commit to user
i
IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN
PRIORITAS PEMBANGUNAN EKONOMI
DI KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2004-2008
TESIS
Program Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan
S U N A R D I
S4209039
PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
commit to user
commit to user
v
MOTTO
ಯHIDUP ADALAH PERJUANGAN MENGGAPAI CITA DAN DICINTAKAN
UNTUK MEMPEROLEH KEHIDUPAN YANG LANGGENGರ
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus
dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. (
Aldus Huxley)
Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya; tidak kelihatan olehnya
walaupun nyata. Kecil di pandangnya walaupun bagaimana besarnya. ( Jalinus At Thabib)
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja
tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu. ( Marcus
Aurelius)
Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan
dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak. (Benjamin Franklin)
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Untuk :
Istriku tercinta dan anakku tersayang atas semua doa untukku,
pengertian, motivasi, kasih sayang, cinta, ketulusan dan keikhlasanmu
selama ini.
Orang tuaku dan keluargaku yang selalu mendukungku.
Sahabat se angkatan dan se kantor atas semua bantuan dan
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan,
pertolongan, dan kasih sayang-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul:
“Identifikasi Sektor Unggulan Dan Prioritas Pembangunan Ekonomi di Kabupaten
Sragen tahun 2005-2009”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Magister Sains pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik
secara moril maupun materiil. Dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam
penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Suranto, M.Sc. PhD, selaku Direktur Program Megister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Dr. JJ. Sarungu, MS, selaku Ketua Program Magister Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Dr. Agustinus S., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan motivasi dan
aspirasi dalam penyelesaian tesis.
commit to user
viii
waktu tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang
sangat berarti sehingga penulis bisa menyelesaiakn tesis ini.
6. Bapak Drs. Supriyono, M.Si., selaku Pembimbing yang telah memberikan banyak
inspirasi dan dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
memberikan bimbingan sampai tesis ini selesai.
7. Teman-teman Bappeda Kabupaten Sragen yang telah mensupport terlaksananya
penelitian ini.
8. Istri, anak-anakku, keluarga dan sobatku yang tidak henti-hentinya memberikan
dorongan dan motivasi serta sabar mendampingi hingga tersusunnya tesis.
9. Seluruh Staf Administrasi dan Pendidikan MESP – UNS serta Citivas Akademis
Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Tesis ini tentunya masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya
tesis ini.
Semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi segenap pembaca.
Surakarta, Pebruari 2011
Sunardi
commit to user
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 13
2. Teori Basis Ekonomi... 16
3. Teori Perubahan Struktur Ekonomi... 17
commit to user
x
1. Pengertian Pendapatan Nasional... 19
2. Pendapatan Nasional dan Kesejahteraan Masyarakat ... . 20
3. Penghitungan Pendapatan Nasional ... 21
4. Metode Penghitungan Pendapatan Nasional di Indonesia .... 21
D. Studi Terdahulu... 24
E. Kerangka Pemikiran... . 27
1. Pertumbuhan Ekonomi... 29
2. Perubahan Struktur Ekonomi ... ... 30
3. Kontribusi Sektor Ekonomi ... 31
4. Sektor Unggulan ... 32
5. Kebijakan Ekonomi ... ... 32
6. Tujuan pembangunan ... 33
BAB III. METODE PENELITIAN ... 34
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34
B. Jenis dan Sumber Data... 34
C. Definisi Operasional... 35
D. Metode Analisis ... 35
1. Pertumbuhan Ekonomi ... 36
2. Analisis Shift Share ... ... 36
3. Analisis Location Quotient (LQ)... 38
4. Analisis MPR ... . 39
commit to user
xi
A. Perkembangan PDRB di Kab. Sragen ... 42
B. Perkembangan Sektor-sektor Ekonomi di Kab. Sragen... 43
C. APBD Kabupaten Sragen selama 5 tahun ... 43
D. Diskripsi Data Hasil Penelitian ... 45
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. PDRB Kab. Sargen menurut harga berlaku ... 43
Tabel 4.2. APBD Kabupaten Sragen ... 44
Tabel 4.3. PDRB Jawa Tengahmenurut harga konstan ... 45
Tabel 4.4. PDRB Kab. Sragen menurut harga konstan ... 46
Tabel 4.5. Prosentase (%) didtribusi PDRB Jateng menurut sektor atas dasar harga berlaku 2004-2008 ... 48
Tabel 4.6. PDRB kabupaten Sragen menurut Lapangan Usaha 2004-2008 ADHB ... 49
Tabel 4.7. Prosentase (%) didtribusi PDRB Kab. Sragen menurut sektor atas dasar harga berlaku 2004-2008 ... 51
Tabel 4.8. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 (milyard) ... 52
Tabel 4.9. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 53
Tabel 4.10. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertambangan dan penggalian Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 54
Tabel 4.11. Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 55
commit to user
xiii
menurut harga bkonstan 2004-2008 ... 56
Tabel 4.14 Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan Kabupaten Sragen
menurut harga konstan 2004-2008 ... 57
Tabel 4.15. Pertumbuhan PDRB Sektor pengankutan dan Komonikasi
Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 58
Tabel 4.16. Pertumbuhan PDRB Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Kabupaten Sragen menurut hargakonstan 2004-2008 ... 59
Tabel 4.17. Pertumbuhan PDRB Sektor Jasa-jasa Kabupaten Sragen
menurut harga konstan 2004-2008 ... 60
Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2004-2005 ... 61
Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2004-2008 ... 61
Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2004 ... 61
Tabel 4.20. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2005 ... 62
Tabel 4.21. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2006 ... 62
Tabel 4.22. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2007 ... 63
Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2004 s/d 2008 ... 63
commit to user
xiv
Tabel 4.26. Hasil Perhitungan Model Ratio Pertumbuhan Kab. Sragen
2004-2008 ... 70
Tabel 4.27. Hasil Perhitungan Overlay Kabupaten Sragen 2004-2008 ... 72
commit to user
xv
Halaman
Peta Kabupaten Sragen ... 6
Kerangka pemikiran ... 28
commit to user
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi dan menentukan peranan
masing – masing sektor ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Sragen, 2) mengidentifikasi sektor ekonomi yang memiliki kontribusi paling besar terhadap
PDRB di Kabupaten Sragen dan 3) mengetahui sektor ekonomi yang dapat diprioritas dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 (data terbaru) Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sragen. Untuk menentukan sektor unggulan pada penelitian ini sesuai dengan tujuan digunakan
berbagai alat analisis yang digunakan antara lain, Shift Share Klasik , Location
Quotient(LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Overlay. Hasil analisis Shift-Share menggunakan metode klasik menunjukkan bahwa perkembangan sektor ekonomi Kabupaten Sragen tahun 2004-2008 berturut-turut adalah sektor industri pengolahan, jasa-jasa, perdagangan dan listrik, gas dan air bersih. Hasil analisis LQ menunjukkan Kabupaten Sragen mempunyai 4 (empat) sektor basis, yaitu sektor Pertanian dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.776; sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.613; sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.134 dan sektor Jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.321. Hasil analisis MRP menunjukkan 1) Sektor ekonomi pada tingkat Propinsi Jawa Tengah dan pada tingkat Kabupaten Sragen memiliki pertumbuhan yang menonjol (kategori pertama), ada 4 (empat) sektor yaitu : Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Bangunan dan Pengangkutan dan Komunikasi, 2) Sektor ekonomi pada tingkat Propinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan yang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Sragen kurang menonjol (kategori kedua) ada 2 (dua) sektor ekonomi, yaitu : Listrik, Gas dan Air Bersih dan Jasa-Jasa, dan 3) Sektor ekonomi pada tingkat Propinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan yang kurang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Sragen menonjol (kategori ketiga), hanya ada satu yaitu sektor Perdagangan. Hasil analisis Overlay menunjukkan: 1) Sektor yang potensial meskipun kontribusinya rendah tetapi pertumbuhannya tinggi ada 5 (lima) sektor ekonomi yaitu Pertambangan Dan Penggalian; Industri Pengolahan; Bangunan; Perdagangan dan Pengangkutan dan Komunikasi, 2) Sektor yang memiliki pertumbuhan yang kecil tetapi kontribusinya besar ada 4 (empat) sektor yaitu Pertanian; Listrik, Gas Dan Air Bersih; Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dan Jasa-jasa.
Kata Kunci:
Identifikasi, sektor unggulan, prioritas pembangunan, Shift Share Clasic, Location
commit to user
SUNARDI
NIM S4209039
LEADING SECTORS AND IDENTIFICATION ECONOMIC
DEVELOPMENT PRIORITIES IN THE DISTRICT SRAGEN
2004-2008 YEAR
The aim of this research are: 1) to identify and determine the role of each - each economic sector to the GDP in Sragen Regency, 2) to identify the economic sectors that have the greatest contribution to the GDP in Sragen regency and 3) to determine the economic sector that can be prioritized in economic development in Sragen. Used prosesing in this study are GDP data at current prices from 2004 until the year 2008 (latest data) Central Java Province and Sragen. To determine the dominant sector in accordance with the purpose of this study used a variety of analysis tools used, among
others, Shift Share Classical, Location Quotient (LQ), Model Growth Ratio (MRP) and
Overlay. The result of Shift-Share analysis using classical methode showed Sragen Regency’s economical sector development in 2004 until 2008 are manufacturing industries, services, trade, electricity, oil and clean water sector. LQ analysis results show Sragen Regency has 4 (four) basic sector, namely agriculture sector with LQ average of 1776, the sector of Electricity, Gas And Water Supply by LQ on average by 1613, Financial sector, Ownership, And Corporate Services LQ index by an average of 1134 and the Services sector with an average LQ of 1321. Analytical results indicate MRP 1) Sector (activities) in Central Java Province level and at the level of Sragen regency has an outstanding growth (first category), there are four sectors: Mining and Quarrying; Manufacturing; Construction and Transportation and Communication, 2) sectors (activities) at the level of Central Java Province have outstanding growth, but at levels less prominent Sragen (second category) there are 2 (two) sectors: Electricity, Gas And Water Supply and Services, and 3) Economic sector (activities) at the level of Central Java Province, has a growth that is less prominent, but at the level of Sragen Regency prominent (third category), there is one that is hany trade sector. Overlay analysis results showed: 1) sector is a potential, although its contribution is low but high growth is 5 (five) sectors are Mining and Quarrying; Manufacturing; Construction; Trade and Transport and Communication, 2) sector which has a small growth but there is a large contribution 4 (four) sectors, namely Agriculture; Electricity, Gas And Water Supply; Finance, Rental, And Service Companies and Services.
Keywords:
Identification, leading sector, development priority, Share Shift Classic, Location Quotient (LQ), Ratio of Growth Model and Overlay.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan pembangunan
yang tidak bisa terpisah dari pembangunan nasional. Oleh karena itu
keberhasilan pembangunan daerah merupakan perwujudan dari
pembangunan nasional, yang mana pemerataan pembangunan antar daerah
sangat diperlukan sehingga hasil pembangunan dinikmati oleh seluruh
rakyat Indonesia sebagaimana dikemukakan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (2004 – 2009).
Diberlakukannya Undang–undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah daerah dan Undang–undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Hal tersebut merupakan
perwujudan dari kebijakan pemerintah pusat untuk memberdayakan dan
meningkatkan kemampuan perekonomian daerah. Keempat undang-undang
tersebut memiliki makna yang penting karena daerah diberikan kewenangan
dan pembiayaan.
commit to user
Kewenangan tersebut mencakup bidang pemerintahaan kecuali
kewenangan dalam bidang luar negeri, agama, peradilan, pertahanan serta
moneter dan fiskal. Begitu pula kewenangan pembiayaan di mana daerah
dapat menggali sekaligus memanfaatkan sumber potensi ekonomi serta
potensi sumber daya alam tanpa ada intervensi dari pemerintah pusat. Hal
tersebut akan berdampak terhadap kemajuan daerah yang pada akhirnya
terciptanya peningkatan pembangunan di daerah, pemerintah daerah
mempunyai fungsi antara lain mengalokasikan sumber-sumber ekonomi
dalam bentuk barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dalam
mengelola dan memanfaatkan sumber daya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat di daerah. Begitu pula dalam pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya alam harus dikelola dengan bijaksana.
Menurut Arsyad (1999:108), pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan
kerja baru serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam
wilayah tersebut. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah
untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyakat di daerah.
Dikemukakan oleh Todaro (2000:137), ada tiga faktor atau
commit to user
Ketiganya adalah akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan
tehnologi. Akumulasi modal meliputi semua jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya
manusia. Akumulasi modal terjadi jika sebagian pendapatan ditabung dan
diinvestasi kembali dengan tujuan untuk memperbesar output dan
pendapatan dikemudian hari. Pertumbuhan penduduk secara tradisional
dianggap sebagai salah satu faktor positif yang menambah produktivitas.
Kemajuan teknologi merupakan sumber pertumbuhan dengan pengertian
sederhana bahwa kemajuan teknologi terjadi karena ditemukan cara baru
atau perbaikan cara lama yang menangani pekerjaan tradisional.
Pada umumnya pembangunan daerah difokuskan pada pembangunan
ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan peningkatan
produksi barang dan jasa yang sering disebut dengan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Faktor utama yang menentukan pertumbuhan
ekonomi daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar
sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah
karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono, 1999:1).
Selanjutnya menurut Sjahrial (2008:212), Strategi pembangunan yang
berlandasan pertumbuhan ekonomi antar sektor dan lintas sektor serta antar
wilayah dan lintas wilayah dapat mewujudkan keseimbangan dan
keberlanjutan pembangunan sehingga stabilitas dan pemerataan dapat
commit to user
Munir (2002:65), masalah pokok dalam pembangunan daerah
terletak pada penekanan terhadap kebijaksanaan pembangunan yang
didasarkan pada kekhasan karakteristik daerah atau kearifan lokal yang
bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi
sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal.
Orientasi ini mengarahkan pada tumbuhnya inisiatif, inofatif dan kreatifitas
dari daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan
kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan produktif.
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak
pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan
mentah-mentah terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan
berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat bagi daerah yang
lain. Jika akan membangun suatu daerah, kebijaksanaan yang diambil harus
sesuai dengan kondisi daerah, meliputi: masalah, kebutuhan dan potensi
daerah bersangkutan. Oleh karena itu penelitian yang mendalam tentang
kondisi setiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang berguna dalam penyusunan perencanaan pembangunan
daerah.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat ditingkatkan dengan kebijakan
utama yang dilaksanakan dan diusahakan semaksimal mungkin potensi yang
dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, mengingat potensi masing-masing
daerah harus menentukan kegiatan sektor dominan atau unggulan,
commit to user
kabupaten/kota di Provinsi Sragen, yang melaksanakan otonomi daerah, di
mana memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. Begitu pula
memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan
memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dinikmati oleh
masyarakat di daerah Sragen.
Pemerintah Kabupaten Sragen, dengan luas wilayah 941,55 km2
persegi atau 28,97 persen dari Provinsi Jateng, terletak di antara 110º 45’ -
141º 10’ bujur timur dan 7º15’-7º30’ lintang selatan. Kabupaten Sragen
sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan, sebelah
barat dengan Boyolali, sebelah selatan berbatasan dengan Karanganyar dan
sebelah timur berbatasan dengan Ngawi (Jawa Timur). Jumlah penduduk
Kabupaten Sragen pada tahun 2008 berjumlah 869.650 Jiwa, terdiri dari
laki-laki 431.191, perempuan 440.760 jiwa dengan sex ratio 978 dan
kepadatan penduduk mencapai 926 jiw/km2. Tingkat pertumbuhan
penduduk sebesar 0,34% dengan jumlah kecamatan sebanyak 20
kecamatan, dengan196 Desa dan 12 Kalurahan. Perkembangan Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten Sragen atas dasar harga konstan pada
tahun 2008 sebesar 2.729.450,33 Juta rupiah dan atas dasar harga berlaku
sebesar Rp. 5.170.914,12 Juta rupiah, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar
commit to user
harga beerlaku Rp. 5.945.205,84,- dan atas dasar hatga kontas sebesar Rp.
3.138.157,71,- (BPS Kabupaten Sragen, 2009).
Adapun untuk mengetahui kondisi Kabupaten Sragen dapat dilihat
pada peta Gambar 1.1. berikut ini.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi
sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten Sragen. Hal ini untuk
menetapkan perencanaan pembangunan sekaligus dapat memprioritaskan
program pembangunan yang akan dilaksanakan, sehingga tujuan yang
direncanakan tepat pada sasaran. Begitu pula dapat membantu pemerintah
daerah untuk menentukan dan menetapkan arah kebijakan yang lebih tepat
dan akurat.
Berdasarkan uraian di atas dikaitkan dengan keterbatasan sumber
commit to user
perencanaan pembangunan daerah dengan menentukan skala prioritas yang
berkepentingan terhadap masyarakat, maka sektor unggulan mempunyai
kedudukan yang penting dalam kaitannya pembangunan ekonomi daerah.
Selain sebagai penyumbang utama dalam PDRB, sektor unggulan diyakini
akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara luas. Untuk itu
dirasa perlu mengidentifikasi sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten
Sragen, sehingga dapat teridentifikasi potensinya untuk dikembangkan
sebagai upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan prioritas
pembangunan di Kabupaten Sragen. Dengan demikian dapat ditentukan
kebijakan yang tepat dan akurat serta dapat merumuskan permasalahannya.
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa peranan sektor di
Kabupaten Sragen belum teridentifikasi, sehingga konsekwensinya bahwa
kebijakan dan pelaksananaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah belum sepenuhnya mengacu pada sektor unggulan,
sehingga topik dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi sektor dan
prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, sangat
diperlukan bagaimana keberadaan dan peran dari sektor - sektor ekonomi di
Kabupaten Sragen untuk menentukan arah kebijakan dan pelaksanaan
pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen, adapun permasalahan yang
commit to user
1. Bagaimana peranan masing - masing sektor ekonomi terhadap PDRB di
Kabupaten Sragen ?
2. Sektor ekonomi manakah yang paling besar kontribusinya terhadap
PDRB di Kabupaten Sragen ?
3. Sektor ekonomi manakah yang harus mendapatkan prioritas dalam
pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, tujuan
penelitian ini antara lain :
1. Mengidentifikasi dan menentukan peranan masing - masing sektor
ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Sragen.
2. Mengidentifikasi sektor ekonomi yang memiliki kontribusi paling besar
terhadap PDRB di Kabupaten Sragen
3. Mengetahui sektor ekonomi yang dapat diprioritas dalam pembangunan
ekonomi di Kabupaten Sragen
D. Manfaat
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1) Sebagai bahan masukan, informasi atau pedoman bagi para pejabat atau
Stakeholder di Kabupaten Sragen dalam pengambilan kebijakan atau
commit to user
SKPD, dalam menentukan arah kebijakan di bidang pembangunan
ekonomi;
2) Memberikan gambaran tentang peluang pembangunan ekonomi yang
sesuai dengan sektor unggulan.
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas
hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara
dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Pembangunan ekonomi mempunyai pengertian :
a. Suatu proses perubahan yang terjadi secara terus menerus, (2) Usaha
untuk menaikkan pendapatan perkapita, (3) Kenaikan pendapatan
perkapita berlangsung dalam jangka panjang (4) Perbaikan sistem
kelembagaan di segala bidang misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial
dan budaya. Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari aspek yaitu: aspek
perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi
(baik formal maupun informal). (Lincolyn, 1999).
b. Pembangunan sebagai pergerakan keatas dari seluruh sistem sosial yang
menekankan pada pentingnya pertumbuhan dengan perubahan khususnya
perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. (Kuncoro, 2004). Tiga nilai pokok
dalam keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu :
commit to user
1) Ketahanan (Sustenance) merupakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok seperti pangan, papan, kesehatan, proteksi untuk
mempertahankan hidup.
2) Harga diri (Self Esteam) merupakan pembangunan yang seharusnya
memanusiakan orang. Pengertian dalam arti luas pembangunan suatu
daerah seharusnya meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang
berada di daerah atau wilayah tersebut.
3) Freedomfrom servitude merupakan kebebasan bagi setiap individu
suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha
untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
B. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya, sumber daya yang
ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan
sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah
atau daerah (Arsyad, 1999: 298). Selanjutnya dikatakan pula, bahwa tujuan
utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan dan
memperbesar peluang kerja bagi masyarakat yang ada di daerah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus
bersama-sama mengambil inisiatif memanfaat seluruh potensi yang ada secara optimal
commit to user
Menurut Blakely (1994:50) pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu yang berorientasi pada proses tersebut meliputi pembangunan institusi
baru, pembangunan industri alternatif, pengembangan kapasitas tenaga kerja
yang tersedia untuk menghasilkan produk yang lebih bagus, identifikasi pasar,
alih tehnologi dan mendirikan perusahaan maupun kooperat lainnya.
Selanjutnya dikatakan bahwa karakteristik utama dari pembangunan ekonomi
daerah adalah penekanan pada pembangunan endogen yang menggunakan
sumber daya manusia dan sumber daya alam, daerah untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi daerah.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1992:511), proses pembangunan
ekonomi ada empat (4) faktor yang menjadi modal pembangunan ;
1) sumber daya manusia (ketersediaan tenaga kerja, pendidikan dan
motivasi);
2) sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar dan iklim);
3) pembentukkan modal (mesin-mesin dan jalan raya);
4) tingkat tehnologi (pengetahuan, rekayasa, manajemen dan
kewiraswastaan).s
Dari keempat hal tersebut masing-masing mempunyai kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi dan arah terhadap daerah tentang
commit to user
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian suatu negara dianggap berhasil atau tidak dalam
program pembangunan dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan
suatu negara atau daerah. Pengejaran pertumbuhan merupakan tema
sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini
(Todaro, 2000:136).
Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara umumnya
perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah
pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti bahwa penghalang utama
dalam pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya
kekurangan modal. Kalau masalah kekurangan modal ini teratasi, maka
proses pembangunan di negara-negara berkembang akan lebih cepat
mencapai sasaran (Widodo, 1990:35). Selanjutnya dikatakan bahwa laju
“pertumbuhan ekonomi” adalah proses kenaikkan output per kapita dalam
jangka panjang. Oleh karena itu, pemakaian indikator pertumbuhan
ekonomi biasanya dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya selama
Pelita atau periode tertentu (dekade), tetapi dapat pula secara tahunan.
Menurut Djojohadikusomo (1994:1), pertumbuhan ekonomi
bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa
commit to user
menyangkut dengan perkembangan dan diukur dengan meningkatnya hasil
produksi dan pendapatan.
Menurut Perroux (1970), teori pusat pertumbuhan merupakan teori
yang menjadi dasar dan strategi kebijaksanaan daerah yang banyak
diterapkan di berbagai negara dewasa ini (lihat Arsyad 1999 : 147-148).
Selanjutnya dikemukakan bahwa pertumbuhan tidak muncul di berbagai
daerah pada waktu yang sama tetapi terjadi pada pusat pertumbuhan
dengan intensitas yang berbeda. Inti dari teori pertumbuhan sebagai
berikut:
1) Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan
(L´ Industrie Matrice) yang merupakan industri penggerak utama
dalam pembangunan suatu daerah. Keterkaitan antarindustri sangat
erat maka perkembangan industri unggulan akan pengaruhi
perkembangan industri yang lain yang berhubungan dengan erat
industri unggulan tersebut.
2) Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola
konsumsi yang berbeda antardaerah sehingga perkembangan industri
di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah lainnya.
3) Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif
aktif (industri unggulan) dengan industri-industri yang pasif yakni
commit to user
pertumbuhan pada daerah yang relatif maju akan mempengaruhi
daerah yang kurang maju atau daerah yang relatif pasif.
Todaro (2000:14) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
adalah kenaikkan kapasitas jangka panjang dari negara untuk menyediakan
berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikkan kapasitas itu
sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan teknologi, institusional
(kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.
Selanjutnya dikemukakan oleh Todaro (2000:94-96), teori
pertumbuhan bertahap linier mengangkat beberapa teori pertumbuhan
bertahap yang dianggap berjalan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Sebenarnya teori pertumbuhan sudah lama sekali yang dikemukakan oleh
Adam Smith melalui tahapan perburuan, peternakan, pertanian, komersial
dan industrialisasi. Colin Clark mengemukakan tahap-tahap produksi
primer, sekunder dan tersier. Karl Marx mengajukan tahap-tahap
tradisonal, feodalisme, kapitalisme dan sosialisme. Seperti diketahui
pentahapan Marx tersebut merupakan pendorong bangkitnya faham politik
sosialisme yang kuat.
Namun pada era berkembangnya ekonomika pembangunan, pada
tahun 1959, Walt Whitman Rostow mengemukakan teori tahap-tahap
pertumbuhannya yang sangat terkenal. Menurut Rostow (1959),
pertumbuhan berjalan melalui tahap-tahap : 1). masyarakat tradisional, 2).
prakondisi untuk lepas landas, 3) lepas landas, 4). pendewasaan dan 5).
commit to user
pengamatan sejarah ekonomi yang di lakukan untuk negara-negara
industri maju khususnya Inggris, merupakan teori tentang sejarah ekonomi
yang berlaku umum (lihat Kuncoro, 1997 : 45).
Pandangan ahli ekonomi klasik seperti Adam Smith, David
Ricardo, Thomas Roberth Malthus dan John Stuarr Mill, ada empat (4)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yakni : a). jumlah
penduduk, b). jumlah stock barang-barang modal, c) luas tanah dan
kekayaan alam serta d). tingkat tehnologi yang digunakan (lihat Sukirno,
1985 : 275).
2. Teori Basis Ekonomi
Menurut Arsyad (1999 : 116), mengemukakan bahwa teori basis
ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan suatu
daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa
dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya
lokal termasuk tenaga kerja (job creation) dan bahan baku untuk diekspor
akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja dalam
jangka panjang.
Selanjutnya dikemukakan oleh Bendavid–Val (1991:77), bahwa
teori basis ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi regional (daerah) yang
sangat tergantung dari permintaan luar daerah akan produk-produk daerah
tersebut. Lebih jelas dikatakan bahwa pertumbuhan atau penurunan
commit to user
mengekpor keluar daerah tersebut. Ekspor tersebut baik dalam bentuk
barang maupun jasa termasuk tenaga kerja. Industri yang melakukan
kegiatan ekspor disebut sektor basis. Apabila permintaan akan barang
dan jasa meningkat (ekspor), dari daerah maka sektor basis akan
berkembang dan pada gilirannya nanti perkembangan ini akan mendorong
tumbuhnya sektor-sektor non basis. Dengan demikian akan terjadi
peningkatan pendapatan, investasi, konsumsi dan kemampuan kerja di
dalam daerah.
3. Teori Perubahan Struktur Ekonomi
Menurut Todaro (2000:84), mengemukakan bahwa teori
perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi
ekonomi domestik dari suatu perekonomian yang tertinggal (under
development economics) yang semula bersifat subsisten menuju ekonomi
yang bersifat lebih maju, lebih ke arah kota dan lebih mengarah pada
industri manufaktur. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada dasarnya
teori tentang perubahan struktur ini menjelaskan fenomena yang terjadi
pada negara-negara sedang berkembang yang didominasi oleh kegiatan di
pedesaan menuju kepada perekonomian yang berorientasi kota dalam
bentuk industri dan jasa.
Kuznes (1955), mengatakan bahwa perubahan struktur ekonomi
atau transformasi struktural ditandai dengan adanya perubahan persentase
commit to user
disebabkan adanya intensitas kegiatan manusia dan perubahan tehnologi
(lihat Sukirno 1985:77). Selanjutnya dikatakan bahwa perubahan struktur
ekonomi dapat dipahami dengan terjadinya proses perubahan dengan
menggunakan konsep sektor primer, sekunder dan tersier. Begitu pula
perubahan struktur ekonomi juga dapat dipahami dari proses perubahan
kegiatan ekonomi tradisional ke arah ekonomi modern atau dari ekonomi
subsisten ke ekonomi pasar atau modern. Dikemukakan oleh
Sumodiningrat (1996:15), menyatakan bahwa hal-hal yang mendasar
dalam rangka perubahan struktur ekonomi adalah berawal dari langkah
pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan dan pemberdayaan
manusia.
4. Teori Lokasi
Teori ini mengatakan bahwa lokasi mempengaruhi pertumbuhan
daerah khususnya bila dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri.
Pemilihan lokasi yang tepat seperti memaksimumkan peluangnya untuk
mendekati pasar lebih dipilih oleh perusahaan karena dapat
meminimumkan biaya. Model pengembangan industri kuno menyatakan
bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya termurah antara bahan baku
dengan pasar. Keterbatasan dari teori lokasi ini adalah teknologi dan
komunikasi modern yang telah mengubah signifikansi suatu lokasi
tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang. Selanjutnya Alfred
commit to user
sebagai faktor pertimbangan lokasi. Teori ini menentukan dua kekuatan
lokasional primer, yaitu orientasi transpor dan orientasi tenaga kerja.
Biaya transpor adalah flat berdasarkan pada berat muatan dan fasilitasi
transportasi ke segala jurusan, tetapi kenyataannya pada umumnya biaya
transpor untuk hasil akhir seringkali lebih tinggi dari pada untuk bahan
baku dan fasilitas transpor terbatas pada sejumlah rute. Terbatasnya
pelayanan transpotrasi pada beberapa rute bersama-sama biaya
penanganan merupakan faktor penting terhadap pemilihan lokasi industri,
yang pada umumnya cenderung menempatkan pada lokasi nodal, yang
merupakan jalan sambung transportasi atau titik pindah muat.
C. Pendapatan Nasional
1. Pengertian Pendapatan Nasional
Lipsey dan Steiner (dalam Sunarto dan Bambang, 2007)
mendefinisikan Pendapatan Nasional sebagai nilai dari seluruh produk
yang dihasilkan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam suatu negara selama
satu tahun. Nilai yang dimaksud dalam perhitungan pendapatan nasional
adalah nilai jual, dengan sendirinya termasuk pajak-pajak yang timbul atas
transaksi penjualan barang/jasa tersebut.
Pendapatan nasional dapat juga disebut sebagai Produk Nasional.
Produk nasional mengindikasikan nilai jual dari seluruh produk yang
dihasilkan, sedangkan Pendapatan Nasional mengindikasikan jumlah yang
commit to user
tersebut (Sunarto dan Bambang, 2007). Sedangkan menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), Pendapatan Nasional adalah pendapatan bersih seluruh
warga negara dari suatu negara selama satu tahun.
2. Pendapatan Nasional Dan Kesejahteraan Masyarakat
Karena pendapatan nasional adalah nilai dari seluruh produk yang
dihasilkan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam suatu negara, maka besar
atau kecilnya pendapatan nasional dapat dilihat sebagai gambaran tentang
tingkat kesejahteraan masyarakat di negara yang bersangkutan.
Penghitungan pendapatan nasional dilakukan setiap tahun, untuk
mengetahui perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Oleh
karena itu pemerintah selalu berusaha untuk dapat meningkatkan
pendapatan nasional.
Namun demikian pertumbuhan ekonomi yang hanya diukur
dengan pendapatan nasional tidak linier atau tidak berkorelasi positif
dengan kesejahteraan masyarakatnya. Pendapatan nasional yang
meningkat dari tahun ke tahun belum tentu diikuti dengan meningkatnya
kesejahteraan masyarakatnya. Kesejahteraan masyarakat pada umumnya
akan ikut meningkat, jika meningkatnya pendapatan nasional diikuti oleh
pemerataan di antara penduduknya. Oleh karena itu, seharusnya sasaran
pemerintah tidak hanya pada meningkatnya pendapatan nasional,
melainkan harus diikuti dengan upaya pemerataan (Sunarto dan Bambang,
commit to user
3. Pendekatan Penghitungan Pendapatan Nasional
Lipsey dan Steiner (dalam Sunarto dan Bambang, 2007)
mengemukakan bahwa penghitungan Pendapatan Nasional dapat
dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu Pendekatan Pengeluaran
(pengeluaran uang dari rumah tangga ke perusahaan) dan Pendekatan
Produksi (nilai produk seluruh perusahaan yang diserahkan ke rumah
tangga). BPS juga menerapkan dua pendekatan tersebut. Tidak ada
perbedaan hasil penghitungan dari dua pendekatan ini karena kedua
pendekatan tersebut sebenarnya menghitung besarnya aliran pendapatan
yang sama. Perbedaannya hanya karena titik aliran tempat melakukan
penghitungan.
4. Metode Penghitungan Pendapatan Nasional Di Indonesia
BPS menghitung pendapatan nasional melalui dua pendekatan,
yaitu Pendekatan Produksi dan Pendekatan Pengeluaran, yang keduanya
menghasilkan jumlah yang sama. Dengan Pendekatan Produksi,
dijumlahkan seluruh nilai produksi yang dikelompokkan ke dalam
sembilan lapangan usaha yang meliputi (1) Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri
Pengolahan, (4) Listrik, Gas, dan Air Bersih, (5) Bangunan, (6)
Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8)
commit to user
dengan Pendekatan Pengeluaran dihitung pengeluaran menurut jenis
pengeluaran sebagaimana yang lazim dirumuskan dalam bentuk:
Y = C + I + G + (X – M),
Untuk ini BPS mengelompokkan pengeluaran (belanja) ke dalam
enam jenis pengeluaran karena I (investasi) dipisah ke dalam dua
kelompok, yakni Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dan
Perubahan Stok (persediaan barang). Dengan demikian pengelompokan
jenis pengeluaran menurut BPS meliputi: (1) Konsumsi Rumah Tangga,
(2) Konsumsi Pemerintah, (3) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto,
(4) Perubahan Stok, (5) Ekspor Barang/Jasa, dan (6) Impor Barang/Jasa.
Dalam menghitung PDB pendekatan produksi, yang dihitung
adalah nilai tambah bruto yang diberikan oleh perusahaan dalam proses
produksinya. Nilai tambah tersebut diperoleh dari perkalian jumlah
produksi dengan harga barang yang bersangkutan, selanjutnya dikurangi
dengan biayaantara, yakni nilai bahan yang dipergunakan dalam proses
produksi. PDB adalah jumlah dari nilai tambahan bruto (belum dikurangi
penyusutan alat produksi) dari seluruh pelaku ekonomi di dalam negeri
selama satu tahun. Karena PDB hanya menghitung nilai produk di dalam
commit to user
dalam negeri, tetapi belum termasuk pendapatan warga negara sendiri di
luar negeri (perhatikan hierarki perhitungan di atas). Data tersebut
dikumpulkan oleh kantor-kantor statistik di kabupaten/kota yang
selanjutnya dikompilasi oleh BPS pusat (Sunarto dan Bambang, 2007).
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, diperlukan
penjelasan singkat mengenai istilah yang dipergunakan dalam Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dilihat dari segi pengertian sebagai
berikut.
a) (1) Dari segi produksi adalah jumlah nilai netto dari produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi di dalam suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
(2) Dari segi pendapatan adalah jumlah barang dan jasa (pendapatan)
yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu daerah (wilayah) dalam waktu tertentu (satu
tahun).
(3) Dari segi pengeluaran adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan
untuk dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah dan lembaga swasta yang tidak mencari untung serta
pengeluaran untuk investasi dan ekspor suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu (satu tahun).
Berdasarkan pengertian tersebut, produk domestik regional bruto
adalah seluruh produk atau nilai tambah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu daerah dalam jangka
commit to user
b) Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku adalah
jumlah seluruh agregat ekonomi yang dinilai atas dasar harga yang
terjadi pada waktu itu.
c) Sektor ekonomi adalah sektor menurut lapangan usaha yang terdapat
dalam produk domestik regional bruto yang mencakup 9 (sembilan)
sektor antara lain: a) Pertanian, b) Pertambangan dan Penggalian, c)
Industri Pengolahan, d) Listrik dan Air Bersih (Minum), e) Bangunan,
f) Perdagangan, Hotel dan Restauran, g) Pengangkutan dan
Komunikasi, h) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan i)
Jasa-Jasa.
d) Sektor unggulan atau sektor ekonomi potensial adalah sektor atau
kegiatan perekonomian yang mampu melayani baik pasar domestik
maupun pasar luar daerah.
e) Sektor non unggulan adalah sektor atau kegiatan perekonomian yang
hanya mampu melayani pasar di daerah sendiri.
D. Studi Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan identifikasi sektor unggulan telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu baik dalam negeri maupun luar negeri
dengan daerah penelitian yang berbeda dan periode waktu penelitian yang
berbeda pula. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Rex (1977), di
Arizona dengan menggunakan analisis Location Quotient. penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan basik ekonomi selama periode
commit to user
Arizona selama periode penelitian yaitu kegiatan pertambangan, pertanian dan
konstruksi.
Beberapa peneliti mengidentifikasi sektor unggulan yang dilakukan
oleh peneliti sebelumnya.
1. Herliawan (1996), di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau bertujuan untuk
mengidentifikasi sektor unggulan dan menggambarkan pertumbuhan
perekonomian daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan selama periode
tahun 1983-1992. Alat analisis yang digunakan adalah Location
Quotient dan Shift Share.
2. Yuwono (1999), tentang penentuan sektor unggulan dalam menghadapi
implementasi Undang-undang nomor 9/1999 dan Undang-undang nomor
25/1999. Penelitin ini berupaya untuk mengembangkan gagasan tentang
kriteria dan indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor
unggulan suatu daerah. Alat analisis yang digunakan adalah Location
Quotient (LQ).
3. Lichty dan Knudsen (1999), telah melakukan penelitian untuk
mengukur basis ekonomi (Regional Economic Base) di Minnisota
Timur Laut. Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient,
Shift Share Klasik. Hasilnya menunjukkan bahwa analisis basis ekonomi
mempunyai peran yang cukup penting dalam rangka mendeterminasikan
pengembangan usaha yang paling baik
4. Yusuf (1999), tentang kegiatan ekonomi potensial di Wilayah Bangka
Belitung. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio
commit to user
menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Bangka Belitung memiliki
kegiatan dominan industri pengolahan, listrik, gas dan air minum,
sedangkan kegiatan ekonomi potensial yang dapat dikembangkan adalah
pertanian, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan.
5. Rato (2000), dilakukan di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan
dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sikka selama periode 1993–1997.
Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Dynamic
Location Quotient (DLQ), Shift Share Klasik, Shift Share Esteban–
Marquillas dan Connectivity Quotient.
6. Hanham dan Shawn (2000), melakukan penelitian di Jepang menggunakan
alat analisis Shift Share yang memfokuskan pada perubahan kesempatan
kerja manufaktur untuk melihat peran struktur kesempatan kerja. Hasil
penelitian menunjukan bahwa selama periode 1981-1995, kesemptan kerja
pada daerah inti (Core Region) mengalami penurunan sebesar 3%,
sedangkan daerah sekitarnya (Peripheral Region) mengalami
peningkatan sebesar 5%.
7. Mou (2001), telah melakukan penelitian di Provinsi Kalimantan Timur.
Tujuannya adalah melakukan identifikasi sektor unggulan yang banyak
menyerap tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan
selama periode tahun 1993–1999. Adapun alat analisis yang digunakan
adalah Shift Share Klasik, Location Quotient (LQ), Model Rasio
commit to user
8. Wiryadi (2001), di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Tujuannya
adalah identifikasi sektor unggulan untuk menentukan prioritas
pembangunan Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian tersebut dilakukan
selama periode tahun 1993–1999. Alat analisis yang digunakan Location
Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan dan Analisis Overlay.
9. Handoyo (2002), di Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Tujuannya adalah
identifikasi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi Kabupaten
Pekalongan selama periode tahun 1990-1999. Alat analisis yang digunakan
adalah Location Quotient, Dynamic Locaton Quotient (DLQ), Shift Share
Klasik (S-S-K), Shift Share Esteban–Marquillas dan Shift Share Arcellus.
Walaupun penelitian mengenai sektor unggulan telah banyak
dilakukan,. tetapi penelitian ini belum pernah dilakukan di Kabupaten Sragen.
Penelitian ini dapat dikatakan punya perbedaan dengan penelitian terdahulu
antara lain obyek penelitian, periode waktu, jenis data dan alat analisis yang
akan digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Share Klasik (S-S-K),
Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Overlay.
E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor unggulan dan
prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen. Adapun kerangka
pemikiran dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan PDRB yang
dihitung menggunakan pendekatan produksi dengan menjumlahkan seluruh
commit to user
atau sektor ekonomi, sehingga dapat diidentifikasi kontribusi masing –
masing sektor terhadap PDRB, seperti yang diuraikan pada gambar 2.1.
4) Listrik, Gas Dan Air Bersih
5) Bangunan
6) Perdagangan
7) Pengangkutan Dan Komunikasi
commit to user
Beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk mendukung
penelitian adalah :
1. Pertumbuhan Ekonomi
Produk domestik regional bruto merupakan dasar pengukuran atas
nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktifitas
ekonomi dalam suatu daerah di mana pemanfaatan dan mengelola sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu,
besarnya produk domestik regional bruto yang mampu dihasilkan sangat
tergantung pada faktor produksi yang dimiliki. Pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya yang baik dan bijaksana akan mempengaruhi
pertumbuhan perekonomian daerah di mana hasil produk barang dan jasa
mempunyai hubungan langsung dengan permintaan pasar dari luar daerah,
dengan menggunakan sumber daya lokal yang ada. Oleh karena itu,
pemerintah daerah dituntut untuk melaksanakan strategis pembangunan
dengan memberikan penekanan terhadap bantuan pada dunia usaha yang
mempunyai pasar baik lokal maupun nasional dan internasional.
Telah dikemukakan bahwa teori basis ekonomi dapat digunakan
untuk meneliti sektor ekonomi dan dapat dijadikan landasan dan
memberikan arah untuk menetapkan kebijakan dalam perencanaan
pembangunan daerah. Selanjutnya dengan teridentifikasi sektor ekonomi
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat maupun pemerintah daerah. Dengan demikian dapat pula
commit to user
2. Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan struktur ekonomi suatu daerah dapat digunakan untuk
menilai tingkat kemajuan daerah tersebut. Hal ini telah dikatakan dalam
teori perubahan struktur ekonomi bahwa apabila terjadi pergeseran
struktur ekonomi, ini berarti ada kemajuan atau terjadi pertumbuhan
ekonomi. Begitu pula untuk melihat terjadi perubahan ekonomi dapat
digunakan teori laju pertumbuhan dan teori model rasio pertumbuhan.
Apabila terjadinya pergesaran yang berawal dari perubahan sektor
primer (pertanian) menuju sektor sekunder (industri/manufaktur) bahkan
kearah sektor tersier (jasa).
Untuk mengetahui terjadinya perubahan perekonomian di daerah
dapat dilihat pada masing-masing sektor maupun subsektor dari waktu
ke waktu dalam produk domestik regional bruto. Dengan demikian
apabila telah dianalisis dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
dijadikan pengambilan kebijakan pada pembangunan daerah
Adanya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu
dengan daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai,
terutama di negara berkembang. Namun tentunya bukan sebuah alasan
yang tepat untuk kemudian membiarkan situasi tersebut terus
berlangsung. Perbedaan tingkat pembangunan tersebut dipengaruhi oleh
banyak hal seperti ketersediaan sumber daya alam, tenaga kerja, luas
daerah, pasar ekspor, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor lainya.
Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju pertumbuhan
commit to user
pertumbuhan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah upaya untuk
meningkatkan pendapatan daerah. Pertumbuhan pendapatan suatu
daerah ditentukan dengan bagaimana daerah yang bersangkutan
berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya.
Menurut teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah
dibagi menjadi kegiatan basis dan non basis. Sektor basis merupakan
sektor pasar dari dalam maupun dari luar sedangkan sektor non basis
adalah sektor yang hanya melayani pasar di daerah itu sendiri.
Potensi suatu daerah dapat berupa sumber daya alam, sumber
daya manusia yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan
ekonomi daerah. Sehingga dapat memudahkan pemerintah daerah untuk
merumuskan strategi kebijakan agar mampu melaksanakan
pembangunan guna mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi daerah.
3. Kontribusi sektor
Adalah besar kecilnya sumbangan yang diberikan oleh
masing-masing sektor dalam hal ini adalah sektor ekonomi yang dapat
memberikan sumbangan atau kontribusi terhadap besar-kecilnya nilai
agragat PDRB. Kontribusi sektor ekonomi dapat diketahui dari
perkembangan PDRB tiap tahun, sehingga dari sinilah kemajuan
pembangunan ekonomi suatu daerah dapat diketahui, kemakmuran atau
kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui pendapatan perkapita
commit to user
4. Sektor Unggulan
Pengertian sektor unggulan (basis) pada dasarnya harus dikaitkan
dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu berskala lokal, regional,
nasional bahkan internasional. Suatu sektor dapat dikategorikan sebagai
sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing
dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar
nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Apabila sektor tersebut menjadi
sektor unggulan / basis sektor tersebut harus mmpu mengekspor
produknya ke daerah lainnya, sebaliknya apabila sektor tersebut menjadi
sektor bukan unggulan (non basis) sektor tersebut harus mengimpor
produk tersebut dengan daerah lain.
5. Kebijakan ekonomi
Kebijakan ekonomi adalah tindakan sebuah kebijakan pemerintah
dalam mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi.
Kebijakan ini dapat pula mencakup didalamnya sistem untuk
menetapkan sistem perpajakan, suku bunga, dan anggran pemerintah
serta pasar tenaga kerja, kepemilikan nasional, dan otonomi daerah dari
intervensi pemerintah ke dalam perekonomian. Adapun tujuan
pembangunan adalah untuk kesejahteraan masyarakatnya, sehingga
kebijakan ekonomi daerah harus mampu mengakomodir kepentingan
masyarakat luas atau berpihak kepada masyarakat. Kebijakan
commit to user
unggulan daerah, karena sektor-sektor tersebut adalah penggerak
perekonomian daerah dan dapat dijadikan tolok ukur kesejahteraan
masyaraka pada suatiu dearah.
6. Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan adalah arah kebijakan yang dituangkan
dalam rencana pembangunan baik yang bersifat tahunan atau jangka
pendek, lima tahunan atau jangka menengah ( RPJM) dan jangka
panjang (RPJP). Sesuai dengan tujuan pembangunan maka disusunlah
prioritas-prioritas pembangunan sesuai beserta sasaran-sasaran
pokoknya, maka disusunlah grand strategy (goals/tujuan) dari
pembangunan daerah yang mengacu pada misi dan Visi.
Sektor unggulan dapat dikembangkan dalam suatu wilayah atau
daerah dan diperlukan suatu kebijakan pemerintah daerah untuk terus
mempertahankan dan mengembangkannya, sehingga dapat diperoleh
tujuan/arah kebijakan pembangunan daerah sesuai dengan
prioritas-prioritas yang berpijak dengan Visi dan Misi daerah, khususnya untuk
Kabupaten Sragen.
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sragen, tentang Identifikasi
Sektor Unggulan dan Prioritas Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Sragen.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah perlunya mengetahui
keberadaan dan perkembangan dari sektor- sektor ekonomi dalam
meningkatkan pembangunan perekonomian daerah, sehingga dengan
berpedoman dari hasil penelitian tersebut dapat dijadikan pedoman, acuan
ataupun arah kebijakan dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di
Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan data-data sektor ekonomi
yang bersumber pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi
Jawa Tengah dan Kabupaten Sragen dari tahun 2004-2008.
Penelitian ini dilakukan karena beberapa pertimbangan yaitu seiring
bergulirnya otonomi daerah, diharapkan semua Kabupaten/kota harus bisa
melakukan pembangunan di segala bidang atau sektor untuk kemakmuran
masyarakatnya.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai
data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu Badan Pusat
Statistik (BPS), baik BPS Provinsi Jawa Tengah maupun Kabupaten Sragen,
commit to user
Dinas-dinas atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait Kabupaten
Sragen dan buku-buku atau jurnal statistik yang berkaitan PDRB atau
dokumen-dokumen lain yang terkait dan diperlukan.
C. Definisi Operasional
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) adalah jumlah
nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu
wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
2. Sektor Ekonomi
Sektor ekonomi adalah lapangan usaha atau sektor ekonomi yang
digunakan dalam perhitungan PDRB yang berdasarkan teori produksi
yaitu : 1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, (2)
Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas,
dan Air Bersih, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7)
Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan, dan (9) Jasa-jasa.
D. Metode Analisis
Untuk menentukan sektor unggulan pada penelitian ini sesuai dengan
tujuan digunakan berbagai alat analisis yang digunakan antara lain, Shift
commit to user
Overlay. Dengan menggunakan alat analisis tersebut, akan diketahui
gambaran lengkap baik sektor maupun subsektor yang mengalami
pertumbuhan dan kontribusi.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Adapun cara menghitung laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan
dengan metoda yang dikemukakan oleh Widodo (1990 : 36) :
PDRBx - PDRBx - 1
PDRBx = --- X 100 %. ……… (1.1)
PDRB x - 1
Di mana :
PDRB x = Laju pertumbuhan ekonomi (rate of growth).
x = Tahun tertentu.
x – 1 = Tahun sebelumnya
PDRB = Produk domestik regional bruto.
2. Analisis Shift Share Klasik (S-S-K)
Untuk menentukan sektor-sektor yang berkembang di suatu daerah
dengan perkembangan di suatu daerah dibandingkan dengan
perkembangan ekonomi daerah lainnya digunakan Shift Share. Teknik ini
menggunakan Performance (kinerja) sektor-sektor suatu wilayah
dibandingkan dengan wilayah lain. Dengan demikian dapat ditunjukkan
adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan ekonomi daerah akan
memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukkannya dalam ekonomi
commit to user
Menurut Creamer (1943), teknik analisis Shift Share ini membagi
pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah seperti,
pendapatan atau output selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh
pertumbuhan Provinsi (N), Industri Mix (Bauran industri) (M), dan
Keunggulan kompetitif (C), (Lihat Soepono,1993:44).
Selanjutnya dikatakan oleh Soepono bahwa pengaruh
pertumbuhan provinsi disebut pengaruh pangsa (Share), pengaruh bauran
industri disebut proposional shift atau bauran komposisi dan akhirnya
pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan pula diferential shift atau
regional shift. Itulah sebabnya disebut teknik shift share.
Adapun rumusnya sebagai berikut :
Dij = Nij + Mij + Cij ………... (1.2)
Keterangan :
Dij = Perubahan variabel PDRB sektor i di wilayah j
Nij = Eij ( rn ) (pertumbuhan provinsi sektor i di wilayah j) ..(1.3)
Mij = Eij (rin– rn) (bauran industri sektor i di wilayah j) ……...(1.4)
Cij = Eij (rij - rin) (keunggulan kompetitif sektor i di wilayahj) ...(1.5)
Di mana : rij, mewakili laju pertumbuhan pada sektor i wilayah j, rin,
mewakili laju pertumbuhan pada sektor i di provinsi, rn adalah
pertumbuhan ekonomi provinsi, yang kemudian dapat dijabarkan
commit to user
rij = (E*ij– Eij) /Eij ..……….…... (1.6)
rin = (E*in– Ein) / Ein …..………... (1.7)
rn = (E*n– En) / En …….………... (1.8)
Sedangkan Eij adalah PDRB di sektor i Kabupaten j, Ein adalah
PDRB di sektor i di tingkat provinsi. En adalah pertumbuhan ekonomi
provinsi. Semuanya diukur pada satu tahun dasar tertentu. Superscript (*)
menunjukkan output pada tahun akhir analisis.
Dengan demikian persamaan shift-share untuk sektor tertentu
(sektor i) di wilayah tertentu (wilayah j) dapat dirumuskan :
Dij = Eij (rn) + Eij (rin –rn) + Eij (rij – rin) .………. (1.9)
Penentuan suatu sektor dikatakan unggul berdasarkan analisis S –
S – K, ini dapat dilihat nilai Cij. Apabila Cij > 0 berarti sektor tersebut
mempunyai keunggulan kompetitif, Sebaliknya apabila Cij < 0 berati
sektor tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif.
3. Analisis Location Quotient (LQ)
Perhitungan LQ bertujuan untuk menggambarkan keunggulan
komperatif suatu daerah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Dengan
metoda ini dapat dianalisis sektor-sektor mana yang memiliki keunggulan
komperatif. Perhitungan LQ digunakan untuk menentukkan sektor
commit to user X in / X i
LQ = --- ……….... (2.1)
Y in / Y i
Di mana :
LQ = Location Quotient sektor i Kabupaten
X in = Nilai tambah bruto (PDRB) sektor i Provinsi
X i = Nilai tambah bruto (PDRB) sektor i Kabupaten.
Y in = Total Nilai tambah (PDRB) provinsi
Y i = Total Nilai tambah (PDRB) Kabupaten.
Selanjutnya Bendavid–Val (1991:74) memberikan pengukuran
terhadap derajat spesialisasi dengan kriteria berikut.
1) LQ > 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat
kabupaten lebih besar dari sektor yang sama pada tingkat provinsi.
2) LQ = 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat
kabupaten sama dengan (egual) sektor yang sama di provinsi.
3) LQ < 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat
kabupaten lebih kecil dari sektor yang sama di provinsi
4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan
Adapun cara menganalisis Model rasio Pertumbuhan rumusnya berikut.
1) Rasio pertumbuhan wilayah provinsi adalah perbandingan antara laju