 Bantalan berikut wearing rings  Poros berikut penguncinya  Gasket.

3.14 Pemeriksaan Dan Tes

3.14.1 Umum

Semua mesin-mesin berikut perlengkapannya harus diperiksa dan dites di pabrik sebelum dikirim. Setelah pemasangan mesin-mesin selesai, Kontraktor harus mengetes ulang di lapangan/di lokasi. Semua tes harus mendapat persetujuan direksi/tenaga ahli Kontraktor harus bertanggung jawab tentang tes di pabrik atau dilokasi, dan harus dapat memperlihatkan kefungsian masing-masing peralatan pada direksi/tenaga ahli. Direksi/tenaga ahli harus diperbolehkan untuk memeriksa semua peralatan/mesin-mesin pada saat dites. Sertifikat kalibrasi instrumen/alat-alat ukur yang dipakai dalam pengetesan ini harus mendapat persetujuan dari direksi/tenaga ahli. Jika selama tes di pabrik dan di lokasi, terdapat cacat maka Kontraktor harus mengganti komponen yang cacat tersebut dan mengetes ulang. Kontraktor harus menyerahkan hasil tes di pabrik maupun di lokasi (4 copy) pada direksi/tenaga ahli.

Semua tenaga kerja, peralatan tes dan kalibrasi peralatan/alat ukur yang dipakai pada pegnetesan (di pabrik/di lokasi) maupun biaya pengetesan merupakan tanggung jawab atau disediakan oleh Kontraktor.

3.14.2 Tes Pabrik, Pompa dan Motor Listrik

Semua pompa harus dites sesuai dengan ISO 3555 (pompa sentrifugal, aksial dan semi aksial – tes penerimaan class B), meliputi kondisi berikut ini:

 Semua pompa digerakkan oleh motor listrik

 Prosedur tes harus mendapat persetujuan dari Direksi/tenaga ahli  Semua pompa harus dites pada 4 atau lebih kondisi kerja, yaitu:  Kapasitas nol

 Kapasitas nominal

 Kapasitas maksimal yang diperbolehkan  Kapasitas minimal yang diperbolehkan

 Karakteristik masing-masing pompa yang harus meliputi :  Kapasitas aliran air

 Head  Efisiensi

 Daya listrik yang diserap  NPSH

(19)

otomatis harus dites kefungsiannya. Kontraktor harus melakukan tes tentang tahanan isolasi motor pada masing-masing phasanya dengan arde (IEC 34).

3.14.3 Tes Pompa dan Motor Listrik di Lokasi

 Setelah pompa berikut perlengkapannya dipasang, karakteristik yang sama pada kondisi kerja yang sama pada saat dites di pabrik harus dites kembali di lokasi.

 Tes tahanan isolasi pada masing-masing motor listrik antara phase dengan arde (IEC 34), jika harga tahanan isolasi motor listrik jauh di bawah harga tahanan isolasi pada saat dites di pabrik maka Kontraktor harus memperbaiki motor tersebut dengan cara pengeringan yang biasa dipakai.

 Pengetesan lain meliputi, arah rotasi, kelurusan sumber poros pompa dengan sumbu poros motor, dan setelah pompa bekerja selama 4 jam perlu diperiksa suara maupun getaran dan juga temperatur yang timbul pada sistem bantalan, dan pemanasan lokal pada motor winding.

4.0. BAHAN-BAHAN

Seluruh bahan dan alat yang akan dipasang harus benar-benar baru dengan kualtias yang dapat diterima.

4.1 Daftar Material

Pada waktu mengajukan penawaran Kontraktor harus menyertakan/melampirkan Daftar Material yang lebih diperinci daris emua bahan yang akan dipasang pada proyek ini nantinya, dan yang sesuai dengan dipersyaratkan dalam spesifikasi. Dalam daftar material ini harus disebut pabrik, merk, manufacturer, type, lengkap dengan brosur/katalog.

Dalam brosur/katalog atau keterangan-keterangan lain yang harus dimasukkan pada waktu penawaran harus dinyatakan:

o Kapasitas peralatan o Cara pemasangan

o Karakteristik cara kerjanya o Dimensi

o Dan lain-lain

4.2 Nama Pabrik/merk yang ditentukan

Apabila pada spesifikasi teknik ini disebutkan nama pabrik/merk dari satu jenis bahan maka Kontraktor wajib menawarkan dan memasang sesuai dengan yang ditentukan. Apabila pada saat pemasangan bahan/merk tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Konsultan pengawas akan menunjuk merk lain tapi dengan spesifikasi yang setara.

4.3 Contoh Bahan

(20)

Perencana. Apabila contoh-contoh tersebut ditolak oleh Konsultan pengawas / Menejemen Kontruksi dan Perencana, maka Kontraktor harus mengganti dan memperlihakan yang sesuai dengan spesifikasi untuk disetujui.

4.3.2 Kualitas teknis/listrik, merk/pabrik, karakteristik kerja, besar fisik dan kualitas estetika dari contoh material/bahan maupun instalasi yang telah disetujui adalah mengikat.

4.3.3 Biaya mengadakan contoh material adalah menjadi tanggungan dan biaya Kontraktor.

5.0. URAIAN PEKERJAAN DAN SPESIFIKASI MATERIAL/PERALATAN

5.1 Perpipaan

5.1.1 Umum

Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi:  Pipa

 Sambungan  Katup  Stariner

 Penggantungan dan penumpu  Sliv

 Bak kontrol  Blok beton  Galian  Pengecatan  Pengakhiran  Pengujian  Peralatan bantu

Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter nominal dari pipa dan letak serta arah dari masing-masing sistem pipa.

Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan/atau spesifikasi dipasang terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian lainnya.

Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan.

Semua orang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik pembuat.

a. Ringkasan Spesifikasi Bahan Perpipaan

Sistem Tekanan Spesifikasi

Hidrant 10 bar BSP SCH 40

Spesifikasi BSP 1

Penggunaan : Pemadam kebakaran

Uraian Keterangan

Pipa Black Steel pipe 1387 Skejul 40

Sambungan/fitting Dia 40 mm ke bawah malleable iron ANSI B 16.3 class 150 lb, W.O.G. screwed end.

(21)

Flange Dia 40 mm kebawah black maleable cas iron RF class 150 lb, screwed dia 50 mm keatas cast iron RF class 300 lb, welding joint. Valves Dia 40 mm kebawah black melleable cast

iron RF class 150 lb dengan ulir, BS 21/ANSI B.2.1. dia 50 mm keatas, cast iron body class 150 lb dengan sambungan flange.

b.Persyaratan Jenis Peralatan

Jenis peralatan yang boleh dipergunakan disini adalah sebagai berikut :

Fungsi Peralatan

Ukuran & Joint Jenis

Katup-katup (stop valve)

s/d 40 mm screwed Butter Fly Gate Diafragma 50 mm keatas flanged Butterfly

Gate Katup

Pengatur (regulating valve)

s/d 40 mm screwed Globe ButterFly Diafragma

50 mm keatas flanged Butterfly Gate Fungsi

Peralatan

Ukuran & Joint Jenis

Non return valve

s/d 40 mm screwed Swing check Globe check

50 mm keatas flanged Double Swing Check Dick Check

Pressure Reducer Die and flow type

Pressure Indicator Dial dia 100 m Dial Type

b. Persyaratan Pemasang 1. Umum

1.1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan.

1.2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.

1.3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam atau runcing, serta penghalan lainnya.

1.4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan fungsi system dan yang diperlukan digambar.

1.5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan UNION atau FLANGE.

(22)

1.7. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik buangan. Drains dan vents harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun pengurasan.

1.8. Katup/valve harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup/valve handled tidak boleh menukik.

1.9. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api, ruang-ruang kosong diantara sleeves dan pipa-pipa harus dipakai dengan bahan rock-wool.

1.10. Selama pemasangan bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan harus ditutup dengan menggunakan caps/plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain. 1.11. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan. 1.12. Pekerjaan galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan. 2. Penggantung dan Penunjang Pipa

2.1. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau sadle dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau perenggangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam tabel berikut ini:

Batas max Ruang (mm)

Jenis

pipa Ukuran pipa Interval mendatar (m) Interval tegak (m) BSP 1 Sampai 20

25 s/d 40

2.2. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini:

- Perubahan-perubahan arah - Titik percabangan

- Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis.

2.3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut : - Diameter Batang 300 mm atau lebih besar

6 mm 9 mm 13 mm 15 mm

dihitung dengan faktor keamanan 5 Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas. Penunjang pipa lebih

dari 2

Dihitung dengan faktor keamanan 5 terhadap kekuatan puncak

- Bentuk gantungan

(23)

2.4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak. 2.5. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat

sebelum dipasang.

3. Pemasangan Katup-Katup

Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan untuk bagian-bagian berikut ini:

3.1. Sambungan masuk dan keluar peralatan

3.2. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.

Di ruang mesin:

Ukuran pipa Ukuran katup

Sampai 75 mm 100 mm s/d 200 mm 250 mm atau lebih besar

20 mm 40 mm 50 mm Lain-lain ukuran katup 20 mm

4. Pemasangan strainer

Strainer harus disediakan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat berikut ini :

4.1. Katup-katup pengontrol

4.2. Katup-katup pengurang tekanan

5. Pemasangan Katup-katup

Katup-katup pelepasan tekanan harus disediakan ditempat-tempat yang mungkin timbul kelebihan tekanan.

Katup-katup pengaman harus disediakan di tempat-tempat yang dekat dengan sumber tekanan.

Katup-katup pengurangan tekanan harus disediakan ditempat-tempat dimana tekanan pemakai lebih rendah dari tekanan suplai.

6. Pemasangan Vent Otomatis

Vent udara otomatis harus disediakan ditempat-tempat tertinggi dan kantong udara.

7. Penyambungan pipa-pipa Sambungan Ulir

- Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir berlaku untuk ukuran sampai dengan 40 mm

- Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulit

- Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan zinkwite dengan campuran minyak

- Semua sambungan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau roda.

Sambungan Las

- Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las.

(24)

- Sebelum pekerjaan las dimulai Kontraktor harus mengajukan kepada direksi contoh hasil las untuk mendapatkan persetujuan tertulis

- Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mempunyai ijin tertulis dari Konsultan pengawas.

- Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk ini

Sleeves

- Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik

- Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber sealed atau Caulk.

8. Pembersihan

Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di setiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara/metoda yang disetujui sampai semua benda-benda asing disingkirkan.

c. Pengecatan 1. Umum

Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut : - Pipa service

- Support pipa dan peralatan - Konstruksi besi

- Flange

- Peralatan yang belum dicat dari pabrik - Peralatan yang catnya harus diperbaharui

2. Pengecatan

Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :

Lokasi pengecatan Pengecatan

Pipa dan peralatan Zinchromate primer 2 lapis dan dicat warna merah Pipa dan peralatan

expose

Zinchromate primer 2 lapis dan dicat akhir 2 lapis warna merah

Pipa dalam tanah Bitumin 2 lapis

3. Label Katup (valve tag)

- Tags untuk katup harus disediakan ditempat-tempat penting guna operasi dan pemeliharaan

- Fungsi-fungsi seperti Normally Open atau Normally Closed harus ditunjukkan di tags katup.

- Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.

3.1.2 Peralatan-peralatan Hidrant

1. Hidrant box dalam/luar gedung terdiri dari: - Steel box indoor tebal plat mm

- Hose rack

- Linen hose dia 40 mm, panjang 30 mm

(25)

2. Hidrant pillar dia 100 mm 3. Siamese dia 100 mm

4.0. MESIN DIESEL POMPA HIDRAN

4.1 Umum

Salah satu pompa pemadam kebakaran digerakkan oleh mesin diesel (diesel driven).

4.2 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan untuk lokasi adalah sebagai berikut : - Temperatur : 330 C

- Kelembaban : 70 s/d 80% RH

- Ketinggian : 25 s/d 50 m diatas laut

- Lokasi : Banjar

4.3 Pondasi

Mesin diesel harus disatukan/dikopel di fleksibel kopling. Mesin tersebut harus ditumpu dengan peredam getaran yang diletakkan diatas batang baja (base frame), dan batang baja tersebut, diletakkan diatas lantai dasar. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar tentang instalasi genset lebih dulu pada Direksi sebelum pelaksanaan instalasi diesel hydrant dimulai.

4.4 Garansi

Genset harus dites di pabrik sebelum dikirim ke lokasi. Sertifikat laporan tentang hal tersebut diatas harus diserahkan oleh pabrik pada tenaga ahli untuk membuktikan guaranteed performance. Setelah genset dipasang, Kontraktor harus melakukan tes di lapangan/di lokasi.

4.5 Suku Cadang

Sesuai dengan sub bagian 9.6.2.a., suku cadang umumnya, suku cadang genset paling sedikit (tetapi tidak dibatasi) terdiri dari beberapa bagian yaitu:

4.5.1 Penyaring udara

4.5.2 Penyaring minyak pelumas 4.5.3 Penyaring bahan bakar 4.5.4 Piston ring set

4.5.5 Connecting rod bearing 4.5.6 Main bearing

4.5.7 Connecting rod boult 4.5.8 Top overhaule gasket 4.5.9 Valve cone

4.5.10 Valve seating 4.5.11 Valve guide 4.5.12 Nozzle

4.5.13 Injector sleeve 4.5.14 Valve gasket

4.5.15 Safety valve for oil pump 4.5.16 AVR

(26)

5.0. POMPA ELEKTRIK

5.1 Putaran mesin

Putaran mesin tidak boleh melebihi 2950 rpm. 5.2 Kapasitas

Kapasitas lt/mnt

5.3 Total Head mtr.

5.4 Jenis Pompa

Heat Exchanger/Splite Cast/Setrifugal. 5.5 Standar

NFPA 20.

6.0. JOCKEY PUMP

6.1 Putaran mesin

Putaran mesin tidak boleh melebihi 2900 rpm. 6.2 Kapasitas

Kapasitas 190 lt/mnt 6.3 Total Head 90 mtr. 6.4 Jenis Pompa

In-Line / Splite Cest / Centrifugal. 6.5 Standar

Referensi

Dokumen terkait

Material kapal tersebut dari bahan FRP (Fibreglass Reinforced Plastic) diperkuat dengan penguat-penguat membujur dan melintang yang terbuat dari balok-balok

Pipa, pipa listrik, angker, dan bahan lain yang terbuat dari besi yang ditanam dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum pelaksanaan pengecoran beton, kecuali jika ada

Setiap 1 (satu) paket alat dan kelengkapannya dimasukkan dalam wadah atau terbungkus plastik dan dimasukkan ke dalam dus yang tercetak nama alat dan jumlah isi

 Sebelum pekerjaan pengukuran dan galian dimulai, kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua dokumen kontrak yang berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari

Pada tahap instalasi hal-hal yang harus diperhatikan adalah persiapan perangkat dan peralatan yang akan digunakan.. Adapun tahap pertama yang dilakukan

Koneksi dari penyedia jasa ke LAPAN harus menggunakan media fiber optic, perusahaan yang ditunjuk WAJIB membangun jaringan fiber optic dan harus memiliki surat ijin yang

 Batu split yang digunakan untuk cor lantai dan untuk struktur lainnya dari pecah mesin atau tangan (bukan split jagung/alami), tidak mudah hancur, tidak

PASAL 5 TENAGA DAN SARANA KERJA Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian