• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2004 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2004 2008"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN

PRIORITAS PEMBANGUNAN EKONOMI

DI KABUPATEN SRAGEN

TAHUN 2004-2008

TESIS

Program Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan

S U N A R D I

S4209039

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

MOTTO

ಯHIDUP ADALAH PERJUANGAN MENGGAPAI CITA DAN DICINTAKAN

UNTUK MEMPEROLEH KEHIDUPAN YANG LANGGENGರ

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus

dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. (

Aldus Huxley)

Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya; tidak kelihatan olehnya

walaupun nyata. Kecil di pandangnya walaupun bagaimana besarnya. ( Jalinus At Thabib)

Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja

tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu. ( Marcus

Aurelius)

Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan

dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak. (Benjamin Franklin)

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Untuk :

Istriku tercinta dan anakku tersayang atas semua doa untukku,

pengertian, motivasi, kasih sayang, cinta, ketulusan dan keikhlasanmu

selama ini.

Orang tuaku dan keluargaku yang selalu mendukungku.

Sahabat se angkatan dan se kantor atas semua bantuan dan

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan,

pertolongan, dan kasih sayang-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul:

“Identifikasi Sektor Unggulan Dan Prioritas Pembangunan Ekonomi di Kabupaten

Sragen tahun 2005-2009”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Magister Sains pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik

secara moril maupun materiil. Dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam

penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Suranto, M.Sc. PhD, selaku Direktur Program Megister Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Dr. JJ. Sarungu, MS, selaku Ketua Program Magister Ekonomi dan Studi

Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Dr. Agustinus S., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan motivasi dan

aspirasi dalam penyelesaian tesis.

(8)

commit to user

viii

waktu tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang

sangat berarti sehingga penulis bisa menyelesaiakn tesis ini.

6. Bapak Drs. Supriyono, M.Si., selaku Pembimbing yang telah memberikan banyak

inspirasi dan dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran

memberikan bimbingan sampai tesis ini selesai.

7. Teman-teman Bappeda Kabupaten Sragen yang telah mensupport terlaksananya

penelitian ini.

8. Istri, anak-anakku, keluarga dan sobatku yang tidak henti-hentinya memberikan

dorongan dan motivasi serta sabar mendampingi hingga tersusunnya tesis.

9. Seluruh Staf Administrasi dan Pendidikan MESP – UNS serta Citivas Akademis

Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Tesis ini tentunya masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya

tesis ini.

Semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi segenap pembaca.

Surakarta, Pebruari 2011

Sunardi

(9)

commit to user

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 13

2. Teori Basis Ekonomi... 16

3. Teori Perubahan Struktur Ekonomi... 17

(10)

commit to user

x

1. Pengertian Pendapatan Nasional... 19

2. Pendapatan Nasional dan Kesejahteraan Masyarakat ... . 20

3. Penghitungan Pendapatan Nasional ... 21

4. Metode Penghitungan Pendapatan Nasional di Indonesia .... 21

D. Studi Terdahulu... 24

E. Kerangka Pemikiran... . 27

1. Pertumbuhan Ekonomi... 29

2. Perubahan Struktur Ekonomi ... ... 30

3. Kontribusi Sektor Ekonomi ... 31

4. Sektor Unggulan ... 32

5. Kebijakan Ekonomi ... ... 32

6. Tujuan pembangunan ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN ... 34

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

B. Jenis dan Sumber Data... 34

C. Definisi Operasional... 35

D. Metode Analisis ... 35

1. Pertumbuhan Ekonomi ... 36

2. Analisis Shift Share ... ... 36

3. Analisis Location Quotient (LQ)... 38

4. Analisis MPR ... . 39

(11)

commit to user

xi

A. Perkembangan PDRB di Kab. Sragen ... 42

B. Perkembangan Sektor-sektor Ekonomi di Kab. Sragen... 43

C. APBD Kabupaten Sragen selama 5 tahun ... 43

D. Diskripsi Data Hasil Penelitian ... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. PDRB Kab. Sargen menurut harga berlaku ... 43

Tabel 4.2. APBD Kabupaten Sragen ... 44

Tabel 4.3. PDRB Jawa Tengahmenurut harga konstan ... 45

Tabel 4.4. PDRB Kab. Sragen menurut harga konstan ... 46

Tabel 4.5. Prosentase (%) didtribusi PDRB Jateng menurut sektor atas dasar harga berlaku 2004-2008 ... 48

Tabel 4.6. PDRB kabupaten Sragen menurut Lapangan Usaha 2004-2008 ADHB ... 49

Tabel 4.7. Prosentase (%) didtribusi PDRB Kab. Sragen menurut sektor atas dasar harga berlaku 2004-2008 ... 51

Tabel 4.8. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 (milyard) ... 52

Tabel 4.9. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 53

Tabel 4.10. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertambangan dan penggalian Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 54

Tabel 4.11. Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 55

(13)

commit to user

xiii

menurut harga bkonstan 2004-2008 ... 56

Tabel 4.14 Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan Kabupaten Sragen

menurut harga konstan 2004-2008 ... 57

Tabel 4.15. Pertumbuhan PDRB Sektor pengankutan dan Komonikasi

Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 58

Tabel 4.16. Pertumbuhan PDRB Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Kabupaten Sragen menurut hargakonstan 2004-2008 ... 59

Tabel 4.17. Pertumbuhan PDRB Sektor Jasa-jasa Kabupaten Sragen

menurut harga konstan 2004-2008 ... 60

Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen

2004-2005 ... 61

Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen

2004-2008 ... 61

Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen

2004 ... 61

Tabel 4.20. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen

2005 ... 62

Tabel 4.21. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen

2006 ... 62

Tabel 4.22. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen

2007 ... 63

Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen

2004 s/d 2008 ... 63

(14)

commit to user

xiv

Tabel 4.26. Hasil Perhitungan Model Ratio Pertumbuhan Kab. Sragen

2004-2008 ... 70

Tabel 4.27. Hasil Perhitungan Overlay Kabupaten Sragen 2004-2008 ... 72

(15)

commit to user

xv

Halaman

Peta Kabupaten Sragen ... 6

Kerangka pemikiran ... 28

(16)

commit to user

Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi dan menentukan peranan

masing – masing sektor ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Sragen, 2) mengidentifikasi sektor ekonomi yang memiliki kontribusi paling besar terhadap

PDRB di Kabupaten Sragen dan 3) mengetahui sektor ekonomi yang dapat diprioritas dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 (data terbaru) Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sragen. Untuk menentukan sektor unggulan pada penelitian ini sesuai dengan tujuan digunakan

berbagai alat analisis yang digunakan antara lain, Shift Share Klasik , Location

Quotient(LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Overlay. Hasil analisis Shift-Share menggunakan metode klasik menunjukkan bahwa perkembangan sektor ekonomi Kabupaten Sragen tahun 2004-2008 berturut-turut adalah sektor industri pengolahan, jasa-jasa, perdagangan dan listrik, gas dan air bersih. Hasil analisis LQ menunjukkan Kabupaten Sragen mempunyai 4 (empat) sektor basis, yaitu sektor Pertanian dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.776; sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.613; sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.134 dan sektor Jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.321. Hasil analisis MRP menunjukkan 1) Sektor ekonomi pada tingkat Propinsi Jawa Tengah dan pada tingkat Kabupaten Sragen memiliki pertumbuhan yang menonjol (kategori pertama), ada 4 (empat) sektor yaitu : Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Bangunan dan Pengangkutan dan Komunikasi, 2) Sektor ekonomi pada tingkat Propinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan yang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Sragen kurang menonjol (kategori kedua) ada 2 (dua) sektor ekonomi, yaitu : Listrik, Gas dan Air Bersih dan Jasa-Jasa, dan 3) Sektor ekonomi pada tingkat Propinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan yang kurang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Sragen menonjol (kategori ketiga), hanya ada satu yaitu sektor Perdagangan. Hasil analisis Overlay menunjukkan: 1) Sektor yang potensial meskipun kontribusinya rendah tetapi pertumbuhannya tinggi ada 5 (lima) sektor ekonomi yaitu Pertambangan Dan Penggalian; Industri Pengolahan; Bangunan; Perdagangan dan Pengangkutan dan Komunikasi, 2) Sektor yang memiliki pertumbuhan yang kecil tetapi kontribusinya besar ada 4 (empat) sektor yaitu Pertanian; Listrik, Gas Dan Air Bersih; Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dan Jasa-jasa.

Kata Kunci:

Identifikasi, sektor unggulan, prioritas pembangunan, Shift Share Clasic, Location

(17)

commit to user

SUNARDI

NIM S4209039

LEADING SECTORS AND IDENTIFICATION ECONOMIC

DEVELOPMENT PRIORITIES IN THE DISTRICT SRAGEN

2004-2008 YEAR

The aim of this research are: 1) to identify and determine the role of each - each economic sector to the GDP in Sragen Regency, 2) to identify the economic sectors that have the greatest contribution to the GDP in Sragen regency and 3) to determine the economic sector that can be prioritized in economic development in Sragen. Used prosesing in this study are GDP data at current prices from 2004 until the year 2008 (latest data) Central Java Province and Sragen. To determine the dominant sector in accordance with the purpose of this study used a variety of analysis tools used, among

others, Shift Share Classical, Location Quotient (LQ), Model Growth Ratio (MRP) and

Overlay. The result of Shift-Share analysis using classical methode showed Sragen Regency’s economical sector development in 2004 until 2008 are manufacturing industries, services, trade, electricity, oil and clean water sector. LQ analysis results show Sragen Regency has 4 (four) basic sector, namely agriculture sector with LQ average of 1776, the sector of Electricity, Gas And Water Supply by LQ on average by 1613, Financial sector, Ownership, And Corporate Services LQ index by an average of 1134 and the Services sector with an average LQ of 1321. Analytical results indicate MRP 1) Sector (activities) in Central Java Province level and at the level of Sragen regency has an outstanding growth (first category), there are four sectors: Mining and Quarrying; Manufacturing; Construction and Transportation and Communication, 2) sectors (activities) at the level of Central Java Province have outstanding growth, but at levels less prominent Sragen (second category) there are 2 (two) sectors: Electricity, Gas And Water Supply and Services, and 3) Economic sector (activities) at the level of Central Java Province, has a growth that is less prominent, but at the level of Sragen Regency prominent (third category), there is one that is hany trade sector. Overlay analysis results showed: 1) sector is a potential, although its contribution is low but high growth is 5 (five) sectors are Mining and Quarrying; Manufacturing; Construction; Trade and Transport and Communication, 2) sector which has a small growth but there is a large contribution 4 (four) sectors, namely Agriculture; Electricity, Gas And Water Supply; Finance, Rental, And Service Companies and Services.

Keywords:

Identification, leading sector, development priority, Share Shift Classic, Location Quotient (LQ), Ratio of Growth Model and Overlay.

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan pembangunan

yang tidak bisa terpisah dari pembangunan nasional. Oleh karena itu

keberhasilan pembangunan daerah merupakan perwujudan dari

pembangunan nasional, yang mana pemerataan pembangunan antar daerah

sangat diperlukan sehingga hasil pembangunan dinikmati oleh seluruh

rakyat Indonesia sebagaimana dikemukakan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (2004 – 2009).

Diberlakukannya Undang–undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

Pemerintah daerah dan Undang–undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Hal tersebut merupakan

perwujudan dari kebijakan pemerintah pusat untuk memberdayakan dan

meningkatkan kemampuan perekonomian daerah. Keempat undang-undang

tersebut memiliki makna yang penting karena daerah diberikan kewenangan

dan pembiayaan.

(19)

commit to user

Kewenangan tersebut mencakup bidang pemerintahaan kecuali

kewenangan dalam bidang luar negeri, agama, peradilan, pertahanan serta

moneter dan fiskal. Begitu pula kewenangan pembiayaan di mana daerah

dapat menggali sekaligus memanfaatkan sumber potensi ekonomi serta

potensi sumber daya alam tanpa ada intervensi dari pemerintah pusat. Hal

tersebut akan berdampak terhadap kemajuan daerah yang pada akhirnya

terciptanya peningkatan pembangunan di daerah, pemerintah daerah

mempunyai fungsi antara lain mengalokasikan sumber-sumber ekonomi

dalam bentuk barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian kegiatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dalam

mengelola dan memanfaatkan sumber daya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup masyarakat di daerah. Begitu pula dalam pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya alam harus dikelola dengan bijaksana.

Menurut Arsyad (1999:108), pembangunan ekonomi daerah adalah

suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan

kerja baru serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam

wilayah tersebut. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah

untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyakat di daerah.

Dikemukakan oleh Todaro (2000:137), ada tiga faktor atau

(20)

commit to user

Ketiganya adalah akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan

tehnologi. Akumulasi modal meliputi semua jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya

manusia. Akumulasi modal terjadi jika sebagian pendapatan ditabung dan

diinvestasi kembali dengan tujuan untuk memperbesar output dan

pendapatan dikemudian hari. Pertumbuhan penduduk secara tradisional

dianggap sebagai salah satu faktor positif yang menambah produktivitas.

Kemajuan teknologi merupakan sumber pertumbuhan dengan pengertian

sederhana bahwa kemajuan teknologi terjadi karena ditemukan cara baru

atau perbaikan cara lama yang menangani pekerjaan tradisional.

Pada umumnya pembangunan daerah difokuskan pada pembangunan

ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan peningkatan

produksi barang dan jasa yang sering disebut dengan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Faktor utama yang menentukan pertumbuhan

ekonomi daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar

sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah

karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono, 1999:1).

Selanjutnya menurut Sjahrial (2008:212), Strategi pembangunan yang

berlandasan pertumbuhan ekonomi antar sektor dan lintas sektor serta antar

wilayah dan lintas wilayah dapat mewujudkan keseimbangan dan

keberlanjutan pembangunan sehingga stabilitas dan pemerataan dapat

(21)

commit to user

Munir (2002:65), masalah pokok dalam pembangunan daerah

terletak pada penekanan terhadap kebijaksanaan pembangunan yang

didasarkan pada kekhasan karakteristik daerah atau kearifan lokal yang

bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi

sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal.

Orientasi ini mengarahkan pada tumbuhnya inisiatif, inofatif dan kreatifitas

dari daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan

kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan produktif.

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak

pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan

mentah-mentah terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan

berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat bagi daerah yang

lain. Jika akan membangun suatu daerah, kebijaksanaan yang diambil harus

sesuai dengan kondisi daerah, meliputi: masalah, kebutuhan dan potensi

daerah bersangkutan. Oleh karena itu penelitian yang mendalam tentang

kondisi setiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan

informasi yang berguna dalam penyusunan perencanaan pembangunan

daerah.

Pertumbuhan ekonomi daerah dapat ditingkatkan dengan kebijakan

utama yang dilaksanakan dan diusahakan semaksimal mungkin potensi yang

dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, mengingat potensi masing-masing

daerah harus menentukan kegiatan sektor dominan atau unggulan,

(22)

commit to user

kabupaten/kota di Provinsi Sragen, yang melaksanakan otonomi daerah, di

mana memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan

pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. Begitu pula

memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan

memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dinikmati oleh

masyarakat di daerah Sragen.

Pemerintah Kabupaten Sragen, dengan luas wilayah 941,55 km2

persegi atau 28,97 persen dari Provinsi Jateng, terletak di antara 110º 45’ -

141º 10’ bujur timur dan 7º15’-7º30’ lintang selatan. Kabupaten Sragen

sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan, sebelah

barat dengan Boyolali, sebelah selatan berbatasan dengan Karanganyar dan

sebelah timur berbatasan dengan Ngawi (Jawa Timur). Jumlah penduduk

Kabupaten Sragen pada tahun 2008 berjumlah 869.650 Jiwa, terdiri dari

laki-laki 431.191, perempuan 440.760 jiwa dengan sex ratio 978 dan

kepadatan penduduk mencapai 926 jiw/km2. Tingkat pertumbuhan

penduduk sebesar 0,34% dengan jumlah kecamatan sebanyak 20

kecamatan, dengan196 Desa dan 12 Kalurahan. Perkembangan Produk

Domestik Regional Bruto Kabupaten Sragen atas dasar harga konstan pada

tahun 2008 sebesar 2.729.450,33 Juta rupiah dan atas dasar harga berlaku

sebesar Rp. 5.170.914,12 Juta rupiah, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar

(23)

commit to user

harga beerlaku Rp. 5.945.205,84,- dan atas dasar hatga kontas sebesar Rp.

3.138.157,71,- (BPS Kabupaten Sragen, 2009).

Adapun untuk mengetahui kondisi Kabupaten Sragen dapat dilihat

pada peta Gambar 1.1. berikut ini.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi

sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten Sragen. Hal ini untuk

menetapkan perencanaan pembangunan sekaligus dapat memprioritaskan

program pembangunan yang akan dilaksanakan, sehingga tujuan yang

direncanakan tepat pada sasaran. Begitu pula dapat membantu pemerintah

daerah untuk menentukan dan menetapkan arah kebijakan yang lebih tepat

dan akurat.

Berdasarkan uraian di atas dikaitkan dengan keterbatasan sumber

(24)

commit to user

perencanaan pembangunan daerah dengan menentukan skala prioritas yang

berkepentingan terhadap masyarakat, maka sektor unggulan mempunyai

kedudukan yang penting dalam kaitannya pembangunan ekonomi daerah.

Selain sebagai penyumbang utama dalam PDRB, sektor unggulan diyakini

akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara luas. Untuk itu

dirasa perlu mengidentifikasi sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten

Sragen, sehingga dapat teridentifikasi potensinya untuk dikembangkan

sebagai upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan prioritas

pembangunan di Kabupaten Sragen. Dengan demikian dapat ditentukan

kebijakan yang tepat dan akurat serta dapat merumuskan permasalahannya.

Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa peranan sektor di

Kabupaten Sragen belum teridentifikasi, sehingga konsekwensinya bahwa

kebijakan dan pelaksananaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan

oleh Pemerintah Daerah belum sepenuhnya mengacu pada sektor unggulan,

sehingga topik dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi sektor dan

prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, sangat

diperlukan bagaimana keberadaan dan peran dari sektor - sektor ekonomi di

Kabupaten Sragen untuk menentukan arah kebijakan dan pelaksanaan

pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen, adapun permasalahan yang

(25)

commit to user

1. Bagaimana peranan masing - masing sektor ekonomi terhadap PDRB di

Kabupaten Sragen ?

2. Sektor ekonomi manakah yang paling besar kontribusinya terhadap

PDRB di Kabupaten Sragen ?

3. Sektor ekonomi manakah yang harus mendapatkan prioritas dalam

pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen ?

C. Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, tujuan

penelitian ini antara lain :

1. Mengidentifikasi dan menentukan peranan masing - masing sektor

ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Sragen.

2. Mengidentifikasi sektor ekonomi yang memiliki kontribusi paling besar

terhadap PDRB di Kabupaten Sragen

3. Mengetahui sektor ekonomi yang dapat diprioritas dalam pembangunan

ekonomi di Kabupaten Sragen

D. Manfaat

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1) Sebagai bahan masukan, informasi atau pedoman bagi para pejabat atau

Stakeholder di Kabupaten Sragen dalam pengambilan kebijakan atau

(26)

commit to user

SKPD, dalam menentukan arah kebijakan di bidang pembangunan

ekonomi;

2) Memberikan gambaran tentang peluang pembangunan ekonomi yang

sesuai dengan sektor unggulan.

(27)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas

hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses

yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara

dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Pembangunan ekonomi mempunyai pengertian :

a. Suatu proses perubahan yang terjadi secara terus menerus, (2) Usaha

untuk menaikkan pendapatan perkapita, (3) Kenaikan pendapatan

perkapita berlangsung dalam jangka panjang (4) Perbaikan sistem

kelembagaan di segala bidang misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial

dan budaya. Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari aspek yaitu: aspek

perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi

(baik formal maupun informal). (Lincolyn, 1999).

b. Pembangunan sebagai pergerakan keatas dari seluruh sistem sosial yang

menekankan pada pentingnya pertumbuhan dengan perubahan khususnya

perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. (Kuncoro, 2004). Tiga nilai pokok

dalam keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu :

(28)

commit to user

1) Ketahanan (Sustenance) merupakan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan pokok seperti pangan, papan, kesehatan, proteksi untuk

mempertahankan hidup.

2) Harga diri (Self Esteam) merupakan pembangunan yang seharusnya

memanusiakan orang. Pengertian dalam arti luas pembangunan suatu

daerah seharusnya meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang

berada di daerah atau wilayah tersebut.

3) Freedomfrom servitude merupakan kebebasan bagi setiap individu

suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha

untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

B. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana

pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya, sumber daya yang

ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan

sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah

atau daerah (Arsyad, 1999: 298). Selanjutnya dikatakan pula, bahwa tujuan

utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan dan

memperbesar peluang kerja bagi masyarakat yang ada di daerah. Untuk

mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus

bersama-sama mengambil inisiatif memanfaat seluruh potensi yang ada secara optimal

(29)

commit to user

Menurut Blakely (1994:50) pembangunan ekonomi daerah adalah

suatu yang berorientasi pada proses tersebut meliputi pembangunan institusi

baru, pembangunan industri alternatif, pengembangan kapasitas tenaga kerja

yang tersedia untuk menghasilkan produk yang lebih bagus, identifikasi pasar,

alih tehnologi dan mendirikan perusahaan maupun kooperat lainnya.

Selanjutnya dikatakan bahwa karakteristik utama dari pembangunan ekonomi

daerah adalah penekanan pada pembangunan endogen yang menggunakan

sumber daya manusia dan sumber daya alam, daerah untuk menciptakan

kesempatan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1992:511), proses pembangunan

ekonomi ada empat (4) faktor yang menjadi modal pembangunan ;

1) sumber daya manusia (ketersediaan tenaga kerja, pendidikan dan

motivasi);

2) sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar dan iklim);

3) pembentukkan modal (mesin-mesin dan jalan raya);

4) tingkat tehnologi (pengetahuan, rekayasa, manajemen dan

kewiraswastaan).s

Dari keempat hal tersebut masing-masing mempunyai kontribusi

terhadap pertumbuhan ekonomi dan arah terhadap daerah tentang

(30)

commit to user

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian suatu negara dianggap berhasil atau tidak dalam

program pembangunan dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat

pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi

merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan

suatu negara atau daerah. Pengejaran pertumbuhan merupakan tema

sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini

(Todaro, 2000:136).

Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara umumnya

perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah

pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti bahwa penghalang utama

dalam pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya

kekurangan modal. Kalau masalah kekurangan modal ini teratasi, maka

proses pembangunan di negara-negara berkembang akan lebih cepat

mencapai sasaran (Widodo, 1990:35). Selanjutnya dikatakan bahwa laju

“pertumbuhan ekonomi” adalah proses kenaikkan output per kapita dalam

jangka panjang. Oleh karena itu, pemakaian indikator pertumbuhan

ekonomi biasanya dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya selama

Pelita atau periode tertentu (dekade), tetapi dapat pula secara tahunan.

Menurut Djojohadikusomo (1994:1), pertumbuhan ekonomi

bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa

(31)

commit to user

menyangkut dengan perkembangan dan diukur dengan meningkatnya hasil

produksi dan pendapatan.

Menurut Perroux (1970), teori pusat pertumbuhan merupakan teori

yang menjadi dasar dan strategi kebijaksanaan daerah yang banyak

diterapkan di berbagai negara dewasa ini (lihat Arsyad 1999 : 147-148).

Selanjutnya dikemukakan bahwa pertumbuhan tidak muncul di berbagai

daerah pada waktu yang sama tetapi terjadi pada pusat pertumbuhan

dengan intensitas yang berbeda. Inti dari teori pertumbuhan sebagai

berikut:

1) Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan

(L´ Industrie Matrice) yang merupakan industri penggerak utama

dalam pembangunan suatu daerah. Keterkaitan antarindustri sangat

erat maka perkembangan industri unggulan akan pengaruhi

perkembangan industri yang lain yang berhubungan dengan erat

industri unggulan tersebut.

2) Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan

perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola

konsumsi yang berbeda antardaerah sehingga perkembangan industri

di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah lainnya.

3) Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif

aktif (industri unggulan) dengan industri-industri yang pasif yakni

(32)

commit to user

pertumbuhan pada daerah yang relatif maju akan mempengaruhi

daerah yang kurang maju atau daerah yang relatif pasif.

Todaro (2000:14) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

adalah kenaikkan kapasitas jangka panjang dari negara untuk menyediakan

berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikkan kapasitas itu

sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan teknologi, institusional

(kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Selanjutnya dikemukakan oleh Todaro (2000:94-96), teori

pertumbuhan bertahap linier mengangkat beberapa teori pertumbuhan

bertahap yang dianggap berjalan dari satu tahap ke tahap berikutnya.

Sebenarnya teori pertumbuhan sudah lama sekali yang dikemukakan oleh

Adam Smith melalui tahapan perburuan, peternakan, pertanian, komersial

dan industrialisasi. Colin Clark mengemukakan tahap-tahap produksi

primer, sekunder dan tersier. Karl Marx mengajukan tahap-tahap

tradisonal, feodalisme, kapitalisme dan sosialisme. Seperti diketahui

pentahapan Marx tersebut merupakan pendorong bangkitnya faham politik

sosialisme yang kuat.

Namun pada era berkembangnya ekonomika pembangunan, pada

tahun 1959, Walt Whitman Rostow mengemukakan teori tahap-tahap

pertumbuhannya yang sangat terkenal. Menurut Rostow (1959),

pertumbuhan berjalan melalui tahap-tahap : 1). masyarakat tradisional, 2).

prakondisi untuk lepas landas, 3) lepas landas, 4). pendewasaan dan 5).

(33)

commit to user

pengamatan sejarah ekonomi yang di lakukan untuk negara-negara

industri maju khususnya Inggris, merupakan teori tentang sejarah ekonomi

yang berlaku umum (lihat Kuncoro, 1997 : 45).

Pandangan ahli ekonomi klasik seperti Adam Smith, David

Ricardo, Thomas Roberth Malthus dan John Stuarr Mill, ada empat (4)

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yakni : a). jumlah

penduduk, b). jumlah stock barang-barang modal, c) luas tanah dan

kekayaan alam serta d). tingkat tehnologi yang digunakan (lihat Sukirno,

1985 : 275).

2. Teori Basis Ekonomi

Menurut Arsyad (1999 : 116), mengemukakan bahwa teori basis

ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan suatu

daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa

dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya

lokal termasuk tenaga kerja (job creation) dan bahan baku untuk diekspor

akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja dalam

jangka panjang.

Selanjutnya dikemukakan oleh Bendavid–Val (1991:77), bahwa

teori basis ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi regional (daerah) yang

sangat tergantung dari permintaan luar daerah akan produk-produk daerah

tersebut. Lebih jelas dikatakan bahwa pertumbuhan atau penurunan

(34)

commit to user

mengekpor keluar daerah tersebut. Ekspor tersebut baik dalam bentuk

barang maupun jasa termasuk tenaga kerja. Industri yang melakukan

kegiatan ekspor disebut sektor basis. Apabila permintaan akan barang

dan jasa meningkat (ekspor), dari daerah maka sektor basis akan

berkembang dan pada gilirannya nanti perkembangan ini akan mendorong

tumbuhnya sektor-sektor non basis. Dengan demikian akan terjadi

peningkatan pendapatan, investasi, konsumsi dan kemampuan kerja di

dalam daerah.

3. Teori Perubahan Struktur Ekonomi

Menurut Todaro (2000:84), mengemukakan bahwa teori

perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi

ekonomi domestik dari suatu perekonomian yang tertinggal (under

development economics) yang semula bersifat subsisten menuju ekonomi

yang bersifat lebih maju, lebih ke arah kota dan lebih mengarah pada

industri manufaktur. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada dasarnya

teori tentang perubahan struktur ini menjelaskan fenomena yang terjadi

pada negara-negara sedang berkembang yang didominasi oleh kegiatan di

pedesaan menuju kepada perekonomian yang berorientasi kota dalam

bentuk industri dan jasa.

Kuznes (1955), mengatakan bahwa perubahan struktur ekonomi

atau transformasi struktural ditandai dengan adanya perubahan persentase

(35)

commit to user

disebabkan adanya intensitas kegiatan manusia dan perubahan tehnologi

(lihat Sukirno 1985:77). Selanjutnya dikatakan bahwa perubahan struktur

ekonomi dapat dipahami dengan terjadinya proses perubahan dengan

menggunakan konsep sektor primer, sekunder dan tersier. Begitu pula

perubahan struktur ekonomi juga dapat dipahami dari proses perubahan

kegiatan ekonomi tradisional ke arah ekonomi modern atau dari ekonomi

subsisten ke ekonomi pasar atau modern. Dikemukakan oleh

Sumodiningrat (1996:15), menyatakan bahwa hal-hal yang mendasar

dalam rangka perubahan struktur ekonomi adalah berawal dari langkah

pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan dan pemberdayaan

manusia.

4. Teori Lokasi

Teori ini mengatakan bahwa lokasi mempengaruhi pertumbuhan

daerah khususnya bila dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri.

Pemilihan lokasi yang tepat seperti memaksimumkan peluangnya untuk

mendekati pasar lebih dipilih oleh perusahaan karena dapat

meminimumkan biaya. Model pengembangan industri kuno menyatakan

bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya termurah antara bahan baku

dengan pasar. Keterbatasan dari teori lokasi ini adalah teknologi dan

komunikasi modern yang telah mengubah signifikansi suatu lokasi

tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang. Selanjutnya Alfred

(36)

commit to user

sebagai faktor pertimbangan lokasi. Teori ini menentukan dua kekuatan

lokasional primer, yaitu orientasi transpor dan orientasi tenaga kerja.

Biaya transpor adalah flat berdasarkan pada berat muatan dan fasilitasi

transportasi ke segala jurusan, tetapi kenyataannya pada umumnya biaya

transpor untuk hasil akhir seringkali lebih tinggi dari pada untuk bahan

baku dan fasilitas transpor terbatas pada sejumlah rute. Terbatasnya

pelayanan transpotrasi pada beberapa rute bersama-sama biaya

penanganan merupakan faktor penting terhadap pemilihan lokasi industri,

yang pada umumnya cenderung menempatkan pada lokasi nodal, yang

merupakan jalan sambung transportasi atau titik pindah muat.

C. Pendapatan Nasional

1. Pengertian Pendapatan Nasional

Lipsey dan Steiner (dalam Sunarto dan Bambang, 2007)

mendefinisikan Pendapatan Nasional sebagai nilai dari seluruh produk

yang dihasilkan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam suatu negara selama

satu tahun. Nilai yang dimaksud dalam perhitungan pendapatan nasional

adalah nilai jual, dengan sendirinya termasuk pajak-pajak yang timbul atas

transaksi penjualan barang/jasa tersebut.

Pendapatan nasional dapat juga disebut sebagai Produk Nasional.

Produk nasional mengindikasikan nilai jual dari seluruh produk yang

dihasilkan, sedangkan Pendapatan Nasional mengindikasikan jumlah yang

(37)

commit to user

tersebut (Sunarto dan Bambang, 2007). Sedangkan menurut Badan Pusat

Statistik (BPS), Pendapatan Nasional adalah pendapatan bersih seluruh

warga negara dari suatu negara selama satu tahun.

2. Pendapatan Nasional Dan Kesejahteraan Masyarakat

Karena pendapatan nasional adalah nilai dari seluruh produk yang

dihasilkan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam suatu negara, maka besar

atau kecilnya pendapatan nasional dapat dilihat sebagai gambaran tentang

tingkat kesejahteraan masyarakat di negara yang bersangkutan.

Penghitungan pendapatan nasional dilakukan setiap tahun, untuk

mengetahui perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Oleh

karena itu pemerintah selalu berusaha untuk dapat meningkatkan

pendapatan nasional.

Namun demikian pertumbuhan ekonomi yang hanya diukur

dengan pendapatan nasional tidak linier atau tidak berkorelasi positif

dengan kesejahteraan masyarakatnya. Pendapatan nasional yang

meningkat dari tahun ke tahun belum tentu diikuti dengan meningkatnya

kesejahteraan masyarakatnya. Kesejahteraan masyarakat pada umumnya

akan ikut meningkat, jika meningkatnya pendapatan nasional diikuti oleh

pemerataan di antara penduduknya. Oleh karena itu, seharusnya sasaran

pemerintah tidak hanya pada meningkatnya pendapatan nasional,

melainkan harus diikuti dengan upaya pemerataan (Sunarto dan Bambang,

(38)

commit to user

3. Pendekatan Penghitungan Pendapatan Nasional

Lipsey dan Steiner (dalam Sunarto dan Bambang, 2007)

mengemukakan bahwa penghitungan Pendapatan Nasional dapat

dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu Pendekatan Pengeluaran

(pengeluaran uang dari rumah tangga ke perusahaan) dan Pendekatan

Produksi (nilai produk seluruh perusahaan yang diserahkan ke rumah

tangga). BPS juga menerapkan dua pendekatan tersebut. Tidak ada

perbedaan hasil penghitungan dari dua pendekatan ini karena kedua

pendekatan tersebut sebenarnya menghitung besarnya aliran pendapatan

yang sama. Perbedaannya hanya karena titik aliran tempat melakukan

penghitungan.

4. Metode Penghitungan Pendapatan Nasional Di Indonesia

BPS menghitung pendapatan nasional melalui dua pendekatan,

yaitu Pendekatan Produksi dan Pendekatan Pengeluaran, yang keduanya

menghasilkan jumlah yang sama. Dengan Pendekatan Produksi,

dijumlahkan seluruh nilai produksi yang dikelompokkan ke dalam

sembilan lapangan usaha yang meliputi (1) Pertanian, Peternakan,

Kehutanan, dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri

Pengolahan, (4) Listrik, Gas, dan Air Bersih, (5) Bangunan, (6)

Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8)

(39)

commit to user

dengan Pendekatan Pengeluaran dihitung pengeluaran menurut jenis

pengeluaran sebagaimana yang lazim dirumuskan dalam bentuk:

Y = C + I + G + (X – M),

Untuk ini BPS mengelompokkan pengeluaran (belanja) ke dalam

enam jenis pengeluaran karena I (investasi) dipisah ke dalam dua

kelompok, yakni Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dan

Perubahan Stok (persediaan barang). Dengan demikian pengelompokan

jenis pengeluaran menurut BPS meliputi: (1) Konsumsi Rumah Tangga,

(2) Konsumsi Pemerintah, (3) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto,

(4) Perubahan Stok, (5) Ekspor Barang/Jasa, dan (6) Impor Barang/Jasa.

Dalam menghitung PDB pendekatan produksi, yang dihitung

adalah nilai tambah bruto yang diberikan oleh perusahaan dalam proses

produksinya. Nilai tambah tersebut diperoleh dari perkalian jumlah

produksi dengan harga barang yang bersangkutan, selanjutnya dikurangi

dengan biayaantara, yakni nilai bahan yang dipergunakan dalam proses

produksi. PDB adalah jumlah dari nilai tambahan bruto (belum dikurangi

penyusutan alat produksi) dari seluruh pelaku ekonomi di dalam negeri

selama satu tahun. Karena PDB hanya menghitung nilai produk di dalam

(40)

commit to user

dalam negeri, tetapi belum termasuk pendapatan warga negara sendiri di

luar negeri (perhatikan hierarki perhitungan di atas). Data tersebut

dikumpulkan oleh kantor-kantor statistik di kabupaten/kota yang

selanjutnya dikompilasi oleh BPS pusat (Sunarto dan Bambang, 2007).

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, diperlukan

penjelasan singkat mengenai istilah yang dipergunakan dalam Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) dilihat dari segi pengertian sebagai

berikut.

a) (1) Dari segi produksi adalah jumlah nilai netto dari produksi

barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi di dalam suatu

daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

(2) Dari segi pendapatan adalah jumlah barang dan jasa (pendapatan)

yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses

produksi di suatu daerah (wilayah) dalam waktu tertentu (satu

tahun).

(3) Dari segi pengeluaran adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan

untuk dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah dan lembaga swasta yang tidak mencari untung serta

pengeluaran untuk investasi dan ekspor suatu daerah dalam jangka

waktu tertentu (satu tahun).

Berdasarkan pengertian tersebut, produk domestik regional bruto

adalah seluruh produk atau nilai tambah barang dan jasa yang

dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu daerah dalam jangka

(41)

commit to user

b) Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku adalah

jumlah seluruh agregat ekonomi yang dinilai atas dasar harga yang

terjadi pada waktu itu.

c) Sektor ekonomi adalah sektor menurut lapangan usaha yang terdapat

dalam produk domestik regional bruto yang mencakup 9 (sembilan)

sektor antara lain: a) Pertanian, b) Pertambangan dan Penggalian, c)

Industri Pengolahan, d) Listrik dan Air Bersih (Minum), e) Bangunan,

f) Perdagangan, Hotel dan Restauran, g) Pengangkutan dan

Komunikasi, h) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan i)

Jasa-Jasa.

d) Sektor unggulan atau sektor ekonomi potensial adalah sektor atau

kegiatan perekonomian yang mampu melayani baik pasar domestik

maupun pasar luar daerah.

e) Sektor non unggulan adalah sektor atau kegiatan perekonomian yang

hanya mampu melayani pasar di daerah sendiri.

D. Studi Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan identifikasi sektor unggulan telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu baik dalam negeri maupun luar negeri

dengan daerah penelitian yang berbeda dan periode waktu penelitian yang

berbeda pula. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Rex (1977), di

Arizona dengan menggunakan analisis Location Quotient. penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan basik ekonomi selama periode

(42)

commit to user

Arizona selama periode penelitian yaitu kegiatan pertambangan, pertanian dan

konstruksi.

Beberapa peneliti mengidentifikasi sektor unggulan yang dilakukan

oleh peneliti sebelumnya.

1. Herliawan (1996), di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau bertujuan untuk

mengidentifikasi sektor unggulan dan menggambarkan pertumbuhan

perekonomian daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan selama periode

tahun 1983-1992. Alat analisis yang digunakan adalah Location

Quotient dan Shift Share.

2. Yuwono (1999), tentang penentuan sektor unggulan dalam menghadapi

implementasi Undang-undang nomor 9/1999 dan Undang-undang nomor

25/1999. Penelitin ini berupaya untuk mengembangkan gagasan tentang

kriteria dan indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor

unggulan suatu daerah. Alat analisis yang digunakan adalah Location

Quotient (LQ).

3. Lichty dan Knudsen (1999), telah melakukan penelitian untuk

mengukur basis ekonomi (Regional Economic Base) di Minnisota

Timur Laut. Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient,

Shift Share Klasik. Hasilnya menunjukkan bahwa analisis basis ekonomi

mempunyai peran yang cukup penting dalam rangka mendeterminasikan

pengembangan usaha yang paling baik

4. Yusuf (1999), tentang kegiatan ekonomi potensial di Wilayah Bangka

Belitung. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio

(43)

commit to user

menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Bangka Belitung memiliki

kegiatan dominan industri pengolahan, listrik, gas dan air minum,

sedangkan kegiatan ekonomi potensial yang dapat dikembangkan adalah

pertanian, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan.

5. Rato (2000), dilakukan di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan

dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sikka selama periode 1993–1997.

Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Dynamic

Location Quotient (DLQ), Shift Share Klasik, Shift Share Esteban–

Marquillas dan Connectivity Quotient.

6. Hanham dan Shawn (2000), melakukan penelitian di Jepang menggunakan

alat analisis Shift Share yang memfokuskan pada perubahan kesempatan

kerja manufaktur untuk melihat peran struktur kesempatan kerja. Hasil

penelitian menunjukan bahwa selama periode 1981-1995, kesemptan kerja

pada daerah inti (Core Region) mengalami penurunan sebesar 3%,

sedangkan daerah sekitarnya (Peripheral Region) mengalami

peningkatan sebesar 5%.

7. Mou (2001), telah melakukan penelitian di Provinsi Kalimantan Timur.

Tujuannya adalah melakukan identifikasi sektor unggulan yang banyak

menyerap tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan

selama periode tahun 1993–1999. Adapun alat analisis yang digunakan

adalah Shift Share Klasik, Location Quotient (LQ), Model Rasio

(44)

commit to user

8. Wiryadi (2001), di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Tujuannya

adalah identifikasi sektor unggulan untuk menentukan prioritas

pembangunan Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian tersebut dilakukan

selama periode tahun 1993–1999. Alat analisis yang digunakan Location

Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan dan Analisis Overlay.

9. Handoyo (2002), di Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Tujuannya adalah

identifikasi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi Kabupaten

Pekalongan selama periode tahun 1990-1999. Alat analisis yang digunakan

adalah Location Quotient, Dynamic Locaton Quotient (DLQ), Shift Share

Klasik (S-S-K), Shift Share Esteban–Marquillas dan Shift Share Arcellus.

Walaupun penelitian mengenai sektor unggulan telah banyak

dilakukan,. tetapi penelitian ini belum pernah dilakukan di Kabupaten Sragen.

Penelitian ini dapat dikatakan punya perbedaan dengan penelitian terdahulu

antara lain obyek penelitian, periode waktu, jenis data dan alat analisis yang

akan digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Share Klasik (S-S-K),

Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Overlay.

E. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor unggulan dan

prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen. Adapun kerangka

pemikiran dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan PDRB yang

dihitung menggunakan pendekatan produksi dengan menjumlahkan seluruh

(45)

commit to user

atau sektor ekonomi, sehingga dapat diidentifikasi kontribusi masing –

masing sektor terhadap PDRB, seperti yang diuraikan pada gambar 2.1.

4) Listrik, Gas Dan Air Bersih

5) Bangunan

6) Perdagangan

7) Pengangkutan Dan Komunikasi

(46)

commit to user

Beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk mendukung

penelitian adalah :

1. Pertumbuhan Ekonomi

Produk domestik regional bruto merupakan dasar pengukuran atas

nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktifitas

ekonomi dalam suatu daerah di mana pemanfaatan dan mengelola sumber

daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu,

besarnya produk domestik regional bruto yang mampu dihasilkan sangat

tergantung pada faktor produksi yang dimiliki. Pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya yang baik dan bijaksana akan mempengaruhi

pertumbuhan perekonomian daerah di mana hasil produk barang dan jasa

mempunyai hubungan langsung dengan permintaan pasar dari luar daerah,

dengan menggunakan sumber daya lokal yang ada. Oleh karena itu,

pemerintah daerah dituntut untuk melaksanakan strategis pembangunan

dengan memberikan penekanan terhadap bantuan pada dunia usaha yang

mempunyai pasar baik lokal maupun nasional dan internasional.

Telah dikemukakan bahwa teori basis ekonomi dapat digunakan

untuk meneliti sektor ekonomi dan dapat dijadikan landasan dan

memberikan arah untuk menetapkan kebijakan dalam perencanaan

pembangunan daerah. Selanjutnya dengan teridentifikasi sektor ekonomi

diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan

masyarakat maupun pemerintah daerah. Dengan demikian dapat pula

(47)

commit to user

2. Perubahan Struktur Ekonomi

Perubahan struktur ekonomi suatu daerah dapat digunakan untuk

menilai tingkat kemajuan daerah tersebut. Hal ini telah dikatakan dalam

teori perubahan struktur ekonomi bahwa apabila terjadi pergeseran

struktur ekonomi, ini berarti ada kemajuan atau terjadi pertumbuhan

ekonomi. Begitu pula untuk melihat terjadi perubahan ekonomi dapat

digunakan teori laju pertumbuhan dan teori model rasio pertumbuhan.

Apabila terjadinya pergesaran yang berawal dari perubahan sektor

primer (pertanian) menuju sektor sekunder (industri/manufaktur) bahkan

kearah sektor tersier (jasa).

Untuk mengetahui terjadinya perubahan perekonomian di daerah

dapat dilihat pada masing-masing sektor maupun subsektor dari waktu

ke waktu dalam produk domestik regional bruto. Dengan demikian

apabila telah dianalisis dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

dijadikan pengambilan kebijakan pada pembangunan daerah

Adanya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu

dengan daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai,

terutama di negara berkembang. Namun tentunya bukan sebuah alasan

yang tepat untuk kemudian membiarkan situasi tersebut terus

berlangsung. Perbedaan tingkat pembangunan tersebut dipengaruhi oleh

banyak hal seperti ketersediaan sumber daya alam, tenaga kerja, luas

daerah, pasar ekspor, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor lainya.

Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju pertumbuhan

(48)

commit to user

pertumbuhan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah upaya untuk

meningkatkan pendapatan daerah. Pertumbuhan pendapatan suatu

daerah ditentukan dengan bagaimana daerah yang bersangkutan

berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya.

Menurut teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah

dibagi menjadi kegiatan basis dan non basis. Sektor basis merupakan

sektor pasar dari dalam maupun dari luar sedangkan sektor non basis

adalah sektor yang hanya melayani pasar di daerah itu sendiri.

Potensi suatu daerah dapat berupa sumber daya alam, sumber

daya manusia yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan

ekonomi daerah. Sehingga dapat memudahkan pemerintah daerah untuk

merumuskan strategi kebijakan agar mampu melaksanakan

pembangunan guna mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi daerah.

3. Kontribusi sektor

Adalah besar kecilnya sumbangan yang diberikan oleh

masing-masing sektor dalam hal ini adalah sektor ekonomi yang dapat

memberikan sumbangan atau kontribusi terhadap besar-kecilnya nilai

agragat PDRB. Kontribusi sektor ekonomi dapat diketahui dari

perkembangan PDRB tiap tahun, sehingga dari sinilah kemajuan

pembangunan ekonomi suatu daerah dapat diketahui, kemakmuran atau

kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui pendapatan perkapita

(49)

commit to user

4. Sektor Unggulan

Pengertian sektor unggulan (basis) pada dasarnya harus dikaitkan

dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu berskala lokal, regional,

nasional bahkan internasional. Suatu sektor dapat dikategorikan sebagai

sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing

dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar

nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Apabila sektor tersebut menjadi

sektor unggulan / basis sektor tersebut harus mmpu mengekspor

produknya ke daerah lainnya, sebaliknya apabila sektor tersebut menjadi

sektor bukan unggulan (non basis) sektor tersebut harus mengimpor

produk tersebut dengan daerah lain.

5. Kebijakan ekonomi

Kebijakan ekonomi adalah tindakan sebuah kebijakan pemerintah

dalam mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi.

Kebijakan ini dapat pula mencakup didalamnya sistem untuk

menetapkan sistem perpajakan, suku bunga, dan anggran pemerintah

serta pasar tenaga kerja, kepemilikan nasional, dan otonomi daerah dari

intervensi pemerintah ke dalam perekonomian. Adapun tujuan

pembangunan adalah untuk kesejahteraan masyarakatnya, sehingga

kebijakan ekonomi daerah harus mampu mengakomodir kepentingan

masyarakat luas atau berpihak kepada masyarakat. Kebijakan

(50)

commit to user

unggulan daerah, karena sektor-sektor tersebut adalah penggerak

perekonomian daerah dan dapat dijadikan tolok ukur kesejahteraan

masyaraka pada suatiu dearah.

6. Tujuan Pembangunan

Tujuan pembangunan adalah arah kebijakan yang dituangkan

dalam rencana pembangunan baik yang bersifat tahunan atau jangka

pendek, lima tahunan atau jangka menengah ( RPJM) dan jangka

panjang (RPJP). Sesuai dengan tujuan pembangunan maka disusunlah

prioritas-prioritas pembangunan sesuai beserta sasaran-sasaran

pokoknya, maka disusunlah grand strategy (goals/tujuan) dari

pembangunan daerah yang mengacu pada misi dan Visi.

Sektor unggulan dapat dikembangkan dalam suatu wilayah atau

daerah dan diperlukan suatu kebijakan pemerintah daerah untuk terus

mempertahankan dan mengembangkannya, sehingga dapat diperoleh

tujuan/arah kebijakan pembangunan daerah sesuai dengan

prioritas-prioritas yang berpijak dengan Visi dan Misi daerah, khususnya untuk

Kabupaten Sragen.

(51)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sragen, tentang Identifikasi

Sektor Unggulan dan Prioritas Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Sragen.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah perlunya mengetahui

keberadaan dan perkembangan dari sektor- sektor ekonomi dalam

meningkatkan pembangunan perekonomian daerah, sehingga dengan

berpedoman dari hasil penelitian tersebut dapat dijadikan pedoman, acuan

ataupun arah kebijakan dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di

Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan data-data sektor ekonomi

yang bersumber pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi

Jawa Tengah dan Kabupaten Sragen dari tahun 2004-2008.

Penelitian ini dilakukan karena beberapa pertimbangan yaitu seiring

bergulirnya otonomi daerah, diharapkan semua Kabupaten/kota harus bisa

melakukan pembangunan di segala bidang atau sektor untuk kemakmuran

masyarakatnya.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai

data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu Badan Pusat

Statistik (BPS), baik BPS Provinsi Jawa Tengah maupun Kabupaten Sragen,

(52)

commit to user

Dinas-dinas atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait Kabupaten

Sragen dan buku-buku atau jurnal statistik yang berkaitan PDRB atau

dokumen-dokumen lain yang terkait dan diperlukan.

C. Definisi Operasional

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) adalah jumlah

nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu

wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

2. Sektor Ekonomi

Sektor ekonomi adalah lapangan usaha atau sektor ekonomi yang

digunakan dalam perhitungan PDRB yang berdasarkan teori produksi

yaitu : 1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, (2)

Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas,

dan Air Bersih, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7)

Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan, dan (9) Jasa-jasa.

D. Metode Analisis

Untuk menentukan sektor unggulan pada penelitian ini sesuai dengan

tujuan digunakan berbagai alat analisis yang digunakan antara lain, Shift

(53)

commit to user

Overlay. Dengan menggunakan alat analisis tersebut, akan diketahui

gambaran lengkap baik sektor maupun subsektor yang mengalami

pertumbuhan dan kontribusi.

1. Pertumbuhan Ekonomi

Adapun cara menghitung laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan

dengan metoda yang dikemukakan oleh Widodo (1990 : 36) :

PDRBx - PDRBx - 1

PDRBx = --- X 100 %. ……… (1.1)

PDRB x - 1

Di mana :

 PDRB x = Laju pertumbuhan ekonomi (rate of growth).

x = Tahun tertentu.

x – 1 = Tahun sebelumnya

PDRB = Produk domestik regional bruto.

2. Analisis Shift Share Klasik (S-S-K)

Untuk menentukan sektor-sektor yang berkembang di suatu daerah

dengan perkembangan di suatu daerah dibandingkan dengan

perkembangan ekonomi daerah lainnya digunakan Shift Share. Teknik ini

menggunakan Performance (kinerja) sektor-sektor suatu wilayah

dibandingkan dengan wilayah lain. Dengan demikian dapat ditunjukkan

adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan ekonomi daerah akan

memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukkannya dalam ekonomi

(54)

commit to user

Menurut Creamer (1943), teknik analisis Shift Share ini membagi

pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah seperti,

pendapatan atau output selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh

pertumbuhan Provinsi (N), Industri Mix (Bauran industri) (M), dan

Keunggulan kompetitif (C), (Lihat Soepono,1993:44).

Selanjutnya dikatakan oleh Soepono bahwa pengaruh

pertumbuhan provinsi disebut pengaruh pangsa (Share), pengaruh bauran

industri disebut proposional shift atau bauran komposisi dan akhirnya

pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan pula diferential shift atau

regional shift. Itulah sebabnya disebut teknik shift share.

Adapun rumusnya sebagai berikut :

Dij = Nij + Mij + Cij ………... (1.2)

Keterangan :

Dij = Perubahan variabel PDRB sektor i di wilayah j

Nij = Eij ( rn ) (pertumbuhan provinsi sektor i di wilayah j) ..(1.3)

Mij = Eij (rin– rn) (bauran industri sektor i di wilayah j) ……...(1.4)

Cij = Eij (rij - rin) (keunggulan kompetitif sektor i di wilayahj) ...(1.5)

Di mana : rij, mewakili laju pertumbuhan pada sektor i wilayah j, rin,

mewakili laju pertumbuhan pada sektor i di provinsi, rn adalah

pertumbuhan ekonomi provinsi, yang kemudian dapat dijabarkan

(55)

commit to user

rij = (E*ij– Eij) /Eij ..……….…... (1.6)

rin = (E*in– Ein) / Ein …..………... (1.7)

rn = (E*n– En) / En …….………... (1.8)

Sedangkan Eij adalah PDRB di sektor i Kabupaten j, Ein adalah

PDRB di sektor i di tingkat provinsi. En adalah pertumbuhan ekonomi

provinsi. Semuanya diukur pada satu tahun dasar tertentu. Superscript (*)

menunjukkan output pada tahun akhir analisis.

Dengan demikian persamaan shift-share untuk sektor tertentu

(sektor i) di wilayah tertentu (wilayah j) dapat dirumuskan :

Dij = Eij (rn) + Eij (rin –rn) + Eij (rij – rin) .………. (1.9)

Penentuan suatu sektor dikatakan unggul berdasarkan analisis S –

S – K, ini dapat dilihat nilai Cij. Apabila Cij > 0 berarti sektor tersebut

mempunyai keunggulan kompetitif, Sebaliknya apabila Cij < 0 berati

sektor tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif.

3. Analisis Location Quotient (LQ)

Perhitungan LQ bertujuan untuk menggambarkan keunggulan

komperatif suatu daerah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Dengan

metoda ini dapat dianalisis sektor-sektor mana yang memiliki keunggulan

komperatif. Perhitungan LQ digunakan untuk menentukkan sektor

(56)

commit to user X in / X i

LQ = --- ……….... (2.1)

Y in / Y i

Di mana :

LQ = Location Quotient sektor i Kabupaten

X in = Nilai tambah bruto (PDRB) sektor i Provinsi

X i = Nilai tambah bruto (PDRB) sektor i Kabupaten.

Y in = Total Nilai tambah (PDRB) provinsi

Y i = Total Nilai tambah (PDRB) Kabupaten.

Selanjutnya Bendavid–Val (1991:74) memberikan pengukuran

terhadap derajat spesialisasi dengan kriteria berikut.

1) LQ > 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat

kabupaten lebih besar dari sektor yang sama pada tingkat provinsi.

2) LQ = 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat

kabupaten sama dengan (egual) sektor yang sama di provinsi.

3) LQ < 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat

kabupaten lebih kecil dari sektor yang sama di provinsi

4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan

Adapun cara menganalisis Model rasio Pertumbuhan rumusnya berikut.

1) Rasio pertumbuhan wilayah provinsi adalah perbandingan antara laju

Gambar

Gambar 2.1.
gambaran lengkap baik sektor maupun subsektor yang mengalami
Grafik 4.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008.
Tabel 4.1. PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Sragen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada awal berdirinya masjid ini diberi nama Jami’ul Kahhirah (Kairo) karena mengambil nama tempat universitas tersebut didirikan, Belakangan, namanya diubah menjadi

Tidak seperti KPH produksi dan lindung, KPH konservasi dikembangkan dari kawasan konservasi / hutan yang telah ditunjuk dan dikelola oleh Balai Besar / Balai Taman Nasional

Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)(Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa ” yang merupakan salah

Induksi Ketahanan Tanaman Bawang Merah dengan bakteri rhizoplan indigenos terhadap penyakit hawar daun bakteri ( xanthomonas axonopodis pv allii ). Dalam Loekas

UUD No 13 Tahun 2003 mnyebutkan bahwa Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Dalam

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan leverage terhadap efektivitas penerapan syariah governance dan pengaruh

Dari segi material penyebab tingginya adalah kualitas sawit yang dipanen, akan tetapu kondisi material sangat jarang menyebabkan kadar dirt content tinggi, kadar dirt

Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman mengenai pengertian perilaku normal dan abnormal pada manusia, mengetahui pendekatan-pendekatan