• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

Oleh

DYNDA MEUTIA TYFFANI

(2)

Dynda Meutia Tyffani

(3)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

Oleh

DYNDA MEUTIA TYFFANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

(Skripsi)

Oleh

DYNDA MEUTIA TYFFANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

xviii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahap-Tahap Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 10

2. Ranah Hasil Belajar Menggunakan Pendekatan Saintifik.... ... 16

3. Taksonomi Bloom Revisi ... 18

4. Alur Penelitian ... 39

5. Rata-Rata Nilai Pretes dan Rata-Rata Nilai Postes Kemampuan Membedakan di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 46

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran ... 8

B. Pendekatan Saintifik ... 9

C. Taksonomi Bloom... 18

D. Analisis Konsep Garam Menghidrolisis ... 23

E. Kerangka Pemikiran ... .. 31

F. Anggapan Dasar ... 33

(7)

xv

III. METODOLOGI PENELITIAN... 34

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

B. Jenis dan Sumber Data ... 35

C. Metode dan Desain Penelitian ... 35

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Instrumen Penelitian... 36

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 37

G. Hipotesis kerja... 40

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 40

IV. HASIL PENELITIAN, TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 46

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 46

B. Pembahasan... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN... 64

A. Simpulan ... 64

B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN 1. Analisis Standar Kompetensi, KI dan KD ... 69

2. Silabus... 74

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 89

(8)

xvi

5. Lembar Kerja Siswa 2 ... 115

6. Lembar Kerja Siswa 3 ... 122

7. Kisi-Kisi Soal Pretes ... 133

8. Rubrikasi Pretes ... 134

9. Soal Pretes ... 138

10. Kisi-Kisi Soal Postes... 139

11. Rubrikasi Postes ... 140

12. Soal Postes ... 142

13. Perhitungan Nilai Pretes, Postes, dann-Gain... 143

14. Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretes) ... 145

15. Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretes) ... 147

16. Uji Homogenitas (Pretes) ... 149

17. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ... 150

18. Uji Normalitas Kelas Kontrol(n-Gain)... 152

19. Uji Normalitas Kelas Eksperimen(n-Gain)... 154

20. Uji Homogenitas(n-Gain)... 156

(9)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis Konsep Materi Hidrolisis Garam ... 24

2. Desain Penelitian ... 35

3. Data Normalitas Nilai Pretes Kemampuan Membedakan ... 48

4. Data Homogenitas Nilai Pretes Kemampuan Membedakan ... 48

5. Data Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Terhadap Nilai Pretes Kemampuan Membedakan ... 49

6. Data Normalitasn-GainKemampuan Membedakan ... 51

7. Data Homogenitasn-GainKemampuan Membedakan ... 52

(10)
(11)
(12)
(13)

MOTO

Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah mencoba hal baru

People who never make mistakes are those who never try new things (Albert Einsten)

Semakin mereka mencaci, semakin mereka memberi kekuatan padamu, tutup telingamu, pejamkan matamu, ikuti kata hatimu dan melangkah lebih maju

(14)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, maka dengan ini saya

persembahkan karya kecil Kepada :

1. Keluarga saya tercinta, yang senantiasa berusaha untuk memberikan segala

yang terbaik dalam hidup saya, terimakasih atas Doa serta dukungannya.

2. Almamaterku tercinta.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Juli 1995 sebagai putri

ter-akhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Bpk. Drs. Purnomo, S.H. dan Ibu Siti

Aisyah, S.Kep..

Pendidikan diawali pada tahun 2000 di TK Satria, SD Negeri 1 Sukarame tahun

2001 dan diselesaikan pada tahun 2007, SMP Negeri 2 Bandar Lampung

di-selesaikan pada tahun 2009, dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung didi-selesaikan

pada tahun 2011.

Terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Pen-didikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas Lampung

pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN tertulis, mengantarkan penulis aktif

sebagai staf Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) pada

2012-2013. Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) Kependidikan juga diikuti oleh penulis di SMP Negeri 2

(16)

SANWACANA

Puji syukur hanyalah untuk-Mu Allah, Rabb semesta alam, yang senantiasa

men-cucurkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

“Efektivitas Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Kemampuan

Membeda-kan pada Materi Hidrolisis Garam”sebagai salah satu syarat untuk mencapai

gelar sarjana pendidikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk

Nabi besar, Muhammad SAW, seorang manusia biasa namun luar biasa karena

kebiasaannya.

Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung dan Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku

Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

2. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia,

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si selaku pembimbing I, atas kesediaannya

memberi bimbingan, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyusunan

skripsi;

4. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing II, atas kesediaannya

memberi bimbingan, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyusunan

(17)

5. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M. Si, selaku Pembahas atas segala bimbingan,

saran dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini;

6. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.Si, selaku pembimbing akademik, atas

kesedia-annya memberi bimbingan dan motivasi di sela-sela kesibukan, meminjami

segala fasilitas, dan selalu sudi menjadi tempat mencurahkan segala keluh

kesah;

7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen lain yang telah

memberikan ilmunya selama lebih dari tiga tahun ini dan segenap civitas

akademik Jurusan Pendidikan MIPA;

8. Ibu Dra. Hj. Rospardewi, M.M.Pd, selaku kepala sekolah dan Ibu Endah

Winarni, S.Pd, sebagai Guru Mitra SMAN 3 Bandar Lampung, atas izin dan

waktu yang diberikan untuk melaksanakan penelitian;

9. Ibu dan bapak sayayang senantiasa memberikan do’a, restu, dan dukungan

untuk kelancaran studi ini; dan kedua kakak saya Eva Elisa dan Puspa Indah

Pratiwi serta adik saya Raihan Tanjung Purnomo atas semangat, do’a dan

dukungan;

10. Ketiga rekan penelitian saya Deanita Nastiti, Pradiska Nawang Anggara dan

Abil Malik yang senantiasa memberikan semangat, do’a dan kerjasama.

Sahabatku PKB, Bundo Siska, Jupe, Aulia, Kudik, Ticha, Teh Pilah, Ruru,

Ria, Nur, Pipit, Mbak Sevi, Dang, dan Eko, serta genk KKN yang saya

sayangi Karyanti, Ayu dan Veni, terima kasih atas senyum, ceria, dukungan

dan kepercayaan yang selalu kalian beri;

Setiap karya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Segala kelebihan dan

manfaat yang bisa diambil merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan segenap

(18)

pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh sebab itu saran dan kritik yang

mem-bangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bandarlampung, Juli 2015 Penulis,

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan

kemaju-an suatu Negara dalam berbagai sektor. Kualitas pendidikkemaju-an di Indonesia saat ini

sudah mulai berkembang. Hal ini dibuktikan dengan adanya data UNESCO

(2012) mengenai peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia mulai meningkat. Dari 127 negara di dunia, Indonesia menempati posisi ke-64. Untuk

mempercepat peningkatan mutu pendidikan di Indonesia ada tiga hal penting yang

harus menjadi perhatian yaitu: sumber daya manusia (SDM), fasilitas, dan

kuriku-lum.

Telah banyak dilakukan usaha-usaha dalam rangka meningkatkan kualitas

pendi-dikan. Salah satunya dalam kependidikan MIPA, telah banyak dilakukan

pemba-haruan, perbaikan maupun pemantapan. Ilmu kimia adalah bagian dari

pendidi-kan IPA. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahpendidi-kan, yaitu

kimia sebagai produk, kimia sebagai proses dan kimia sebagai sikap. Kimia

se-bagai produk merupakan pengetahuan kimia yang berupa fakta-fakta, konsep

konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori. Kimia sebagai proses

ber-kaitan dengan cara kerja ilmiah, sehingga kimia bukan hanya penguasaan

(20)

2

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Ketiga hal tersebut merupakan

satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan antara kimia sebagai produk, proses

dan sikap. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia

harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan sikap

(Tim Penyusun, 2014).

Salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia yaitu dengan mengembangkan kurikulum, yaitu dari

kuri-kulum tingkat satuan berbasis kompetensi (KTSP) menuju kurikuri-kulum 2013.

Dalam kurikulum 2013 terdapat beberapa komponen dalam kompetensi inti, yaitu:

(1) kompetensi inti sikap spiritual, (2) kompetensi inti sikap sosial, (3) kompetensi

inti pengetahuan dan (4) kompetensi inti keterampilan.

Pada kurikulum 2013 menggunakan konsep saintifikapproach(pendekatan sainti-fik) dimana siswa mampu menemukan sebuah jawaban yang tidak berdasarkan

angan-angan akan tetapi melalui proses ilmiah yang struktural. Model

pembel-ajaran pendekatan saintifik memiliki beberapa tahapan yaitu: (1) mengamati ( ob-serving), (2) menanya (questioning), (3) mencoba (experimenting), (4) menalar

(associating), dan (5) mem-bentuk jejaring (networking). Tahap pertama yaitu mengamati(observing), siswa diberikan fenomena atau fakta yang bersangkutan

dengan materi yang diajarkan. Setelah mengamati fenomena, siswa akan

mene-mukan hal-hal yang tidak mereka pahami sehingga dalam diri siswa muncul

ber-bagai pertanyaan. Tahap kedua ialah menanya (questioning), pada tahap ini siswa

diminta menuliskan hal-hal yang tidak mereka pahami dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan. Tahap ketiga yaitu mencoba (experimenting), pada tahap ini siswa

(21)

3

mereka rancang sendiri. Setelah itu, siswa melakukan percobaan dan mencatat

hasil percobaan dengan cara mereka masing-masing. Tahap keempat yaitu

mena-lar (associating) dalam hal ini siswa diharapkan dapat menganalisis data

percoba-an. Pada tahap ini, siswa diberikan pertanyaan dalam bentuk soal yang harus

di-diskusikan bersama kelompoknya. Siswa menganalisis data dan informasi yang

diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya untuk menemukan keterkaitan satu

informasi dengan informasi lainnya sehingga dapat menemukan suatu kesimpulan.

Tahap terakhir adalah membentuk jejaring (networking). Membentuk jejaring

dapat berupa mengkomunikasikan hasil diskusi yang telah dilakukan bersama

anggota kelompoknya yaitu presentasi hasil diskusi di depan kelas.

Tahapan pada pendekatan saintifik dapat melatihkan kemampuan berpikir siswa.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk

kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan

lain-nya. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan kemampuan

atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah

menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran.

Hal ini merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka

me-mecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai

kemung-kinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua kemampuan tersebut

secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Pendapat senada dikemukakan

Anggelo (1995), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir

yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal

perma-salahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Dari dua

penda-pat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang

(22)

4

kepada sebuah kesimpulan atau penilaian. Menurut Bloom, dalam ranah

kognitif-nya kemampuan intelektual dibagi pada tingkatan-tingkatan, yaitu C1 sampai

dengan C6: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, evaluasi, dan

membuat. Salah satu proses kognitif dalam menganalisis adalah kemampuan

membedakan yaitu membedakan bagian yang memiliki hubungan dengan bagian

yang tidak memiliki hubungan atau memisahkan bagian yang penting dengan

ba-gian yang tidak penting dari materi yang telah disajikan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung,

diketahui bahwa pembelajaran kimia telah menggunakan pendekatan saintifik

namun belum maksimal. Masih terdapat beberapa materi kimia yang

mengguna-kan metode ceramah. Hal ini disebabmengguna-kan oleh kurangnya pengetahuan guru

ten-tang pendekatan saintifik. Sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung,

guru memberikan informasi melalui metode ceramah dan siswa hanya diminta

untuk mendengarkan dan memperhatikan. Siswa tidak dituntut untuk berusaha

berpikir apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kurang terlatih khususnya

pada kemampuan membedakan siswa, hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa

yang pasif saat pembelajaran berlangsung, dan juga nilai hasil tes yang masih

relatif rendah. sehingga tidak sesuai dengan amanat dari kurikulum 2013 dan

ka-rakter ilmu kimia.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Marhan dkk (2014) terhadap siswa kelas X

SMA Negeri 9 Malang tahun 2013/2014 yang menunjukkan bahwa penerapan

pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal

(23)

5

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar

dan sikap ilmiah siswa kelas X SMA Negeri 4 Magelang sebelum dan sesudah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dimana

pende-katan ilmiah lebih baik daripada pendepende-katan konvensional dan pendepende-katan ilmiah

juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa.

Salah satu materi kimia yang sebagian konsepnya bersifat abstrak adalah materi

hidrolisis garam. Materi ini dipenuhi dengan rumus-rumus dan reaksi-reaksi

kimia sehingga memerlukan pemahaman dalam segala aspek representasi

khusus-nya aspek mikroskopik dan simbolik agar lebih mudah dipahami dan dimengerti.

Melalui materi ini, siswa diajak untuk mengamati fenomena hidrolisis garam. Pada

proses mengamati ini banyak pertanyaan yang muncul pada di benak siswa, seperti

mengapa garam ada yang bersifat asam dan basa. Kemudian siswa diminta untuk

me-nentukan variabel kontrol, terikat dan bebas untuk percobaan identifikasi senyawa

garam. Lalu siswa juga harus menentukan alat dan bahan yang akan digunakan

dalam percobaan serta merancang prosedur percobaan tersebut. Dari tahap tersebut

diharapkan kemampuan berpikir kritis khususnya kemampuan membedakan siswa

dapat terlatih. Setelah melakukan percobaan siswa diharapkan dapat membedakan

senyawa garam berdasarkan sifatnya. Lalu siswa juga dituntut untuk bisa

membeda-kan antara hidrolisis sebagian (parsial), hidrolisis total dan yang tidak mengalami

hidrolisis melalui gambarmikroskopis hidrolisis garam yang disajikan. Hal ini pula

yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis khususnya kemampuan membedakan.

Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya meningkatkan kemampuan membedaan

khususnya pada materi pokok hidrolisis garam menggunakan pendekatan saintifik

maka dilakukan penelitian ini dengan judul : “Efektivitas Pendekatan Saintifik

(24)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas pendekatan saintifik pada materi

hidrolisis garam dalam meningkatkan kemampuan membedakan pada siswa kelas

XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah

mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam

dalam meningkatkan kemampuan membedakan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Siswa

Mempermudah siswa dalam mencapai kompetensi dasar pada pembelajaran

kimia, khususnya pada materi hidrolisis garam dan menambah referensi siswa

dalam belajar.

2. Guru

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dapat menjadi salah satu

pen-dekatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu

(25)

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

a. Materi pokok dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam yang merupakan

materi pembelajaran kimia kelas XI MIA semester II yang meliputi pengertian

senyawa garam, sifat senyawa garam, garam yang tidak mengalami hidrolisis,

hidrolisis garam sebagian (parsial) dan total, serta perumusan dan perhitungan

pH senyawa hidrolisis garam.

b. Pendekatan saintifik yang digunakan memiliki beberapa tahap: (1) mengamati

(observing), (2) menanya (questioning), (3) mencoba (experimenting), (4)

menalar (associating), dan (5) membentuk jejaring (networking).

c. Pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa

me-nunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan

pema-haman setelah pembelajaran yang ditunjukkan dengan gain yang signifikan

antara kelas kontrol dan eksperimen (Nuraeni, 2010).

d. Menurut taksonomi Bloom, kemampuan membedakan merupakan kegiatan

berpikir membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur

berdasar-kan relevansi, fungsi dan penting tidaknya. Membedaberdasar-kan menuntut adanya

ke-mampuan untuk menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari bahasa Inggris, effective yang berarti berhasil, tepat, atau manjur. Efektivitas menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian suatu tujuan.

Dalam kamus bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti

memiliki efek, pengaruh, atau akibat. Dari definisi mengenai efektivitas, maka

efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian suatu tujuan tertentu, tujuan dari

pembelajaran sendiri adalah ketercapaian kompetensi (Wibowo, 2010).

Menurut Soemosasmito dalam Trianto (2010), suatu pembelajaran dikatakan

efek-tif apabila memenuhi persyaratan utama keefekefek-tifan pengajaran, yaitu: (1)

presen-tasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap kegiatan belajar

meng-ajar, (2) rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa, (3)

tetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi

ke-berhasilan belajar) diutamakan, dan (4) mengembangkan suasana belajar yang

akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mengandung butir (2)

tanpa mengabaikan butir (4). Sedangkan menurut Suryosubroto (2009),

peng-ajaran merupakan hasil proses belajar mengajar, efektivitasnya tergantung dari

terlaksana tidaknya perencanaan. Karena perencanaan maka pelaksanaan

(27)

9

Menurut Hamalik (2002), pembelajaran dikatakan efektif jika memberikan

ke-sempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk

bel-ajar. Dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas

seluas-luasnya diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik. Hal ini

sependapat dengan Sutikno (2005), yang mengemukakan sebagai berikut.

Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah., menyenangkan, dan dapat men-capai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Nieveen (1999) dalam Sunyono (2013) menjelaskan bahwa keefektifan

model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran dikatakan efektif bila pelajar dilibatkan secara aktif dalam

mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasi-informasi yang

diberi-kan, dan tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari guru/dosen.

Indikator keefektifan meliputi:

1) Pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar pembelajar 2) Pencapaian aktivitas pembelajar dan guru/dosen

3) Pencapaian kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran 4) Pembelajar memberi respon positif dan minat yang tinggi terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa

efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut

sudah ditentukan terlebih dahulu.

B. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya

mengadopsi dari metode saintifik. Upaya penerapan pendekatan saintifik dalam

(28)

10

yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena sesungguhnya

pembe-lajaran itu sendiri adalah sebuah proses saintifik (keilmuan). Banyak para ahli

yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik, selain dapat menjadikan siswa

lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat

mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta

dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa

di-belajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran saintifik, bukan diajak

untuk beropini dalam melihat suatu fenomena (Sudrajat, 2013).

Tim Penyusun (2013a) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah

dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati (observing),

menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan membentuk jejaring (networking).

Gambar 1. Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

1. Mengamati (Observing)

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa

dengan menggunakan inderanya. Metode mengamati mengutamakan

kebermak-naan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki

keunggul-an tertentu, seperti menyajikkeunggul-an objek secara nyata sehingga siswa senkeunggul-ang dkeunggul-an

(29)

11

antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh

guru (Tim Penyusun, 2013a).

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi siswa untuk

melaku-kan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.

Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk

memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu

benda atau objek. (Tim Penyusun, 2013b).

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh

langkah-langkah seperti berikut:

a. Menentukan objek yang akan diobservasi.

b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

c. Menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.

e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Selama proses pembelajaran, siswa dapat melakukan observasi dengan dua cara

pelibatan diri. Kedua cara pelibatan yang dimaksud yaitu observasi berstruktur

dan observasi tidak berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses

pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi

oleh siswa telah direncanakan secara sistematis di bawah bimbingan guru. Pada

observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, subjek, objek,

atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa ditentukan secara baku oleh

guru. Dalam kerangka ini, siswa membuat catatan, rekaman, atau mengingat

(30)

12

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi

pembelajaran disajikan berikut:

a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

b. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

c. Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi (Tim Penyusun, 2013a).

2. Menanya (Questioning)

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas siswa untuk

bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada

ke-giatan mengamati. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan

per-tanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hasil pengamatan objek yang

kon-kret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau

pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut dapat bersifat faktual sampai

kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana siswa dilatih

mengajukan pertanyaan oleh guru, siswa tersebut masih memerlukan bantuan

guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu

mengajukan pertanyaan secara mandiri.

Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Siswa yang

se-makin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahunya sese-makin dapat

dikem-bangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih

lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan

(31)

13

memiliki banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran. Fungsi bertanya adalah

se-bagai berikut:

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

b. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengem-bangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas subs-tansi pembelajaran yang diberikan.

e. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan per-tanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan mengguna-kan bahasa yang baik dan benar.

f. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengem-bangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pen-dapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan tole-ransi sosial dalam hidup berkelompok.

h. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam meres-pon persoalan yang tiba-tiba muncul.

i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain (Tim Penyusun, 2013a).

3. Mencoba (Experimenting)

Tindak lanjut dari menanya adalah mencoba. Dalam hal ini, siswa menggali dan

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu

siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau

objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan

terse-but terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya

yaitu menalar (Tim Penyusun, 2013c).

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba

atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.

Pada mata pelajaran IPA, peserta siswa memahami konsep-konsep IPA dan

(32)

14

proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu

menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan

berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Akti-vitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik

sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari

cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)

mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya;

(4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,

menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;

dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

4. Menalar (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah

yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru

dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis

dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah,

meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013

dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau

pem-belajaran asosiatif. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori

otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah

(33)

15

Dalam kegiatan ini, siswa melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan

keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari

keter-kaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang

di-temukan (Tim Penyusun 2013c).

5. Membentuk Jejaring (Networking)

Membentuk jejaring atau pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat

per-sonal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi

esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang

menempat-kan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara

baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam

rangka mencapai tujuan bersama. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan

seba-gai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas siswa terutama jika

mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.

Dalam situasi kolaboratif itu, siswa berinteraksi dengan empati, saling

menghor-mati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara

se-macam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin siswa menghadapi

ber-bagai perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Dalam kegiatan ini,

siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari

informasi, mengasosiasi, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di

kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa

ter-sebut.

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan

kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi

(34)

16

kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan

dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Berikut beberapa kriteria

dalam pendekatan ilmiah:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat di-jelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam me-lihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pem-belajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun me-narik sistem penyajiannya.

Proses pembelajaran pendekatan ilmiah menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,

penge-tahuan, dan keterampilan. Integrasi dari ketiga ranah tersebut seperti terlihat pada

gambar berikut ini:

1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu mengapa”.

2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”.

3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu apa”.

(35)

17

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk

menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan

dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada penelitian ini yang

akan dijadikan tolak ukur adalah kemampuan berpikir kreatif (Tim Penyusun, 2013a).

Sebuah proses pembelajaran yang digenjot oleh seorang guru di kelasnya akan

dapat disebut saintifik bila proses pembelajaran tersebut memenuhi

kriteria-kriteria berikut ini:

1) Substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif

guru-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-merta, pe-mikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir

hipo-tetik (membuat dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran. 5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,

me-nerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objek-tif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

Konsep Pendekatan Scientific dalam Kurikulum 2013. Pada penerapan

(imple-mentasi Kurikulum 2013) di lapangan, guru salah satunya harus menggunakan

pendekatan saintifik (saintifik), karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya

(36)

18

C. Taksonomi Bloom

Bloom (Filsaime, 2008) mendaftar enam tingkatan berpikir kritis dari tingkatan

berpikir kritis yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Daftar

ter-sebut mulai dalam pengetahuan dan bergerak atas menuju penguasaan, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi. Pendagogi berpikir kritis selalu mengacu pada teori

Bloom. Menurut Bloom, seseorang harus menguasai satu tingkatan berpikir

se-belum dia bisa menuju ke tingkatan atas berikutnya. Alasannya adalah kita tidak

bisa meminta seseorang untuk mengevaluasi jika dia tidak mengetahui, tidak

me-mahaminya, tidak bisa menginterprestasikannya, tidak bisa menerapkannya, dan

tidak bisa menganalisisnya.

Gambar 3. Taksonomi Bloom Revisi

1. Mengingat (remembering)

Mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh oleh ingatan jangka panjang.

Adapun proses dalam ranah kognitif ini adalah:

1.1. Mengenali (recognizing) atau mengindentifikasi yaitu menemukan pe-ngetahuan dari ingatan jangka panjang yang sesuai dengan materi yang disajikan

(37)

19

2. Memahami (understand)

Membangun pengertian atau makna dari pesan berupa perintah atau intruksi,

termasuk secara lisan, tertulis dan hubungan dengan kejadian yang

sebenar-nya atau dalam bentuk gambar. Adapun proses dalam ranah kognitif tingkat

ini meliputi:

2.1. Menafsirkan (interpreting) atau mengartikan/menggambarkan ulang yaitu mengubah dari suatu bentuk gambaran ke bentuk lain.

2.2. Memberi contoh (exampliying) yaitu menemukan contoh yang sesuai dan cocok atau mengilustrasikan suatu konsep

2.3. Mengklasifikasikan (classifying) yaitu menentukan konsep yang ada pada suatu materi atau kategori.

2.4. Meringkas (summarizing) yaitu meringkas suatu bagian yang umum atau poin-poin utama dari suatu tema

2.5. Menduga (inferring) atau mengambil kesimpulan yaitu menggambarkan kesimpulan secara nyata dari informasi yang disajikan.

2.6. Membandingkan (compairing) yaitu mendeteksi atau mencari kesesuai-an kesesuai-antara dua ide, objek dkesesuai-an hal-hal ykesesuai-ang serupa.

2.7. Menjelaskan (explaining) yaitu membangun hubungan sebab-akibat dari suatu sistem

3. Mengaplikasikan (apply)

3.1. Menjalankan (executing) yaitu menerapkan suatu cara yang telah dikenal untuk tugas yang telah biasa dijumpai.

3.2. Mengimplementasikan (implementing) yaitu menggunakan cara yang telah ada untuk menyelesaikan tugas yang belum dikenal sebelumnya.

4. Menganalisis (analyze)

4.1. Membedakan (differentiating) yaitu membedakan bagian yang memiliki hubungan dengan bagian yang tidak memiliki hubungan atau memisah-kan bagian yang penting dengan bagian yang tidak penting dari materi yang telah disajikan.

4.2. Mengorganisir (organizing) yaitu menentukan bagaimana suatu unsur atau fungsi sesuai dengan strukturnya.

4.3. Menemukan makna tersirat (attributing) yaitu menentukan pokok per-masalahan, bias, nilai atau maksud tersembunyi dari materi yang ada.

5. Evaluasi (evaluate)

5.1. Memeriksa (checking) yaitu menemukan ketidaksesuaian atau kesalahan antara proses dan hasil, menemukan bahwa proses dan hasil memiliki kesesuaian, mengawasi ketidakefektifan suatu cara dalam penerapan 5.2. Mengkritik (critiquing) yaitu menemukan ketidaksesuaian antara hasil

dan criteria dari luar, menemukan bahwa hasil sesuai atau tidak,

menemukan kesalahan dari suatu cara yang menyebabkan suatu masalah.

(38)

20

6.1. Merumuskan (generating) yaitu membuat hipotesis atau dugaan sementara sebagai alternative berdasarkan criteria yang ada.

6.2. Merencanakan (planning) atau mendesain yaitu merencanakan cara untuk menyelesaikan tugas

6.3. Memproduksi (producing) yaitu menemukan atau menghasilkan suatu produk

Dalam berbagai aspek dari setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap

meng-gambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi

se-hingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip di

antaranya adalah:

1) Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu

2) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu

3) Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai

4) Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus menginga, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi, serta memper-baharui.

Ditinjau dari tingkat kesulitan dan kerumitannya, keterampilan berpikir dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan

ber-pikir kompleks. Berber-pikir tingkat tinggi berbeda dengan berber-pikir biasa. Berber-pikir

biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir tingkat lebih

kompleks dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.

Perkem-bangan setiap kecerdasan dapat ditransformasikan ke dalam bentuk taksonomi

ke-mampuan kognitif. Disajikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan proses

ber-pikir di dalam ber-pikiran ke dalam domain kecerdasan yang berbeda pada tingkat

pe-mikiran yang berbeda berdasarkan versi sederhana taksonomi Bloom (Rustaman,

2011).

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan

(39)

21

tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan

per-masalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak

dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran

menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan

ter-hadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih

penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan

men-ciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk

mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu

informasi pendukung (Gunawan, 2012).

Menurut Ennis (dalam Maulana, 2008 : 4) berpikir kritis bertujuan untuk

men-capai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan

kita lakukan dengan alasan yang logis. Dengan berpikir kritis, seseorang dapat

mengambil keputusan untuk bertindak lebih tepat. Orang yang berpikir kritis

ada-lah individu yang berpikir, bertindak secara normatif, dan siap bernalar tentang

kualitas dari apa yang mereka lihat, dengar, atau yang mereka pikirkan. Dari

defi-nisi di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan

dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus

diperca-yai atau dilakukan, melalui tahapan – tahapan menganalisis, mensintesis,

me-ngenal masalah dan pemecahannya,menyimpulkan, dan menilai.

Menurut Costa dalam Liliasari (2007) membagi keterampilan berpikir menjadi

dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau

tingkat tinggi. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi

empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis,

dan berpikir kreatif. Diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang

(40)

Ber-22

pikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan

kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur,

menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat

ber-tindak lebih cepat. Seseorang di-katakan berpikir kritis, apabila ia mencoba untuk

membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan

menggunakan berbagai kriteria. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa.

Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis

lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.

Ada tiga proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis yaitu membedakan

(differentiating), mengorganisir (organizing), dan menghubungkan makna tersirat (attributing). Lebih lanjut Anderson (2011) menyatakan bahwa membedakan

(differentiating) merupakan kegiatan berpikir membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya.

Membedakan (differentiating) berbeda dari membandingkan (compairing). Mem-bedakan menuntut adanya kemampuan untuk menentukan mana yang relevan /

esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar. Sedangkan

mengorganisasi (organizing) adalah mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk

mem-bentuk suatu struktur yang padu. Dan menghubungkan pesan tersirat (attributing) meliputi ketika siswa menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu

bentuk komunikasi.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kritis

(41)

23

D. Analisis Konsep Hidrolisis garam

Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada defi-nisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep

disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011)

mendefinisi-kan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada

satu-pun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan

suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep,

se-kaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) mengemukakan

bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk

me-nolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian

konsep. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan

nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut

(42)

24 Tabel 1. Analisis Konsep Materi Hidrolisis Garam

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

(43)

25

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

(44)

26

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub

(45)

27

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub

(46)

28

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub

(47)

29

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub

Penyangga Tetapan

(48)

30

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel

Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

garam yang menghidrolis is air

9,18 H = 1,8

(49)

31 E. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, terutama dalam membelajarkan materi

hidrolisis garam, merupakan pembelajaran yang mengadopsi dari metode saintifik. Pendekatan

saintifik dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan membentuk

jejaring (networking).

Pada tahap awal pembelajaran dengan pendekatan saintifik ialah mengamati (ob-serving), siswa

diberikan tabel berupa beberapa larutan garam yang telah diukur pHnya menggunakan indikator

universal. Kemudian siswa diminta untuk memahami, mengidentifikasi dan menemukan data

berdasarkan fenomena tersebut. Dengan melakukan pengamatan fenomena secara langsung

siswa dilatihkan untuk mampu membedakan fakta dengan pendapat dari suatu peristiwa yang

terjadi. Setelah mengamati fenomena, siswa akan menemukan hal-hal yang tidak mereka

pahami sehingga dalam diri siswa muncul berbagai pertanyaan.

Tahap selanjutnya ialah menanya (questioning). Pada tahap ini, siswa diminta menuliskan hal-hal yang tidak mereka pahami dalam bentuk pertanyaan-pertanya-an. Langkah selanjutnya ialah

mencoba (experimenting), pada tahap ini, siswa diminta untuk merancang sebuah percobaan dan melakukan percobaan yang telah mereka rancang sendiri. Dalam merancang percobaan, siswa

diminta menentukan variabel-variabel percobaan, menyusun prosedur percobaan, dan kemudian

me-nentukan alat serta bahan yang digunakan dalam percobaan. Melalui kegiatan ini siswa

akan dilatihkan untuk menemukan perbedaan dari suatu fenomena yang terjadi berdasarkan

relevansinya terhadap struktur yang lebih besar, yang merupakan indikator keterampilan

(50)

32 memperoleh berbagai informasi yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan pada tahap

selanjutnya.

Langkah berikutnya yaitu menalar (associating) dalam hal ini menganalisis data percobaan. Pada tahap ini, siswa diberikan pertanyaan dalam bentuk soal diskusi. Siswa menganalisis data

dan informasi yang diperoleh dari langkah-langkah sebe-lumnya untuk menemukan keterkaitan

satu informasi dengan informasi lainnya sehingga dapat menemukan suatu kesimpulan. Pada

langkah ini, siswa dilatih untuk mengenali, memahami, dan menanggapi suatu masalah dari

informasi maupun data yang diperoleh.

Langkah terakhir adalah membentuk jejaring (networking). Membentuk jejaring dapat berupa

mengkomunikasikan hasil diskusi yang telah dilakukan bersama anggota kelompoknya yaitu

presentasi hasil diskusi di depan kelas. Pada tahap ini, siswa dapat menemukan kebenaran suatu

pertanyaan atau kebenaran suatu rencana penyelesaian masalah serta mempunyai alasan yang

dapat dipertanggung-jawabkan untuk mencapai suatu keputusan. Hal ini karena ketika presentasi

hasil diskusi, siswa diminta memberikan tanggapan dengan sopan terhadap presentasi temannya.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembel-ajaran

menggunakan pendekatan saintifikpada materi hidrolisis garam akan dapat meningkatkan

(51)

33 F. Anggapan Dasar

Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama;

2. Perbedaan keterampilan membedakan pada materi hidrolisis garam semata-mata karena

perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran;

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan membedakan materi

pokok larutan hidrolisis garam siswa kelas XI semester genap SMA Negeri 3

Bandarlampung T.A. 2014-2015 diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah penggunaaan pendekatan saintifik efektif dalam

(52)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 153 siswa. Siswa

tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan

sebagai berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam lima kelas yang sama, yaitu kelas XI MIA

SMA Negeri 3 Bandar Lampung.

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap.

c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan

kuri-kulum 2013 dan jumlah jam belajar yang sama (empat jam pelajaran dalam

setiap minggu).

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Purposive samplingyaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu

pertim-bangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009). Dalam

pelaksanaan-nya, peneliti meminta bantuan guru bidang studi kimia untuk memperoleh

(53)

35

dijadikan sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peneliti

mendapatkan kelas XI MIA 4 dan XI MIA 5 sebagai sampel penelitian.

Kemudi-an peneliti menetapkKemudi-an kelas XI MIA 4 sebagai kelas kontrol, sedKemudi-angkKemudi-an kelas XI

MIA 5 sebagai kelas eksperimen.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

pen-dukung. Data primer berupa data nilai tes kemampuan membedakan sebelum

pe-nerapan pembelajaran (pretes) dan data nilai tes kemampuan membedakan setelah

penerapan pembelajaran (postes). Sedangkan data pendukung berupa data afektif,

data psikomotor dan data kinerja guru. Data penelitian ini bersumber dari seluruh

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desainNon Equivalence Control Group Design(Creswell, 1997). Ditunjukkan pada tabel

berikut:

Tabel 2. Desain Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

Keterangan:

O1 : Kelas kontrol dan eksperimen diberi pretes

X : Perlakuan berupa penerapan pembelajaran pendekatan saintifik O2 : Kelas kontrol dan eksperimen diberi postes

Non Equivalence Control Group Designhampir sama denganPretest-Posttest Control Group Design,hanya saja pada desain ini kelompok eksperimen maupun

(54)

36

eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok

terse-but dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada

di-beri pretes, kemudian didi-berikan perlakuan, dan terakhir didi-berikan postes (James,

1973).

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai

va-riabel bebas adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran

menggunakan pendekatan ilmiah dan pembelajaran konvensional. Sebagai

varia-bel terikat adalah kemampuan membedakan pada materi pokok hidrolisis garam

kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu.

Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data

un-tuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada

peneliti-an ini, instrumen ypeneliti-ang digunakpeneliti-an peneliti-antara lain adalah silabus, rencpeneliti-ana pelakspeneliti-anapeneliti-an

pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan pendekatan saintifik pada

materi hidrolisis garam sejumlah 3 LKS, soal pretes dan soal postes yang berupa

soal uraian yang mewakili kemampuan membedakan,lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar observasi kinerja guru.

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang

digu-nakan harus valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara

(55)

37

instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

di-inginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Pengujian

kevali-dan isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan

pengukuran, indikator keterampilan, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara

unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap

valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian

yang ber-sangkutan. Oleh karena dalam melakukanjudgmentdiperlukan keteliti-an dketeliti-an keahliketeliti-an penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukketeliti-annya. Dalam

hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. dan Ibu Emmawaty Sofya,

S.Si., M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:

1. Pra-penelitian

Prosedur pra-penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 3 Bandar Lampung untuk

me-laksanakan penelitian

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan

informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan

sarana-pra-sarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana-pra-sarana

pendu-kung pelaksanaan penelitian.

(56)

38

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan, peneliti menyusun analisis KI-KD-indikator, analisis

konsep, silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal pretes dan postes,soal pretes dan postes,lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, dan lembar kinerja guru.

b. Validasi instrumen, dalam hal ini dilakukan oleh ibu Ibu Dra. Nina

Kadaritna, M.Si. dan Ibu Emmawati Sofya, S.Si., M.Si. sebagai dosen

pembimbing untuk mengujinya.

c. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian

adalah (1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas kotrol

dan kelas eksperimen; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada

materi hidrolisis garam sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan

di masing-masing kelas, pembelajaran pendekatan saintifik diterapkan di

kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas

kontrol; (3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas

eks-perimen dan kelas kontrol; dan

3. Analisis dan pelaporan

Analisis data dan pelaporan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap,

yaitu:

a. Menganalisis jawaban tes tertulis siswa yang berupa hasil pretes dan

postes.

b. Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian dan penarikan

(57)

39

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian

sebagai berikut:

Gambar 4. Alur penelitian

Pra-Penelitian 2. Observasi Pendahuluan

3. Menentukan populasi dan sampel 1. Meminta izin ke SMA

kelas eksperimen pembelajaran

pendekatan saintifik kelas kontrol

pembelajaran konvensional

pretes

postes

3. Pelaksanaan penelitian

1. Analisis data

2. Pembahasan

Analisis dan Pelaporan

3. Kesimpulan

Pelaksanaan Penelitian 1. Pembuatan instrumen

(58)

40

G. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah rata-ratan-Gainkemampuan membeda-kan pada materi hidrolisis garam pada kelas yang diterapmembeda-kan pembelajaran

meng-gunakan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainkemampuan

membedakan pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik analisis data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan

untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan

hi-potesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Perhitungan nilai siswa

Salah satu data primer yang diperoleh pada penelitian ini adalah skor kemampuan

membedakan sebelum penerapan pembelajaran pretes dan skor tes kemampuan

berpikir kritis setelah penerapan pembelajaran (postes). Skor pretes dan postes

ini selanjutnya diubah menjadi nilai. Nilai pretes dan postes pada penilaian ke-mampuan membedakan secara operasional dirumuskan sebagai berikut:

100 x maksimal

skor Jumlah

diperoleh yang

jawaban skor

Jumlah siswa

Nilai  ………...(1)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitungn-Gain, yang

selan-jutnya digunakan pengujian hipotesis.

b. Perhitungann-Gain

Untuk mengetahui kemampuan membedakan pada materi pokok hidrolisis garam

(59)

41

konvensional, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Menurut Meltzer

(2002), besarnya perolehan dihitung dengan rumusnormalized gain, yaitu:

= nilai postes nilai pretes

nilai maksimum nilai pretes

Datagainternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya,

ke-mudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

ke-samaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Uji keke-samaan dua rata-rata

dilakukan pada nilai pretes kemapuan membedakan pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Sedangkan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada n-Gain kema-mpuan membedakan siswa pada materi pokok hidrolisis garam. Sebelum

dilaku-kan uji kesamaan dan perbedaan dua rata-rata, ada uji pra-syarat yang harus

di-lakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah

memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis untuk uji normalitas:

H0= sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1= sampel yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

=

( ) ………(3)

Keterangan :

= uji Chi-kuadrat fo = frekuensi observasi

(60)

42

fe = frekuensi harapan

Data akan berdistribusi normal jika χ2hitung≤ χ2tabel dengan taraf signifikan 5%

dan derajat kebebasan dk = k–3 (Sudjana, 2005).

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian

berasal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk

menentu-kan statistik-t yang amenentu-kan digunamenentu-kan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas

dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang

sa-ma atau tidak.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam

Sudjana (2005) :

kecil

Varian ter

terbesar

Varians

F

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians S = Simpangan baku x=n-Gainsiswa

= rata-ratan-Gain n = jumlah siswa

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0:σ12 σ22 (kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang homogen)

H1:σ12 σ22 (kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)

Kriteria uji: tolak H0jikaF F½ ( , ) atauF F denganF½ ( , )

didapat dari distribusi F dengan peluang½α, derajat kebebasan = 1dan

= 1. α = taraf nyata. Dalam hal lainnya H0diterima.

s =

( ) …...(4)

(61)

43

c. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya

kedua kelas penelitian memiliki kemampuan membedakan yang berbeda secara

signifikan atau tidak. Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini

mengguna-kan analisis statistik, yaitu uji-t. Hipotesis dirumusmengguna-kan dalam bentuk pasangan

hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis:

H0: µ1x= µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan membedakan siswa pada kelas

kontrol sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan

membeda-kan siswa pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam.

H1: µ1x≠µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan membedakan siswa pada kelas

kontrol tidak sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan

mem-bedakan siswa pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis

garam.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam.

µ2 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam.

x : kemampuan membedakan.

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka penguji

an menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana

(2005) yang dirumuskan sebagai berikut:

t = s =( ) ( )

Keterangan:

thitung= Kesamaan dua rata-rata.

= Rata-rata nilai pretes kemampuan membedakan siswa pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam.

= Rata-rata nilai pretes kemampuan membedakan siswa pada kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam.

= Simpangan baku gabungan. = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

(62)

44

= Jumlah siswa pada kelas eksperimen. = Simpangan baku siswa pada kelas kontrol. = Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen.

Dengan kriteria uji : terima H0jika -t(1-1 2α)< t < t(1-1 2α)dengan derajat

kebe-basan d(k) = n1+ n2– 2 pada taraf signifikan α = 5% dan peluang (1-1 2α ).

Untuk harga t lainnya H0ditolak.

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif

perla-kuan terhadap sampel dengan melihatn-Gainkemampuan membedakan pada ma-teri hidrolisis garam yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan

pende-katan saintifik dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 3

Bandar Lampung. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan

analisis statistik, yaitu uji-t. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan

hipo-tesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata adalah

seba-gai berikut:

H0: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang

diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik lebih

tinggi daripada rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi

hidrolisis garam.

H1: µ1x< µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuan membedakan siswa pada kelas yang

diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah lebih

Gambar

Gambar 1.  Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.
gambar berikut ini:
Tabel 1. Analisis Konsep Materi Hidrolisis Garam
Tabel 2. Desain Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

1997 Merpati Nusantara Air Line Casa C-212 Kupang-Lewoleba-Kupang 1 x 1998 Merpati Nusantara Air Line Casa C-212 Kupang-Lewoleba-Kupang 1 x 1999 Merpati Nusantara Air Line Casa

Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajarnya, dalam hal aset keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, ditambah biaya transaksi yang

Identifikasi profil difraksi sinar-x sampel ZnS Identify of x-ray diffraction profile sample ZnS.. Refinement profil difraksi sinar-x sampel ZnS Refinement of x-ray

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan budaya organisasi terhadap kecenderungan

Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan pegawai Dinas Perhubungan Kominfo Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mengenali perasaan diri sendiri

Observed were plant height, root dry weight, shoot dry weight, the number of pods per plant lists, the number of empty pods per plant, seeds per plant dry weight, dry weight of

Ketika berbicara tentang masa transisi di Indonesia, hal awal yang terbersit dalam pikiran kita adalah masa di mana negara ini mengalami perubahan yang dulu dipercaya

Dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, dimana untuk menggambarkan tingkat konsumsi di daerah penelitian dibandingkan dengan tiga indikator(tingkat konsumsi