• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Putusan BPSK.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Putusan BPSK.docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE

ABSTRAK

Perkembangan masyarakat secara dinamis di bidang bisnis dan ekonomi ternyata telah membawa implikasi yang cukup mendasar terhadap pranata dan lembaga hukum di Indonesia. Implikasi terhadap pranata hukum disebabkan kurang memadainya perangkat norma untuk mendukung kegiatan bisnis dan ekonomi yang sedemikian pusatnya, kondisi tersebut kemudian diupayakan dengan melakukan reformasi hukum. Adapun implikasi dari kegiatan bisnis terhadap lembaga hukum, juga berakibat terhadap lembaga pengadilan yang dianggap tidak professional dalam menangani sengketa bisnis, bahkan tidak independen. Akibatnya, lembaga pengadilan dianggap tidak efektif dan efisien dalam memeriksa, mengadili, serta menyelesaikan sengketa bisnis yang diajukan.

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesasikan sengketa antar pelaku usaha dan konsumen. BPSK dibentuk oleh pemerintah di daeraah tingkat II (Kabupaten/Kota) untuk penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan. Sebagai badan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, maka putusan dari BPSK bersifat final dan mengikat, tanpa upaya banding dan kasasi.

Kata Kunci : BPSK, Konsumen, Sengketa Konsumen

A. PENDAHULUAN

(2)

Perkembangan perekonomian yang pesat, telah menghasilkan beragam jenis dan variasi barang dan/atau jasa. Dengan dukungan tekhnologi dan informasi, perluasan ruang, gerak dan arus transaksi barang dan/atau jasa telah melintasi batas-batas wilayah Negara, konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai pilihan jenis barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara variatif.

Kondisi seperti ini, pada satu sisi menguntungkan konsumen karena kebutuhan terhadap barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi dengan beragam pilihan. Namun pada sisi lain, fenomena tersebut menempatkan kedudukan konsumen terhadap produsen mejadi tidak seimbang, di mana konsumen berada pada posisi yang lema. Karena konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang besarnya melalui kiat promosi dan cara penjualan yang merugikan konsumen.1

Ketidakberdayaan konsumen dalam menghadapi produsen jelas sangat merugikan kepentingan rakyat. Pada umumnya produsen berlindung di balik standard contract atau perjanjian baku yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak, yakni Antara konsumen dan produsen, ataupun melalui informasi semu yang diberikan oleh produsen kepada konsumen. Hal tersebut bukan menjadi gejala regional saja, tetapi sudah menjadi persoalan global yang melanda seluruh konsumen di dunia. Timbulnya kesadaran konsumen inni telah melahirkan satu cabang baru ilmu hukum yaitu hukum perlindungan konsumen.

(3)

Sesungguhnya setiap perusahaan harus memiliki tanggung jawab social (corporate social responsibility), yaitu kepedulian dan komitmen moral perusahaan terhadap kepentingan masyarakat terlepas dari kalkulasi untung dan rugi perusahaan. Tanggung jawab tersebut yakni tanggung jawab perusahan terhadap kesejahteraan bagi lingkungan dan masyarakat.2 Seperti halnya terhadap perlindungan lingkungan hidup danperlindungan tenaga kerja, perusahaan jugaharus bertanggung jawab terhadap perlindungan konsumennya.

Intervensi pemerintah sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi, untuk menetapkan dan menegakkan perwaturan perundangan-undangan dalam bidang ekonomi, termasuk pengaturan konsumen.3 Namun, jika tidak ada intervensi dari pemerintah dalam bidang ekonomi, maka hal ini dapat menimbulkan distorsi ekonomi.4 Pandangan ini berpendapat bahwa ekonomi hanya berfungsi bila ada kerangka hukum yang melandasinya.

Melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pemerintah Indonesia mengatur hak-hak konsumen yang harus di lindungi. Undang-Undang Perlindungan Konsumen bukanlah anti terhadap produsen,

2 Murti Sumarni dan Jhon Suprihanto, Pengantar Bisnis, Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan, (Yogyakarta: Liberty, 1987), hlm. 21.

3 Bismar Nasution, Menegkaji Ulang Hukum sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2004), hlm. 4.

(4)

namun sebaliknya malah merupakan apresiasi terhadap hak-hak konsumen secara universal.5

Islam tidak mengatur hak-hak konsumen secara berurutan seperti tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Namun Islam melindungi hak-hak konsumen dari perbuatan curang dan informasi yang menyesatkan, serta memberikan hak atas keselamatan dan kesehatan, hak untuk memilih, hak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat, hak untuk mendapatkan advokasi dan penyelesaian sengketa, dan hak untuk mendapatkan ganti rugi.

B. TINJAUAN TEORITIS

Inosentius Samsul menyebutkan konsumen adalah pengguna atau pemakai akhir suatu produk, baik sebagai pembeli atau pemakai akhir suatu produk, baik sebagai pembeli maupun diperoleh melalui cara lain, seperti pemberian, hadiah dan undangan.6 Mariam Darus Badrul Zaman mendefinisikan konsumen dengan cara mengambil alih pengertian yang digunakan oleh kepustakaan Belanda, yaitu: “Semua individu yang menggunakan barang dan jasa secara kongkret dan riil.”7

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan konsumen adalah setiap orang yang memakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

5 Yusuf Sofie, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 12.

6 Inosentrus Samsul, Perlidungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Multak, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2004), hlm. 34.

(5)

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan.8

Perkembangan masyarakat secara dinamis di bidang bisnis dan ekonomi ternyata telah membawa implikasi yang cukup mendasar terhadap pranata dan lembaga hukum di Indonesia. Implikasi terhadap pranata hukum disebabkan kurang memadainya perangkat norma untuk mendukung kegiatan bisnis dan ekonomi yang sedemikian pusatnya, kondisi tersebut kemudian diupayakan dengan melakukan reformasi hukum.9 Adapun implikasi dari kegiatan bisnis terhadap lembaga hukum, juga berakibat terhadap lembaga pengadilan yang dianggap tidak professional dalam menangani sengketa bisnis, bahkan tidak independen. Akibatnya, lembaga pengadilan dianggap tidak efektif dan efisien dalam memeriksa, mengadili, serta menyelesaikan sengketa bisnis yang diajukan.10

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesasikan sengketa antar pelaku usaha dan konsumen.11 BPSK dibentuk oleh pemerintah di daeraah tingkat II (Kabupaten/Kota) untuk penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan.12 Sebagai badan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan,

8 Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

9

10 Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial untuk Penegakan Keadilan, (Jakarta: Tatanusa, 2004), hlm. 3.

11 Pasal 1 angka 11 undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

(6)

maka putusan dari BPSK bersifat final dan mengikat, tanpa upaya banding dan kasasi.13

Kendatipun demikian, Antara BPSK dengan arbitrase dan ADR tidak serta merta sama secara keseluruhan, karena BPSK diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, sedangkan arbitrase dan ADR diatur dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Pembentukan BPSK dilakukan pada Pemerintahan Kota Medan, Palembang, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Makassar.14 Dari ketentuan tersebut jelas bahwa BPSK belum terbentuk di seluruh Kabupaten/Kota, namun hanya terbatas pada 10 Kota di Indonesia. Ketentuan tersebut bukan tanpa alasan, karena pembiayaan BPSK di samping menjadi beban APBN, juga menjadi beban APBD.

Anggota BPSK terdiri atas unsur pemerintah, konsumen, dan pelaku usaha, masing-masing unsur berjumlah paling sedikit tiga orang dan paling banyak 5 orang. Pengangkatan dan pemberentian anggota BPSK ditetapkan oleh menteri. Untuk dapat diangkat menjadi anggota BPSK, seseorang harus memenuhi syarat umum sebagai berikut:15

1. Warga Negara Republik Indonesia.

13 Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

14 Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 2001.

(7)

2. Berbadan sehat.

3. Berkelakuan baik.

4. Tidak pernah di hukum karena kejahatan.

5. Memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang perlindungan konsumen.

6. Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun.

Adapun syarat khusu untuk menjadi anggota BPSK adalah sebagai berikut:16

1. Diutamakan calon yang bertempat tinggal di daerah kabupaten/kota setempat.

2. Diutamakan calon yang berpendidikan serendah-rendahnya Strata 1 atau sederajat dari lembaga pendidikan yang telah diakreditasi oleh Departemen Pendidikan Nasional.

3. Berpengalaman dan/atau berpengetahuan di bidang industri, perdagangan, kesehatan, pertambangan, pertanian, kehutanan, perhubungan dan keuangan.

4. Anggota BPSK yang berasal dari unsur pemerintah serendah-rendahnya berpangkat Pembina atau golongan IV/a.

5. Calon anggota BPSK dari unsur konsumen tidak berasal dari kantor cabang atau perwakilan LPKSM.

(8)

Berdasarkan ketentuan ini dapat iketahui bahwa jumlah anggota BPSK ari semua unsur paling sedikit 9 orang dan paling banyak 15 orang , jumlah ini sudah termasuk ketua, wakil ketua, dan anggota. Karena BPSK terdiri atas: (1) Ketua merangkap anggota, (2) wakil ketua merangkap anggota, dan (3) anggota.17 BPSK dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh sekertariat, yang terdiri atas kepala sekertariat dan anggota sekertariat. Pengangkatan dan pemberhentian kepala sekertariat dan anggota sekertariat BPSK ditetapkan oleh menteri.18

Adapun tugas dan wewenang BPSK meliputi:19

1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau kosiliasi.

2. Memberikan konsultasu perlindungan konsumen.

3. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku.

4. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang.

5. Menerima pengaduan btertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen.

17 Pasal 50 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

18 Pasal 51 Undang-Undang 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

(9)

6. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen.

7. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen.

8. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini.

9. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen.

10. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan.

11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen.

12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen.

13. Menjatuhkan sanksi administrative kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang.

C. KASUS POSISI

1. Para Pihak

 JEKKI SAPUTRA, (Debitur) sebagai Pemohon Kasasi

(10)

 ZULKARNAIN, Pimpinan PT Adira Dinamika Multi Finance

sebagai (Kreditur) Termohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan.

2. Ringkasan Kasus

(11)
(12)

Pdt.G/2014/PN. Mrj. tanggal 9 Oktober 2014 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undangundang.

3. Pertimbangan BPSK, Hakim PN dan Hakim MA

 Pertimbangan BPSK

Karena dari pihak Zulkarnain (Kreditur) tidak menghadiri sidang sebanyak dua kali, maka dianggap pihak Zulkarnain mengabulkan gugatan seluruhnya dari pihak Jekki Saputra (Debitur).

 Pertimbangan Hakim PN Muaro

Apabila jalan Musyawarah dan Mufakat tidak tercapai maka para pihak sepakat untuk menyelesaikannya melalui pengadilan negeri di wilayah kreditur berkantor maka dalam hal ini Pengadilan Negeri Muaro berwenang memeriksa dan memutus perkara ini, Sehingga dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Solok tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara aquo dan oleh karenanya putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Solok No. 49/BPSKSLK/PTS/M/VIII-2014 tertanggal 18 Agustus 2014 cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum sehingga putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Solok No. 49/BPSK-SLK/PTS/M/VIII-2014 tertanggal 18 Agustus 2014 batal demi hukum.

 Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung

(13)

penerapan hukum dalam putusan Pengadilan Negeri Muaro yang dimaksud.

Bahwa Pengadilan Negeri Muaro sudah menerapkan hukum secara tepat dan benar menyatakan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Solok tidak berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara antara Jekki Saputra melawan Zulkarnain.

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata bahwa Putusan Pengadilan Negeri Muaro Nomor 7 Pdt.G/2014/PN. Mrj. tanggal 9 Oktober 2014 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undangundang.

4. Putusan BPSK, Putusan Hakim PN dan Hakim MA

Amar Putusan BPSK Kota solok No. 49/BPSK-SLK/PTS/M/VIII-2014

1. Mengabulkan gugatan penggugat sebagian.

2. Mewajibkan Zulkaranain selaku pimpinan PT Adira Multi Finance Untuk mengembalikan mobil yang telah ditarik paksa dari Jekki Saputra.

3. Mewajibkan Zulkaranain selaku pimpinan PT Adira Multi Finance, untuk mengembalikan dokumen penting milik Jekki Saputra yang ada dalam kendaraan.

4. Mewajibkan Zulkarnain untuk membayar tunggakan angsuran kredit dan denda sebanyak 2 (dua ) tunggakan yaitu tunggakan ke 11 dan 12 tanpa dibebani uang tarikan dan melanjutkan angsuran setiap bulan sampai pada angsuran ke 36 (tiga puluh enam semenjak putusan BPSK dijatuhkan

(14)

Dalam Eksepsi

Menolak Eksepsi dari Temohon Konvensi (Jekki Saputra) untuk seluruhnya;

Dalam Pokok Perkara

Menerima keberatan dari pemohon keberatan (Zulkarnain) untuk sebagian;

Menyatakan BPSK Kota Solok tidak berwenang memeriksa dan mengadili Pekara a quo;

Menyatakan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Solok No. 49/BPSK-SLK/PTS/M/VIII-2014 tanggal 18 Agustus 2014 adalah cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum;

Membatalkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Solok No. 49/BPSK-SLK/PTS/M/VIII-2014 tanggal 18 Agustus 2014;

Menyatakan Perjanjian Pembiayaan No. 0623.13.200197 tertanggal 20 Juni 2013 antara pemohon dengan termohon adalah Sah Mengikat bagi Pemohon dan termohon dengan segala akibat hukumnya;

Dalam Rekonvensi

Menolak permohonan Rekonvensi dari Pemohon Rekonvensi/Termohon Konvensi untuk seluruhnya;

(15)

Menghukum Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 246.000,- (dua ratus empat puluh enam ribu rupiah);

 Putusan Tingkat MA

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: JEKKI SAPUTRA tersebut; Menghukum Pemohon Kasasi/Termohon Keberatan untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp. 500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah);

D. ANALISIS PUTUSAN

Menurut Analisa saya Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Solok terlalu mudah dalam menerima pengaduan dan memeriksa suatu perkara perselisihan konsumen tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu aspek aspek perundang-undangan yang berlaku, dan BPSK sering kali melampaui batasan-batasan kewenangan yang diberikan didalam menjalankan tugasnya, padahal BPSK bukan lah suatu badan peradilan yang mana dia tidak mempunyai kewenangan memeriksa dan memutus suatu perkara perselisihan konsumen secara sewenang wenang seperti halnya kewenangan yang dimiliki oleh badan peradilan yang sesungguhnya.

(16)

meminta kepada BPSK agar kasus ini diselesaikan di Pengadilan Negeri saja, akan tetapi permintaan Zulkarnain seolah olah tidak digubris oleh BPSK Solok, dan BPSK Solok justru terus melanjutkan perkara ini mulai tingkat pemeriksaan sampai persidangan sampai jatuhnya Amar Putusan BPSK Kota solok No. 49/BPSK-SLK/PTS/M/VIII-2014.

Jelas apa yang sudah dilkukan BPSK Kota Solok telah melenceng jauh dari ketentuan undang - undang yang berlaku, dan melampaui batas kewenangan yang telah diamanatkan oleh UU kepadanya, sehingga melihat fenomena yang telah dilakukan oleh BPSK Solok menimbulkan pertanyaan dan tanda tanya besar, ada apa dibalik itu semua, kenapa BPSK Solok dengan mudah nya mengeluarkan amar putusan yang seharusnya bukan kewenangan dia, yang mana BPSK sering kali dengan mudahnya menerima gugatan, mengabulkan gugatan, dan memenangkan pihak penggugat, sehingga disini BPSK terkesan tidak netral dan condong memihak salah satu pihak, yang mana seharusnya BPSK sebagai penengah terhadap para pihak yang sedang berselisih, dan memberi arahan dan saran didalam langkah – langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan suatu sengketa konsumen, dan otomatis harus mendengarkan dan menuruti cara apa yang dipilih oleh para pihak dalam menyelesaikan perselisihannya sesuai dengan ketentuan UU Yang berlaku.

(17)

penyelesaian secara mediasi, konsiliasi atau arbitrase harus sepakat terlebih dahulu para pihak mengenai jenis metode penyelesaian dan memilih abiter untuk menyelesaiakan sengketa barulah BPSK dapat menyelesaikan dan memberikan putusan. Sehingga dalam hal ini BPSK Kota harus intropeksi diri dan berbenah diri supaya di dalam menjalankan tugas – tugas nya haruslah sesuai dengan amanat Undang – Undang yang berlaku yang telah di mandatkan kepada Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK) Kota Solok.

Sedangkan Untuk prosedur – prosedur penerimaan dan pemeriksaan perkara, dan penjatuhan putusan yang telah dilkakukan oleh Pengadilan Negeri Muaro dan Mahkamah agung menurut saya sudah sesuai dengan kewenangan yang telah diberikan kepadanya, dan sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.

E. KESIMPULAN

BPSK adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa Antara pelaku usaha dan konsumen, dibentuk oleh pemerintah di Daerah Tingkat II (kabupaten/kota) untuk penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan. Sebagai badan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, makaputusan BPSK bersifat final dan mengikat, tanpa upaya banding dan kasasi.

(18)

penyelesaian secara mediasi, konsiliasi atau arbitrase harus sepakat terlebih dahulu para pihak mengenai jenis metode penyelesaian dan memilih abiter untuk menyelesaiakan sengketa barulah BPSK dapat menyelesaikan dan memberikan putusan.

DAFTAR PUSTAKA Buku – buku:

Bismar Nasution. (2004). Menegkaji Ulang Hukum sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Didik J. Rachbini. (2002). Ekonomi Politik, Pradigma, dan Teori Pilihan Publik.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

(19)

Penegakan Keadilan. Jakarta: Tatanusa.

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani. (2003). Hukum tentang perlindungan

Konsumen. Jakarta: Gramedia.

Inosentrus Samsul. (2004). Perlidungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan

Tanggung Jawab Multak. Jakarta: Universitas Indonesia.

Mariam Darus Badrul Zaman. (1981). Pembentukan Hukum Nasional dan

Permasalahannya. Bandung: Alumni.

Murti Sumarni dan Jhon Suprihanto. (1987). Pengantar Bisnis, Dasar-dasar

Ekonomi Perusahaan. Yogyakarta: Liberty.

Yusuf Sofie. (2002). Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Peraturan Perundangan:

(20)

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 301/MPP/Kep/10/2001 tentang Pengangkatan, Pemberentian Anggota dan Sekertariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kolaborasi pengarang merupakan suatu bentukn kerja sarna yang dilakukan antara dua orang atau lebih pengarang

Menurut data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Manokwari pada tahun 2010 di distrik Dataran Isim tidak terdapat koperasi. Namun demikian tentu

Pada penelitian ini, kombinasi vankomisin dengan vitamin C hingga konsentrasi 12,8 mg/mL tidak mengalami perubahan pada aktivitas antibakteri vankomisin, kemungkinan

Tembang Sunda Cigawairan yang merupakan akulturasi antara budaya Sunda dan Islam lahir atas kondisi sosial masyarakat pada masa itu secara teori mungkin tokoh yang membawa

Padahal jika dilihat dari potensi konsumen baik dari RTP dan maupun konsumen untuk usaha skala kecil (homestay) maka pengembangan energi terbarukan layak dilakukan, misalnya

Persatuan Raya Lappadata, Sinjai Tengah 208 Pualam Jaya Konstruksi CV Irwan Ahmad GAPENSI √ Desa Kampala Kec..

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan rasio bubur kulit pisang kepok dan bubur terung belanda memberikan pengaruh nyata terhadap warna, aroma, rasa,

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini yaitu: (1) ada pengaruh latihan weight training terhadap power otot tungkai atlet bola tangan Yogyakarta, (2) ada pengaruh latihan body