• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP APARATUR SIPIL NEGARA YANG AKAN MENCALONKAN DIRI MENJADI PEJABAT NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP APARATUR SIPIL NEGARA YANG AKAN MENCALONKAN DIRI MENJADI PEJABAT NEGARA"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP APARATUR SIPIL NEGARA YANG AKAN MENCALONKANDIRI MENJADI PEJABAT NEGARA

Oleh IIS PRIYATUN

Berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah memberikan batasan kepada PNS untuk menjadi pejabat negara, PNS harus mengundurkan diri secara tertulis sejak mencalonkan diri menjadi pejabat negara. PNS Indonesia sebagai salah satu elemen personifikasi negara, telah diberikan keistimewaan untuk perlindungan terhadap profesinya, tentu disamping peningkatan kompetensi dan kualifikasi diri. Ketegasan peraturan tersebut terdapat pada pasal 119 dan 123 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Permasalahan yang diteliti adalah (1) Bagaimanakah pengaturan hukum terhadap Aparatur Sipil Negara yang akan mencalonkan diri menjadi pejabat negara dan (2) Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap Aparatur Sipil Negara yang akan mencalonkan diri menjadi pejabat negara jika di kaitkan dengan hak konstitusinya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan empiris untuk memperoleh data sekunder dan data primer.

(2)

Perlindungan hukum PNS yang mencalonkan diri menjadi pejabat negara jika di kaitkan dengan hak Konstitusinya maka PNS dapat diambil kesimpulan yaitu PNS tersebut dapat mengajukan Yudicial Review yang merupakan ciri-ciri Negara demokrasi dan hukum dimana rakyat adalah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara (kedaulatan ditangan rakyat), hak-hak konstitusional warga negara harus tetap diperlihara dan dijaga untuk melindungi dari kekuasaan.

(3)

ABSTRACT

JURIDICAL REVIEW AGAINST STATE CIVIL APPARATUS THAT WILL RUN FOR STATE OFFICIALS

By Iis Priyatun

The enactment of Law No. 5, 2014 about State Civil Apparatus has given limits to the Civil Servants to be state officials, civil servants have to resign in writing since running for state officials. Indonesian civil servants as one element of state personification have been given the privilege of protection against the profession, of course in addition to improving the competence and qualifications themselves. The firmness of the rules contained in Articles 119 and 123 of Law No. 5, 2014 about State Civil Apparatus.

The Problems in this research are (1) how is the law regulation of the State Civil Apparatus who will run for state officials and (2) How is the law protection against State Civil Apparatus who will run for state officials if in associate with constitutional rights. The Problem Approach used in this research is normative and empirical to obtain primary and secondary data.

Based on the results obtained a conclusion that, in accordance with Law No. 5, 2014 about State Civil Apparatus Article 119 and 123 that the ASN of civil servants who will run for state officials such as a middle high leadership official and first high leadership officials who will run for governor and vice governor, regent and vice-regent shall declare in writing resignation of civil servants since registering as candidates, while if the ASN employee of civil servants appointed as chairman, vice chairman, and members of the Constitutional Court, the chairman , vice-chairman and member of the Financial Administration; chairman, vice chairman, and members of the judicial commission; chairman, vice chairman of the Corruption Eradication Commission; ministers and ministerial-level positions; Chief representative of the Republic of Indonesia in Foreign Affairs serves as Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary of the suspended position and not lose their status as civil servants.

Civil servants law protection who run for state officials if the state in its Constitution the right to associate with the civil servants can submit yudicial a review that is the characteristics of the state of democracy and of law whereby people are as the holder of the supreme power in a state (depends on the people sovereignty), constitutional rights of citizens must remain be protected and guarded to protect from power.

(4)
(5)
(6)
(7)

:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Sari pada tanggal 30 April 1993, merupakan putri ke-2 (dua) dari 5 bersaudara diantaranya Hardiyanto, Muhammad Arif Fai, Putri Soleha, Ahmad Hafis Miftahuddin dari keluarga Bapak Budiono dan Ibu Ponikem.

Riwayat pendidikan penulis diawali dari pendidikan, pada Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Tanjung Sari lulus tahun 1999; Sekolah Dasar Negeri 01 Tanjung Sari, Natar lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Swasta Swadhipa 1 Natar lulus pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas Al-Kautsar Bandar Lampung lulus pada tahun 2011, kemudian pada tahun 2011 penulis diterima sebagai Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung dan pada tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Labuhan Ratu 5 Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur.

(8)

:

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT kupersembahkan skripsiku yang sederhana ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta, yang telah mendoakan, membesarkan, mendidik, mendukung, memberi dorongan dan selalu menanti keberhasilanku.

Para dosen yang telah mendidikku. Almamater tercinta.

(9)

:

MOTO

Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi waktu malam

apabila telah sunyi, Tuhan-mu tiada meninggalkan kamu dan tiada

(pula) benci kepadamu, dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu

dari permulaan, Dan kelak Tuhan-mu pasti Memberikan Karunia-Nya

kepadamu, lalu(hati) kamu menjadi puas.

(Q.S ADL-Dluha:1-5).

Aku berkata pada kalbuku saat aku didera rasa takut yang

mengejutkan

“Bergembiralah, sebab kebanyakan hal yang kau takuti adalah dusta”

(10)

:

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, dengan judul “Tinjuan Yuridis Terhadap Aparatur Sipil Negara Yang Akan Mencalonkan Diri Menjadi Pejabat Negara”, dengan harapan agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan hukum kepegawaian di Indonesia pada umumnya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak, yang penulis yakin bahwa tanpa bantuan tersebut skripsi ini tidak akan terwujud. Penghargaan yang tinggi dan rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak S.Charles Jacson, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing I (satu) dan Ibu Eka Deviani, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing II (dua) yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, serta memberi dorongan semangat dan pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini. Selain itu Beliau telah membuka wawasan penulis dan menambah pengetahuan yang sangat berharga.

Penghargaan dan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada :

(11)

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Charles Jackson, S.H, M.H. pembimbing satu, yang telah meluangkan waktu, pikiran, serta memberi dorongan semangat dan pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. pembimbing dua, yang telah meluangkan waktu, pikiran, serta memberi dorongan semangat dan pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., pembahas satu dan juga penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Atik Yuniati, S.H., M.H., pembahas dua yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Dita Febriyanto, S.H., M.Hum., dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menjadi mahasiswa.

8. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., Pembantu dekan III dan Bapak Rusmiadi S.H., Kabag kemahasiswaan yang telah banyak memberi dorongan semangat dan pengarahan selama penulis berproses di Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu dosen pada Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membimbing dan memberikan ilmunya yang semoga bermanfaat bagi penulis.

(12)

dan kesederhanaan serta tidak bosan-bosannya mendoakan keberhasilan penulis.

11. Kakak dan Adik-Adik ku tersayang, Hardiyanto, Muhammad Arif Fai, Putri Soleha dan Ahmad Hafis Miftahuddin yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilan ku,

12. Dosen-dosen Terdekat yang selalu memberi motivasi, pencerahan, arahan untuk lebih semangat dan serius dalam mengerjakan segala sesuatu.

13. Sahabat-sahabat ku tesayang Ika Ristia Andini Putri dan Ferra Lestari yang selalu mendukungku, memberi semangat, menemani, dan mendoakanku. 14.Sahabat-sahabatku selama saya menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum

Universitas Lampung Andi Mekar Sari, Andika Pratama, Dhaniko saputra, Kresna, Ines septia, johanna Manalu, Janrikardo, Aminah Camila, Herra Destriana, Beni Prawira, Kresna, Nur Muhammad, dan di Hima HAN, Dewi Yuliandari, Amiliya Rahayu, Eka Purnama Sari, Fitri Agista, Fitra Albajuri, Fima Agata, Ayu Kumala Sari, Dewi Sartika, Ando, Beni Yulianto, Abi Zuliansyah, Mardotilah (ADO), Hendra, Dika Permandi, dll terima kasih banyak selama ini telah menjadi sahabat terbaik dalam berbagi keluh kesah dalam susah dan senang.

(13)

Penulis menyadari bahawa skripsi ini kurang sempurna, oleh karenanya kritik dan saran apapun bentuknya penulis hargai guna melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga amal ibadahnya di terima oleh Allah AWT.

Wassalamu”alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstitusi... ... 9

2.2 Pengertian Pegawai ... ... 12

2.2.1 Pengertian Pegawai Negri Sipil ... 14

1. Pengertian Stipulatif ... ... 16

2. Pengertian Eksistensif ... ... 17

2.2.2 Unsur-Unsur dari Pegawai Negeri Sipil ... 19

2.2.3 Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri Sipil... 23

2.2.4 Jenis Pegawai Negeri Sipil ... 24

2.2.5 Kedudukan Pegawai Negeri Sipil ... 27

2.3 Pejabat Negara ... 29 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung ... 37

(15)

4.2.1 Pendapat Kepala Badan Kepegawaian Daerah

Kota Bandar Lampung ... ... 43 4.2.2 Pemberhentian PNS yang Mencalonkan Diri

sebagai Pejabat Negara ... ... 42 4.3 Dasar Pertimbangan Pengaturan Hukum ASN ... 55 4.3.1 Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 ... 55 4.3.2 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43

Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2014 ... 59 4.3.3 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2010 ... 66 4.4 Perlindungan Hukum ASN ... ... 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 78 5.2 Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berdasarkan sejarah indonesia, khususnya pada era Orde Baru terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia. Bentuk permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan, dimana titik berat kekuasaan berada pada tangan penguasa birokrasi pemerintah yang mengakibatkan rakyat sebagai unsur utama demokrasi tidak mempunyai peran yang dapat mengontrol birokrasi pemerintahan secara maksimal. Kekusaan ini disalah gunakan oleh penguasa Orde Baru untuk menguasai semua struktur birokrasi pemerintahan dengan konsep monoloyalitas.1 Konsep ini yang kemudian menjadi dampak terhadap penataan kepegawaian atau sumber daya aparatur pemerintah karena sekarang sejak disahkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN.

Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat dengan PNS Indonesia sebagai salah satu elemen personifikasi negara, telah diberikan keistimewaan untuk perlindungan terhadap profesinya, tentu disamping peningkatan kompetensi dan kualifikasi diri disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

1

Hartini sri, kadarsih setiajeng, sudrajat tedi. Hukum Kepegawaian di Indonesia. 2008. Sinar

(17)

2

Aparatur Sipil Negara.2 Dibalik maksud baik pembuatan Undang-Undang ini, yaitu untuk menjadikan PNS sebagai sosok yang berintegritas, profesional, netral, apolitis, bebas KKN, nasionalis, dan sebagainya. Ada terselip Pasal yang menurut penulis telah membatasi hak seseorang PNS untuk berbuat lebih jauh lagi bagi negara ini. Hal tersebut menyebabkan keadilan profesi di Indonesia dalam mengaktualisasikan dirinya tidak setara dan diskriminasi. Terutama bagi profesi PNS yang berkurang haknya untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Pasal tersebut adalah Pasal 119 dan 123 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara yang intinya jika PNS mencalonkan diri atau dicalonkan untuk menduduki jabatan negara (Presiden dan Wakil Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil gubernur; bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota), mereka diwajibkan menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon.

Pegawai Negeri Sipil, adalah sebuah profesi dan sebuah pekerjaan. PNS sama halnya dengan profesi lainnya seperti pengacara, akuntan publik, notaris, pengusaha, konsultan, artis, wartawan, petani, buruh pabrik dan sebagainya. Sebagaimana pengertian Aparatur Sipil Negara yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang di singkat menjadi ASN bahwasanya ASN itu adalah sebuah profesi yang menyatakan bahwa : “Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi

2

(18)

3

bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.”

Dapat kita bandingkan dengan beberapa profesi yang telah memiliki kekuatan hukum, seperti profesi advokat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokad, bagi advokat jika mereka menjabat dalam jabatan negara sebagaimana yang diatur dalam pasal (20) ayat (3) bahwa “Advokat yang

menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi advokat selama memangku jabatan tersebut.”

Dalam Undang-Undang ini jika advokat mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi pejabat negara tidak ada aturan yang mewajibkan advokat untuk berhenti dari profesi keadvokatannya. Hanya tidak boleh melaksanakan tugas profesi advokat selama memangku jabatan negara, artinya jika tidak menjadi pejabat negara lagi mereka bisa otomatis kembali menjadi advokat Begitupun halnya dengan profesi notaris, yang dikuatkan dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Pasal 11 ayat (1) “Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib mengambil cuti.”Ayat (2) “Cuti sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berlaku selama Notaris memangku jabatan sebagai pejabat negara.” Ayat

(6) “Notaris yang tidak lagi menjabat sebagai pejabat negara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan kembali jabatan Notaris dan Protokol Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diserahkan kembali kepadanya.”

(19)

4

menyatakan pengunduran diri dari profesinya secara tertulis jika mencalonkan diri atau dicalonkan untuk menduduki jabatan negara. Tetapi diwajibkan cuti selama memangku jabatan negara, dan dipulihkan kembali profesi notarisnya jika sudah tidak mengabdi lagi di jabatan negara, sangat adil dan fair.

(20)

5

PNS adalah profesi maka PNS selaku warga negara berhak untuk mendapatkan perlindungan profesi dari negara, dan ini dijamin oleh konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal 28 D ayat

(2) yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan

perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.” Oleh sebab itu, PNS sebagai sebuah profesi, maka segala hak dan kewajiban PNS haruslah sama, adil dan setara dengan segala macam jenis pekerjaan dan profesi yang ada di Indonesia.

Profesi PNS dalam kaitannya dengan pengejewantahan UUD 1945 yaitu hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan, sebagaimana yang dijamin dalam Pasal 27 ayat (1) “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28 (D) ayat (3) yang berbunyi Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Maka profesi PNS untuk menduduki jabatan negara adalah hak azazi mereka yang tidak boleh dibatasi dan diamputasi.

(21)

6

anggota Mahkamah Konstitusi Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan; ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial, ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Kourupsi; Menteri dan Jabatan setingkat Menteri, Kepala perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS, dari bunyi pasal tersebut menimbulkan konsekuensi diskriminasi terhadap persamaan hak didepan hukum dan pemerintahan bagi PNS. Dimana PNS jika mencalonkan diri atau dicalonkan untuk menduduki jabatan negara (sebagaimana yang disebutkan diawal), mereka diwajibkan menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon. Namun dalam praktiknya pemberlakuan Undang-Undang ini kurang efektif, dan jelas terjadi diskriminasi.

Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar bagi keberadaan profesi PNS, bagi PNS jika mereka mencalonkan diri atau dicalonkan untuk menduduki jabatan negara tersebut, mereka harus mengundurkan diri sejak pencalonannya, disini sangat terlihat perlakuan yang tidak adil dan tidak sama perlakuannya dengan profesi lainnya.3 Hak azazi mereka untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan diamputasi dan di diskriminasi, jika kita bandingkan dengan profesi lainnya, maka sangat terlihat dengan jelas betapa diskriminasi profesi sangat terlihat dililitkan pada profesi PNS.

Dari uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai Undang-Undang Aparatur Sipil Negara tersebut, dalam bentuk analisis

3

Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta, P.t. Pustaka LP3ES

(22)

7

yang peneliti tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP APARATUR SIPIL NEGARA YANG AKAN MENCALONKAN DIRI MENJADI PEJABAT NEGARA.

1.2. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang , maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaturan hukum terhadap Aparatur Sipil Negara yang akan mencalonkan diri menjadi pejabat negara ?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap Aparatur Sipil Negara yang akan mencalonkan diri menjadi pejabat negara jika di kaitkan dengan hak konstitusinya ?

1.2.2 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu hanya pada bidang dasar pertimbangan pengaturan PNS yang harus mengundurkan diri dari status PNS-nya . melihat dari peraturan-peraturan yang menjadi dasar kajian penelitian pokok pembahasan ini.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

(23)

8

1. Untuk mengetahui pengaturan Aparatur Sipil Negara atas hak ASN yang tidak diskriminasi terhadap status PNS.

2. Untuk mengetahui filosofi di haruskannya seorang pegawai ASN yang akan menjadi pejabat negara yang harus mengundurkan diri dari status PNS.

1.3.2 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas juga memperdalam ilmu hukum termasuk di dalamnya ilmu hukum administrasi negara yang berkaitan dengan hukum kepegawaian dalam mengkaji atau menganalisis mengenai permasalan hukum di Indonesia terutama menyangkut permasalahan pengunduran diri dari PNS jika ingin menjadi pejabat negara.

b. Kegunaan Praktis

1) Upaya peningkatan dan perluasan pengetahuan bagi penulis dalam bidang hukum.

2) Bahan kajian bagi penulis maupun masyarakat dalam melihat perkembangan sistem hukum di Indonesia menyangkut soal kepegawaian.

3) Sumbangan pemikiran dan bahan bacaan dan sumber informasi serta bahan kajian lebih lanjut bagi yang membutuhkan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konstitusi

Konstitusi dengan istilah lain Constitution atau Verfasung dibedakan dari Undang-Undang Dasar atau Grundgesetz. Dalam suatu kekhilafan pandangan orang mengenai konstitusi pada negara-negara modern, maka pengertian konstitusi itu kemudian disamakan dengan Undang-Undang Dasar. Kekhilafan ini disebabkan oleh pengaruh faham kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan hukum dirulis, demi mencapai kesatuan hukum kesederhanan hukum dan kepastian hukum. Begitu besarnya pengaruh faham kodifikasi hukum, sehingga setiap peraturan hukum karena pentingnya itu harus ditulis, dan konstitusi yang ditulis itu adalah Undang-Undang Dasar. 1

Istilah konstitusi sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani dimana terdapat konstitusi Athena. Keberadan Konstitusi Athena pada saat itu di pandang sebagai alat demokrasi yang sempurna.2 Pada masa kekaisaran Romawi, istilah Konstitusi digunakan untuk menyebut The act of legislation by emporor. Dalam kosakata bahasa indonesia, istilah konstitusi mempunyai dua makna yaitu segala ketentuan dan aturan tenang ketatanegaraan dan UUD suatu negara. UUD menurut Kamus

1

Moh.Kusnardi, Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta; Pusat

Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983, hlm 64 2

Ahmad Sukarja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar NRI 1945, Jakarta: Sinar

(25)

10

Besar Bahasa Indonesia berarti Undang-Undang yang dasar semua undang-undang dan peraturan lain suatu negara yang mengatur bentuk, sistem pemerintahan, pembagian kekuasaan, wewenang badan pemerintahan.3 Menurut Hans Kelsen, Konstitusi yang biasa disebut sebagai hukum fundamental negara merupakan dasar dari tatanan hukum nasional. Sebagai dasar dari tatanan hukum nasional, Konstitusi menjadi sumber validasi norma hukum nasional. Kelsen menerangkan bahwa ditinjau dari teori politik, konsep konstitusi juga mencakup norma-norma yang mengatur pembentukan dan kompetensi dari organ-organ eksekutif dan yudikatif tertinggi.4 Konstitusi mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam konteks ini, Komisi Konstitusi tentang perubahan Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 menyimpulkan bahwa kedudukan dan fungsi konstitusi adalah sebagai berikut :5

1. Konstitusi berfungsi sebagai dokumen nasional yang mengandung perjanjian luhru, berisi kesepakatan-kesepakatan tentang politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, ekonomi, kesejahteraan, dan aspek fundamental yang menjadi tujuan negara;

2. Konstitusi sebagai piagam kelahiran negara baru. Hal ini juga membutuhkan adanya pengakuan masyarakat internasional, termasuk untuk menjadi anggota PBB, karena itu sikap kepatuhan suatu negara terhadap hukum internasional ditandai dengan adanya ratifikasi terhadap perjanjian-perjanjian internasional.

3

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2002,

hal 590 4

Rudy, Konstitualisme Indonesia Buku I Dasar dan Teori, Bandar Lampung, Pusat Kajian

Konstitusi dan Peraturan Perundang-Undangan (PKKPUU) Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2013, hal 17

5

(26)

11

3. Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi. Konstitusi mengatur maksud dan tujuan terbentuknya suatu negara dengan sistem administrasinya melalui adanya kepastian hukum yang tekandung dalam pasal-pasalnya, unifikasi hukum nasional, social control, memberikan legitimasi atas berdirinya lembaga-lembaga negara termasuk pengaturan tentang pembagian dan pemisahan kekuasaan antara organ legislatif, eksekutif, yudisial.

4. Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambang persatuan, konstitusi menjadi suatu sarana untuk memperlihatkan berbagai nilai dan norma suatu bangsa dan negarra, misalnya simbol demokrasi, keadilan, kemerdekaan, negara hukum yang menjadikan sandaran untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan tujuan negara.

5. Konstitusi sebagai alat untuk membatasi suatu kekuasaan, konstitusi dapat berfungsi untuk membatasi kekuasaan, mengendalkan perkembangan dan situasi politik yang selalu berubah, serta berupaya untuk menghindarkan adanya penyalahgunaan kekuasaan.

6. Konstitusi sebagai pelindung HAM dan kebebasan warga negara. Konstitusi emberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan hak-hak kebebasan warga negara. Hal ini merupakan pengejahwantahan suatu negara hukum.

(27)

12

adalah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran demokrasi. Kdaulatan dari rakyat dalam negara hanya terwujud jika semua masyarakat mempunyai hak dan kebebasan yangtidak dapat dibatasi atau dirampas tanpa persetujuan yang berkepentingan6

2.2 Pengertian Pegawai

Di dalam masyarakat yang selalu berkembang, manusia senantiasa mempunyai kedudukan yang makin penting, meskipun negara indonesia menuju masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu yang mulia, tidaklah berarti mengabaikan manusia yang melaksanakan kerja tersebut. Demikian juga halnya dalam suatu organisasi, unsur manusia sangat menentukan sekali karena berjalan tidaknya suatu organisasi ke arah pencapaian tujuan yang di tentukan tergantung kepada kemampuan manusia untuk menggerakkan organisasi tersebut ke arah yang telah di tetapkan.

Manusia yang terlibat dalam organisasi ini disebut juga pegawai, untuk lebih jelasnya akan di kemukakan pendapat beberapa ahli mengenai definisi pegawai. A.W.Widjaja berpendapat bahwa, “pegawai adalah merupakan tenaga kerja manusia jasmania maupun rohania (mental dan pikiran) yang senantiasa di butuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi)”.7

Selanjutnya A.W.Widjaja mengatakan bahwa, “pegawai adalah orang-orang yang dikerjakan dalam suatu

6

Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Indinesia Dasar-Dasanya. Balai Aksara, Jakarta;1983,

hlm193 7

(28)

13

badan tertentu, baik di lembaga-lembaga pemerintahan maupun dalam badan-badan usaha”.8

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pegawai merupakan modal pokok dalam suatu organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Dikatakan bahwa pegawai merupakan modal pokok dalam suatu organisasi karena berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung pada peawai yang memimpin dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut.

Kemudia menurut pendapat Musanef yang mengatakan bahwa, “pegawai adalah

orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapat imbalan jam berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta.”9 Selanjutnya Musanef memberikan definisi pegawai sebagai pekerja atau worker adalah, “mereka yang

secara langsung digerakkan oleh seorang manager untuk bertindak sebagai pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan karya-karya yang di harapkan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah di tetapkan.”10

Dari definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pegawai sebagai tenaga kerja atau yang menyelenggarakan pekerjaan perlu di gerakkan sehingga mereka mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam bekerja yang pada akhirnya akan dapat menghasilkan karya-karya yang bermanfaat untuk tercapainya tujuan organisasi. Karena tanpa kemampuan dan keterampilan pegawai sebagai

8

Ibid, hal. 15 9

Musanef, Menejemen Kepegawaian Di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1984; Hlm. 5

10

(29)

14

pelaksana pekerjaan maka alat-alat organisasi tersebut akan merupakan benda mati dan waktu yang dipergunakan akan terbuang percuma sehingga pekerjaan tidak efektif.

Dari beberapa definisi pegawai yang telah dikemukakan para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah pegawai mengandung pengertian sebagai berikut: 1. Menjadi anggota suatu usaha kerja sama (organisasi) dengan maksud

memperoleh balas jasa atau imbalan kempensasi atas jasa yang telah diberikan.

2. Pegawai dalam sistem kerja sama yang sifatnya pamrih.

3. Berkedudukan sebagai penerima kerja dan berhadapan dengan pemberi kerja. 4. Kedudukan sebagai penerima kerja itu diperoleh setelah melakukan proses

penerimaan.

5. Akan mendapat saat pemberhentian (pemutusan hubungan kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja).

2.2.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil

(30)

15

dalam penulisan skripsi ini hanya di batasi pada Pegawai Negeri Sipil, maka selanjutnya dijelaskan mengenai perincian Prgawai Negri Sipil saja.

Dalam pembahasan kepegawaian maka harus mengetahui subjek dari hukum kepegawaian, yaitu pegawai negri sipil. Kedudukan dan peranan dari pegawai negri dalam setiap pemerintahan sangatlah menentukan, sebab Pegawai Negri Sipil merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Peranan dari pegawai Negri seperti di istilahkan dalam dunia kemiliteran yang berbunyi not the gun, the man behind the gun, bukan senjata yang penting, melainkan manusia yang menggunakan senjata itu. Senjata yang modrn tidak akan mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercaya menggunakan senjata itu tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar.

Kranenburg memberikan pengertian dari Pegawai Negeri, yaitu pejabat yang di tunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang memangku jabatan mewakili seperti anggota parlemen, presiden dan sbagainya Logemann dengan menggunakan kriteria yang bersifat materiil mencermati hubungan antara negara dengan Pegawai Negeri dengan memberikan kriteria Pegawai Negeri sebagai tiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas dengan negara. 11

Pegawai Negeri Sipil, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, “pegawai”berarti”orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan an sebagainya)sedangkan “negeri”berarti negara atau pemerintah, jadi Pegawai

Negeri Sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau negara.12

11

Muchsan , 1982, Hukum Kepegawaian, Jakarta, Bina Aksara, hlm. 12

12

(31)

16

Pengertian pegawai negeri menurut Mahfud M.D. dalam buku Hukum Kepegawaian , terbagi menjadi dua bagian yaitu pengertian stipulatif dan pengertian ekstensif (perluasan pengertian).

1. Pengertian Stipulatif

Pengertian yang bersifat stipulatif (penetapan tentang makna yang di berikan oleh Undang-undang tentang Pegawai Negeri terhadap dalam pasal 1 angka 1 dan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pengertian yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 berkaitan dengan hubungan Pegawai Negri dengan hukum (administrasi), sedangkan dalam Pasal 3 ayat (1) berkaitan dengan hubungan pegawai negri dengan pemerintah, atau mengenal kedudukan pegawai negeri. Pengertian stipulatif tersebut selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

Pasal 1 angka (1) pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang di tentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan di serahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan di gaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(32)

peraturan-17

peraturan kepegawaian dan pada umumnya dalam pelaksanaan swemua peraturan perundang-undangan kecualli di berikan definisi lain. 13

2. Pengertian Ekstensif

Selain dari pengertian stipulatif ada beberapa golongan yang sebenernya bukan pegawai negeri menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, tetapi dalam hal tertentu di anggap sebagai dan di perlakukan sama dengan Pegawai Negri, artinya di samping pengertian stipulatif ada pengertian yang hanya berlaku hal-hal tertentu. Pengertian tersebut terdapat pada :

a. Ketentuan yang terdapat dalam pasal 415-437 KUHP mengenai kejahatan jabatan. Menurut pasal-pasal tersebut orang yang melakukan kejahatn jabatn adalah yang diserahi suatu jabatan publik, baik tetap maupun sementara. Jadi, orang yang diserahi suatu jabatan publik itu belum tentu Pegawai Negeri menurut pengertian stipulatif apabila melakukan kejahatan dalam kualitasnya sebagai pemegang jabatan publik, ia di anggap dan di perlakukan sama dengan Pegawai Negeri, khusus untuk kejahatan yang di lakukan.

b. Ketentuan pasal 92 KUHP yang berkaitan dengan status anggota dewan rakyat, anggota dewan daerah dan kepala desa. Menurut psak 92 KUHP dimana diterankan bahwa yang termasuk dalam arti Pegawai Negeri adalah orang-orang yang di pilih dalam pemilihan berdasarkan peraturan-peraturan umum dan juga mereka yang bukan dipilih, tetapi dianngkat menjadi anggota dewan rakyat dan dewan daerah serta kepala-kepala daerah dan sebagainya. Pengertian Pegawai Negri menurut KUHP sangatlah luas, tetapi pengertian

13

Sastra Djamitka dan Marsono, 1995, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta,

(33)

18

tersebut hanya berlaku dalam hal ada orang-orang yang melakukan kejahatan atas pelanggaran jabatan dan tindak pidana lain yanng di sebut dalam KUHP, jadi pengertian ini tidak termasuk alam hukum kepegawaian.14

c. Ketentuan Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

d. Ketentuan peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1974 tentang Pemberantasan Kegiatan Pegawai Negri Dalam Usaha Swasta

Pengertian stipulatif dan eksistensif merupakan penjabaran atas maksud dari keberadaan Pegawai Negri dalam hukum kepegawaian. Pengertian tersebut terbagi dalam bentuk dan format yang berbeda, namun pada akhirnya dapat menjelaskan maksud pemerintah dalam memposisikan penyelenggaraan negara dalam sistem hukum yanng ada, karena pada dasarnya jabatan negeri akan selalu berkaitan dengan penyelenggaraan negara yaitu pegawai Negeri.

Ada dua pengertian Pegawai Negeri menurut Undang-Undang Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentag Pokok-Pokok Kepegawaian yaitu:

1. Pegawai Negeri sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang bertugas menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dalam hal ini kedudukan Pegawai Negeri menjadi sangat penting sebab lancar dan tidak lancarnya pemerintahan dan pembangunan negara tidak terlepas dari peranan dan keikut sertaan Pegawai Negeri. 15

14

Ibid, hlm. 10 15

Ahmad Ghufron, Sudarsono, Hukum Kepegawaian Indonesia, Jakarta, P.T Melton Putra, 1990;

(34)

19

2. Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang di tentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.16

Pegawai negeri sipil adalah salah satu jenis kepegawaian negeri di samping anggota TNI dan anggota POLRI Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pengertian pegawai negri sipil adalah warga negara RI yang memenuhi syarat yang di tentukan, di angkat oleh pejabat yang berwenang dan di serahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas jabatan lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena dalam penulisan skripsi ini hanya di batasi pada Pegawai Negeri Sipil, maka selanjutnya dijelaskan mengenai perincian Prgawai Negri Sipil saja.

2.2.2 Unsur-Unsur dari Pegawai Negeri

1. Warga negara Indonesia yang telah memnuhi syarat-syarat menurut peraturan perundang-undangan. Peraturan perundangan yang mengatur tentang syarat-syarat yang dituntut bagi setiap (calon) Pegawai Negeri untuk dapat di angkat oleh pejabat yang berwenang adalah Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, yang meliputi :

16

(35)

20

a. Warga Negara Indonesia. Pembuktian bahwa seseorang itu adalah warga negara Indonesia harus melamirkan akta kelahiran dan Fotocopi KTP yang masih berlaku.

b. Berusia minimal 18 (delapan belas0 tahun dan maksimal 35 (tiga puluh lima) tahun di buktikan dengan akta kelahiran dan fotokopi KTP yang masih berlaku.

c. Tidak pernah di hukum atas keputusan hakim yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

d. Tidak pernah di berhentikan tidak dengan hormat dalam suatu instansi, baik instansi pemerintah maupun swasta.

e. Tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri atau Calon Pegawai Negeri Sipil

f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan ketrampilan yang diperlukan. Pendidikan yang di maksud adalah pendidikan yang sesuai dengan formasi yang akan diisi.

g. Berkelakuan baik (berdasarkan keterangan yang berwajib). h. Berbadan sehat (brdasarkan keterangan dokter).

i. Sehat jasmani dan rohani.

j. Bersedia ditempatkan diseuruh wilayah Indonesia atau negeri lain yang di tetapkan oleh pemerintah.

k. Syarat lainnya yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang.

(36)

21

menegaskan bahwa pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya kewenangan untuk mengangkat Pegawai Negeri berada di tangan presiden sebagai kepala eksekutif, namu untuk (sampai) tingkat kedudukan (pangkat) tertentu, presiden dapat mendelegasikan wewenangnya kepada para menteri atau pejabat lainnya, dan para menteri dapat mendelegasikan kepada pejabat lain di lingkungannya masing-masing. Kewenangan pengangkatan dan pendelegasian tersebut di atur dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

3. Diserahi tugas dalam jabatan negeri.

(37)

22

4. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Gaji adalah balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri yang bersangkutan. Sebagai imbal jasa dari pemerintah kepada pegawai yang telah mengabdikan dirinya untuk melaksanakan sebagian tugas pemerintahan dan pembangunan, perlu diberikan gaji yang layak baginya. Dengan ada gaji yang layak secara relatif akan menjamin kelangsungan pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan, sebab pegawai negeri tidak lagi dibebani dengan pemikiran akan masa depan yang layak dan pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga bisa bekerja dengan profesional sesuai dengan tuntunan kerjanya.

(38)

23

2.2.3 Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri Sipil

Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan. Sehubung dengan kedudukan Pegawai Negeri maka baginya di bebankan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan sudah tentu di samping kewajiban baginya juga di berikan apa-apa saja yang menjadi hak yang didapat oleh seorang pegawai negeri.

Pada pasal 4 Undang-Undang No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian setiap pegawai negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintahan. Pada umumnya yang dimaksud dengan kesetiaan dan ketaatan adalah suatu tekad dan kesanggupan dari seorang pegawai negeri. Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, abdi masyarakat wajib setia dan taat kepada Pancasila, sebagai falsafah dan ideologi negara, kepada UUD 1945, kepada Negara dan Pemerintahan. Biasanya kesetiaan dan ketaatan akan timbul dari pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, oleh sebab itulah seorang Pegawai Negeri Sipil wajib mempelajari dan memahami secara mendalam tentang pancasila, UUD 1945, Hukum Negara dan Politik Pemerintahan.

(39)

24

kesadaran dan tanggung jawab. Pegawai Negeri Sipil adalah pelaksana peraturan perundang-undangan, sebab itu maka seorang Pegawai Negeri Sipil wajib berusaha agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati oleh anggota masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, fungsi pasal 10: huruf a. Pelaksana kebijakan publik , b. Pelayan publik, dan c. Perekat dan pemersatu bangsa. Pasal 11 pengawas ASN bertugas: huruf a. Melakasanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, dan c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2.4 Jenis Pegawai Negeri Sipil

Mengenai jenis pegawai negeri didasarkan pada pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pegawai Negeri dibagi menjadi :

1. Pegawai Negeri Sipil

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(40)

25

Berdasarkan penjabaran di atas, Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian dari pegawai negeri yang merupakan Aparatur Negara. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal 2 ayat (2) Pegawai Negeri Sipil dibagi menjadi :

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan nekerja pada Depatemen, Lembaga Pemerintah Nondepartemen, kesektretariatan Lembaga Negara, Instansi Vertikal di Daerah Provinsi Kabupaten/Kota, Kepanitraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada pemerintah daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya.

Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang dioerbantukan di luar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan.17 Di samping pegawai negeri sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 2 ayat (1) pejabat yang berwenang daat mengangkat pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan

17

(41)

26

tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.18 Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai arti sebagai pegawai diluar PNS dan pegawai lainnya (tenaga kerja). Penamaan pegawai tidak tetap merupakan salah satu bentuk antisipasi pemerintah terhadap banyaknya kebutuhan pegawai namun dibatasi oleh dana APBD/APBN dalam penggajiannya.19

Pada dasarnya, kebijakan pengangkatan pegawai tidak tetap diseahkan pada kebutuhan dari masing-masing instansi, namun sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, tanggal 11 November 2005, semua pejabat pembina kepegawaian dan pejabat lain di lingkungan instansi, dilarang engangkat tenaga honorer atau yang sejenis, kecualu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 dilaksanakan sampai dengan tahun anggaran 2009, namun sampai dengan tahun 2007, dalam hal proses pengangkatan terdapat berbagai permasalahan yang ternyata tidak sesuai dengan keinginan dari Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, Pasal 3 ayat (1) berbunyi : pengangkatan tenaga honorer menjadi pegawai Negeri Sipil diprioritaskan bagi yang melaksanakan tugas sebagai :

1. Tenaga guru

2. Tenaga kesehatan pada unit pelayanan kesehatan.

18

Penjelasan pasal 2 ayat (3) Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

19

Sri Hartini dan Setiajeng Kadarsih, 2004, Diktat Hukum Kepegawaian, Fakultas Hukum

(42)

27

3. Tenaga penyuluh dibidang pertanian, perikanan, peternakan; dan 4. Tenaga teknis lainnya yang sangat dibutuhkan pemerintah.20

Dalam implementasinya, pemerintah hanya melihat pada syarat-syarat formil, yaitu masa kerja dan usia tanpa mempertimbangkan skala prioritas yang diharapkan oleh pembuat peraturan. Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil ternyata didominasi oleh tenaga administratif yang notabene di luar dari skala prioritas yang termaktub dalam pasal 3 ayat (1).

2.2.5 Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal 3 ayat (1), yaitu Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan peayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Rumusan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus mampu menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak. 21

20

Yang dimaksud dengan tenaga teknis lainnya menurut penjelasan Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 adalah tenaga teknis yang bersifat operasional dalam rangka pelaksanaan tugas pokok instansi dan bukan tenaga teknis administrasi.

21

C.S.T. K ansil, 1979, Pokok-pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia, Pradnya

(43)

28

Pegawai negeri mempunyai peranan amat penting sebab pegawai negeri merupakan unsur aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan negara. Kelancaran pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan nasional terutama sekali tergantung juga dari kesempurnaan pegawai negeri (sebagai dari aparatur negara).

Dalam konteks hukum publik, Pegawai Negeri Sipil bertugas membantu presiden sebagai kepala pemerintahan dalam menyelenggarakan pemerintahan, tugas melaksanakan peraturan perundang-undangan, dalam ati kata wajib mengusahakan agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati oleh masyarakat. Di dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan pada umumnya, kepada pegawai negeri diberikan tugas kedinasan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Sebagai abdi negara seorang pegawai negeri juga wajib setia dan taat kepada Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, kepada Undang-undang Dasar 1945, kepada negara, dan kepada pemerintah.22 Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur ngara, abdi negara, dan abdi masyarakat dituntut untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, karenanya ia harus mempunyai kesetiaan, ketaatan penuh terhadap pancasila, UUD 1945, Negara dan pemerintah sehingga dapat memusatkan segala perhatian dan pikiran serta mengerahkan segala daya upaya dan tenaganya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.

22

(44)

29

2.3 Pejabat Negara

Berdasarkan Undang-Undang Pejabat Negara

1. Adalah pejabat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan peraturan perundang-undangan lainnya. Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1987 Tentang Protokol. Pejabat Negara

2. Adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang. Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.23

3. Adalah pimpinan dan anggota lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pejabat Negara yang secara tegas ditentukan dalam undang-undang. Berdasarkan Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Keprotokolan.

Pejabat Negara adalah : Pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang Dasar 1945 dan Pejabat Negara yang ditentukan oleh Undang-undang.

Pejabat negara terdiri dari:

a. Presiden dan Wakil Presiden.

b. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. c. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan.

23

(45)

30

d. Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua Muda, dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung, serta ketua, Wakil Ketua, dan Hakim pada semua Badan Peradilan. e. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung.

f. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan. g. Menteri dan jabatan yang setingkat Menteri.

h. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.

i. Gubernur dan Wakil Gubernur.

j. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota.

k. Pejabat Negara laninya yang ditentukan oleh Undang- undang

Seorang Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Pejabat Negara, dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara Tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri ini adalah peraturan Perundang-undangan yang lama sedangkan pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara harus mengundurkan diri dari Pegawai Negeri. 24Pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur, bupati/walikota, dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis dari PNS sejak mendaftar sebagai calon.

24

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.1

Penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan baku utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum dengan menggunakan data sekunder, diantaranya asas, kaidah, norma dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya, dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan erat dengan penelitian.

Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lokasi penelitian untuk melihat secara langsung penerapan perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan

1

Abdulkadir Muhammad. HukumdanPenelitianHukum.Bandung : Citra AdityaBakti. 2004. hlm

(47)

32

wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

3.2. Jenis dan Sumber Data 3.2.1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder

1) Data Primer data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum yang terdiri :

a) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya. Beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan Kepegawaian adalah sebagai berikut :

1) UUD 1945 pasal 27 ayat (2) ,dan pasal 28 D ayat (2).

2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian telah di ubah dengan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 tentang perubahan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

3) Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

4) Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara 5) Pasal 6 dan pasal 7 Undang-undang No. 42 Tahun 2008 tentang

(48)

33

6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan atas peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

8) Peraturan pemerintah No. 18 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengunduran Diri Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Pegawai Negeri yang Menjadi Bakal Calon Anggota DPE,DPD,DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, Serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara Dalam Kampanye Pemilu. 9) Pasal 2 ayat (1) peraturan pemerintah No. 4 tahun 1976 dan surat

edaran kepala badan kepegawaian nomor 03/SE/1976. 10) Kamus Besar Bahasa Indonesia

b) Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primerberupa Undang-Undang, buku-buku, literatur maupun data-data lainnya.

(49)

34

2) Data Sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti. Data sekunder ini didapat dari penelitian lokasi yang berupa keterangan dari objek penelitian yakni data yang didapat dari keterangan atau penjelasan yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan PNS yang akan mencalonkan diri menjadi pejabat negara .

3.2.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer(data kepustakaan) dan data sekunder (data lapangan).

1) Data Primer adalah data yang bersumber dari wawancara kepada pihak– pihak yang menjadi objek penelitian yaitu pihak-pihak yang berwenang dalam pencalonan ASN dari PNS yang akan menjadi pejabat negara yaitu pada Badan kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung yang memenuhi syarat untuk menjadi sumber wawancara.

2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara mengutip, menelaah dan mencatat bahan-bahan peraturan dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut:2

2

(50)

35

1) Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dengan dua sumber, yaitu:

a) Sumber primer, yaitu undang–undang yang relevan dengan permasalahan dan studi dokumen sebagai bukti perbuatan yang sudah terjadi.

b) Sumber sekunder yaitu buku–buku literatur ilmu hukum serta tulisan–tulisan hukum lainnya yang relevan dengan permasalahan. 2) Studi Lapangan (Field Reasearce)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian, yaitu pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung.

3.4 Metode Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan ASN dari PNS yang akan mencalonkan diri menjadi Pejabat Negara.

2) Editing

(51)

36

3) Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis.

4) Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisis menurut susunan yang benar dan tepat. 5) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.

3.5 Analisis Data

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang termuat dalam bab-bab terdahulu dalam skripsi ini yaitu

“Tinjauan Yuridis Terhadap Aparatur Sipil Negara Yang Akan

Mencalonkan Diri Menjadi Pejabat Negara”. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(53)

79

Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh diberhentikan sementara jabatannya dan tidak kehilangan statusnya sebagai PNS .

Dapat di ambil kesimpulan bahwa setiap pegawai negeri wajib mentaati segala peraturan perundangan yang berlaku dan melaksanakan kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian kesadaran dan tanggung jawab. Pegawai Negeri Sipil adalah pelaksana pearturan perundang-undangan, sebab itu seorang Pegawai Negeri Sipil wajib berusaha agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati dalam melaksanakan tugas kedinasannya.

Sejalan dengan itu pegawai negeri sipil berkewajiban memberikan contoh yang baik dalam mentaati dan melaksanakan segala peraturan dan undangan yang berlaku. Di dalam melaksankan peraturan perundang-undangan, pada umumnya kepada pegawai negeri diberikan tugas kedinasan untuk melaksanakan dengan baik. Pada pokoknya pemberian tugas kedinasan itu adalah merupakan kepercayaan dari atasan yang berwenang dengan harapan bahwa tugas itu nantinya akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya karena sudah menjadi konsekuensi seorang PNS tersebut untuk mengundurkan diri dari status PNS-Nya jika akan Mencalonkan diri menjadi pejabat negara atau kepala daerah.

(54)

80

yang merupakan ciri-ciri Negara demokrasi dan hukum dimana rakyat adalah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara (kedaulatan ditangan rakyat), hak-hak konstitusional warga negara harus tetap diperlihara dan dijaga untuk melindungi dari kekuasaan

5.2 Saran

1) Sebaiknya hal-hal yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 di jadikan acuan baku bagi para pejabat atasan atau yang memiliki kekuasaan atau wewenang dalam posisi menandatangani surat keputusan bagi aparatur sipil negara yang mencalonkan diri menjadi Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota sebagai satu-satunya aturan yang dijadikan dasar untuk penandatanganan surat keputusan pemberhentian walaupun ada juga aturan yang dimuat diberbagai peraturan pemerintah.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Djatmika Sastra dan Marsono, 1995, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta

Djatmika Sastra , marsono. 1990, Hukum Kepegawaian Indonesia, Djambatan, Jakarta

Ghufron Ahmad , Sudarsono, 1990, Hukum Kepegawaian Indonesia, P.T Melton Putra, Jakarta

Handayaningrat Soewarna, 1999, Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional, Gunung Agung, Jakarta

Hartini Sri dan Setiajeng Kadarsih, 2004, Diktat Hukum Kepegawaian, Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman, purwokerto

K ansil C.S.T, 1979, Pokok-pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia, Pradnya Paramitha, Jakarta

Kusnardi Moh, Harmaily Ibrahim, 1983, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta

Manan Bagir, Menegakan Hukum Suatu pencarian, Jakarta, Asosiasi Advokat Indonesia, 2009;

Muchsan , 1982, Hukum Kepegawaian, Bina Aksara, Jakarta

Muhammad Abdulkadir. 2004, HukumdanPenelitianHukum. Citra AdityaBakti. Bandung

(56)

Ranawijaya Usep, 1983, Hukum Tata Negara Indinesia Dasar-Dasanya. Balai Aksara, Jakarta

Rudy, 2013, Konstitualisme Indonesia Buku I Dasar dan Teori, Pusat Kajian Konstitusi dan Peraturan Perundang-Undangan (PKKPUU) Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bandar Lampung

S.f Marbun dan M. Mahfud MD, pokok-pokok Hukum Administrasi Negara , Yogyakarta; 1987, hlm 98-99

Sri Hartini, kadarsih setiajeng, sudrajat tedi. 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia. Sinar grafika. Jakarta

Sukarja Ahmad, 2012, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar NRI 1945, Sinar Grafika, Jakarta

Thoha Mifta, 2012, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Kencana, Jakarta

Tjokroamidjojo Bintoro, 1995, Pengantar Administrasi Pembangunan, P.t. Pustaka LP3ES Indonsia, Jakarta

Widjaja. A.W, 2006, Administrasi Kepegawaian, Rajawali, Jakarta

B. Undang-Undang

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) ,dan pasal 28 D ayat (2).

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 pasal 2 ayat (3) tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Undang-undang No. 42 Tahun 2008 tentang Pilpres

Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1976 dan surat edaran kepala Badan kepegawaian nomor 03/SE/1976

(57)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 adalah tenaga teknis yang bersifat operasional dalam rangka pelaksanaan tugas pokok instansi dan bukan tenaga teknis administrasi.

Referensi

Dokumen terkait

(Losyk, 2015) melakukan penelitian tentang dampak stres ditempat kerja, kesimpulannya yaitu satu juta absensi ditempat kerja berkaitan dengan masalah stres, 27% mengatakan

Mekanisme cara senyawa klorin dapat mematikan kuman bakteri yaitu asam hipoklorit yang merupakan senyawa klorin yang paling aktif akan menghambat oksidasi glukosa dalam sel

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 70 ayat (4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, setiap instansi pemerintah wajib menyusun rencana

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 108 ayat (3) Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama secara terbuka

Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti

Data-data di rumah sakit maupun di masyarakat menunjukkan penyakit kardiovaskuler yang terdiri dari penyakit jantung koroner, penyakit jantung hiperten- si dan stroke adalah

Peran sikap terhadap leaflet dan poster secara keseluruhan tidak serta merta membentuk sikap peduli lingkungan para narasumber, melainkan sikap tersebut sudah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah akhlak mahmudah dan mazmumah pada novel The Romance