• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) (Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 16 Bandar Lampung 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) (Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 16 Bandar Lampung 2013/2014)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

(TGT) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

(Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 16 Bandar Lampung 2013/2014)

Oleh

AYU WULANSARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT). 2) efektivitas hasil belajar IPS Terpadu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) lebih tinggi dibandingkan Number Heads Together (NHT). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 208 siswa dengan sampel sebanyak 72 siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling. Teknik pengambilan data dengan observasi, dokumentasi, dan teknik tes. Pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test dua sampel independen. Berdasarkan perhitungan t-test dengan menggunakan rumus separated varians terlihat bahwa thitung (7,152)> ttabel (1,997) berarti hipotesis penelitian diterima, yang menyatakan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. b) efektivitas hasil belajar IPS Terpadu yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan NHT. Hal ini ditunjukkan dengan 17,69 > 7,87.

(2)
(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ayu Wulansari dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 21 April 1992, merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Bapak Syamsudin dan Ibu Nani Mundiarti.

Pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Gulak-Galik Bandar Lampung selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 16 Bandar Lampung selesai pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMAN) 8 Bandar Lampung selesai pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi melalui jalur PKAB.

Sebagai salah satu mata kuliah wajib, penulis dituntut untuk dapat

mengaplikasikan matakuliah teori yang didapat selama diperkuliahan. Penulis telah mengikuti dan melaksanakan program-program wajib perkuliahan yang antara lain:

1. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan Studi Banding dengan tujuan Lampung – Jakarta – Semarang – Solo – Bali – Yogyakarta – Bandung dilaksanakan

(6)

2. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang telah dilaksanakan di Desa Sindang Pagar, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat selama 40 hari, terhitung tanggal 1 Juli 2013 sampai 10 Agustus 2013. 3. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Sumberjaya,

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang telah

mencintaiku dan berjasa dalam perjalanan hidupku di dunia ini:

Papa tercinta Syamsudin yang senantiasa mendoakan dan menyayangiku serta Mama

terkasih Nani Mundiarti, semoga karya kecil ini dapat membahagiakan kalian berdua.

Papa Saiful Anwar dan Mama Heriyana tercinta yang juga selalu mendoakan dan

memberiku semangat Tanpa kenal lelah dan putus asa.

Suamiku tercinta Dekky Oktatriadi S,Com terima kasih untuk segala cinta, kasih

serta dukungan mu.

KaulahSeseorang yang senantiasa memotivasi diriku untuk bisa terus maju.

Putri kecilku Dea Ramadhani yang sekarang menjadi semangat baru untukku.

Kakakku tersayang Hengki Aprilludin terima kasih untuk senyum dan semangat

yang selalu kalian berikan untukku.

Para Pendidikku (Guru dan Dosenku)

Terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang diberikan

untuk menaklukan dunia dengan belajar.

Sahabat-sahabatku

Yang senantiasa menemani dikala suka dan duka

serta memberikan pelangi dihidupku.

(8)

MOTO

“Guru adalah

mereka yang menjadikan,

Para murid diundang untuk menyeberanginya. Setelah semua menyebrang,

Dengan senang hati mereka mengundurkan diri, dan mendorong

Para murid untuk menciptakan jembatannya

sendiri”

*Nikos Kazantzakis*

Kedewasaan akan mengajari mu banyak hal tentang arti

kehidupan yang sesungguhnya kau jalani

*Mama Tercinta

“Hadiah tak selalu terbungkus indah,

kadang ALLAH membungkus dengan masalah

(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. S.W.T karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Touranament (TGT) dan Number Head Together (NHT) Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syara tuntuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si.,selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

(10)

7. Bapak Dr. R.Gunawan S, S.E., M.M., selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis.

8. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam meyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Drs. Yon Rizal M.Si, selaku Pembahas yang telah mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

11. Papa Syamsudin dan Mama Nani Mundiarti serta Papa Saiful Anwar dan Mama Heriyana atas cinta kasih serta doa yang selalu menyertaiku, yang senantiasa menyayangi dan mendoakanku serta menantikan keberhasilanku. 12. Suamiku Dekky Oktatriadi S.Com terima kasih untuk cinta kasih dan doa

yang selalu menyertaiku.

13. Putri kecilku Dea Ramadhani yang selalu menjadi penyemangat hidupku. 14. Kakakku Tersayang Hengki Aprilludin dan Hikmah kalian semua yang selalu

menguatkanku untuk terus maju dan berjuang.

(11)

16. Siswa/Siswi Kelas VIII SMPN 16 Bandar Lampung yang menjadi objek dalam penelitian ini.

17. Sahabat terbaik Nuy, Pemi, Yuni, Rizki terima kasih untuk segalanya. 18. Untuk semua teman-teman seperjuangan ECONOMY EDUCATION 2010

(Anggi, Ica, Eva, Mbok, Rama, Rizki, Kiki, Ajeng, Rika, Ana Rinjani, Tetty, Dwi R, Levi, Wulan S, Dila, Riza, Amel, Renita) terima kasih untuk semua cerita dan kenangan kita, sukses untuk kita semua.

19. Teman-teman KKN Terintegrasi dan PPL 2010 serta murid-muridku di SMP Negeri 3 Sumberjaya.

20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah. S.W.T. Akhirnya dengan penuh harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2014 Penulis,

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

1

I. PENDAHULUAN

Bab ini akan dibahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Hal lain yang perlu dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian adapun pembahasan secara lebih rinci ditunjukkan pada bagian-bagian berikut ini.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

(19)

2 pada dirinya. Sehingga hasil yang akan didapat nantinya utuh sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yakni berkembangnya potensi diri peserta didik dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotorik (perbuatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu).

Pendidikan sekolah merupakan lembaga yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat serta berperan untuk mencerdaskan dan memajukan masyarakat itu sendiri. Semakin tinggi pendidikan suatu masyarakat akan berpotensi dalam mengembangkan dan memajukan masyarakat itu sendiri.

Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari kegiatan proses belajar mengajar, yang mengarah pada proses pencapaian tujuan pembelajaran. Mengajar tidak hanya memberikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan oleh guru dalam mengajar, terutama bila menginginkan hasil belajar yang baik bagi seluruh siswa.

Tujuan pembelajaran tercapai apabila peserta didik menguasai pengetahuan sesuai dengan kurikulum yang tertuang dalam tujuan kulikuler. Sedangkan tujuan kulikuler dapat dilihat dari pencapaian prestasi belajar siswa itu sendiri. Jika pencapaian prestasi belajar siswa rata-rata tergolong baik maka tujuan pembelajaran itu tercapai, sebaliknya jika prestasi belajar siswa rata-rata tergolong rendah maka tujuan pembelajaran itu belum atau tidak tercapai.

Guru adalah komponen yang paling depan dalam melakukan berbagai perubahan di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan guru paling dahulu melakukan perubahan-perubahan terutama perubahan pada dirinya.

(20)

3 keterampilan membuat rencana kerja yang logis dan fleksibel dalam

mempersiapkan pelajaran-pelajaran terpadu dan keterampilan memodifikasi persiapan sebagai hasil balikan.

Keterampilan lain yang harus dimiliki oleh guru adalah keterampilan menumbuhkan keberanian berfikir kritis pada setiap murid dalam setiap pelajaran, seperti pada usaha mengembangkan pertanyaan dan jawaban, usaha menumbuhkan dinamika kelompok dalam tugas dan latihan, serta usaha menumbuhkan suasana yang persuasif dalam diskusi, tanya jawab, ceramah, dan lain-lain. Keterampilan menumbuhkan semangat belajar, bekerja dan berusaha secara kooperatif dan saling membantu, seperti dalam

keterlekatannya siswa pada kegiatan memecahkan masalah dan kegiatan membantu siswa yang lemah.

Hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 16 Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014 masih tergolong rendah. Ini dapat dilihat berdasarkan nilai mata pelajaran IPS Terpadu siswa pada saat mid semester pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Hasil MID Semester Genap Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014

No. Kelas Interval Nilai Banyak Siswa

≤70 ≥70

1 VIII A 21 10 32

2 VIII B 20 12 32 3 VIII C 19 19 36

4 VIII D 17 17 36

5 VIII E 17 20 36

6 VIII F 16 20 36

(21)

4 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa SMP Negeri 16 Bandarlampung pada ujian mid semester genap masih belum optimal. Hal ini dikarenakan 98 siswa (47%) dari 208 siswa yang

mendapat nilai ≥70 dan 110 siswa (53%) memperoleh nilai <70. Hal ini

berarti siswa memiliki hasil belajar yang masih tergolong rendah. Dalam pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 16 Bandarlampung masih

menggunakan metode ceramah. Adapun metode ceramah memiliki kelemahan seperti;

1. Sulit bagi yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencata yang baik.

2. Kemungkinan menimbulkan verbalisme.

3. Sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa utnuk berpartisipasi secara total (hanya proses mental, tetapi sulit dikontrol)

4. Peran guru lebih banyak sebagai sumber belajar. 5. Materi pelajaran lebih cenderung pada aspek ingatan.

6. Proses pelajaran ada dalam otoritas guru. (Muhammad Karwapi,2012) Kekurangan yang diterangkan diatas sangat mempengaruhi suasana belajar di dalam kelas, model pembelaharan dengan menggunakan metode ceramah akan menimbulkan kesan membosankan untuk siswa karena guru yang

mendominan kegiatan belajar mengajar. Dengan suasana tersebut minat belajar siswa akan menurun padahal Dengan adanya rasa ketertarikan ini anak akan berminat untuk mengikuti pembelajaran. Anak tidak merasa jenuh, sehingga ada semangat untuk belajar. Dan diharapkan ke depannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. (Informasiku,2013) .

Masih banyaknya siswa yang masih belum mencapai nilai KKM di kelas VIII di SMP Negeri 16 Bandarlampung menunjukkan bahwa masih kurang

(22)

5 dan keberhasilan dari pembelajaran tersebut. Salah satunya para guru dapat mempergunakan model pembelajaran kooperatif agar pelajaran yang

berlangsung tidak monoton dan membosankan sehingga pembelajaran dapat berlangsung aktif, inovatif, kreatif serta menyenangkan, dengan demikian minat dan motivasi belajar peserta didik dapat meningkat dan membantu para siswa untuk menyerap pelajaran yang disampaikan guru.

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menitik beratkan pada kelompok, interaksi setiap siswa dan guru diharapkan dapat membantu siswa menemukan atau menjawab masalah - masalah yang dihadapi disetiap pelajaran yang berlangsung. Menurut Slavin (2009)

“pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa belajar

bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap

pencapaian hasil belajar individu dan kelompok.” Dari pengertian diatas

(23)

6 Menurut Rusman (2012:201) model pembelajaran kooperatif ada beberapa macam, diantaranya pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), Snowball Throwing, Talking Stick, Examples Non-Examples, Mind Mapping, Numbered Heads Together (NHT), Jigsaw, Group Investigation (GI), Think Pair Share (TPS), Student Teams Achievement Divisions (STAD), dan Two Stay Two Stray (TS-TS) dan yang terbaru adalah Scaffolding. Model

– model pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat membantu guru untuk membantu peserta didik agar dapat memahami pelajaran lebih mudah dan lebih menyenangkan. Namun setiap model pembelajaran diatas memiliki kekurangan dan kelebihan masing – masing , langkah – langkah

pelaksanaanya pun memiliki perbedaan (Aviandri Cahya,2012).

Peneliti menerapkan dua pembelajaran yaitu Teams Games Tournamen (TGT) dan tipe Number Heads Together (NHT) pada dua kelas. Pemilihan model pembelajaran tersebut dianggap dapat meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu.

Model pembelajaran TGT merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam belajar dan mengajarkan orang lain. Diawali dengan penyampaian materi secara garis besar oleh guru, kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan soal, sedangkan guru

memberikan pengetahuan secukupnya. Setelah berdiskusi setiap perwakilan dari kelompok dipersilahkan untuk mengambil kartu soalnya yang telah di kocok, kemudian tiap kelompok berebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanyang sedang di pertandingkan. Kemudian guru menyimpulkan materi pembelajaran (Slavin dalam buku Etin Solehatin dan Raharjo 2009).

(24)

7 setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor, guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, saat itu kelompok

mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya, guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka atau menjawab

pertanyaan guru, tanggapan dari teman yang lain, selanjutnya guru menunjuk nomor yang lain (Kagan 2007).

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa model pembelajaran tersebut menitikberatkan pada aktivitas siswa. Namun, ada sedikit perbedaan yaitu pada model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT) setiap siswa berlomba untuk menjadikan kelompok pemenang dan Number Head Together (NHT) adanya kerjasama yang diharapkan olehsiswa sehingga tidak

mengalami kesulitan dalam menceritakan kembali materi yang telah dipelajarinya.

Namun tingkat kesulitannya yaitu merangkai kata secara runtun sehingga sangat diperlukan sekali guna membantu mengembangkan hasanah bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi. Maka, secara umum peneliti mengunggulkan model pembelajaran tipe TGT dibandingkan NHT.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang hendak di angkat adalah ”Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) dan Number Head Together (NHT) pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri

(25)

8 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah diatas, penulis memusatkan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran IPS Terpadu.

2. Proses belajar-mengajar yang monoton sehingga siswa mengalami

kejenuhan belajar di kelas.

3. Kurangnya pendekatan guru kepada siswa sehingga menjadikan siswa

sebagai peserta didik yang pasif dalam proses pembelajaran.

4. Masih terdapat beberapa guru yang hanya menggunakan model

pembelajaran konvensional dalam proses belajar di kelas.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT jarang diterapkan oleh guru

dalam proses pembelajaran IPS Terpadu.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kajian perbandingan antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Number Head Together (NHT), pada Standar Kompetensi memahami konsep

(26)

9 D. Perumusan Masalah

“Masalah atau problematika merupakan pernyataan yang ingin dicarikan

jawabannya melalui kegiatan” (Arikunto, 2007: 21). Berdasarkan latar

belakang, identifikasi dan pembatasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan tipe Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS Terpadu.

2. Adakah perbedaan efektivitas belajar IPS Terpadu yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) lebih tinggi dibandingkan yang diajarkan dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS Terpadu.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan rata – rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS Terpadu.

(27)

10 Tournament (TGT) lebih tinggi dibandingkan yang diajarkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS Terpadu.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara teoritis dapat berguna sebagai masukan bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Selain daripada itu, hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran kepada guru dan calon guru tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Number Heads Together (NHT).

2. Kegunaan Praktis

Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut. a. Bagi Siswa

Membimbing siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan untuk meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkan motivasi dalam belajar.

b. Bagi Guru

(28)

11 c. Bagi Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah tersebut dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan mutu sekolah itu sendiri. d. Bagi Mahasiswa

Sebagai bekal dan tambahan untuk terjun mengajar serta menambah pengetahuan peneliti tentang pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Number Heads Together (NHT). e. Bagi Peneliti Lain

Sebagai referensi dan masukan yang berguna untuk penelitian lebih lanjut sebagaimana dituntut dalam era di masa mendatang.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah. 1. Objek penelitian

Pada penelitianini yang menjadi ruang lingkup objek penelitian adalah model pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) dan Numbered Head Together (NHT).

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 16 Bandar-lampung, semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

3. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Bandarlampung. 4. Waktu penelitian

(29)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Bagian bab II terdiri atas tinjauan pustaka, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya penelitian dapat melakukan kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel lainnya akan menghasilkan kerangka pikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

A. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait. Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang mendasar dalam penelitian, semakin banyak seorang peneliti

(30)

13 1. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Etin dan Raharjo (2007: 4) pada dasarnya Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Cooperative Learning lebih dari sekadar belajar kelompok atau kelompok

kerja, karena belajar dalam model Cooperative Learning harus ada

“struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok. Di samping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam satu kelompok, sedangkan Hasan yang dikutip dalam Etin dan Raharjo (2007) mengatakan bahwa belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif.

(31)

14 anggota kelompoknya. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan mampu membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran.

a. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah

pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga

harusmembangun pengetahuan dalam fikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Seperti yang dijelaskan Rusman (2010: 203-204), bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

Berikut adalah empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif (Rusman, 2010: 204), yaitu.

1. Adanya peserta didik dalam kelompok. 2. Adanya aturan main (role) dalam kelompok. 3. Adanya upaya belajar dalam kelompok.

(32)

15 Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas.

1. Minat dan bakat siswa;

2. Latar belakang kemampuan siswa;

3. Perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri dalam pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif

Manajemen memiliki tiga fungsi, yaitu: (a) fungsi mananjemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditentukan. (b) fungsi mananjemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) fungsi mananjemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes. 3) Kemampuan Untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau

kebersamaan perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4) Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan

(33)

16 c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan Johnson dalam Rusman (2010: 212 ) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif , keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan;

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut;

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. 4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu

melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran;

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. d. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa diakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan indivudu, sedangkan kelompok memberika penilaian kemampuan kelompoknya,

(34)

17 penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok

memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerjasama anggota kelompoknya”.

4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus

berprestasi lebih baik lagi (Rusman, 2010: 212-213).

2. Model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,

melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh

(35)

18 anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000) menjelaskan bahwa Teams games tournament (TGT) telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran.

a. Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok-kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi

1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil

Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu;

(a) member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional,

(b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong (c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga

setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan

(d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok 2) Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil

Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran diharapkan;

(a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok,

(b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab, (c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan

mendorong timbulnya semangat tim, dan

(d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak 3) Guru dalam Pembelajaran Kelompok

Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok

(b) perencanaan tugas kelompok, (c) pelaksanaan, dan

(d) evalusi hasil belajar kelompok (Dimyati dan Mundjiono, 2006). b. Komponen dan Pelaksanaan Team GamesTournament (TGT)

dalam Pembelajaran

Ada lima komponen utama dalam TGT yaitu. 1) Penyajian kelas

(36)

19 siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat permainan karena skor permainan akan menentukan skor kelompok. 2) Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk

mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan dimulai.

3) Permainan (game)

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

4) Pertandingan (turnament)

Untuk memulai turnament masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalenger 1, terbesar ketiga sebagai

chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Apabila jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban. Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader 1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger 3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.

5) Penghargaan kelompok (team recognise)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Ini dapat dilihat

(37)

20 Tabel 2. Kriteria Skor Team Games Tournament (TGT)

Kriteria ( Rerata Kelompok ) Predikat

≥ 45 Super Team

40 – 45 Great Team

30 – 40 Good Team

c. Implementasi Model Pembelajaran TGT

Pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan menurut Nur & Wikandari (2000) yaitu:

1) Pembelajaran terpusat pada siswa

2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi 3) Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat

menyelesaikan persoalan)

4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim

5) Dalam kompetisi diterapkan sistem point

6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik

7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan

8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal

9) Adanya sistem penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak.

d. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT

(38)

21 Perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.

Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi

pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin

dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan

materinya kepada orang lain.

Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan

pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragam oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Hal ini, menerangkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam

(39)

22 Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang

pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut.

1. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.

2. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. 3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk

rasa harga diri akademik mereka.

4. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.

6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat

penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Sudjana (2005:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain.

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas; 2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; 3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara

mendalam;

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa; 5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain; 6) Motivasi belajar lebih tinggi;

(40)

23 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.

Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Hal ini menerangkan bahwa sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni

mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

(41)

24 Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam

pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu.

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu:

a) Pembentukan kelompok b) Diskusi masalah

c) Tukar jawaban antar kelompok a. Langkah-langkah metode NHT

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29), enam langkah tersebut sebagai berikut.

1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.

Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

(42)

25 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan

meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. b. Manfaat motode NHT

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan

oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah.

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi.

9. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT

Menurut Reikson Panjaitan (2008), kelebihan dan kelemahan model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut.

1) Kelebihan

a) Setiap siswa menjadi siap semua;

b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh;

c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 2) Kelemahan

a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru; b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru;

(43)

26 c. Perbedaan antara Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dengan

Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Teams Games Tournament (TGT) adalah suatu gambaran kerjasama antara individu yang satu dengan lainnya dalam suatu ikatan tertentu. Ikatan-ikatan tersebut yang menyebabkan antara satu dengan yang lainnya merasa berada dalam satu tempat dengan tujuan-tujuan yang secara bersama-sama diharapkan oleh setiap orang yang berada dalam ikatan itu. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang berlandaskan

konstruktivis. Konstruktivisme dalam pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa mampu menemukan dan memahami konsep-konsep sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Model pembelajaran tersebut pada aspek masyarakat belajar diharapkan bahwa setiap individu dalam kelompok harus berperan agar tujuan yang telah digariskan dapat tercapai.

Beberapa perbedaan yang mendasar antara pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah bahwa pada

pembelajaran kooperatif mempunyai sifat sebagai berikut.

1. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif;

2. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan;

3. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuanakademik,jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan; 4. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk

(44)

27 5. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti

kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan;

6. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok;

7. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar;

8. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubunganinterpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Sedangkan pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai sifat yaitu: 1. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok

atau menggantungkan diri pada kelompok;

2. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota

kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”; 3. Kelompok belajar biasanya homogen;

4. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing; 5. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan;

6. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung;

7. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

4. Hasil Belajar

Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar afektif. Para pakar dibidang pengetahuan dan psikologi mencoba

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Sehingga diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberikan

intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.

(45)

28 tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, hal ini akan tampak setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adanya aspek-aspek tersebut itu adalah sebagai berikut.

9. Etis dan budi pekerti; 10. Sikap.

Agar memperoleh hasil yang diinginkan tentunya diperlukanperencanaan yang matang dan usaha yang keras, begitu juga dalam belajar. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, siswa juga harus giat belajar dan disiplin. Bagaimanapun proses kegiatan belajar mengajar juga

mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam belajar, dan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan belajar dapat diketahui dari prestasi belajar yang diperoleh siswa.

Menurut Sudjiono (2005: 48) mengatakan “evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip mana evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut evaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek

afektif), dan pengalamannya (aspek psikomotor)”.

Wijaya dan Tabrani yang dikutip oleh Firman (2008) menyatakan bahwa

“hasil belajar yang diperoleh siswa adalah berupa pernyataan dalam bentuk angka dan tingkah laku”. Hasil yang dapat dicapai dari belajar dapat dilihat

dari nilai yang diperoleh setiap mengikuti tes. Cara memperoleh data hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan tes. Soal-soal dalam tes tersebut harus sesuai dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa yang mencangkup ketiga aspek tujuan

(46)

29 Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan A,B,C,D pada pendidikan tinggi.

Menurut Damiyanti dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sardiman (2001: 49) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran itu dapat dikatakan baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa; b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil

proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

Agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan terorganisir. Sedangkan Sudjana (2005:

2) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”. Faktor-faktor

(47)

30 Faktor internal

1. Faktor biologis (jasmaniah), keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, dan anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.

2. Faktor psikologis, faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental seseorang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan yang dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan penentu mampu tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak

menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

Faktor eksternal

1. Faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan keluarga atau rumah ini merupakan lingkungan pertama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap membangun proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. 2. Faktor lingkungan sekolah, hal ini sangat diperlukan untuk menentukan

keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar siswa disekolah mencakup metode/model pembelajaran,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

pelajaran, waktu disekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara konsekuen dan konsisten.

3. Faktor lingkungan masyarakat, seorang siswa hendaknya dapat memilih anggota masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar.

Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga nonformal.

(48)

31 evaluasi tersebut menggambarkan peningkatan atau penurunan hasil

belajar.

5. Hakikat Pembelajaran IPS Terpadu

Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdiknas, 2006:3).

Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan

kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat dimanapun mereka berada melalui handphone dan internet.

Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia.

(49)

32 sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, PKN, dan sebagainya. IPS Terpadu dalam penelitian ini dikhususkan pada bidang ekonomi.

Sumaatmadja (2006:20) menjelaskan mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, dalam implementasinya perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas

implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model

pembelajaran yang salah satunya adalah model pembelajaran terpadu.

Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang

(50)

33 pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Banyak penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan menunjukkan hasil positif dalam peningkatan hasil

belajar siswa. Penelitian yang dilakukan antara lain.

Tabel 3. Penelitian yang Relevan

No. Penulis Judul Kesimpulan

1. Dewi Mutia Ningrum (2006)

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika belajar siswa dari siklus ke siklus yang diikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa dari siklus ke siklus yang diikuti dengan peningkatan hasil belajar matematika siswa siswa setelah

menggunakan pembelajaranran

(51)

34 I, II, dan III yaitu sebesar 5,5%. Kemudian rata-rata siswa yang mendapat nilai 6,5 ke atas pada siklus I, II, dan III sebanyak 55%, 70%, dan 74%. Rata-rata peningkatan ketuntasan siswasetiap siklusnya sebesar 9,5%

3. Ratih (2012) Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi

Siswa antara Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Tahun

Pelajaran 2011/2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa uji analisis varian dengan rumus Analisis Varian Dua Jalan, diperoleh Fhitung 16,550 > Ftabel 4,110. Dengan kriteria eksperimen di kelas x akuntansi smk

pasundan 3 bandung menyimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar yang lebih baik pada kelas ekperimen dibandingkan pada kelas kontrol.

(52)

35 yang dilakukan di kelas pembanding. 7. Septian Nugraha

(2010) tipe TGT dengan yang menggunakan

(53)

36 kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit

Menyimpulkan bahwa penerapan Cooperative learning Tipe TGT pada pokok bahasan larutan kategori siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas konrol.

C. Kerangka Pikir

Setiap siswa yang melaksanaan kegiatan belajar selalu mengharapkan hasil atau prestasi yang baik. Tinggi rendahnya hasil yang dicapai oleh siswa selain ditentukan oleh siswa itu sendiri (intern) juga dapat ditentukan oleh faktor lain (ekstern). Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa pada mata

pelajaran IPS Terpadu mencerminkan tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar atau prestasi belajar siswa erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Maka dengan perencanaan yang matang sebelum pembelajaran akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dalam pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan.

(54)

37 karena penggunaan model mengajar yang digunakan oleh guru mata pelajaran IPS Terpadu masih mengunakan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat mengatasi masalah tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk menghadapi siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen. Dalam pembelajaran IPS Terpadu, model pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat tepat diterapkan karena dalam belajar IPS Terpadu ini siswa akan dihadapi pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh karena itu, diskusi kelompok dengan teman sebaya untuk mengatasi masalah tersebut sangatlah efektif dilakukan.

(55)

38 Agar lebih jelas, kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang

pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe TGT dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe NHT. 2. Terdapat perbedaan efektivitas antara model kooperatif tipe TGT dengan

model kooperatif tipe NHT.

Pretest TGT Postest

(56)

III. METODE PENELITIAN

Bab III ini membahas beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, uji persyaratan instrument, dan diakhiri teknik pengujian hipotesis.

Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

A. Metode Penelitian

Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu research yang berasal dari suku kata re (kembali) dan to search (mencari). Jadi secara harfiah, research berarti mencari kembali suatu pengetahuan.

Berdasarkan tingkat eksplansinya, penelitian ini tergolong penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Komparatif adalah suatu

penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2010: 57).

(57)

40 Sementara penelitian eksperimen, yaitu suatu penelitian yang berusaha

mencari pengaruh perlakuan variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2010: 107).

Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen semu (Quasi Eksperimental Design). Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan sebjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2003: 16).

1. Desain Eksperimen

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Exsperimental Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi-Exsperimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2010: 114). Dalam penelitian ini, kelas VIII D diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas VIII E diberikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

(58)

41 kontrol terdapat siswa yang memiliki hasil belajar yang homogen baik itu tinggi ataupun rendah.

Desain penelitian digambarkan sebagai berikut. Tabel 4. Desain Penelitian

Keterangan: O1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest X1 : Pembelajaran IPS Terpadu dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT

X2 : Pembelajaran IPS Terpadu dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

O2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi postest (Surya Darma, 2011: 43).

2. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui jumlah

kelas yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian;

2) Menetapkan sampel penelitian dilakukan dengan teknik cluster random sampling;

3) Memberikan tes awal/pretest pada semua subjek yang berkenaan dengan variable dependen. Tes ini juga bermanfaat untuk mengetahui kesetaraan dua kelompok;

4) Memberikan perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen guru hanya sebagai fasilitator, guru hanya memberikan materi yang akan dibahas kemudian tiap kelompok Kelas Pretest Perlakuan Postest

(59)

42 akan membahas materi tersebut, siswa akan mencari tahu sendiri materi yang akan belum dipahami dengan cara bertanya pada kelompoknya sebelum bertanya kepada guru. Kemudian siswa diberi soal untuk dikerjakan/dibahas berkelompok. Dalam penempatan kelompok terdapat anak yang berkemampuan bervariatif baik itu tinggi, ataupun rendah. Kemudian dari tiap kelompok dipilih secara acak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sedangkan untuk kelas control guru menyampaikan materi, siswa mendengarkan dan membuat catatan seperlunya sesuai materi yang disampaikan oleh guru;

5) Pertemuan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama yaitu 5 kali pertemuan. Setiap pertemuan menggunakan waktu dua jam

pelajaran atau 90 menit dengan pembagian waktu 60 menit untuk belajar mengajar dan 30 menit untuk mengerjakan soal. Soal yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama;

6) Melakukan tes akhir/postest pada kedua kelompok subjek untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkenaan dengan variable dependen.

B. Populasi dan Sampel

Dalam suatu penelitian, populasi dan sampel digunakan untuk menentukan atau memilih subjek penelitian.

1. Populasi

(60)

43 kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas VIII SMPN 16 Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 208 siswa terbagi dalam 5 kelas yang tersaji pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Jumlah Siswa Kelas VIII SMPN 16 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan

1 VIII A 10 21 32

2 VIII B 12 20 32

3 VIII C 19 19 36

4 VIII D 17 18 36

5 VIII E 20 17 36

6 VIII F 20 16 36

Jumah Siswa 98 110 208 (Sumber: Data SMPN 16 Bandar Lampung)

2. Sampel

Sampel adalah kelompok kecil sasaran pengamatan atau penelitian. Untuk melaksanakan penelitian, penulis menentukan sampel sebanyak dua kelas yang terdiri dari 72 siswa yang dijadikan dua kelompok berikut.

1. Kelas eksperimen, yaitu kelompok yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu pada kelas VIII D sebanyak 36 siswa;

2. Kelas kontrol, yaitu kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu pada kelas VIII E sebanyak 36 siswa.

C. Teknik Pengambilan Sampel

(61)

44 dikelompokkan berdasarkan tingkatan prestasi dan diharapkan sampel akan dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Setelah diperoleh jumlah sampel yang menjadi responden, maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling artinya dari populasi yang terdiri dari beberapa kelompok diambil dua kelompok yang dianggap mewakili populasi, dengan berpendapat kepada Hadi (2000:76) sebagai berikut.

1. Pada semua objek, peristiwa, gejala atau kelompok yang menjadi anggota atau sebagian dari populasi diberi kode bilangan;

2. Kode tersebut ditulis dalam gulungan kertas kemudian dimasukkan kedalam kotak untuk dikocok;

3. Kotak tersebut dikocok, kemudian dikeluarkan seperti halnya mengeluarkan undian.

Dari hasil undian tersebut terpilihlah kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII E sebagai kelas kontrol.

D. Variabel Penelitian

Pengertian variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek

pengamatan, penelitian atau gejala yang akan diteliti dan merupakan obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2006:18).

Berdasarkan pendapat tersebut bahwa variabel adalah suatu kondisi yang dapat di ukur dan mengandung nilai tertentu serta dapat dijaikan obyek penelitian.

(62)

45 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel yang lainnya.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (X1), dan Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (X2).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu (Y).

E. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah definisi yang akan dioperasionalkan dan dapat diukur. Hal ini berguna untuk membatasi ruang lingkup dalam

penelitian ini, maka definisi operasional variabel dalam penelitian ini tersaji pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Definisi Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Pengukuran Skala Variabel Pengukuran Hasil Belajar Hasil Belajar Hasil tes Tingkat Interval

adalah formatif besarnya kemampuan- mata hasil tes kemampuan pelajaran mata yang dimiliki IPS pelajaran oleh siswa terpadu IPS setelah ia siswa terpadu

menerima siswa

(63)

46 Tabel 6 Lanjutan

Variabel Konsep Variabel Indikator Pengukuran Skala Variabel Pengukuran

Model Model Hasil pos Tingkat Interval

Pembelajaran pembelajaran test mata besarnya Kooperatif kooperatif tipe pelajaran hasil postest Tipe TGT tipe TGT IPS terpadu mata pelaja-

adalah dimana siswa ran IPS siswa bekerja setelah terpadu sama dalam mengguna- siswa setelah satu kelompok kan model menggunakan kecil (4 sampai pembelaja- model pembe- 5 orang) yang ran koope- lajaran koope- heterogen, ratif tipe ratif tipe

untuk TGT. TGT.

Model Model Hasil pos Tingkat Interval

Pembelajaran pembelajaran ini test mata besarnya Kooperatif tipe adalah model pelajaran hasil pos

NHT pembelajaran IPS test mata

(64)

47 Tabel 6 Lanjutan

Variabel Konsep Variabel Indikator Pengukuran Skala Variabel Pengukuran kelompok- NHT.

kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk

memberikan kesempatan kepada siswa agar aktif dalam berfikir dan dalam

kegiatan-kegiatan belajar.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Teknik Tes

Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan kegiatan belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TGT, sedangkan kelas kontrol

Gambar

Tabel 1. Hasil MID Semester Genap Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa
Tabel 2. Kriteria Skor Team Games Tournament (TGT)
Tabel 3. Penelitian yang Relevan
Tabel 3. Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran di SMP Negeri 1 Gatak pada materi sumber daya alam di Indonesia pada kelas eksperimen yaitu kelas VIIB, VIID,

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran di SMP Negeri 1 Gatak pada materi sumber daya alam di Indonesia pada kelas eksperimen yaitu kelas VIIB, VIID,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan kooperatif Team Games Tournament (TGT) dengan

a) Sebagian besar siswa memberikan respon perasaan senang dengan presentasi yang tinggi terhadap materi pembelajaran pda kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol disebabkan karena TGT dengan Quick and Smart mampu meningkatkan interaksi

media puzzle terhadap hasil belajar matematika, ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas eksperimen atau hasil belajar siswa yang diajar dengan penerapan

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif sebelum diberikanya perlakuan, nilai rata-rata pre test hasil belajar matematika untuk kelompok eksperimen I yaitu

Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen O₁ X O₂ Kontrol O₃ - O₄ Keterangan : E = Kelas Eksperimen K = Kelas Kontrol X = Pelakuan dengan