ABSTRAK
Pengaruh Berbagai Perlakuan Stek Terhadap Pertumbuhan Akar pada Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz)
Oleh
Annisa Yangis Savitri
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
Bandar Lampung dari bulan September sampaiOktober2013.Penelitian ini bertujuan untuk:(1) Mengetahui perlakuan terbaikpadastek bagi pertumbuhan perakaran
ubikayu, (2) Mengetahui jumlah tunas yang terbaik terhadap pertumbuhan perakaran stekubikayu, (3) Mengetahui adanya interaksi antara perlakuan fisik dengan jumlah tunas terhadap pertumbuhan perakaran stek ubikayu. Penelitian inidilakukan dengan
menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan disusun secara faktorial (4x2). Faktor pertama yaitu pengeratan secara vertikal/tegaklurus
(PI),pengeratan secara spiral (P2) , pemberian NAA2.000 ppm (P3), dan kontrol (P4).
Faktor kedua adalah jumlah tunas pada stek yaitu stek satu tunas (T1) dan dua tunas (T2). Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlet dan kemenambahan data diuji
pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwapengeratansteksecara spiral berpengaruhnyataterhadapjumlahakar, panjang
rata-rata akar, bobotbasahdaundanbobotkeringakar. (2) Stek dengan jumlah satu tunas maupun dua tunas tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan
perakaran stek batang ubikayu. (3) Tidak terjadinya interaksi antara jumlah tunas dan
perlakuan fisik pengeratan spiral terhadap pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat pada tanggal 13 Desember 1992. Penulis adalah putri sulung dari dua bersaudara pasangan Bapak Ir. M.
Uyang dan Ibu Sri Hartati.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Langkapura Kecamatan Langkapura pada tahun 2004. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMPN 14 Bandar Lampung dan
lulus pada tahun 2007. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 7 Bandar lampung pada tahun 2010. Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. (SNMPTN).
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik pada tahun 2013 di Desa Totokarto, Kecamatan adiluwih, Kabupaten Pringsewu . Di tahun yang sama, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Perkebunan Nusantara
VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu Desa Kebagusan Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Juni─Agustus 2013yang berjudul “Teknik
2013/2014 Penulis menjadi asisten dosen pada praktikum mata kuliah Ilmu Hama
Alhamdulillahi Robbil alamin, puji syukur tak henti kuucap dalam
untaian doa kepadamu ya Rabb , atas kasihsayang-Mu dan Ridho-Mu
untuku…
Kupersembahkan Karya Kecilku ini sebagai
rasa hormat dan cintaku kepada…..
Kedua orangtuaku : Ayahanda Ir. M. Uyang dan Ibunda Sri Hartati
Adikku : Ayu Gesty Lestari serta Kakek Nenek ku
Dan Almamater Tercinta
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Pada kesempatan kali
ini dengan segala kerendahan hati dan rasa ikhlas penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir .Ardian,M.Agr.,selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
nasihat, saran, motivasi dan kesabaran dalam bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi.
2. Bapak Dr.Ir.Erwin Yuliadi, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua atas saran , nasihat , motivasi dan kesabaran dalam bimbingan yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi.
3. Bapak Ir . Sunyoto, M.Agr., selaku Penguji bukan Pembimbing yang telah memberikan saran, keritik, nasihat dan motivasi kepada penulis.
4. Bapak Dr.Ir. kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Pembimbing Akademik dan Ketua Jurusan Agroteknologi atas bimbingan, arahan, nasehat serta bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Prof . Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian , Universitas Lampung.
7. Adik tersayang serta Abah dan Emi tercinta atas doa , nasehat dan semangat
yang diberikan kepada penulis.
8. Muhammad Ananda Pratama atas dukungan, semangat serta bantuan yang
telah diberikan .
9. Sahabat-sahabat penulis Ayusastri Clarizky, Echa Febriliya, Dewi mentari,
Rendina Dea Putri, Ratna H Fikri atas bantuan, doa, semangat kebersamaan dan persahabatan yang diberikan selama ini. Serta teman-teman yang membantu selama penelitian berlangsung Diago Fajar, Cahyadi Prayudha,
Debby Kuncoro .
10. Rekan perjuangan selama penelitian Ayusastri Clarizky, Rahmah Catur Putri
dan Mustika Adzania L atas kerjasama dan bantuan yang diberikan. 11. Rekan –rekan agroteknologi 2010 khusunya kelas B atas keceriaan ,
kebersamaan dan cerita indah yang terukir selama ini .
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca . Amin.
Bandar Lampung, Agustus 2014
ii 2.1 Botani Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) ... 9
ii
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Hasil Penelitian ... 25
4.1.1 Waktu Bertunas ... 26
4.1.2 Panjang Tunas ... 28
4.1.3 Jumlah Buku ... 29
4.1.4 Jumlah Daun ... 30
4.1.5 Jumlah Akar ... 31
4.1.6 Panjang Akar Rata-rata ... 32
4.1.7 Bobot Basah Tunas ... 33
4.1.8 Bobot Kering Tunas ... 34
4.1.9 Bobot Basah Daun ... 35
4.1.10 Bobot Kering Daun ... 36
4.1.11 Bobot Basah Akar ... 37
4.1.12 Bobot Kering Akar ... 38
4.2 Pembahasan ... 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 44
5.2 Saran ... 44
PUSTAKA ACUAN ... 45
iii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rekapitulasi hasil analisis ragam untuk semua variabel pengamatan pada berbagai perlakuan fisik (pengeratan tegak lurus, pengeratan spiral, pemberian NAA 2.000 ppm dan kontrol) serta jumlah tunas
pada stek terhadap perakaran ubikayu pada umur 6 MST. ... 26
2. Pengaruh perlakuan teknis dan jumlah tunas terhadap waktu pertama kali bertunas dan 50% bertunas. ... 27
3. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan pada stek terhadap jumlah akar stek batang ubikayu. ... 31
4. Pengaruh berbagai perlakuan fisik pada stek terhadap panjang akar rata-rata pada stek batang ubikayu. ... 32
5. Pengaruh perlakuan fisik pada stek terhadap bobot basah daun stek batang ubikayu. ... 35
6. Pengaruh perlakuan fisik pada stek dan jumlah tunas terhadap bobot kering akar stek batang ubikayu. ... 38
7. Rata –rata panjang tunas setiap minggu pada stek ubikayu. ... 49
8. Rata –rata jumlah daun setiap minggu pada stek ubikayu. ... 49
9. Rata –rata jumlah buku setiap minggu pada stek ubikayu. ... 50
10 Data panjang rata-rata akar stek batang ubikayu umur 6 mst. ... 50
iv 12. Data bobot basah tunas stek batang ubikayu
umur 6 MST (g). ... 52
13. Data bobot kering tunas stek batang ubikayu umur 6 mst (g). ... 52
14. Data bobot basah daun stek ubikayu umur 6 minggu setelah tanam (MST) (g). ... 53
15. Data bobot kering daun stek batang ubikayu umur 6 MST (g). ... 53
16. Data bobot basah akar stek batang ubikayu umur 6 MST (g). ... 54
17. Data bobot kering akar stek batang ubikayu umur 6 MST (g). ... 54
18. Data bobot basah daun stek batang ubikayu umur 6 mst yang ditransformasikan dengan menggunakan (log x). ... 55
19. Rekaptulasi uji Bartlet Fisik x Tunas untuk homogenitas ragam antarperlakuan. ... 56
20. Analisis ragam untuk panjang rata-rata akar ubikayu umur 6 MST. ... 57
21. Analisis ragam untuk jumlah akar ubikayu umur 6 MST. ... 57
22. Analisis ragam untuk bobot basah daun umur 6 MST. ... 58
23. Analisis ragam untuk bobot kering akar stek batang ubikayu umur 6 MST. ... 58
24. Analisis ragam untuk bobot basah tunas stek batang ubikayu umur 6 MST. ... 59
25. Analisis ragam untuk bobot kering tunas stek batang ubikayu umur 6 MST. ... 59
26. Analisis ragam untuk bobot kering daun stek batang ubikayu umur 6 MST. ... 60
27. Analisis ragam untuk bobot basah akar stek batang ubikayu umur 6 MST. ... 60
iii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagian Tanaman Ubi Kayu ... 9
2. Perlakuan pengeratan secara vertikal (tegak lurus) ... 20
3. Perlakuan pengeratan secara spiral (melingkar seperti huruf (s) ... 21
4. Stek dengan aplikasi NAA 2.000 ppm dan stek dipotong biasa ... 21
5. Pertumbuhan rata-rata panjang tunas mingguan per perlakuan stek batang ubikayu ... 28
6. Peningkatan rata-rata jumlah buku mingguan per perlakuaan stek batang ubikayu ... 29
7. Peningkatan rata-rata jumlah daun mingguan per perlakuaan stek batang ubi kayu ... 30
8. Bobot basah tunas stek batang ubikayu pada 6 minggu setelah tanam(MST) ... 33
9. Bobot kering tunas stek batang ubikayu pada umur 6 MST ... 34
10. Bobot kering daun stek batang tanaman ubi kayu pada umur 6 MST ... 36
11.Bobot basah akar pada stek batang ubikayu umur 6 MST ... 37
12. Tata Letak Penelitian... 62
1
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Ubi kayu merupakan tanaman pangan potensial masa depan karena mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain
mengandung karbohidrat, ubikayu mengandung unsur-unsur lain yaitu: air sekitar 60%, pati 25-35%, serta protein, mineral, serat kalsium dan fosfat (Elfandari, 2008).
Tanaman ubikayu mampu beradaptasi pada kondisi tanah marginal dan beriklim kering. Kendatipun dikelola secara sederhana, tanaman ubikayu mampu
memberikan produksi yang tinggi. Oleh karena itu ubikayu berperan sebagai tanaman alternatif didalam usaha tani .
Tanaman ubikayu memiliki nilai ekonomis yang relatif penting dibandingkan
dengan nilai ekonomis ubi-ubian lainnya. Upaya peningkatan produksi ubikayu merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat.
2
Di Indonesia, ubikayu merupakan makanan pokok yang menempati urutan ketiga
setelah padi dan jagung dengan total produksi mencapai 20 juta ton dari luasan panen 1,3 juta ha (Biro Pusat Statistik, 2008). Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2012 di Provinsi Lampung, total luasan lahan panen (ha) tanaman ubikayu adalah 324.749 ha, dengan total produksi 8.387.351 ton. Sedangkan pada tahun 2013 total luasan lahan panen (ha) yang ditanami ubikayu
adalah 314.607 ha dengan total produksi 8.237.627 ton. Dari data BPS tentang luasan lahan dan tingkat produktivitas pada dua tahun terakhir (2012-2013)
tampak bahwa kecenderungan luasan lahan panen ubikayu di Provinsi Lampung menurun sebesar 0,32%.
Strategi untuk meningkatkan produksi tanaman ubikayu adalah dengan cara
menanam stek batang ubikayu unggul yang memiliki potensi hasil yang tinggi, kadar bahan kering, dan kadar pati yang tinggi (Sundari, 2010). Selain dengan menanam stek batang ubikayu yang unggul juga dapat diberikan perlakuan khusus
untuk menunjang keberhasilan penanaman dengan cara perbanyakan stek. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek, sehingga menjadi tanaman baru (Elfandari,
2008). Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya regenarasi akar adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (Sasanti et al ., 2008).
Salah satu Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang sering digunakan dalam memicu
perakaran stek adalah golongan auksin. Auksin sintetik yang dapat digunakan adalah asam naftalen asetat atau Naphthalene Acetic Acid (NAA). Asam
Indole-3-acetic-3
acid (IAA) dan tidak mudah teroksidasi oleh enzim (Zaer dan Mapes, 1985).
NAA merupakan zat pengatur tumbuh yang sering digunakan. Asam naftalen asetat memiliki sifat yang lebih tahan, tidak terdegradasi dan lebih murah. Pada
penelitian yang dilakukan NAA 2.000 ppm merupakan sebagai pembanding perlakuan fisik sehingga dapat mengetahui hasil yang terbaik.
Selain zat pengatur tumbuh, pelukaan seperti pengeratan pada batang stek dapat
memicu pertumbuhan perakaran. Menurut Harjadi (1989), perakaran dapat dipercepat pertumbuhannya dengan cara pelukaan, pengikatan, etiolasi, dan disorientasi pada batang, sehingga dapat mempengaruhi gerakan dan akumulasi
karbohidrat dan auksin yang dibutuhkan untuk merangsang inisiasi akar. Kandungan bahan makanan pada stek terutama protein dan karbohidrat sangat
mempengaruhi pertumbuhan akar. Hal tersebut merupakan salah satu kategori terjadinya keberhasilan dalam inisiasi akar. Pelukaan atau pengeratan pada tanaman ubikayu ini dilakukan dengan cara pengelupasan kulit atau dengan
membuang sedikit bagian dari stek ubikayu. Hal tersebut dapat mengakibatkan pergerakan zat- zat makanan terhambat dan terbendung di sekitar daerah pelukaan, sehingga pada bagian yang dilukai terjadi penumpukan auksin dan
karbohidrat. Dengan adanya media tanah, auksin, dan karbohidrat tersebut akan merangsang tanaman agar mempercepat pertumbuhan akar di sekitar pelukaan.
Stek yang ditanam secara konvensional (tanpa perlakuan) diduga akan
menghasilkan jumlah akar yang lebih sedikit dikarenakan potensi tumbuhnya akar
4
Selain sistem perakaran, tunas merupakan salah satu kriteria keberhasilan dalam
pertumbuhan stek. Tunas yang tumbuh akan menghasilkan daun yang akan berfotosintesis dan menjadi sumber energi untuk pertumbuhan tanaman ubikayu
sehingga pada penelitian ini akan dilakukan pemilihan tunas pada stek menjadi stek satu tunas dan stek dua tunas.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dalam upaya meningkatkan inisiasi
perakaran tampak perlu dilakukan penelitian berkaitan dengan pengaruh berbagai perlakuan stek terhadap pertumbuhan akar pada ubikayu.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan maka tujuan penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mengetahui perlakuan terbaik pada stek bagi pertumbuhan perakaran ubikayu.
2. Mengetahui jumlah tunas yang terbaik terhadap pertumbuhan perakaran stek ubikayu.
3. Mengetahui adanya interaksi antara perlakuan fisik dengan jumlah tunas
5
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang diformulasikan dalam
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah perlakuan fisik pengeratan berpengaruh nyata dalam memicu
pertumbuhan perakaran stek ubikayu ?
2. Apakah stek dengan jumlah satu tunas atau dua tunas yang berpengaruh terhadap pertumbuhan perakaran stek ubikayu ?
3. Apakah terdapat interaksi antara perlakuan pengeratan dengan jumlah tunas terhadap pertumbuhan perakaran stek ubikayu ?
1.3 Kerangka Pemikiran
Ubikayu merupakan salah satu tanaman pangan potensial di masa depan. Hal ini dikarenakan ubikayu mengandung karbohidrat tinggi yang menjadi alternatif
sumber energi bagi manusia, selain sumber energi makanan pokok padi dan jagung. Ubikayu pun dapat beradaptasi dengan baik dalam iklim atau suhu yang
ekstrim.
Pemanfaatan ubikayu selain dijadikan makanan pokok karena menghasilkan karbohidrat, ubikayu juga menghasilkan zat nutrisi lain yang dapat digunakan
sebagai bahan baku produk olahan tapioka dan produk makanan lainnya. Selain itu ubikayu memiliki potensi untuk menjadi pakan ternak karena memiliki produk
biomassa pada ubi sedangkan pada daunnya mengandung protein.
Dilatarbelakangi oleh kelangkaan ketahanan energi maka pemanfaatan ubikayu dapat pula digunakan untuk memproduksi bioetanol, atau BBM nabati. Secara
6
Banyaknya manfaat yang dihasilkan dalam membudidayakan ubikayu membuka
peluang besar bagi petani. Kendala yang dihadapi petani adalah kurang
tersedianya bibit ubikayu yang berkualitas. Faktor yang mempengaruhi kualitas
bibit ubikayu antara lain adalah penyimpanan yang kurang baik, kemarau yang terlalu lama sehingga bibit menjadi kering, sumber bibit, hama dan penyakit, umur tanaman, dan panjang stek.
Stek yang baik dan berkualitas dapat mempengaruhi keberhasilan terhadap perakaran ubikayu. Sistem perakaran ubikayu berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara. Sistem perakaran dapat dipengaruhi oleh tunas yang terbentuk.
Menurut Kusumo (1984), perakaran yang timbul pada stek disebabkan oleh dorongan auksin yang berasal dari tunas dan daun. Tunas yang sehat pada batang
merupakan faktor penting dalam perakaran. Tunas yang tumbuh secara alami menyediakan auksin endogen. Selain memanfaatkan auksin endogen yang berasal dari tunas, pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap stek merupakan salah
satu alternatif dalam proses perakaran. Salah satu kelompok auksin yaitu seperti NAA (Naphtalen Acetic Acid ) dapat menunjukkan adanya aktivitas auksin yang mendorong perakaran adventif (Elfandari , 2008). Menurut hasil penelitian
Ardian (2012), pertumbuhan akar terbaik untuk peubah jumlah akar dicapai oleh perlakuan 2.000 ppm asam naftalen asetat dan interaksi perlakuan stek tiga buku
7
Zat pengatur tumbuh NAA (naphthalene acetic acid) merupakan salah satu jenis
auksin sintetik yang digunakan untuk meningkatkan rasio pertumbuhan akar tanaman. Hal ini akan mendorong pembentukan akar-akar baru pada selang
konsentrasi tertentu.
Selain zat pengatur tumbuh yang dapat memicu aktivitas perakaran, perlakuan fisik pengeratan pun dapat merangsang terjadinya perakaran pada stek ubikayu.
Pengeratan adalah pengelupasan bagian kulit sehingga terdapat pergerakan zat-zat makanan yang terhambat dan menjadi penumpukan karbohidrat dan auksin yang menstimulir terjadinya pertumbuhan akar di sekitar pelukaan. Pengeratan juga
berfungsi menghalangi translokasi hormon dan substansi lain yang mungkin penting untuk pengakaran, sehingga terjadi akumulasi zat-zat tersebut pada stek
untuk menstimulir daerah perakaran. Hasil penelitian Nurhayati (2004), panjang pengeratan stek gmelina yang terdapat pada media tanah lempung (M1)
berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah tunas, tinggi tunas, panjang akar
primer, jumlah akar primer, luas daun, dan jumlah daun. Selain itu hasil penelitian Setyorini et al. (2000), menyatakan bahwa pengeratan pada batang bawah tanaman jeruk yang dilakukan dua minggu sebelum tanam dapat
8
1.4 Hipotesis
Untuk menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Pengeratan spiral merupakan perlakuan terbaik untuk memicu pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu.
2. Stek dengan jumlah dua tunas berpengaruh positif dan terbaik terhadap
pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu.
3. Ada interaksi antara perlakuan fisik pengeratan dengan jumlah tunas terhadap
perakaran stek batang ubikayu.
9
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.)
Ubikayu (Mannihot esculenta Crantz) adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Ubinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil
karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Ubikayu pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay(Lingga, 1986). Tinggi ubikayu bisa mencapai 7 meter, dengan cabang
agak jarang, akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan.
Daun
Batang
10
Daun ubikayu tumbuh di sepanjang batang dengan tangkai yang panjang.
Bunganya berumah satu dan kematangan bunga jantan dan bunga betina berbeda waktunya sehingga penyerbukan berlangsung dengan persilangan.
(Lingga, 1986).
Ubi pada ubikayu merupakan akar pohon yang membesar dan memanjang,dengan rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
ubikayu yang ditanam. Ubi pada ubikayu berasal dari pembesaran sekunder akar adventif.
Bagian dalam ubinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Ubi pada ubikayu tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida
yang bersifat racun bagi manusia. Ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru
terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Dalam sistematika tanaman, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae
dengan Famili Eupherbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies, beberapa
diantaranya yang mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis),
11
Secara taksonomi ilmiah, ubikayu diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Spesies : Manihot utilissima (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2005)
Ubikayu merupakan salah satu alternatif tanaman pangan yang dapat tumbuh di lahan marginal . Wilayah pengembangan tanaman ubikayu berada pada 30°C garis Lintang Utara dan Selatan, yakni daerah yang memiliki suhu rata-rata lebih
dari 18°C dengan curah hujan diatas 500 mm/tahun. Curah hujan optimum untuk ubikayu berkisar antara 760-1.015 mm per tahun. Curah hujan terlalu tinggi
mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun, dan ubi apabila drainase kurang baik. Di ketinggian tempat sampai 300 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan umbi dengan baik. Sementara pada di ketinggian
800 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan bunga dan biji. Pada umumnya tanaman ini memiliki ciri daun menjari yang tumbuh satu tangkai pada tiap
satuan buku yang mulai tumbuh dan membesar pada usia 5-8 HST. Batang tanaman ubi kayu memiliki karakter berkayu, serta akar yang mengalami
12
25 - 40 HST di berbagai kultivar, akan tetapi baru dapat terlihat secara langsung
ketika tanaman berusia 2 - 4 BST ( Rofiq, 2011)
2.2 Manfaat Ubikayu
Ubikayu merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah padi dan jagung. Pada umumnya tanaman ubikayu dikelola untuk memenuhi kebutuhan pangan sebagian besar
masyarakat Indonesia. Akan tetapi banyak sekali manfaat yang dihasilkan oleh tanaman ubikayu sehingga ubikayu menjadi salah satu tanaman primadona .
Manfaat daun ubikayu sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk
memasak. Dengan perkembangan teknologi, ubikayu dijadikan bahan dasar industri makanan dan bahan baku industri pakan. Ampas tapioka banyak dipakai
sebagai campuran pakan ternak. Dewasa ini umumnya masyarakat kita mengenal dua jenis tapioka, yaitu tapioka kasar dan halus. Tapioka kasar masih
mengandung gumpalan dan butiran ubikayu yang masih kasar, sedangkan tapioka
halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak mengandung gumpalan (Ipteknet, 2005).
Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi ubikayu mulai bergeser pada taraf
pengolahan yang bernilai ekonomis, yaitu sebagai bahan baku pembuatan
bioetanol. Di Indonesia, ubikayu memiliki arti ekonomi terpenting dibandingkan
13
sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif seperti bioetanol (Heppy dan
Risky, 2010).
Teknik pengolahan ubikayu yang sangat sederhana sudah dikenal
sejak zaman nenek moyang kita, bahkan untuk pengolahan bioetanol telah
terbukti dengan adanya berbagai makanan dan minuman khas seperti tuak, arak, dan berbagai macam olahan yang mengandung alkohol pada minuman tersebut
sebagai hasil dari proses fermentasi. Saat ini ubi pada ubikayu mulai digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula dan etanol dengan produktivitas 2.000 – 7.000 liter etanol per ha (Purwono dan Purnamawati, 2007).
2.3 Perbanyakan Tanaman Ubikayu
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif penggunaan stek konvensional lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat
dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman
yang sukar berakar. Hal ini disebabkan akar yang baru terbentuk tidak tahan pada stres lingkungan (Sasanti et al., 2008).
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada terjadinya
14
baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak terkena cahaya penuh (200-100
W/m²), dan bebas dari hama atau penyakit (Sasanti et al., 2008).
Ubikayu merupakan salah satu tanaman yang diperbanyak dengan stek batang.
Perbanyakan vegetatif dengan stek batang berkaitan dengan kesamaan karakter keturunannya dengan indukan asal stek (Aksuri, 2008). Perbanyakan tanaman dengan stek batang memiliki kendala yaitu terbatasnya jumlah bibit yang dapat
didistribusikan dalam waktu relatif singkat kepada petani (Badan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian , Perikanan dan Kehutanan, 2011).
2.4 Pengeratan
Menurut Harjadi (1973), pengeratan diharapkan dapat memberikan interaksi yang
positif dan dapat merangsang pembentukan akar. Lokasi akar mula-mula terbentuk adalah pada batang yang mengalami pelukaan. Artinya dimana ada pelukaan akan merangsang atau menginduksi akar, yang biasanya didahului atau
bersamaan dengan pembentukan kalus tergantung pada jenis tanamannya (Rahman et al., 2012).
Pengeratan yaitu pelukaan dengan pengelupasan kulit atau membuang sedikit
bagian pada stek yang mengakibatkan pergerakan zat-zat makanan terhambat dan terbendung di daerah sekitar pelukaan, sehingga pada bagian ini terjadi
penumpukan auksin dan karbohidrat yang penting untuk pengakaran (Rochiman
dan Harjadi, 1973). Karbohidrat digunakan dalam pengakaran untuk membangun kompleks makromolekul, elemen struktural dan sebagai sumber energi.
15
maka inisiasi akar juga akan terhambat karena unsur N berkorelasi negatif dengan
pengakaran stek (Sasanti et al.,2008).
2.5 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (< 1 μM) dapat mendorong, menghambat atau
secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan (Wattimena, 1989). Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam
konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis, seperti
pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti
pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman.
Salah satu jenis ZPT ialah auksin. Auksin berperan dalam mendorong
pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Selain itu auksin juga berperan
dalam pemanjangan batang, pertumbuhan, diferensiasi, dan percabangan akar. Berdasarkan struktur dasar molekulnya, auksin dapat dibagi menjadi indoles, phenols,dan napthalines. Berikut merupakan struktur kimia auksin
Jenis auksin sintetik antara lain asam naftalen asetat atau Napthalen Acetic Acid (NAA). Penggunan asam naftalen asetat untuk meningkatkan rasio pertumbuhan akar tanaman dalam kultur in vitro. Hal ini akan mendorong pembentukan
16
senyawa tanpa ciri-ciri indol tetapi memiliki aktivitas biologis seperti IAA. Asam
naftalen asetat digunakan sebagai hormon akar (Wattimena, 1987).
Berdasarkan penelitian Aksuri (2008) diketahui bahwa aplikasi asam naftalen
asetat konsentrasi 0-2.000 ppm berpengaruh nyata pada jumlah akar, panjang tunas rata-rata per stek, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada stek batang mini tanaman ubikayu. Aplikasi NAA berpengaruh nyata pada kelima
variabel karena NAA merupakan auksin yang berfungsi untuk memicu pembelahan dan pertumbuhan sel (Aksuri, 2008). Menurut Watimena (1987)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dari auksin sintetik adalah: 1. Kesanggupan senyawa tersebut untuk dapat menembus lapisan kutikula. 2. Sifat translokasi di dalam tanaman
3. interaksi dengan hormon tumbuh lainnya 4. Spesies tanaman
5. Fase pertumbuhan
6. Lingkungan (suhu, radiasi, kelembaban)
Dalam penggunaan zat tumbuh perlu diperhatikan tinggi rendahnya konsentrasi.
Pada konsentrasi terlalu tinggi dapat merusak, sedangkan untuk konsentrasi yang terlalu rendah tidak efektif. Masing-masing tanaman memiliki respon yang
berbeda terhadap zat tumbuh tertentu (Danoesastro, 1964).
Jenis tanaman yang berbeda memberikan reaksi yang berbeda terhadap
penambahan asam naftalen asetat. Asam naftalen asetat lebih aktif dibandingkan
17
untuk dapat berakar, sedangkan pada penambahan asam naftalen asetat pucuk
18
III . BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan
dari bulan September sampai dengan Oktober 2013.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu stek batang tanaman ubikayu varietas Kasesart, Napthalen Acetic Acid (NAA) 2.000 ppm, air, fungisida Foliorfos, pupuk Urea, SP36 dan KCl dengan dosis pupuk masing-masing 5 g per polibag. Adapun alat
yang digunakan yaitu polibag volume 5 kg dan diameter polibag 5 cm yang sudah diisi oleh media tanam top soil, pisau kecil tajam, label, ember, meteran, selang, penggaris, buku tulis, plastik semi transparan dan kain kasa.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap
(RAL). Perlakuan disusun secara faktorial (4x2). Faktor pertama yaitu pengeratan secara vertikal/tegak lurus (PI), pengeratan secara spiral (P2) ,
19
perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Setiap unit ulangan terdiri atas dua sub
sampel tanaman. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlet dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Dari data yang diperoleh apabila asumsi terpenuhi,
dilakukan analisis ragam menggunakan BNT pada taraf nyata 0,05.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan yaitu meliputi:
3.4.1 Pengisian Polibag
Penelitian dilakukan dengan menggunakan polibag volume 5 kg. Polibag tersebut
diisi tanah dari lapisan atas (top soil) sebagai media tanam. Top soil yang telah digemburkan siap untuk penanaman stek ubikayu. Tanah berasal dari lapangan
terpadu Universitas Lampung. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah alfisol.
3.4.2 Persiapan dan Penanaman Stek Ubikayu
Hal yang pertama kali dilakukan adalah menyediakan stek yang diambil dari stek batang tanaman ubikayu varietas Kasesart. Stek dalam penelitian ini memiliki
panjang 10-20 cm. Stek yang akan ditanam diberi berbagai perlakuan seperti pengeratan secara tegak lurus dengan panjang keratan 4 cm, sedangkan
pengeratan secara spiral dengan panjang keratan 4-5 cm. Pengeratan secara spiral dibentuk seperti huruf s. Kemudian aplikasi NAA 2.000 ppm, dan stek dipotong
20
perlakuan pengeratan spiral yaitu stek dikerat secara melingkar seperti
membentuk huruf s dengan panjang keratan 4 cm, dan lebar 0,5 cm. Pengeratan dimulai dari mata tunas yang paling ujung hingga ke pangkal stek. Sedangkan
untuk stek ubikayu yang diberi perlakuan NAA 2.000 ppm bagian pangkal steknya dicelupkan ke dalam larutan NAA dengan konsentrasi 2.000 ppm selama 5 detik. Pembuatan larutan NAA 2.000 ppm adalah sebagai berikut :
Menimbang NAA sesuai yang dibutuhkan. Untuk konsentrasi 2.000 ppm kita
dapat menggunakan NAA sebanyak 200 mg.
Memasukan larutan NAA ke dalam gelas.
Menuang sedikit alkohol 98% yang sudah dicampur dengan aquades ke dalam larutan NAA.
Digoyang goyangkan sampai seluruh larutan NAA larut.
Pada ubikayu perlakuan kontrol, stek hanya dipotong biasa, Selanjutnya stek
ubikayu ditanam tegak lurus pada polibag volume 5 kg yang telah diisi media tanah siap tanam.
Bagian yang diarsir m merupakan areal potensi tumbuh akar
21
Bagian yang diarsir merupakan areal potensi tumbuh akar
Gambar 3. Pengeratan secara spiral (melingkar seperti huruf S)
Gambar 4. Stek dengan aplikasi NAA 2.000 ppm dan stek dipotong biasa
3.4.3 Pemilihan Stek Satu Tunas dan Stek Dua Tunas
Pemilihan stek satu tunas dan stek dua tunas dilakukan saat umur tanaman 2 mst (minggu setelah tanam). Tanaman akan dipilih menjadi stek dengan satu tunas
22
3.4.4 Pemeliharaan Tanaman Ubikayu
Pemeliharaan tanaman ubikayu dilakukan dengan cara penyiraman, penyiangan gulma dan pemupukan. Penyiraman dilaksanakan setiap hari atau sesuai dengan kondisi lahan penanaman. Penyiraman pada tanaman ubikayu bertujuan agar
kebutuhan air terpenuhi dengan baik. Penyiangan gulma di dalam polibag
dilakukan secara manual, sedangkan untuk penyiangan gulma yang berada di luar
polibag dibersihkan dengan menggunakan koret. Pemberian pupuk Urea, SP36 dan KCl dilakukan pada 3 mst dengan dosis Urea 5 g, SP36 5 g, dan KCl 5 g.
3.5 Variabel Pengamatan
Pengamatan perkembangan tanaman dilakukan saat stek berumur 2 hingga 6 mst.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Waktu bertunas
Waktu bertunas merupakan periode waktu munculnya tunas yang muncul dari stek per perlakuan yaitu saat pertama kali bertunas dan saat 50% stek
bertunas. Waktu munculnya tunas diamati ketika 1 mst dan waktu 50%
bertunas diamati ketika 2 mst.
2. Tinggi tunas
Tinggi tunas diperoleh dengan cara mengukur tinggi tunas dari pangkal tunas
23
3. Jumlah buku
Jumlah buku merupakan perhitungan seluruh buku yang muncul pada tunas dari masing-masing perlakuan. Diamati pada pada buku yang sudah
mengembang maupun yang belum mengembang di setiap minggu hingga stek
berumur 6 minggu setelah tanam.
4. Jumlah daun
Jumlah daun didapat dengan cara menghitung seluruh daun yang sudah membuka pada stek dari masing-masing perlakuan. Pengamatan dilakukan
pada setiap minggu hingga stek ubikayu berumur 6 minggu setelah tanam
5. Jumlah akar
Jumlah akar adalah hasil perhitungan total akar yang muncul per stek. Dilakukan dengan cara menghitung jumlah akar yang muncul pada stek dari
masing-masing perlakuan. Diamati ketika 6 minggu setelah tanam.
6. Panjang akar rata-rata
Panjang akar rata-rata merupakan perhitungan panjang rata-rata seluruh akar yang dihasilkan, dengan cara mengukur dari pangkal akar hingga ujung akar
24
7. Bobot basah daun, tunas dan akar
Bobot basah daun, tunas, dan akar adalah hasil penimbangan daun, tunas dan akar segar pada saat 6 mst. Pengukuran bobot basah dilakukan dengan menggunakan timbangan elektrik.
8. Bobot kering daun, tunas dan akar
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perlakuan fisik pada stek dengan cara pengeratan spiral terbukti dapat memicu
pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu dengan menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak yaitu 47,90 akar.
2. Stek dengan jumlah satu tunas maupun dua tunas tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan perakaran stek batang ubikayu.
3. Tidak adanya interaksi antara perlakuan fisik pengeratan spiral sehingga perlakuan fisik pengeratan spiral tidak tergantung terhadap jumlah tunas pada
stek batang ubikayu.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian
serupa, tetapi pada perlakuan jumlah tunas ditambahkan menjadi stek tiga tunas hal tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh dan interaksi yang nyata
45
PUSTAKA ACUAN
Aksuri, M . 2008. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Asam Naftalen Asetat dan Jumlah Buku Pada Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Mini Tanaman Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.). Skripsi. Program Studi Agroteknologi.Universitas Lampung. Bandarlampung.
Ardian . 2012. Pertumbuhan Akar dan Tunas Stek Batang Mini Tanaman
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.). Prosiding. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Badan Informasi Pertanian Irian Jaya. 2005. Budidaya Ubikayu . Lembar Informasi Pertanian. Irian Jaya. 5 hal.
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. 2011. Budidaya Ubikayu. Sukabumi, Jawa Barat.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. 2005. Cara Tanam Ubikayu Sistem DoubleRow.Departemen Pertanian. Bandar Lampung.
Biro Pusat Statistik. 2009. Yield Rate and Production of Cassava by Province. Diakses pada tanggal 1 Oktber 2013. Statistik Indonesia; Harvested Area. Available at : http://www.datastatistikindonesia.com
Cenpukdee U., C.Thiraporn and Sinthuprama. 1992. Cassava prosessing ang utilization in Thailand. In G.J.Scott, R.Wiersema and P.I.Ferguson (eds). Product development for root and tuber crops. P51-60.
Danoesastro, H. 1964. Zat Pengatur Tumbuhan Dalam Pertanian. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas gajah Mada. Yogyakarta.
46
Febriana, S. 2009. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan Panjang Stek Terhadap Pembentukan Akar dan Tunas pada Stek Apokad (Persea americana Mill). Skripsi . Program Studi Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor . 58 hal.
Greulach, V.A. 1973. Plant Function and Sturcture. Macmillan Publishing Company. 575 p.
Harjadi ,S.S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Dept. Agronomi. Fakultas Pertanian . IPB. Hal. 35-67.
Hartmann, H.T. dan D.E. Kester. 1960. Plant Propagation: Principles and Pracitices.770 p.
Heppy dan Risky. 2010. Pembuatan Bioetanol Dari Singkong Secara Fermentasi Menggunakan Ragi Tape. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2013.
http://eprintis.undip.ac.id/3674/makalah_bioethanol_Heppy_R.pdf.
Ipteknet. 2005. Pengelolaan Pangan (Tepung Tapioka). Diakses pada tanggal 8 Oktober 2013. http://www. iptek.net.id/ind/warintek/.
Ismail,B.T., Herawan, dan A.I Putri. 2008. Pengaruh umur tanaman induk dan letak tunas terhadap pertumbuhan akar stek pucuk jati. Jurnal. Wana Benih. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Keating, B.A. 1981. Environmental Effects on Growth and Development of Cassava(Manihot esculenta Crantz) with Special Reference to Photoperiod and Temperature. PhD thesis, Department of Agriculture, University of Queensland, Australia.
Kimball, J.W. 1983. Biologi Edisi Kelima. Volume ke-1, 2. Tjitrosomo SS, Sugiri
N., penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Biology, Fifth Edition.
Kusumo, 1984. Zat Pengatur Tumbuh. CV Yasaguna. Jakarta
Lingga, P. 1986. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya: Jakarta. 285 hal.
47
Nurhayati, T. 2004. Uji Panjang Pengeratan dengan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Gmelina (Gmelina arborea Roxb). Skripsi. Jurusan Kehutanan. Universitas Muhammadiah Malang. Malang.
Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya: Jakarta. 139 hal.
Rahman, E., Maria, L. dan Yomi T. 2012. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif. Makalah Dasar-Dasar Agronomi. Program Studi Agribisnis. Universitas Jambi. Jambi.
Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan vegetatif. Jurnal Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian IPB. 72 hal.
Rofiq, M. 2011. Pengaruh perlukaan pada batang utama ubikayu terhadap
pertumbuhan dan produksi umbi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.55 hal.
Sasanti ,W., Minarsih, Dzurrahmah, Basuki, Wirawan, dan B.S Willy. 2008. PerbanyakanTanaman Secara Vegetatif Buatan. Jurnal. Agronomi. Institut Pertanian Bogor.
Setyorini, D. ,Heru Samekto, A. Supriyanto, dan Paino. 2000. Pengaruh waktu pengeratan ranting terhadap iceragaan setek batang bawah lima. Varietas jeruk. Jurnal Ilmu Pertanian VII(2): 21 – 27.
Sundari.2010.Petunjuk Teknis Pengenalan Varietas Unggul Dan Teknik Budidaya Ubikayu (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH).Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kacangan dan Ubi-ubian. Malang. 12 hal.
Susilo, H. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 421 hal.
Sutrian, Y.. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Tentang Sel dan Jaringan. Penerbit Rinea Cipta. Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan Edisi ke-14. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
48
Wattimena, G. A. 1987. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor.
Weaver, J.W. 1972. Plant Growth Substances in Agriculture. W.H. Freeman and Co. San Fransisco. 585 pp.
Wikipedia. Singkong. 2011. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2013 . http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong.