• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL HYPNOTEACHING PADA KELAS IVC SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL HYPNOTEACHING PADA KELAS IVC SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL HYPNOTEACHING PADA KELAS IVC SD NEGERI 8

METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

ANDRI SUNDALA PUTRA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur melalui penggunaan model Hypnoteaching.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari;(1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) observasi (observing), (4) refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan tes tertulis. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

(2)
(3)
(4)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL HYPNOTEACHING PADA KELAS IVC SD NEGERI 8

METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

ANDRI SUNDALA PUTRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

Rahasia pendidikan adalah menghormati sang murid”

Ralph Waldo Emerson

“Perbaiki diri dan berikan manfaat untuk orang lain”

(8)
(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas karunia yang telah Allah SWT berikan sehingga saya dapat menyelesaikan salah satu karya yang semoga bermanfaat bagi diri saya dan orang lain. Ya Allah ku persembahkan karya ini untuk:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yaitu Ayah Hamid, S.Sos dan Ibu Helnawati terimakasih atas segala kasih dan sayang serta pendidikan yang telah diberikan kepadaku yang tidak akan pernah anakmu ini dapat membalasnya. Anakmu hanya bisa berdo’a agar Allah selalu menyayangi dan mengasihimu sebagaimana Ayah dan Ibu telah mengasihi dan menyayangiku, kakak-kakak dan adik sejak kecil. Aamiin.

2. Kakak, Adikku tersayang dan tercinta, kak Novia Nuranidawati, adik Atria Wahyu Utami, adik Ghani Hadiantara terimakasih atas segala dukungan, motivasi, bimbingan, dan doa kalian. semoga karya ini mampu memberi manfaat serta rasa syukur bagi kalian. 3. Orang-orang luar biasa yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan dan motivasi luar biasa ku ucapkan terimakasih. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan kalian semua semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik. Aamiin.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kecamatan. Kedondong, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung pada tanggal 14 Februari 1992. Peneliti adalah anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Hamid S.Sos dan Ibu Helnawati. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 4 Kedondong, Kabupaten Pesawaran pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di Mts Negeri 1 Pesawaran pada tahun 2007. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di MA Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran pada tahun 2010. Tahun 2010 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa peneliti aktif di beberapa kegiatan organisasi kampus. Beberapa organisasi yang pernah peneliti ikuti adalah Forum Mahasiswa Studi Islam (FORMASI) PGSD sebagai anggota 2010/2011, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) sebagai sekeretaris bidang pendidikan 2011/2012 dan ketua bidang kaderisasi periode 2012/2013.

(11)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Hypnoteaching Pada Kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung, atas pembinaannya dalam menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini;

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung;

(12)

dan saran yang sangat berarti bagi peneliti dengan penuh perhatian dan kesabaran;

6. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd, selaku Dosen Penguji skripsi ini, yang telah banyak memberikan masukan dan saran yang sangat berarti bagi peneliti;

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan skripsi ini;

8. Ibu Dwi Hastuti, S.Pd. Kepala SD N 8 Metro Timur, serta dewan guru dan staf administrasi yang telah membantu peneliti untuk mendapat data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini;

9. Ibu Suratun, S. Pd., selaku guru kelas IVC juga selaku teman sejawat yang telah banyak memfasilitasi, mengerahkan tenaga, waktu dan fikiran guna membantu peneliti dalam kelancaran penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini;

10. Siswa-siswi kelas IVC SD N Metro Timur yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;

11. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa program studi PGSD angkatan 2010, terimakasih kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini;

12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini bermafaat bagi kita semua. Aamiin.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... . vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Tematik... 7

1. Pembelajaran Tematik di SD ... 7

2. Pendekatan Saintifik... 9

3. Penilaian Autentik... 14

B. Belajar ... 20

1. Pengertian Belajar ... . 20

2. Motivasi Belajar ... .... 21

3. Hasil Belajar ... .... 23

C. Model Pembelajaran ... . 26

1. Model-model Pembelajaran di Sekolah... 26

2. Model Pembelajaran Hypnoteaching... . 27

D. Kerangka Berpikir... 35

(15)

B. Setting Penelitian ... 39

C. Teknik Pengumpulan Data ... . 39

D. Sumber Data ... 40

E. Alat Pengumpul Data ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 40

G. Urutan Tindakan Penelitian ... 44

H. Indikator Keberhasilan . ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil SD N 8 Metro Timur... ... 48

B. Hasil... ... 49

1. Siklus I ... 50

2. Siklus II ... 62

C. Pembahasan ... 74

1. Kinerja guru ... 74

2. Motivasi Siswa ... 75

3. Afektif ... 77

4. Kognitif ... 78

5. Psikomotor ... 80

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Baga Kerangka Berpikir... 36

3.2 Siklus PTK ... 38

4.3GrafikKinerja Guru ... 76

4.4Grafik Motivasi Siswa ... 77

4.5Grafik Afektif Siswa ... 78

4.6Grafik Nilai Rata-rata kognitif Siswa ... 80

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

1. Surat– surat Penelitian ... 87

2. PerangkatPembelajaran Siklus I dan II... 95

3. Soal-soal dan lembar jawabanTes Tertulis ... 121

4. Hasil Observasi Kinerja Guru... 126

5. Nilai Motivasi Siswa ... 132

6. Nilai Hasil Belajar Afektif, Psikomotor dan Kognitif Siswa... 137

(18)

DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

1.1 Data Persentase ketuntasan hasil belajar kelas IVA, IVB, IVC…... 3

1.2 Kategori Motivasi Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai ... 41

3.3 Kategori Motivasi Belajar Siswa Secara Klasikal ... 41

3.4 Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai... 41 3.5 Kategori Afektif Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai ... 42

3.6 Kategori Psikomotor Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai .. 42

3.7 Kriteria Psikomotor Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen(%) ... 43

3.8 Kategori Kognitif Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen(%) ... 44

4.6 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 50

(19)

4.23 Rekapitulasi afektif Siswa Siklus I dan II... 78 4.24 Rekapitulasi Kognitif siswa siklus I dan II. ... 79 4.25 Rekapitulasi Psikomotor Siswa Siklus I dan II ... 81 4.26 Nilai Rata-rata Afektif, Psikomotor dan Kognitif Siswa Siklus I dan I..

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dukungan dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Bangsa Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depannya, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.

Menurut Rahardja dan Sulo (Mikarsa, 2007: 1.18), pendidikan adalah usaha atau kegiatan yang dilaksanakan dengan sengaja, teratur, dan terencana untuk membina kepribadian dan pengembangan kemampuan manusia baik jasmani maupun rohani, sehingga pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan, bagi perkembangan individu maupun suatu bangsa.

Menurut UU No. 20 tahun 2003, Bab I pasal I tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(21)

dan proses pembelajaran. Pengembangan potensi manusia seutuhnya dilakukan dengan tidak menitik beratkan pada satu ranah saja. Pendidikan tidaklah sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), namun juga menanamkan sikap dan kepribadian positif serta mengembangkan keterampilan siswa.

Menurut Bloom (dalam Sardiman 2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu:

a. Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comperhension (pemahaman, menjelaskan, dan meringkas), analysis (menguraikan dan menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, dan membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan).

b. Affective: receiving (sikap menerima), responding (memberi respon), valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

c. Psychomotor: initiatory level (mulai melakukan), pre-routine level (tahap dapat melakukan dengan benar), and routinized level (terampil dan menjadi kebiasaan).

Pendidikan di Indonesia dari aspek kualitas memang masih banyak kekurangan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain. Dari segi pengajaran, hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi di Sekolah Dasar terbukti masih banyak yang kurang memuaskan berbagai pihak. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini masih ada kekurangan dari apa yang kita harapkan.

(22)

Tabel 1.1.Data persentase ketuntasan hasil belajar kelas IVA, IVB, IVC. No Kelas Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan

1. IVA 24 Siswa 62,5%

2. IVB 27 Siswa 44,4%

3. IVC 24 Siswa 20,83%

Pada penelitian ini peneliti memilih untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada kelas IVC, karena kelas tersebut termasuk memiliki persentase ketuntasan terendah, dengan rentang nilai antara 50-60, sedangkan kriteria ketuntasan yang ditetapkan adalah ≥66. Jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan adalah 5 orang siswa atau (20.83%) dari 24 orang siswa. Selain itu, motivasi anak dalam belajar menjadi rendah dikarenakan model pembelajaran yang kurang menarik. Kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung belum menarik, sehingga pelajaran yang di berikan kurang diminati dan terkadang dianggap sulit oleh siswa.

(23)

Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru meskipun sebenarnya sudah ada sebelumnya. Menurut Trianto (2012: 41) dan Yustisia (2012: 75) Beberapa diantaranya adalah Direct Intruction, Cooperative Learning, Problem Based Instruction, Pembelajaran Model Diskusi Kelas, pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL), dan pembelajaran hypnoteaching.

Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, falsafah dan metodologi pembelajaran hypnoteaching yang disebut terakhir tampak relatif lebih banyak disambut gembira oleh berbagai kalangan di Indonesia melalui seminar, pelatihan, dan penerapan tentangnya. Walaupun demikian, masih banyak pihak yang mengenali pembelajaran hypnoteaching secara terbatas terutama terbatas pada bangun (konstruks) utamanya. Segi-segi kesejarahan, akar pandangan, dan keterbatasannya belum banyak dibahas orang. Ini berakibat belum dikenalinya pembelajaran hypnoteaching secara utuh dan lengkap.

Model pembelajaran hypnoteaching adalah salah satu pilihan tepat bagi guru SD guna menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Lebih dari itu, model pembelajaran ini menjadikan pengajaran dan pembelajaran lebih menggairahkan.

(24)

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran hypnoteaching kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.

1. Guru di kelas IVC SD N 8 Metro Timur belum maksimal dalam mengajar, dan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 2. Berbagai macam keluhan dalam proses pembelajaran seperti; malas

belajar, membosankan (jenuh), kurang bergairah, tidak menarik, kurangnya motivasi belajar siswa dan keluhan-keluhan lain dari para siswa.

3. Rendahnya hasil belajar siswa dengan ketuntasan sebesar (20.83%) dan motivasi siswa, pada pembelajaran belum maksimalnya penggunaan model-model pembelajaran, terutama belum digunakannya model pembelajaran Hypnoteaching.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di depan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah upaya meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IVC SD N 8 Metro Timur dengan model pembelajaran hypnoteaching tahun pelajaran 20013/2014?

(25)

D. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IVC SD N 8 Metro Timur dengan model pembelajaran hypnoteaching tahun pelajaran 20013/2014 2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVC SD N 8 Metro Timur dengan

model pembelajaran hypnoteaching tahun pelajaran 20013/2014

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Bagi Siswa

Siswa lebih termotivasi karena dapat menemukan kegairahan dan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

Diharapkan mampu membuat suasana selalu aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga tidak terjadi lagi pembelajaran yang monoton. 3. Bagi SD N 8 Metro Timur

Memberikan sumbangan pikiran dalam perbaikan proses pembelajaran sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.

4. Bagi Penulis

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik

1. Pembelajaran Tematik di SD

a) Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan unsur gabungan beberapa bidang keilmuan mata pelajaran yang mengkaji tentang tema. Menurut Suryosubroto, (2009: 133) ”pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik tertentu”.

Menurut Sungkono (dalam Suryosubroto, 2006: 132) pembelajaran tematik secara singkat diuraikan meliputi prinsip-prinsip, ciri-cirinya, pemilihan tema, dan contoh implikasinya di sekolah. Sedangkan menurut Triyanto (2010: 78) Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembelajarannya tema tersebut ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

(27)

Meliputi prinsip-prinsip, ciri-cirinya, pemilihan tema, dan contoh implikasinya di sekolah.

b) Kelebihan pembelajaran tematik

Pembelajaran tematik memiliki kelebihan tersendiri yang bersifat menyeluruh atau holistik. Hal ini tentunya sesuai dengan perkembangan peserta didik di Sekolah Dasar dan diharapkan dapat lebih meningkatkan potensi siswa. Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2010: 88) kelebihan pembelajaran tematik yaitu:

a.Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.

b.Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

c. Kegiatan belajar bermakna bagi anak.

d.Keterampilan berfikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.

e. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak.

f. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran tematik.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu memberi pengalaman belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan lingkungan sehari-harinya, sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan sosial siswa, sehingga kegiatan pembelajaran bermakna bagi diri siswa.

c) Kekurangan Pembelajaran Tematik

(28)

pembelajaran yang baik. Menurut Indrawati (dalam Trianto, 2010: 90) pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran yang langsung saja.

2. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian pendekatan saintifik

Pendekatan pembelajaran adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi dan melatarbelakangi pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Menurut Komalasari (2011: 54) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatarbelakangi metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

(29)

menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Prof Sudarwan dalam Kemendikbud (2013: 201) tentang pendekatan scientific bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengasahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui beberapa tahapan, dan bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengasahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.

b. Langkah-Langkah Pendekatan saintifik

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Menurut Kemendikbud (2013: 4) pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyimpulkan, menyajikan dan mengkomunikasikan yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Mengamati

(30)

Mengingat peserta didik masih dalam jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual.

2) Menanya

Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru atau siswa bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

3) Menalar

(31)

4) Mencoba

Peserta didikpun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5) Mengolah

Tahapan mengolah ini peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Maka akan menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.

6) Menyimpulkan

(32)

7) Menyajikan dan mengkomunikasikan

Peserta didik harus dapat menyajikan mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.

Pembelajaran Scientific dalam proses pembelajarannya menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, meliputi:

1) Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”

2) Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

3) Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”

(33)

3. Penilaian Autentik

a) Pengertian Penilaian Autentik

Dalam kegiatan pembelajaran tentunya sangat diperlukan penilaian, untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Menurut Komalasari (2011: 146) istilah penilaian (assessment) dalam pendidikan adalah merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Kegiatan mengumpulkann informasi sebagai bukti untuk dijadikan dasar menetapkan terjadinya perubahan dan derajat perubahan yang telah dicapai sebagai hasil belajar peserta didik.

Johnson (dalam Komalasari, 2011: 148) mengemukakan bahwa penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.

(34)

mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.

Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian autentik mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas (Komalasari, 2011: 148).

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah suatu bentuk penilaian belajar yang menilai semua aspek hasil belajar yang mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotor yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran.

b) Fungsi Penilaian Autentik

Penilaian autentik memiliki fungsi tersendiri dalam proses pembelajaran, dibutuhkan pemahaman secara tepat bagi seorang guru agar bisa melakukan penilaian dengan baik. Menurut Thorndike dan Hagen (dalam Komalasari, 2011: 149) fungsi penilaian dalam pendidikan diarahkan kepada keputusan-keputusan yang menyangkut (a) pengajaran, (b) hasil belajar, (c) diagnosis dan usaha perbaikan, (d) penempatan, (e) seleksi, (f) bimbingan dan konseling, (g) kurikulum, dan (h) penilaian kelembagaan.

(35)

a. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi;

b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian, maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan);

c. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan;

d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya;

e. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan peserta didik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi penilaian autentik adalah untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa pada suatu kompetensi, kemudian mengevaluasi hasil belajar dan mengidentifikasi kelemahannya serta sebagai kontrol bagi kemajuan pendidik.

c) Jenis-jenis Penilaian Autentik

Penilaian autentik merupakan hal yang penting pada proses pembelajaran dan memiliki beberapa jenis penilaiaan. Menurut Kemendikbud (2013: 33) yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan), setiap ranah memiliki tekhnik penilaiannya masing-masing:

1) Ranah afektif

(36)

b. Teknis penilaiannya berupa; observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal.

2) Ranah Kognitif

a. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

b. Teknis penilaiannya berupa; tes tertulis, tes lisan dan penugasan 3) Ranah psikomotor

a. siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Prosedur psikomotor umum terdiri dari menyampaikan ide atau pendapat, melakukan interaksi dengan teman saat berdiskusi, mengangkat tangan dan bertanya pada guru, mencaritahu dalam menemukan jawaban atas soal yang diberikan, melakukan komunikasi antara siswa dengan guru.

b. Teknis penilaiannya berupa; performa atau kinerja, produk, proyek dan portofolio.

(37)

Pengukuran pada ranah afektif dengan indikator sikap bertanggung jawab, percaya diri, dan disiplin. Sedangkan pengukuran pada ranah psikomotor dengan indikator meniru, menyusun, melakukan dengan prosedur, melakukan dengan baik dan tepat, dan melakukan tindakan secara alami.

d) Prinsip-Prinsip Penilaian Autentik

Dalam melakukan penilaian autentik hendaknya memperhatikan beberapa prinsip penting. Komalasari (2011: 151) menyatakan prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:

a. Validitas

Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi.

b. Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliabel (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliabel dan menjamin konsistensi.

c. Menyeluruh

Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar (kognitif, afektif, dan psikomotor).

d. Berkesinambungan

(38)

e. Objektif

Penilaian harus dilaksanakan secara objektif, maka penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.

f. Mendidik

Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

e) Langkah-Langkah Penilaian Autentik

Sebagai sebuah proses, penilaian autentik dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, tahap penyusunan alat penilaian, tahap pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, tahap pengolahan, dan tahap penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik (Komalasari, 2011: 148-149).

(39)

a. Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan atau mencocokkan, dan isian singkat;

b. Essay Assessment, dalam assessment ini siswa diberikan beberapa persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap persoalan tersebut;

c. Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap prestasi yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran terutama didasarkan pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses di mana suatu keterampilan, sikap, dan produk ditunjukkan oleh siswa;

d. Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawancara, perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.

B.Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan manusia semenjak lahir hingga sepanjang hayatnya untuk memperoleh pengetahuan dan memperbaiki dirinya dengan memanfaatkan indra pendengaran dan penglihatan serta daya nalar yang dimilikinya. Menurut Bruner (dalam Suwarsono 2012: 25) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya.

Menurut Sardiman (2012: 20) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

(40)

Selama pembentukan pengetahuan dan perubahan yang baru pada individu melalui interaksi dengan lingkungan melalui indra pendengaran, indra penglihatan dan daya nalarnya harus aktif melakukan proses penemuan, mengembangkan pemikirannya, mengembangkan potensinya, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi (Motivation)

Motivasi merupakan faktor pendorong yang berasal dari dalam maupun luar diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi memiliki beberapa pengertian menurut Gray (dalam Majid, 2013: 307) mendefinisikan motivasi sebagai sejumlah proses yang bersifat internal atau exsternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Wexley dan Yukl (dalam Majid, 2013: 307) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif.

Menurut Sardiman (2012: 75) motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

(41)

rasa ingin tahu siswa, dan dapat menimbulkan keinginan yang kuat untuk mencoba hal-hal yang baru, mandiri dan ingin maju lebih baik lagi. Hal inilah yang tentunya sangat penting dan harus terus diperhatikan serta ditingkatkan terutama dalam setiap proses pembelajaran di sekolah. b. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi belajar mempunyai fungsi penting didalam proses pembelajaran itu sendiri. Hal ini merupakan pemicu semangat siswa dalam belajar. Adapun fungsi motivasi belajar menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 26) adalah sebagai berikut:

1. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik.

2. Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta didik.

3. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

4. Motivasi merupakan alat untuk membangun system pembelajaran yang lebih bermakna.

Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar adalah sesuatu yang dapat menimbulkan sebuah daya dorong yang kuat terhadap seseorang untuk menjadikan alasan sebagai pemicu dalam melakukan tindakan dalam belajarnya.

c. Alat Ukur Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat diukur dengan mengamati prilaku siswa dalam belajar, serta dengan melihat hasil dari belajar siswa. Beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang menurut Hanafiah (2010: 29), yaitu sebagai berikut:

(42)

memahami tentang kegigihan dan loyalitas, (c) mengarang bebas untuk memahami informasi tentang visi dan aspirasinya, (d) tes prestasi untuk memahami informasi tentang prestasi belajarnya, (e) skala untuk memahami informasi tentang sikapnya.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat pada motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa saat proses pembelajaran. Menurut Sudjana (2011: 61) ada beberapa kriteria dalam menilai motivasi belajar siswa yaitu:

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran

b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya

c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya

d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru

e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dapat diukur dengan beberapa instrumen yang disesuaikan dengan kebutuhan indikator, yaitu minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, reaksi siswa serta rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

(43)

penggal dan puncak proses belajar bagi siswa. Selanjutnya Dimyati, dkk (2002: 20) mengungkapkan pula bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.

Sedangkan Romiszowki, Keller (dalam Abdurahman 2003: 38) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan keluaran (output) dari sistem pemrosesan berbagai masukan (input). Masukan dari system tersebut berupa bermacam-maam informasi sedangkan keluarannya perbuatan atau kinerja (performance).

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar setelah mendapat pengalaman belajar.

b. Teori Belajar

Banyak teori tentang belajar yang dikembangkan oleh para ahli, diantaranya terdapat tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar menurut Bruner merupakan teori belajar penemuan (discovery learning), dimana siswa aktif mengembangkan pemikirannya dan melakukan proses penemuan. Menurut Bruner (dalam Suwarsono 2012: 25) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya.

(44)

secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Teori Piaget (dalam Komalasari 2011: 20) menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa.

Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.

(45)

perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

C. Model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran di Sekolah Dasar a) Pengertian Model Pembelajaran

Tingkat keberhasilan proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan sangat dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran. Hanafiah & Suhana (2010: 41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru. Kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Komalasari (2010: 57) yang mendefinisikan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

(46)

disajikan secara khas oleh guru dalam proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada prilaku siswa seperti yang diharapkan

b) Model-model yang di terapkan di Sekolah

Model pembelajaran merupakan jembatan tercapainya tujuan pembelajaran. Sebagaimana sering dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran dan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar.

Trianto (2012: 41) dan Yustisia (2012: 75) menyebutkan beberapa model pembelajaran, yaitu: Direct Intruction, Cooperative Learning, Problem Based Instruction, Contextual Teaching and Learning, Pembelajaran Model Diskusi Kelas, dan Hypnoteaching .

Dari beberapa macam model pembelajaran di atas, saat ini model pembelajaran yang mulai disambut dengan baik di kalangan pendidikan melalui berbagai seminar-seminar kependidikan, yaitu model pembelajaran hypnoteaching. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode hypnoteaching dan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut.

2. Model Pembelajaran Hypnoteaching

a) Pengertian Hypnoteaching

(47)

hypnosis dan teaching. Hypnosis sendiri adalah seni berkomunikasi untuk mempengaruhi seseorang, sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak dari betha menjadi alpha atau theta. Sedangkan teaching adalah mengajar. dari sini, kemudian bisa diartikan bahwa hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dalam mengajar dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas. Melalui sugesti yang diberikan, diharapkan mereka tersadar dan tercerahkan bahwa ada potensi luar biasa yang selama ini belum pernah mereka optimalkan dalam pembelajaran.

Menurut Novian Triwidia jaya (dalam Yustisia 2012: 76), Hypnoteaching merupakan perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sadar dan bawah sadar. Hypnoteaching ini merupakan metode pembelajaran kreatif, unik, sekaligus imajinatif. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, para anak didik sudah dikondisikan untuk siap belajar. Dengan demikian, anak didik mengikuti pembelajaran dalam kondisi yang segar dan siap untuk menerima materi pelajaran. Untuk mempersiapkan hal-hal tersebut, tentu guru dituntut stabil baik secara psikologis, maupun secara psikis, akhirnya mempunyai kesiapan yang penuh dalam mengajar para anak didiknya.

(48)

kondisi kesiapan mental siswa yang bagus dalam pembelajaran. Siswa juga merasa lebih nyaman dan penuh rasa ketertarikan hal ini tentunya sangat menunjang proses pembelajaran

b) Kelebihan Hypnoteaching

Hypnoteaching memiliki banyak kelebihan-kelebihan tersendiri dan membantu guru untuk lebih dapat berinteraksi dengan baik kepada siswa. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh model hypnoteaching ini menurut Yustisia (2012: 81-83) adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik bisa berkembang sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki.

2. Guru bisa menciptakan proses pembelajaran yang beragam sehingga tidak membosankan bagi peserta didik.

3. Proses pembelajaran akan lebih dinamis.

4. Tercipta interaksi yang baik antara guru dan peserta didik. 5. Siswa dapat dengan mudah menguasai materi karena lebih

termotivasi untuk belajar. 6. Pembelajaran bersifat aktif

7. Pemantauan terhadap siswa lebih intensif

8. Siswa lebih dapat berimajinasi dan berpikir kreatif 9. Siswa akan melakukan pembelajaran dengan senang hati 10. Siswa akan berkonsentrsi penuh terhadap materi pelajaran

yang diberikan oleh guru. c) Kekurangan Hypnoteaching

Meskipun banyak kelebihan yang dimiliki oleh model hypnoteaching, namun tidak bisa dipungkiri terdapat pula kekurangan di dalamnya. Kekurangan yang dimiliki oleh model hypnoteaching ini menurut Yustisia (2012: 81-83) adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah untuk menunjang pelaksanaan metode hypnoteaching

2. Banyaknya siswa yang ada dalam sebuah kelas menyebabkan kurangnya waktu dari pendidik untuk memberi perhatian satu persatu kepada mereka

(49)

instan. Sehingga, pelatihan yang dilakukan secara berulang-ulang sangat penting dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal

4. Metode hypnoteaching masih tergolong dalam metode baru dan belum banyak dipakai oleh para guru di Indonesia

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa kelebihan model hypnoteaching ini adalah dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan dan sangat berkualitas meski terdapat sedikit sekali kekurangan.

d) Langkah-langkah Hypnoteaching dan Penerapannya di kelas 1. Langkah-langkah Hypnoteaching

Hypnoteaching merupakan ilmu yang di dalamnya terdapat langkah-langkah dalam pelaksanaannya, hal ini merupakan titik puncak pada aplikasi model pembelajaran tersebut. Menurut Muhammad Noer (N.Yustisia, 2012: 85-91), dalam hypnoteaching ada beberapa langkah yang perlu di lakukan. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut

a) Niat dan Motivasi dalam diri

Kesuksesan seseorang tergantung dengan pada niatnya untuk senantiasa berusaha dan bekerja keras dalam mencapai kesuksesan. Niat yang besar dan tekad yang kuat akan menumbuhkan motivasi dan komitmen yang tinggi bidang yang tengah ditekuni.

b) Pacing

(50)

prisipnya manusia cenderung lebih suka berinteraksi dengan teman yang memiliki banyak kesamaan

Adapun beberapa cara dalam melakukan pacing terhadap siswa sebagai brikut:

a. Bayangkan usia kita setara dengan siswa-siswa, sehingga kita dapat melakukan aktivitas dan merasakan hal-hal yang dialami oleh mereka saat ini.

b. Gunakan bahasa sesuai dengan bahasa yang sering di gunakan oleh siswa. Jika perlu gunakan bahasa gaul yang sedang tren dikalangan mereka.

c. Melakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah yang sesuai dengan tema bahasan guru.

d. Selalu update pengetahuan tentang tema,bahasa dan sangkutkan tema pelajaran kita dengan tema-tema yang sedang tren di kalangan siswa.

c) Leading

(51)

peserta didik akan menangkap materi pelajaran yang di sampaikan guru menjadi hal yang mudah

d) Menggunakan kata-kata positif

Langkah ini merupakan langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negatif. Guru sebaiknya mengunakan kata-kata positif untuk mengganti kata-kata-kata-kata yang negatif. Misalnya, ketika peserta didik di kelas ramai dan gaduh, guru tidak boleh mengatakan “ jangan ramai”, tetapi diganti dengan mengatakan “mohon tenang”.

e) Berikan pujian

Salah satu hal penting yang harus diingat oleh guru adalah adanya rewad and punishment dalam proses pembelajaran. Pujian adalah reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian ini merupakan salah satu konsep diri seseorang. sementara punishment merupakan hukuman atau peringatan yang diberikan guru ketika peserta didik melakukan sesuatu tindakan yang kurang sesuai. namun guru harus bijak dan hati-hati dalam memberi punishment agar tidak membuat peserta didik rendah diri dan tidak bersemangat.

f) Modelling

(52)

yang sangat penting dan menjadi salah satu kunci berhasil atau tidaknya hypnoteaching. Setelah peserta didik merasa nyaman dengan guru dan suasana pembelajaran, diperlukan pula kepercayaan peserta didik pada guru yang dimantapkan melalui perilaku dan ucapan yang konsisten dari guru. Hal ini akan membuat guru menjadi sosok yang bisa dipercaya di mata peserta didik.

2. Penerapan Hypnoteaching di kelas

Dalam menjalankan langkah-langkah hypnoteaching perlu di adakannya penerapan-penerapan yang menarik agar pembelajaran lebih dinamis tidak monoton. Menurut Novian Triwidia Jaya (N.Yustisia, 2012: 89-91), penerapan hypnoteaching di sekolah dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti di bawah ini.

a) Yelling

Yelling atau berteriak dipakai untuk mengembalikan konsentrasi peserta didik ke materi pelajaran dengan meneriakkan sesuatu bersama-sama. Sebaiknya yelling telah disepakati bersama antara guru dan siswa pada awal pembelajaran dimulai agar terjadinya satu kesepahaman yang baik.

b) Jam Emosi

(53)

berubah-ubah setiap detiknya, demikian halnya dengan peserta didik di sekolah.

Jam emosi juga dibagi beberapa cara sebagai berikut: 1. Jam tenang

Dapat ditandai dengan warna hijau atau tulisan “tenang”. Jam ini menunjukan bahwa peserta didik diminta untuk tenang dan berkonsentrasi karena ada materi penting yang akan disampaikan oleh guru.

2. Jam diskusi

Dapat ditandai dengan warna biru atau tulisan “diskusi”. Jam ini menunjukan bahwa peserta didik diminta untuk mendiskusikan sesuatu topik yang baru saja dibahas. 3. Jam lepas

Dapat ditandai dengan warna kuning atau tulisan “lepas”. Jam ini menunjukan bahwa peserta didik diminta untuk melepaskan emosinya. Peserta didik bisa tertawa, berbicara sebentar dengan temannya, atau menghela nafas dengan batas waktu tertentu dan guru harus bisa mengontrol dengan baik.

c). Ajarkan Puji

(54)

oleh guru kepada teman-temannya, setelah itu guru bersama teman-temannya yang mendengarkan memujinya secara bersama-sama. Ini adalah suatu cara yang sangat baik sekali d). Pertanyaan Ajaib/khusus

Berikan pertanyaan yang dapat memancing rasa penasaran dan aggrenaling peserta didik, guna untuk meningkatkan motivasi, potensi serta dapat mengarahkan peserta didik pada hal yang baik.

D. Kerangka Berfikir

Prestasi belajar siswa juga dapat ditentukan oleh pemilihan model-model pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan pembelajaran.

Masih banyaknya metode konvensional yang diterapakan oleh guru sehingga membuat proses pembelajaran kurang kreatif dan monoton, dalam model hypnoteaching ini siswa dibentuk untuk dapat belajar dengan kreatif dan inovatif tentunya dalam proses belajar mengajar yang menyenangkan. Diharapkan setiap siswa lebih aktif mengungkapkan ide-idenya, dan guru membimbing siswa untuk belajar menghormati siswa lain serta bekerja sama satu dengan yang lainnya sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru.

(55)

memberikan pemahaman terlebih dahulu kepada siswa mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari, karena suatu pelajaran yang dimulai dengan penyampaian tujuan yang menyiapkan siswa untuk memperoleh informasi dari guru akan membuat siswa lebih mampu menyaring informasi dalam proses pembelajaran nantinya.

Motivasi belajar yang ditimbulkan dari proses belajar yang menyenangkan tentunya berpengaruh kuat pada hasil pembelajaran yang dilaksanakan dan diharapkan nilai dapat mencapai ≥ 80% memenuhi kkm.

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

(Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir)

E.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Apabila dalam pembelajaran tematik menerapkan model pembelajaran hypnoteaching dengan langkah-langkah yang tepat, maka motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVC SDN 8 Metro Timur dapat meningkat.

Pembelajaran menggunakan model

Hypnoteaching dan pendekatan saintifik Tindakan

Melalui penggunaan model hypnoteaching. 1. Motivasi belajar siswa ≥ 80% baik 2. Hasil belajar siswa ≥ 80% memenuhi

kkm Kondisi Akhir

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007: 1.4) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Selanjutnya, Arikunto (2006: 58) mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

(57)

Adapun daur siklus dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Siklus PTK.

Sumber: PTK Sunyono (2009: 24).

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Refleksi

Siklus II

Dst. Perencanaan

Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Refleksi

(58)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N 8 Metro Timur, kec. Metro Timur, Kota Metro

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, dimulai bulan Juni sampai Agustus 2014.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVC SD N 8 Metro Timur berjumlah 24 orang siswa terdiri dari 13 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan, yaitu: dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes.

1. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan nilai-nilai siswa hasil tes formatif, guna mengetahui hasil belajar pada pembelajaran tematik melalui model pembelajaran Hypnoteaching. Data yang terkumpul melalui teknik tes berupa data kuantitatif. 2. Teknik Nontes

(59)

D. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas IVC SD N 8 Metro Timur beserta guru. Data penelitian diperoleh melalui tes hasil belajar siswa dan observasi pada saat pembelajaran berlangsung.

E. Alat Pengumpul Data

1. Soal-soal tes digunakan untuk mengetahui aspek pengetahuan siswa.

2. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kinerja guru, motivasi belajar siswa, afektip dan psikomotor siswa saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

1) Analisis Kualitatif

Digunakan untuk menganalisis data motivasi belajar siswa, afektip siswa, psikomotor siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

a. Rumus analisis motivasi belajar siswa per individu.

Keterangan :

N = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum

100= Bilangan tetap

(60)

Tabel 3.2. Kategori Motivasi Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai.

(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

b. Rumus analisis motivasi belajar siswa secara klasikal

Tabel 3.3. Kategori Motivasi Belajar Siswa Secara Klasikal

No Skor Rentang Nilai Kategori

c. Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran

Tabel 3.4. Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai

No Skor Rentang Nilai Kategori

d. Nilai afektif siswa diperoleh dengan rumus:

N= x100 SM

(61)

Keterangan:

N = Nilai yang dicari R = Skor yang diperoleh SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.5. Kategori Afektif Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai

No Skor Rentang Nilai Kategori

e. Nilai Psikomotor siswa per individu diperoleh dengan rumus:

N= x100 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.6. Kategori Psikomotor Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai

No Skor Rentang Nilai Kategori

(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

f. Nilai persentase Psikomotor siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

P =

(62)

Tabel 3.7 Kriteria Psikomotorik Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen (%)

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

a. Rumus analisis hasil belajar kognitif siswa

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100= Bilangan tetap

b. Untuk menghitung rata-rata hasil belajar kognitif siswa digunakan rumus ∑ Xi

(63)

c. Untuk menghitung presentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara

Tabel 3.8. Kategori ketuntasan hasil belajar Kognitif siswa secara klasikal dalam ipersen (%).

No. Tingkat Keberhasilan% Keterangan

1. 86 – 100 Sangat Tinggi

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini

digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran.

G. Urutan Tindakan Penelitian 1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan akan dilakukan hal-hal sebagai berikut : (a) Menentukan materi yang akan diajarkan.

(b) Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.

(64)

(d) Penelitian bersama guru mengadakan diskusi tentang kegiatan pembelajaran dengan model Hypnoteaching.

b. Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan Awal

(a) Guru mengecek kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran.

(b) Guru menyampaikan apersepsi, memotivasi, dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

(c) Guru memotivasi siswa dengan yel-yel yang telah dicontohkan oleh guru sebelumnya.

(d) Guru menjelaskan materi yang ingin disampaikan dengan mengacu pada scenario pembelajaran yang telah direncanakan.

b. Kegiatan Inti

(a) Guru menjelaskan garis besar materi pembelajaran .

(b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum mengerti untuk bertanya.

(c) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi.

(d) Setiap kelompok diberikan LKS, kemudian mendiskusikannya.

(e) Setelah diskusi selesai perwakilan tiap keompok diminta maju ke depan untuk menyampaikan hasil diskusinya.

(f) Guru bersama siswa kelompok lain mengoreksi hasil diskusi kelompok yang disampaikan di depan.

(65)

(h) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum jelas untuk bertanya.

(i) Guru memberikan post-tes untuk dikerjakan siswa secara individu, yang dikerjakan dan dikumpul pada saat itu juga untuk mengukur hasil belajar dan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tematik yang telah disampaikan.

c. Penutup

(a) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dibahas.

(b) Guru memberikan refleksi dan umpan balik terhadap proses pembelajaran. (c) Guru mengajak siswa berdoa sebelum mengakhiri pembelajaran.

(d) Guru menyampaikan salam kepada siswa untuk mengahiri pelajaran. d. Tahap Observasi

Pada tahap ini observer mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan instrumen observasi. Observasi mencakup berbagai aspek yaitu kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.

e. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh tim peneliti untuk mengkaji motivasi dan hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.

2. Siklus II

(66)

yang dirasa kurang pada siklus I setelah dilakukan refleksi untuk dapat ditingkatkan lagi.

H. Indikator Keberhasilan

(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model Hypnoteaching dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IVC SD N 8 Metro Timur pada. Meningkatnya motivasi belajar siswa dapat dilihat pada persentase motivasi belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar (70,8%) dengan kategori motivasi belajar siswa secara klasikal “baik”, sedangkan siklus II sebesar (83,33%) dengan kategori motivasi belajar siswa secara klasikal “sangat baik”. Hal ini menunjukan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (12,5%).

2. Penggunaan model Hypnoteaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVC SD N 8 Metro Timur. Meningkatnya hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil belajar afektif siswa siklus I nilai rata-ratanya adalah (67,6) kategori “baik” pada siklus II (77,5) ketegori “sangat baik” terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (9,9).

(68)

klasikal pada siklus I adalah (75%) kategori”tinggi”, siklus II adalah (87,5%) kategori “sangat tinggi”, terjadi peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II sebesar (12,5%). Hasil belajar psikomotor siswa siklus I nilai rata-ratanya adalah (65,9) pada siklus II (78,8) terjadi peningkatan sebesar (12,9), sedangkan persentase psikomotor secara klasikal pada siklus I adalah(66,6%) kategori “baik” pada siklus II (83,3%) kategori “ sangat baik”, terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (16,7%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

1. Siswa

Motivasi belajar siswa diharapkan dapat meningkat, semangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Selain itu siswa juga diharapkan dapat melaksanakan dengan baik tugas-tugas yang diberikan oleh guru, baik tugas individu maupun kelompok.

2. Guru

Hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di SD lebih mengoptimalkan penggunaan model Hypnoteaching karena dapat membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Sekolah

(69)
(70)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan belajar belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD, SLB dan TK.Yrama Widya. Bandung.

Daryanto, 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta. Depdiknas. 2003. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidian

Nasional, Depdiknas. Jakarta.

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. , Mujiono 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta , Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah. & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Hajar, Ibnu. 2012. Hypnoteaching. Diva Press. Jogjakarta.

Ibrahim, muslimin dan Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. UNESA. Surabaya. Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud

Republik Indonesia. Jakarta.

. 2013. Penilaian Kompetensi Sikap. Kemendikbud Republik Indonesia. Jakarta. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung. . 2011. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung.

(71)

Mikarsa, Hera Lestari, dkk. 2007. Pendidikan Anak SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Yustisia, N. 2012. Hypnoteaching. Ar –Ruzz Media. Jogjakarta.

Nur, M. & Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. University Press. Surabaya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. RosdaKarya. Bandung.

Sardiman, A.N. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT.Raja Grafindo. Persada. Jakarta.

. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta.

Suwarsono. 2012. Teori-teori Perkembangan Kognitif dan Proses Pembelajaran yang Relevan Untuk Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Jakarta.

Sungkono. 2006. Pembelajaran Tematik dan Implementasinya di Sekolah Dasar. Majalah Ilmiah Pembelajaran. FIP-UNY. Jogjakarta.

Sunyono. 2009. Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. Unila. Bandar Lampung. Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

(72)

Lampiran

(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)

Perangkat Pembelajaran

(Pemetaan, Silabus, dan RPP)

Gambar

Tabel 1.1.Data persentase ketuntasan hasil belajar kelas IVA, IVB, IVC.
Gambar 3.2 Siklus PTK. Sumber: PTK Sunyono (2009: 24).
Tabel 3.2. Kategori Motivasi Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai.
Tabel 3.7 Kriteria Psikomotorik Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen (%)
+6

Referensi

Dokumen terkait

di€erences in the relative proportion of taxa determined from the macrofossil record correlating with climatic change (Barber et al. , 1994); (ii) humi®cation of the plant

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan pihak administrator untuk mencoba memasukkan username dan password dari suatu website yang sering

PERANCANGAN KUIS PENGENALAN ORGAN TUBUH MANUSIA UNTUK PELAJAR SEKOLAH DASAR DENGAN.. ADOBE

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafrial (2009) dengan berjudul “Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran dan

Sasaran program dan kegiatan yang dilaksanakan Sekretariat Badan Ketahanan Pangan yang digunakan pada tahun 2013 mengacu pada sasaran yang telah disusun pada

Dengan melihat jumlah alat musik yang disebut, kita pasti yakin bahwa semua alat musik yg terdapat pada masa itu dipakai semuanya tanpa kecuali, sehingga hal ini membuktikan

Algoritma Fuzzy C-Means yang digunakan dalam Sistem Seleksi Proposal Penelitian memiliki tingkat akurasi sebesar 90 % dan hasil analisis ini dapat menjadi kontribusi bagi

Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang