• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Timbulnya Radikal Bebas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Timbulnya Radikal Bebas"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN

Dengan hormat,

Saya, Muchtar Leonardi, adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2010. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Timbulnya Radikal Bebas”. Penelitian ini dilakukan sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan timbulnya radikal bebas. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Saudara untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya memohon kesediaan Adik untuk diambil darahnya pada Lab Terpadu Fakultas Kedokteran Sumatera Utara sebagai bahan penelitian. Jika Saudara bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawan saudara.

Identitas pribadi saudara sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, saudara dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Saudara menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya mengucapakan terima kasih.

Medan 2013 Peneliti,

(2)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

NIM :

jenis kelamin : No. telepon/HP :

telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai penelitian ini yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Timbulnya Radikal Bebas”. Oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dan diambil darahnya sebanyak 15 ml untuk penelitian ini.

Demikianlah, persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2013 Hormat Saya,

(3)

LAMPIRAN 3

(4)

Profile Sampel Non-Perokok

No. Sampel

Konsentrasi MDA (µM)

1. 7.3

2. 7.3

3. 7.5

4. 7.6

5. 8.3

6. 8.4

7. 8.9

8. 8.9

9. 9.1

10. 9.3

11. 9.3

12. 9.7

13. 9.8

14. 10.4

15. 11.3

Mean MDA 8.87

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ambrose, J.A., Barua, R.S., 2004. The Patophysiology of Cigarette Smoking and Cardiovascular Disease. Journal of the American College of Cardiology 43 (10): 1731-1737.

Aini, N., 2013. Faktor-faktor psikologis yang menentukan perilaku merokok pada mahasiswi kedokteran di Universitas Hasanuddin tahun 2013.

Aoshiba, K., Nagai, A., 2003. Oxidative Stress, Cell Death, and Other Damage to Alveolar Epithelial Cells Induced by Cigarette Smoke. Tobacco Induced Diseases 1 (3): 219-226.

Asami, S., Manabe, H., Miyake, J., Tsurudone, Y., Hirano, T., 1997. Cigarette smoking induces an increase in oxidative DNA damage, 8-hydroxydeoxyguanosine, in a central site of human lung. Carcinogenesis 1997 (18):1763–1766.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI. Available from: htt:

Bagchi, K., Puri, S., 1998. Free radicals and antioxidants in health and disease. East Mediterranean Health Jr. 98 (4): 350–60.

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan kedua (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Carmona, R., 2004. The Health Consequences of Smoking: A Report of the Surgeon General. Washington D.C.: National Library of Medicine Cataloging.

(6)

Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis-Ilmu Kesehatan Anak. Universitas Diponegoro.

Devasagayam, T.P.A., Boloor, K.K., Ramasarma, T., 2006. Methods for estimating lipid peroxidation: An analysis of merits and demerits. Indian Journal of Biochemistry & Biophysics 40: 300–308.

Gunari, A., 2010. Hubungan tingkat pengetahuan bahaya rokok dengan sikap dan perilaku pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Islam Indonesia angkatan 2006.

Halliwell, B 2012. Free radicals and antioxidants: updating a personal view. Nutrition Reviews 70(5): 257-265.

Hecht, S., 1999, Tobacco smoke carcinogens and lung cancer. Journal Of The National Cancer Institute 91 (14): 1194-1210.

Hoffmann, D., Djordjevic, M., & Hoffmann, I., 1997. The changing cigarette, Preventive Medicine 26 (4): 427-434.

Huang, M.F., Lin, W.L., Ma, Y.C., 2005. A study of reactive oxygen species in mainstream of cigarette. Indoor Air 2005 (15): 135–140.

Husain, N., Anil, K., 2012. Reactive Oxygen Species and Natural Antioxidants : A Review. Advances in Bioresearch 3 (4).

Jaiswal, A.S., Connors, S.K., Armas, M.L., Panda, H., Narayan, S., Gairola, C.G., 2011. Cigarette Smoke, DNA Damage Repair, and Human Health.

(7)

Kumar, S., 2011. Free Radicals and Antioxidants: Human and Food System. Advances in Applied Science Research 2 (1): 129-135.

Leaderson, P., Tagesson, C., 1990. Cigarette smoke-induced DNA damage in cultured human cells: role of hydroquinone and catechol in the formation of oxidative DNA-adduct, 8-hydroxydeoxyguanosine. Chem.-Biol. Interact. 1990(75): 71–81.

Liu, T., Stern, A., Roberts, L., & Morrow, J., 1999. The isoprostanes: novel prostaglandin-like products of the free radical-catalyzed peroxidation of arachidonic acid. Journal Of Biomedical Science 6 (4): 226-235.

Lobo, V., Patil, A., Phatak, A., & Chandra, N., 2010. Free radicals, antioxidants and functional foods: Impact on human health. Pharmacognosy Reviews 4 (8): 118-126.

Maharani, T. D., 2011. Perilaku merokok pada dosen pria fakultas kedokteran Undip.

Miller, E, Appel, L, Jiang, L, & Risby, T, 1997, Association between cigarette smoking and lipid peroxidation in a controlled feeding study, Circulation, 96(4): 1097-1101.

Montano, M., Cisneros, J., Ramirez-Venegas, A., Pedraza-Chaverri, J., Mercado, D., Ramos, C., Sansores, R.H., 2010. Malondialdehyde and superoxide dismutase correlate with FEV(1) in patients with COPD associated with wood smoke exposure and tobacco smoking. Inhalation Toxicology [Inhal Toxico] 22 (10): 868-74

McCord, J., 2000. The evolution of free radicals and oxidative stress. The American Journal Of Medicine 108 (8): 652-659.

(8)

cancer patients from Western Nepal. Asian Pacific Journal Of Cancer Prevention: APJCP 12(1): 313-316.

Peterson, L.A., Urban, A.M., Hecht, S.S., 2010. Carcinogenic Effects of Cigarette Smoke on the Respiratory Tract. 377.

Pryor, W.A., 1997. Cigarette Smoke Radicals and the Role of Free Radicals in Chemical Carcinogenicity. (4): 351–377.

Rao, A.L., Bharani, M., Pallavi, V., 2006. Role of antioxidants and free radicals in health and disease. Adv Pharmacol Toxicol. 2006 (7): 29-38

Rock, C.L., Jacob, R.A., Bowen, P.E., 1996. Update to biological characteristics of the antioxidant micronutrients-Vitamin C,Vitamin E and the carotenoids. J Am Diet Assoc 1996 (96): 693-702.

Reilly, P.M., Schiller, H.J., Bulkley, G.B., 1991. Pharmacologic approach to tissue injury mediated by free radical and other reactive oxygen metabolites. Dalam:Arkhaesi, N., 2008. Kadar Malondialdehyde Serum sebagai Indikator Prognosis Keluaran pada Sepsis Neonatorum. Tesis Program Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis-Ilmu Kesehatan Anak. Universitas Diponegoro.

Sitepoe, M., 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

Sitepoe, M., 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

(9)

Trihono, 2010. Fakta Tembakau Permasalahannya di Indonesia. Jakarta: Tobacco Control Support Center (TCSC) - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).

Valavanidis, A., Vlachogianni, T., Fiotakis, K., 2009. Tobacco Smoke: Involvement of Reactive Oxygen Species and Stable Free Radicals in Mechanisms of Oxidative Damage, Carciogenesis and Synergistic Effects with Other Respirable Particles. Int. J. Environ. Res. Public Health (6): 445–462.

World Health Organisation (WHO), 2002. Tobacco Atlas 2002.

World Health Organisation (WHO), 2009. Tobacco Atlas 2009.

World Health Organisation, 2013. Tobbaco Fact Sheet. Whorld Health

Organisation. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en/index.html

World Health Organisation (WHO) Regional Office for South-East Asia, 2006. Global Health Professional Survey (GHPS) Indonesia 2006. Departemen Pulmonologi dan Respiratori Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit Persahabatan.

. [Accessed 15 May 2013].

(10)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

(11)

3.2.1. Penjelasan Kerangka Konsep

1. Kebiasaan merokok adalah pola mengisap rokok yang dilakukan berulang kali dan teratur. Kebiasaan merokok akan dinilai dengan Brinkman Index (BI). Indeks Brinkman membagi perokok menjadi 2 kelompok, yaitu: a) Perokok ringan, adalah sampel degan Indeks Brinkman (IB) 0-200 b) Perokok sedang, adalah sampel dengan Indeks Brinkman (IB) 200-600 c) Perokok berat, adalah sampel dengan Indeks Brinkman (IB) >600 Cara menghitung Indeks Brinkman (IB) adalah sebagai berikut:

2. Mainstream smoke adalah asap rokok diinhalasi oleh perokok aktif yang berasal langsung dari dalam rokok yang dihisapnya.

3. Sidestream smoke adalah asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang dihisap oleh perokok aktif.

4. Fase tar adalah senyawa-senyawa yang berada dalam wujud padat.

5. Fase gas adalah senyawa-senyawa yang berada dalam wujud uap atau gas. 6. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak

berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri.

7. Pembentukan secara endogen adalah pembentukan suatu senyawa yang berasal dari dalam tubuh.

8. Malondialdehyde (MDA) adalah suatu senyawa yang merupakan hasil peroksidasi lipid akibat radikal bebas.

3.2.2. Penjelasan Variabel yang Diteliti

Variabel Dependen Kebiasaan Merokok

Definisi Pola mengisap rokok yang dilakukan berulang kali dan teratur

Cara Ukur Mendata jumlah rokok yang dihisap per hari dan durasi lama merokok

Alat Ukur Wawancara

Hasil Ukur Indeks Brinkman (BI), yang dihitung dengan

Indeks Brinkman (IB) =

(12)

rumus :

Perokok akan dibagi menjadi 2 kelompok:

a) Perokok ringan, adalah sample dengan Indeks Brinkman < 600

b) Perokok berat, adalah sampel dengan Indeks Brinkman ≧ 600

Skala Pengukuran Nominal

Variabel Independen Malondialdehyde (MDA) Serum

Definisi Suatu senyawa yang merupakan hasil peroksidasi lipid akibat radikal bebas dalam darah

Cara Ukur Menggunakan metode 2-Thiobarbituric acid (TBA) Assay (Hsieh et al, 2006)

Alat Ukur Spektofotometer

Hasil Ukur Kadar malondialdehyde (MDA) dalam satuan µmol/L

Skala Pengukuran Numerik / Interval

3.3.Hipotesis

Ho : Tidak terdapat pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas.

Ha : Terdapat pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas.

Indeks Brinkman (BI) =

(13)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian adalah pada bulan Juni 2013. Tempat penelitian adalah Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU.

4.3. Populasi, Sampel, Kriteria Inklusi, Kriteria Eksklusi dan Metode Pengumpulan Data Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki dari stambuk 2010, 2011, dan 2012.

4.3.2. Sampel Penelitian

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan jenis populasi yang terbatas dengan menggunakan rumus dibawah ini:

�1 = �2 = 2

{(Zα+ Zβ)�}2 x1− x2

n1 = besar sampel penelitian yang memiliki kebiasaan merokok

n2 = besar sampel penelitian yang tidak memiliki kebiasaan merokok

s = simpangan baku kedua kelompok (dari pustaka) α = tingkat kemaknaan (ditetapkan peneliti)

β = power penelitian (ditetapkan peneliti)

(14)

Berdasarkan dari tinjauan pustaka Study of Thiobarbituric Reactive Substances and Total Reduced Glutathione as Indices of Oxidative Stress in Chronic Smokers With and Without Chronic Obstructive Pulmonary Disease oleh Premanand R. et al, maka pada penelitian ini dipakai simpangan baku sebesar 0,8 dan perbedaan klinis yang diinginkan adalah sebesar 2 nmol/ml. Nilai tingkat kemaknaan yang digunakan adalah 99% sehingga nilai Zα = 2,326 dan kekuatan uji yang digunakan adalah 99% sehingga nilai Zβ = 2,326.

Maka, diketahui: s = simpangan baku kedua kelompok = 0,8 α = tingkat kemaknaan = 99% → Zα = 2,326 β = power penelitian = 99% → Zβ = 2,326

x1 - x2 = perbedaan klinis yang diinginkan = 2 nmol/ml

Sehingga besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini sejumlah:

� = 2{(2,326 + 2,326)0,8}

2

2

� = 13,85030656 ~ 14

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka subjek penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini minimal sejumlah 14 orang. Maka, subjek penelitian yang akan diambil sejumlah 15 orang untuk masing-masing kelompok sampel.

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi Kriteria inklusi :

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2. Berjenis kelamin laki-laki

(15)

Kriteria ekslusi :

1. Sedang mengkonsumsi suplemen antioksidan 2. Tidak bersedia untuk mengikuti penelitian ini 3. Perokok pasif

4.3.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode acak (random sampling) yaitu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan stambuk 2010, stambuk 2011, dan stambuk 2012 dipilih secara acak.

4.4. Metode pemeriksaan kadar malondialdehyde (MDA) serum

Darah untuk pemeriksaan kadar malondialdehyde akan diambil dari vena mediana cubiti. Pemeriksaan MDA serum dilakukan dengan menggunakan metode Thiobarbiturat acids (TBA) Assay (Hiesh et al, 2006, Fauzi,2008) yang dimodifikasi sebagai berikut:

Alat : (1) micropipette 200µL, (2) micropipette 1000 µL, (3) micropipettes tips,

(4) tabung microcentrifuge polypropylene, (5) spectrophotometer genesis 5TM,

(6) vortex mixer, (7) waterbath, (8) centrifuge, (9) cuvette.

Reagensia : (1) 2-thiobarbituric acid (Merck; Cat. No. 1.08180.0025)

(2) 1,1,3,3-tetramethoxypropane 99% (Sigma; Cat. No. 108383) 500µM

(3) Acetic acid glacial

(16)

(5) Aquadest

Persiapan Reagensia :

• TBA/Buffer Reagent

TBA/Buffer Reagent terdiri dari : 0,67 g 2-thiobarbituric acid dilarutkan dalam 100 mL aquadest, selanjutnya 0,5 g sodium hydroxide dan 100 mL asam glacial.

• Standard MDA

Sebanyak 250µL 1,1,3,3-tetramethoxypropane (Malondialdehyde bis) 500µM dilarutkan dalam 750 µL aquadest untuk memperoleh larutan stok MDA 125 µM. Selanjutnya dari larutan stok MDA 125 µM dilarutkan dalam aquadest dan dibuat 8 seri standar yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1. Persiapan standar MDA untuk spektrofotometri Nomor Standar Konsentrasi

MDA (µM)

1. Sebanyak 500 µL sampel darah atau standar malondialdehyde (MDA) dimasukkan dalam tabung ependorf yang masing-masing tekah diberi label.

(17)

3. Selanjutnya masing-masing tabung diinkubasi di dalam waterbath dengan suhu 95˚C selama 60 menit.

4. Setelah diinkubasi, masing-masing tabung dikeluarkan dari waterbath dan setelah dingin masing-masing tabung disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm selama 10 menit.

5. Supernatan diambil untuk selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 534 nm.

4.6. Pengolahan dan Analisis data

Data-data konsentrasi MDA serum yang diperoleh dari kelompok perokok dan non-perokok akan digunakan dalam uji-t dengan menggunakan SPSS versi 17.0. untuk melihat apakah hipotesis Ha (terdapat pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas) dapat diterima.

(18)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, yang berlokasi di jalan dr.Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Fakultas Kedokteran USU diresmikan pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Pemeriksaan konsentrasi MDA serum dilakukan di Laboratorium Terpadu yang terletak pada lantai 2 gedung Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karaktristik Sampel

Sampel yang berpatisipasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, angkatan 2011 dan angkatan 2012 dengan gambaran pada tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1. Karakteristik Mahasiswa Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah 30 mahasiswa laki-laki perokok dan 30 mahasiswa laki-laki-laki-laki non-perokok yang telah diseleksi dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Semua sampel telah diberi penjelasan oleh peneliti tentang penelitian dan setelah itu menyetujui dan mengisi informed consent.

5.1.3. Distribusi Mahasiswa yang Merokok

(19)

Tabel 5.2. Distribusi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang Merokok

Angkatan Jumlah Mahasiswa Perokok

Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa terdapat 37 mahasiswa dari angkatan 2010, 21 dari angkatan 2011 dan 38 dari angkatan 2012 yang merupakan perokok aktif.

5.1.4. Gambaran Konsentrasi MDA Serum pada Mahasiswa Non-perokok dan Perokok

Sebanyak 10 orang mahasiswa dari masing-masing angkatan diambil darahnya sebanyak 15 ml darah untuk diperiksa konsentrasi MDA serum dan hasilnya pada tabel 5.3. di bawah ini.

(20)

Non-Gambar 5.1. Konsentrasi MDA Serum pada Mahasiswa Non-perokok dan Perokok

Pada tabel 5.3. konsentrasi MDA serum pada mahasiswa perokok (mean MDA serum 10.44) terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi MDA serum pada mahasiswa non-perokok (mean MDA serum 9.21).

5.1.5. Gambaran Lama Merokok, Jumlah Rokok per Hari dan Indeks Brinkman pada Mahasiswa Perokok

Tabel 5.4. Gambaran Lama Merokok, Jumlah Rokok per Hari dan Indeks Brinkman pada Mahasiswa Perokok

Lama Merokok (tahun)

Jumlah Rokok per Hari (batang)

Konsentrasi MDA Serum Mahasiswa Non-perokok

Konsentrasi MDA Serum Mahasiswa Perokok

Konsentrasi MDA Serum pada Mahasiswa Non-perokok dan Perokok

Mean = 10.44 SD = 2.328 Mean = 8.87

(21)

Berdasarkan tabel 5.4. lama merokok pada sampel bervariasi dari waktu terlama adalah 7.5 tahun dan tersingkat adalah 6 bulan. Jumlah rokok per hari juga bervariasi dengan jumlah terbanyak adalah 30 batang/hari dan jumlah terendah adalah 10 batang/hari.

5.1.6. Hasil Analisis Statistik

Terdapat 2 analisis yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu:

Uji-t independen untuk membandingkan konsentrasi MDA antara sampel non-perokok dan sampel perokok

Uji linear regression dengan Pearson correlation coefficient untuk melihat hubungan linear antara indeks Brinkman dan konsentrasi MDA

Uji-t

Uji-t adalah salah satu uji statistik yang bertujuan untuk mengkomparasi atau membandingkan apakah rata-rata sebuah populasi ataupun 2 populasi memiliki perbedaan secara signifikan.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengkomparasi rata-rata konsentrasi MDA serum antara mahasiswa non-perokok dan perokok. Oleh karena itu hipotesis pada penilitian ini adalah :

Ho : Konsentrasi MDA serum mahasiswa non-perokok identik dengan konsentrasi MDA serum mahasiswa perokok yang berarti tidak terdapat pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas.

Hi : Konsentrasi MDA serum mahasiswa non-perokok identik dengan konsentrasi MDA serum mahasiswa perokok yang berarti terdapat pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas.

Dasar pengambilan keputusan pada penelitian ini adalah : • Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima. • Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

(22)

Uji linear regression dengan Pearson correlation coefficient

Uji linear regression dengan Pearson correlation coefficient adalah uji statistik bivariat yang mengandung tingkat hubungan linear diantara dua variabel kuantitatif.

Pada penelitian ini, penelti ingin menguji tingkat hubungan linear antara konsentrasi MDA serum dan indeks Brinkman. Dengan mengetahui koefisien korelasi (r) maka dapat ditentukan keeratan hubungan antara konsentrasi MDA serum dan indeks Brinkman. Tingkat hubungan berdasarkan koefisien korelasi menjadi :

• Nilai r tinggi (mendekati 1 atau –1) mengindikasikan hubungan kuat sehingga indeks brinkman dapat digunakan untuk memprediksi konsentrasi MDA serum

• Nilai r rendah (mendekati 0) mengindikasikan hubungan yang lemah sehingga indeks Brinkman tidak layak untuk digunakan untuk memprediksi konsentrasi MDA serum

Dengan menggunakan SPSS versi 17.0, didapatkan koefisien korelasi Pearson sebesar r = 0.59. Hasil ini mengindikasikan hubungan linear yang kuat sehingga indeks brinkman dapat digunakan untuk memprediksi konsentrasi MDA serum.

(23)

5.2. Pembahasan

5.2.1 Kebiasaan Merokok pada Mahasiswa Kedokteran

Penelitian ini menunjukkan prevalensi perokok aktif di kalangan mahasiswa masih cukup tinggi yaitu 13.9% seperti dalam tabel 5.2. Angka ini lebih tinggi dari hasil survey yang dilakukan oleh Global Health Professional Survey (GHPS) pada mahasiswa kedokteran Indonesia, yaitu 9.3%.

Terlihat pada tabel 5.2. angkatan 2010 memiliki prevalensi perokok aktif sebesar 19.9% sedangkan angkatan 2011 memiliki prevalensi perokok aktif sebesar 9.4% dan angkatan 2012 memiliki prevalensi perokok aktif sebesar 13.4%. Mahasiswa angkatan 2010 yang lebih lama menempuh pendidikan kedokteran seharusnya lebih jelas memahami bahaya rokok sehingga prevalensi perokok aktif dalam angkatan tersebut seharusnya lebih rendah, namun gambaran ini tidak terlihat pada hasil data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan tinggi tingkat pendidikan kedokteran tidak menentukan prevalensi mahasiswa perokok aktif. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Gunari (2006) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat pengetahuan bahaya rokok dengan sikap dan perilaku merokok.

Pengetahuan mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan belum tentu dapat membuat pengguna berhenti merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian Maharani (2011) terhadap dosen pria Fakultas Kedokteran Undip yang menyatakan bahwa terdapat perokok aktif di antara dosen pria Fakultas Kedokteran yang dianggap memiliki kemampuan kecakapan, dan pengetahuan tinggi terutama masalah kesehatan dari merokok dan juga yang dianggap sebagai panutan sehingga tidak seharusnya memiliki gaya hidup merokok.

Salah satu penyebab yang mungkin menjadi faktor tingginya prevalensi perokok aktif pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah pengaruh teman dan faktor sosial seperti hasil penelitian oleh Maharani (2011) bahwa teman merupakan faktor paling mempengaruhi dalam merokok.

Menurut Aini (2013) faktor-faktor lain yang dapat menjadi penyebab tingginya prevalensi perokok aktif pada mahasiswa kedokteran adalah:

• Kebiasaan perilaku merokok, yaitu merokok menjadi perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat positif maupun negatif. • Reaksi emosi yang positif, yaitu merokok digunakan untuk menghasilkan

emosi positif seperti rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa.

(24)

• Ketagihan atau kecanduan, yaitu merokok telah menjadi suatu kecanduan atau ketergantungan.

5.2.2. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan konsentrasi MDA serum Pada penelitin ini uji-t memiliki nilai p < 0.05 menunjukkan konsentrasi MDA serum non-perokok dan perokok tidak identik. Mean perokok (10.44) lebih tinggi dari mean non-perokok (8.87). Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas.

Pada tabel 5.3. dapat dilihat bahwa pada penelitian ini mean konsentrasi MDA serum non-perokok adalah 8.87 ± 1.171 dan mean konsentrasi MDA serum perokok adalah 10.44 ± 2.328. Mean perokok adalah lebih tinggi dibandingkan dengan mean non-perokok dengan selisih 1.57. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Montano et al. (2010) yang mendapatkan hasil mean konsentrasi MDA serum non-perokok (0.42 ± 0.17 nmol/ml) lebih tinggi dibandingkan dengan mean konsentrasi MDA serum perokok (1.68 ± 0.82 nmol/ml) dengan selisih mean 1.44 nmol/ml. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian oleh Bizori et al. (2011) yang mendapatkan hasil mean konsentrasi MDA serum non-perokok (1.84 ± 0.50 µmol/l) lebih tinggi dibandingkan dengan mean konsentrasi MDA serum perokok (2.76 ± 0.88 µmol/l) dengan selisih mean 0.92 µmol/l. Hasil penelitian ini yang serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Nagamma et al. (2011) yang mendapatkan hasil mean konsentrasi MDA serum non-perokok (1.94 ± 0.6 nmol/ml) lebih tinggi dibandingkan dengan mean konsentrasi MDA serum perokok (1.73 ± 0.65 nmol/ml) dengan selisih mean 0.21 nmol/ml.

Hasil mean konsentrasi MDA serum perokok yang lebih tinggi dari mean konsentrasi MDA serum non-perokok menunjukkan bahwa teradapat efek yang nyata dari rokok terhadap peroksidasi lemak dalam tubuh. Pengaruh merokok terhadap proksidasi lemak juga dibuktikan oleh Frei et al. dalam penelitiannya dengan memaparkan serum langsung pada asap rokok dan mengukur berbagai kelas lipid hydroperoxides sebagai indikator peroksidasi lemak yang terjadi. Hasil dari penelitiannya membuktikan pemaparan asap rokok terhadap serum menyebabkan kerusakan oksidatif pada lemak dengan cepat.

(25)

bermassa-molekular-rendah dan oxygen-centered dalam sekali hisapan. Sedangkan tar mengandung mengandung radikal bebas quinone-hydroquinone-semiquinone bermassa-molekular-rendah.

Pada uji linear regression dengan Pearson correlation coefficient didapatkan nilai r = 0.59. Hasil ini menunjukkan hubungan linear yang kuat antara indeks Brinkman dengan konsentrasi MDA serum. Artinya setiap peningkatan indeks Brinkman akan menghasilkan peningkatan pada konsentrasi MDA serum secara proposional.

5.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi MDA Serum

Konsentrasi MDA serum non-perokok pada penelitian ini berkisar dari yang terendah 7.3 µM hingga yang tertinggi 11.3 µM. Sedangkan konsentrasi MDA serum perokok pada penelitian ini berkisar dari yang terendah 7.4 µM hingga yang tertinggi 15.0 µM. Terlihat bahwa non-perokok dapat memiliki konsentrasi MDA serum yang lebih tinggi daripada perokok. Hal ini dapat disebabkan oleh karena rokok bukan satu-satunya sumber radikal bebas bagi tubuh manusia sehingga memungkinkan faktor-faktor lain menyebabkan konsentrasi MDA serum non-perokok untuk lebih tinggi daripada perokok. Menurut Kumar (2011) terdapat 3 sumber radikal bebas, yaitu :

• Sumber internal : Sumber internal dapat berupa reaksi pada rantai respirasi, fagositosis, sintesis prostaglandin dan sistem sitokrom P450.

Sumber internal lainnya adalah mitokondria, xanthine oxidase, fagosit, reaksi yang melibatkan besi dan transition metal, peroksisom, rantai arachidonate, olahraga, iskemia dan inflamasi.

• Sumber eksternal : Sumber eksternal dapat berupa asap rokok, polutan lingkungan, radiasi, sinar UV, ozon, obat-obat tertentu, pestisida dan pelarut industri.

• Faktor fisiologis : Kondisi mental seperti stres, emosi dan keadaan sakit dapat memicu pembentukan radikal bebas.

(26)

Tabel 5.5. Indeks Brinkman dan Konsentrasi MDA Serum Mahasiswa Perokok No. Indeks Brinkman

(batang tahun)

Pada tabel 5.5. ataupun gambar 5.2. terlihat bahwa sampel dengan indeks Brinkman 180 batang tahun memiliki MDA yang cukup rendah yaitu 7.4 µM. Menurut Edgar et al., anomali ini dapat disebabkan oleh polyunsaturated / saturated fat ratio (P/S ratio) yang sangat dipengaruhi oleh pola makan. Perbedaan pola makan yang mempengaruhi P/S ratio oleh sampel ini dapat sangat mempengaruhi hasil konsentrasi MDA serum.

Anomali ini juga dapat disebabkan jika sampel ini mengkonsumsi buah-buahan dalam jumlah banyak secara rutin. Menurut Halliwell (2012), tanaman memilki antioksidan yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena tanaman memerlukan antioksidan dalam jumlah besar untuk menghadapi stres oksidatif yang besar dari penghasilan O2 sewaktu fotosintesis. Akan tetapi efek antioksidan

(27)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Pada penilitian ini, Indeks Brinkman digunakan untuk mengklasifikasi kebiasaan merokok dan semua mahasiswa perokok yang berpartisipasi dalam penelitian ini memilki Indeks Brinkman < 200 batang tahun sehingga diklasifikasikan sebagai perokok ringan.

2. Konsentrasi MDA serum pada mahasiswa non-perokok memilki mean 8.87 ± 1.171 µM dan konsentrasi MDA serum perokok memilki mean 10.44 ± 2.328 µM.

3. Kebiasaan merokok memiliki hubungan linear dengan konsentrasi malondialdehyde (MDA) serum.

6.2. Saran

1. Pada penelitian ini masih terdapat faktor eksternal dan fisiologis yang tidak dapat diseragamkan sehingga dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk meneliti efek asap rokok terhadap konsentrasi malondialdehyde (MDA) pada hewan coba.

2. Efek antioksidan buah-buahan secara langsung terhadap kesehatan tubuh manusia masih belum jelas dan masih diperdebatkan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk meneliti efek antioksidan buah-buahan secara langsung terhadap kesehatan tubuh manusia.

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebiasaan Merokok

2.1.1. Definisi dan Prevalensi Kebiasaan Merokok

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang di tengah dibakar adalah 900˚C untuk ujung rokok yang dibakar dan 30C untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok (Sitepoe, 1990). Kebiasaan Merokok di Indonesia dimulai sejak zaman raja-raja Mataram yang menggunakan rokok dari kelembak, biasanya tembakau dicampur dengan kemenyan. Apabila pembakaran kemenyan merupakan suatu upacara ritual, tidak tertutup kemungkinan pada mulanya merokok juga sebagai upacara ritual (Sitepoe, 1997).

Pada zaman sekarang kebiasaan merokok telah menjadi salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Di mana-mana, mudah menemui orang merokok, lelaki-wanita, anak kecil-tua renta, kaya-miskin; tidak terkecuali. Betapa merokok merupakan bagian hidup masyarakat walaupun dari segi kesehatan, tidak ada satu titik yang menyetujui atau melihat manfaat yang dikandungnya (Bustan, 2007).

(29)

53.4

Gambar 2.1 Prevalensi merokok penduduk umur ≥15 tahun berdasarkan jenis kelamin, Indonesia tahun 1995, 2001, 2004, dan 2007

(Sosial Ekonomi (Susenas), 1995, 2001, 2004 dan Riskesdas, 2007) dalam (Trihono, 2010)

Pada “Usaha Mencegah Bahaya Merokok” oleh Mangku Sitepoe (Sitepoe, 1997), Cornwath dan Miller membedakan kebiasaan merokok sebagai:

(1) Dorongan psikologis : merokok dirasakan sebagai rangsangan seksual melalui mulut waktu merokok, sebagai ritual, menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, menunjukkan kedewasaan, serta rangsangan mulut melalui jari-jari pada saat merokok.

(2) Dorongan fisiologis : adiksi (ketagihan) tubuh terhadap kandungan rokok berupa nikotin atau disebut kecanduan terhadap nikotin. Di Amerika Serikat nikotin dikategorikan sebagai obat yang termasuk adiksi.

2.1.2. Kategori Perokok

Mangku Sitepoe (1997) membagi perokok menjadi 4 kategori dalam “Usaha Mencegah Bahaya Merokok" menjadi:

(30)

(d) Perokok yang menghisap dalam-dalam

Perokok juga dapat dibagi menurut Indeks Brinkman (IB) menjadi 3 kelompok, yaitu (Suradi, 2007):

(a) Perokok ringan : perokok dengan Indeks Brinkman (IB) 0-200 (b) Perokok sedang : perokok dengan Indeks Brinkman (IB) 200-600 (c) Perokok berat : perokok dengan Indeks Brinkman (IB) >600

Indeks Brinkman (IB) dapat dihitung dengan perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap tiap hari dikalikan lama merokok dalam tahun.

2.1.3. Bahan-bahan yang Terkandung dalam Asap Rokok

Asap rokok adalah aerosol yang mengandung 1010 parikel/mL, yang terdiri dari bahan polimer karbon yang dilekati oleh sangat banyak logam berat dan sangat larut dalam air, polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH), aza-arenes, N-nitrosamines dan bahan kimia organik lainnya. Fase partikel dari asap rokok mengandung setidaknya 3.500 zat kimia yang sebagian besar bersifat beracun, karsinogen atau mutagen, (contohnya: benzene, 2-napthylamine, 210Po, 226Ra,

228

Ra, nikel, kadmium, benzopyrene, dan lain-lain) (Hecht, 1999). Paling sedikit 55 karsinogen dalam asap rokok telah dipastikan sebagai "sufficient evidence for carcinogenicity” oleh International Afency for Research on Cancer (Hoffman, 1997).

2.2. Radikal Bebas

2.2.1. Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki sebuah elektron yang tidak berpasangan pada orbital atomnya. Elektron yang tidak berpasangan menyebabkan semua jenis radikal bebas memiliki karakteristik yang sama.

Indeks Brinkman (IB) =

(31)

Radikal bebas pada umumnya bersifat tidak stabil dan sangat reaktif. Radikal bebas dapat memberikan satu elektron ataupun menerima satu elektron dari molekul lain sehingga radikal bebas dapat bersifat sebagai oksidan maupun reduktan (Young, 2001). Jenis-jenis radikal bebas yang memiliki molekul oksigen yang paling banyak menyebabkan penyakit berasal dari golongan hydroxyl radical, superoxide anion radical, hydrogen peroxide, oxygen singlet, hypochlorite, nitric oxide radical.

Beberapa golongan radikal bebas memilki sifat yang sangat reaktif sehingga dapat menyebakan kerusakan pada DNA, protein, karbohidrat, dan lemak pada nukleus maupun membran sel. Kerusakan makromolekul oleh radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel dan gangguan homeostasis. Molekul yang paling banyak dirusak oleh radikal bebas adalah lemak, asam nukleat, dan protein. (Young, 2001).

2.2.4. Jenis-Jenis Radikal Bebas

Tabel 2.1 Jenis-jenis radikal bebas (Lobo, 2010) Radikal Bebas Penjelasan

O2●, anion superoxide Hasil dari proses reduksi satu elektron dari O2,

terbentuk pada reaksi-reaksi auto-oksidasi dan rantai transpor elektron. Tidak begitu reaktif tapi dapat melepaskan Fe2+ dari protein FeS dan ferritin. Mengalami dismutasi untuk membentuk H2O2 secara

spontan atau melalui katalisis oleh enzim dan sebagai prekursor untuk pembentukan OH oleh besi. H2O2, hidrogen peroksida Bentuk reduksi dua elektron yang terbentuk dari

dismutasi O2- atau reduksi O2 secara langsung.

Terlarut dalam lemak dan dapat menembus membran sel.

(32)

reaktif dan dapat merusak hampir semua komponen sel.

ROOH, hidroperoksida organik

Terbentuk dari reaksi radikal dengan komponen sel seperti lemak dan basa nukleus.

RO●, alkoxy dan ROO●, peroxy radicals

Radikal organik dengan atom oksigen pada pusatnya. Bentuk lemaknya dapat terlibat dalam reaksi peroksidasi lemak. Dihasilkan pada keadaan adanya oksigen dengan cara penambahan radikal ke dalam ikatan rangkap atau abstraksi hidrogen.

HOCl, asam hipoklorit Dibentuk dari H2O2 oleh myeloperoxidase. Terlarut

dalam lemak dan sangat reaktif. Dapat mengoksidasi komponen protein termasuk thiol groups, amino groups dan methionine.

ONOO●, peroxynitrite Dibentuk pada reaksi cepat antara O2- dan NO.

Terlarut dalam lemak dan memiliki reaktivitas yang sama dengan hypochlorous acid. Protonation membentuk peroxynitrous acid yang dapat terlibat dalam reaksi homolytic cleavage untuk membentuk hydroxyl radical dan nitrogen dioxide.

2.2.5. Mekanisme Pembentukan Radikal Bebas

Dalam bukunya yang berjudul “Free radicals and antioxidants: Human and Food System”, Kumar menjelaskan bahwa radikal bebas dapat terbentuk dengan tiga cara (Kumar, 2011), yaitu:

Dengan homolytic cleavage dari ikatan kovalen molekul normal, dengan setiap pasangan tetap memiliki satu dari pasangan elektron.

X : Y → X● + Y●

• Kehilangan satu elektron dari molekul normal. X : Y → X+ + Y●

(33)

2.2.2. Radikal Bebas pada Tubuh Manusia

Radikal bebas dan reactive oxygen species (ROS) dapat terbentuk dari proses metabolisme tubuh ataupun dari sumber luar tubuh seperti paparan sinar-X,ozon, asap rokok, polusi udara, dan juga bahan kimia industri (Bagchi, 1998). Radikal bebas diproduksi secara terus menerus pada sel tubuh oleh reaksi-reaksi yang melibatkan enzim maupun reaksi-reaksi tanpa melibatkan enzim. Reaksi-reaksi yang melibatkan enzim adalah Reaksi-reaksi pada fagositosis, rantai pernapasan, pembentukan prostaglandin dan sistem sitokrom P-450. (Liu, 1999).

Sumber-sumber radikal bebas yang berada di dalam tubuh (Husain, 2012): • Mitokondria

Xanthine oxidase Peroxisomes • Inflamasi • Fagositosis • Olahraga

Iskemia/reperfusion injury

2.2.3. Reaksi-reaksi Radikal Bebas Pada Tubuh

Reaksi radikal bebas menyebabkan perubahan-perubahan pada tubuh yang terakumulasi dengan bertambahnya usia. Perubahan-perubahan ini merupakan hal umum yang terjadi pada semua tubuh manusia dengan bertambahnya usia. Untuk menyebabkan kerusakan oleh radikal bebas pada struktur tubuh, faktor genetik dan lingkungan juga ikut berpengaruh bersama dengan perubahan-perubahan ini. Faktor genetik dan lingkungan berpengaruh karena timbulnya penyakit pada umur tertentu (Lobo, 2010).

(34)

bebas yang terbentuk dari radiasi dapat membentuk tumor. Hubungan erat antara konsumsi lemak dan minyak dengan kematian dari leukemia dan neoplasia ganas pada payudara, ovarium dan rektum pada pasien berusia 55 tahun keatas menandakan adanya suatu proses peroksidasi lemak. Studi pada arteriosklerosis mengungkapkan kemungkinan dari penyebab penyakit tersebut adalah reaksi radikal bebas yang melibatkan lemak yang berasal dari makanan di dinding arteri dan serum yang menghasilkan peroksida dan bahan-bahan sejenis lainnya. Bahan-bahan ini mengakibatkan kerusakan sel dan menghasilkan peruBahan-bahan pada dinding arteri (Lobo, 2010).

2.2.6. Stres Oksidatif

Stres oksidatif adalah keadaan dimana terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan radikal bebas dan efek perlindungan oleh antioksidan (Rock, 1996). Kematian sel dapat terjadi oleh stres oksidatif. Kematian sel pada perokok sebagian besar disebabkan oleh stres oksidatif yang berasal dari asap rokok (Aoshiba, 2003). Stres oksidatif jangka pendek dapat terjadi pada jaringan yang rusak akibat trauma, infeksi, trauma panas, hypertoxia, racun, dan olahraga yang berlebihan. Jaringan yang rusak ini akan menyebabkan peningkatan jumlah enzim-enzim radikal bebas (xanthine oxidase, lipogenase, siklo-oksigenase), aktifasi fagosit, pelepasan besi bebas, ion tembaga, atau kerusakan rantai transpor elektron pada fosforilasi oksidatif, menghasilkan ROS (McCord, 2000).

Inisiasi, promosi dan progesi dari kanker beserta efek samping radiasi dan kemoterapi memiliki hubugan dengan ketidakseimbangan antara ROS dan antioksidan. ROS memilki peran dalam induksi dan komplikasi dari diabetes mellitus, penyakit pada orang-orang berusia lanjut, dan penyakit neurogeneratif seperti penyakit Parkinson. (Rao, 2006).

(35)

1. Produksi superoxide (produk sampingan dari sejumlah reaksi pada tubuh) O2 + e-→ O2●

2. NADPH-oxidase

2 O2 + NADPH → 2 O2● + NADP + H+

3. Superoxide dismutase

O2● + O2● + 2 H+→ H2O2 + O2

4. Catalase

H2O2→ 2 H2O + O2

5. Myeloperoxide

H2O2 + X- + H+→ HOX + H2O (X-=Cl-,Br-,SCN-)

6. Glutathione peroxidase (Se-dependent) 2 GSH + R-O-OH → GSSG + H2O + ROH

7. Fenton reaction

Fe2+ + H202→ Fe3+ + OH● + OH

-8. Iron-catalysed Haber-Weiss reaction O2● + H2O2→ O2 + OH● + OH

-9. Glucose-6-phospate dehydrogenase (G6PD)

G6P + NADP → 6 Phosphogluconate + NADPH + H+ 10.Glutathione reductase

G-S-S-G + NADPH + H+→ 2 GSH + NADP

2.3. Peroksidasi Lemak

2.3.1. Definisi Peroksidasi Lemak

(36)

bersifat buruk terhadap fungsi sel dan kelangsungan hidupnya (Devasagayam, 2003).

Keberadaan polyunsaturated fatty acids (PUFAs) pada membran fosfolipid bilayer menjadi dasar dari sifat fluidity. Oleh karena peroksidasi lemak merusak bagian yang memberikan sifat fluidity, sifat biofisika dari membran sel menjadi terpengaruh. Peroksidasi lemak mengurangi sifat cairan dan mengurangi hambatan listrik. Peroksidasi lemak pada PUFAs dari membran akan merusak fungsi barrier yang merupakan fungsi utama dari membran. Kerusakan barrier selanjutnya akan menyebabkan lisosom menjadi lebih rentan dan menyebabkan kebocoran dari enzim-enzim sitosol dari sel (Devasagayam, 2003).

Perokidasi lemak telah dikaitkan pada patogenesis sejumlah penyakit dan keadaan klinis seperti kelainan pada kelahiran prematur, diabetes, respiratory stress syndrome, syok, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, penyakit-penyakit inflamasi kronik, kerusakan organ seperti jantung, otak ,dan usus akibat ischemia-reperfusion, atherosclerosis, kerusakan akibat syok dan inflamasi, fibrosis dan kanker, pre-eklamsia dan eklamsia, inflamasi hati, diabetes tipe 1, anthracycline-induced cardiotoxicity, silicosis dan pneumoconiasis (Devasagayam, 2003).

(37)

2.3.2. Reaksi Peroksidasi Lemak

Peroksidasi (auto-oxidation) lemak yang terpapar oleh oksigen tidak hanya merusak makanan (rancidity) tetapi juga memiliki peranan dalam kerusakan jaringan secara in-vivo yang akan menyebabkan kanker, penyakit inflamasi, atherosclerosis, dan proses penuaan. Efek merusak ini disebabkan oleh radikal bebas (ROO-, RO-, OH-) yang dihasilkan pada pemebentukan peroksida dari asam lemak yang mengandung methylene-interrupted double bonds, contohnya adalah ikatan rangkap yang terdapat pada polyunsaturated fatty acids PUFAs (Harper, 2003).

Gambar 2.2 Peroksidasi lemak (Harper, 2003)

Peroksidasi lemak adalah suatu rangkaian reaksi yang secara terus menerus menghasilkan suplai radikal bebas yang akan menyebabkan reaksi peroksidasi yang lebih lanjut (Harper, 2003).

Proses dari rangkaian reaksi peroksidasi lemak digambarkan sebagai berikut : 1. Initiation

ROOH + Metal(n)+→ ROO●+ Metal(n-1)+ + H+ X● + RH → R● + XH

2. Propagation

R● + O2→ ROO

-ROO● + RH → ROOH + R●, etc 3. Termination

(38)

ROO● + R● → ROOR R● + R● → RR

Oleh karena produk hydroperoxide ROOH yang menjadi prekursor untuk proses initiation, maka peroksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi tidak terputus yang membawa efek sangat buruk. Untuk mengontrol dan mengurangi peroksidasi lemak diperlukan antioksidan. Propyl gallate, butylated hydroxyanisole (BHA), dan butylated hydroxytoluene (BHT) adalah antioksidan yang biasa ditambahkan dalam makanan. Antioksidan alami adalah vitamin E (tocopherol), yang larut dalam lemak, serta urate dan vitamin C yang laruk dalam air. Beta-carotene adalah antioksidan pada PO2 rendah.

Antioksidan dapat dibagi menjadi 2 kelas:

(1) preventive antioxidants, yang memperlambat rangkaian initiation

(2) chain-breaking antioxidants, yang meng-intervensi rangkaian propagation.

(39)

Yang termasuk preventive antioxidants adalah : catalase dan peroksidase lain yang bereaksi dengan ROOH dan chelators dari ion logam seperti EDTA (ethylenediaminetetraacetate) dan DTPA (diethylene-triaminepentaacetate). Secara in vivo, antioksidan pemutus rangakaian reaksi yang utama adalah superoxide dismutase yang bekerja pada fase cair untuk memperangkap radikal bebas superoxide (O2●) dan vitamin E yang bekerja pada fase lemak untuk

memperangkap radikal bebas ROO●(Harper, 2003).

2.3.3. Pengukuran Peroksidasi Lemak

Radikal bebas memilki waktu paruh yang sangat pendek sehingga sulit diukur dalam laboratorium. Kerusakan jaringan lemak akibat reactive oxygen species (ROS) dapat diperiksa dengan mengukur senyawa Malondialdehyde (MDA) yang merupakan produk peroksidasi lemak (Reilly, 1991). Produksi reactive oxygen species (ROS) secara tidak langsung dinilai dengan kadar peroksidasi lemak. Pengukuran kadar malondialdehyde (MDA) serum dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu sebagai berikut :

1. Tes thiobarbituric acid-reactive subtance (TBARS)

Dasar pemeriksaan adalah reaksi spektrofotometrik sederhana, dimana satu molekul malondialdehyde (MDA) akan terpecah menjadi 2 molekul 2-asam thiobarbiturat. Reaksi ini berjalan pada pH 2-3. TBA akan memberikan warna pink-chromogen yang dapat diperiksa secara spektrofotometrik. Tes TBA selain mengukur kadar malondialdehyde (MDA) yang terbentuk karena proses peroksidasi lemak juga mengukur produk aldehid lainnya termasuk produk non-volatil yang terjadi akibat panas yang ditimbulkan pada saat pengukuran kadar malondialdehyde (MDA) serum yang sebenarnya. Kadar malondialdehyde (MDA) dapat diperiksa baik di plasma, jaringan maupun urin. (Reilly, 1991 dan Konig, 2002). Beberapa metode pengukuran TBA adalah sebagai berikut :

a. Pengukuran reaksi TBA dengan metode kolorimetri

(40)

yang paling sering dilakukan. Metode ini mudah dilakukan akan tetapi bersifat tidak spesifik oleh karena mengukur produk aldehid lainnya (Reilly, 1991, Konig, 2002, dan Dalle-Done, 2006).

b. Pengukuran reaksi TBA dengan metode flurosens

Metode ini memiliki keunggulan dibanding metode kolorimetri oleh karena tidak terganggu oleh beberapa substansi produk reaksi TBA yang larut air. Pemeriksaan dilakukan dengan metode spektrofluorometri (Reilly, 1991, Konig, 2002, dan Dalle-Done, 2006).

c. Pengukuran MDA-TBA dengan HPLC (High Performance Liqiud Chromatography)

Metode ini secara spesifik dapat mengukur kompleks MDA-TBA, sehingga pengukuran kadar malondialdehyde (MDA) lebih akurat. Namun demikian metode ini membutuhkan kondisi asam dengan suhu tinggi sehingga tetap ada kemungkinan terbentuknya malondialdehyde (MDA) yang bukan karena peroksidasi lemak (Reilly, 1991, Konig, 2002, dan Dalle-Done, 2006).

2. Pengukuran kadar malondialdehyde (MDA) serum bebas dengan metode HPLC (High Performance Liqiud Chromatography)

(41)

2.4. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Radikal Bebas 2.4.1. Pembagian Asap Rokok

Asap rokok dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase tar dan fase gas. Fase tar atau partikel kecil adalah zat-zat yang terperangkap ketika asap rokok dilewatkan melalui saringan cambridge glass-fibre yang mampu menyaring partikel kecil dengan ukuran >0.1 µm. Fase gas adalah zat-zat yang mampu melewati saringan tersebut. Fase tar mengandung >1017 radikal bebas/gram, dan fase gas mengandung >1015 radikal bebas/hisapan. Radikal bebas yang berasal dari fase tar mampu bertahan lebih lama (beberapa jam sampai beberapa bulan) dibandingkan dengan radikal bebas yang berasal dari fase gas yang hanya dapat bertahan sebentar (hitungan detik) (Ambrose, 2004).

Gambar 2.4 Pembagian asap rokok (Pryor, 1997)

2.4.2. Radikal Bebas pada Fase Gas

(42)

radikal bebas. (Pryor, 1997). NO● akan cepat bereaksi dengan O2● membentuk

peroxynitrite (O=NNOO-), suatu zat yang bersifat beracun dan oksidatif terhadap biomolekul (contohnya: 3-nitrotyrosine). NO juga terlibat dalam karsinogenesis dan pembentukan tumor. (Valavanidis, Vlachogianni, & Fiotakis, 2009).

2.4.3. Radikal Bebas pada Fase Tar

Fase tar mengandung sangat banyak radikal bebas yang stabil dan dapat bertahan lama yaitu semiquinone (QH●) dan radikal bebas berinti karbon (-C●). Semiquinone dapat mengreduksi O2 menjadi O2● yang kemudian dapat

membentuk H2O2 dan berekasi dengan Fe2+ (tar pada rokok mengandung sangat

banyak besi) melalui reaksi Fenton untuk membentuk radikal bebas hydroxyl yang bersifat sangat oksidatif. (Valavanidis, Vlachogianni, & Fiotakis, 2009).

Berikut ini merupakan contoh reaksi yang menghasilkan radikal bebas: Q + QH2↔ 2 QH●

QH● + O2→ Q + O2● + H+

O2● + 2 H+→ H2O2

QH2 + O2 → H2O2 + Q

QH2 + O2→ O2● + QH● + H+

(43)

-BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rokok menyebabkan kematian pada setengah dari jumlah penggunanya. Setiap tahun terdapat enam juta kematian yang disebabkan oleh kebiasaan merokok, di mana sekitar satu orang meninggal setiap enam detik. Angka tersebut diprediksikan akan meningkat menjadi lebih dari 8 juta jiwa per tahun pada tahun 2030. Merokok bertanggung jawab atas 1 dari 10 kematian orang dewasa di dunia dan merupakan 6 dari 8 faktor resiko penyebab kematian di dunia (World Health Organisation, 2013).

Pada 2002 Indonesia mengkonsumsi 182 milyar batang rokok, menduduki peringkat ke-5 konsumsi rokok terbesar setelah China (1.697 milyar batang rokok), Amerika Serikat (464 milyar batang rokok), Rusia (375 milyar batang rokok) dan Jepang (299 milyar batang rokok) (Tobacco Atlas, 2002 dan Tobacco Atlas, 2009). Untuk perbandingan secara garis besar disajikan dalam Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Lima Negara dengan Konsumsi Rokok Terbesar (milyar batang) (Tobacco Atlas, 2002 dan Tobacco Atlas, 2009)

1697

Cina USA Rusia Jepang Indonesia

Tobacco Atlas 2002

(44)

Berdasarkan jumlah penduduk yang merokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008). Di Indonesia, 69% rumah tangga memiliki pengeluaran untuk rokok. Hal ini berarti minimal terdapat 1 orang anggota rumah tangga yang mengkonsumsi tembakau (Riset Kesehatan Dasar, 2007).

Di Indonesia, penduduk berusia lebih dari 15 tahun yang merokok setiap hari prevalensinya sebesar 28,2% (Riset Kesehatan Dasar, 2010). Tahun 2006 Indonesia melakukan Global Health Professional Survey (GHPS) untuk profesi kesehatan dengan menggunakan mahasiswa kedokteran tingkat ketiga sebagai responden dalam survei. Hampir setengah (48,4%) dari mahasiswa kedokteran pernah merokok (Indonesia Global Health Professional Survey (GHPS), 2006).

Tabel 1.1 Prevalensi Mahasiswa Kedokteran Merokok, Indonesia Tahun 2006 (Indonesia Global Health Professional Survey (GHPS), 2006)

Pernah Merokok

(%)

Perokok aktif (%)

Perokok aktif yang berkeinginan merokok kurang dari 30 menit

setelah bangun tidur (%)

Laki-Laki 70,2 21,1 31,9

Perempuan 35,4 2,3 39,4

Total 48,4 9,3 33,0

Banyak studi ilmiah yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi tembakau dapat menimbulkan berbagai jenis kanker (mulut, faring, laring, esofagus, paru, dan pankreas), penyakit sistem pembuluh darah (jantung koroner, aneurisme aorta, penyakit pembuluh darah perifer, arteriosklerosis, gangguan pembuluh darah otak), dan sistem pernafasan (bronkitis kronik, emfisema, penyakit paru obstruktif kronik, tuberkulosis paru, asma, radang paru dan penyakit saluran nafas lainnya) (Carmona, 2004).

(45)

penyakit seperti arteriosklerosis, gagal ginjal kronik, dan diabetes mellitus (Young, 2001, Peterson, 2010, dan Jaiswal, 2011).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan hasil pengamatan sementara maka penulis merasa tertarik untuk meneliti pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas dalam tubuh?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas dalam tubuh.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kebiasaan merokok 2. Mengukur kadar malondialdehyde (MDA) dalam darah

3. Menilai hubungan antara tingkatan kebiasaan merokok dan kadar malondialdehyde (MDA) dalam darah

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Sebagai bahan referensi penelitian lanjutan mengenai rokok maupun radikal bebas.

(46)

Abstrak

Latar belakang

Rokok menyebabkan kematian pada setengah dari jumlah penggunanya. Peran radikal bebas dalam rokok sebagai karsinogen dan sumber stres oksidatif telah diteliti dalam sejumlah penelitian. MDA (malondialdehyde) adalah suatu senyawa yang merupakan hasil peroksidasi lipid akibat radikal bebas.

Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas dalam tubuh.

Metode penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Tempat penelitian adalah Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU dengan subjek penelitian mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Pemeriksaan MDA serum dilakukan dengan menggunakan metode Thiobarbiturat acids (TBA) Assay yang dimodifikasi.

Hasil

Jumlah subjek untuk penelitian ini adalah 15 orang untuk masing-masing kelompok perokok dan perokok. Konsentrasi MDA serum mahasiswa non-perokok memiliki mean 8.87 ± 1.171 µM dan konsentrasi MDA serum non-perokok memilki mean 10.44 ± 2.328 µM. Uji-t menunjukkan konsentrasi MDA serum mahasiswa non-perokok tidak identik dengan konsentrasi MDA serum mahasiswa perokok (p = 0.027). Uji linear regression dengan Pearson correlation coefficient menunjukkan hubungan linear positif yang kuat (r = 0.59) antara indeks Brinkman dan konsentrasi MDA serum.

Kesimpulan

Terdapat pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas dalam tubuh dan kebiasaan merokok memiliki hubungan linear dengan konsentrasi malondialdehyde (MDA) serum.

(47)

Abstract

Background

Smoking causes death to half of its users annually. Researches have been carried out to investigate the role of free radicals caused by smoking in carcinogenesis and as source oxidative stress. MDA (malondialdehyde) is a compund produced as a by product of lipid peroxidation caused by free radicals.

Objective

To investigate the relationship between smoking and free radicals. Method

Descriptive with cross-sectional design was used. MDA measurement was carried out at Integrated Laboratory of Faculty of Medicine of University of Sumatera Utara (Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU). MDA was measured by modified thiobarbituric acid (TBA) assays method.

Result

For each smoking and non-smoking group, 15 people was recruited. The mean of MDA in smoking group was 8.87 ± 1.171 µM and 10.44 ± 2.328 µM for non-smoking group. T-test was done and showed that the means of the MDA measured from both groups were not identical (p = 0.027). By using linear regression, strong positive linear relationship was observed between Brinkman index and MDA (Pearson correlation coefficient, r = 0.59).

Conclusion

Strong positive linear relationship was observed between smoking and free radicals.

Keywords

(48)

Pengaruh Kebiasaan Merokok dengan Timbulnya

Radikal Bebas

Oleh:

MUCHTAR LEONARDI

100100044

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(49)

Abstrak

Latar belakang

Rokok menyebabkan kematian pada setengah dari jumlah penggunanya. Peran radikal bebas dalam rokok sebagai karsinogen dan sumber stres oksidatif telah diteliti dalam sejumlah penelitian. MDA (malondialdehyde) adalah suatu senyawa yang merupakan hasil peroksidasi lipid akibat radikal bebas.

Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas dalam tubuh.

Metode penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Tempat penelitian adalah Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU dengan subjek penelitian mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Pemeriksaan MDA serum dilakukan dengan menggunakan metode Thiobarbiturat acids (TBA) Assay yang dimodifikasi.

Hasil

Jumlah subjek untuk penelitian ini adalah 15 orang untuk masing-masing kelompok perokok dan perokok. Konsentrasi MDA serum mahasiswa non-perokok memiliki mean 8.87 ± 1.171 µM dan konsentrasi MDA serum non-perokok memilki mean 10.44 ± 2.328 µM. Uji-t menunjukkan konsentrasi MDA serum mahasiswa non-perokok tidak identik dengan konsentrasi MDA serum mahasiswa perokok (p = 0.027). Uji linear regression dengan Pearson correlation coefficient menunjukkan hubungan linear positif yang kuat (r = 0.59) antara indeks Brinkman dan konsentrasi MDA serum.

Kesimpulan

Terdapat pengaruh kebiasaan merokok terhadap timbulnya radikal bebas dalam tubuh dan kebiasaan merokok memiliki hubungan linear dengan konsentrasi malondialdehyde (MDA) serum.

(50)

Abstract

Background

Smoking causes death to half of its users annually. Researches have been carried out to investigate the role of free radicals caused by smoking in carcinogenesis and as source oxidative stress. MDA (malondialdehyde) is a compund produced as a by product of lipid peroxidation caused by free radicals.

Objective

To investigate the relationship between smoking and free radicals. Method

Descriptive with cross-sectional design was used. MDA measurement was carried out at Integrated Laboratory of Faculty of Medicine of University of Sumatera Utara (Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU). MDA was measured by modified thiobarbituric acid (TBA) assays method.

Result

For each smoking and non-smoking group, 15 people was recruited. The mean of MDA in smoking group was 8.87 ± 1.171 µM and 10.44 ± 2.328 µM for non-smoking group. T-test was done and showed that the means of the MDA measured from both groups were not identical (p = 0.027). By using linear regression, strong positive linear relationship was observed between Brinkman index and MDA (Pearson correlation coefficient, r = 0.59).

Conclusion

Strong positive linear relationship was observed between smoking and free radicals.

Keywords

(51)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul "Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Timbulnya Radikal Bebas". Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka pembuatan karya tulis ilmiah (KTI) pada pendidikan program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti serta kepada dosen pembimbing penulisan karya tulis ilmiah peneliti, dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penelitian ini.

Dengan segala rasa hormat, peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Dwi Faradina, MKed(OG), SpOG dan dr.Elmeida Effendy, MKed(KJ), SpKJ yang telah memberi kritik dan saran yang membangun kepada peneliti dari pembuatan proposal penelitian ini hingga selesainya penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi pelaksanaan, materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan kritik dan saran membangun demi perbaikan penelitian ini.

Medan, 9 Desember 2013

(52)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Kebiasaan Merokok ... 4

2.1.1. Definisi dan Prevalensi Kebiasaan Merokok ... 4

2.1.2. Kategori Perokok ... 5

2.1.3. Bahan-Bahan yang Terkandung dalam Asap Rokok ... 6

2.2. Radikal Bebas ... 6

2.2.1. Definisi Radikal Bebas ... 6

2.2.2. Jenis-Jenis Radikal Bebas ... 7

2.2.3. Mekanisme Pembentukan Radikal Bebas ... 8

2.2.4. Radikal Bebas pada Tubuh Manusia ... 9

(53)

2.2.6 Stres Oksidatif ... 10

2.3. Peroksidasi Lemak ... 11

2.3.1. Definisi Peroksidasi Lemak ... 11

2.3.2. Reaksi Peroksidasi Lemak ... 13

2.3.3. Pengukuran Peroksidasi Lemak ... 15

2.4. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Radikal Bebas ... 16

2.3.1. Pembagian Asap Rokok ... 16

2.3.2. Radikal Bebas pada Fase Gas ... 17

2.3.3. Radikal Bebas pada Fase Tar ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.1.1. Penjelasan kerangka konsep ... 19

3.2. Definisi Operasional ... 19

3.3. Hipotesis ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Waktu dan tempat penelitian ... 21

4.3. Populasi, sampel, kriteria inklusi, kriteria eksklusi dan metode pengumpulan data ... 21

4.3.1. Populasi penelitian ... 21

4.3.2. Sampel penelitian ... 21

4.3.3. Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi ... 22

4.3.4. Metode pengumpulan data ... 23

4.4. Metode pemeriksaan kadar malondialdehyde (MDA) serum .... 23

(54)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian ... 27

5.1.2. Deskripsi karakteristik sampel ... 27

5.1.3.Distribusi mahasiswa yang merokok ... 27

5.1.4. Gambaran konsentrasi MDA serum pada mahasiswa non-perokok dan perokok ... 28

5.1.5. Gambaran lama merokok, jumlah rokok per hari dan indeks Brinkman pada mahasiswa perokok ... 29

5.1.6. Hasil analisis statistik ... 30

5.2. Pembahasan ... 32

5.2.1. Kebiasaan merokok pada mahasiswa kedokteran ... 32

5.2.2. Hubungan kebiasaan merokok dengan konsentrasi MDA serum ... 33

5.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi MDA serum ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

6.1. Kesimpulan ... 36

6.2. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(55)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Prevalensi Mahasiswa Kedokteran Merokok

Indonesia Tahun 2006

2

Tabel 2.1 Jenis-jenis radikal bebas 7

Tabel 3.1 Persiapan standar MDA untuk spektrofotometri 25

Tabel 5.1 Mahasiswa Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

27

Tabel 5.2 Distribusi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang Merokok

28

Tabel 5.3 Konsentrasi MDA Serum pada Mahasiswa Non-perokok

dan Perokok

28

Tabel 5.4 Gambaran Lama Merokok, Jumlah Rokok per Hari dan

Indeks Brinkman pada Mahasiswa Perokok

29

Tabel 5.5 Indeks Brinkman dan Konsentrasi MDA Serum

Mahasiswa Perokok

(56)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Lima Negara dengan Konsumsi Rokok Terbesar (milyar

batang)

1

Gambar 2.1 Prevalensi merokok penduduk umur ≥15 tahun

berdasarkan jenis kelamin, Indonesia tahun 1995, 2001, 2004, dan 2007

5

Gambar 2.2 Peroksidasi lemak 13

Gambar 2.3 Sistem antioksidan pada fase lemak 14

Gambar 2.4 Pembagian asap rokok 17

Gambar 5.1 Konsentrasi MDA Serum pada Mahasiswa Non-perokok

dan Perokok

29

(57)

DAFTAR SINGKATAN

MDA Malondialdehyde

TBARS Thiobarbituric acid-reactive subtance

(58)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Penjelasan

Gambar

Tabel 3.1. Persiapan standar MDA untuk spektrofotometri
Tabel 5.1. Karakteristik Mahasiswa Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Distribusi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang Merokok
Gambar 5.1. Konsentrasi MDA Serum pada Mahasiswa Non-perokok dan Perokok
+7

Referensi

Dokumen terkait

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menun- jukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan

Berdasarkan pengamatan terhadap upaya perbaikan pembelajaran pada siklus I, siklus II, ternyata penggunaan metode penggunaan alat peraga atau media pembelajaran

2 Insektisida Vectron 20 WP telah digunakan di Kabupaten Bintan sejak tahun 2003 sehingga perlu dilakukan uji bio assay untuk mengevaluasi efektivitas insektisida

Kertas indikator dengan perlakuan pengeringan daun adam hawa pada suhu 50ºC yang di maserasi dengan pelarut alkohol 70% pada larutan asam kuat berwarna coral

7

Langkah alternatif yang diambil Humas PDAM Kota Ternate adalah mengajak Pemerintah Kota Ternate untuk terlibat dalam rapat tindak lanjut permasalahan sumber mata air Ake Gaale,

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan. Ilmu

Yang melatar belakangi diadakannya Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini yaitu rendahnya kompetensi pedagogik Guru Kelas dalam proses pembelajaran di kelas. Solusinya yaitu