• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI SKALA KECERDASAN SOSIAL REMAJA BERDASARKAN VIRTUES IN ACTION-INVENTORY OF STRENGTHS (VIA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSTRUKSI SKALA KECERDASAN SOSIAL REMAJA BERDASARKAN VIRTUES IN ACTION-INVENTORY OF STRENGTHS (VIA)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

(VIA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Rena Hidayati Darmaningrum

NIM : 201210230311016

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

(VIA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh

Rena Hidayati Darmaningrum

201210230311016

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

i

Virtues In Action-Inventory Of Strengths (Via) 2. Nama Peserta : Rena Hidayati Darmaningrum

3. NIM : 201210230311016

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 18 Mei 2016 – 31 Mei 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 03 Agustus 2016 Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dr. Latipun, M.Kes ( )

Anggota Penguji : 1. Ari Firmanto, S.Psi. M.Si ( )

2. Hudaniah, M. Si ( )

3. M. Shohib, M. Si ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Latipun M.Kes Ari Firmanto S.Psi. M.Si

Malang, Agustus 2016 Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rena Hidayati Darmaningrum

Nim : 201210230311016

Fakultas / Jurusan : Psikologi / Psikologi

Perguruan Tinggi :Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :

Konstruksi Skala Kecerdasan Sosial Remaja Berdasarkan Virtues In Action-Inventory Of Strengths (VIA).

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digambarkan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dan penelitian yang saya lakukan merupakan hak

bebas Royalti, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Malang, Agustus 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(5)

iii

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konstruksi Skala Kecerdasan Sosial Remaja Berdasarkan Virtues In Action-Inventory Of Strengths (Via).

Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan mengenai Pengembangan Instrumen, Validitas dan Reliabilitas dan Kecerdasan Sosial Remaja. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, inspirasi dan motivasi dari berbagai pihak, yaitu :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan hingga akhir penyelesaian skripsi.

2. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M. Si selaku dekan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Dr. Latipun M. Kes dan Bapak Ari Firmanto S. Psi, M. Si selaku pembimbing yang selalu memberi arahan.

4. Ibu Diana Savitri M.Psi, selaku Dosen Wali kelas Psikologi A angkatan 2012.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Psikologi, Asisten Laboratorium Psikologi dan Staf Tata Usaha Psikologi terimakasih atas didikan, bantuan dan bimbingannya selama ini.

6. Bapak saya Suwarno dan Ibu saya Sudarmi sebagai motivator yang tak pernah lelah untuk selalu memberikan dukungan berupa doa, materi, nasehat dan kasih sayang yang berlimpah.

7. Kepada sekolah SMA 2 Tanjung terimakasih telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan Dinas Pendidikan Tanjung yang mempermudah alur penelitian saya.

8. Buat Adik-adikku Ocke Dian Darmaningrum dan Irvin Fico Saverio serta kepada Kakakku Edy Cahyono juga semua keluarga terimakasih untuk doa, keceriaan dan dukungannya.

9. Sahabat seperjuangan Psikologi A bangga punya sahabat seperti kalian, maaf sering menyusahkan kalian, jaga terus kekompakan dan silaturahmi kita.

(6)

iv

memberi motivasi serta dukungannya.

12.Teman penelitian serta pengerjaan skripsi Alina terimakasih banyak atas kerjasamanya dan untuk Avif yang selalu menyemangati dalam berbagai situasi dan kondisi serta bersedia menjadi pendengar yang baik.

13.Teman bimbingan Pak Latipun sekaligus Pak Ari, Ayu, Bimo, Elle, Roselina, Ayya, Shinta, Mumut, Ipin, Ity, Marini, Hana dan Nina makasih banyak atas semangatnya dan sukses terus.

14.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, Agustus 2016 Penulis

(7)

v

Lembar Pengesahan ... i

Surat Pernyataan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ………... ... vi

Daftar Gambar ………... ... vii

Daftar Lampiran ………... ... viii

ABSTRAK ………... ... ix

PENDAHULUAN ………... ... 1

Pengertian Kecerdasan Sosial ... 3

Aspek Kecerdasan Sosial ... 4

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan Sosial ... 5

Pengembangan Instrumen ... 6

METODE PENELITIAN ………... ... 7

Rancangan Penelitian ... 7

Subjek Penelitian ... 7

Instrumen Penelitian ... 8

Prosedur dan Analisa Data ... 8

HASIL PENELITIAN...………... ... 11

DISKUSI ...………... ... 15

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ……… ..………... 17

REFERENSI .. ………... ... 18

(8)

vi

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 11

Tabel 2. Analisis Item SOTER ... 12

Tabel 3. Exploratory Factor Analysis (EFA) ... 13

(9)

vii

(10)

viii

Lampiran Validitas dan Reabilitas ... 21

Lampiran Hasil Entry Data ... 24

Lampiran Hasil Analisa Faktor ... 34

Lampiran Hasil Uji Konkuren Validitas ... 44

Lampiran Blue Print ... 46

(11)

18

dan remaja (ISMAR) dalam mengukur problem keluarga (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang).

Alhamri, A. & Fakhrurrozi, M. (2015). Kecerdasan emosi pada remaja perilaku tawuran. http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_105 01002.pdf. Diaksespada 24 Oktober 2015.

Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi remaja. Bandung: CV Pustaka Setia.

Anastasi, A. & Urbina, S. (2007). Tes psikologi. (Edisi ketujuh). Jakarta: PT Indeks.

Andayani, B. (2003). Hubungan antara dukungan sosial ayah dengan penyesuaian sosial pada anak remaja laki-laki. Buletin psikologi, 30(1), 23-35.

Aprilia, N. & Indrijati, H. (2014). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku tawuran pada remaja laki-laki yang pernah terlibat tawuran di SMK ‘B’ Jakarta.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 3(01), 1-11.

Asyraf, W. M., Ahmad, S. & Mamat, I. (2014). Pooled confirmatory factor analysis (PCFA) using structural equation modeling on volunteerism program: a step by step approach. International Journal of Asian Social Scienc, 4(5), 642-653.

Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boyatzis, R. E. (2011). Emotional and social competency inventory (ESCI). http://www .eiconsortium.org/pdf/ESCI_user_guide.pdf. Diakses pada 25 Juni 2016.

Budiarto, O. J. (2013). Peranan sekolah katolik dalam mengembangkan kepedulian sosial remaja usia SMA (Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta).

Demircloglu, G., Aslan, A. & Yadigaroglu, M. (2014). Exploratory faktor analysis study for the scale of high school student’s attitudes towerd chemistry. International Journal on New Trends in Education and Their Implications, 5(1), 38-45.

Elvira, R. (2011). Alat tes. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29836/5/Chapter% 20I.pdf. Diakses pada 2 Januari 2016.

Fauziah. (2015). Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa semester II bimbingan konseling UIN Ar-Raniri. Jurnal Ilmiah Edukasi, 1(1), 90-98.

Goleman, D. (1996). Kecerdasan emosi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Goleman, D. (2006). Kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosi. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.

(12)

19

Kinyua & Okunya. (2014). Validity and reliability of teacher-made tests: Case study of year 11 physics in Nyahururu District of Kenya. African Educational Research Journal, 2(2), 61-71.

Mufidah, N. & Arsana, I. M. (2014). Korelasi antara prestasi belajar dengan kepedulian sosial pada siswa kelas VIII SMPN 1 Dlanggu Mojokerto. Kajian Moral dan Kewarganegaraan 1(2), 221-235.

Peterson, C. & Seligman, M. E. P. (2004). Character strengths and virtues: A handbook and classification. New York: Oxford University Press.

Sahin, M., Caliskan, S. & Dilek, U. (2015). Development and Validation of the Physics Anxiety Rating Scale. International Journal of Environmental & Science Education, 10(2), 183-200.

Santrock, J. W. (2007). Remaja: Perkembangan emosional remaja. Jakarta: Erlangga.

Sari, M. Y. (2005). Kecerdasan emosional dan kecenderungan psikopat pada remaja delinkuen di lembaga pemasyarakatan. Anima, 20(2), 139-148.

Setianingsih, E., Uyun, Z. & Yuwono, S. (2006). Hubungan antara penyesuaian social dan kemampuan penyelesaian masalah dengan kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(1), 29-35.

Sternberg, R. J. (1977). Intelligence information prosessing and analogical reasoning: the componential analysis of human abilities. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Badung: Alfabeta. Suryabrata, S. (2005). Pengembangan alat ukur psikologi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Suyono, H.(2007). Social intelligence. Yogyakarta : Ar Ruzz Media.

Suyono, H.(2009). Mengembangkan kecerdasan sosial. http://uad.ac.id/in/berita-umum/98me ngembangkan-kecerdasan-sosial.html?showall=1. Diakses pada 25 juni 2016.

Triwulandari (2009). Perbedaan kecerdasan social antara siswa yang tinggal di pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua di MAN Wonokeomo Bantul

(Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta).

Vijver, F. V. D & Tanzer. N. K (2004). Bias dan equivalence in cross-cultural assessment: An overview. Revue europeenne de psychologie appliqué 54, 119-135.

(13)

20

Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta).

Yusuf, S. (2012). Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung.

(14)

xi

(VIA)

Rena Hidayati Darmaningrum

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

rena_hd@yahoo.com

Interaksi merupakan salah satu cara remaja untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Kurangnya interaksi akan berdampak pada perkembangan kecerdasan sosial remaja. Pengembangan dan validitas alat ukur perlu dilakukan guna mengidentifikasi permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan alat tes kecerdasan social yang berdasarkan dengan kondisi dan budaya Indonesia. Subjek penelitian sebanyak 300 subjek yang dipilih dengan teknik quota sampling pada siswa SMAN 2 Tanjung di Kabupaten Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan. Dilihat dari uji validitas isi di peroleh keseluruhan item yang valid dengan nilai validitas 0.317 - 0.649, dan nilai reliabilitas sebesar 0.886. Hasil validitas konstrak mendapatkan nilai KMO analisa factor eksploratori 0.905 dengan tingkat signifikan (sig) 0.000. Pada hasil uji validitas konkuren diperoleh nilai korelasi r = 0,789 (r > 0.05) dan sig = 0.000 (sig < 0.01).

Kata Kunci : Konstruksi, Kecerdasan sosial, Remaja

Interaction is one way teenagers to socialize with their environment. Lack of interaction will have an impact on the development of teenage social intelligence. Development and validity of measuring instruments need to be done to identify the problems. This research is aimed to develop the social intelligence test kits based on the conditions and Indonesian culture. The subject of this research is 300 subjects that were selected by quota sampling technique at SMAN 2 Tanjung in Tanjung Tabalog regency, South Borneo. From the content validity test obtained valid items with a validity score is 0.317 to 0.649, and the reliability score is 0.886. The construct validity results obtain KMO exploratory factor analysis score is 0.905 with a significant (sig) level is 0.000. In the concurrent validity test results obtained by the correlation r = 0.789 (r > 0.05) and sig = 0,000 (sig < 0.01).

(15)

Karakteristik remaja pada usia Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah sudah mulai masuk pada hubungan teman sebaya, dalam arti remaja harus sudah mengembangkan interaksi sosial yang lebih luas dengan teman sebaya (Yusuf, 2012). Interaksi adalah salah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungan dan orang di sekitarnya. Kecerdasan sosial membantu siswa dalam berinteraksi dengan teman sebaya, guru dan juga masyarakat serta mempunyai keberanian untuk mengemukakan pendapat, dan sebagai bekal untuk kehidupan masa depan yang lebih kompleks lagi.

Individu dikatakan memiliki kecerdasan sosial yang baik jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Alhamri & Fakhrurrozi, 2015), yaitu : memiliki hubungan emosional yang erat dengan orang tuanya serta memiliki ikatan dengan orang-orang yang ada di lingkungannya, mampu memelihara hubungan sosial yang telah dibinanya, mampu mempengaruhi pendapat dan aktivitas kelompok, mampu berkomunikasi secara verbal dan non-verbal, mampu menerima persaaan, pemikiran, motivasi, perilaku dan cara hidup orang lain, mampu mengembangkan proses dan model sosial baru dan mampu mempersepsi berbagai perspektif masalah politik dan sosial.

Penelitian lain menemukan bahwa adanya korelasi positif signifikan antara prestasi belajar dengan kepedulian sosial. Yang berarti bahwa semakin tinggi prestasi belajar yang didapat oleh siswa maka semakin tinggi pula tingkat kepedulian sosial yang dimilikinya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa selain sebagai lembaga pendidik yang memberikan pengetahuan mengenai pendidikan akademik, sekolahpun mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan pendidikan karakter pada peserta didiknya. Pengetahuan yang diperoleh oleh masing-masing siswa dalam pembelajaran yang dilakukan disekolah tidaklah semerta-merta ditujukan untuk keperluan akademiknya semata, melaikan juga ditujukan untuk membentuk karakter (Mufidah & Arsana, 2014).

Karakter kecerdasan sosial sangat baik bagi remaja kususnya untuk proses sosialisanya. Pendidikan karakter dibutuhkan untuk mengurangi campur aduknya kejernihan pemahaman akan nilai – nilai dan sifat ambigu yang dapat menghambat para siswa untuk dapat mengambil keputusan yang memiliki landasan moral yang kuat. Pendidikan karakter akan memperluas wawasan para pelajar tentang nilai-nilai moral dan etis yang membuat mereka semakin mampu mengambil keputusan yang secara moral dapat di pertanggung jawabkan.

Ada beberapa variable penyebab remaja menggunakan cara yang negatif dalam penyelesaian masalahnya yaitu kurangnya kecerdasan sosial dalam diri remaja. Ketika kecerdasan sosial rendah maka tindakannya akan cenderung mengarah ke prilaku agresif dan hal-hal negatif (Suyono, 2009). Remaja yang memiliki kecerdasan emosi rendah terlihat dari belum mampunya mereka merespon berbagai macam kondisi emosi secara wajar dan positif, bersifat impulsif (kekanak-kanakan) seperti egois, mau menang sendiri, tidak sabaran ataupun melakukan sesuatu tanpa pertimbangan norma, cenderung selalu bermasalah dengan orang lain karena kurangnya menghargai perasaan orang lain (Santrock, 2007).

(16)

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui peranan atau sumbangan efektif total dari variabel penyesuaian sosial dan kemampuan menyelesaikan masalah, terhadap kecenderungan perilaku delinkuen sebesar 42,343% dengan rincian variabel penyesuaian sosial sebesar 40,541% dan kemampuan menyelesaikan masalah sebesar 1,802% jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa antara variabel penyesuaian sosial dan kemampuan menyelesaikan masalah yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap kecenderungan perilaku delinkuen adalah variabel penyesuaian sosial . Hal ini berarti masih terdapat 57,657% faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan perilaku delinkuen yaitu faktor tanggung jawab sosial, dukungan sosial, pola asuh orangtua, dan status sosial ekonomi keluarga (Setianingsih, Uyun, & Yuwono, 2006). Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Andayani (2003), yang menemukan bahwa tuntutan situasi social akan dapat dipenuhi oleh remaja bila ia memiliki kemampuan untuk memahami berbagai situasi social dan kemudian menentukan prilaku yang sesuai dan tepat dalam situasi social tertentu atau kemampuan penyesuaian social.

Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara kecerdasan social dengan perilaku agresif pada siswa. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan social maka perilaku agresif akan semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan social maka prilaku agresif akan semakin tinggi (Wulandari, 2010). Penelitian tentang kecerdasan social pernah dilakukan oleh Triwulandari (2009), hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan social antara siswa yang tinggal di pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua. Hal ini berarti kedua sampel mempunyai tingkat kecerdasan social yang sama. Dari hasil penelitian terhadap kecerdasan social dan kaitannya dengan kecenderungan perilaku agresif pada siswa di SMPN 3 Banda Aceh, dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang negative dan signifikan antara kecerdasan social dengan kecenderungan perilaku agresif pada siswa di sekolah. Artinya jika kecerdasan social siswa baik maka kecenderungan untuk berprilaku agresif rendah dan begitu sebaliknya (Widiastuti, 2015)

Fakta fakta tersebut memperlihatkan kecerdasan intelektual bukan satu satunya hal menentukan keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dan membina hubungan dengan orang lain, seperti yang di ungkapkan oleh Goleman (2000) bahwa, IQ menyumbang kira – kira 20 persen bagi factor factor yang menentukan kesuksesan dalam hidup, maka 80 persennya di isi oleh kekuatan kekuatan lain, salah satunya kekuatan lain itu merupakan kecerdasan social dan emosional.

Pentingnya kita memahami hal tersebut karena saat menghadapi masalah yang begitu komplek, banyak remaja dapat mengatasi masalah dengan baik, namun tidak jarang juga ada sebagian remaja yang kesulitan dalam melewati dan mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya. Remaja yang gagal mengatasi masalah seringkali menjadi tidak percaya diri, prestasi sekolah menurun, hubungan dengan teman sebaya menjadi kurang baik serta berbagai masalah dan konflik lainnya (Sari, 2005). Untuk mengurangi kenakalan remaja dan membantu kesuksesan kehidupan remaja yang akan datang perlunya meningkatkan kecerdasan social. Oleh karena itu perlunya pengkajian lebih dalam terkait dengan kecerdasan social pada remaja.

(17)

(2). Emotional and Social Competency Inventory (ESCI), oleh David Mc Clelland’s, (Hay Group, 2011) (3). Skala Virtue in Action – Inventory of Strengh (VIA) oleh Peterson & Seligman (2004).

Pengukuran untuk instrument kecerdasan social di Indonesia sendiri masih jarang di temui. Kebanyakan alat tes Intellegency berasal dari luar negeri dan yang di gunakan di Indonesia hanyalah adaptasinya. Pengadaptasian yang dilakukan hanyalah penerjemahan ke dalam bentuk bahasa Indonesia. Oleh karena itu pentingnya pengembangan yang di lakukan melihat dari sisi budaya yang berbeda dari Negara asal instrument tersebut. Elvira (2011), mengemukakan bahwa adaptasi tes cross-cultural (antar budaya) harus menyadari akan adanya kemungkinan varian budaya yang di peroleh dan harus siap untuk mengevaluasi dan mengkompensasi untuk kemungkinan perbedaan. Variasi budaya dapat mempengaruhi individu dalam merespon alat tes, sehingga dapat berpengaruh kepada reabilitas dan validitas sebuah instrument. Oleh karena itu mengembangkan instrument ini dikarenakan belum adanya instrumen kecerdasan sosial yang sesuai dengan latar belakang budaya dan bahasa Indonesia. Menurut Anastasi dan Urbina (2007) tes psikologi di sebut baik apabila memenuhi syarat yaitu reliabel, valid, memiliki item yang baik, baku (memiliki norma), dan terstandarisasi. Alat ukur yang valid adalah ketika memiliki hasil variance error yang kecil, artinya hasil dari alat ukur tersebut dapat di percaya sebagai angka yang “sebenarnya” atau angka yang mendekati sebenarnya.

Oleh karena itu penelitian disini bertujuan untuk mengembangkan alat tes kecerdasan social yang berdasarkan dengan kondisi dan budaya Indonesia. Instrument yang akan di kembangkan nantinya akan di bandingan dengan instrument terkait agar dapat mengetahui tingkat kevalidannya. Instrument KESOR (kecerdasan sosial remaja) akan di uji ke absahannya dengan melakukan uji korelasi dengan instrument skala virtue in action – inventory of strength (VIA) yang dipilih untuk menjadi pembanding. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi instrument karakter kecerdasan social pada remaja. Namun, secara khusus penelitian ini bertujuan merumuskan item – item, mengembangkan instrument SOTER, menguji validitas, menguji reliabilitas dan menguji kesesuaian instrument SOTER dengan instrument skala Virtues in Action – Inventory Of Strengths (VIA). Pentingnya penelitian ini karena belum adanya instrument untuk mengukur kecerdasan social pada remaja di Indonesia serta, hasil penelitian ini penting untuk membantu ketersediaan instrument yang dibutuhkan para peneliti khususnya untuk menanggulangi kenakalan remaja yang ada di Indonesia.

Pengertian Kecerdasan sosial

Kecerdasan sosial merupakan kemampuan untuk memahami dan mengelola semua orang untuk bertindak secara bijaksana dalam hubungan dengan orang lain (Peterson & Seligman, 2004),

Kecerdasan sosial sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan (Goleman, 2000). Sedangkan Goleman (1996) mendefinisikan bahwa kecerdasan emosi merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

(18)

kemampuan untuk menggunakan dan mengelola emosi untuk diri sendiri dan orang lain dan kaitannya dalam mengembangkan potensi diri dan sesuai dengan dimensi dimensi yang ada. Kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk mengenal dan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat beradaptasi di lingkungan dengan baik. Kecerdasan sosial berkaitan dengan hubungan sosial yang melibatkan kedekatan, kepercayaan, persuasi, keanggotaan kelompok.

Karakter mencakup perbedaan individu yang besifat stabil dan general, tetapi juga dapat berubah. Karakter dapat di katakana sebagai trait positif yang dapat membantu seseorang untuk menjalani hidup yang baik. Kajian Seligman mengenai karakter menitik beratkan pada trait positif dari individu. Peterson dan Seligman (2004), berfokus pada character strengths

(kekuatan karakter) dan virtues (kebajikan). Mereka mengartikan virtues sebagai ciri inti yang sangat dihargai seorang filsuf dan kaum religious. Virtues bersifat universal dan penting untuk keberlangsungan hidup, virtues dibagi menjadi enam golongan yaitu wisdom and knowledge (kearifan dan pengetahuan), courage (keteguhan hati), humanity and love

(perikemanusian dan cinta), justice (keadilan), temperance (kesederhanaan), dan

transcendence (transedensi). Character strengths adalah unsur psikologi yang membentuk virtues. Klasifikasi dari 6 virtues terdiri dari 24 kekuatan karakter.

Virtues Humanity merupakan virtue ketiga yang dipahami sebagai sifat positif yang berujud kemampuan menjaga hubungan interpersonal. Humanity adalah kemampuan untuk mencintai, dan berbuat kebaikan sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan. Awalnya dibangun melalui hubungan interpersonal yang kemudian meluas pada hubungan sosial. Terdapat tiga character strength yang menggambarkan humanity, yang pertama yaitu cinta, kebaikan, dan kecerdasan sosial. Dalam kecerdasan sosial terdapat beberapa kecerdasan lain yaitu emosiaonal dan personal. Kecerdasan emosi yaitu mengarah kepada kemampuan untuk menilai semua yang berkaitan dengan emosional sebagai sumber penilaian untuk bertindak tepat sedangkan kecerdasan personal melibatkan pemahaman dan penilaian terhadap diri sendiri secara akurat, termasuk kemampuan memotivasi diri emosional dan proses dinamis (Peterson & Seligman, 2004).

Aspek Kecerdasan Sosial

Kecerdasan sosial merupakan sekumpulan keterampilan yang membantu seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain lebih baik. Kecerdasan sosial disusun oleh dua komponen yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial merupakan keterampilan seseorang dalam memahami pikiran dan perasaan orang lain yang terbagi antara empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan kognisi sosial. Fasilitas sosial yaitu bagaimana berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari sinkronisasi, presentasi diri, pengaruh dan kepedulian (Goleman, 2006). Komponen kecerdasan sosial menurut Goleman (2006), yaitu:

1. Kesadaran sosial

a. Empati dasar, yaitu kemampuan membaca isyarat non verbal yang diberikan orang lain. Walaupun seseorang dapat berhenti berbicara, namun dia tidak akan dapat menghentikan sinyal-sinyal mengenai apa yang dia rasakan melalui nada suara, ekspresi wajah dan sinyal-sinyal emosi lainnya.

(19)

c. Ketepatan empatik, yaitu kemampuan untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain melalui bahasa non verbal yang diberikannya. Dengan memiliki kemampuan membaca bahasa non verbal seseorang, maka akan membuat kita semakin akurat dalam merasakan dan memahami pikiran serta perasaan orang lain. d. Kognisi social, yaitu kemampuan individu memahami dan memilih hal apa yang tepat untuk dilakukan dalam situasi yang berbeda-beda walaupun tidak ada aturan yang tertulis mengenai hal itu (unspoken rules). Kognisi sosial akan membantu individu dalam memecahkan dilema sosial seperti bagaimana mendapatkan teman baru dalam lingkungan baru.

2. Fasilitas sosial

a. Sinkronisasi. yaitu kemampuan individu berinteraksi menggunakan bahasa nonverbal. Individu mampu dalam menggunakan bahasa non-verbal akan dapat berinteraksi dengan orang lain dengan lancar.

b. Presentasi diri, yaitu bagaimana individu menampilkan diri dengan efektif saat berinteraksi dengan orang lain. Salah satu aspek dari presentasi diri ini adalah karisma.

c. Pengaruh, yaitu kemampuan mempengaruhi orang lain untuk berbuat sesuatu menggunakan perkataan dengan hati-hati dan mampu mengendalikan diri.

d. Kepedulian, yaitu kepedulian kita terhadap orang lain. Semakin kita peduli terhadap orang lain, maka semakin besar pula keinginan kita untuk mengorbankan waktu dan tenaga kita untuk membantu orang tersebut.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan Sosial

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan sosial individu. Faktor-faktor itu bisa berasal dari kematangan sosial diri sendiri, Faktor-faktor keluarga, lingkungan, ekonomi, pendidikan, pengalaman dan lain-lain (Goleman, 2006).

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan individu, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.

2. Kematangan Pribadi

Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.

3. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku individu akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, individu memberikan warna kehidupan sosial didalam masyarakat dan kehidupan mereka.

(20)

Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial. Individu yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial individu tersebut.

Beberapa hasil penelitian yang mengungkap hubungan kecerdasan sosial dengan variable lain, seperti penelitian yang dibuat oleh Fauziah (2015), di temukan hasil adanya hubungan yang signifikan terhadap kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa. Kecerdasan emosional merupakan serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Ini memberikan penjelasan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual, kondisi sosial ekonomi, minat dan kemauan secara spontan namun juga disertai motivasi belajar mahasiswa, namun secara langsung juga di pengaruhi oleh kecerdasan emosional. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dan indrijati (2014), menunjukan jika terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan perilaku tawuran pada remaja laki-laki. Dari hasil analisa tersebut berarti bisa diartikan jika kecerdasan emosi yang tinggi maka perilaku tauran pada remaja cenderung rendah. Kecerdasan emosi dalam penelitian mencakup kemampuan seseorang mengamati emosi, kemampuan menggunakan emosi, memahami emosi, dan kemampuan mengelola emosi.

Pengembangan Instrumen

Dalam melakukan pengembangan alat ukur ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan menurut Yusrizal (2008), langkah-langkah pengembangan instrumen adalah sebagai berikut : (1) merumuskan konstruk berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji, (2) dari konstruk dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang hendak diukur, (3) membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir, (4) menetapkan besaran atau parameter dalam suatu rentangan kontinum, (5) menulis butir-butir instrumen dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan, (6) melakukan proses validasi, (7) melakukan validasi teoritik, (8) merevisi berdasarkan hasil panel, (9) melakukan penggandaan instrumen untuk ujicoba, (10) ujicoba di lapangan yang merupakan validasi empirik, (11) pengujian validitas empiris dengan menggunakan kriteria internal maupun eksternal, (12) berdasarkan kriteria diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir atau perangkat instrumen, (13) berdasarkan hasil analisis butir, butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki, butir-butir yang valid dirakit kembali, (14) menghitung koefisien reliabilitas, dan (15) perakitan kembali butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen.

(21)

Menurut Suryabrata (2005), validitas konstruk mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruk teoretik yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut. Untuk memperoleh validitas konstruk dapat dilakukan dengan analisis faktor. Ada dua pendekatan dalam analisis faktor yakni: (1) Pendekatan eksploratori (exploratory factor analysis) melalui metode principal component analysis (PCA), dan (2) Pendekatan konfirmatori (confirmatory factor analysis) melalui metode analisis maximum likelihood (ML). Beberapa hal yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis faktor adalah: (1) Variabel dependennya berupa data kuantitatif pada skala pengukuran interval atau ratio, dan (2) Data harus berdistribusi normal bivariat untuk tiap pasangan variabel dan (3) Pengamatan harus saling bebas. Selain itu, matriks data harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis faktor. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan uji Barlett test of sphericity . Jika hasilnya signifikan berarti matriks data memiliki korelasi signifikan dengan sejumlah variabel. Uji lain yang dapat digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah Measure of Sampling Adequacy (MSA) . Nilai MSA ini bervariasi antara 0 sampai 1, jika nilai MSA < 0,50 maka analisis faktor tidak dapat dilakukan.

Selain valid, instrumen yang baik juga harus diperhatikan reliabilitasnya. Reliabilitas mengandung muatan stabilitas (tidak berubah-ubah) dan konsisten. Menurut Suryabrata (2005), reliabilitas menunjukkan sejauhmana pengukuran memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dikakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Jadi, bila suatu instrumen dipakai berulang-ulang untuk mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh relatif stabil atau konsisten, maka instrumen tersebut dapat dikatakan terpercaya atau reliabel. Secara empiris, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Makin tinggi koefisien reliabilitas, makin dekat nilai skor amatan dengan skor yang sesungguhnya, sehingga nilai skor amatan dapat digunakan sebagai pengganti komponen skor yang sesungguhnya. Makin tinggi koefisien reliabilitas sesuatu instrumen, maka kemungkinan kesalahan yang terjadi akan makin kecil ketika orang membuat keputusan berdasar atas skor yang diperoleh.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada penelitian kali ini ialah menggunakan penelitian Deskriptif Kuantitatif untuk melakukan pengembangan serta mengatahui nilai validitas, reliabilitas dan mengemba ngkan alat ukur yang mengukur tentang kecerdasan sosial pada remaja. Acuan data sebagai skala pembanding yang digunakan adalah skala virtue in action – inventory of strength (VIA).

Subjek Penelitian

(22)

Teknik pengambilan data quota sampling adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Pengambilan quota sampling, kita perlu mengidentifikasi kumpulan karakteristik penting dari populasi dan kemudian memilih sample yang diinginkan secara acak sesuai dengan karakter sampel yang diinginkan, sebelum jumlah kuota terpenuhi maka penelitian belum dianggap selesai (Sugiyono, 2012). Alasan menggunakan teknik ini yakni agar mendapatkan nilai validitas yang sesungguhnya.

Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan skala. Menurut Sugiyono (2014), skala penelitian merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Ada banyak jenis skala dalam penelitian namun di sini peneliti menggunakan skala jenis likert yang terdiri atas 5 pilihan jawaban, antara lain : Sangat Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak Setuju (2) dan (1) Sangat Tidak Setuju. Alasan menggunakan skala likert agar dapat dengan mudah mengetahui apakah seorang responden menjawab dengan sungguh-sungguh atau asal-asalan. Penelitian ini menggunakan instrumen yang dikembangkan sendiri dengan item yang sesuai dengan kajian ilmiah yang di tulis oleh Seligmen dan Peterson serta hasil modifikasi dari VIA dan dari berbagai literatur yang membahas tentang social intelligence (kecerdasan sosial). Pada skala KESOR terdapat19 item. Model skala pada penelitian ini adalah skala likert yang akan memperoleh nilai pada setiap pernyataan sangat setuju bernilai 4, setuju bernilai 3, netral 2, tidak setuju 1 dan sangat tidak setuju 0. Dengan rentan penilaian 0 – 24 masuk kategori rendah, 25 – 50 masuk kategori sedang dan 51 – 76 dengan kategori tinggi.

Instrumen pembanding yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen VIA (Virtues In Action) scale yang telah disusun oleh Seligmen C dan Peterson pada tahun 2004. VIA scale ini mengungkap tentang karakter-karakter yang dimiliki oleh setiap individu, skala ini menggunakan model skala likert yang memiliki 10 item dengan nilai Corrected Item – Total Corelation berkisar dari 0,450 – 0,759 dan nilai reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,882. Instrumen ini berfokus pada kecerdasan sosial remaja apakah remaja tersebut memiliki tingkat kecerdasan sosial yang tinggi atau bahkan sebaliknya.

Prosedur dan Analisa Data

(23)

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan tahap perijinan kepada instansi yang akan dituju. Tahap senjutnya peneliti melakukan penyebaran skala kepada subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian sebanyak 300 subjek pada tanggal 20 Mei 2016 di SMAN 2 Tanjung yang berada di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan.

Analisa data pada tahap awal menggunakan internal konsistensi dengan metode Reliability Analysis untuk menguji validitas item-item dan reliabilitas KESOR (kecerdasan sosial remaja). Analisis data tahap kedua menggunakan teknik analisis faktor jenis Exploratory Factor Analysis (EFA) untuk mengetahui faktor atau komponen yang terbentuk pada item-item KESOR (kecerdasan sosial remaja). Analisis data yang terakhir dengan melakukan uji korelasi antara skala KESOR (kecerdasan sosial remaja) dengan skala VIA (Virtue in Action – Inventory Of Strength). Analisis data dengan menggunakan program IBM Statistics 21.

Uji validitas menggunakan tiga kategori pada tipe validitas yaitu validitas isi, validitas konstruk dan validitas berdasarkan kriteria. Pada uji validitas isi (content validity) untuk melihat dari penyusunan item secara konseptual dengan metode analisis rasional oleh panel yang berkompeten apakah item KESOR (kecerdasan sosial remaja) telah mengungkapkan atribut yang diukur yaitu memaafkan remaja, ini juga bertujuan untuk menentukan relevansi dari isi instrumen. Pada tahap uji validitas butir, akan dilihat nilai konsistensi internal (internal consistency) KESOR (kecerdasan sosial remaja) lalu mereduksi item yang tidak valid. Hal ini diketahui dengan melihat hasil dari nilai Corrected Item- Total Correlation ≥ -0,030. Jika ada item yang tidak valid (Corrected Item- Total ≤ 0,30) maka harus dilakukan reduksi item. Kemudian item yang sudah valid dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Reliabilitas Analysis, akan dilihat nilai Cronbch’s Alpha > 0,70. Sehingga reliabilitasnya dinyatakan tinggi (Azwar, 2012).

Pada uji validitas konstruk dilakukan dengan teknik analisis faktor jenis Exploratory Factor Analysis (EFA) dan (CFA), dengan melihat nilai Kaiser- Mayer- Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA) akan menjadi indikator untuk kesesuaian analisis faktor dengan nilai minimal 0,50. Selanjutnya melihat hasil dari Anti- Image Correlation untuk mengetahui bahwa item mampu membentuk faktor dengan nilai ≥ 0,50. Kemudian dilanjutkan dengan analisis keterbentukan item dalam suatu faktor atau komponen dengan melihat nilai Rotated Component Matrix Varimax yang tertinggi, untuk mengetahui banyaknya faktor yang terbentuk dan melihat setiap item yang membentuk faktor. Pada uji validitas berdasarkan kriteria, KESOR (kecerdasan sosial remaja) dibandingkan dengan VIA menggunakan teknik analisa data uji korelasi pearson product moment untuk mengetahui hubungan arah antara kedua instrumen.

(24)

kebenaran dalam riset sebesar 99%. Ketika angka signifikan sebesar 0,05 maka tingkat kepercayaan sebesar 95%. Jika angka signifikan sebesar 0,1 maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 90%. Jika nilai probabilitas (p=0,05) lebih kecil atau sama dengan nilai signifikan (p ≤ sig), maka tidak signifikan atau tidak ada pengaruh antara variabel. Sebaliknya ketika nilai probabilitas (p=0,05) lebih besar atau sama dengan nilai signifikan (p ≥ sig), maka hasilnya signifikan atau ada pengaruh antara variabel (Afradipta,2015), untuk lebih ringkasnya dapat di lihat pada Gambar 1.

(25)

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 300 siswa pada sekolah SMAN 2 Tanjung diperoleh karakteristik subjek sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil tabel 1 dapat dilihat responden dari 300 subjek berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki yang berjumlah 125 orang dan responden perempuan yang berjumlah 175 orang, dengan rentan usia 14 – 16 tahun sebanyak 202 orang dan rentan 17 – 18 tahun sejumlah 98 orang. Tidak menunjukan bahwa adanya perbedaan proporsi yang cukup tinggi antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Penentuan validitas isi (content validity)

Uji validitas ini dengan membentuk pernyataan sesuai dengan aspek-aspek dalam kecerdasan sosial. Pada remaja kecerdasan sosial yakni kemampuan untuk mengenal diri sendiri serta orang lain dan kemampuan dalam beradaptasi di lingkungan dengan baik. Melibatkan pemahaman verbal dan nonverbal yang di tunjukan oleh orang lain, kemampuan mendengar dan memperhatikan, serta kemampuan membaca situasi baru. Berdasarkan pengembangan yang di peroleh dari beberapa hasil penelitian serta kajian terkait keberfungsian kecerdasan sosial, maka di bentuklah 19 item pernyataan pada instrument KESOR yang mengukur kecerdasan sosial remaja, yakni :

1. Kondisi emosi (mood) saya sangat mempengaruhi aktivitas saya sehari-hari. 2. Saya dapat menilai dengan baik perasaan diri saya sendiri

3. Apapun kondisiemosi (mood) saya tetap bisa beradaptasi dengan baik 4. Saya mudah menemukan teman baru saat dalam lingkungan baru 5. Saya selalu mendengarkan ketika orang menceritakan masalahnya. 6. Saya dapat membedakan kondisi orang lain melalui nada bicaranya 7. Saya menyadari kemampuan diri saya saat mengerjakan sesuatu 8. Saya dapat mengenal karakter diri saya sendiri

9. Saya dapat menyesuaikan diri saya ketika berada di lingkungan organisasi maupun kelompok baru

10.Saya mampu memahami perasaan orang lain.

11.Ketika teman saya murung, saya berusaha untuk menghilangkannya. 12.Saya dapat merespon dengan baik pembicaraan orang lain.

13.Saya tidak pernah memberi syarat siapa saja yang mau berteman dengan saya 14.Saya tau apabila ada orang lain yang marah dengan saya.

15.Saya tau ucapan (kata-kata) apa saja yang dapat membuat orang lain merasa nyaman 16.Saya tahu cara menempatkan diri saya pada situasi social yang berbeda-beda.

(26)

19.Saya dapat bertindak bijaksana dalam sebuah hubungan pertemanan

Konsitensi Internal (internal consistency)

Berdasarkan hasil uji Reliability Analysis dari pengembangan data pada 30 subjek, dari 19 item pernyataan di peroleh keseluruhan item dinyatakan valid. Menunjukkan hasil analisis reliabilitas dengan ideks d > 0,30 (Corrected Item –Total Corrected > 0,30) dan diperoleh nilai reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,946 dengan indeks validitas 0,399 – 0,849. Skor validitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Analisis item KESOR

PERNYATAAN I-T

P1 Kondisi emosi (mood) saya sangat mempengaruhi aktivitas saya sehari-hari. 0.511 P2 Saya dapat menilai dengan baik perasaan diri saya sendiri 0.716 P3 Apapun kondisiemosi (mood) saya tetap bisa beradaptasi dengan baik 0.399 P4 Saya mudah menemukan teman baru saat dalam lingkungan baru 0.643 P5 Saya selalu mendengarkan ketika orang menceritakan masalahnya. 0.798 P6 Saya dapat membedakan kondisi orang lain melalui nada bicaranya 0.643 P7 Saya menyadari kemampuan diri saya saat mengerjakan sesuatu 0.538

P8 Saya dapat mengenal karakter diri saya sendiri 0.690

P9 Saya dapat menyesuaikan diri saya ketika berada di lingkungan organisasi

maupun kelompok baru 0.599

P10 Saya mampu memahami perasaan orang lain. 0.703

P11 Ketika teman saya murung, saya berusaha untuk menghilangkannya. 0.753 P12 Saya dapat merespon dengan baik pembicaraan orang lain. 0.680 P13 Saya tidak pernah memberi syarat siapa saja yang mau berteman dengan saya 0.751 P14 Saya tau apabila ada orang lain yang marah dengan saya. 0.802 P15 Saya tau ucapan (kata-kata) apa saja yang dapat membuat orang lain merasa

nyaman 0.646

P16 Saya tahu cara menempatkan diri saya pada situasi social yang berbeda-beda. 0.833 P17 Saya tidak pernah bermasalah dengan orang yang baru saya kenal. 0.777

P18 Saya dapat fakus mendengarkan lawan bicara saya. 0.450

(27)

Validitas Konstrak (Construct Validity)

Pada uji validitas konstrak menggunakan teknik analisis factor eksploratori (EFA) dan analisa factor confirmatory (CFA) dengan menggunakan analisa maximum likelihood. Pada uji EFA diperoleh nilai KMO (Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequacy) sebesar 0.905 dengan signifikan 0.000 nilai Bartlett’s test of Sphericity sebesar 1871.603 dengan derajat kebebasan (df) sebesar 171 dan signifikan (sig) sebesar 0,000. Muatan faktor loading terbesar yaitu pada item 15 dengan nilai 0.719 dan yang terkecil pada item 3 dengan nilai 0.406. Sehingga semua item pernyataan dinyatakan valid karena telah melewati muatan faktor “cut of point” < 0.30 seperti yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Exploratory Factor Analysis (EFA)

P1 Kondisi emosi (mood) saya sangat mempengaruhi aktivitas

saya sehari-hari. .832

a .485

P2 Saya dapat menilai dengan baik perasaan diri saya sendiri .898 a .568

P3 Apapun kondisiemosi (mood) saya tetap bisa beradaptasi

dengan baik .835

a .406

P4 Saya mudah menemukan teman baru saat dalam lingkungan

baru .893

a .566

P5 Saya selalu mendengarkan ketika orang menceritakan

masalahnya. .912

a .615

P6 Saya dapat membedakan kondisi orang lain melalui nada

bicaranya .877

a .495

P7 Saya menyadari kemampuan diri saya saat mengerjakan

sesuatu .921

a .653

P8 Saya dapat mengenal karakter diri saya sendiri .878 a .601

P9 Saya dapat menyesuaikan diri saya ketika berada di lingkungan

organisasi maupun kelompok baru .879

a .620

P10 Saya mampu memahami perasaan orang lain. .892 a .605

P11 Ketika teman saya murung, saya berusaha untuk

menghilangkannya. .924

a .706

P12 Saya dapat merespon dengan baik pembicaraan orang lain. .922 a .681

P13 Saya tidak pernah memberi syarat siapa saja yang mau

berteman dengan saya .881

a .491

P14 Saya tau apabila ada orang lain yang marah dengan saya. .898 a .541

P15 Saya tau ucapan (kata-kata) apa saja yang dapat membuat

orang lain merasa nyaman .938

a .719

P16 Saya tahu cara menempatkan diri saya pada situasi social yang

berbeda-beda. .924

a .596

P17 Saya tidak pernah bermasalah dengan orang yang baru saya

kenal. .887

a .474

P18 Saya dapat fakus mendengarkan lawan bicara saya. .951 a .616

P19 Saya dapat bertindak bijaksana dalam sebuah hubungan

pertemanan .937

a .656

(28)

Kemudian dilajutkan analisa factor confirmatory (CFA) dengan menggunakan analisa

maximum likelihood merupakan konfirmatori dari hasil analisa EFA, ditemukan hasil CFA pada tabel 4:

P4 Saya mudah menemukan teman baru saat dalam

lingkungan baru .893

a .581

P7 Saya menyadari kemampuan diri saya saat mengerjakan

sesuatu .921

a .490

P8 Saya dapat mengenal karakter diri saya sendiri .878 a .504

P9 Saya dapat menyesuaikan diri saya ketika berada di

lingkungan organisasi maupun kelompok baru .879

a .972

P15 Saya tau ucapan (kata-kata) apa saja yang dapat membuat

orang lain merasa nyaman .938

a .497

P16 Saya tahu cara menempatkan diri saya pada situasi social

yang berbeda-beda. .924

a .518

P17 Saya tidak pernah bermasalah dengan orang yang baru

saya kenal. .887

a .326

P18 Saya dapat fokus mendengarkan lawan bicara saya. .951 a .450

P19 Saya dapat bertindak bijaksana dalam sebuah hubungan

pertemanan .937

a .450

P5 Saya selalu mendengarkan ketika orang menceritakan

masalahnya. .912

a .550

P6 Saya dapat membedakan kondisi orang lain melalui nada

bicaranya .877

a .443

P10 Saya mampu memahami perasaan orang lain. .892 a .494

P11 Ketika teman saya murung, saya berusaha untuk

menghilangkannya. .924

a .536

P12 Saya dapat merespon dengan baik pembicaraan orang lain. .922 a .506

P13 Saya tidak pernah memberi syarat siapa saja yang mau

berteman dengan saya .881

a .444

P14 Saya tau apabila ada orang lain yang marah dengan saya. .898 a .517

P2 Saya dapat menilai dengan baik perasaan diri saya sendiri .898 a .410 P3 Apapun kondisiemosi (mood) saya tetap bisa beradaptasi

dengan baik .835

a .388

P1 Kondisi emosi (mood) saya sangat mempengaruhi aktivitas

saya sehari-hari. .832

a .417

Catatan : (a) Measures of sampling adequacy (MSA)

(29)

item 3 masuk pada faktor 3 yang merupakan pemahaman situasi, sedangkan yang terakhir item 1 masuk pada faktor 4 yang merupakan pengendalian diri.

Dalam tahap terakhir pengujian CFA adalah penilaian bagaimana sumbangan faktor dalam mendukung suatu variabel. Berdasarkan konstruksi melalui pengujian metode extraksi

Maximum Likelihood di peroleh 4 faktor yang memiliki sumbangan dalam pembentukan yang berbeda-beda sumbangan terbesar yang di berikan oleh faktor 1 sebesar 0,971 dan faktor terkecil yaitu faktor 4 sebesar 0,277.

Validitas Berdasarkan Kriteria (criterion-related validity)

Pada uji validitas berdasarkan kriteria menggunakan jenis validitas konkuren (concurrent validity). Dimana pengujian pada tahap ini yaitu mengetahui apakah ada hubungan antara instrument VIA dan instrument KESOR. Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai Pearson Correlation sebesar 0.789 dan nilai signifikan sebesar 0.000 (sig (2-tailed) < 0.01) yang berarti bahwa terdapat korelasi satu arah antara instrument VIA dengan Instrumen KESOR yang memiliki arti bahwa kedua instrument tersebut memiliki kriteria yang relatif sama yang mengukur tentang kecerdasan sosial remaja.

DISKUSI

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan skala. Menurut Sugiyono (2014), skala penelitian merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Menurut Anastasi dan Urbina (2007) tes psikologi disebut baik apabila memenuhi syarat yaitu reliabel, valid, memiliki item yang baik, baku (memiliki norma), dan terstandarisasi. Alat ukur yang valid adalah ketika memiliki hasil variance error yang kecil, artinya hasil dari alat ukur tersebut dapat di percaya sebagai angka yang “sebenarnya” atau angka yang mendekati sebenarnya. Selain itu juga dalam pengembangan suatu instrument, pengujian item harus dilakukan secara terus menerus dengan subjek yang berbeda tempat maupun budaya sampai mempunyai hasil validitas dan reliabilitas yang tinggi sehingga instrument di gunakan untuk menghindari bias budaya (Vijver & Tanzer, 2004).

Secara umum penelitian ini menggunakan tiga prosedur validasi yakni uji validitas isi, uji validitas konstrak dan uji validitas berdasarkan kriteria. Untuk pengukuran atribut psikologi yang melakukan pengembangan alat ukur nonkognitif, uji validitas isi sangatlah di butuhkan. Ketika melakukan validitas isi item-item pernyataan akan di uji cobakan kepada beberapa subjek dan diberikan penilaian oleh beberapa ahli di bidangnya (expert jugement) dan kemudian dilanjutkan dengan analisis konsistensi internal untuk meningkatkan reliabilitas dan validitas suatu alat ukur. Reliabilitas dan validitas alat ukur sangat penting untuk membuktikan kelayakan instumen yang akan digunakan (Kinyua & Okunya, 2014). Pada analisis konsistensi internal terlihat beberapa item yang layak digunakan dan yang tidak layak digunakan, terlihat dari hasil validitas item yang memiliki skor < 0.30 akan di reduksi. Berdasrkan hasil konsistensi internal instrument KESOR memperoleh nilai indeks validitas 0,399 – 0,849.

(30)

penelitian ini, nilai cronbach’s alpha 0,946 dinyatakan dalam kategori tinggi. Hal ini diperkuat dengan adanya temuan bahwa reliabilitas skala dievaluasi dengan cronbach’s alpha,

yang merupakan indeks reliabel yang paling penting dan ketika nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,70 atau lebih tinggi (Demircloglu, 2014).

Validitas konstrak dilakukan untuk mengetahui sejauhmana korelasi item dan variabel yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor yang dilakukan menggunakan analisis factor eksploratori (EFA) dan analisa factor confirmatory (CFA) dengan menggunakan metode maximum likelihood analysis (MLA) untuk mengetahu berapa banyak faktor yang terbentuk dari hubungan antara item tersebut. Untuk menyelidiki struktur faktor dari KESOR, analisis faktor exploratory (EFA) dengan rotasi dilakukan untuk menghasilkan hasil yang signifikan (p <0,001) menunjukkan kesesuaian model faktor untuk data. The Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) koefisien Sampling Adequacy yang menampilkan kenyamanan melakukan analisis faktor untuk skala (KMO> 0.70) (Sahin, Caliskan & Dilek, 2015). Saat dilakukan uji EFA menunjukan hasil bahwa dari 19 item KESOR terbentuk empat faktor yang sesuai dengan estimasi yang dibuat, namun dari keempat faktor tersebut ada beberapa faktor yang tidak terpenuhi oleh item. Untuk memenuhi hasil yang maksimal maka dilakukan analisa faktor lagi menggunakan metode MLA dan terbentuk 4 faktor yang terpenuhi oleh item yang telah di kelompokan menjadi Sembilan item yakni item 4, item 7, item 8, item 9, item 15, item 16, item 17, item 18, item 19 yang berada pada faktor 1 yang merupakan kematangan pribadi remaja. Sedangkan item 5, item 6, item 10, item 11, item 12, item 13, item 14 berada pada faktor 2 yang merupakan hubungan interpersonal. Kemudian item 2 dan item 3 masuk pada faktor 3 yang merupakan pemahaman situasi, sedangkan yang terakhir item 1 masuk pada faktor 4 yang merupakan pengendalian diri. Analisis menggunakan CFA lebih efektif dan tepat untuk menarik kesimpulan selain untuk menghindari asumsi regresi. Dari hasil analisis CFA akan di temukan Crombach alpha, composite reliability, convergent and discriminant validity jauh lebih efisien sebagai bukti untuk menerapkan analisa hasil (Asraf, Ahmad, & Mamat, 2014).

Uji validitas berdasarkan kriteria merupakan teknik validasi yang mengunakan tes yang akan diuji validitasnya disebut sebagai predictor. Statistic yang diperlukan dalam pengujian ini adalah koefisien korelasi antara skor tes sebagai predictor dan skor siatu kriteria yang relevan dan sesuai. Menggunakan jenis validitas konkuren untuk menguji kesesuaian fungsi skala yang sudah di validasi dengan instrument lain yang relevan serta teruji psikometrinya. Uji korelasi pearson product moment menggunakan formula koefisien yang memperoleh hasil lebih kecil dari 0,5 (r<0,5) dengan tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 (sig >0,05) (Afradipta,2015).

(31)

yaitu 0,789 maka koefisien kedua instrument searah yang bermaksud bahwa, apabila nilai instrument VIA tinggi maka, nilai intrumen KESOR tinggi pula.

Hasil dari penelitian ini bahwa instrument Kecerdasan Sosial Remaja (KESOR) telah memenuhi persyaratan sebagai instrument yang mampu mengukur serta mengetahui tingkatan kecerdasan sosial khususnya pada remaja, karena telah melalui tahap uji validitas, reliabilitas, dan teknik- teknik pengujian dan metode lainnya. Instrument KESOR ini juga memiliki skor uji yang baik dan memiliki korelasi yang kuat dengan instrument yang di bandingkan. Namun dalam mengkonstruk KESOR masih memiliki beberapa kelemahan salah satunya kurangnya jumlah subjek dalam uji coba dan hanya mengambil subjek dari salah satu daerah yang ada di Indonesia sehingga tidak mewakili keseluruhan latar belakang budaya yang ada di Indonesia. Instrument KESOR ini juga kurang melalui tahapan pengembangan dengan baik yaitu dilakukan pengujian berkali-kali dan terus melakukan perbaikan dan mereduksi item yang tidak layak untuk digunakan sehingga menemukan item yang lebih berkualitas disbanding dengan item yang ada saat ini.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Hasil penelitian instrument yang telah disebar pada 300 subjek menunjukan bahwa Instrumen KESOR yang berjumlah 19 item, untuk mengukur kecerdasan sosial remaja sudah layak untuk menjadi instrument pengukur dan menjadi instrument baku dengan hasil validitas item berkisar 0,399 – 0,849 serta hasil reliabilitas dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,946 sehingga bisa dikatakan memiliki nilai yang tinggi. Sedangkan uji analisa faktor dengan beberapa metode dan analisis di peroleh nilai KMO sebesar 0,905 dengan tingkat signifikan (sig) sebesar 0,000. Pada analisa faktor mengguanakan metode EFA terbentuk menjadi empat komponen namun ada beberapa komponen yang tidak terwakili oleh item sehingga dilakukan analisis lanjut sehingga sendap’at hasil yang lebih maksimal dilakukan uji menggunakan metode CFA dan terbentuk empat komponen yang terbagi menjadi aspek kematangan pribadi, aspek hubungan interpersonal, aspek pemehaman situasi dan aspek pengendalian diri. Pada hasil uji korelasi antara instrument KESOR dan VIA melewati hasil uji CFA di ketahui bahwa adanya korelasi positif dan hubungan yang kuat antara kedua instrument tersebut dan searah yang berarti keseimbangan kekuatan intrumen antara KESOR dengan VIA ini hampir setara. Namun secara keseluruhan, padat diambil kesimpulan bahwa Instrumen KESOR ini sudah layak digunakan sebagai alat ukur yang sudah baku dalam melakukan pengukuran terkait dengan kecerdasan sosial khususnya pada remaja.

(32)
(33)

Intrumen Kecerdasan Sosial

(34)

B15 61.367 196.033 .803 .917

B16 62.233 222.668 .031 .932

B17 61.333 201.747 .632 .921

B18 61.400 198.869 .820 .917

B19 61.167 202.282 .758 .919

B20 61.633 219.964 .166 .928

B21 61.533 220.878 .124 .929

B22 61.367 210.654 .426 .924

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

281 AGUS L 16 0 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 0 3 4 4 1 2 4 4 4 3 4 4 4 3

282 HAIDIR L 18 2 4 3 0 3 2 2 3 2 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 2 4 2 3

283 ANDRE L 17 4 4 3 0 3 2 2 3 2 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 2 3 1 4 4 2 4 2 3

284 BUYU L 17 3 4 3 2 3 3 2 2 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4

285 MIA P 17 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2

286 WENY P 16 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 4 2 3 2 2 2 3

287 REDI L 17 2 3 3 1 1 1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 2 2 1 1 1 3 2 2 2 3

288 SAMUEL L 16 1 4 3 4 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 4

289 DIFA L 15 2 2 2 4 2 3 1 2 1 2 3 3 2 1 4 3 4 4 1 2 2 1 4 3 2 1 1 3 2

290 HERRY L 16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3

291 UFIQ L 17 4 0 1 3 4 2 3 3 2 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 4

292 RIO L 18 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 4 3 2 1 0 1 2 2 2 3 2 2 3 2 0

293 INDAH P 17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

294 ASPIA P 17 0 4 1 3 2 3 4 0 4 4 4 4 0 4 4 4 4 1 4 0 4 4 4 0 4 4 0 4 4

295 HASBI L 18 4 4 3 1 4 3 3 2 3 4 4 3 1 4 3 1 2 1 4 2 1 3 3 1 3 1 3 3 4

296 ANNA P 16 4 4 3 4 2 3 2 4 2 3 4 4 3 2 4 4 3 2 2 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3

297 HENDRA L 17 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3

298 AGI L 18 4 4 4 2 3 3 3 3 1 4 4 4 3 1 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4

299 ADINDA P 17 2 3 3 3 2 3 4 4 2 4 2 2 4 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 2

(45)
(46)

Exploratory Factor Analysis (EFA)

Factor Analysis

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .905

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 1871.410

df 171

(47)
(48)

-.053 -.270 -.067 .016 .068 .005 -.161 .878 -.226 -.062 .010 .107 -.108 -.043 -.239 .042 -.057 -.028 .089 B9 -.068 .071 -.006 -.316 .044 .036 -.144 -.226 .879a .004 -.060 -.010 .135 .093 -.036 -.180 -.068 -.143 -.097

B10 .068 .033 -.059 .007 -.099 -.247 .076 -.062 .004 .892a

-.205 -.212 .093 -.041 -.020 .073 -.139 -.003 -.137 B11 -.100 .012 -.030 -.109 -.240 -.040 .033 .010 -.060 -.205 .924a

-.182 -.166 .044 -.062 -.088 .063 -.005 -.084 B12 -.013 .024 -.054 -.097 .039 -.001 -.040 .107 -.010 -.212 -.182 .922a -.066 -.071 -.220 -.103 .040 -.159 -.019

B13 -.067 .064 .088 -.074 -.006 -.052 -.013 -.108 .135 .093 -.166 -.066 .881a -.153 -.025 -.017 -.204 -.060 -.062

B14 -.226 -.066 -.074 .026 -.135 -.119 -.133 -.043 .093 -.041 .044 -.071 -.153 .898a

-.068 .019 -.093 -.030 .088 B15 .063 .026 .000 -.031 -.109 -.085 .010 -.239 -.036 -.020 -.062 -.220 -.025 -.068 .938a

-.135 -.009 -.099 -.071 B16 .032 -.150 -.019 -.169 .011 -.033 .053 .042 -.180 .073 -.088 -.103 -.017 .019 -.135 .924a -.114 .010 -.066

B17 -.043 -.092 -.043 .053 .086 .107 -.059 -.057 -.068 -.139 .063 .040 -.204 -.093 -.009 -.114 .887a -.099 -.050

B18 .010 -.009 .004 .021 -.098 -.028 .011 -.028 -.143 -.003 -.005 -.159 -.060 -.030 -.099 .010 -.099 .951a

-.129 B19 -.094 -.117 -.061 .052 -.142 .006 -.116 .089 -.097 -.137 -.084 -.019 -.062 .088 -.071 -.066 -.050 -.129 .937a

(49)

Communalities

Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

(50)
(51)

Confirmatory Faktor Analysis (CFA)

Factor Analysis

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .905

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 1871.410

df 171

(52)
(53)

.010 -.073 -.127 -.094 -.149 -.201 .921 -.161 -.144 .076 .033 -.040 -.013 -.133 .010 .053 -.059 .011 -.116 B_8 -.053 -.270 -.067 .016 .068 .005 -.161 .878a -.226 -.062 .010 .107 -.108 -.043 -.239 .042 -.057 -.028 .089

B_9 -.068 .071 -.006 -.316 .044 .036 -.144 -.226 .879a

.004 -.060 -.010 .135 .093 -.036 -.180 -.068 -.143 -.097 B_10 .068 .033 -.059 .007 -.099 -.247 .076 -.062 .004 .892a

-.205 -.212 .093 -.041 -.020 .073 -.139 -.003 -.137 B_11 -.100 .012 -.030 -.109 -.240 -.040 .033 .010 -.060 -.205 .924a -.182 -.166 .044 -.062 -.088 .063 -.005 -.084

B_12 -.013 .024 -.054 -.097 .039 -.001 -.040 .107 -.010 -.212 -.182 .922a -.066 -.071 -.220 -.103 .040 -.159 -.019

B_13 -.067 .064 .088 -.074 -.006 -.052 -.013 -.108 .135 .093 -.166 -.066 .881a

-.153 -.025 -.017 -.204 -.060 -.062 B_14 -.226 -.066 -.074 .026 -.135 -.119 -.133 -.043 .093 -.041 .044 -.071 -.153 .898a

-.068 .019 -.093 -.030 .088 B_15 .063 .026 .000 -.031 -.109 -.085 .010 -.239 -.036 -.020 -.062 -.220 -.025 -.068 .938a -.135 -.009 -.099 -.071

B_16 .032 -.150 -.019 -.169 .011 -.033 .053 .042 -.180 .073 -.088 -.103 -.017 .019 -.135 .924a

-.114 .010 -.066 B_17 -.043 -.092 -.043 .053 .086 .107 -.059 -.057 -.068 -.139 .063 .040 -.204 -.093 -.009 -.114 .887a

-.099 -.050 B_18 .010 -.009 .004 .021 -.098 -.028 .011 -.028 -.143 -.003 -.005 -.159 -.060 -.030 -.099 .010 -.099 .951a

-.129 B_19 -.094 -.117 -.061 .052 -.142 .006 -.116 .089 -.097 -.137 -.084 -.019 -.062 .088 -.071 -.066 -.050 -.129 .937a

(54)
(55)

B_9 .972 -.152 -.016 .015

a. Attempted to extract 4 factors. More than 25 iterations required. (Convergence=.221). Extraction was

Gambar

Tabel 4. Confirmatory Factor Analysis (CFA)  ...............................................................
Gambar 1.. …………………………………………... .....................................................
Gambar 1. Bagan Prosedur Analisa Data
Tabel 3. Exploratory Factor Analysis (EFA)

Referensi

Dokumen terkait