• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/201"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Lampung Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh ALI AFANDI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh ALI AFANDI

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa secara maksimal untuk menemukan konsep dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata. Aktivitas ini mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Lampung Timur. Sampel penelitian siswa kelas VIIbyang diambil secaracluster random sampling.

Data aktivitas belajar diperoleh melalui pengamatan langsung oleh observer sedangkan data pemahaman konsep matematis diperoleh melalui test tertulis pemahaman konsep matematis materi pokok himpunan. Kesimpulan penelitian ini adalah pendekatan kontekstual berpengaruh positif dalam meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Lampung Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015.

(3)

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Lampung Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh ALI AFANDI

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Metematika

Jurusan Pendidikan Matemetika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

Alhadulillah robbil Alamin

Terimaksih Allah SWT, rob semesta alam tiada tuhan selain engaku,

tiada penyelamat selain engkau dan hanya kepadamulah aku berserah diri.

Solawat serta salam selalu tercurah kepada Imam dan Rosulku

mohammad, SAW. Semoga aku selalu berpegang teguh terhadap apa

yang diteladankanya.

Kupersembahkan skripsi ini untuk

Masa depanku

Untuk permintaan maaf kepada ayah dan ibuku tercinta atas peluh dan air

mata yang tak mampu kuhapus dengan tangan. Semoga dengan prasasti

kertas ini mampu mengembalikan senyum yang pernah menghiasi wajahmu.

Terimaksih Ayah dan Ibu atas kasih dan sayangmu hingga aku tak

menjadi patah arang, berharap suatu hari nanti aku akan membuatmu

bangga kepadaku.

Terimaksih untuk kakaku yang selalu menjadi panutanku, sindiran dan

nasihatmu telah menyadarkaku atas kelalainku terhadap waktu yang telah aku

sia-siakan. Adik kecilku tercinta yang selalu membuatku tertawa dan

memberiku motivasi agar aku lekas menjadi orang yang bermanfaat

Para Guru dan Dosen yang kuhormati, terima kasih untuk ilmu dan

pengalaman yang menginspirasi

(8)

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Aktivitas Belajar dan Pemahaman Konsep Matematis”.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat anak-anaknya.

2. Kakak dan adikku tersayang yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

3. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(9)

5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan sekaligus sebagai pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Budi Koestoro, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

8. Bapak Edi Suloyo, S.Pd.I., selaku Kepala SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Bapak Sri Untung, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

10. Siswa/siswi kelas VII Darul Istiqomah Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur tahun pelajaran 2014/2015 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

(10)

bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya. 12. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan

(Mira, Arif, Anggi, Suci, Enti, Vira , Mba Ana, dan Ruslan) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

13. Kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2013 terima kasih atas kebersamaannya.

14. Almamater yang telah mendewasakanku.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, 9 Maret 2015 Penulis

(11)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar ... 8

B. Konsep Belajar ... 13

C. Pendekatan Kontestual ... 17

D. Aktivitas Belajar... 25

E. Pemahaman Konsep Matemati... 29

F. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 31

G. Kerangka Pikir ... 33

(12)

B. Desain Penelitian... 36

C. Data Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data... 37

E. Langkah-Langkah Penelitian ... 37

F. Instrumen Penelitian... 38

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Aktivitas Belajar ...47

2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis... 49

B. Analisi Data... 50

C. Pembahasan... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...53

B. Saran ...53 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

Tabel Halaman

2.1 Penelitian yang relevan... 31

3.2 Interprestasi Nilai Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 41

3.3 Tingkat Kesukaran Item Soal... 41

3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 43

3.5 Daya Pembeda... 43

3.6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 44

3.7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pemahaman KonsepMatematis Siswa... 45

4.1 Persentase Indikator Aktivitas Belajar Siswa dengan Pendekatan Kontekstual ... 47

4.2 Persentase Siswa Aktif dan Siswa Tidak Aktif pada Pendekatan Kontekstual ... 48

(14)

xiv

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan kontekstual 57

A.2 Lembar Kerja Siswa ... 71

B. Perangkat Tes B.1 Keterangan Aktivitas yang Diamati ... 89

B.2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 90

B.3 Butir tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 93

B.4 Kunci Jawaban ... 95

B.5 Taraf Kesukaran Tes Uji Coba ... 99

B.6 Daya Pembeda Tes Uji Coba ... 101

B.7 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ... 103

C. Analisis Data C.1 Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama ... 107

C.2 Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua... 108

C.3 Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Ketiga ... 109

C.4 Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Keempat... 110

C.5 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa... 111

C.6 Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 112

C.7 Uji Normalitas... 113

C.8 Uji Homogenitas ... 116

C.9 Uji Hipotesis ... 117

D. Lain–Lain D.1 Rencana Judul Skripsi ... 118

D.2 Surat Izin Penelitian ... 119

D.3 Surat Keterangan Penelitian ... 121

D.4 Keterangan Kesediaan Membimbing ... 122

D.5 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 124

D.6 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 125

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad ke-21 merupakan abadnya ilmu pengetahuan, dimana ilmu pengetahuan menjadi pilar utama dalam setiap aspek kehidupan. Ilmu pengetahuan mem-berikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan teknologi dan perkembangan pendidikan. Pendidikan merupakan sektor terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam lingkar kemiskinan, pendidikan yang rendah akan menghasikan sumberdaya manusia yang rendah, sedangkan sumberdaya manusia yang rendah berdampak pada pendapatan yang minim (miskin). Dengan demikian maka sudah semestinya pendidikan menjadi panglima utama dalam membangun bangsa.

(16)

Oleh karena itu, pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Pendidikan yang berkualitas merupakan amanah seluruh masyarakat Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(17)

keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga Negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Maka dari itu penataan dan pembenahan disemua lini pendidikan perlu ditingkatkan terutama yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, karena peserta didik merupakan kekayaan bangsa dimasa mendatang.

(18)

sama seperti politik pencitraan yakni menampakan keberhasilan diawal dan sukses dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan yang akan datang. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam pengembangan nalar peserta didik menjadi sebuah jembatan bagi peserta didik untuk mampu berpikir secara logis, kritis, dan bertahap dalam menghadapi sebuah masalah.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bu-kan mengetahuinya. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau biasa disebut dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan an-tara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mere-ka sebagai anggota keluarga dan masyaramere-kat. Pembelajaran dengan pendemere-kat- pendekat-an kontekstual diharapkpendekat-an dapat sesuai dengpendekat-an kriteria pembelajarpendekat-an ypendekat-ang di-harapkan dalam PP No.19 Tahun 2005, pasal 19 ayat (1): “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

(19)
(20)

mengetahui pengaruh pendekatan kontekstual terhadap aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Lampung Timur semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap aktivitas dan pemahaman konsep matematis sisiwa?”.

Dari rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berikut:

1. Apakah pendekatan contextual berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar siswa?

2. Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan contextual lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

(21)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan sumbangan khasanah pengetahuan dan pengalaman peneliti terkait dengan penelitian yang menggunakan pendekatan contextual serta dapat dijadikan referensi untuk peneliti lain pada pene-litian yang sejenis.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi praktisi pendidikan khususnya bagi guru yang mengajar matematika, atau calon guru matematika dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pendekatancontextualpada proses pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami tulisan ini, perlu dibatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut.

1. Pengaruh dalam penelitian ini adalah signifikansi perbedaan rata-rata skor nilai hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual dengan pembelajaran konvensional.

2. Aktifitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses dimana siswa aktif dalam segala bentuk kegiatan pembelajaran.

(22)

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Belajar

Belajar merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari oleh manusaia disadari maupun tidak disadari setiap orang selalu melaksanakan aktivitas belajar. Proses belajar pada manusia merupakan bentuk kesinam-bungan tanpa henti mulai dari buaian hingga liang lahat, karena dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir. Menurut Sardiman A.M (2005: 20), ”Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”.

Pendapat di atas memiliki makna bahwa belajar merupakan suatu proses yang dapat ditandai dengan perubahan yang terlihat pada diri seseorang. Sejalan dengan pernyataan diatas Rohani (2004: 19) menyatakan bahwa, ”Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan”. Belajar

(24)

adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing.

Pendapat lain menyatakan, ”belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman ”Hamalik (2004: 27). Pada bagian yang sama beliau juga mengemukakan bahwa, ”Belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”.

Dari pendapat di atas belajar dikatakan proses, karena adanya usaha untuk mangadakan perubahan dalam diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Menurut Hakim (2000: 01) mengatakan bahwa ”belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut di tempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, pemahaman, daya pikir dan pengetahuan”. Segala kegiatan belajar yang dilakukan seseorang yang berupa kegiatan mendengarkan, merenungkan, menganalisa, berpikir, memban-dingkan, menghubungkan, dan menyimpul dengan demikian dia akan berubah kedalam kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu

orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat

belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap

berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses

belajar siswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar

(25)

”Perubahan sebagai hasil belajar ada di dalam kepribadiaan manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan”. (Hakim,2005:1).

Darsono (2000:3-4) juga menyimpulkan definisi belajar sebagai suatu peru-bahan dari beberapa ahli di antaranya :

a. Morris L. Bigge dalam buku Learning Theories for Theacers mengemukakan belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. Perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu.

b. Marle J. Moskowitz dan Arthur R. Orgel dalam buku General Psychology mengemukakan belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir.

c. James O. Whittaker dalam buku Introduction to Psycholog,mendefinisikan belajar sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. Perubahan itu tidak termasuk perubahan fisik, kematangan, karena sakit, kelelahan, dan pengaruh obat-obatan.

(26)

merespon suatu sinyal, cara mengusai suatu ketrampilan dan mengembangkan sikap terhadap suatu objek.

e. W.S Wingkel dalam buku Psikologi Pengajaran, mengemukakan belajar adalah suatu interaksi mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, dan nilai-nilai.

Selain definisi di atas, ada teori belajar secara khusus yaitu belajar menurut aliran konstruktivistik menyatakan bahwa, “belajar lebih dari sekedar

mengingat”. Anni (dalam Darsono 2000: 5). Teori belajar ini menyatakan bahwa guru bukanlah orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Hal ini memberikan implikasi bahwa siswa harus terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Meskipun orang mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah memilih sikap yang tepat untuk merealisir tujuan itu, namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan itu sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi dimanapun dan kapan saja memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang perlu diperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam belajar adalah prinsip-prinsip belajar. Adapun prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai berikut :

a. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.

(27)

c. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan hafalan.

d. Belajar merupakan proses kontinu.

e. Belajar memerlukan kemampuan yang kuat. f. Keberhasilan ditentukan oleh banyak factor. g. Belajar memerlakan metode yang tepat.

h. Belajar memerlukan adanya kesesuian antara guru dan murid.

i. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri. (Hakim,2005:2)

Selanjutnya Dalyon (1997:213) Perwujudan prilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan antara lain: Kecakapan, keteram-pilan, pengamatan, berpikir asosiatif dengan daya ingat, berfikir rasional, sikap, inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku efektif. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seesorang yang diperlihatkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang menjadi lebih baik dari sebelumnya.

B. Konsep Belajar

(28)

dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).

Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah:

a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. (PP no 19 tahun 2005 pasal 25 ayat 4)

(29)

a. Ranah Kognitif

“Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual” (Anni 2004:6). Ranah kognitif

mencakup enam kategori yaitu : 1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau menge-nali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelum-nya. 2) Pemahaman (comprehension)

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran dengan bahasa atau ungkapan sendiri.

3) Penerapan (application)

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembe-lajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit.

4) Analisis (analysis)

Analisis mengacu pada kemampuan menguraikan suatu fakta, kon-sep, pendapat, asumsi dan semacamnya atas elemen-elemennya se-hingga dapat menentukan hubungan masing-masing elemen.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru.

6) Penilaian (evaluation)

(30)

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berorientasi pada nilai dan sikap. Krathwohl (dalam Sugandi 2004:25) membagi taksonomi ranah afektif menjadi lima kategori yaitu : 1) Penerimaan (receiving)

Penerimaan mengacu pada kesadaran, kemauan, perhatian individu untuk menerima dan memperhatikan berbagai stimulus dari ling-kungannya.

2) Penanggapan (responding)

Penanggapan mengacu pada adanya rasa kepatuhan individu dalam hal mematuhi dan ikut serta terhadap sesuatu gagasan, benda atau sistem nilai.

3) Penghargaan terhadap nilai (valuing)

Penghargaan terhadap nilai menunjukan sikap menyukai, menghargai dari sesorang individu terhadap suatu gagasan, pendapat atau sistem nilai.

4) Pengorganisasian (organization)

Pengorganisasian menunjukan adanya kemauan membentuk sistem nilai dari berbagai nilai yang dipilih.

5) Pembentukan Pola Hidup (organization by a value complex)

(31)

Konsep belajar diantaranya harus memperhatikan ranah kognitif dan afektif siswa agar pembelajaran yang dilaksanakan mendapat hasil yang maksimal yaitu perubahan struktural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.

C. Pendekatan Kontekstual

Menurut Komalasari (2010: 54) pendekatan pembelajaran dapat diartikan se-bagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan me-latari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

(32)

dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. US Department of Education Office of Vocational and Adult Education and The National School to Work Office(dalam Muslich, 2007: 41) menyatakan bahwa:“Pendekatan Konte ks-tual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari”. Sanjaya (2006: 255) menyatakan bahwa:

”Contextual Teaching and Learning(CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

Hull’s dan Sounders (dalam Komalasari, 2010: 6) mengungkapkan bahwa “dalam pembelajaran kontekstual siswa menemukan hubungan penuh makna

(33)

Dari beberapa definisi pembelajaran kontekstual di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang me-ngaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari siswa, baik da-lam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun warga negara, dengan tujuan menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Ditjen Dikdasmen (dalam Komalasari, 2010) menyebutkan bahwa terdapat tujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual, yaitu:

a. Konstruktivisme (contructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan Baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukan merupakan seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, tetapi manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

b. Menemukan (inquiry)

(34)

c. Bertanya (questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya, karena bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Da-lam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya memiliki be-berapa kegunaan, yaitu:

1. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis. 2. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

3. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. 4. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

5. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu d. Masyarakat belajar (learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran di-peroleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar didi-peroleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan dari yang tahu kepada yang belum tahu. Dalam kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya he-terogen.

e. Pemodelan (modelling)

Asas modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan se-suatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

f. Refleksi (reflection)

(35)

peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Realisasinya dalam pembe-lajaran antara lain sebagai berikut.

1. Pernyataan langsung, tentang apa-apa yang diperoleh hari itu. 2. Catatan atau jurnal di buku siswa.

3. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. 4. Diskusi.

5. Hasil karya.

g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)

Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dila-kukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui keseriusan siswa dalam pembelajaran, dan pengaruh pengalaman belajar siswa terhadap perkembangan, baik intelektual maupun mental siswa.

Souders (dalam Komalasari, 2010: 8) menjelaskan bahwa pembelajaran kon-tekstual difokuskan pada lima prinsip pembelajaran, yaitu:

a. Keterkaitan, relevansi (relating)

(36)

b. Pengalaman langsung (experiencing)

Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan pengalaman lang-sung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventori, inves-tigasi, penelitian, dan sebagainya.

c. Aplikasi (applying)

Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan.

d. Kerja sama (cooperating)

Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten de-ngan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain.

e. Alih pengetahuan (transferring)

Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan penge-tahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.

Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan Pendekatan Kontekstual (Nurhadi, 2000: 4) adalah :

(37)

a. Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya (masalah kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembela-jaran bermakna.

b. Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.

2. Pengembangan

Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi ke-sempatan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang di-berikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian.

3. Penutup/penerapan

Melakukan refleksi terhadap setiap langkah atau terhadap hasil pem-belajaran.

(38)

1. Belajar berbasis masalah (problem-based learning), yaitu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecah-an masalah, serta untuk memperoleh pengetahupemecah-an dpemecah-an konsep ypemecah-ang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini, siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi berkaitan dengan pertanyaan, menyintesiskan, dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain. Yang dimaksud ma-salah dalam konteks ini adalah soal-soal yang tidak biasa atau belum pernah ditemukan siswa dalam soal rutin.

2. Pengajaran autentik (authentic instruction), yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konsep bermakna. Pengajaran ini mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah di dalam konteks kehidupan nyata.

3. Belajar berbasis inkuiri (inquiry-based learning) yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengakui metodologi sains dan menyediakan Kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

(39)

siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengonstruk (membentuk) pembelajarannya dan mengulminasikannya dalam produk nyata.

5. Belajar berbasis kerja (work-based learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana mate-ri tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja atau sejenisnya, dan ber-bagai aktivitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa.

6. Belajar jasa layanan (service learning) yang memerlukan penggunaan me-todologi pengajaran yang mengombinasikan jasa layanan masyarakat de-ngan struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan tersebut. Jadi, menekankan hubungan antara pengalaman jasa layanan dan pembela-jaran akademis.

7. Belajar kooperatif (cooperatif learning) yang memerlukan pendekatan me-lalui pendekatan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memak-simalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

D. Aktivitas Belajar

(40)

tanpa memikirkan bahwa sebenarnya kita telah melakukan aktivitas, dan jika itu direnungkan maka akan menjadi hal yang menarik untuk dipelajari.

Dalam proses pembelajaran faktor lingkungan atau faktor dari dalam diri siswa akan menjadi semangat dalam melakukan aktivitas belajar. Selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar siswa dibantu dengan sumber belajar yaitu guru, siswa, dan alat-alat belajar. Aktivitas yang dilakukan siswa itu antara lain, membaca, menulis, mengamati, menyusun tugas, menganalisa hasil penelitian, melakukan suatu latihan serta berdiskusi. Dengan demikian aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas harus selalu terikat ( Sardiman, 1987 :99 )

Kriteria aktivitas menurut Abu Ahmadi dalam Skripsi Yaniar Enani (2000 : 10) sebagai berikut :

a. Seorang siswa disebut aktif belajar jika siswa tersebut telah melakukan kegiatan membaca, menulis, mengamati, menaggapi, menganalisa, berani bertanya dan memberi saran.

b. Disebut tidak aktif jika seorang siswa dalam mengikuti pelajaran hanya diam saja, tidak melakukan kegiatan yang berarti untuk dirinya sendiri”. Aktivitas belajar siswa sangat penting dalam proses pembelajaran. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Selanjut-nya Hamalik (2008: 91) meSelanjut-nyatakan bahwa penggunaan aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu:

1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. 3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada

(41)

4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual. 5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan

kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat.

6. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

7. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

8. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Keaktivan siswa dalam pembelajaran akan mengakibatkan interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Hal ini akan membuat suasana kelas menjadi lebih kondusif, dimana setiap siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.

(42)

meningkatnya aktivitas siswa maka akan semakin meningkat pula pengalaman yang diperolehnya. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar ada hubungannya dengan hasil belajar siswa. Aktivitas siswa mencakup banyak hal, bukan sekedar mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru seperti yang lazim terdapat pada pembelajaran konvensional. Sardiman (2004: 101) menggolongkan aktivitas yang dilakukan siswa sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memper-hatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4.Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

(43)

tentu saja di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain mata pelajaran yang dipelajari siswa, bahan ajar, waktu yang tersedia, serta pendekatan yang digunakan dalam strategi mengajar. Dari uraian di atas, aktivitas belajar siswa adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran baik fisik maupun nonfisik. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan bertanya, mengerjakan tugas, berdiskusi, menanggapi presentasi, dan lain sebagainya.

E. Pemahaman Konsep Matematis

(44)

Tanpa konsep, belajar akan sangat terhambat. Hanya dengan bantuan konsep dapatdijalankan pendidikan formal.”

Sedangkan Abdurrahman (1999:254) berpendapat bahwa “konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mampu mengklasifiksikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu”. Pemahaman akan karakteristik-karakteristik matematika dapat membantu siswa dalam mempelajari matematika yang sedang dipelajari. Pemahaman ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang diharap-kan. Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa kriteria yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan membedakan konsep-konsep. Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah

a. Menyatakan ulang suatu konsep

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep

(45)

e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

f. Menggunakan memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu g. Serta mengaplikasikan suatu konsep.

Skemp (dalam Herdian, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu pemahaman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional (relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

F. Hasil Penelitian Yang Relevan

Pengambilan pokok permasalahan serta hasilnya dari penelitian lain yang hampir sama dengan penelitian ini dirujuk guna kesempurnaan hasil dari penelitian ini. Beberapa judul dan hasil penelitian yang pernah dilakukan antara lain dapat dilihat dalam tebel beriku.

(46)

jalan dengan sel tak sama diperoleh Fa = 9,8067 > 3,84 VIII SMP N 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

n hasil analisi data diperoleh fhitung= 0,355 dan untuk

taraf signifikanα = 5% ftabel= 3,98. Jadi fhitung<

ftabel, sehingga hipotesis

(47)

G. Kerangka Pikir

Penelitian tentang pengaruh pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual terhadap aktivitas dan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru Lampung Timur terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Dalam hal ini, yang menjadi variabel bebas adalah pendekatan kontekstual (X), serta variabel terikatnya adalah aktivitas belajar (Y1) dan pemahaman konsep matematika siswa (Y2)

Belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang. Perubahan seseorang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Banyak ditemui hasil belajar yang diperoleh siswa di kelas tidak bertahan lama. Hal ini bisa terjadi karena proses belajar yang dialaminya di dalam kelas kurang bermakna. Siswa hanya dituntut untuk menerima, menghafal, dan menggunakan konsep-konsep yang diberikan oleh guru tanpa ikut berperan aktif dalam pembelajaran.

(48)

Obyek matematika yang abstrak menyebabkan kesulitan bagi siswa dalam mempelajarinya. Konsep-konsep yang abstrak tersebut akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Selain siswa akan mengalami pembelajaran yang bermakna, diharapkan siswa juga lebih tertarik dalam mempelajari ilmu-ilmu matematika. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dianggap tepat diterapkan kepada siswa SMP. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan siswa mengonstruksi sendiri pengetahuannya, serta menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.

Salah satu komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah masyarakat bel-ajar (learning community). Siswa diharapkan mampu bekerja sama dalam ke-lompoknya untuk menemukan pengetahuan baru. Maka dalam pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan anggota 4-5 orang yang kemampuannya heterogen. Masing-masing kelompok diberikan masalah yang sama dan diselesaikan secara bersama-sama dalam kelompoknya. Dengan de-mikian siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat mening-katkan hasil belajar matematika.

(49)

kerangka pemikiran diatas, berikut ini akan dibuat diagram kerangka pemi-kiran.

Keterangan :

X : Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Y1 : Aktivitas belajar Siswa

Y2 : Pemahaman konsep matematis siswa

G. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Dalam penelitian ini kumulatif pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti untuk tiap siswa dianggap memberikan kontribusi yang sama besar.

2. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ho: Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual tidak berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematis siswa.

H1: Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual

berpe-ngaruh positif terhadap aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematis siswa.

Y1

x

(50)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Darul Istiqomah Lampung Timur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil yang terdiri dari 2 kelas yaitu VIIa, VIIb, Untuk kepentingan penelitian ini,

pengambilan sampel diambil dengan menggunakan Cluster Random Sampling, yakni pengambilan sampel diacak berdasarkan kelas yang tersedia.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggu-nakan desain one shot case study dengan kelompok pengendali ditiadakan. Dalam penelitian ini cuma ada satu kelas eksperimen dimana kelas tersebut selajutnya diberi perlakuan dengan pendekatan pembelajaran contextual (C), tahap berikutnya mengambil post-test (O2) setelah proses pembelajaran

(51)

Dalam penelitian ini penerapan pembelajaran dengan pendekatan contextual dilakukan sendiri oleh peneliti agar langkah-langkah pembelajaran dapat dialakukan dengan tepat, selain itu peneliti juga ingin mengetahui tingkat aktivitas`belajar sisiwa dengan pendekatan pembelajarancontextual.

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran dan data kuantitatif yaitu data berupa nilai pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh melalui tes setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatancontextual.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan tes, dalam penelitian ini peneliti akan dibantu oleh observer untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan mengisi lembar observer yang telah disediakan. Sedangkan test yang digunakan dalam penelitian ini adalah test berbentuk essai. Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa pada pokok bahasan himpunan.

E. Langkah-Langkah Penelitian

(52)

1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.

2. Melakukan pembiasaan metode pembelajaran berkelompok pada kelas eksperimen

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eks-perimen dengan menggunakan pendekatancontextual.

4. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes essai sekaligus aturan pen-nyekorannya.

5. Melakukan validasi instrumen. 6. Melakukan uji coba instrumen 7. Melakukan perbaikan instrumen

8. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen 9. Mengadakanpost-testpada kelas eksperimen 10. Menganalisis data

11. Membuat kesimpulan

F. Instrumen Penelitian

(53)

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas instrumen adalah kemampuan instrumen untuk mengukur dan menggambarkan keadaan suatu aspek sesuai dengan diiginkan, untuk apa instrumen tersebut dibuat. Validasi terhadap perangkat tes essai pada pokok bahasan himpunan dilakukan dengan tujuan agar diperoleh perangkat tes yang memenuhi validitas isi. Untuk mendapatkan perangkat tes yang valid dilakukan langkah-langkah berikut.

a. Membuat kisi-kisi dengan indikator-indikator yang telah ditentukan. b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi

c. Meminta pertimbangan kepada guru mitra yang dipandang ahli untuk mendapat kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal

d. Memperbaiki soal berdasarkan saran dari ahli

Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji coba dilakukan diluar sampel penelitian tetapi masih dalam populasi yang sama. Setelah diujicobakan, diukur reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. Jika perangkat tes telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka perangkat tes termasuk dalam kriteria tes yang baik, sehingga soa-soal tes tersebut layak untuk digunakan untuk penelitian.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

(54)

didasarkan pada pendapat Sudijono (2001; 207) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

Keterangan : 11

r = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

2

Si = Jumlah varians skor dari tiap butir item Si2 = Varian total

Menurut Sudijono, tes dikatakan reliabel jika r11 lebih dari 0,70.

Berdasarkan hasil olah data uji coba intrumen diperoleh r hitung 0,85, sehingga dapat disimpulkan bahwa intrumen soal dapat dikatakan reliabel. Untuk perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran C.6

3. Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu sukar, dan tidak terlalu mudah. Seperti yang dikemukakan Sudijono (dalam Noer, 2010:23) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus :

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

(55)

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut :

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

Berdasarkan hasil uji coba intrumen diperoleh data tingkat kesukaran item soal sebagai berikut:

Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran Item Soal No TK Interpretasi

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.7

4. Daya Pembeda (DP)

(56)

memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Karnoto (dalam Noer, 2010) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus :

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Daya Pembeda Nilai Interpretasi

Berdasarkan lampiran C.8 Diperoleh data uji daya pembeda sebagai berikut:

(57)

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Untuk menentukan uji hipotesis yang akan dipakai perlu dilakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Langkah awal untuk menganalisis data adalah menguji kenormalan distribusi. Statistika yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji chi-kuadrat, yakni sebagai berikut.

χ = ( )

Keterangan :

χ : chi-kuadrat

: frekuensi yang diperoleh dari data penelitian : frekuensi yang diharapkan

k: banyaknya kelas interval

Jikaχ <χ maka distribusi normal dengan taraf signifikansi

α = 5% dan dk = ( k-3 ) (Sudjana, 2005:273).

(58)

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman

Pendekatan Kontekstual 5,54 7,81 H0diterima Normal

Konvensional 2,28 7,81 H0diterima Normal

Berdasarkan data pada tabel 3.6 di atas, terlihat bahwa pada taraf

signifikan = 5% nilai 2

hitung

x < 2

tabel

x sehingga hipotesis nol diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Uji homogenitas varian dilakukan pada dua kelompok yaitu kelopok model pembelajaran kontekstual dan model pembelajran konvensional. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya. Homogen yang dimaksud disini adalah persamaan pemahaman konsep matematis antara siswa kelas kontekstual dan kelas konvensional yang ditunjukan dengan nilai varian dari masing-masing kelas. Adapun Hipotesis untuk uji ini adalah :

H0: σ12= σ22(kedua populasi memiliki sebaran data yang sama)

(59)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah uji Bartlett dengan formula sebagai berikut:

X2= ln(10).(B-∑ dk.log Si2) dengan B = log S.∑ dk

S = ( ).

( )

Kriteria uji: tolak H0 jika > ( ).( ), dengan ( ).( ),

diperoleh dari daftar distribusix2dengan dk = k-1. (Sudjana, 2005 : 250).

Perhitungan uji homogenitas terhadap data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8. Rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas variansi tersebut disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Pembelajaran X2 x21αk1 Keputusan

uji

Keterangan

Pendekatan

Kontekstual 9,39 3,84 Tolak Ho Tidak Homogen Konvensional

Dari data pada tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan

= 5% nilai x2 > x21αk1, sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan

(60)

b. Uji Hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Uji ini juga digunakan pada analisis data tes akhir. Hipotesis:

μ : rata-rata skorposttestsiswa dengan pendekatan kontekstual.

μ : rata-rata skorposttestsiswa dengan pembelajaran konvensional. Untuk menguji hipotesis menggunakan rumus :

t’ =

Keriteria pengujian dengan α = 5% akan diterima Ho jika

(61)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendekatan kontekstual terhadap aktivitas belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Darul Istiqomah Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur Semester Genjil Tahun Pelajaran 2014/2015 dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan:

1. Aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual baik dari pada aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pendekatan kontekstual lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvesional.

B. Saran

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, saran yang dapat dikemukakan yaitu : 1. diharapkan guru dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan

(62)
(63)

Abdurrahman, Mulyono. 1999.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Bloom, Benjamin S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The

Classi-fication of Educational Goals. London: David McKay Company, Inc. Dalyono, M. 1997.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.

Darsono, Max. 2000.Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Djaramah. 2006.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta

Hakim, Thursan. 2000.Belajar Secara Efektif,Jakarta: Rineka Cipta.

Hakim, Thursan. 2005. Ketuntasan Belajar Secara Klasikal. Jakarta: Kencana Prenada Media

Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: Bumi Aksara.

Herdian.2010.Kemampuan Pemahaman Matematika. Tersedia :

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/. (27 November 2011)

Komalasari, Kokom 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Refika Aditama.

Makmun, Abin syamsudin. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontekstual.Jakarta: Bumi Aksara.

(64)

Learning/CTL dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM PRESS. Rohani, Ahmad. 2004.Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya. 2006.Contextual Teacing and Learning. Jakarta: Bumi Aksara

Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Syah, Muhibin. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prkatek. Jakarta: Rineka Cipta

Sugandi, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Gambar

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Tabel 3.5 Tabel Daya Pembeda
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang pertumbuhan tanaman tebu ( Saccharum Officinarum L.) varietas VMC dan PSJT dengan menggunakan bibit stek dengan jumlah mata

Salah satu permasalahan serius yang sering terjadi dalam proses belajar adalah adanya perasaan ragu pada diri siswa untuk menyampaikan permasalahan yang dialaminya dalam

Penelitian ini akan melihat pengaruh dan hubungan kausal antara variabel bebas ( independent variable) yaitu bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga,

Menurut peruntukkannya, masjid tidak hanya berfungsi ibadah, khususnya shalat dengan segala rangkaiannya, namun masjid juga berfungsi sosial ± seperti pendidikan,

• Station – scan dan conent AP dengan frekuensi &amp; SSID yang sama, mode ini TIDAK DAPAT di BRIDGE. • Station-bridge – sama seperti station, mode ini

“Bakkahَّ dalamَّ acaraَّ pameranَّ bekerjasamaَّ denganَّ CV.َّ Ridho Ilahi yang sebagai pelaksana dalam acara pameran haji dan umroh. Bakkah bekerjasama dengan

Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan dan disesuaikan dengan tingkat pembangunan negara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program