• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)

EVALUASI PELAKSANAAN REVITALISASI POSYANDU

DI KECAMATAN DARMAGA KA~UPATEN

BOGOR

Oleh:

DEW1 SARTIKA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAIV BOGOR

(89)

ABSTRAK

DEW1 SARTIKA. Evaluasi Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu di Kecamatan

Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN, Ig. DJOKO

SUSANTO dan C. MET1 DWIRIANI.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang persediaan input (tenaga, dana, sarana dan prasarana) dan proses pelaksanaan revitalisasi Posyandu (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penggerakan dan pengawasan), serta menganalisis output yang meliputi cakupan penimbangan dan status gizi baduta. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan retrospectif yang dilaksanakan di Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulan

Agustus

-

Oktober 2001. Contoh adalah Posyandu yang direvitalisasi yang diambil

secaraacak sebanyak 30 Posyandu dari 44

Posyandu dengan kader aktif 2 4 orang berjurnlah 86,7%. Mayoritas

Posyandu (88,3%) selalu dikunjungi oleh petugas keseh2-tan setiap bulannya dan

sarana dan prasarana Posyandu sebagian besar telah terpenuhi 2 60% serta dana

revitalisasi yang dibutuhkan Posyandu belum tercukupi. JPS-BK telah memberikan dana satu kali dari tiga kali yang dijanjikan. LSM dan LKMD belum memberikan bantuan dana. Kekurangan dana sebagian dibantu oleh klinik swasta dan bantuan PMT dari IPB.

Perencanaan kegiatan secara umum telah berjalan dengan baik kecuali kegiatan paket opf onallpengembangan, pemberdayaan LKMD, kegiatan upaya daya tarik, dan memanfaatkan potensi yang ada. Posyandu telah memiliki strukt~u organisasi yang dilengkapi dengan pembagian tugas dan telab mengadakan pertemuan rutir, sntar kader, dokter Puskesmas d m Pokjanal tingkat ~ecamatan. Di

Kecamatan Drarnaga hanya sebagian ltecil (1 3,3'%0) yang mulai inelaksanakan

revitalisasi pad& bulan hlaret, sebagian besar (56,7%) inulai pada bulan April dan selebihr~ya (30,0%) mulai pada bulan Mei. Secara umum pelaksanaan revitalisasi telah dilaksanakan dengan baik. Sementara kegiatan yang belum terlaksana sama

sekali seperti : pelayanzn KB dan penaggulangan peilyakit ISPA (Infeksi Saluran

Pernafasan Akilt), kegiatan p ~ k e t optional/pengembangan, pemberdayaan LKMD,

upaya daya tariic dm n~e~nanfaatkan potensi yang ada. Kader seialu mengajak sasaran

untuk hadir ke Posyandu n-ziaupun hanya sebagian kecil (20%) mendzpat dukungan dari tokoh masyarakat d m lebih dari sepertiga kader telah mengadakan kunjungan rum'ah. Selama revirallsasi semua kader mendapatkan pelayanan, obat-obatan, KB cratis dari Puskesmas, pemah satu'kali mendapatkan insentif dan sebagian kecil b

(23.3%) kader pemdl mendapatkan bantuan kredit diantaranya 13,3% dari Takesra, 10% dari P2KP, 6,7O/E, dari Kukesra dan mendapatkan keterampilan lain selain keterampilan pelayanzn di Posyandu. Pengawasan kegiatan Posyandu telah dilakukan oleh pihak puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor secara berkala.

Cakupan penimbangan Baduta pada bulan Maret - Agustus 2000 selalu

(90)

SURAT PERNYATAAN

~ e n ~ a n ini Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

~ v a l u a s i Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Darmaga Kabupaten

Bogor

adalah benar merupakan hasil karya Saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2002

(91)

EVALUASI PELAKSANAAN REVITALISASI POSYANDU DI KECAMATAN DARMAGA KABUPATEN BOGOR

DEW1 SARTIKA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilinu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM PASCA SARJANA ISSTITUT PERTANIAN BOGOR

(92)

Judul Tesis : Evaluasi Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor

Nama Mahasiswa : Dewi Sartika

NomorPokok :99496

Program Studi : Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S. Ketua

Dr. Ig. Dioko Susanto, SKM, APU. Anggota

2. Ketua Program Studi

Ilmu Gizi 3Iasyarakat dan Sumberdaya Keluarga

u

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS.

Ir. C. Meti Dwiriani, M.Sc. Anggota

Mengetahui :

Tanggal lulus : 15 Agustus 2002

1__

(93)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Lubuk-Linggau, Sumatera-Selatan, pada tanggal 3 1 Juli 1975

sebagai anak keempai dari lima bersaudara dari Ayah Ali-Hida.K dan Ibu Radjanah.

Pada bulan Januari 2001, penulis menikah dengan Hajarol Harahap S.Pd. dan

dikaruniai seorang putra, Ismail Abdur Rasyid.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar 5 Lubuk-Linggau dan

diselesaikan tahun 1987. Pendidikan Lanjutan Pertarna di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 3 Lubuk-Linggau dan diselesaikan tahun 1990. Pendidikan Lanjutan Atas di

Sekolah hlienengah Atas 1 Bengkulu dan diselesaikan tahun 1993.

Pada tahun akademik 1993 penulis diterima di Institut Keguruan dan ilmu

Pendidikan Padang, pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jurusan

PKK. P r o s a m Studi Tata Boga melalui PMDK (Penelusuran Minat Dan

I<eniampuan) dan mendapat gelar sarjana pada tzhun 1998. Mulai September 1999

pezulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana IPB Program Studi Ilmu Gizi

(94)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi

rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini

yang berjudul "Evaluasi Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Darmaga

Kabupaten Bogor". Merupakan syarat akhir untuk memperoleh gelar Magister Saiils

dalam bidang keahlian Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

Tanpa bantuan dan dukungan berbagai' pihak penulis tidak akan dapat

menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan rasa hormat kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku Ketua

Komisi Pembinlbing dan Bapak Dr. Ig. Djoko Susanto, SKM, APU serta Ibi~ Ir. C.

Meti Dwiriani, MSc selakil a~iggota komisi pcmbimbi~ig yalig tclali 1~11ly;1l\:

membantu penulis dengan manbe~-ikan arahan, ~nasuka~i, bi~libi~lgun dan kcsahasan

serta kebaikan beliau mulai dari rencana pcnelitian liingg:1 pcn~.~!isan tcsis ini

Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga' alas doa clan dukungan

Ayahanda Ali-Hida. K, Ibunda Radjanah scrirl Ayuk Yuli, Kakak .luh:rini, f(aIial<

Arlan dan Adik Umi Kalsum hingga pcnulis mcyclcsaika~l tcsis ici. Kliusus liclx~clu

suanliku terciilta Hajarol I-Iarahap dan putraku Ismail Abdur liasyid K u i~capl;un

terinla kasi!l atas doa, bantuan, dukungan dan kesabarannya serta kesetiannya

mendampingiku selama penulisan tzsis ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan untuk teman-teman seangkatan di

Program Studi GMK, terutana kepada Bu Marlina, Mbak Mila, Mbak Nova dan I'ita

atas persahabatannya, Bu Yuli, Bu Rosdiana, Bu Mariani, Bu Eti, Mbak Eni, Uni

(95)

Pak Pakhri dan Melya dan suarni serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

per satu. Semoga Allah S WT memberikan balasan yang lebih baik.

Semoga hasil studi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2002

(96)

DAFTAR IS1

Halaman

...

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR

...

PENDAHULUAN

...

TINJAUAN PUSTAKA

...

Evaluasi

...

...

Posyandu

...

Sekilas Sejarah dan Perkembangan Posyandu

Operasionalisasi Posyandu

...

Revitalisasi posyandu

...

...

KERANGKA PEMIKIRAN

...

t.

METODE PENELITIAN

...

Desain Lokasi dan Waktu Penelitim

...

Teknik Penarikan Contoh

...

Jenis dan Cara Pengambilan Data

...

:

...

Pengolahan dan Analisis Data

...

Defenisi Operasional

...

HASIL DAK ? E l . IBAHASAN ...

Keadaaan GIIIU~I Daerah Penelitian ...

Karakteristik Contoh ...

Keragaan Komponen Input ...

Keragaan Kotnponen Proses ...

...

Cakupan Peninlbangan dan Status Gizi anak Baduta

...

Kinerj a Posyandu

KESIMPULAN DAN SARAN ...

DAFTAR PUSTAKA ...

(97)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tingkat Kemandirian Posyandu

...

13

2 Penduduk Menurut kelompok Umur

...

28 3 Jumlah Posyandu di Kecamatan Drarnaga

...

29 4 Tingkat Pendidikan kader

...

30

5 Status Peke rjaan dan Perkawinan Kader

...

30

6 Status Pekerjaan Suarni Kader

...

31

7 Status Pekerjaan Ibu Pengunjung Posyandu

...

32

8 Status Peke rjaan Suami Ibu Pengunjung Posyandu

...

32

9 Jurnlah Kader Posyandu

...

33

10 Jumlah Kader Yang Aktif Sebelum dan Sesudah Revitalisasi Posyandu 35

11 Status Gizi Anak Baduta (BB/U) di Posyandu yang Direvitalisasi

...

51

12 Persentase Posyandu yang Sudah Terpenuhi Inputnya dengan Baik

...

53

13 Persentase Posyandu yang Sudah Melaksanakm Persiapan dengan Baik 55

14 Persentase Posyandu yang S u d h Melakukal Pendaftaran dan Penimbangan

dengan Baik

...

56

15 Persentase Posyandu yang Sudah melakukan Penyuluhan dengan Baik 5 6

16 ' Persentase Pelayanan y ang Sudah Melakukan Pelayanan dengan Baik 57

17 Persentaze Pelaporan dsn Tindak Lanjut yang Telah Terlaksana Dengan

Baik ... 57

...

(98)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(99)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter yang pada

akhirnya berlanjut menjadi krisis ekonomi. Darnpak krisis ini paling dirasakan

terutama pada kelompok masyarakat yang paling rendah, sehingga telah menurunkan

daya beli dan ~onsumsi pangan. Krisis ekonomi dan moneter yang tengah terjadi di

Indonesia c'iperkirakan berdampak buruk pada status gizi dan kesehatan masyarakat

terutama bagi masyarakat miskin (Gakin).

Latief (1999) menjelaskan bahwa

-

menurunnya daya beli masyarakat

menyebabkan: (a) perhatian krhadap pemeliharaan kesehatan dan gizi menurun,

karena kosentrasi orang tua lebih diprioritaskan untuk mencari tambahan pendapatan

guna mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. (b) terjadi pergeseran permintaan

w

pzlayanzn kesehatan >.ang lebih rnurah. (c) respon untuk mencari pertolongan

kesehatan lebih lambat. Dari rumusan evaluasi Posyandu dan kader yang

diselenggarakm bulan November dan Desember 1998 diketahui bahwa krisis

ekonomi yang tejadi dewasa ini, berdampak terhadap rneningkatnya angka balita

kurang gizi. Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1999 prevalensi KEP total pada

anak balita adalah 36.5 % dan 23, 0 % dan gizi buruk 9,8 O h dan 9,O

$4.

Angka ini lebill tinggi dari tingkat nasional tahun 1999 di nlana plevalensi KEP total 25,5 %

dan

KEP

berat 7.8 $6 (Jahari, Sandjaja. Sudirrnan, Soekirman, Jus'at, Jalal. Latief,

Atmarita, Pemerintah

Rl

&

WHO

, 2000).

Soekirn~an (1998). menyatakan b a h ~ ~ a kurang gizi selain terjadi karena

(100)

2

yang ada di masyarakat tidak difungsikan kembali. Hasil pemantauan Departemen

Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah Posyandu secara nasional selarna tiga tahun

terakhir jumlahnya mengalanxi penurunan, di mana pada tahun 1996/1997 Posyandu

berjumlah 244.107 dan pada tahun 1948/1999 menurun menjadi 2 12.21 5

(Anonymous. 2000). Hasil rumusan evaluasi Posyandu dan kader yang

diselenggarakan pada bulan November dan Desember tahun 1998 menjelaskan bahwa

beberapa tahun terakhir ini kinerja Pospandu cendrung menurun dan pelaksanaan

kegiatan Posyandu yang sebulan sekali sangat tergantung pada keadaan dan dorongan

petugas kesehatan dan aktivitas para kader Posyandu.

Dalam mengatasi masalah krisis ekonomi tersebut, pemerintah khususnya

dalanl bidan: kesehatan masyarakat mengadakan berbagai upaya seperti program

Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK), mengadakan kartu sehat dan

penberiarl makar,an tambahan. Swat Edaran Menteri Dalam Negeri No.

11 1.5,'536.'SJ: tangpal 3 Maret 1999 berisi mengenai tentang revitalisasi Posyandu.

Penringn\.a psmbsrdayzar, Posyandu sebagai salah satu upaya untuk meminimalisasi

da:t-!pk 'isisis e k c n o ~ ~ i pada penurdnail status gizi dan keseliatan ibu dan anak

i.4non>-mous. ZcJrJOl. .-ldapun tujuan re~~italisasi Pospandu adalah meningkatkan

hngsi dan kinen2 Fos\-andu melalui revitalisasi Posyandu agar dapat dipertahankan

dan ditinskatka~~ sr3rus gizi dari derajat kesehatan ibu dan anak, memantapkan sistem

pzia~-anan dalanl rangka pembangunan kualitas manusia serta meningkatkan

kemampuan organisasi kemasyarakatan dalam kemandirian untuk kesejahteraan.

Harroyo dkk. (2000) menjelaskan perlu dilakukan revitalisasi Posyandu yang

(101)

3

masyarakat dalarn upaya perbaikan gizi. Hal ini dapat dilakukan melalui penyediaan

dan peningkatan motivasi, pengetahuan, dan keterampilan kader, peningkatan

partisi fasi keluarga balita, dan toko h masyarakat dalam penyelenggaraan

penyempurnaan prosedur pelaksanaan. Revitalisasi Posyandu diperlukan untuk

menunjang program JPS-BK baik dalam pemberian makanan tarnbahan (PMT)

pemulihan maupun dalam penemuan sasaran yang berhak dan perlu mendapatkan

paket bantuan, serta memperkuat Posyandu baik kuantitas maupun kualitasnya

(anonymous, 2000). Posyandu didirikan sejak tahun 1986 merupakan wadah

masyarakzt untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam berbagai

sektor, oleh karena itu Posyandu yang telah ada dapat membantu mengatasi masalah

dari dampak krisis ekonomi yang melanda negara kita khususnya dalam bidang

kesehatan ibu dan anak merupakan kelompok yang rawan dan sangat perlu

diperhaiika~ ser?? d a m p h y a terhadap pembangman Indonesia itu sendiri. U n t k

mencapai tujuan yang diharapkan manajernen pelaksanaan revitalisasi Posyandu

mutlak diperlukm. Pada tahun 2000 ini baru sekitar 120.000 Posyandu yang

dirsvitalisasi, textma stratzi rend& yaitu: Pratama dan h4adya (Anonymous, 2000).

Di Kecamatan Dmnaga Kabupaten Bogor terdapat 78 Posyandu yang tersebar

pada 10 kelurahan. Dari 78 Posyandu tersebut yang telah direvitalisasi berj urnlah 44. .

Program revitalisasi Posyandu ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret tahun 2000.

Dari masalah-masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengevaluasi

pelaksanaan revitalisasi Posyandu di Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor dengan

nlelihat keragaan dari input, proses. dan output, guna meningkatkan hasil guna dan

(102)

Tui uan Penelitian

Tuiuan Umum

Mengevaluasi pelaksanaan revitalisasi Posyandu di Kecarnatan Darmaga

Kabupaten Bogor.

Tuiuan Khusus

1. Memperoleh informasi tentang ketersediaan input Posyandu meliputi : tenaga,

dana dan sarana dan prasarana dalarn pelaksanaan revitalisasi posyandu.

2. Memperoleh informasi mengenai proses pelaksanaan revitalisasi meliputi :

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penggerakan dan pengawasan.

3. Menganalisis output dari pelaksanaan revitalisasi Posyandu meliputi cakupan

penimbangan balita dan status gizi baduta.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharrpkan dapat memberikan masukan atau informasi tentang

kegiatan revitalisas; Posyandu dalam mencapai tujwn yang telah ditetapkan. Dengan

derr,iLi\ibri pengeicla d m penentu kebijdcan (keputusan) dapat meneiltukan apakah

(103)

I DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1998. Fungsikan Kembali Posyandu. Harian Merdeka, 13 Maret.

Anonymous. 2000. Menuju Tercapainya Indonesia Sehat 2001. Warta Posyandu,

Nomor 1,l-5.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta

Depkes RI. 1986. Buku Pedoman Petugas Kunjungan UPGK. Depkes RI, Dep. Pertanian, Dep. Agama, Depdagri, & UNICEP. Jakarta.

Depkes RI. 1999 Pedoman Penataran clan Lokakarya Pengguna Modul

PelatihanIPenyegaran Kader Posyandu/UPGK. Di rjen Kesmas, Depkes RI &

UNICEP. Jakarta.

Depkes RI. 1996. Profil Kesehatan Indonesia 1996. Pusat data kesehatan, Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI. 1997. Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat, Depkes RI, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. 2000. Laporan Kegiatzn Program Revitalisasi Posyandu di Kabupaten LIT 11. Bogor.

Dirjen Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Depkes RI, 2000. Arahan pada Lokakarya Nasional Peningkatan fungsi dan Kine j a Posyandu 25 April di Yogyakarta.

Dzrmawati, I. 200 I

.

Evaluasi Kinerja Posyandu di Kelurahan Pandeglang, Kabupaten

Pandeglang. Skripsi Sarjana Jurusm Gizi Masyarakat dar, Surnberdaya

Keluarga, Fzkultas Fertaniari, IPB, Bogor.

Eddy. 2000. Faktor-faktor yang Berpenganh dengan Cakupan Penimbangan Balita di ~ o s j ~ a n d u Kab. Aceh Timur Tahun 1999. Tesis Magister Sains, Program Ilmu Kesehafan Masyarakat, Pascasarjana UI. Jakarta.

GintingR. 1999. Peranan Pemimpin Informal dalam Menggerakan Partisipasi Masyarakat untuk Pembangunan Desa. Desertasi, Program Studi PPN, IPB. Bogor.

(104)

Harianto, B. 1992. Hubungan Karakteristik Balita dan Lingkungan Posyandu dengan Partisipasi Masyarakat dalam Program UPGK, Tesis Magister sains, Program Studi Iimu Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana UI. Jakarta.

Hartoyo, D.Astuti, D. Briawan & B. Setiawan 2000. Pemberian ~ a k a n a n Tambahan pada Anak Balita dan Pemberdayaan KeluargaIMasyarakat di Kodya Bogor. Jurusan GMSK. IPB. Bogor.

Heriyanto, W. 2001. Hubungan Keadaan Lingkungan Pola Asuh dan Konsumsi Pangan Anak dengan Status GLzi Baduta pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin. Skripsi Sarjana Jurusan Gizi Masyarakat din Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor

Hutagalung, M.M. 1995. Peranserta Pengguna Posyandu pada Posyandu Teladan dan Bukan Teladan serat Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Jahari, A.B, Sandjaja, H. Sudirman, Soekirman, Jus'at, F. Jalal, D. Latief & Atmarita. 2000. Status Gizi Balita di Indonesia Sebelum dan Selama Krisis. Analisis Data Antropometri Susenas 1989-1 999. Makalah WKNPG 2000, LIPI, Jakarta.

Junadi, P. 1989. Laporan Akhir Penelitian Pengetahuan, Sikap, Prilaku dan Cakupan

UPGK di Posyandu. FLV-UI, Depok, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen

Bin Kesmas Depkes RI. J&arta

Kasmita. 2000. Kinerja Posyandu dan Status Gizi Balita di Kabupaten Padang Pariaman, Propinsi Sumatera Barat. Tesis Magister Sains, Program Studi GMK,*IPB. Bogor.

Karolin, C. 2000. Evaluasi Manajemen Pelaksanaan Program Gizi di Puskesmas

Kota Bogor Tahun 1999. Tesis Magister Sains, Program studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat, UI. Jakarta.

Kodyat, B. 1998. O~erview Masalah dan program Kesehatan dan Gizi Masyarakat di

Indonesia Makalah pada Training Peliingkatan Kemampuan .Penelirian Bidang Kesehatzn dan Gizi Masyarakat di Bogcr 18-30 Agustus.

Latief. D. 1999. Kebijakan dan Program Perbaikan Gizi dalam Menghadapi Krisis. Makalah disampaikan pada Stadium General Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian.IPB. 3 1 Maret.

(105)

Menteri Dalam Negeri. 1999. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 41 1.3/536/SC. Tanggal 3 maret 1999 Tentang Revitalisasi Pos Pelayanan Terpadu, Depdagri. Jakarta.

Menteri Kesehatan

RI.

2000. Arahan pada Loka Karya Nasional Peningkatan Fungsi

dan Kinerja Posyandu 25 April di Yogyakarta.

Nuhamara, S, 1997. Perkembangan dan Kesinambungan Pelayanan Posyandu :

Kaitannya Dengan Pelayanan Proyek Kelangsungan Hidup Anak di Kec.

Balai dan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau. Tesis Magister Sains. Program Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pascasarjana UI. Jakarta.

Pakhri, A. 2002. Fzlktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Posyandu di Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis Magister Sains. Program Studi GMK, IPB. Bogor.

Pemerintah & WHO, 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005.

Dirjen Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Jakarta.

Riza, M. 1989. Peranan Posyandu dalam Meningkatkan Cakupan Imunisasi di Kodya

Palembang. Skripsi FKM-UI, Depok. Jakarta.

Sibuea,

M.S.

1992. Faktor-faktor yang Berh~bungan deilgan Drop Oct Kader

Posyandu di Wilayah Puskesmas Metro Kecamatan Metro Raya Kab.

Lampung 'Tengah Tahun 1990. Skripsi FKM-UI, Depok. Jakarta.

Soeharto. 1990. Monitoring dan Evaluasi. PT. Gramedia. Jakarta.

Soekirman, Satoto, Thaha A.R, Agus z, Marks G.C & Zainal

E.

1999. Pedoman

Penyusunan Rancangan dan Usulan Studi Evzluasi. Bidang Sumberdaya Mailusia Bappenas. Jakarta.

Soekirnlan. 200'3. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Ditjen Dik~i, Jakarta.

Su~vandono,A. 1989. Peran Serta Masyarakat dan Posyandu

.

Makalah disampaikan

pada diskusi Ilmiah Badan Litbang Kesehatan, 25 Oktober.

Sutopo. 198 1. Kriteria Daerah dalam Kegiatan PKMD yang Sedang Berjalan Untuk

Mendapatkan bantuan , Depkes RI, Badan Litbang. Surabaya.

(106)

TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan

rencana yang telah ditentukan (Kaolin, 2000). Menurut Soeharto (1990) Evaluasi

adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak

kegiatan-kegiatan proyeklprogram sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara

sistematik. Menurut Soekirman dkk. (1 999) menyatakan evaluasi adalah tahapan dari

manajemen program atau proyek, yang dalam beberapa buku dan jumal dibagi dalam

dua jenis yaitu : evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Sementara WHO (1990)

Evaluasi adalah suatu c a a yang sistematis untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan

yang sedang berjalan sekarang untuk meningkatkan perencanaan yang lebih baik

d e ~ g a n menyeleksi secara seksama alternatif-alternatif tindakan yang akan datang.

Dziri beberapa pengertiar, di atas tentang evaluasi, penulis berkesinpulan bahwa yang

dimaksud evaluasi adalah suatu proses untuk mengujilmengkaji relevansi, efisiensi,

2fd:tivitzs dan dampak dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh

kesesuaii?ya dengall tujuan sebelilm~jra secara sistenxitis.

Evaluasi proyek dapat dilaksanakan pzda waktu-waktu sebagai berikut: (1)

pada xvaktu pelaksanaan (evaluasi pada waktu proyek sedang berjalan = OH going

e~.altiatioiz). ( 2 ) pada waktu penyelesaian (evaluasi akhir proyek = terminal

e~.alztation). ( 3 ) bsberapa tahun setelah proyek selesai (evaluasi dilakukan pada saat

proyek diperkirakan telah berhasil mencapai dampak lperkembangan secara penuh =

(107)

Evaluasi sewaktu berjalan adalah evaluasi untuk mengetahui apakah

kesinambungan relevansi, efiesiensi, dan efektifitas kegiatan proyek dapat

dipertahankan, serta untuk mengetahui output, efek dan dampak yang timbul atau

mungkin ditimbulkan yang dilakukan pada waktu proyek tersebut sedang berjalan.

Evaluasi akhir dilaksanakan 6 sampai 12 bulan setelah proyek berakhir, atau sebelum

memulai fase proyek berikutnya, sebagai pengganti ex post evaluation (evaluasi

menyeluruh) pada proyek-proyek yang jangka waktu singkat. Evaluasi menyeluruh

dilaksanakan pada saat perkembangan proyek telah tercapai sepenuhnya yaitu

beberapa t&un setelah proyek berakhir, bila manfaat dan dampak yang diharapkan

dari proyek telah terealisasi semuanya.

Menurut Soekirman dkk. (1999) evaluasi dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu evaluasi forrnatif dan surnatif. Evaluasi formatif atau monitoring dilakukan

selarna prograrnlproyek. masih berlangsung dan iebih bersifat kualitatif. Sedangkan

evaluasi sumatif sering dilakukan menjelang atzu akhir program atau proyek selesai

.

sifarnya kuatitatif dan umunlnyz dengan rancangan yang lebih komplek.

T ~ j u a n evsluasi tergmtung untuk apa dan untuk s i q a hasi! evaluasi akan

. dirna~hatkan (Soekirman dkk.199Q). Menurut WHO (1990) tujuan evaluasi dalam

pembangunan kesehatan adalah untuk memperbaiki program-program kesehatan dan

dinas-dinss untuk melaksanakannya, dan untuk mengarahkan alokasi sumberdaya ,

tenaga dan dana kepada program-program dan dinas-dinas yang ada saat ini dan di

masa mendatang. Jenis evaluasi tergantung pada sifat dampak yang diharapkan dari

studi evaluasi akan dilaksanakan. Soekirman, dkk (1999) membagi jenis rancangan

(108)

rancangan studi di antaranya adalah rancangan studi kohort prosfektif; rancangan

studi khort retropektif; rancangan studi cross sectional, rancangan studi kelayakan

kecukupan program, serta rancangan studi kasus.

POSYANDU

Sekilas Seiarah dan Perkembangan Posyandu

Tumbuh kembarig Posyandu tidak terlepas dari perubahan orientasi

pembagunan kesehatan yang melanda dunia saqt itu dengan disepakatinya penfiekatan

Primary Health Care (PHC) Sebagai strategi untuk mencapai kesehatan semua.

Dokumen penting ini terpatri dalarn dekalarasi Alma ata, Uni Sovyet pada tahun

1978. PHC adalah upaya kesehatan essensial yang secara universal mudah dijangkau

dan dapat diterima oleh perorangaii dan keluarga dalam masyarakat, dengan peran

serta penuh mereka, dengan biaya yang dapat ditanggung oleh masyarakat dan

Negara bersangkutan. (WIIO, 1978). Indonesia jauh sebeium konprensi PHC telah

merintis pengembangan PKMD (Pembangunm Kesehatan Masyarakat Desa) di

Kabupaten BanjariNegara, Jzwa Tengah pada tahun 1975 (Dirjen Kesmas, 2000).

Pembentuksn Posyandu di Indonesia diawali dengan kegiatan yaitu telah

berd.irinya pos penimbangan anak balita yang mercpakan bagian dari Program Usaha

Perbaikan Gizi Keluarga, kemudian ditambah kegiatan-kegiatan lailmya. Usaha

perbaikan gizi di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1963 yang dimulai dengan

kegiatan Applien Nutrition Program (ANP) di jawa, sumatera, Bali dan NTB. F A 0

(109)

8

rakyat terutama golongan rawan dengan peran serta masyarakat setempat dan

dukungan dari berbagai instansi secara terkoordinasi.

Tahun 1973 diadakan evaluasi kegiatan ANP oleh Sajogyo dan menghasilkan

berbagai rekomendasi antara lain perlunya dilanjutkan dan disempurnakan kegiatan

tersebut. Pada tahun itu juga pertemuan berbagai instansi nama ANP dirubah

menjadi Usaha Perbaikan Gizi keluarga (UPGK). Mulai pelita I1 program perbaikan

gizi merupakan program nasional dengan dimasukkannya kebijaksanaan program

tersebut dalam Repelita I1 (Soekirman, 2000).

. Pada tahun 1984 dikembangkan kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

berdasarkan instruksi bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan dan

Kepala BKKBN. Posyandu merupakan kegiatan terpadu di tingkat desa dalam lima

kegiatm pokok yaitu : perbaikan gizi, keluarga berencana, kesehatan ibu d m anak,

inunisasi dan penaggulangan dizre. Pada tanggal 12 N opember 1986 Pcsymdu

dicanangkan oleh presiden Soeharto sebagai suatu strategi nasional pendukung

program dasa urarsa anak Indonesia 2 986- 1996 ( D i r j e ~ Kesmas, 2000). Peran serta

masyarakat itu semakin menampakkan sosoknya, setslah munculnya Posyarldu

sebagai salzh satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyasakat (UKMB).

Fakta ini inerupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan

kesehatan. Kondisi ini temyata marnpu memacu milnculnya perbagai bentuk UKMB

lainnya seperti POD, Polindes, Pos UKK, Toga, Dana sehat dan lain-lain yang jenis

dan jumlahnya terus bertambah (Depkes,1997).

Tahun 1990 terjadi terobosan besar dengan keluarnya Inmendagri Nomor 9

(110)

kepada seluruh Kepala Daerah untuk meningkatkan mutu pengelolaan Posyandu

melalui pengefektifan fbngsi LKMD .dengan mengkoordinasikan dan menumbuhkan

peran serta aktif masyarakat dalarn pembangunan kesehatan.

Dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah dan kualitas Posyandu menurun.

Untuk memfungsikan kembali Posyandu pemerintah mengeluarkan Surat Edaran

Menteri Dalam Negeri nomor 41 1.31536lSJ tahun 1990 tenkng revitalisasi Posyandu.

Operasionalisasi Posvandu

Posyandu merupakan unit' pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh,

dari dan untuk masyarakat, dengan dukungan teknis Departemen Kesehatan,

Departemen Pertanian, Departemen Dalarn Negeri, Departemen Agama, BKKBN dan

sektor tzrkait iainnya. Tujuannya adalah untuk menururkm angkz kematian bayi dan

men~mmnkan a q k 2 kematian ibu, rnenuunkan angkz kematizn bayi dan acak balita.

(Dirjen Kesmas, 2000).

Upaya keterpaduan pelayanan ini merupakan salah satu cara untuk

meningkatkm jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan

keterpaduan 5 progam tersebut baik dari segi lokasi, sarana maupun kegiatan dalam

diri petugas, akan sangat memudahkan dalam memberikan pelayanan. Oleh sebab itu

sangat mernilddnkan dalaq mcmberikan pelayanan. Oleh sebab itu sebaiknya

Posyandu berada pada tempat yang mudah didatangi masyarakat dan ditentukan oleh

masyarakzt itu sendiri seperti di tempat pertemuan RT/RW atau tempat khusus yang

dibangun masyarakat (Harianto, 1992). Fungsi Posyandu adalah

(111)

10

2. Sebagai wadah alih teknologi antara petugas kesehatan dengan kader kesehatan

dan antara kader dengan masyarakat p e n p j u n g Posyandu.

3. Sebagai wadah alih kelola kegiatan Posyandu

4. Sebagai wadah partisipasi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam upaya

penerapan pelayanan (Riza, 1 989).

Posyandu pada hakikatnya melaksanakan kegiatan terpadu yaitu : KIA, KB,

Gizi, Imunisasi dan p e n a n g g ~ l a n g ~ diare. Macam pelayanan yang diberikan dan

kualitasnya bervariasi dari suatu daerah ke daerah lain dan satu Posyandu ke

Posyandu lain variasi antara 2 sampai 5 kgiatan narnun pelayanan gizi selalu

diberikan disetiap Posyandu (Junadi, 1989).

Soetopo (1981) dalam penelitiannya menyatakan ada empat kompoilen

keberhasilan Posyandu adalah sebagai berikclt :

1. Peran serta masyarakat dalam ha1 kese'natan selalu &if dalam kegiatm Posyandu.

2. Peran serta puskesmas, BKKBN yaitu h j u n g a n tenaga Puskesmas dan BKKBN

menentukan kualitas pelayanan Posymdu karena merekalah yang memenuhi

standar teknis dalam peiayman imunisasi, perneriksaan ibil harnil, penmggulangan

diare d m pengobam lai,mya.

3: Peran serta instansi non kesehatan yaitu BKKBN'peran serta pemuka masyarakzt

khususnya ketua RT, RW LSM lainnya. Peranan mereka diharapkan dalam

memobilisasi kemampuan masyarakat untuk penyediazn sarana kegiatan

posyandu, mendorong kehadiran ibu pada hari H.

4. Karakteristik pelayanan kesehatan meliputi : pendidikan ibu, pekerjaan Kepala

(112)

Penelitian Nuhamara (1997) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya

Posyandu telah membawa dampak yang amat luas. yang dapat digolongkan dalam tiga

1. Berkembangnya Posyandu telah mendorong tumbuhnya UKBM lainnya seperti

POD (Pos Obat Desa), Polindes (Pondok Bersalin Desa), dana sehat dll.

2. Instansi Posyandu yang menguat membuat setiap program bahkan diri sektor lain,

beramai-ramai memanfaatkan Posyandu sebagai "Entry Point"pe1aksana

programnya.

3. Makin banyaknya jurnlah Posyandu mendorong terjadinya variasi tingkat

perkembangan yang beragarn.

Keberhasilan pecyelenggaraan Posyandu dalam masyar&at dipengaruhi oleh

berbagk faktor yang saling berkaitan dan salah satu diantaanya kecukupan dan mutu

kader (Depkes

RI

& CWICEF, 1492). Hasil penelitiai Eddy (2000) menyatakan

variable kernampuan kader, sarana, supervisi dan pembinaan desa berhubungan

bermakna dengan cakupm penimbangan. Penelitian Sibuea (1992) nlenemukan

'oah\va fakrtor -ai& status perkawinan, pembinaan, imtalan serta cakupan I(B

berhubungan dengan drop out kader Posyandu.

Menuiut Di j e n Kesmas (2000) Kader Posyandu setislp Posyandu sekurang-

kurangnya mempunyai lima orang kader. Setiap Posyandu mempunyai wilayah kerja

yang melayani 100 balita atau 120 Kepala Keluarga atau sesuai kemampuan petugas

dan keadaan setempat seperti kendaraan, jarak antar sub kelompok di wilayah

kerjanya (Depkes, 1986). Pelayanan dasar bagi anak balita meliputi : pemberian

(113)

12

badan anak secara teratur, pelayanan antenatal, pemberian suplemen zat gizi,

menciptakan lingkungan yang bersih, penyediaan fasilitas stimulasi perkembangan

mental dan kecerdasan anak dan menyediakan oralit untuk mengurangi bahaya

penyakit diare. Pelayanan dasar dapat dilaksanakan melalui Posyandu, Puskesmas,

program kesehatan keluarga dan program lain. Berbagai lembaga pelayanan dasar

tersebut diupayakan dapat terjangkau baik secara fisik maupun ekonomi (Soekirman,

2000).

Untuk meningkatkvl kegiatan Posyandu Menteri Kesehatan (2000)

mengajukan 9 kegiatan yang perlu yaitu :

1. Pemberdayaan kader sebagai motor penggerak Posyandu melalui kegiatan

revitalisasi Posyandu, sehingga kader dapat mengelolanya secara handal.

2. Memperluas jangkauan pelayanaii Posyandu terutarna kegiatan di luar hari

pcsyandu, dengm cara kunjungan rurnah oleh kader atau kegiatan lainnya.

3. Penetapan prioritas sasaran Posyandu misalnya anak usia di bawah tiga tahun di

mana lnereka temasuk golongan paling rawan.

4. Membentuk pengelola Posyandu di tingkat desa agar dapat melakiian kerjasarxa

di antara Posyandu dan membuat jaringan yang dapat sinergis.

5 . Posyandu sebagai wadah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang telah

.

memiliki 5 kegiatan utarna dapat dikembangkan sesuai situasi misalnya

memasukkan pencegahan infeksi saluran pernafasan akut yang banyak diderita

anak balita.

6. Peranan bidan di desa dalam pelapanan kesehatan sederhana dan penggerakan

(114)

13

7. Melanjutkan pelaksanaan JPS-BK (Jaring Perlindungan Sosial Bidang Kesehatan)

melalui kegiatan revitalisasi Posyandu dan pemberantasan penyakit menular.

8. Pelatihanlpenyegaran kader, penggerakan tokoh masyarakat dan penggalangan

pendanaan masyarakat untuk kegiatan kesehatan.

9. Pendataan dan pemberian penghargaan bagi kader kesehatan lestari yaitu kader

yang telah mengabdi secara terus menerus selama 10 tahun atau lebih.

Penghargaan dapat berupa pemberian piagam, pelatihan, studi banding, kartu

sehat, kartu diskon, pemberdayaan ekonomi kader, atau wujud lainnya sesuai

situasi setempat.

Menurut Depkes RI (1999), Posyandu dapat digolongkan pada 4 tingkatan

berdasarkan pada beberapa indikator. Secara ringkas kriteria pengkategorian

[image:114.590.89.512.424.571.2]

Posyandu dapat di Iihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Kemandirian Posyandu

1.

I

Frek. Periimbangan

m r a t a kader tugas

2 8 kali

2 50 %

Mandiri

i

Purnama

Posyandu tingkat pratcrnza adalah Posyandu yang masih belum mantap,

Madya

(

No

(

Indikator

5 .

/

Cakupan KIA < 50 % 2 50 %

I

( 6.

1

Cslkupan Imunisasi < 5 0 % 2 50 %

I

kegiatannya belun~ bisa rutin tiap bulan. Posyandu pada tingkat madya sudah dapat

Pratama

/

7.

1

Program tarnbahan

1 8. Cakupan ciana sehat I < 50 ?h

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per-tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5

(+>

r

50 %
(115)

14

rendah, yaitu kurang dari 50 % ini berarti, kelestarian kegiatan Posyandu sudah baik

tetapi masih rendah cakupannya. Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu

yang frekuensi pelaksanaannya lebih d a i 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader yang

bertugas 5 orang atau lebih, dan cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan

Imunisasi) lebih dai 50 %, serta yang masih sederhana. Pada Posyandu mandiri,

sudah dapat dilakukan kegiatan secara teratur, cakupn program utama sudah bagus,

ada program tambahan dan dan sehat telah menjangkau lebih dari 50 % KK.

Kodyat (1998) menjelaskan bahwa pelayanan di Posyandu diupayakan dan

dikelola oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat dan berakar pada

masyarakat pedesaan, terutama oleh organisasi wanita termasuk PICK. Dengan

semakin meluasnya Posyandu di hampir semua desa, maka pelayanan gizi di

pedesmn makin dekat dan makin terjangkau cleh keluarga. Dengan keterpaduan

peiayanan kesehatan dasar khusilsnya ibu d m an&, Posyandcl akan merupakan iljung

iombak dalam penanggulangan maalah gizi. Kegiatan pelayanan gizi di Posyandu

meliputi :

1. Pemmtauan pertumbuhan d m perkembangan anak baiita antara lain dengan

penimbang2z berat badan secara teratur sebulm sekali.

2. Pemberian paket pertolongan gizi berupa tablet besi untuk ibu hamil d m

pemberian kapsul yodium untuk ibu hamil, ibu nifas (menyusui) dan anak balita

pada daerah ran-an GAKY serta pemberian Vitamin A pada anak balita dan ibu

(116)

15

3. Pemberian makanan tambahan sumber energi dan protein bagi anak balita KEP,

jenis makanan disesuaikan dengan keadaan setempat dan sejauh mungkin

tanggung jawab keluarga dan masyarakat sekitar.

Penyelenggaraan Posyandu dilaksanakan dengan pola lima meja, sebagaimana

kegiatan pos penimbangan dalarn rangka UPGK yang diintegrasikan kedalam

Posyandu (Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, 1999). Pola lima meja tersebut terdiri

dari Meja 1 : Pendaftaran. Meja 2 : Penimbangan. Meja 3 : Pencatatan/pengisian KMS. Meja 4 : Penyuluhan tentang gizi dan kesehatan pribadi. Meja 5 : Pelayanan

kesehatan dan KB oleh tenaga professional seperti pemberian imunisasi, pelayanan

KIA, KB, dan pemberian bubuk oralit serta rujukan. Pada pelayanan Posyandu im

dilakukan oleh kader dan petugas kesehatan. Khususnya meja 1 sarnpai 4 merupakan

kegiatan LTGK di posyandu. Sedangkan kegiatan UPGK di luar jadwal Posyandu

seperti kegiatan pemanfaatan pekarangan, motivasi d m penggerkan UPGK melalui

jalur agama, BKKBN, dan PMT.

Partisipasi masyarakat berkaitan erat dengan ikut sertanya masyarakzt dalam

nlemikirkarl ha: yang perlu dijalankan serta cara-cara pelaksanazin kegiaian yang akan

dilakukan bersarna anggota masvarakat lain. Suwandono (1989) inengemukakan a

bahwa di dalarn pelaksanaan Posyandu ada tiga komponen utama yang sahgat

berperan. yaitu peran serta masyarakat (kader dan tokoh masyarakat), peran petugas

Puskesmas dan KB. dan peran sektor lainnya. Dengan tidak mengurangi pentingnya

peran dari komponen lainnya, maka komponen peran serta masyarakat pada

(117)

16

1. Ikut serta dalam mengambil keputusan dan kegiatan yang dirnulai dari penjajakan,

perencanaan, pelaksanaan sampai pada monitoring dan evaluasi prograrnlkegiatan.

2. Mendapatkan keuntungan yang merata untuk kelompok sesuai dengan kegiatan

yang ada.

3. Mengutamakan prinsip kegotong-royongan/kerelawanan dan tidak ada paksaan.

4. Merangsang diri sendiri/kelompok untuk peningkatan kemampuan dan kegiatan

yang akhimya mencapai kemandirian.

5. Berkesinambungan.

Kasmita (2000) dalam penelitian di Surnatera Barat menemukan bahwa jika tokoh

masyarakat berperan rnembantu kelancaran pelaksanaan Posyandu, maka

berpengaruh positif terhadap pelaksanaan Posyandu.

Pelaksananan Posyandu tidak terlepas dari sarana d m dana. Penelitian

Huragalung (1 995 j mendapatkan Sahwa posyandu teladan nemiliki tingkat

pencapaian program, penyelenggaraan kegiatan dan perm serta pengguna Posyandu

letih baik. dar! Posyandu bukan teladan Ini berarti Posyandu yang lebih lengkap

ke~iatan sararlaja iebih menarik ibu-ibu untuk ciatar~g ke Posyandu. Penelitian di 4

desa di S T B menemukan bahwa makanan tarnbahan (PMTj umumnya .

diselenggarakan atas baniuan penierintah atau pihak luar. Namun ditemukan beberapa

Posyandu >.an,o menyelenggarakan PMT atas biaya swadaya berupa bantuan kas desa,

majlis ta'lim atau jimpitan beras (Tjukami, Hidayat, Luciasari & Tato, 2000).

Nuhsmara (1997) juga menemukan bahwa bantuan proyek untuk Posyandu

msmpun).ai arldil yang besar dalam upaya memfungsjkan Posyandu, meningkatkan

(118)

cenderung mulai menurun kembali. Hal ini karena kegiatan penyuluhan masyarakat

dan pembinaan kader berkurang pula. Adapun faktor yang cukup berperan terhadap

kesinambungan Posyandu adalah jumlah kader aktif dan kunjungan petugas

Puskesmas.

Revitalisasi Posvandu

Pada tanggal 3 maret 1999, pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri

Dalam Negeri Nomor : 41 1.315361SJ tentang "revitalisasi Posyandu". Secara umum

revitalisasi Posyandu adalah pemberdayaan Posyandu sebagai salah satu upaya untuk

meminimalisasi darnpak krisis ekonomi pada penurunan status gizi dan kesehatan ibu

dan anak. Revitalisasi Fosyandu bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan kinerja

Posyandu agar dapat dipertahankan dan ditingkatkan status gizi dan derajat kesehatan

ibu dan an&: memantapkan sistem pelayanan icesehatan dalam rangka p e m b a ~ ~ a n

, kualitas manusia serLa meningkatkan kernampuan organisai kemasyarakatan dalam

kemandirian untuk kescj ahteraannya.

Yegiat2n reviralisasi Posyandu pada dasarnya meliputi seluruh Posyandu,

decgan perhazian utama pada Posyandu pratnma dan madya. R-evitalsasi

dilaksanakan dengan berbagai strategi, diantaranya melalui pengelompokan kegiatan

pelayanan di Posyandu, meningkatkan frekuensi kegiatan Posyandu, refungsionaiisasi

organiszsi Posyandu: pemberdayaan LKMD, pemberdayaan kader, penyediaan

fasilitas operasional Posyandu, mengupayakan kegiatan yang memiliki daya tarik

(119)

18

masyarakat, mengaktifkan kembali pokjanal Posyandu dan memanfaatkan potensi

yang ada di berbagai tingkatan administratif pemerintah guna kepentingan Posyandu.

Pengorganisasian revitalisasi Posyandu dilaksanakan mulai dari tingkat

Dusunl lingkungan RWRT, tingkat desa/kelurahan, tingkat kecarnatan, tingkat

kabupaten/kotarnadya, tingkat propinsi, sampai tingkat pusat meliputi : kedudukan,

susunan organisasi, serta mekanisme kerja.

Kegiatan pelayanan di Posyandu dalam revitalisasi Posyandu dikelompokkan

ke dalam dua kategori paket pelayanan yaitu :

1. Paket kegiatan pelayanan minimal, yaitu paket kegiatan yang hams dilaksanakan

di semua Posyandu, karena sangat penting dalam upaya untuk mengurangi dampak

krisis ekonomi terhadap status gizi dan derajat kesehatm ibu dan anak. Paket ini

terdiri dari 5 program utania yaitu :

a. Pertaikm gizi, termasuk paket PMT.

b. Kesehatan ibu dan anak (KIA)

c. Keiuargz Berencana (KS)

d. Jmunhasi: rermasuk pematxauan lcasus lumpuh layuh

e. Penm~gulangan penyakit diare (P2-diarej dan Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA).

2. Paket tambzhan sesuai kebutuhan (optional), yaitu paket kegiatan yang dapat

dilaksanakan oleh Posyandu di samping paket kegiatan pelayanan, sesuai dengan

kebutuhan dan tingkat perkembangan Posyandu. Paket ini antara lain meliputi :

a. Program samijaga dan perbaikan lingkungan pemukiman

(120)

19

c. Penanggulangan penyakit endemis setempat, misalnya gondok. Demam

Berdarah Dengue (DBD), malaria, dll.

d. Usaha kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)

Berdasarkan paket tersebut kegiatan yang dilakukan dalam rangka revitalisasi

adalah kegiatan utama (Pelatihan, pelayanan, penggerakan masyarakat) dan kegiatan

pendukung ( pengadaan sarana Posyandu, pemberdayaan ekonomi kader dan keluarga

(121)

KERANGKA PEMIKIRAN

Krisis moneter yang berakibat kepada krisis ekonomi dapat berdampak pada

status gizi dan kesehatan masyarakat terutama bagi masyarakat miskin. Posyandu

merupakan salah satu tempat pelayanan yang ada di masyarakat untuk masyarakat

yang menghadapi masalah gizi dan kesehatan, khususnya untuk bayi, balita, ibu

hamil dan ibu manyusui. Melalui kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu,

diharapkan dapat diciptakan kondisi kesehatan dan gizi mayarakat yang baik. Sejak

krisis ini banyak lembaga sosial yang ada di mkyarakat tidak berfungsi lagi

(Soekimant 1999). Untuk menanggulangi masalah itu maka melalui keputusan

34enteri Dalam Negeri mengeluarkan surat edaran No 41 1.3/536/SJ, tanggal 3 maret

1999 tentang revitalisasi Posyandu.

Untuk mencapai tujuan dari program revitalisasi Posyandu maka Posyandu

psrlu melzngkapi sarana dan pra sarana Posyandu, dan perlu meiniliki kader yang

mempuny~i keterampilan-keterampilan untuk kegiatan ekonomi produktif. Sarana

dan prasarana di Posyandu lengkap sangat mendukung pelayanan di Posyzndu baik

uniuk ha>-i. balita. ibu hamil dan ibu men! usu~. K ader ya~lg me~npunyai kemampuar,

msnimbang. membuat rencana kerja, mampu memberikan penyuluhan diharapkan

dapat melaksiinakan pelayanan Posyandu empzt kali dalam sztu bulan dengan sistem

5 msja. Kader mernpunyai kegiatan ekonomi produktif diharapkan dapat mendukung

psrekonomian kader itu sendiri, sementara kegiatan pelayanan Posyandu masih tetap

dilaksanakan

Dsngan meningkatnya cakupan pelayanan Posyandu diharapkan dapat

(122)

2 1

kelompok umur lain seperti bayi, ibu hamil dan ibu menyusui. Berdasarkan tujuan

penelitian, maka evaluasi pelaksanaan revitalisasi Posyandu dikembangkan dengan

memperoleh informasi tentang ketersediaan input, proses, dan output Kerangka

[image:122.595.70.508.174.761.2]

pemikiran digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Kcrangka Pemikiran Penelitizn Evaluasi Pelaksanaan Revitalisasi P o s y a ~ d u

INPUT

Tenaga Dana Sarana dan

Prasarana . b

(123)

METODE PENELITIAN

Desain, lokasi, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional studi dan retrosfektiJ yang

menggali informasi tentang evaluasi pelaksanaan revitalisasi posyandu. Penelitian ini

dilakukan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan pada

bulan Agustus

-

Oktober tahun 200 1.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi target dalam pe~elitian ini adalah keseluruhan Posyandu yang

direvitalisasi di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Sedangkan yang menjadi

sarnpel pada penelitian ini Posyandu yang direvitalisasi, yang diambil secara acak.

Jurnlah Posyandu yang akan dipilih dalam, penelitian ini adalah 30 Posyandu yang

telah direvitzlisasi. Unit observasj penelitian ini adalah kader (ketua kader),

dokter Puskesmas, Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan dan ibu yang pengunjung

Posyandu serta balita.

Jenis dan Cara Pen~ambflan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Agar

pengalnbiian data sejalan dengan tujuarr penelitian inaka akzn dilakukan cara-cam

sebagai berikut:

1. Data karakteristik demografi dan potensi wilayah Kecarnatan Dannaga diperoleh

(124)

2. Data tentang input (sarana dan prasarana, tenaga, dana), Proses : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penggerakan, pengawasan merupakan data primer

yang diperoleh dari wawancara langsung dengan kader, pengelola Posyandu, ibu

pengunjung Posyandu, dokter Puskesmas dan Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Bogor menggunakan kuisioner. Data ini di lihat secara cross sectional

studi.

3. Data berat bacian dan umur balita di 30 Posyandu selarna bulan Maret sampai

Agustus tahun 2001 diperoleh dari catatan Posyandu. Data in di lihat secara

retrosfektif.

Penpolahan dan Analisis Data

Data penelitian ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

terdiri atas karakteristik demografi dan sosial ekonomi, tanggapan kader, dokter

Puskesmas,ibu peilgunjung Posyzndu.dan Kepala Seksi Dinas Kesehatan Kabapaten .

Bogor. Data kuantitatif terdiri dari skor evaluasi input, proses dan output.

Data mengenai karakteristik demografi dan sosizl ekonomi dan ibu

pengunjung Posyandu meliputi umur, pendidikafi, jenis pekerjaan dan status

perkawinan serta pendapatan keluarga perkapita disajikan dalam bentuk tabulasi

frekuensi.

Evaluasi pelaksanaan reiitalisasi Posyandu dinyatakan dengan memberi skor

pada variabel input dan proses Skor variabel input dan proses 0 - 10, skor O diberikan

(125)

Shl -Min xlOO Max

-

Min

Keterangan : SB = Skor Baku

SM = Skor Mentah

Min = Nilai Minimum

Max = Nilai Maksimum

Selanjutnya skor baku digunakan untuk pengkategorian komponen yang

diamati. Pengkategorian ini dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

Baik, jika SB > 80%

Sedang, jika SB 60%

<

SB 5 80%

, Buruk, jika SB < 60%

Pengkategorian ini dilakukan untuk mengetakui pelaksanaan revitalisasi

Posyandu pada variabel input dan proses. Data antopometri, meliputi Berat Badan

(BB) dan Umur (U), digunakan untk menecrukan status gizi anak baduta. Penentuan

status gizi dilakukan dengan Z-score menggunakan standar baku WHO-NCHS

(WHO, 1983) dengar, rumus :

Kilai Individu

-

Nilai Mzdian Baku Rujukan

Z

-

Score =

Nilai Simpanyan Baku Rujukan

Nilai Z - score y.mg diperoleh digunaka~l untuk menectukan statu,s gizi baduta.

Status gizi baduta dikelompokkan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

Baik, jika -2 sd < Z - score < + 2 sd

Lebih, jika Z - score < + 2 sd

(126)

Baik, jika -2 sd < Z - score <

+

2 sd

Lebih, jika Z - score <

+

2 sd

Kurang, jika Z - score < -2 sd

Sementara data cakupan penimbangan ditentukan dari DIS, artinya D =

Jumlah balita yang ditimbang tiap bulannya, S = Jumlah balita yang ada dalam satu

wilayah Posyandu. Data mengenai karakteristik demografi dan sosial ekonomi kader,

tanggapan ibu pengunjung Posyandu, dokter Puskesmas, Kepala Seksi' Gizi Dinas

Kesehatan Kabupaten Bogor, evaluasi input (tenaga, dana dan sarana dan prasarana)

dan proses (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penggerakan dan '

(127)

26

Definisi O~erasional

Posyandu adalah unit pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh, dari dan

untuk masyarakat

Revitalisasi Posyandu adalah menghidupkan kembali Posyandu dan memfungsiakan

Posyandu yang telah lam tidak berfiingsi secara baik sebagai saran pelayanan

kesehatan dasar masyarakat gum meningkatkan derajat kes.ehatan ibu dan anak.

Evaluasi adalah suatu proses untuk mengujilmengkaji relevansi, efisiensi, efektivitas

dan dampak dengan membandingkan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan

sebelumnya secara sistematis.

input adalah semua jenis sarana dan prasarana, tenaga dan dana yang diperlukan

dalam pe!aksanaan revitalisasi Posyandu.

Proses adalah semua kegiatan dalam pelaksanaa~i revitalisasi Posyandu mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penggerakan serta pengawasan.

Output adaiah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan Posyandu meliputi cakupan

pelayansn dan status gizi balita.

Tenaga adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan revitalisasi posyandu

(kader, petusas kesehatan)

Dana adalah jumlah dana yang disunakan untuk melaksanakan revitalisasi posyandu,

kecukupan maupun sumber dananya darimana.

Sarana dan prasarana adalah jumlah perlengkapan yang dibutuhkan untuk

mendukung pelaksanaan revitalisasi posyandu meliputi obat-obatan, alat peraga

(128)

Perencanaan adalah strategi kegiatan dalam mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan

revitalisasi Posyandu.

Pengorganisasian adalah Suatu cara menata kegiatan agar pelaksanaan revitalisasi

Posyandu sesuai dengan tujuan.

Pelaksanaan adalah kegiatan-kegiatan stategis yang telah dilakukan dalam mencapai

tujuan selama revitalisasi Posyandu berlangsung.

Penggerakan adalah kegiahl yang membangkitkan pelaksanaan revitalisasi

Pos yandu.

Pengawasan adalah kegiatan penilaian dan penjagaan dalam kelangsungan

pelaksanaan revitalisasi Posyandu sesuai dengan tujuan.

Cakupan penimbangan adalah Jumlah sasaran yang ditimbang di wilayah kerja

Pos yandu.

Status Gizi adzlah keadaan gizi anak baduta yang diukur dengan indikator

(129)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Letak Geoprafis

Kecamatan Darmaga terdiri dari 10 desa dengan luas wilayah 2.437.636 krn

dan terletak 500 m di atas pennukaan laut. Secara geografis, di sebelah utara

Kecamatan Darmaga berbatasan dengan Kota Bogor, di sebelah selatan berbatasan

dengan Kecamatan Ciomas, di sebelah timur berbatasan dengan Kota Bogor, dan di

sebelah barat bersebelahan dengan Kecamatan Ciampea.

Penduduk

Penduduk di Kecamatan Dramaga bejumlah 38.957 orang laki-laki dan

34.399 orang \vanita. Penduduk dalam kelompok urnur 19 - 24 tahun merupikan

jumlah terbesar yaitu 35.567 jiwa (45,95%). Sementara penduduk yang berusia 0 - 6

tahun berjunllah I 3.633 jiwa (13,7%)(lihat Tabel 3,j.

Tabel 2. Penduduk Menumt Ke:ompok Umur

Kelornpok Umur

i

Jumlah Penduduk

yo 13,70 18,OS 7,93 45,95 7,48 4,08 3,48 100

I ;I

Sumber : Pendataan Profil Kecamatan Darmaga, Pemerintah Kabupaten Bogor

(1 999)

0 - 6

-

1 - 1 5 16 - 1s

1 9 - 2 1 2 j - 5 5

56 - 79

(130)

Sarana Pelavanan

Kecamatan Darmaga memiliki 4 Puskesmas clan 2 Puskesmas Pembantu serta

5 rumah bersalin yang tersebar di 10 desa. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

akan pelayanan kesehatan dasar, dibentuk 78 Posyandu dan 10 Pos KB dengan

dibantu 16 bidan desa. Dari 78 jumlah Posyandu, 44 Posyandu telah direvitalisasi

(lihat Tabel 3). Revitalisasi Posyandu adalah menghidupkan dan memfungsikan

kembali Posyandu sebagai sarana masyarakat u n t ~ X mendapatkan pelayanan

kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

Tabel 3. Jumlah Posyandu di Kecamatan Darmaga

Karakteristik Contoh

Karakteristik Kader P o s v a n d ~

Karakteristik kader meliputi umur: jumlah anggota keluarga, tingkat

pendidikan, penazpatan keluarga, lama menjacii kader dan status pernikahan kcder Jumlah posyandu yang direvitalisasi 11 12 12 9 44

serta pekerjaan kader dan suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur

Sumber : Dinas Kesehatan Dati I1 Kabupaten Bogor (2000)

Jumlah Posyandu

19 23 Kama Puskesmas

1 Drarnaga

kader 34,5 tahun dan jumlah anggota keluarga antara 3

-

4 orang.

Sebagian besar kader berpendidikan tamat SD (40%). Selebihnya (30%) tamat

SLTP. dan 20% tamat SLTA. Sementara yang tidak tamat SD 6,6% dan sejumlah

1

3 Pun\-asari 2 1

, 4 Cangkuravi~k

1

15

I

! J ~ m l a h 7 8

[image:130.590.92.526.309.591.2]
(131)

30

3,3% tarnat Perguruan Tinggi (lihat Tabel 4). Penelitian Hartoyo dkk (2000)

menyimpulkan bahwa sebaiknya kader minimal berpendidikan SLTP karena

mempunyai tingkat pengetahuan dan daya pikir yang cukup untuk menjalankan

[image:131.595.94.537.156.321.2]

tugasnya sebagai kader.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Kader

Sebagian besar kader (86,2%) bekerja sebagai ibu rumah tailgga, 6,7%

sebagai guru dan pedagang serta 3.3% tidak bekerja. Sejumlah 96.7% kader berstatus

YO 6 6 40 30 20 3,3 100 Tingkat Pendidikan

Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP

Tamat SLTA

Perguruan Tinggi

Jumlah

kawin (lihat Tabel 5).

n 2 12 9 6 1 30

Tabel 5. Status Pekerjaan dan Perkawinan Kader

Pekerjaan suami kader cukup beragam. Persentase yang paling besar (33,3%)

83.3 6 7 6 7 3,3 - Siatus Pekerj aan

-

Jbu Rumah Tanpga

-

Guru

-

Dagang

-

Tidak bektrja

bekerja sebagai n-irasnrasta, 16.7% sebagai buruh dan supir, 10,0% sebagai karyawan

n

2 5

2 2 1

96.7

-1

3,3

I

Status Perka\i.inan

- Kanin 2 9

[image:131.595.74.533.409.650.2]
(132)

swasta dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS, petani dan purnawirawan ABRI (lihat

Tabel 6).

Tabel 6 . Status Pekerjaan Suarni Kader

Pendapatar. keluarga kader perkapita per bulan sebesar rata-rata Rp. 218.620.

5,lenurut BPS (2000) kriteria kemiskinan adalah pendapatan perkapita perbulan

adalah Rp. 72.750,00. Maka kurang dwi ini berada di atas garis kemiskinan. Jika

p e n d a p a f ~ ~ perkapira keluarga perbuian dikelompokkan menjadi keluarga miskin dan

tidzk miskin, terdapat 95,7% keluarga kader tergolong tidak miskin.

Karakteristik Ibu Peneuniune Posvandu

% 33,3 16,7 10,O 10,O 3 ,3

3,3 3,3 3 ,3 1 GO Status Pekerjaan Wiraswasta Buruh Supir Karyawan Swasta Petani Gun:

PNShukan

guru

Purnawirawan ABRI

Jumlah

Ibu pengmjung Posyandu rata-rata berusia 29,3 tahun. Sementara rata-rata n 10 5 3 3 1 1 . 1 1 30

jumlah' anggota keluarga 3-4 orang dan rata-rats jumlah balita dalam keluarga 1-2

orang.

Mayoritas ibu pengunjung Posyandu (60%) berpendidikan SD. Selebihnya

18:3% berpendidikan SLTP, 1 1 ,7% tidak tamat SD, 8,3% SLTA dan jumlah terkecil

[image:132.590.91.519.97.297.2]
(133)

Sebagian besar ibu (96,7%) bekerja sebagai ibu nunah tangga. Selebihnya 2

orang kader masing-masing sebagai guru dan karyawati (lihat Tabel 7). Sedangkan

peke jaan suami sangat beragam. Mayoritas suami bekerja sebagai. wiraswasta (35%)

dan buruh (35%). Terdapat 8,3% suami bekerja sebagai karyawan swasta,

6,7%

sebagai bendaharawan desa, dan sisanya masing-masing sebagai PNS, petani dan

kondektur masing-masing 1,7% (lihat Tabel 8)

Tabel 7. Status Pekerjaan Ibu Pengunjung Posyandu

Tabel 8. Status Pekerjaaan Suami Ibu Pengunjung Posyandu

Status Pekerjaan 1bu

Ibu Rumah Tangga Guru Karyawati

B u ~ u h Supir Karyawan Swasta Petani Bendahara Desa PNS kondeictur n

5 8 1 1

Status Pekerjaan W iraswasta

Rata-rata yelidapat2.n keluarga ibu pengunjmg Posyandu perkapita perbulm-

sebesar Rp. 252.859. Berdasarkan kriteria kemisknan maka terdapat 85,0% keluarga

ibu pe~igunjung tergolong tidak miskin dan i 5 % tergolong miskin (BPS, 2000).

% - 96,7 197 1,7 n

[image:133.593.67.534.180.552.2]
(134)

Keragaan Komponen Input

Gambar

Tabel 1. Tingkat Kemandirian Posyandu
Gambar 1. Bagan Kcrangka Pemikiran Penelitizn Evaluasi Pelaksanaan Revitalisasi
Tabel 3. Jumlah Posyandu di Kecamatan Darmaga
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Kader
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada ujicoba kelas terbatas dan ujicoba kelas klasikal, dengan menggunakan Model of the Instructional Development Cycle,

En el primer caso, se opina que se está ante variantes 150 de una misma locución (fenómeno que, como se ha dicho previamente, el diccionario identifica

Pembukian Kualifikasi dilakukan oleh Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan, atau Penerima kuasa dari Direktur Utama/ Pimpinan Perusahaan yang namanya tercantum dalam akte

メディア接触と異文化経験と 外国・外国人イメージ すい」 (4.2%) 「あたたかい」 , (3.8%),

Mempersiapkan program dan anggaran Sekretariat Jenderal; meningkatkan komunikasi antara Negara Anggota dan memfasilitasi konsultasi dan pertukaran pandangan

Penelitian ini berusaha mengembangkan model pada penelitian sebelumnya yaitu, mengkaji hubungan antara strategi operasi dan budaya organisasi yang berdampak pada

Berdasarkan hasil regresi di atas, nilai p- value yang dihasilkan sebesar 0,4863 &gt; α0.05 sehingga dapat dilihat bahwa tidak terdapat pengaruh yang signif ikan antara bank

Pertama sekali dikemukakan oleh Downie dkk pada tahun 1978, dimana pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan menunjukkan angka 0 – 5 atau 0 – 10, dimana angka