EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1
SUMBERJAYA KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Oleh
JESIKA ANGGRIA
S k r i p s i
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWAKELAS X
SMA NEGERI 1 SUMBERJAYA LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Oleh
JESIKA ANGGRIA
Salah satu jenis media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah media pembelajaran visual. Pemilihan media pembelajaran visual yang digunakan di kelas berpengaruh terhadap hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan rerata hasil belajar (pretest) geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, (2) Perbedaan rerata hasil belajar (posttest) geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, (3) Perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar geografi kelas eksperimen dan kelas kontrol, (4) Efektivitas pembelajaran menggunakan media visual.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 262 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan memperhatikan atas ciri-ciri relatif yang dimiliki yaitu ketuntasan hasil belajar, maka dipilih kelas X7 dan X1 sebagai sampel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar geografi berupa pretest dan posttest pada materi Sejarah Pembentukan Bumi. Tenik analisis data menggunakan uji T, untuk mengolah data penelitian digunakan program SPSS 20.
Hasil penelitian ini: (1) Tidak ada perbedaan signifikan rerata hasil belajar (pretest)
geografi, (2) Ada perbedaan signifikan rerata hasil belajar (posttest) geografi, (3) Ada Perbedaan peningkatan hasil belajar geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana peningkatan (gain) kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, (4) Pembelajaran Menggunakan Media Visual lebih efektif dibandingkan pembelajaran tanpa menggunakan media visual.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Penelitian... 8
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran ... 10
2. Pengertian Belajar... 11
3. Teori Belajar Konstruktivisme ... 12
4. Pengertian Pembelajaran ... 14
5. Pembelajaran Geografi ... 15
6. Pengertian Media Pembelajaran ... 17
7. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 19
8. Fungsi Media Pembelajaran ... 20
9. Media Pembelajaran Geografi ... 23
10. Media Visual ... 24
11. Hasi Belajar ... 26
12. Penelitian Yang Relevan ... 28
B. Kerangka Pikir ... 30
III. METODE PENELITIAN
A. Metode dan Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian... 33
2. Prosedur penelitian ... 33
3. Rancangan Pembelajaran ... 34
4. Desain Penelitian ... 35
B. Waktudan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ... 36
2. Tempat Penelitain... 36
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 36
2. Sampel ... 37
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian ... 38
2. Definisi Operasional Variabel ... 39
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Tes 1. Teknik Pengumpulan Data ... 40
2. Instrumen Tes ... 40
F. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas ... 41
2. Uji Reliabilitas ... 42
3. Taraf Kesukaran ... 43
4. Daya Pembeda ... 45
G. Teknik Analisis Data 1.Uji Persyaratan Analisis Data ... 46
a. Uji Normalitas ... 46
b. Uji Homogenitas ... 46
2.Pengujian Hipotesis ... 47
3. Hipotesis Statistik ... 48
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat... 51
2. Lokasi SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat ... 52
3. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat ... 54
4. Situasi Pengelolaan Kelas ... 55
B.Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Deskripsi Data Penelitian ... 59
a. Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 59
b. Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 61
c. Data Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 63
d. Data Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 65
2. Data Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol a. Kelas Eksperimen ... 67
b. Kelas Kontrol ... 67
C.Uji Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas ... 68
2. Uji Homogenitas ... 70
D. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis 1 ... 73
2 Hipotesis 2 ... 75
3. Hipotesis 3 ... 77
4. Hipotesis 4 ... 79
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 91
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam belajar. Para guru
dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan
tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang
murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan
keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping
mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat
mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang digunakan
apabila media tersebut belum tersedia.
Menurut Hamalik (2008:2), guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi:
1. Media sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses belajar mengajar. 2. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
3. Seluk-beluk proses belajar.
4. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan. 5. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran. 6. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media dan penerima pesan
adalah komponen-komponen proses komunikasi (Sadiman, 2011:11-12).
Media pembelajaran merupakan berbagai macam jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar walaupun bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perangsang kemauan siswa
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar.
Dalam memilih media pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan
tertentu seperti tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau
sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerakan dan
seterusnya) keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat dan luasnya
jangkauan yang ingin dilayani (Sadiman, 2011:84).
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan pada
umumnya dan pembelajaran disekolah pada khususnya.
Berdasarkan hasil pra-survey yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sumberjaya pada tanggal 19 Februari 2013, kemudian data diperbaharui pada tanggal 16 agustus
2013 didapatkan nilai Geografi hasil ujian blok di kelas X SMA Negeri 1
Tabel 1. Nilai Geografi Siswa Kelas X SMA N 1 Sumberjaya Berdasarkan Hasil Uji blok Tahun Pelajaran 2013-2014.
Kelas KKM Jumlah
≥73(Tuntas) <73 (Tidak Tuntas)
X-1 20 (50%) 20 (50 %) 40 Siswa
X-2 17 (43,6 %) 22 (56,4 %) 39 Siswa
X-3 19 (50 %) 19 (50%) 38 Siswa
X-4 26 (68,4 %) 12 (31,6 %) 38 Siswa
X-5 25 (65,8 %) 13 (34,2 %) 38 Siswa
X-6 19 (52,8%) 17 (47,2%) 36 Siswa
X-7 12 (36,4 %) 21(63,6%) 33 Siswa
Jumlah 138 (52,7 %) 124 (47,3 %) 262
Sumber : Dokumentasi Guru Geografi SMA Negeri 1 Sumberjaya TP 2013-2014
Penentuan ketuntasan belajar atau kriteria ketuntasan minimal ditentukan oleh
masing-masing sekolah dengan tiga pertimbangan yaitu kemampuan tiap siswa
(intake siswa), fasilitas (sarana), dan daya dukung setiap sekolah berbeda (Trianto, 2011: 241). Dengan demikian setiap sekolah dan setiap mata pelajaran
memiliki KKM yang dapat berbeda dengan sekolah lain. Guru mata pelajaran
Geografi SMA Negeri 1 Sumberjaya menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk mata pelajaran Geografi adalah 73. Siswa dinyatakan tuntas belajar
apabila siswa mencapai nilai 73 atau lebih.
Berdasarkan data ujian blok kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya diketahui bahwa
hasil belajar Geografi siswa belum semua tuntas, karena sebanyak 120 siswa atau
46% belum mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Siswa yang
memiliki nilai lebih dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 258 siswa
atau 54%. Hal ini didukung oleh Djamarah (2010:107) yaitu apabila bahan
pelajaran yang diajarkan hanya 60% sampai dengan 75% saja dikuasai siswa
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa hasil belajar Geografi rendah. Menurut
Slameto (2010:54) dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi
baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar dirinya. Faktor yang ada
dalam diri siswa antara lain kesehatan, cacat tubuh, intelegensi, perhatian, minat,
sikap, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, sedangkan faktor di luar siswa
antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Pembelajaran Geografi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sumberjaya belum
menggunakan media pembelajaran yang variatif, guru hanya memanfaatkan media
yang ada, hal ini disebabkan keterbatasan sarana yang tersedia di sekolah. Tidak
tersedianya aliran listrik di dalam kelas adalah salah satu contohnya, sehingga
guru hanya menggunakan media papan tulis sebagai media pembelajaran.
Kelemahan dari media ini adalah siswa cenderung pasif, dan pembelajaran
menjadi tidak menarik karena siswa hanya mendapatkan materi belajar berupa
tulisan dan penyampaian materi dari guru berupa pesan verbal saja.
Penggunaan media pembelajaran adalah faktor dari luar siswa yang berasal
lingkungan sekolah. Belum optimalnya hasil pembelajaran tersebut dikarenakan
kurang tepat pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Dalam meningkatkan hasil belajar Geografi maka dalam penelitian ini akan
diterapkan pembelajaran menggunakan media visual. Media berbasis visual
Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi
struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Media visual dapat pula
menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi
pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, media visual sebaiknya
ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan
visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
Menurut Edgar Dale dalam bukunya berjudul Audio Visual Method in Teaching, dalam Arsyad (2011:11) Edgar Dale mengelompokan media pembelajaran
berdasarkan jenjang pengalaman yang diperoleh pembelajar.
Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dalle
Dari gambar di atas tampak bahwa pengalaman belajar dengan hanya
menggunakan simbol verbal saja, tingkat konkretnya lebih rendah dibandingkan
jika menggunakan simbol visual.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan pada
penelitian ini akan diterapkan pembelajaran menggunakan media visual yang
dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat diketahui efektivitas
penggunaan media visual tersebut. Media visual yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu media visual gambar diam yang dicetak berukuran besar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Hasil belajar Geografi siswa tergolong masih rendah.
2. Partisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran masih rendah.
3. Tidak tersedianya fasilitas yang dapat mendukung penggunaan media.
4. Guru hanya memanfaatkan media yang sudah tersedia.
5. Pembelajaran tidak menarik dan monoton.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas maka untuk menghemat biaya, waktu, dan
keterbatasan penulis, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada:
1. Efektifitas pembelajaran menggunakan media visual.
2. Hasil belajar Geografi siswa kelas X pada pokok bahasan sejarah
pembentukan bumi Tahun 2013-2014.
3. Peningkatan hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan signifikan rerata pretest hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol?
2. Apakah ada perbedaan signifikan rerata posttest hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol?
3. Apakah ada perbedaan signifikan peningkatan (gain) hasil belajar Geografi kelas eksperimen dengan kelas kontrol?
4. Apakah efektivitas pembelajaran menggunakan media visual pada pokok
bahasan sejarah pembentukan bumi lebih tinggi daripada pembelajaran tanpa
menggunakan media visual?
E. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perbedaan rerata pretest hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
2. Mengetahui perbedaan rerata posttest hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
3. Mengetahui perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar Geografi kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
4. Mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan media visual pada pokok
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai salah satu proses pembelajaran dalam pengaplikasian
ilmu pada bidang pendidikan Geografi dan sebagai syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
2. Bagi guru dan sekolah, yakni memberi masukan tentang efektivitas
pembelajaran menggunakan media visual terhadap hasil belajar siswa.
3. Bagi LPTK, yakni sebagai sumbangan pemikiran tentang pemanfaatan media
visual bagi pembelajaran.
4. Bagi siswa, yakni untuk meningkatkan hasil belajar Geografi siswa.
5. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Permasalahan
Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah penggunaan media
visual dan hasil belajar.
2. Ruang Lingkup Objek
Objek penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun
2013-2014
3. Ruang Lingkup Subjek
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya
4. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013-2014.
5. Ruang Lingkup Ilmu adalah Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan menurut AECT (2004) Teknologi pendidikan adalah
studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan
meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau
memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang
tepat untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien, dan menarik)
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:219), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat, atau
dapat membawa hasil. Jadi Efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya
kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran
yang dituju.
Sadiman dalam Trianto (2011:20), keefektifan pembelajaran adalah hasil guna
yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Selanjutnya menurut
Tim Pembina Matakuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1988)
dalam Trianto (2011:20), bahwa efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses
interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para
siswa agar bisa belajar yang baik.
Soesmosasmito dalam Trianto (2011:20) mengemukakan bahwa:
Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama
keefektifan pengajaran, yaitu:
2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa.
3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
4. (Orientasi keberhasilan belajar) diutamakan, dan
5. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan
struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran
adalah ukuran keberhasilan proses interaksi antar siswa maupun siswa dengan
guru dalam pada saat proses belajar mengajar di kelas untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Efektifitas pembelajaran dalam penelitian ini dilihat dari
meningkatnya hasil belajar siswa.
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010:2) bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selanjutnya Hamalik (2008:27) meyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses,
Belajar merupakan perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat
pendidikan yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman
pendidikan bersifat kontinyu dan interaktif serta membantu integrasi pribadi.
Menurut Sadiman (2011:2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi
hingga ia keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku
tersebut menyangkut baik perubahan bersifat pengetahuan (kognitif) dan
keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (apektif).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas mengenai pengertian belajar maka dapat
disimpulkan bahwa belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku individu
yang melakukannya. Proses individu belajar adalah suatu usaha yang merupakan
hasil interaksi dan pengalaman serta latihan dengan lingkungan yang akan
memberi suatu dampak perubahan bagi kehidupannya.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Adapun menurut pandangan teori konstruktivisme belajar adalah upaya untuk
membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa,
oleh sebab itu belajar menurut pandangan teori ini merupakan proses untuk
memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Ada tiga potensi yang harus diubah
melalui belajar, yaitu potensi intelektual (kognitif), potensi moral kepribadian
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang
telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses
pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap invidu memiliki kemampuan
untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah
dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme
merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan
yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.
Guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan
peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan
mengadaftasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan
yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing.
Berikut peranan peserta didik dan guru dalam pembelajaran konstruktivisme
menurut Amri (2013: 238):
1. Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme
yaitu, pertama penekanan peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi
pengetahuan secara bermakna, kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara
gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna, ketiga adalah mengaitkan
antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
2. Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama
dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama,
kognitif peserta didik. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki siswa.
Dalam upaya pengimplementasian teori belajar konstruktivisme, Tytler dalam
Amri (2013) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengemukakan gagasan dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi
lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan
gagasan yang telah dimiliki peserta didik, (5) mendorong peserta didik untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif.
4. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Gagne dalam Sanjaya (2009:27) yang menyatakan bahwa: instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated.
Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran,
dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau
mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau
Menurut Sanjaya (2009: 26) pembelajaran merupakan proses kerjasama antara
guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik
potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan
kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada
di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya
untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan sumber belajar. Pembelajaran
sebagai proses yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas
berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penugasan yang baik terhadap materi pembelajaran.
Sanjaya (2009:28) mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya adalah
perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Tujuan masing-masing perilaku dalam bidang kognitif,
afektif, maupun psikomotorik adalah berbeda-beda, maka selanjutnya
memerlukan desain perencanaan pembelajaran yang berbeda juga.
5. Pembelajaran Geografi
Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris “geography” yang
terdiri dari dua kata yaitu geo yang berarti bumi dan graphy (dalam bahasa Yunani graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan, atau deskripsi. Jadi pengertian Geografi dalam arti kata adalah pencitraan, pelukisan, atau deskripsi
Sumaatmadja (2001:12) mengemukakan bahwa pembelajaran Geografi adalah
pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan
keseluruhan gejala alam dalam kehidupan manusia dan variasi kewilayahannya
yang diajarkan di sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan mental anak pada
jenjang pendidikan masing-masing.
Lobeck dalam Sumadi (2003:2) menyebutkan Geografi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan-hubungan yang ada antara kehidupan dengan lingkungan
fisiknya. Senada dengan hal tersebut, Bintarto dalam Waluya (2009:5)
mengatakan bahwa Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di
permukaan bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi, baik
secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya
melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional.
Pada Seminar dan Lokakarya Geografi yang diprakarsai oleh IGI (Ikatan Geografi
Indonesia) sepakat merumuskan definisi Geografi yaitu ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan
dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Selanjutnya, Sumaatmadja (2001:12)
mengemukakan bahwa pembelajaran Geografi adalah pembelajaran tentang
aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala
alam dalam kehidupan manusia dan variasi kewilayahannya yang diajarkan di
sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diartikan bahwa pembelajaran Geografi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perbedaan dan persamaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang lingkungan, wilayah, dalam konteks
keruangan sesuai dengan perkembangan mental anak.
6. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Arsyad (2011:3) kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dengan demikian yang
dimaksud dengan media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima.
National Education Association dalam Rohani (1997:2) berpendapat media adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan
beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2011:3) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku, teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, potografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,
Sadiman (2011:7) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Asosiasi Pendidikan Nasional menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Sedangkan
menurut asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan ( Asociation of education an communication technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan atau informasi (Danin, 2010:6).
Heinich dan kawan-kawan dalam Arsyad (2011:4) mengartikan media sebagai
perantara yang mengantar informasi dari sumber kepada penerima. Dengan
demikian televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan,
bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah tergolong media. Apabila media
tersebut membawa pesan-pesan atau informasi yang mengandung maksud dan
tujuan pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.
Secara lebih khusus Briggs dalam Sadiman (2011: 6) berpendapat bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar. Sarana fisik tersebut dapat berupa buku, film, kaset, dan film
Dengan demikian media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat-alat grafis,
potografis, atau elektronis, yang dapat digunakan untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media merupakan komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
7. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Menurut Aqib (2013:52) media dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Media grafis (simbol-simbol komunikasi visual).
2. Media audio (dikaitkan dengan indra pendengaran).
3. Multimedia (dibantu proyektor LCD).
Berdasarkan perkembangan teknologi, Seel dan Richey dalam Arsyad (2011:29)
mengelompokan media pembelajaran kedalam empat kelompok yaitu:
1. Media hasil teknologi cetak.
2. Media hasil teknologi audio-visual.
3. Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer.
4. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Leshin, Pollock, dan Reigeluth dalam Arsyad (2011:36), mengklasifikasikan
media kedalam lima kelompok yaitu:
1. Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan
kelompok dan field trip).
2. Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan, alat bantu kerja dan
3. Media Berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan grafik, peta, gambar,
transparansi, dan slide).
4. Media berbasi audio-visual (video, film, program slide tape, dan televisi). 5. Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, dan
interaktif video).
Menurut Asyhar (2012:44) Meskipun beragam jenis dan format media sudah
dikembangkan dan digunakan dalam pembelajaran, namun pada dasarnya semua
media tersebut dapat dikelompokan menjadi empat jenis, yaitu media visual,
media audio, media audio visual, dan multimedia.
8. Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lenzt dalam Arsyad (2011:17) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi
kognitif, dan fungsi kompensatoris.
Media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2011:19), dapat
memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan,
kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu memotivasi
minat atau tindakan, menyajikan informasi dan memberi instruksi.
Ensyclopedia Of Educational Research dalam Hamalik (2008:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
1. Meletakan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu
mengurangi verbalisme.
3. Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena
itu membuat pelajaran lebih mantap.
4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha
sendiri dikalangan siswa.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui
gambar hidup.
6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.
7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan
membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Menurut Midun (2009) beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran
tersebut dijelaskan sebgai berikut:
1. Dengan media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala
sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas seperti buku, foto-foto dan
narasumber. Dengan demikian, peserta didik akan memiliki banyak pilihan
sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-masing.
2. Dengan menggunakan berbagai jenis media, peserta didik akan memperoleh
pengalaman beragam selama proses pembelajaran. Pengalaman yang
bervariasi ini akan sangat berguna bagi peserta didik dalam menghadapi
berbagai tugas dan tanggung jawab yang berbagai macam, baik dalam
pendidikan, di masyarakat dan di lingkungan kerjanya.
3. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret dan
langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan karya wisata ke pabrik, pusat
demikian peserta didik akan merasakan dan melihat secara langsung
keterkaitan antar teori dan praktik atau memahami aplikasi ilmunya di
lapangan.
4. Media pembelajaran menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi atau
dilihat oleh peserta didik, baik karena ukurannya yang terlalu besar seperti
sistem tata surya, terlalu kecil seperti virus, atau rentang waktu prosesnya
terlalu panjang misalnya proses metamorfosa dan pelapukan batuan, atau
masa kejadiannya sudah lama seperti terjadi perang uhud. Dengan media,
keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat diatasi.
5. Media-media pembelajaran dapat memberikan informasi yang akurat dan
terbaru, misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sebagai sumber
informasi.
6. Media pembelajaran dapat menambah kemenarikan tampilan materi sehinnga
meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didik
untuk fokus mengikuti materi yang disajikan, sehingga diharapkan efektivitas
belajar akan meningkat pula.
7. Media Pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk berpikir kritis,
menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang lebih
lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.
8. Penggunaan media dapat menigkatkan efisiensi proses pemebelajaran, karena
dengan menggunakan media dapat menjangkau peserta didik di tempat yang
berbeda-beda dan di dalam ruang lingkup yang tak terbatas pada suatu waktu
guru tidak memerlukan waktu berlama-lama menjelaskan satu topik, dengan
bantuan media materinya sudah bisa langsung dipahami oleh peserta didik.
9. Media pemebelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan atau
pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro.
Sudjana dan Rivai (2001:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya hingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam
pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, memerankan dan lain-lain.
9. Media Pembelajaran Geografi
Media pembelajaran Geografi digunakan untuk menggambarkan gejala-gejala
Geografi yang ada di permukaan bumi. Hal ini senada dikemukakan oleh
Sumaatmadja (2001:79) yang menyatakan bahwa pembelajaran Geografi
permukaan bumi.Untuk memberikan citra tentang penyebaran dan lokasi
gejala-gejala tadi kepada anak didik, tidak dapat hanya diceramahkan, ditanyajawabkan,
dan didiskusikan, melainkan harus ditunjukkan dan diperagakan.
Selanjutnya, mengingat daya jangkau dan pandangan kita terbatas, penunjukan
serta peragaan itu dilakukan kedalam bentuk model permukaan bumi dan bumi itu
sendiri berupa peta, atlas, dan globe. Oleh karena itu, ketiga model tersebut
menjadi media pembelajaran pada proses belajar mengajar Geografi.
10. Media Visual
Menurut Vernon A. Magnesen dalam Aqib (2013:48), manusia pada hakikatnya
dapat belajar melalui enam tingkatan, yaitu:
a. 10% dari apa yang dibaca.
b. 20% dari apa yang didengar.
c. 30% dari apa yang dilihat.
d. 50% dari apa yang dilihat dan didengar.
e. 70% dari apa yang dikatakan.
f. 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukannya.
Dari pendapat tersebut, jelas bahwa pembelajaran dengan apa yang dilihat lebih
tinggi tingkatan pemahamannya dari apa yang hanya dibaca dan didengar.
Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman
Menurut Arsyad (2011:91) media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa
dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Agar menjadi efektif, media visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang
bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
Bentuk visual dapat berupa:
1. Gambar refresentasi seperti gambar, lukisan atau foto, yang menunjukan
bagaimana tampaknya sesuatu benda.
2. Diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan
struktur isi materi.
3. Peta yang menunjukan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam
isi materi.
4. Grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecendrungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau
angka-angka.
Arsyad (2011:92) ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk
penggunaan efektif media berbasis visual sebagai berikut;
1. Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram. Gambar realistis harus digunakan secara hati-hati karena gambar yang amat rinci dengan realisme sulit diproses dan dipelajari bahkan seringkali mengganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya diperhatikan.
2. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
3. Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh sesuatu mengorganisasikan informasi.
sebagian lagi memerlukan pengamatan dengan hati-hati. Untuk visual yang
kompleks siswa perlu diminta untuk mengamatinya, kemudian
mengungkapkan sesuatu mengenai visual tersebut setelah menganalisis dan memikirkan informasi yang terkandung dalam visual itu. Jika perlu, siswa diarahkan kepada informasi penting secara rinci.
5. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep yang divisualkan secara berdampingan.
6. Hindari visual yang tak berimbang.
7. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
8. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca.
9. Visual, khususnya diagram, amat membantu mempelajari materi yang agak kompleks.
10. Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan khusus akan efektif apabila:
a. Jumlah objek dalam visual yang akan ditafsirkan dengan benar dijaga agar terbatas.
b. Jumlah aksi terpisah yang penting yang pesan-pesannya harus ditafsirkan dengan benar sebaiknya terbatas.
c. Semua objek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan secara realistis sehingga tidak terjadi penafsiran ganda.
11. Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi.
12. Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk:
a. Menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual, seperti lumpur, kemiskinan dan lain-lain.
b. Memberi nama orang, tempat, atau objek.
c. Menghubungkan kejadian atau aksi dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya.
d. Menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan, atau katakan.
13. Warna harus digunakan secara realistik.
14. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponnen-komponen.
11. Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2008: 155) tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan
sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari
Menurut Dimyati (2002: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu
sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar
adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.
Menurut Hamalik (2008: 146), hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran
di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Hasil belajar merupakan indikator sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa, dan merupakan bukti adanya
proses pembelajaran antara guru dan siswa. Menurut Hamalik (2008: 30) hasil
belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun
aspek-aspek itu adalah: a). Pengetahuan, b). Pengertian, c). Kebiasaan, d).
Keterampilan, e). Apresiasi, f). Emosional, g). Hubungan sosial, h). Jasmani, i).
Etis atau budi pekerti, dan j). Sikap.
Menurut Thoha (1994:8) dalam bidang hasil belajar, tujuan evaluasi yaitu:
a. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik.
b. Untuk mengukur keberhasilan mereka baik secara individu maupun
12. Penelitian Yang Relevan
a. Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Mawar Ramadhani pada tahun
2010, dengan judul Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning
Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Kalasan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian quasi ekperiment dengan pola Pretest-Postest Control Group Design. Dalam rancangan ini mengambil dua kelompok (eksperimen dan kontrol) dari populasi tertentu. Kelompok
eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu,
lalu kedua kelompok ini dikenai pengukuran yang sama, lalu dibandingkan
hasilnya. Dari nilai rata-rata posttest terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen yaitu 86,09 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 80,34.
Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui selisih tes awal dan tes akhir
kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan.
b. Sujarwati 2012, dengan judul Hubungan Antara Gaya Belajar Visual,
Audiotorial, Dan Kinestetik Dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas
XII IPS SMA Mutiara Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran
2010/2011.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian korelasional, dimana hasil penelitian terdapat adanya hubungan
antara gaya belajar visual, audiotorial, dan kinestetik dengan prestasi belajar
Geografi siswa kelas XII SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.
kinestetik secara berturut-turut adalah 27 siswa (42,86%), 22 siswa (34,92%),
14 siswa (22,22%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar
visual merupakan gaya belajar yang paling banyak dimiliki siwa kelas XII
IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.
c. Helda Wahyuni (2012), berjudul Pengaruh Media Nyata Dan Media Gambar
Terhadap Peningkatan Minat Dan Keterampilan Proses Dasar IPA Peserta
Didik Kelas VII SMP Angkingang. Penelitian ini adalah penelitian quasi-experimental dengan Pretest-postest non-equivalent multiple-group design.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan.
Sampel penelitian diambil secara purposive (bertujuan).
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penggunaan media nyata dalam
pembelajaran IPA mampu meningkatkan minat dan keterampilan proses dasar
IPA peserta didik kelas VIII SMPN 1 Angkinang, 2) Penggunaan media
gambar dalam pembelajaran IPA mampu meningkatkan minat dan
keterampilan proses dasar IPA peserta didik kelas VIII SMPN 1 Angkinang,
dan 3) Peningkatan minat dan keterampilan proses dasar IPA peserta didik
kelas VIII SMPN 1 Angkinang disebabkan adanya perbedaan pengaruh
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran Geografi dapat dikatakan berkualitas dan efektif apabila hasil
belajar siswa dapat meningkat dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan
hasil belajar siswa yaitu dengan menerapakan pembelajaran menggunakan media
visual pada saat proses pembelajaran. Dalam hal ini tugas guru sebagai tenaga
pendidik harus mempunyai keterampilan dalm membuat media pembelajaran agar
materi yang sulit dimengerti siswa dapat dipahami dengan baik.
Dengan pembelajaran menggunakan media visual, siswa akan mampu
meningkatkan pemahaman, lebih mudah mengingat, meningkatkan
pengetahuannya yang relevan dengan dunia nyata, mendorong mereka penuh
pemikiran, kerja sama, kecakapan belajar, dan kepercayaan diri siswa.
Dalam penelitian ini akan dilaksanakan pretest pada kedua kelompok sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal
siswa, kemudian kelas eksperimen akan diberi perlakuan pembelajaran
menggunakan media visual sedangkan kelas kontrol menerapkan pembelajaran
tanpa menggunakan media visual. Setelah itu diadakan posttest untuk mengetahui hasil belajar guna mengukur keefektifan pembelajaran menggunakan media
visual.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir tersebut dapat diilustrasikan
Gambar 2. Bagan alur kerangka pikir
C. Hipotesis Penelitian
Nasution (2008:38) mengatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan tentang suatu
hal yang bersifat sementara yang belum dibuktikan kebenarannya secara empiris.
Berdasarkan landasan teori tersebut dan kerangka berpikir, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan signifikan rerata hasil belajar pretest Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas X 7
Pretest
Pembelajaran menggunakan media visual
Posttest
Efektivitas Media Visual Terhadap hasil
Belajar
Kelas X 1
Pembelajaran tanpa menggunakan media visual
Posttest Pretest
G a i n
2. Ada perbedaan signifikan rerata hasil belajar posttest Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Ada perbedaan signifikan peningkatan (gain) hasil belajar Geografi kelas antara eksperimenkelas kontrol.
4. Efektivitas pembelajaran menggunakan media visual pada pokok bahasan
sejarah pembentukan bumi lebih efektif dibandingkan pembelajaran tanpa
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Eksperimen semu adalah jenis komparasi yang membandingkan pengaruh
pemberian suatu perlakuan (Treatment) pada suatu objek (kelompok eksperimen) serta melihat besar pengaruh perlakuannya (Arikunto, 2010:77).
2. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penelitian pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui jumlah
kelas dan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian.
b. Memberikan tes awal (pretest) pada semua subjek penelitian. Tes ini juga berguna untuk mengetahui kemampuan awalserta kesetaraan kedua kelompok
eksperimen.
c. Memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan kontrol.Pada
kelompok eksperimen, guru menerapkan pembelajaran menggunakan
mediavisual, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.Guru
membagikan materi pelajaran dan soal yang menggunakan media visual
materi dan soal tersebut. Kemudian siswa akan mencari tahu sendiri materi
yang belum dipahami dengan mendiskusikannya dengan teman satu
kelompok. Diakhir pembelajaran guru bersama-sama dengan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran yang baru diajarkan.
d. Memberikan tes yang sama pada kedua kelompok kepada kelompok pada
akhir pembelajaran. Tes tersebut berguna untuk mengetahui kondisi subjek
yang berkenaan dengan variabel dependen.
e. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai.
f. Menarik kesimpuan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
3. Rancangan Pembelajaran
a. Tahap Perencanaan
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama dengan
guru mata pelajaran Geografi.
2. Membuat soal pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
3. Menyusun materi pembelajaran menggunakan media visual yang akan
diberikan kepada siswa pada saat belajar.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Mengambil nilai pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sebagai acuan dalam pembagian kelompok.
2. Prosedur pelaksanaan pembelajaran yaitu pembelajaran mengunakan
media visualdan pembelajaran tanpa menggunakan media visual pada
pokok bahasansejarah pembentukan bumi.
4. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain terdapat dua kelompok, kemudian kedua kelompok diberi pretest. Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan (A) dan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan (Sugiyono, 2010:76). Desain penelitiannya
[image:43.595.112.514.291.368.2]dapat digambarkan sebagai berikut
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelas Pretest(T1) Treatment Postest(T2)
Eksperimen (1) X1T1 Media Visual (A) X1T2
Kontrol (2) K2T1 Tanpa Media Visual (B) K2T2
Keterangan :
A1T1 : Nilai pretest kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan pembelajaranmenggunakan media visual
A1T2 : Nilai posttest kelas eksperimen yang diberi perlakuan
pembelajaranmenggunakan media visual
B2T1 : Nilai pretest kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media visual
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menyesuaikan kalender pendidikan SMAN 1
Sumberjaya, yaitu pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sumberjaya, Kecamatan
Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2010: 117) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Sumberjaya
tahun pelajaran 2012-2013 yang terdiri atas 7 kelas dengan jumlah 262 siswa.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil tahun pelajaran
2013-2014. Pemilihan siswa kelas X sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan
bahwa:
a. Belum disibukkan dengan kegiatan ujian akhir nasional
b. Waktu belajar di sekolah yang singkat, sehingga perlu menggunakan
media yang sederhana, efektif dan mudah dipahami dengan cepat.
c. Untuk memberikan variasi media pembelajaran, sehingga kualitas
Rekapitulasi jumlah siswa dan ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.Populasi Penelitian Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya Tahun 2013-2014
No Kelas Jumlah Siswa
1 X 1 40
2 X2 39
3 X3 38
4 X4 38
5 X 5 38
6 X 6 36
7 X 7 33
Total 262
Sumber: Dokumentasi Guru Geografi SMA Negeri 1 Sumberjaya
2. Sampel
Sampel adalah memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi (Nasution,
2008: 86). Sampel penelitian ini adalah dua kelas.Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik puposive sampling. Teknik ini digunakan apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai
dengan tujuan penelitiannya (Sudjana dan Rivai, 2010:96).
Penentuan sampel penelitian memperhatikanciri-ciri relatif yang dimiliki. Adapun
ciri-ciri tersebut yaitu siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang
sama, siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama,
pembagian kelasnya menggunakan sistem acak, memperoleh jumlah jam
pelajaran Geografi yang sama, dan jumlah siswa yang tuntas belajar relatif sama.
Selain itu penetuan sampel juga dilakukan dengan memilih kelas yang memiliki
[image:45.595.115.352.154.296.2]Berdasarkan atas pertimbangan tersebut, ditetapkan kelas X7 sebagai kelas
eksperimen yang menerapkan pembelajaran menggunakan media visual dan kelas
X1 sebagai kelas kontrol tanpa menggunakan media visual. Jumlah sampel
penelitian ini adalah 73 siswa. Rincian sampel penelitian dapat dilihat pada
[image:46.595.114.309.264.319.2]Tabelberikut:
Tabel 4.Sampel Penelitian Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Sumberjaya.
No Kelas Jumlah Siswa
1 X1 40
2 X7 33
Total 73
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penarikan Sampel
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010: 61) adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini hanya terdapat variabel tunggal yaitu hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Geografi yang membahas mengenai sejarah pembentukan bumi
pada kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat Tahun
2. Definisi Operasional Variabel
a. Media Visual
Media visual (image atau perumpamaan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambar yang dicetak dengan ukuran besar.Media visual dikatakan baik dan
efektif jika terdapat unsur kesederhanaan dalam gambar tersebut, warna dibuat
semenarik mungkin dan tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar Geografi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan tingkah laku setelah mengikuti
pembelajaran pada materi sejarah pembentukan bumiyaitu tiga kali pertemuan,
dan dapat diukur dengan tes (pretest dan posttest). Bentuk tes yang diberikan adalah tes pilihan ganda. Soal pretest dan posttest merupakan soal yang sama.
Jumlah butir tes pilihan ganda adalah 25 soal. Perhitungan hasil belajar atau nilai
siswa dilakukan dengan cara jumlah jawaban benar pada tes dikali empat,
sedangkan jawaban salah dikali nol. Siswa dikatakan berhasil apabila nilai yang
dicapai ≥ 73 dan dikatakan tidak berhasil jika nilai yang diperoleh < 73. Hasil
belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam ranah
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Tes 1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai
Geografi siswa kelas X SMAN 1 Sumberjaya tahun pelajaran 2013-2014.
b. Tes
Metode tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa sebelum dan setelah
proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi terlebih dahulu diuji cobakan
kepada sepuluh orang siswa dalam populasi di luar sampel, kemudian hasil uji
coba tersebut dianalisis menggunakan program anates untuk mengetahui uji
validitas, uji reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas dari tiap-tiap butir tes. Bentuk Tes yang diberikan pada
saat ujicoba adalah tes pilihan ganda. Jumlah butir tes adalah 25 soal, evaluasi
dilakukan dengan cara pretest dan posttest.
F. Uji Persyaratan Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes diberikan pada awal
sebelum eksperimen (Pretest) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, dan tes sesudah eksperimen dilakukan (Posttest) yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar Geografi siswa. Sebelum pretest dan posttest diberikan kepada siswa maka terlebih dahulu diadakan uji coba tes atau instrumen untuk
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2007:160). Sebuah tes dikatakan valid
apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes yang
digunakan adalah validitas isi, yaitu ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi
kurikulum yang hendak diukur. Penyusunan soal tes diawali dengan kisi-kisi soal.
[image:49.595.116.349.319.436.2]Kisi-kisi soal disusun dengan memperhatikan setiap indikator yang ingin dicapai.
Tabel 5. Kriteria uji validitas
No korelasi Keterangan
1 0,801 – 1,00 Validitas sangat tinggi 2 0,601 – 0,800 Validitas tinggi
3 0,401 – 0,600 Validitas sedang 4 0,201 – 0,400 Validitas rendah
5 0,001 – 0,200 Validitas sangat rendah
6 ≤ 0,00 Tidak valid
Sumber: Arikunto (2007:70)
Berdasarkan hasil ujicoba tes kepada 10 siswa diperoleh perhitungan validitas tes
[image:49.595.112.442.554.758.2]sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil uji validitas soal
Nomor Soal Kriteria Keputusan
1 Valid Digunakan
2 Valid Digunakan
3 Valid Digunakan
4 Valid Digunakan
5 Valid Digunakan
6 Valid Digunakan
7 Valid Digunakan
8 Valid Digunakan
9 Valid Digunakan
10 Valid Digunakan
11 Valid Digunakan
12 Valid Digunakan
Nomor Soal Kriteria Keputusan
14 Valid Digunakan
15 Valid Digunakan
16 Valid Digunakan
17 Valid Digunakan
18 Valid Digunakan
19 Valid Digunakan
20 Valid Digunakan
21 Valid Digunakan
22 Valid Digunakan
23 Valid Digunakan
24 Valid Digunakan
25 Tidak Valid Digunakan (direvisi)
Sumber: Lampiran Lima
Dari tabel uji validitas soal diketahui bahwa 24 butir soal valid.Sedangkan, 1 butir
soal tidak valid. Soal yang valid dapat digunakan untuk penelitian dan soal yang
tidak valid juga digunakan untuk penelitian namun dilakukan revisi. Sehingga,
jumlah soal yang dapat digunakan untuk penelitian sebanyak 25 soal pilihan
ganda, keseluruhan soal rata-rata memiliki tingkat validitas sedang yaitu pada
korelasi 0,401-0,600, soal tersebut digunakan untuk pretest dan posttest.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan hasil tes apabila diteskan kepada subjek yang sama
dalam waktu yang berbeda. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap terhadap subjek yang sama. Proses input dan
pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9.
Tabel 7. Kriteria uji reliabilitas
No Nilai Tes Keterangan
1 0,800 – 1,00 Sangat tinggi 2 0,600 – 0,799 Tinggi
3 0,400 – 0,599 Cukup
4 0,200 – 0,399 Rendah
5 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2007:75)
Berdasarkan hasil analisis ujicoba tes yang dilakukan pada 10 siswa uji coba,
maka diperoleh koefisien reliabilitas dengan koefisien reliabilitas soal 0,78
sehingga reabilitas soal digolongkan tinggi.
3. Taraf Kesukaran
Suatu soal yang baik adalah jika soal itu tidak terlalu mudah atau terlalu sukar.
Taraf kesukaran soal yang baik jika memiliki taraf kesukaran sedang. Proses input
dan pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9.
Untuk mengklasifikasikan tingkat taraf kesukaran soal, digunakan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 8. Kriteria tingkat kesukaran
No Tingkat Kesukaran Keterangan
1 > 70 % Soal Mudah
2 30% - 70 % Soal Sedang
3 <30% Soal Sukar
Sumber: Arikunto (2007:210)
Berdasarkan hasil ujicoba tes kepada 10 siswa, dimana soal berjumlah 25 soal
[image:51.595.113.343.558.622.2]Tabel 9. Hasil Uji Coba Taraf Kesukaran Soal
Nomor Soal Kriteria Keputusan
1 Mudah Digunakan
2 Sedang Digunakan
3 Mudah Digunakan
4 Sedang Digunakan
5 Sedang Digunakan
6 Sukar Digunakan
7 Sukar Digunakan
8 Sedang Digunakan
9 Sukar Digunakan
10 Sedang Digunakan
11 Sedang Digunakan
12 Sedang Digunakan
13 Sedang Digunakan
14 Sedang Digunakan
15 Sedang Digunakan
16 Sedang Digunakan
17 Sukar Digunakan
18 Sedang Digunakan
19 Sedang Digunakan
20 Sedang Digunakan
21 Sedang Digunakan
22 Sedang Digunakan
23 Sedang Digunakan
24 Sukar Digunakan
25 Sedang Digunakan (direvisi)
Sumber: Lampiran lima
Setelah dilakukan uji coba soal sebanyak 25 butir soal kepada 10 siswa, diketahui
bahwa soal dengan kriteria sukar sebanyak 5 soal (20%) , soal sedang sebanyak
17 soal (68%),sedangkan soal dengan kriteria mudah sebanyak 3soal (12%).
Sesuai dengan kriteria taraf kesukaran pada tabel 3.7 maka soal ini mempunyai
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah) (Arikunto,2007:211). Butir-butir soal yang baik adalah
butir-butir soal yang memiliki indeks diskriminasi 0,40 sampai 0,70. Proses input
dan pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9.
Untuk mengklasifikasikan tingkat daya pembeda digunakan kriteria sebagai
[image:53.595.114.444.347.436.2]berikut:
Tabel 10. Kriteria daya pembeda soal
No Indeks Daya Pembeda Tingkat Daya Pembeda
1 0,00 – 0,20 Jelek
2 0,20 – 0,40 Cukup
3 0,40 – 0,70 Baik
4 0,70 – 1,00 Baik Sekali
Sumber: Arikunto (2007:218)
Adapun hasil perhitungan daya pembeda soal sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Uji Coba Daya Pembeda Soal
No Kriteria Nomor Soal Jumlah %
1 Jelek 25 1 4
2 Cukup 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 14, 18, 21, 23, 24 14 56
3 Baik 6, 10, 13, 15, 16, 22 6 24
4 Baik Sekali 11, 17, 19, 20 4 16
Sumber: Lampiran lima
Setelah dilakukan uji coba soal sebanyak 25 butir soal kepada 10 siswa, diketahui
bahwa soal dengan daya beda jelek sebanyak 5 soal. Soal dengan daya beda
cukup sebanyak 12 soal. Sedangkan soal dengan daya beda baik sebanyak 5 soal
dan soal dengan daya pembeda baik sekali sebanyak 3 soal. Sesuai dengan kriteria
[image:53.595.115.515.506.588.2]G. Teknik Analisis Data
Setelah sampel diberi perlakuan, data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui
besarnya peningkatan kemampuan belajar peserta didik kelas eksperimen.Data
hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis
penelitian.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat,
yaitu uji normalitas dan homogenitas.Adapun langkah-langkah dan rumus yang
digunakan sebagai berikut.
1. Uji Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi untuk melakukan
uji hipotesis dengan uji t. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data
sampel yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak.
Kelompok yang akan diuji normalisasinya berjumlah dua kelompok, yang
masing-masing terdiri dari:
a. Kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media
visual (kelompok eksperimen)
b. Kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah
tanpa menggunakan media visual.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan syarat yang kedua untuk melakukan uji hipotesis
dengan uji t. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua data yang