ANALISIS ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU OPTIMAL DENGAN LEAST COST SCHEDULING
(Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat untuk menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil
SAMUEL FIRMAN PARDEDE 08 0404 166
BIDANG STUDI STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK USU
2014
ii
ANALISIS ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU OPTIMAL DENGAN LEAST COST SCHEDULING
(STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA KOMPUTER TRIGUNA DHARMA
MEDAN)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan analisa anggaran biaya dan waktu optimal dengan least cost scheduling yang bertempat pada proyek pembangunan gedung kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan. Mengingat semakin bertambahnya jumlah mahasiswa yang diterima di STMIK Triguna Dharma Medan, maka pihak yayasan mengambil kebijakan untuk melakukan pengembangan dari gedung perkuliahan yang sudah ada sebelumnya dengan tujuan untuk memfasilitasi para calon mahasiswa maupun mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan perkuliahan agar proses perkuliahan dilakukan dengan maksimal.Gedung perkuliahan tambahan yang nantinya akan terdiri dari lima lantai, dimana fungsinya diperuntukkan sebagai gedung kuliah dan laboratorium komputer. Hasil perhitungan menunjukkan waktu pelaksanaan normal proyek adalah 222 hari dengan biaya normal sebesar Rp.7,640,238,905, dengan menambah 1 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 22 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp. 28,409,993. Dengan menambah 2 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 37 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp. 84,304,525. Dengan menambah 3 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 46 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 143,392,376. Dengan menambah 4 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 54 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 202,815,174. Penambahan jam kerja sebaiknya dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan kritis, apabila dilakukan pada semua, maka hanya akan menambah biaya saja sementara waktu yang dipercepat tetap.
Kata kunci: least cost scheduling, waktu pelaksanaan, percepatan waktu pelaksanaan,biaya tambahan, pekerjaan kritis.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa dan anaknya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih dan berkat-Nya hingga terselesainya tugas akhir ini dengan judul “Analisis Anggaran Biaya Dan Waktu Optimal Dengan Least Cost Scheduling (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan)”.
Penulisan tugas akhir disusun untuk diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penulis berharap tugas akhir ini dapat membantu dan mendorong mahasiswa/i maupun pembaca yang ingin melakukan penelitian mengenai least cost scheduling terhadap percepatan proyek pembangunan STMIK Triguna Dharma Medan Johor.
Penulis mohon maaf jika dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan dalam penulisan maupun perhitungan. Penulis sangat mengharapkan ketersedian para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih, penulis ucapan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang sangat baik, yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menikmati setiap perkuliahan hingga selesai.
2. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
iv
3. Bapak Prof. Dr. -Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.
4. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.
5. Bapak Ir. Sanci Barus, MT dan Ibu Nursyamsi, ST, MT, selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran, dan nasehat yang membangun.
6. Bapak/ Ibu Dosen Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil USU.
7. Untuk keluargaku tercinta, terutama kepada kedua orangtua penulis Bapak M. Pardede dan Ibu D Br. Purba yang selalu memberikan dukungan, motivasi, semangat, nasehat, doa, dan materi.
8. Kepada adikku tersayang Desima Pardede, yang mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini.
9. Sahabat-sahabat angkatan 2008 terkhusus William Arthur, Boy Chandra, Andreanus Moy ,Luhut, Aldridge, Sandro dan teman – teman lainnya yang mendukung dalam penulisan tugas akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Medan, November 2014
Samuel Firman Pardede 08 0404 166
vi
IV.3.3 Menghitung Produktivitas Harian Sesudah Crash... 42
IV.3.4 Menghitung Waktu Percepatan Proyek (Crash Duration) ... 47
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101 V.1 Kesimpulan ... 101 V.2 Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Koefisien Penurunan Produktivitas ... 25
Tabel 4.1 Ketergantungan Item Pekerjaan ... 33
Tabel 4.2 Perhitungan Produktivitas Harian ... 34
Tabel 4.3 Perhitungan Produktivitas Perjam ... 38
Tabel 4.4 Perhitungan Produktivitas Harian Sesudah Crash Penambahan 4 Jam Kerja ... 43
Tabel 4.5 Perhitungan Waktu Percepatan Proyek (Crash Duration) Penambahan 4 Jam Kerja ... 47
Tabel 4.6 Total Percepatan Waktu Proyek Dengan 4 Jam Penambahan Waktu Kerja ... 52
Tabel 4.7 Perhitungan Biaya Normal Ongkos Pekerja Perhari... 58
Tabel 4.8 Perhitungan Biaya Normal Ongkos Pekerja Perjam ... 65
Tabel 4.9 Perhitungan Biaya Lembur Pekerja Untuk 4 Jam Penambahan Jam Kerja ... 72
Tabel 4.10 Perhitungan Biaya Crash Cost Penambahan 4 Jam Kerja ... 78
Tabel 4.11 Perhitungan Biaya Crash Cost Pekerja Penambahan 4 Jam Kerja ... 85
Tabel 4.12 Perhitungan Biaya Tambahan Penambahan 4 Jam Kerja ... 91
ix
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Penambahan 1,2,3 dan 4 Jam Penambahan Jam
Kerja ... 98
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Biaya Tak Langsung Proyek ... 98
Tabel 4.15 Analisa Biaya dan Waktu Penyelesaian Proyek ... 99
Tabel 4.16 Tingat Suku Bunga Efektif ... 99
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Proses Manajemen Proyek (Abrar Husen,2008). ... 5
Gambar 2.2 : Siklus Pengendalian Ptoyek Konstruksi (Ervianto,W.I, 2004) ... 10
Gambar 2.3 : Tahap Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (Ervianto ,W.I,2002) ... 14
Gambar 2.4 : Hubungan EET dan LET (Husen, Abrar, 2008) ... 17
Gambar 2.5 : Bentuk Presedence Diagram Method (PDM) ... 19
Gambar 2.6 : Penurunan Produktivitas Akibat Penambahan Jam Kerja (Soeharto,1998) ... 24
Gambar 2.19 : Hubungan Waktu-Biaya Normal Yang Dipersingkat Untuk Suatu Kegiatan (Soeharto,1998) ... 26
Gambar 3.1 : Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan ... 27
Gambar 3.2 : Tahapan Penelitian Tugas Akhir ... 28
Gambar 4.1 : Diagram Jaringan Kerja ... 34
Gambar 4.2 : Hubungan antara waktu, biaya normal dan biaya dipersingkat ... 100
ii
ANALISIS ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU OPTIMAL DENGAN LEAST COST SCHEDULING
(STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA KOMPUTER TRIGUNA DHARMA
MEDAN)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan analisa anggaran biaya dan waktu optimal dengan least cost scheduling yang bertempat pada proyek pembangunan gedung kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan. Mengingat semakin bertambahnya jumlah mahasiswa yang diterima di STMIK Triguna Dharma Medan, maka pihak yayasan mengambil kebijakan untuk melakukan pengembangan dari gedung perkuliahan yang sudah ada sebelumnya dengan tujuan untuk memfasilitasi para calon mahasiswa maupun mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan perkuliahan agar proses perkuliahan dilakukan dengan maksimal.Gedung perkuliahan tambahan yang nantinya akan terdiri dari lima lantai, dimana fungsinya diperuntukkan sebagai gedung kuliah dan laboratorium komputer. Hasil perhitungan menunjukkan waktu pelaksanaan normal proyek adalah 222 hari dengan biaya normal sebesar Rp.7,640,238,905, dengan menambah 1 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 22 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp. 28,409,993. Dengan menambah 2 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 37 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp. 84,304,525. Dengan menambah 3 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 46 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 143,392,376. Dengan menambah 4 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 54 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 202,815,174. Penambahan jam kerja sebaiknya dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan kritis, apabila dilakukan pada semua, maka hanya akan menambah biaya saja sementara waktu yang dipercepat tetap.
Kata kunci: least cost scheduling, waktu pelaksanaan, percepatan waktu pelaksanaan,biaya tambahan, pekerjaan kritis.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Mengingat semakin bertambahnya jumlah mahasiswa yang diterima di Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer (STMIK) Triguna Dharma Medan maka pihak yayasan mengambil kebijakan untuk melakukan pengembangan dari gedung perkuliahan yang sudah ada sebelumnya. Pengembangan yang akan dilakukan adalah pembangunan gedung perkuliahan tambahan yang bertujuan untuk memfasilitasi para calon mahasiswa maupun mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan perkuliahan di Sekolah Tinggi Managemen Informatika Triguna Dharma ini. Diharapkan dengan dilaksanakannya penambahan ruangan tersebut, proses perkuliahan bisa dilakukan dengan maksimal. Gedung perkuliahan tambahan ini nantinya akan terdiri dari lima lantai, dimana fungsinya diperuntukkan sebagai gedung kuliah dan laboratorium komputer.
Dikarenakan kebutuhan akan ruang kuliah yang mendesak maka diharapakan penyelesaiannya tepat waktu karena menyangkut lancarnya kegiatan perkuliahan yang ada sehingga sangat diperlukan perencanaan yang matang dan didukung oleh analisis yang tepat. Pada perencanaan awal sebuah proyek konstruksi, aspek utama yang diperhitungkan adalah masalah waktu dan biaya. Karena sesuai dengan realita yang menjadi pertanyaan yang akan dihadapi pada saat memulai suatu proyek konstruksi adalah apakah perencanaan waktu yang dibuat telah optimal, dapatkah perencanaan waktu yang telah direncanakan dipersingkat, dapatkah penggunaan biaya optimal bisa mendukung percepatan waktu yang dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya analisis terhadap hal ini untuk menghasilkan hasil yang optimal. Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah proyek konstruksi adalah pengendalian biaya pelaksanaan, kecepatan waktu pelaksanaan dan pencapaian mutu dari
2 proyek tersebut. Mengacu dari pelaksanaan ketiga faktor tersebut sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.
Seiring dengan berkembangnya zaman yang mempengaruhi semakin pesatnya perkembangan dunia konstruksi maka dituntut agar setiap proyek konstruksi dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Untuk itu diperlukan metode percepatan suatu proyek kontruksi dimana berhubungan terhadap analisa biaya dan waktu. Hubungan antara biaya dan waktu ini yang akan mempengaruhi ketepatan waktu penyelesaian proyek tersebut. Dalam hal ini analisis yang akan digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah Least Cost Scheduling.
Least Cost Scheduling bertujuan untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek dan mencari jadwal proyek yang optimal dengan menggunakan biaya langsung, tak langsung dan biaya total yang minimal. Tulisan ini bertujuan menentukan biaya dan waktu optimal pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah STMIK Triguna Dharma yang berlokasi di Jalan A.H. Nasution no 73 F Medan Johor. Analisis dilakukan pada pekerjaan struktur dimana mempergunakan alternatif percepatan dengan mengadakan lembur, dan menambah tenaga kerja.
Dengan adanya analisis percepatan waktu proyek ini maka diharapkan dapat dilihat sejauh mana waktu dapat dipercepat, berapa biaya optimum yang harus dikeluarkan dan kita juga dapat memilih solusi yang tepat apabila terjadi keterlambatan pekerjaan pada proyek. Berhasilnya analisis percepatan waktu yang dilakukan terhadap proyek tersebut ditunjukkan dengan ketepatan selesainya suatu proyek konstruksi sesuai dengan target awal karena penggunaan analisis percepatan waktu yang efektif serta ditunjang oleh pengoptimalan dana untuk memberikan hasil yang semaksimal mungkin.
3 1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa besar biaya yang akan dikeluarkan setelah dilakukan analisis percepatan waktu proyek ?
2. Berapa jumlah waktu optimum yang dapat dipercepat setelah melakukan analisis percepatan waktu proyek?
3. Berapa perbandingan antara biaya normal proyek dan biaya proyek setelah dilakukan analisis percepatan proyek?
1.3Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penulis adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui besar biaya yang dikeluarkan dalam melakukan percepatan. 2. Mengetahui jumlah waktu yang optimum dalam proyek tersebut.
3. Mengetahui perbandingan antara biaya normal dan biaya setelah proyek tersebut mengalami percepatan.
1.4Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer (STMIK) Triguna Dharma yang berlokasi di Medan Johor, Sumatera Utara.
2. Analisa perhitungan ini dilakukan pada pekerjaan struktur bangunan. 3. Menggunakan Least Cost Scheduling dalam analisis percepatan proyek.
4 1.5 Metodologi Penulisan
Metode yang dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan mengumpulkan data-data proyek di lapangan yang menunjang penulisan ini, teori dan rumus-rumus perhitungan dari buku-buku dan masukan-masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara garis besar isi setiap bab yang di bahas pada tugas akhir ini yaitu sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan dari tugas akhir ini.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas uraian tentang manajemen proyek konstruksi, organisasi proyek konstruksi, jaringan kerja, rencana anggaran biaya, rencana kerja dan rencana lapangan dan metode penjadwalan peroyek.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan memuat apa dan bagaimana metode yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil penelitian dan analisa biaya dan waktu optimal pada proyek konstruksi yang dimaksudkan.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini, dan saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan perbaikan penelitian selanjutnya.
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Manajemen Proyek Konstruksi
Manajemen adalah suatu ilmu tentang tata cara pengelolaan, perencanaan, pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam manajemen, diperlukan juga metode dan seni kepemimpinan untuk mengelola sumber daya yang ada. Hasil akhir dari proses manajemen dapat berbeda satu sama lain karena perbedaan penerapan prinsip manajemen oleh suatu individu atau organisasi.
Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja (Ir. Abrar Husen,MT, 2008). Adapun proses manajemen proyek dapat disimpulkan pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Proses Manajemen Proyek (Abrar Husen,2008)
Dari gambar diatas proses manajemen dimulai dari kegiatan perencanaan yang berdasarkan input seperti tujuan,sasaran, informasi, data, dan sumber daya yang dilaksanakan serta dikendalikan dengan baik sehingga menghasilkan output optimasi kinerja proyek.
6 II.1.1 Aspek-Aspek Dalam Manajemen Proyek
Dalam manajemen proyek hal perlu dipertimbangkan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang kemungkinan timbul ketika proyek dilaksanakan agar output proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan.
Aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan dengan cermat, antara lain:
- Aspek Keuangan
Berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, membutuhkan analisis keuangan yang cermat dan terencana, biasa modal berasal dari sendiri atau pinjaman dari bank, ataupun pemerintah
- Aspek Anggaran Biaya
Berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya.
- Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia
Berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi Sumber Daya Manusia selama proyek berlangsung. Untuk mengurangi masalah yang kompleks maka perencanaan SDM harus melalui proses staffing dan penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.
- Aspek Manajemen Produksi
Berkaitan dengan hasil akhir proyek yang negatif dan pengendaliannya kurang baik. Untuk mengatasinya perlu dilakukan peningkatan produktivitas SDM, efisiensi produksi dan kerja, kualitas produk, dan pengendalian mutu.
- Aspek Harga
7 - Aspek Efektifitas dan Efisiensi
Hal ini dapat merugikan bila fungsi produksi yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif.
- Aspek Pemasaran
Hal ini berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk, dan analisis pasar yang salah terhadap produk yang dihasilkan.
- Aspek Mutu
Berkaitan dengan kualitas produk akhir yang dapat meningkatkan daya saing dan memberikan kepuasan bagi pelanggan.
- Aspek Waktu
Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang direncanakan dan sebaliknya akan menguntungkan bila dapat dipercepat.
II.1.2 Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan gabungan dari sumber daya dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan. Sumber daya yang dimaksud dalam hal ini adalah sumber daya manusia, material, dan peralatan. Hal utama dalam proyek konstruksi merupakan studi kelayakan, design engineering, pengadaan, dan konstruksi yang hasilnya berupa pembangunan suatu struktur dan menyerap banyak sumber daya yang dapat dinikmati oleh orang banyak.
8 1. Tahap Konseptual Gagasan
Tahap ini terdiri atas perumusan gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi, biaya, dan jadwal proyek.
2. Tahap Studi Kelayakan
Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan keputusan tentang kelanjutan investasi proyek yang akan dilakukan sehingga penentuan dimensi dan biaya proyek lebih akurat.
3. Tahap Detail Desain
Tahap ini terdiri atas kegiatan, pendalaman, berbagai aspek persoalan, design engineering, pembuatan jadwal induk, dan anggaran yang bertujuan menetapkan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci sehingga memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan proyek.
4. Tahap Pengadaan
Tahap ini adalah memilih kontraktor pelaksana dengan menyertakan dokumen perencanaan, aturan teknis dan administrasi yang lengkap, dan produk tahapan detail desain. Dari tahap ini didapatkan penawaran yang kompetitif dari kontraktor dengan tingkat akuntabilitas dan transparansi yang baik.
5. Tahap Implementasi
9 6. Tahap Operasi dan Pemeliharaan
Tahap ini terdiri atas kegiatan operasi rutin, pemeliharaan fasilitas bangunan, dan pengamatan prestasi akhir proyek. Biaya yang dikeluarkan pada tahap ini bersifat rutin dan nilainya cenderung menurun.
II.1.3 Pengendalian Proyek Konstruksi
Pengendalian diperlukan untuk menjaga kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan sehingga perencanaan diperlukan sebagai pedoman untuk pelaksanaan setiap pekerjaan konstruksi. Perencanaan selanjutnya digunakan sebagai standar pelaksanaan dimana meliputi spesifikasi teknik, jadwal dan anggaran.
10 Gambar 2.2 Siklus Pengendalian Proyek Konstruksi (Ervianto, W.I. 2004)
Perencanaan hanya sekitar 20% dari kegiatan manajemen proyek dan dilakukan sebelum proyek dilaksanakan. Begitu proyek dimulai, fungsi manajemen didominasi oleh kegiatan penegendalian
II.1.4 Rencana Kerja dan Rencana Lapangan
II.1.4.1 Rencana Kerja
Dalam menyusun rencana kerja, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
- Keadaan lapangan lokasi proyek, dilakukan untuk memperkirakan hambatan yang akan timbul selama pelaksanaan pekerjaan.
- Keamanan tenaga kerja. Informasi kerja tentang jenis dan macam kegiatan yang berguna untuk memperkirakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang harus dipersiapkan.
- Pengadaan material konstruksi. Harus diketahui dengan pasti macam, jenis, dan jumlah material yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan.
- Pengadaan alat pembangunan. Kegiatan yang memerlukan peralatan pendukung selama pembangunan harus dapat diperkirakan dengan baik.
- Gambar kerja. Selain gambar rencana, pelaksanaan proyek konstruksi memerlukan gambar kerja untuk bagian-bagian tertentu.
Perencanaan
Pelaksanaan
Standard Tindakan Koreksi
Evaluasi
11 - Kontinuitas pelaksanaan pekerjaan. Dalam penyusunan rencana kerja, faktor penting yang harus dijamin oleh pengelola proyek adalah kelangsungan dari susunan rencana kegiatan pada setiap item pekerjaan.
Manfaat dan kegunaan penyusunan rencana kerja:
- Alat koordinasi bagi pimpinan. Dengan menggunakan rencana kerja, pimpinan pelaksanaan pembangunan dapat melakukan koordinasi pada semua kegiatan yang ada dilapangan
- Sebagi pedoman kerja para pelaksana. Rencana kerja merupakan pedoman, terutama dalam kaitannya dengan batas waktu yang telah ditetapkan untuk setiap item kegiatan. - Sebagai penilaian kemajuan pekerjaan, ketepatan waktu dari setiap item kegiatan
dilapangan dapat dipantau dari rencana pelaksanaan dengan realisasi pelaksanaan dilapangan.
- Sebagai Evaluasi Pekerjaan, variasi yang ditimbulkan dari perbandingan rencana dan realisasi dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk menentukan rencana selanjutnya.
II.1.4.2 Rencana Lapangan
Yang dimaksud denga rencana lapangan adalah suatu rencana peletakan bangunan-bangunan pembantu yang bersifat temporal yang diperlukan sebagai sarana pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan. Kompleksitas dari pelaksanaan pembangunan menurut pengelola konstruksi adalah memperhitungkan dengan cermat segala sesuatu yang akan dihadapi dilapangan.
- Penyelidikan Lapangan
12 - Pertimbangan tata letak
Tata letak lokasi proyek sangat berpengaruh terhadap efisiensi selama proses konstruksi. - Keamanan lokasi proyek
Tujuan utama site security adalah sebagai berikut: Keamanan dari pencuri
Keamanan dari perampokan Keamanan dari penyalahgunaan - Penerangan lokasi proyek
Penerangan dilakukan jika hendak melakukan pekerjaan lembur pada malam hari atau jika sinar matahari tidak cukup terang sebagai pendukung untuk melakukan kegiatan konstruksi.
- Kantor Proyek
Pemilihan bentuk serta material untuk keperluan kantor proyek ditentukan oleh kontraktor, dan tentunya sesuai dengan spesifikasi dalam proyek. Kebutuhan ruang biasanya dipisahkan antra manajer proyek, ruang administrasi serta ruang untuk pekerja proyek.
II.2. Rencana Anggaran Biaya
Kegiatan estimasi pada umunya dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari gambar rencana dan spesifikasinya. Dalam melakukan kegiatan estimasi seorang estimator harus memahami proses konstruksi secara menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat secara menyeluruh karena faktor tersebut dapat memengaruhi biaya konstruksi. Selain faktor-faktor tersebut diatas terdapat faktor lain yang sedikit banyak ikut memberikan kontribusi dalam pembuatan perkiraan biaya yaitu:
13 - Ketersediaan material dan peralatan
- Iklim/ cuaca - Jenis kontrak - Masalah kualitas - Etika
- Sistem pengendalian - Kemampuan manajemen
Seorang estimator tidak hanya mampu melakukan kualifikasi atas semua yang terjadi dalam gambar kerja dan sfesifikasi, tetapi juga harus mampu mengantisipasi semua kegiatan konstruksi yang akan terjadi. Sebelum menentukan keputusannya, seorang estimator harus menganalisis semua faktor yang berhubungan dengan proyek.
II.2.1 Penyusunan Anggaran Biaya Proyek
Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan tertentu tergantung dari siapa/ pihak yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya, hasil estimasi ini disebut OE (Owner Estimate) atau EE (Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan untuk kegiatan penawaran terhadap proyek konstruksi. Kontraktor akan memenangkan tender jika penawaran yang diajukan mendekati Owner Estimate (OE) atau Engineer Estimate (EE). Tahap-tahap yang sebaiknya dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah sebagai berikut:
14 - Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku didaerah lokasi proyek
dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek. - Melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan analisa yang
dianggap cukup baik oleh pembuat anggaran.
- Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerja.
- Membuat rekapitulasi
Gambar 2.3 Tahap Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (Ervianto, W.I. 2002)
Daftar Harga Satuan Bahan
Daftar Harga Satuan Upah
Rekapitulasi Daftar Volume dan Harga Satuan Pekerjaan
15 II.3. Metode Penjadwalan Proyek
Dalam proyek konstruksi, tentu memerlukan penjadwan pekerjaan yang baik agar pekerjaan dapat berjalan teratur. Dengan adanya penjadwalan juga akan membantu kontraktor untuk dapat mengontrol pekerjaan dan mengetahui berapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola waktu dan sumber daya proyek. Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut berdasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Berikut metode penjadwalan proyek tersebut antara lain:
1. Bagan balok (barchart) 2. Kurva S (hanumm curve)
3. Metode penjadwalan linier (diagram vektor) 4. Metode CPM (critical path method)
5. Metode PDM (presedence diagram method)
6. Metode PERT (program evaluation review tecnique) 7. LCS (least cost scheduling)
II.3.1. Bagan Balok (barchart)
16 II.3.2. Kurva S (hanumm curve)
Kurva S merupakan grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm dengan dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Visualisasi kurva ini dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya dengan jadwal rencana sehingga dapat diketahui keterlambatan atau percepatan jadwal proyek.
Untuk membuat kurva ini, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis maka akan membentuk kurva S.
II.3.3. Metode Penjadwalan Linier (diagram vektor)
Pada umumnya metode ini efektif dipakai untuk proyek dengan jumlah kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan dengan kegiatan yang berulang seperti proyek konstruksi jalan raya, runway bandara udara, terowongan/tunnel, atau proyek manufaktur. Selain itu metode ini cukup efektif digunakan pada proyek bangunan gedung bertingkat karena menggunakan sumber daya manusia yang relatif lebih kecil dan variasi keterampilan pada suatu pekerjaan tidak sebanyak pada proyek konstruksi lain.
II.3.4. Metode CPM (critical path method)
Metode CPM (critical path method) adalah suatu metode dengan menggunakan diagram anak panah dalam menentukan lintasan kritis, sehingga disebut juga metode lintasan kritis. CPM menggunakan satu angka estimasi durasi kegiatan yang tertentu (deterministic). Berikut bentuk CPM:
Event (node) terdahulu Kegiatan Event (node) berikut
17 Keterangan:
= Simbol pristiwa/kejadian/event
- Menunjukkan titik waktu mulainya/selesainya suatu kegiatan dan tidak mempunyai jangka waktu
= Simbol kegiatan (Activity)
- Kegiatan membutuhkan jangka waktu dan sumber daya = Simbol kegiatan semu
- Kegiatan berdurasi nol, tidak membutuhkan sumber daya.
Dalam CPM (critical path method) dikenal EET (earliest event time), peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event dan LET (last event time), peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event, Total Float, Free Float, dan Float Interferen.
Gambar 2.4 Hubungan EET dan LET (Husen, Abrar. 2008)
EET (earliest event time)
Perhitungan maju untuk mengitung EET (earliest event time)
Prosedur menghitung EET :
- Tentukan nomor dari peristiwa dari kiri ke kanan, mulai dari peristiwa nomor satu berturut-turut sampai nomor maksimal.
- Tentukan nilai EET untuk pristiwa nomor satu (paling kiri) sama dengan nol. - Dapat dihitung nilai EET berikutnya dengan rumus diatas.
EETj = (EETi + d)max
i Kegiatan j
Durasi
EETj
EETi
18 LET (last event time)
Perhitungan waktu mundur untuk menghitung LET (last event time)
Prosedur Perhitungan LET :
- Tentukan nilai LET peristiwa terakhir (paling kanan) sesuai dengan nilai EET kegiatan trakhir.
- Dapat dihitung nilai LET dari kanan ke kiri dengan rumus diatas
- Bila terdapat lebih dari satu kegiatan maka dipilih LET yang minimum.
a. Total Float (TF)
Total float adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan boleh ditunda atau terlambat tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Nilai Total Float (TF) dapat dirumuskan sperti berikut:
b. Free Float (FF)
Free float adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan boleh ditunda atau terlambat, tanpa mempengaruhi atau menyebabkan keterlambatan pada kegiatan berikutnya. Nilai Free Float (FF) dapat dihitung:
c. Inferent Float (IF)
Inferent float adalah suatu kegiatan yang boleh digeser atau dijadwalkan lagi yang merupakan selisih dari Total Float (TF) dengan Free Float (FF), Sedikitpun tidak sampai mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.
LETi = (LETj + d)max
TF = LET – d - EET
19 Dalam metode CPM kita juga akan mendapatkan lintasan kritis yaitu lintasan yang menghubungkan kegiatan-kegiatan kritis yaitu kegiatan yang tidak boleh terlambat atau ditunda pelaksanaannya karena keterlambatan kegiatan kritis akan menyebabkan keterlambatan pada waktu total penyelesaian proyek. Cara menentukan lintasan kritis dalam suatu perencanaan jaringan kerja adalah sebagai berikut:
- Lintasan kritis dapat ditentukan degan menghubungkan kegiatan-kegiatan kritis, yaitu kegiatan yang mempunyai nilai free float dan total float sama dengan nol
- Lintasan kritis dapat pula ditentukan dengan mencari lintasan durasi total terpanjang.
II.3.5. Metode PDM (presedence diagram method)
Kegiatan dalam PDM (presedence diagram method) tidak diperlukan kegiatan fiktif sehingga pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana, hubungan overlapping dapat dibuat tanpa menambah jumlah kegiatan.
ES
Jenis Kegiatan
EF
LS LF
No. Keg Durasi
Gambar 2.5 Bentuk Presedence Diagram Method (PDM)
Perhitungan Presedence Diagram Method (PDM) menggunakan hitungan maju yaitu Earliest Start (ES) dan Earliest Finish (EF).
Jalur kritis ditandai oleh beberapa kegiatan sebagai berikut: - Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)
- Earliest Finish (EF) = Latest Finish (LF)
20 Sedangkan Float pada Presedence Diagram Method (PDM) dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Total Float (TF), dan Free Float (FF).
II.3.6. Metode PERT (program evaluation review tecnique)
Metode PERT digunakan untuk memperkirakan durasi suatu proyek dan memungkinkan melakukan komputasi nilai probabilitas dari suatu kegiatan proyek secara keseluruhan. Metode PERT juga menggunakan teknik diagram Activity On Arrow (AOA) seperti halnya metode CPM dan PDM. Dalam metode PERT diketahui tiga estimasi durasi setiap kegiatan, yaitu:
- Optimistic Estimate (to) adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan dengan baik.
- Pessimistic Estimate (tp) adalah durasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya dalam kondisi buruk (tidak mendukung).
- Most Likely Estimate (tm) adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan diantara Optimistic Estimate dan Pessimistic Estimate.
II.3.7. LCS (least cost schedulling)
LCS (least cost scheduling), bertujuan mempersingkat waktu penyelesaian proyek dengan mencari jadwal proyek optimal yaitu jadwal dengan biaya langsung (direct cost), tak langsung (indirect cost) dan total biaya proyek. Menurut Husen (2009:160), dengan berkurangnya durasi proyek konstruksi maka biaya langsung (direct cost) akan meningkat sedangkan biaya tak langsung (indirect cost) akan menurun. Untuk mendapatkan hal tersebut dilakukan tindakan percepatan yang dilanjutkan dengan proses least cost scheduling pada
21 lintasan kritis. Dalam kondisi normal, proyek akan mempunyai waktu dan biaya yang maksimum sedangkan pada kondisi kritis dibutuhkan percepatan durasi pelaksanaan pekerjaan sehingga diperoleh waktu minimum dan biaya maksimum dapat diterima.
Pada Least Cost Scheduling dipergunakan alternatif percepatan dengan mengadakan lembur pada pekerjaan – pekerjaan kritis. Dengan analisis ini, jaringan kerja CPM dapat digunakan untuk menganalisa masalah tersebut, yaitu dengan memperkirakan:
Jadwal yang ekonomis didasarkan atas biaya langsung untuk mempersingkat waktu penyelesaian komponen-komponen pekerjaan.
Jadwal yang optimal dengan melihat biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Least cost scheduling digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan untuk melakukan percepatan waktu pada suatu pekerjaan sehingga didapat biaya yang optimal.
II.3.7.1 Biaya Proyek
Komponen biaya total proyek biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu: a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya tetap selama proyek berlangsung yang menjadi komponen permanen hasil proyek. Biaya langsung diperoleh dengan mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan (Unit price).
b. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
22 langsung nilainya bergantung terhadap waktu dimana semakin lama waktu pekerjaan proyek maka biaya tak langsung akan semakin besar.
II.4. Jaringan Kerja
Analisis jaringan kerja dibuat untuk merencanakan dan mengendalikan antara satu kegiatan dengan kegiatan lain yang memiliki hubungan ketergantungan dimana bertujuan untuk meminimalkan biaya dan waktu penyelesaian suatu kegiatan. Dalam suatu proyek konstruksi terdapat suatu kombinasi kegiatan–kegiatan yang saling berkaitan dimana kegiatan–kegiatan tersebut harus dilakukan dalam urutan tertentu sebelum keseluruhan kegiatan diselesaikan. Urutan kegiatan–kegiatan dilakukan secara logis dimana dimulai dari pelaksanaan satu kegiatan sampai kegiatan lainnya diselesaikan.
Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dapat memberikan penyelesaian masalah seperti lama perkiraan waktu penyelesaian proyek , kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dalam penyelesaian proyek secara keseluruhan. Pada dasarnya penyusunan jaringan kerja merupakan salah satu teknik pengelolaan dalam manajemen proyek dan merupakan sarana operasional dalam proyek (Soeharto,1999).
II.5. Produktivitas Proyek Konstruksi
Produktivitas berkaitan dengan aspek ekonomi, kesejahteraan, teknologi, dan sumber daya. Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dan input atau rasio antar hasil produksi dengan sumber daya yang digunakan. Rasio produktivitas dalam proyek konstruksi adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi dan dapat dipisah menjadi biaya tenaga kerja, material, metoda, dan alat. Keberhasilan dalam proyek konstruksi tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya.
23 cukup sebagai dasar pengambilan keputusan tentang metoda yang digunakan. Untuk mencapai kondisi yang terbaik dari suatu kegiatan dapat dilakukan beberapa cara, seperti: - Memperbaiki lokasi bekerja/lingkungan bekerja.
- Memperbaiki prosedur bekerja.
- Memperbaiki penggunaan material, alat dan pemakaian pekerja. - Memperbaiki spesifikasi produk.
II.5. Mempercepat Waktu Proyek (Crashing Project)
Salah satu cara untuk mempercepat durasi proyek dikenal dengan istilah crashing. Crashing adalah suatu proses yang disengaja, sistematis, dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis. Pada prosesnya dilakukan dengan perkiraan dari variabel cost untuk menentukan pengurangan durasi yang maksimal dan paling ekonomis dari suatu kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi. Crashing project dilakukan apabila suatu kegiatan proyek terdapat berbagai pekerjaan dimana item kegiatan yang dilakukan mencapai puluhan ataupun ratusan kegiatan. Kegiatan suatu proyek dapat dipercepat dengan berbagai cara, yaitu:
- Dengan mengadakan shift pekerjaan.
- Dengan memperpanjang waktu kerja (lembur).
- Dengan menggunakan alat bantu yang lebih produktif. - Menambah jumlah pekerja.
- Dengan menggunaka material yang dapat lebih cepat pemasangannya. - Menggunaka metode konstruksi lain yang lebih cepat.
24 dilakukan setelah jam kerja normal. Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Dengan adanya penambahan jam kerja (lembur), maka produktivitas tenaga kerja akan kurang, disebabkan karena adanya faktor kelelahan oleh para pekerja. Adapun indikasi penurunan produktivitas pekerja terhadap penambahan jam kerja dapat dilihat pada grafik, debagai berikut.
Gambar 2.6 Penurunan Produktivitas Akibat Penambahan Jam Kerja (Soeharto, 1998)
Dari grafik diatas, maka perumusannya dapat ditulis sebagai berikut:
- Produktivitas Harian = �
� � �
- Produktivitas Tiap Jam = � � �� � �
- Produktivitas Harian Sesudah Crash = (8 jam x produktivitas tiap jam) + (a x b x produktivitas tiap jam)
Dimana:
a = lama penambahan jam kerja
b = koefisien penurunan produktivitas penambahan jam kerja Indeks Produktivitas
Proyek Besar
Jam Lembur 1,3
1,2
1,1
25 - Crash Duration = �
� � �� � � �ℎ � ℎ
Tabel 2.1 Koefisien Penurunan Produktivitas Jam Lembur
II.6. Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost)
Dengan penambahan waktu kerja (lembur), maka biaya untuk pekerja konstruksi akan bertambah dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 menyatakan upah penambahan kerja bervariasi, untuk penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah 1,5 kali upah perjam waktu normal, dan untuk penambahan waktu kerja berikutnya pekerja mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.
Adapun perhitungan biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu: 1. Normal ongkos pekerja perhari = produktivitas harian x harga satuan upah pekerja 2. Normal ongkos pekerja perjam = produktivitas perjam x harga satuan upah pekerja 3. Biaya lembur pekerja = 1,5 x upah normal untuk jam kerja lembur pertama + 2 x n x
upah sejam normal untuk jam kerja lembur berikutnya Dimana:
n = jumlah penambahan jam kerja
26 5. Cost Slope (Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas persatuan
waktu) = � ℎ − �
� � − � ℎ �
II.7. Hubungan Antara Biaya dan Waktu
Biaya total proyek sama dengan jumlah biaya langsung ditambah biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat tergantung terhadap waktu penyelesaian proyek, semakin lama proyek selesai makan biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada gambar 2.20.
Gambar 2.7 Hubungan Waktu – Biaya Normal Yang Dipersingkat Untuk Suatu Kegiatan (Soeharto, 1998)
Titik A menunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik yang dipersingkat. Garis yang menghubungkan antara titik Adan titik B disebut kurva waktu – biaya.
Biaya
Waktu B
A
Waktu dipercepat
Waktu normal Biaya
dipercepat Biaya waktu dipersingkat
Titik dipersingkat
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Waktu dan Lokasi Proyek
Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran 2012-2013 dan penelitian berlokasi di jalan A.H. Nasution No.73 Medan Johor.
28 III.2 Rancangan Penelitian
Gambar 3.2 Tahapan penelitian tugas akhir Studi penelitian dilakukan sesuai urutan di bawah ini:
1. Studi Literatur
29 2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan data teknik perencanaan yang diperoleh dari konsultan perencana yang berupa time schedule, rancangan anggaran biaya (RAB) dan gambar detail struktur.
3. Pengolahan Data
Setelah data – data yang dibutuhkan tersebut diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan data. Data – data yang diperoleh tersebut akan dihitung dengan menggunakan suatu analisis percepatan.
4. Analisis Data Hasil Perhitungan
Dalam proses pengolahan data tersebut kemudian dilakukan analisa data. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Membuat tabel ketergantungan item pekerjaan. 2. Membuat Diagram Jaringan kerja.
3. Menghitung percepatan waktu dan biaya proyek dengan 4 jam penambahan kerja. 3.1. Menghitung Produktivitas Harian.
Produktivitas harian dihitung dengan cara:
Produktivitas Harian = � � ��
� � �
3.2. Menghitung Produktivitas Perjam.
Produktivitas perjam dihitung dengan cara:
Produktivitas Perjam = � � � ℎ�
� �
3.3. Menghitung Produktivitas Harian Sesudah Crash.
Produktivitas harian sesudah Crash dihitung dengan cara: Produktivitas Harian Sesudah Crash =
30
3.4. Menghitung waktu percepatan proyek (Crash Duration).
Waktu percepatan proyek (Crash Duration) dihitung dengan cara:
Crash Duration = �
� � �� � � �ℎ � ℎ
4. Menghitung biaya setelah percepatan dengan 4 jam penambahan jam kerja.
4.1. Menghitung biaya normal ongkos pekerja perhari.
Biaya normal ongkos perhari dihitung dengan cara:
Biaya normal ongkos perhari = produktivitas harian x harga satuan upah pekerja
4.2. Menghitung normal ongkos pekerja perjam.
Normal ongkos pekerja perjam dihitung dengan cara:
Normal ongkos pekerja perjam = produktivitas x harga satuan upah pekerja
4.3. Menghitung biaya lembur penambahan 4 jam kerja.
Biaya lembur penambahan 4 jam kerja dihitung dengan cara:
Biaya lembur pekerja = 1,5 upah sejam normal untuk jam kerja lembur pertama +
2x upah sejam normal untuk jam kerja lembur berikutnya x3
4.4. Menghitung Crash Cost penambahan 4 jam kerja.
Crash Cost penambahan 4 jam kerja dihitung dengan cara:
Crash Cost pekerja perhari = ( 8jam x normal cost pekerja) + (4jam biaya lembur pekerja)
4.5. Menghitung biaya tambahan penambahan 4 jam kerja.
Biaya tambahan penambahan 4 jam kerja dihitung dengan cara:
Biaya tambahan pekerjaan = Crash Cost –Normal Cost
4.6. Menghitung Cost Slope penambahan 4 jam kerja.
Cost Slope adalah pertambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas
per satuan waktu.
Cost Slope percepatan proyek = � ℎ −� �
31
5. Menghitung Biaya Tak Langsung Proyek.
6. Menghitung Biaya Total Proyek.
7. Kesimpulan dan rekomendasi
Kesimpulan diambil setelah hasil pengolahan data – data yang diperoleh dimana
merupakan perbandingan waktu dan biaya yang optimal pada waktu penambahan 1,2,3 dan
4 jam. Rekomendasi diambil setelah melihat kesimpulan yang diperoleh dari hasil
32 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Umum
Perhitungan yang dilakukan secara manual dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel dimana untuk membantu mempercepat perhitungan. Untuk menentukan pekerjaan yang akan dilakukan perhitungan percepatan proyek dengan biaya optimum maka digunakan Least Cost Scheduling. Pada Least Cost Scheduling akan dilakukan perhitungan percepatan proyek pada lintasan kritis yang diperoleh dari diagram jaringan kerja, dimana lintasan kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis yang dimulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir dari proyek. Maka jalur kritis penting bagi pelaksana proyek konstruksi, karena pada jalur ini terletak kegiatan – kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek. Dalam Least Cost Scheduling biaya langsung dan tak langsung diperhitungkan untuk mendapatkan total biaya proyek.
Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dahulu dikumpulkan data-data dari perusahaan yang merupakan kontraktor dari proyek study kasus seperti : Rancangan Anggaran Biaya, item pekerjaan, volume pekerjaan, durasi pekerjaan, time schedule pekerjaan dan biaya tak langsung proyek tersebut. Maka prosedur perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dari lokasi proyek.
2. Membuat tabel logika ketergantungan untuk setiap item pekerjaan sesuai dengan data yang ada.
3. Membuat diagram jaringan kerja.
4. Menentukan jalur kritis dari jaringan kerja yang telah dibuat.
33 6. Menentukan total biaya proyek yang diperoleh dari penjumlahan anatar biaya langsung
dan biaya tidak langsung.
IV.2 Ketergantungan Item Pekerjaan Tabel.4.1 Ketergantunga item pekerjaan N
o ITEM PEKERJAAN SIMBOL KETERGANTUNGAN
34 Gambar 4.1 Diagram Jaringan Kerja
IV.3 Menghitung Percepatan Waktu dan Biaya Proyek IV.3.1 Menghitung Produktivitas Harian
Produktivitas Harian = � � ��
� � �
Produktivitas harian untuk item pekerjaan struktur lantai satu
Produktivitas harian pekerjaan pelat lantai t=12 cm (C7)
= .
= .
m
3/hari
Tabel.4.2 Perhitungan produktivitas harian
No. URAIAN PEKERJAAN SAT VOL DURASI PROD.
HARIAN SAT
I PEKERJAAN PERSIAPAN :
1 Pembersihan lokasi Ls 1.000 2
0.50 Ls/hari
2 Pek. Pagar Pengamanan m2 35.016 2 17.51 m2/hari
3 Barak kerja dan Gudang material Unit 1.000 5 0.20 Unit/hari
4 Pengukuran dan Bowplak m' 111.700 2 55.85 m’/hari 5 Air kerja dan Penerangan Ls 1.000 3 0.33 Ls/hari 6 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls 1.000 2 0.50 Ls/hari
7 Keamanan Proyek bln 9.000 222 0.04 bln/hari
II PEKERJAAN TANAH :
1 Galian tanah pondasi m3 211.200 14 15.09 m3/hari
2 Galian tanah sloof m3 65.436 12 5.45 m3/hari
36
Pek. Cor Plat beton atap tangga FL.7 -
38
IV.3.2 Menghitung Produktivitas Perjam Produktivitas Perjam = � � � ℎ�
� �
Produktivitas perjam untuk item pekerjaan struktur lantai satu Produktifitas perjam pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)
= .
= .
m
3/jam
Tabel.4.3 Perhitungan produktivitas perjam
No. URAIAN PEKERJAAN SAT PROD. HARIAN SAT PROD. PERJAM
I PEKERJAAN PERSIAPAN :
1 Pembersihan lokasi Ls/hari 0.50 Ls/hari 0.06
40
Pek. Cor Plat beton atap tangga
42
IV.3.3 Menghitung Produktivitas Harian Sesudah Crash
Produktivitas Harian Sesudah Crash =
( � . � + . ℎ .
43 Produktifitas harian sesudah crash pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)
= 0.37) + (4 x 0.6 x 0.37) = 3.840 m3/hari
Tabel.4.4 Perhitungan produktivitas harian sesudah crash penambahan 4 jam kerja
44
Pek. Cor Plat beton atap tangga
47
4.2 - Besi beton
4.3 - Bekisting
4.4 - Angkur baut
IV.3.4 Menghitung Waktu Percepatan Proyek (Crash Duration) Crash Duration = �
� � �� � � �ℎ � ℎ
Crash Duration untuk item pekerjaan struktur lantai satu
Crash Duration pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)
= .
.
=
.
�
Tabel.4.5 Perhitungan waktu percepatan proyek (Crash Duration) penambahan 4 jam kerja
49 - ware mesh M-8
- Floor Deck 0,75 mm - Bekisting
13
Pek. Cor Plat beton atap tangga FL.7
51 4.2 - Besi beton
4.3 - Bekisting 5 Cor pondasi
5.1 - Cor K - 250 5.2 - Bekisting 5.3 - Besi beton 5.4 - Angkur baut
III.4 Cor Trefik sepeda motor m3/hari 0.573 m3/hari 6.154
1 - WF 200 x 100 x 5,5 x 8 2 - Cor lantai K - 250 3 - Besi beton 4 Cor pondasi
52
TABEL PERCEPATAN WAKTU PROYEK
DENGAN 4 JAM PENAMBAHAN WAKTU KERJA
Tabel.4.6 Total percepatan waktu proyek dengan 4 jam penambahan waktu kerja
No. URAIAN PEKERJAAN DURASI CRASH
DURATION
6 Mobilisasi dan Demobilisasi 2 2.00
54
Pek. Cor Plat beton atap tangga FL.7 -
58
Rencana 167,692 222
Dibulatkan 168
Total Waktu Crash 54 hari
IV.4 Menghitung Biaya Setelah Percepatan Dengan 4 Jam Penambahan Kerja
IV.4.1 Menghitung Biaya Normal Ongkos Pekerja perhari
Biaya normal ongkos pekerja perhari = � � � ℎ �
Biaya normal ongkos pekerja perhari untuk item pekerjaan struktur lantai satu Biaya normal ongkos pekerja perhari pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)
= . x , = , /�
Tabel.4.7 Perhitungan biaya normal ongkos pekerja perhari
No. URAIAN PEKERJAAN SAT VOLUME
UPAH
PROD. HARIAN
NORMAL ONGKOS PEKERJA PER
HARI HARGA
SATUAN JUMLAH
I PEKERJAAN PERSIAPAN :
64
4 Cor beton bertulang plate tangga -
4.1 - Cor K 250 m3 4.080 75,000 306,000 -
4.2 - Besi beton kg 318.690 1,1000 350,559 -
4.3 - Bekisting m2 4.080 40,000 163,200 -
5 Cor pondasi -
5.1 - Cor K - 250 m3 0.300 75,000 22,500 -
5.2 - Bekisting m2 1.600 40,000 64,000 -
5.3 - Besi beton kg 59.200 1,100 65,120 -
5.4 - Angkur baut bh 8.000 15,000 120,000 -
III.4 Cor Trefik sepeda motor m3 3.525 2,210,874 7,763,808 0.44 970,476
1 - WF 200 x 100 x 5,5 x 8 kg 1473.280 3,300 4,861,824 -
2 - Cor lantai K - 250 m3 3.526 75,000 264,450 -
3 - Besi beton kg 133.200 1,000 133,200 -
4 Cor pondasi -
4.1 - Cor K - 250 m3 6.510 75,000 488,250 -
4.2 - Besi beton kg 638.484 1,000 638,484 -
4.3 - Bekisting m2 13.440 40,000 537,600 -
4.4 - Angkur baut bh 56.000 15,000 840,000 -
65 IV.4.2 Menghitung Normal Ongkos Pekerja perjam
Normal ongkos pekerja perjam = � � ℎ � Normal ongkos pekerja perjam untuk item pekerjaan struktur lantai satu
Normal ongkos pekerja perjam pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)
= . x . = . /
Tabel 4.8 Perhitungan biaya normal ongkos pekerja perjam
No. URAIAN PEKERJAAN HARGA SATUAN UPAH
PEKERJA PROD. PERJAM
NORMAL ONGKOS PEKERJA PER JAM
I PEKERJAAN PERSIAPAN :
1 Pembersihan lokasi 3,000,000 0.06 187,500
2 Pek. Pagar Pengamanan 9,000 2.19 -
3 Barak kerja dan Gudang material 3,000,000 0.03 75,000
4 Pengukuran dan Bowplak 50,000 6.98 -
5 Air kerja dan Penerangan 9,000,000 0.04 -
6 Mobilisasi dan Demobilisasi 9,000,000 0.06 -
7 Keamanan Proyek 2,000,000 0.01 -
II PEKERJAAN TANAH :
1 Galian tanah pondasi 55,000 1.89 103,714
2 Galian tanah sloof 55,000 0.68 -
3 Urugan tanah galian 18,000 12.03 216,560
4 Urugan pasir bawah lantai kerja 20,000 3.37 67,490
III PEKERJAAN STRUKTUR :
67
Pek. Cor Plat beton atap tangga
FL.7 - K 200 1,394,119 0.01 18,298
- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm 82,500 -
- ware mesh M-8 11,000 -
- Floor Deck 0,75 mm 11,000 -
70
III.4 Cor Trefik sepeda motor 2,210,874 0.06 121,310
71
2 - Cor lantai K - 250 75,000 -
3 - Besi beton 1,000 -
4 Cor pondasi -
4.1 - Cor K - 250 75,000 -
4.2 - Besi beton 1,000 -
4.3 - Bekisting 40,000 -
4.4 - Angkur baut 15,000 -
IV.4.3 Menghitung Biaya Lembur penambahan 4 jam kerja
Biaya Lembur pekerja = , ℎ +
ℎ
o Biaya Lembur pekerja untuk item pekerjaan struktur lantai satu
Biaya Lembur pekerja pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)
= , x , + x , x
72 Tabel 4.9 Perhitungan biaya lembur pekerja untuk 4 jam penambahan jam kerja
No. URAIAN PEKERJAAN PROD.
77
5.3 - Besi beton - -
5.4 - Angkur baut - -
III.3E Tangga Start D 0.13 131,728 -
1 - WF 150 x 75 x 5 x 7 - -
2 - Stiffener - -
3 - Baut - -
4 Cor beton bertulang plate tangga - -
4.1 - Cor K 250 - -
4.2 - Besi beton - -
4.3 - Bekisting - -
5 Cor pondasi - -
5.1 - Cor K - 250 - -
5.2 - Bekisting - -
5.3 - Besi beton - -
5.4 - Angkur baut - -
III.4 Cor Trefik sepeda motor 0.06 121,310 909,821
1 - WF 200 x 100 x 5,5 x 8 - -
2 - Cor lantai K - 250 - -
3 - Besi beton - -
4 Cor pondasi - -
4.1 - Cor K - 250 - -
4.2 - Besi beton - -
4.3 - Bekisting - -
78 IV.4.4 Menghitung Crash Cost penambahan 4 jam kerja
Crash Cost pekerja perhari = +
o Crash Cost pekerja perhari untuk item pekerjaan struktur lantai satu Crash Cost pekerja perhari pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)
= x , + ,
= , ,
Tabel 4.10 Perhitungan biaya crash cost penambahan 4 jam kerja
No. URAIAN PEKERJAAN
NORMAL ONGKOS PEKERJA
BIAYA LEMBUR PEKERJA
CRASH COST PEKERJA PER JAM 4 JAM PENAMBAHAN PER HARI
I PEKERJAAN PERSIAPAN :
1 Pembersihan lokasi 187,500 1,406,250 2,906,250
2 Pek. Pagar Pengamanan 19,697 - -
3 Barak kerja dan Gudang material 75,000 562,500 1,162,500
4 Pengukuran dan Bowplak 349,063 - -
5 Air kerja dan Penerangan 375,000 - -
6 Mobilisasi dan Demobilisasi 562,500 - -
7 Keamanan Proyek 10,135 - -
II PEKERJAAN TANAH :
1 Galian tanah pondasi 103,714 777,857 1,607,571
79
3 Urugan tanah galian 216,560 1,624,202 3,356,684
4 Urugan pasir bawah lantai kerja 67,490 506,175 1,046,095
III PEKERJAAN STRUKTUR :
80
Pek. Cor Plat beton atap tangga
81
III.3 PEKERJAAN TANGGA :
84
5.3 - Besi beton - - -
5.4 - Angkur baut - - -
III.4 Cor Trefik sepeda motor 121,310 909,821 1,880,297
1 - WF 200 x 100 x 5,5 x 8 - - -
2 - Cor lantai K - 250 - - -
3 - Besi beton - - -
4 Cor pondasi - - -
4.1 - Cor K - 250 - - -
4.2 - Besi beton - - -
4.3 - Bekisting - - -
4.4 - Angkur baut - - -
IV.4.5 Menghitung total Crash Cost penambahan 4 jam kerja
Crash Cost pekerja = ℎ pekerja perhari x ℎ
o Crash Cost pekerja untuk item pekerjaan struktur lantai satu Crash Cost pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)
= , , .
85 Tabel 4.11 Perhitungan biaya crash cost pekerja penambahan 4 jam kerja
No. URAIAN PEKERJAAN CRASH CRASH COST PEKERJA CRASH COST
DURATION PER HARI PEKERJA
I PEKERJAAN PERSIAPAN :
III PEKERJAAN STRUKTUR :
88
III.3 PEKERJAAN TANGGA :
90
5.3 - Besi beton - -
5.4 - Angkur baut - -
III.3E Tangga Start D 4.00 493,667 -
1 - WF 150 x 75 x 5 x 7 - -
2 - Stiffener - -
3 - Baut - -
4 Cor beton bertulang plate tangga - -
4.1 - Cor K 250 - -
4.2 - Besi beton - -
4.3 - Bekisting - -
5 Cor pondasi - -
5.1 - Cor K - 250 - -
5.2 - Bekisting - -
5.3 - Besi beton - -
5.4 - Angkur baut - -
III.4 Cor Trefik sepeda motor 6.154 1,880,297 11,571,060
1 - WF 200 x 100 x 5,5 x 8 - -
2 - Cor lantai K - 250 - -
3 - Besi beton - -
4 Cor pondasi - -
4.1 - Cor K - 250 - -
4.2 - Besi beton - -
4.3 - Bekisting - -
4.4 - Angkur baut - -
91 IV.4.6 Menghitungbiaya tambahan penambahan 4 jam kerja
Biaya tambahan pekerjaan = ℎ − �
o Biaya tambahan pekerjaan untuk item pekerjaan struktur lantai satu Biaya tambahan pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)
= , , . − , , .
= , , .
Tabel 4.12 Perhitungan biaya tambahan penambahan 4 jam kerja
No. URAIAN PEKERJAAN TOTAL TOTAL TAMBAHAN BIAYA
NORMAL COST CRASH COST PER PEKERJAAN
I PEKERJAAN PERSIAPAN :
1 Pembersihan lokasi 3,000,000 4,471,154 1,471,154
2 Pek. Pagar Pengamanan 2,591,184 315,144 -
3 Barak kerja dan Gudang material 10,000,000 4,471,154 1,471,154
4 Pengukuran dan Bowplak 9,282,270 5,585,000 -
5 Air kerja dan Penerangan 9,000,000 9,000,000 -
6 Mobilisasi dan Demobilisasi 9,000,000 9,000,000 -
7 Keamanan Proyek 18,000,000 18,000,000 -
II PEKERJAAN TANAH : 23,701,200
1 Galian tanah pondasi 11,616,000 17,312,308 5,696,308
92
3 Urugan tanah galian 3,464,964 5,164,129 1,699,165
4 Urugan pasir bawah lantai kerja 5,021,256 5,550,793 529,537
III PEKERJAAN STRUKTUR : 1,721,027,740
1 Bor pail Ø 40 cm 405,397,190 544,323,274 138,926,084
- Beton cor K - 250 101,829,150 -
- Besi beton 35,568,040 -
- Casing / Sewa alat & Operator 270,000,000 -
2 Pekerjaan Cor lantai kerja 11,237,104 12,597,921 1,360,817
3 Pek. Pondasi tapak 82,089,960 82,089,960 -
6 Cor lantai parkir 86,172,096 89,228,148 3,056,052
93
Pek. Cor Plat beton atap tangga FL.7
94
- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm 305,130 -
- ware mesh M-8 2,243,724 -
- Floor Deck 0,75 mm 4,935,000 -
- Bekisting 921,607 -
III.2 Kontruksi baja : 4,678,987,973 4,678,987,973 -
1 Kolom WF 450 x 200 x 9 x 14 mm 1,361,980,000 -
III.3 PEKERJAAN TANGGA : 130,125,550