• Tidak ada hasil yang ditemukan

Critical Review Jurnal Dampak Relokasi P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Critical Review Jurnal Dampak Relokasi P"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

RETNO YUNIAR AZARINE

3614100027

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Indonesia telah menganut sistem otonomi daerah yang bertujuan agar urusan rumah tangga setiap daerah asministratif tidak dibebankan kepada pemerintah pusat. Karena akan menimbulkan keterlambatan penanganan dan juga ketidak tepatan solusi yang diberikan, karena pengetahuan pemerintah pusat masih terlalu general. Dari tujuan tersebut didapatkan tujuan tersirat yaitu pemerintah di tingkat daerah yang lebih mengenal karakteristik dan permasalahan yang terjadi di daerahnya bisa memberikan pelayanan hingga di kelompok masyarakat terkecil. Pelayanan publik menjadi tugas penting dan utama bagi pemerintah di daerah. Pemerintah melalui Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan suatu kebijaksanaan Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum menyebutkan 4 prinsip pelayanan dasar yang harus diberikan pemerintah :

1. Kewarganeraan, yaitu memberikan pelayanan tidak terkecuali kepada daerah yang terjangkau

2. Kesehatan yaitu memberikan pelayanan yang bukan profit tetapi benefit 3. Pelayanan pendidikan yang baik

4. Pelayanan kesejahteraan

Dari prinsip pelayanan publik diberikan harus merata tidak terkecuali pada daerah manapun, membuat beberapa wilayah di Indonesia memindahkan pusat pemerintahannya dari kota menuju kecamatan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau daerah-daerah terluar mengenai pelayanan. Karena ketika pusat pemerintahan jauh dari masyarakatnya maka setiap kebijakan dan pelayanan akan kesulitan untuk dirasakan dampaknya.

Ibukota kabupaten sendiri yaitu tempat kedudukan pusat pemerintahan kabupaten, dalam perkembangannya dapat menjelma menjadi kota yang semakin mempunyai ciri dan tingkat kemajuan memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai kota. Bila tahap perkembangan yang demikian itu terjadi, dijumpai suatu dilema karena kota dan kabupaten mempunyai tingkat yang sama tatarannya dari segi hierarki administrasi pemerintahan (Soenkarno, 1999)

(3)

Kawasan pemerintahan merupakan tempat untuk melaksanakan segala sesuatu hal yang berkenaan dengan pemerintahan, baik itu kegiatan politik dan pemerintahan. Salah satu tujuan dari direncanakannya kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat dimana hal itu tidak dapat dilepaskan dari peran pemerintah sendiri dalam melaksanakannya (Purba, 2005)

Dikarenakan pusat pemerintahan merupakan lokasi yang vital dan menjadi pusat pusat administrasi, maka pemilihan lokasi pusat pemerintahan harus dipertimbangkan dan diperhitungkan. Sejalan dengan perkembangan pemerintahan dan kehidupan masyarakat, pemilihan tempat untuk pusat pemerintahan, selain memperhatikan aspek fisik, termasuk letak strategis tempat, kondisi sosial ekonomi dan budaya. Lokasi yang menjadi tempat pemindahan pusat pemerintaha, pusat pelayanan, dan ibukota kabupaten harus cukup mandiri dan siap menjadi pusat yang baru. Maka kondisi fisik daerah tersebut, kondisi perekonomian dan budaya masyarakat harus mendukung adanya perubahan ini.

Bahwa sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah.

Dengan adanya pemindahan ibukota kabupaten berarti akan terbentuknya sebuah pusat yang akan melayani daerah sekitarnya. Dan hal ini dapat dihubungkan dengan teori Central Place oleh Christaller. Teori ini menjelaskan mengenai sebuah kota yang menjadi pusat bagi penduduknya. Pusat dalam sebuah kota pada teori ini harus mampu memberikan pelayanan barang dan jasa. Sebuah pusat yang besar akan memberikan pelayanan relatif lebih luas jika dibandingkan dengan pusat yang lebih kecil. Sehingga dengan pemindahan ibukota kabupaten ini akan memberikan dampak yang relatif cukup luas terkait kegiatan sosial dan ekonomi selaku inti dari pusat pelayanan.

Teori Christaller juga menjelaskan bagaimana sebuah kota akan memiliki pust-pusat lain yang tersebar dan dekat dengan penduduk melalui model wilayah heksagonal. Permodelan wilayah heksagonal ini akan terbagi ke dalam hierarki atau tingkatan. Tetapi sebelumnya wilayah harus dimodelkan terlebih dahulu menggunakan bangun segienam yang memiliki pusat. Melalui bangun segienam ini semua wilayah dari kabupaten akan terakomodir dan tidak terjadi tumpang tindih yang menyebabkan tidak efisien. Pusat-pusat yang berada pada heksagon akan menjadi pusat-pust kecil yang tersebar mendekati masyarakat. Dengan adanya pusat-pusat yang merata diharapkan dapat mengurangi ketimpangan pembangunan dan ekonomi.

(4)

Kabupaten Simalungun , namun dikarenakan salah satu syarat utama menjadi ibukota pengganti harus 15 kilometer dari ibukota yang lama maka ibukota kabupaten diputuskan diletakkan di Kecamatan Raya. Kecamatan Raya dipilih sebagai lokasi ibukota kabupaten yang baru karena memenuhi indikator-indikator kelayakan. Seperti kesiapan masyarakat, sudah mandiri secara infrastruktur, jauh dari kawasan rawan bencana, dan lahan.

(5)

BAB II

I. KONSEP DASAR TEORI LOKASI

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pelayanan merupakan hal yang wajib hukumnya untuk dipenuhi oleh pemerintah daerah, untuk masyarakat. Sangat penting untuk memastikan bahwa kebijakan, dan pelayanan telah sampai dan diterima oleh setiap indiviu masyarakat tanpa terkecuali menurut prinsip penyediaan pelayanan umum. Teori pusat pelayanan sebagai dampak dari pemindahan ibukota kabupaten erat kaitannya dengan teori lokasi yang dikemukakan oleh Christaller. Walter Christaller (1933) menulis buku berjudul Central Places In Southern Germany. Buku ini menjelaskan tentang susunan daru ukuran kota, jumlah kota, dan distribusi/jarak di dalam suatu wilayah. Hal ini diaplikasikan dalam ibukota kabupaten sebagai pusat distribusi barang dan jasa kepada penduduk yang tersebar, dan prinsip pengoptimalan.

Walter Christaller mengemukakan bahwa tanah yang positif adalah tanah yang mendukung pusat kota. Pusat kota tersebut diperuntukkan sebagai pemberi jasa penting sehingga harus disediakan tanah/lingkungan. Kota merupakan pusat daerah yang produktif, dan tingkat distribusi yang tinggi, sehingga area yang disebut sentral adalah pusat kota. Berdasarkan prinsip aglomerasi ekonomi, kota besar menjadi pusat bagi dirinya sendiri dan pusat kegiatan bagi kota yang lebih kecil. Artinya, kota kecil akan bergantung pada tersedianya dan terpengaruh pada aktivitas yang ada pada kota besar/pusat kota/central place. Teori Christaller didasarkan pada pembedaan wilayah pusat sebagai penyedia kebutuhan dan jasa, dan wilayah perifer sebagai wilayah pelengkap wilayah pusat.

Asumsi-asumsi dalam teori Christaller:

1. Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat dinyatakan dalam biaya dan waktu.

2. Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.

3. Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa.

4. Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah sekitarnya.

5. Wilayah tersebut adalah dataran yang rata, mempunyai cirri-ciri ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata.

(6)

dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang) adalah jumlah minimal masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan supply barang. Menurut Christaller, tempat yang menjadi pusat secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal.

2. Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.

3. Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.

Adanya range dan threshold dalam tingkatan pelayanan yang dipengaruhi oleh volume pelanggan yang diperlukan untuk penyediaan layanan yang menguntungkan. Hal ini meyebabkan masyarakat akan lebih meilih untuk memanfaatkan pusat pelayanan kecil yang tersebar karena lebih mudah dan dekat dengan masyarakat.

Teori Chistaller tentang terjadinya model area pusat pelayanan heksagonal sebagai berikut : 1. Mula-mula terbentuk

2. Areal pusat-pusat pelayanan suatu berbentuk lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran memiliki pusat dan menggambarkan threshold dari pelayanan tersebut. 3. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari pelayanan

(7)

4. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh daratan yang tidak lagi tumpang tindih.

5. Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal sendiri-sendiri

II. ALASAN PEMIILIHAN LOKASI

Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Simalungun sangat strategis untuk meningkatkan perekonomian. Posisi Kabupaten simalungun berada di pusat dan memungkin dibuatnya wilayah Simalungun menjadi pusat perdagangan dan pendidikan. Secara administratif Kabupaten Simalungun terdiri dari 21 Kecamatan dengan 237 desa/nagori dan 14 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 4.386,60 Km² atau 438.660 Ha merupakan 6,12% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara.. Batas utara kabupaten Simalungun adalah Kabupaten Deli, dan Kabupaten Serdang Bedagai. Batas selatan dengan Kabupaten Toba Samosir, batas barat dengan Kabupaten Karo, batas timur dengan Kabupaten Asahan.

(8)

Pada tahun 1999 penduduk Kabupaten Simalungun masih berkelompok pada usia 5-14 tahun yaitu sebesar 29,20%, menyusul kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 20,17%, kemudian kelompok usia 25-34 tahun yaitu sebesar 14,26%, sedangkan yang terendah adalah kelompok usia 65 tahun ke atas yaitu sebesar 4,41%, jumlah terbesar berdasarkan tingkat umur berada pada usia-usia produktif. Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah mulai dari tahun 1987- 2000, setiap tahunnya penduduk yang menempati Kabupaten Simalungun semakin bertambah. Banyak etnik datang ke Kabupaten Simalungun untuk mencari pekerjaan seperti buruh kebun. Banyak dari kelompok buruh ini yang tinggal menetap di Kabupaten Simalungun atau sekitarnya. Beberapa etnik dan sub-etnik yang ada di Kabupaten Simalungun seperti sub-etnik Batak Toba, Simalungun, Karo, dan terdapat juga beberapa etnik lain seperti Jawa, dan Cina. Kelompok etnik inilah yang akan menjadi dasar-dasar dari pembentukan sistem sosial dan budaya di Kabupaten Simalungun, sebab mereka datang dengan budaya yang lengkap yang mereka miliki.

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu wilayah dengan sektor perekonomian di Sumatera Utara khusus untuk perkebunan dan pertanian yang dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Swasembada pangan Simalungun teruji puluhan tahun dan masih akan terus berlangsung. Perkembangan pembangunan di daerah Kabupaten Simalungun perlu diimbangi dengan pengaturan tata ruang wilayah khususnya bagi pusat pemerintahan/Ibukota Daerah Kabupaten Simalungun. Disamping itu dalam wilayah daerah Kabupaten Simalungun perlu diciptakan pusat-pusat pertumbuhan, pembangunan dan kemasyarakatan di daerah Kabupaten Simalungun.

Selain alasa-alasan yang mendorong pemilihan Kabupaten Simalungun diatas, juga dikarenakan Kecamatan Raya di wilayah daerah Kabupaten Simalungun dipandang memenuhi syarat untuk menjadi ibukota Kabupaten Simalungun yang baru. Dengan ditetapkannya Kecamatan Raya menjadi lokasi Ibukota yang baru pada saat itu, diharapkan secara bertahap mendorong terwujudnya keseimbangan pembangunan antar wilayah di Daerah Kabupaten Simalungun. Kecamatan Raya selaku lokasi pemindahan mengalami peningkatan PDRB setelah adanya pemindahan ibukota Kabupaten, sehingga menjadi daya tarik menjadi lokasi studi pemindahan lokasi ibukota kabupaten.

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Simalungun tahun 2005-2008 (dalam ribuan rupiah)

Tahun PDRB Peningkatan (%)

2005 7.574,08

(9)

2007 9.036,06 11,06%

2008 9.869,30 9,22%

Sumber : PDRB Kabupaten Simalungun, 2009 III. FAKTOR-FAKTOR LOKASI

Dalam penentuan lokasi ibukota kabupaten yang baru tidak begitu saja dipilih. Tetapi melalui serangkaian perhitungan dan pertimbangan. Terdapat indikator-indikator yang haru dipenuhi yang menjadi standar kelayakan suatu wilayah untuk meggantikan lokasi ibukota kabupaten. Kajian pada aspek pelayanan pemerintahan mengacu kepada teori pusat pelayanan (central place theory) menggunakan indikator:

1. Keterjangkauan pelayanan (affordability)

Artinya indikator atau faktor yang mempengaruhi sebuah wilayah bisa menjadi pusat pemerintahan adalah kemampuan wilayah itu untuk menjangkau titik terluar wilayah administrasinya dengan pelayanan. Setiap bagian dari wilayah tersebut harus merasakan dampak dari kebijakan yang diberikan dalam hal apapun. Keterjangkauan tidak hanya terkait dengan jarak yang mampu terlayani tetapi juga pelayananan/barang/jasa tersebut terjangkau untuk kemampuan ekonomi masyarakat.

2. Kecukupan pelayanan (recoverability)

Pusat yang tersebar melalui permodelan wilayah heksagonal akan membuat masyarakat semakin dekat dengan pusat pelayanan. Akan tetapi pusat-pusat yang tersebar tersebut dapat menutup kebutuhan masyarakat. Menutup dalam arti secara wilayah dan menutup permintaan barang atau jasa dari masyarakat.

3. Kesesuaian pelayanan (replicability)

Pusat-pusat yang tersebar tidak akan sama karakteristiknya. Pusat terbesar akan mengakomodasi masyarakat dalam jangkauan yang lebih luas, sehingga jenis pelayanan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat secara umum. Sementara pusat-pusat yang lebih kecil akan mengakomodasi sesuai kebutuhan masyarakat lebih spesifik.

Menurut Hamid (2008), ada beberapa faktor dan indikator untuk menentukan lokasi atau wilayah calon ibukota kabupaten, yaitu meliput :

(10)

pengendalian dan pertumbuhan pembangunan. Pemindahan ibukota kabupaten tidak hanya memindahkan bangunan pemerintahan maupun legislatif, tetapi dalam rangka memenuhi tujuan pemindahan ibukota kabupaten yaitu pemerataan pelayanan, maka dibutuhkan juga pengalokasian lahan untuk kepentingan tersebut. Pengalokasian lahan yang luas untuk kepentingan ekonomi dan sosial, seperti penyediaan gedung-gedung perkantoran, pusat-pusat perdagangan, dan pusat-pusat rekreasi. 2. Faktor Endowment daerah adalah ketersediaan SDM yang memadai dan

SDA yang potensial serta tingkat pengetahuan masyarakat yang cukup sebagai calon warga ibukota kabupaten, sedangkan yang dimaksudkan dengan SDA yang potensial adalah ketersediaan sumber air, tanah dan lain sebagainya. Ketersediaan SDM dikategorikan menjadi salah satu penentu lokasi ibukota kabupaten karena sebagai masyarakat dari central place harus memiliki kesiapan, seperti akan meningkatnya persainga ekonomi, peningkatan pembangunan, migrasi, dll. Masyrakat harus memiliki pengetahuan terkait dampak tersebut guna dimanfaatkan dengan bijak dalam kehidupan ekonomi dan sosialnya, Sementara potensi SDA mejadi indikator karena, jika pemindahan lokasi ibukota kabupaten berada di tempat yang kurang memadai dalam SDA, pendanaan akan tersedot habis hanya untuk menghidupi kelayakan ibukota kabupaten tersebut.

3. Faktor Budaya yaitu meliputi sifat dan perilaku masyarakat, adat istiadat yang memberikan dukungan terhadap penetapan ibukota kabupaten. Dukungan terhadap pemindahan lokasi ibukota kabupaten diperlukan karena masyarakat lah yang menjadi target untama merasakan pelayanan yang diberikan. Masyarakat harus merasakan dampak yang lebih baik dengan pemindahan tersebut. Sehingga indikator budaya menjadi penentu pemidahan lokasi ibukota kabupaten.

Disamping faktor-faktor tersebut ikut menentukan kelayakan lokasi ibukota kabupaten yaitu akses kemudahan pelayanan serta ketersediaan infrastruktur dasar seperti jalan raya yang ada sehingga dapat meringankan beban pembiayaan infrastruktur. Terdapat faktor-faktor laing yang ikut menentukan lokasi pemerintahan, yaitu :

1. Faktor Aksesibilitas

(11)

semua daerah menuju lokasi tersebut. Diakses tidak hanya untuk pusat-pusat pelayanan, tetapi juga seperti perkantoran, perdagangan, dan tempat-tempat sosial harus dihubungkan dengan jaringan jalan yang memadai.

2. Faktor Kesesuaian Lahan

Tidak berada pada daerah rawan bencana seperti erosi, tanah longsor, gempa bumi dan lainnya. Karena jika ibukota kabupaten adalah wilayah yang rawan akan bencana akan melumpuhkan aktivitas di dalamnya. Aktivitas yang ada dalam suatu ibukota kaupaten tidak hanya kegiatan pemerintahan tapi kegiatan ekononi dan sosial yang menyokong seluruh wilayah kabupaten. Jika ibukota kabupaten lumpuh, maka kegiatan perekonomian dan sosial yang ada di pusat-pusat kecil juga akan lumpuh. Karena sifat dari pusat-pusat kecil yang tersebar sangat bergantung pada kondisi di ibukota kabupaten. 3. Faktor Sosial

Lokasi pusat pemerintahan harus dekat dengan penduduk. Sehingga sebagian besar pusat pemerintahan di Indonesia berada di tengah untuk menjangkau seluruh penduduk. Lokasi pusat pemerintahan harus berjarak seimbang untuk masing-masing daerah, untuk menghindari ketimpangan pembangunan. Selain itu lokasi pusat pemerintahan dianjurkan untuk berada di tengah agar memiliki akses langsung menuju setiap daerah di kabupaten tersebut.

4. Faktor Anggaran Penyediaan Lokasi

(12)

BAB III

I. IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI

Teori Christaller mengatakan bahwa suatu pusat akan memberikan pelayanan kepada daerah perifer melalui model wilayah yang berbentuk heksagonal. Heksagon yang paling besar adalah pusat yang paling besar, sementara heksagon terkecil adalah pusat pelayanan terkecil, halini berlaku dalam permodelan hierarki. Keterlibatan teori Christaller dalam penentuan lokasi pemindahan ibukota Kabupaten Simalungun adalah, model wilayah heksagon akan membagi wilyah kabupaten dengan pusat-pusat yang lebih kecil. Hal ini sejalan dengan tujuan awal yaitu pemerataan pelayanan dan bukanlah pemusatan kegiatan. Dengan model wilayah heksagon ini semua wilayah di Kabupaten Simalungun akan terlayani.

(13)

menjadi lokasi yang optimal dalam penyediaan pelayanan. Karena setiap daerah akan dipengaruhi oleh kondisi dan kebijakan dari pusat pelayanan.

Dalam teori Christaller memiliki beberapa asumsi, seperti jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu. Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 Kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Raya sedangkan terkecil adalah Kecamatan Haranggaol Horison, dengan rata rata jarak tempuh ke ibukota kabupaten 51,42 km dimana jarak terjauh adalah Kecamatan Silou Kahean 127 km dan Ujung Padang 113 km. Karena diasumsikan masyarakat lah yang akan menanggung biaya transportasi, maka penempatan lokasi ibukota kabupaten diletakkan di Kecamatan Raya yang berada di tengah untuk menimalisir biaya yang dikeluarkan untuk munuju ibukota..

Asumsi teori Christaller bahwa masyarakat akan menggunakan pusat pelayanan terdekat dapat dijelaskan. Dengan adalah daerah-daerah perifer maka muncullah pusat-pusat kegiatan lain yang lebih kecil. Pusat pelayanan ini difungsikan agar lebih dekat dengan masyarakat. Sehingga masyarakat akan lebih memilih menggunakan fasilitas yang lebih dekat untuk alasan kemudahan dan ekonomis. Asumsi yang terakhir adalah penduduk dari lokasi harus tersebar merata. Penduduk di kabupaten Simalungun berdasarkan Kabupaten Simalungun Dalam Angka sudah tersebar dengan merata. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas kepadatan penduduk masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun tidak memiliki selisih yang drastis, hanya 5 dari 31 kecamatan memiliki angka kepadatan penduduk sangat jauh jika dibandingkan kecamatan yang lain.

Faktor-faktor lokasi yang mempengaruhi penentuan lokasi telah dipertimbangkan dalam pemilihan Kecamatan Raya sebagai ibukota Kabupaten. Ketersediaan lahan untuk pembangunan pusat-pusat ekonomi, perdagangan, perkantoran, dan hiburan dapat disediakan di Kecamatan Raya. Karena Kecamatan Raya merupakan kecamatan dengan wilayah terbesar dan kepadatan penduduknya dibawah kebanyakan kepadatan penduduk kecamatan lain. Sehingga pengalokasian lahan dapat dilakukan di Kecamatan Raya karena dengan luas wilyah terbesar dan kepadatan penduduk yang cenderung pada peringat bawah, penggunaan lahan di kecamatan ini juga tidak terlalu besar. Faktor SDM sebagai penentu kesiapan masyarakat terhadap pemindahan ibukota kabupaten Simalungun ke Kecamatan raya sangat positif, walaupun dengan berbagai alasan yang berbeda masyarakat Kecamatan Raya siap menjadi bagian dari ibukota kabupaten. Dari segi infrastruktur Kecamatan Raya telah terdistribusi air bersih dan listrik, dan aman dari wilayah rawan bencana.

(14)

yang adil dalam rangka mengakses pelayanan di ibukota kabupaten. Selain itu Kecamatan Raya masih kental dengan budaya/adat istiadat Simalungun, ibukota kabupaten dianggap wakil untuk merepresentasikan keadaan di kabupaten tersebut . Sehingga Kecamatan Raya yang masih mencerminkan budaya/adat simalungun dapat dipilih sebagai pusat pemerintahan kabupaten Simalungun.

II. LESSON LEARNED

Pemindahan lokasi ibukota Kabupaten Simalungun dianggap sangat penting karena keadaan seperti pertambahan penduduk, dan peningkatan perekonomian. Selain itu pembangunan tidak dapat merata karena posisi ibukota yang masih berada di Kota Pematang Siantar. Maka dari itu pemindahan ibukota kabupaten memiliki tujuan utama yaitu pemerataan pelayanan. Pemindahan ibukota bukan hanya tentang pemindahan bangunan, tetapi pemindahan pusat pelayanan yang semula berada di kota menjadi berada di kabupaten itu sendiri. Pemindahan pusat pelayanan dapat dijabarkan seperti pusat perekonomian, perkantoran, hiburan, dsb.

Dalam menentukan lokasi ibukota kabupaten yang baru dibutuhkan perhitungan dari beberapa aspek. Dalam analisis pemindahan ibukota Kabupaten Simalungun dari Kota Pematang Siantar ke Kecamatan Raya menerapkan konsep teori Christaller. Teori Christaller menyatakan bahwa suatu lokasi dapat dilayani dengan berbagai kebutuhan yang terletak pada suatu tempat yang disebutnya sebagai tempat sentral. Tempat sentral tersebut memiliki tingkatan-tingkatan tertentu sesuai kemampuannya melayani kebutuhan wilayah tersebut. Bentuk pelayanan tersebut digambarkan dalam kebijakan, kesejahteraan, dll. Dan juga dengan terdapatnya pusat-pusat yang lebih kecil yang tersebar mendukung tujuan utama dari pemindahan ini yaitu pemerataan pelayanan. Pusat-pusat kecil tersebut akan melayani masyarakat lebih dekat sehingga tidak perlu mengakses ke ibukota kabupaten. Pusat kegiatan yang berada di ibukota kabupaten bukan pusat satu-satunya tetapi pusat yang terbesar, dimana seluruh kecamatan/bagian dari Kabupaten Simalungun akan merasakan dampak dari aktivitasnya.

(15)

kemampuan anggaran dana, kondisi sosial-budaya. Pemindahan ibukota kabupaten memang mutlak harus dilaksanakan untuk mendukung peraturan otonomi daerah dan prinsip pelayanan publik. Tetapi dalam pemilihan lokasi tempat pemindahan harus didasarkan pada keuntungan masyarakat. Sehingga, pemindahan lokasi ibukota Kabupaten Simalungun menuju Kecamatan raya dianggap sudah cocok dari segi benefit untuk masyarakat ataupun pemerintah.

Teori Christaller menjelaskan mengenai munculnya pusat-pusat baru dengan permodelan wilayah Heksagon, hal ini dapat dibuktikan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 10 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun tahun 2011-2031 telah dinyatakan bahwa pengembangan kawasan-kawasan strategis dalam rangka pemerataan pembangunan, antara lain :

a. Mengembangkan pusat agropolitan guna mendukung daerah dataran tinggi yang

d. Megembangkan ibukota Kabupaten di Pematang Raya sebagai pusat pemerintahan. e. Mengembangkan kawasan strategis Kabupaten di Kecamatan Bandar Masilam,

Pematang Bandar dan Bandar Haluan sebagai pusat pengembangan komoditas pertanian (padi sawah/palawija, kelapa sawit/kakao/karet, ternak sapi/kambing/perikanan darat).

f. Mendukung kota-kota yang ditetapkan sebagai PKWp dan PKLp. Sementara Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PKL adalah :

(16)

e. kota Sarimatondang, kecamatan Sidamanik.

Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PPL a. Pamatang Silimahuta

b. Purba

c. Haranggaol Horison d. Dolok Pardamean e. Pematang Sidamanik f. Hatonduhan

g. Jorlang Hataran h. Panombeian Panei i. Dolok Silau

j. Silau Kahean k. Raya Kahean l. Gunung Malela m. Gunung Maligas n. Huta Bayu Raja

o. Jawa Maraja Bah Jambi p. Bandar Huluan

(17)

Terlihat bahwa terdapat pembentukan pusat-pusat dalam perkembangan Kabupaten Simalungun dalam 16 tahun kedepan. Dapat disimpulkan bahwa teor Christaller relevan terhadap penentuan lokasi pemindahan ibukota Kabupaten Simalungun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Simalungun dalam Angka 1999 (Simalungun: LATAR BELAKANG BERDIRINYA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA LIHOU)

Anonim, Simalungun dalam Angka 2012 (Simalungun : BPS Kabupaten Simalungun 2012) Islam, Fata Fikrul, Relokasi Pusat Ibukota Kabupaten dari Kota menuju Kecamatan (Malang:

Universitas Brawijaya, Jurusan Ilmu Administrasi Publik, 2010)

(18)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN NOMOR 10 TAHUN 2012

Gambar

Gambar  diatas  tidak  merepresentasikan  kondisi  sebenarnya  di  Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa pelaksaanaan strategi peningkatan kesejahteraan bagi lanjut usia di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau adalah “cukup baik”, hai ini dapat dilihat

Jeffrey (1953, hlm. 6) menjelaskan bahwa sebelum anda melatih siswa atau atlet, anda terlebih dahulu harus mengetahui umur, tingkat kemampuan, tingkat emosi, tingkat

Sumeri mõistete me ja ĝĝĝĝĝ iš- hh hh h ur vastetena peaks käsitlema akkadikeelsete al- likate mõistet par sssss u(m) , mis tähendab kultuslikku korda, ametit, institut-

Media sosial juga dapat digunakan untuk mendukung berbagi pengetahuan khususnya pengetahuan tacit yang dimiliki oleh praktisi sehingga pustakawan maupun pemustaka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengungkapan etika bisnis (business ethics disclosure) di dalam laporan tahunan perusahaan- perusahaan di Indonesia,

Penentuan merkuri dalam krim pemutih dengan menggunakan reaktor-separator terintegrasi telah dilakukan.. Metode ini berbasis pada teknik analisis injeksi alir dan

Quraish Shihab menjelaskan karakter kaum munafik dengan melandaskan penjelasan pada ayat-ayat sebelumnya. Dalam ayat di atas, kata terangnya api dilukiskan dengan kata

Untuk mengatasinya hal tersebut diberikan suatu solusi untuk mendukung pembelajaran bahasa Inggris dengan merancang materi pembelajaran meliputi berbagai