• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI IBU DALAM FILM (Analisis Semiotik Film Rindu Kami karya Garin Nugroho)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI IBU DALAM FILM (Analisis Semiotik Film Rindu Kami karya Garin Nugroho)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI IBU DALAM FILM(Analisis Semiotik Film Rindu Kami 

karya Garin Nugroho)

 

Oleh: Shuvia Rahma ( 01220077 ) 

Communication Science  Dibuat: 2007­09­19 , dengan 2 file(s). 

Keywords: Representasi ibu, film, semiotik 

Film adalah salah satu media komunikasi massa, film merepresentasikan realitas dari kehidupan  masyarakat. Film dapat menggambarkan berbagai dimensi kehidupan dimasyarakat termasuk  representasi seorang ibu. Terdapat perbedaan mengenai penggambaran perempuan dalam sinema  Barat dan sinema Timur. Pada sinema barat perempuan digambarkan sebagai sosok yang indah  namun beracun dan pembuat maker, sementara sosok ibu jarang ditonjolkan sebab ibu bukanlah  sosok yang penting, para feminis menyebutkan bahwa ibu bergerak dikisaran peran domestic  yang merupakan bentuk subordinasi laki­laki terhadap perempuan. Sedangkan pada sinema  Timur, perempuan lebih ditampilkan sebagai sosok yang berhati nurani, lemah lembut, pintar  memilih, dan seterusnya. diIndonesia sendiri, perkembangan filmnya lebih banyak dipengaruhi  oleh perfilman barat. Ditengah pesatnya perkembangan produksi film Indonesia, Garin Nugroho  membuat film berjudul Rindu Kami PadaMu. Merupakan film religi yang berkisah tentang  pencarian sosok ibu oleh anak­anak disebuah pasar. Minimnya film Indonesia yang mengangkat  kisah ibu menjadikan film ini sangat menarik untuk dianalisis, oleh karena itu peneliti tertarik  melakukan penelitian untuk mengungkap bagaimana sosok ibu direpresentasikan dalam film  Rindu Kami PadaMu. 

Sebagai media komunikasi massa, film mampu menghadirkan realitas kehidupan dalam berbagai  aspek, seperti yang dikatakan oleh Dennis mc quaill bahwa media massa memiliki peran untuk  pencitraan terhadap realitas disekitar kita, salah satu fungsi pencitraan tersebut adalah media  sebagai cermin yang memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat itu sendiri; biasanya  pantulan citra itu mengalami perubahan (distorsi) karena adanya penonjolan terhadap segi yang  ingin mereka hakimi atau cela (Mcquail. 1987:53). Pencitraan realitas dalam film adalah berupa  suara dan gambar. Begitu pula dengan representasi ibu dalam sebuah film, dimana representasi  ini akan mengalamidistorsi­distorsi dari pembuatnya dalam hal ini adalah sutradara. Distorsi  tersebut sangat dipengaruhi oleh latar belakang social budaya dari sutarada tersebut, sebagai  contoh dalam sinema barat ibu sering ditampilkan sebagai sosok yang lemah sebab budaya  setempat menganggap peran sebagai ibu adalah bentuk dari kelemahan seorang wanita, 

sementara ibu pada masyarakat timur begitu dipuja khususnya oleh anak­anaknya. bahkan pada  masyarakat Jawa, ibu merupakan simbol moralitas yang petuah­petuahnya harus selalu ditaati.  Film merupakan sebuah ‘teks’, sebab istilah ‘teks’ biasanya mengacu pada pesan yang telah  terekan dalam bentuk apapun, baik tulisan, suara maupun rekaman video. Oleh karena semiotic  merupakan ilmu yang mempelajari makna sebuah ‘teks’, maka pendekatan semiotiklah yang  digunakan dalam penelitian ini. 

(2)

mengungkap mitos­mitos ibu yang tersembunyi dalam konvensi masyarakat melalui tahapan  analisis denotative (makna yang tampak) dan berkembang pada tataran konotatif (makna yang  tidak tampak). Tanda­tanda yang akan dianalisis terletak pada unit analisis data berupa visual  (penokohan, pengambilan gambar, kostum pemain, sampai pada penggunaan warna) dan audio  (dialog dan musik). Unit analisis tersebut berasal dari sumber data berupa VCD film Rindu kami  PadaMu, dengan tekhnik pengumpulan data observasi dan dokumentasi. 

Dari hasil analisis dapat dikemukakan bahwa dalam film Rindu Kami PadaMu, ibu 

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian film Daun di Atas Bantal karya Garin Nugroho dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian- penelitian lain yang telah ada sebelumnya khususnya dengan

REPRESENTASI ISLAM RADIKAL DALAM FILM (Analisis Semiotik dalam Film "Timbuktu" karya Abderrahmane Sissako).. xii,

Hasil analisis dari penelitian adalah makna yang ingin disampaikan pada film Kisah 3 Titik dalam realitas kehidupan sosial yang dikategorikan menjadi lima

Berbagai adegan dan dialog yang ditampilkan dalam film arahan Hanung Bramantyo tersebut menunjukkan bahwa film “?” (Tanda Tanya) merepresentasikan pluralisme,

8 th 1992 tentang Perfilman Nasional dijelaskan bahwa film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan

Deleuze dengan etika sinematika yang ditawarkannya memberikan tawaran pula bagi film sebagai salah satu produk desain untuk mempertimbangkan representasi perempuan dalam

Film merupakan gambar bergerak, film dapat disebut sebagai transformasi kehidupan masyarakat, karena dalam film kita dapat melihat gambaran atau cerminan yang sebenarnya, yang

Pada bagian ini peneliti mengawali pembahasan tentang realitas masyarakat dan kehidupan pesantren, kemudian dilanjut dengan pembahasan megenai film dan kontsruksi realitas pesantren,