• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Penggunaan Perikanan Karang di Taman Nasional Komodo secara Spasial dan Temporal dan Konsekuensinya terhadap Pengelolaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Penggunaan Perikanan Karang di Taman Nasional Komodo secara Spasial dan Temporal dan Konsekuensinya terhadap Pengelolaan"

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)

POLA PENGGUNAAN PERIKANAN KARANG DI TAMAN

NASIONAL KOMODO SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DAN

KONSEKUENSI TERHADAP PENGELOLAAN

OLEH

:

JOHANA

SUPRIHATIN

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(133)

POLA PENGGUNAAN PERIKANAN KARANG Dl TAMAN

NASIONAL KOMODO SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DAN

KONSEKUENSI TERHADAP PENGELOLAAN

JOHANA SUPRlHATlN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoieh gelar Magister Sains pada

Program Pascasa j a n a Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(134)

ABSTRAK

JOHANA SUPRLBATIN. Pola Penggunaan Perikanan Karang di Taman Nasional Komodo secara Spasial dan Temporal dan Konsekuensinya terhadap Pengelolaan. Dibimbing oleh DIETRmCH G. BENGEN dan AKHMAD FAUZI

Taman Nasional Komodo bertujuan untuk melindungi reproduksi populasi ikan terumbu karang dan invertebrata dalam kawasan konsewasi dari eksploitasi, sehingga dapat berfbngsi sebagai dan jaminan bagi sumber perikanan perairan di dalam dan sekitar kawasan. Pengelolaan Taman ini berdasarkan pada sistem zonasi tunggal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang secara temporal dan spasial dengan rencana zonasi dalam Rencana Pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo selama 25 tahun dan konsekuensinya terhadap pengelolaan Taman Nasional

Dari hasil analisa temporal pola penggunaan perikanan karang dengan uji faktorial diskriminan dan pengelompokan berdasarkan tahun menurut upaya dari data patroli adalah adanya beda nyata yang ditunjukkan oleh nener dan pukat udang dan alat tangkap lainnya Hasil uji terhadap upaya per asal nelayan setiap tahun tidak menghasilkan nilai beda nyata.

Dari pola penggunaan perikanan karang secara spasial, distribusi pancing dasar, gillnet dan pancing tonda ditemukan menyebar di seluruh kawasan Taman Nasional Komodo Distribusi penyebaran kompresor hookah berpindah pindah dan pemakaian jenis alat tangkap lain (dengan peledak dan racun) sudah berkurang sejak tahun 1997. Distribusi menurut asal nelayan menunjukkan bahwa komunitas nelayan cendemng memiliki lahan penangkapan favorit yang dekat dengan desa asalnya Kondisi mortalitas penutupan karang mati kurang dari 50% berasosiasi dengan upaya non bagan kurang dari 300 kapal per tahun. Secara keseluruhan te rjadi pengurangan upaya non bagan per km2 di Taman Nasional Komodo.

Dari kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang dan sistem zonasi yaitu masih digunakannya metode perikanan yang destruktif seperti penggunaan kompresor dan alat selam, meting, bubu dan metode destruktif lainnya (peledak dan racun) dalam kawasan Taman Nasional. Pemakai perikanan demersal tertinggi terutama oleh nelayan Sape (NTB) dan dari luar. Lokasi dengan upaya lebih dari 600 kapal non bagan per tahun diketahui di Gililawa dan Rinca barat yang merupakan zona tanpa pemanenan

Sebagai konsekuensi dari sistem zonasi di Taman Nasional Komodo, pengelola Taman Nasional hams membatasi nelayan dari luar dan memberikan hak pemanfaatan eksklusif bagi nelayan dalam kawasan dan nelayan yang tinggal berbatasan langsung dengan kawasan yaitu di zona tradisonal bahari dan pemanfaatan pelagis Pembatasan juga berupa Iisensi dan perijinan menangkap ikan yang dikeluarkan oleh pihak pengelola

(135)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

POLA PENGGUNAAN PERIKANAN KARANG DI TAMAN

NASIONAL KOMODO SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DAN

KONSEKUENSI TERHADAP PENGELOLAAN

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

(136)

Judul Tesis

Nama

NRP

Program studi

: Pola Penggunaan Perikanan Karang di Taman Nasional

Komodo secara Spasial dan Temporal dan

Konsekuensinya terhadap Pengelolaan

: Johana Suprihatin

: 99675

: llmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPI-1

w

Dr.Ir. Dietriech G . B ~ ~ ~ ~ ~ ) D E A . Ketua

Menyetujui :

1. Komisi Pembimbing

Dr. Er. Akhmad Fauzi

.

M.Sc. Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Ilmu gram Pascasajana

Pengelolaan Pesisir dan Laut

Dr.Ir. Rokhmin Dahuri. MS.

(137)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 29 Januari 1970 sebagai anak kedua

dari tiga bersaudara dari pasangan Soenaryo dan Sri Sutjiati

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Budi Mulia, Pangkal

pinang, Bangka, Sumatera Selatan pada tahun 1983 Pendidikan rnenengah pertama

diselesaikan di SMP St. Maria Cirebon, Jawa Barat pada tahun 1986. Kemudian

pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 13 Jakarta Utara, DKI Jaya pada tahun

1989. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro dan meraih gelar Sarjana Teknik pada tahun 1994.

Penulis menikah dengan Andreas Hary Muljadi pada tanggal 28 Oktober 2000

dan dikaruniai seorang putera, Gladden Anugerah Gusti Muljadi.

Pada bulan September 1999, penulis mendapat kesempatan mengikuti Program

Master pada Program Stud'i Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Program

(138)

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas terselesainya

penelitian dan penulisan tesis ini dengan baik.

Ucapan terima kasih disarnpaikan Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA (ketua) dan

Dr. Ir. Akhmild Fauzi, MSc. (anggota) juga kepada pembimbing lapangan saya Dr. P.J.

Mous atas waktu, arahan, bimbingan yang diberikan selama ini, dari proses persiapan,

pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada :

1. Ibu Rili Djohani, Jos Pet dan Johanes Subijanto, MSc. dari The Nature Conservancy,

yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di Taman Nasional Komodo

dan menggunakan database dan segala fasilitas KFO, TNC selama penelitian.

2. Andreas Hary Muljadi, yang banyak membantu dalam pengolahan data dengan GIS, menyedidan database dan referensi yang berhubungan dengan penelitian, juga

dukungan doa dan semangat dari persiapan penelitian hingga penulisan thesis.

3. Bapak Salmon Jalessy (Alm.) dan tim patroli penggunaan sumberdaya perikanan karang atas data patroli yang digunakan sebagai data primer penelitian ini.

Ungkapan terima kasih kepada kedua orangtuaku pengertian dan bantuan doa. Juga

kepada teman teman angkatan III Program Stud1 PengeIolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut IPB atas kebersamaan selama dua tahun ini. Dan semua pihak yang telah membantu

terselesainya penulisan ini. Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Pebruari 2002

(139)

DAFTAR IS1

. . .

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL . . . xi DAFT AR L M I R A N . . . xii

I . PENDAHULUAN . . . 1 1 . 1 . Latar belakang . . . 1 1.2. Pendekatan masalah . . . 3 1 . 3 . Tujuan dan manfaat penelitian . . . 4

I1 . TINJAUAN PUSTAKA

2 . 1 . Populasi penduduk di Tarnan Nasional Komodo clan sekitarnya 2.2. Perekonomian lokal . . . 2 . 3 . Produksi perikanan dari Taman Nasional Komodo . . .

2 . 4 . Jenis biota tangkapan dan rnetode penangkapan ikan . . . 2 . 5 . Peraturan tentang jenis jenis peralatan penangkapan ikan karang

di Taman Nasional Komodo . . .

2 . 6 . Zonasi daerah perlindungan laut sebagai sarana manajemen perikanan . . . 2 . 7 . Zonasi dan peraturan dalam Taman Nasional Komodo . . .

2 . 7 . 1 . Sistem zonasi dalam Taman Nasional Komodo . . .

2 . 7 . 2 . Ketentuan peraturan untuk zona di Taman Nasional Komodo . . .

... . . .

111 . METODE PENELITIAN

.

.

3 . 1 . Lokasi dan waktu . . .

3 . 2 . Jenis dan metode pengumpulan data . . .

3 . 2 . 1 . Jenis data . . .

3 . 2 . 2 . Metode pengumpulan data . . . . . .

3 . 3 . Analisa data

3 . 3 . 1 . Analisa deskriptif pola penggunaan perikanan karang 3 . 3 . 2 . Analisa pola p e n g s n a a n secara temporal . . . 3 . 3 .3 . Analisa spasial pola kegiatan perikanan karang . . . .

3 . 3 . 4 . Rata rata produksi perikanan karang per patroli per tahun

(140)

4.1.2. Iklim . . .

4.1.3. Kondisi perairan Taman Nasional Komodo . . . 4.1.4. Demografi umum . . . 4.2. Analisa deskriptif pola penggunaan perikanan karang ...

4.3. Pola penggunaan perikanan karang secara temporal ... 4.3.1. Plot deret waktu menurut jenis alat tangkap . . . 4.3.2. Plot deret waktu menurut asal nelayan . . .

4.3.3. Uji beda nyata pola penggunaan perikanan karang secara temporal ...

4.4. Pola distribusi spasial penggunaan perikanan karang . . .

4.4.1. Distribusi upaya per jenis alat tangkap

. . . dan asal nelayan

4.4.2. Analisa interaksi spasial kondisi biofisik dan upaya kapal non bagan perikanan karang ... 4.5. Kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang dengan

sistem zonasi Taman Nasional Komodo . . .

4.6. Konsekuensi pola perikanan karang dengan pengelolaan Taman . . . Nasional Komodo

V . KESIMPULAN DAN SARAN ... 3.1. Kesimpulan . . . 3.2. Saran . . .

(141)

DAFTAR GAMBAR

Kerangka berpikir penelitian . . . Sebaran kolom (variabel) pada dimensi 1 dan 2 . . .

Sebaran kolom (variabel) pada dimensi 2 dan 3 . . . Sebaran baris (lokasi) dan kolom (variabel kondisi) pada

. . .

dimensi 1 dan 2 dari analisa faktorial koresponden

Sebaran baris (lokasi) dan kolom (variabel kondisi) pada

dimensi 2 dan 3 dari analisa faktorial koresponden . . .

. . .

Analisa tren estimasi CPUE gillnet tahun 1996

.

2001

. . . Analisa tren estimasi upaya gillnet tahun 1996-2001

. . . Analisa tren estimasi CPUE pancing dasar tahun 1996-2001

. . .

(142)

DAFTAR TABEL

Halaman

[image:142.540.76.452.91.551.2]

Ringkasan sistem zonasi Taman Nasional Komodo . . . Jenis data yang dikumpulkan dan sumber data . . . Data yang diolah dengan analisa faktorial diskriminan . . .

Tabel analisa ragam klasifikasi satu arah . . . Perkiraan penduduk untuk desa desa di dalam dan sekitar T K . . .

Estimasi upaya. hasil tangkap dan CPUE dari data patroli

. . . per triwulan tahun 1996-2001 menurut asal nelayan

Estimasi upaya. hasil tangkap dan CPUE dari data patroli

per triwulan tahun 1996-2001 menurut jenis alat tangkap . . .

. . . Persentase penggunaan jenis alat tangkap menurut asal nelayan

. . . Persentase biomasa biota laut menurut alat tangkapnya

Pengguna perikanan karang berdasarkan asal nelayan di Taman

Nasional Komodo . . .

Tabel analisis ragam untuk klasifikasi 1 arah dengan variabel

. . . upaya alat tangkap yang menunjukkan nilai KT. F dan p

Tabel analisis ragam untuk klasifikasi 1 arah dengan variabei

. . .

upaya asal nelayan yang rnenunjukkan nilai KT. F dan p

Rata rata upaya non bagan per ~ m ' di kawasan Tarnan

Nasional Komodo . . .

Tabel eigen values. persentase inertia dan persentase kumulatif

pada 3 dimensi . . .

Koordinat. kosinus kuadrat dan inertia dari sebaran variabel

. . . pada ke-3 dimensi

Koordinat. kosinus kuadrat dan inertia dari sebaran lokasi

. . .

pada ke-3 dimensi

Rata rata hasil tangkapan (Kg) yang dicatat per patroli tiap

(143)

DAFTAR LAMPfRAN

Sb.

. .

Peta lokasi penelit~an . . . 68

Peta rute patroli dan desa desa di dalam dan sekitar

Taman Nasional Komodo . . . 69

. . .

Peta nama lokasi 70

Peta zonasi Taman Nasional Komodo . . . 71 Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan

estimasi hasil tangkap per kapal rnenurut alat tangkap (tonda,

...

pancing, gillnet) tahun 1996-2001 72

Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan

estimasi hasil tangkap per kapal menurut alat tangkap

(nenedpukat udang, bubu dan kompresor) tahun 1996-2001 ... 73 Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan

estimasi hasil tangkap per kapal menurut alat tangkap

(meting dan rnetode lain) tahun 1996-2001. ... 74 Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan

estimasi hasil tangkap per kapal menurut asal nelayan

(Komodo, Rinca dan Papagarang) tahun 1 996-200 1 . . . 75 Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan

estimasi hasil tangkap per kapal rnenurut asal nelayan

(Warloka, Mesa, Labuan Bajo) tahun 1996-2001 . . . 76

Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan

estimasi hasil tangkap per kapal menurut asal nelayan

. . .

(Sape dan luar) tahun 1996-2001 77

Jumlah trip kapal non bagan per triwulan menurut jenis alat

(144)

Matriks rata rata upaya kapal non bagan yang ditemukan per patroli

menurut alat tangkap dengan pengelompokan tahun . . . 79 Jumlah trip kapal non bagan per triwulan menurut asal nelayan

yang ditemukan selarna patroli . . . . . . 80 Matriks rata rata upaya kapal non bagan yang ditemukan per patroli

menurut asal nelayan dengan pengelompokan tahun . . . 81 Data jumlah frekuensi munculnya kategori kondisi terumbu karang

dan estimasi upaya kapal non bagan pada lokasi pengamatan . . . . 8 2 Jumlah hasil tangkap per triwulan (Kg) menurut jenis alat tangkap

yang ditemukan selama patroli . . .

.

. . . 83 Jumlah hasil tangkap per triwulan (Kg) menurut asal nelayan

yang ditemukan selama patroli . . .

.

. 84 Distribusi spasial pancing tonda di Taman Nasional Komodo . . . 85 Distribusi spasial pancing dasar di Taman Nasional Kornodo . .

.

86 Distribusi spasial jaring insang (gillnet) di Taman Nasional

Komodo 87

Distribusi spasial jaring nener atau pukat udang di

Taman Nasional Komodo . . .

.

. . . . . . 88

Distribusi spasial bubu di Taman Nasional Komodo . . .

.

. . . 89 Distribusi spasial kompresor hookah di Taman Nasional

Komodo

.

.

.. . . . 90 Distribusi spasial meting di Taman Nasional Komodo . . . 91 Distribusi spasial alat tangkap lain di Taman Nasional Komodo.. 92

Distribusi spasial nelayan Komodo di Taman Nasional Komodo.. 93 Distribusi spasial nelayan Rinca di Taman Nasional Komodo.. . . 94 Distribusi spasial nelayan Papagarang di Taman Nasional

Komodo 95

Distribusi spasial nelayan Warloka di Taman Nasional Komodo .. 96 Distribusi spasial nelayan Mesa di Taman Nasional Komodo . . . ... 97 Distribusi spasial nelayan Labuan Bajo diTaman Nasional

(145)

Distribusi spasial nelayan Sape diTaman Nasional Komodo . . 99 . . .

Distribusi spasial nelayan luar di Taman Nasional Komodo 100

Distribusi spasial total upaya non bagan di Taman Nasional

Komodo . . . 101 Distribusi penutupan karang hidup di Taman Nasional

Komodo . . . 102 Distribusi indeks mortalitas karang dlTaman Nasional

. . .

Komodo LO3

...

Dafiar isian data patroli 104

...

(146)

1.1. Latar belakang

Taman Nasional Komodo (TNK) dibentuk pada tahun 1980 dan dinyatakan sebagai

sebuah World Heritage Site dan Man nncl Rrosphe~e oleh UNESCO pada tahun 1986 (Pet

dan Yeager, 2000a). TNK pada awalnya dibentuk untuk metindungi satwa unik komodo

(Varanus kornodoens~ s) dan habitatnya Namun kemudian kawasan ini di ketahui

merupakan salah satu kawasan laut yang paling kaya di dunia (Pet dan Yeager, 2000a).

Tujuan TNK adalah melindungi keanekaragaman hayati ( terutama satwa komodo)

dan melindungi reproduksi populasi ikan terumbu karang dan invertebrata dalarn

kawasan konservasi dari eksplojtasi, sehingga dapat berfbngsi sebagai jaminan bagi

sumber perikanan perairan didalam dan sekitar kawasan (Pet dan Yeager, 2000a) Dalam

kontribusi terhadap kesejahteraan penduduk sangat penting untuk melindungi

produktivitas biologi Taman Nasional Komodo Karena penduduk akan terus

membutuhkan ikan dari terumbu karang dan akses sebagai tempat rekreasi, konservasi

hendak memuaskan tujuan tersebut dengan tetap mempertahankan kelestarian

sumberdaya dalam jangka panjang Daerah perlindungan laut tergantung pada dukungan

dari komunitas lokal untuk kelangsungan sistemnya dan dukungan sernacarn ini

tergantung pada pengetahuan tentang kontribusi dari suatu daerah perlindungan taut

terhadap kesejahteraan masyarakat (Kelleher, 1999) Daerah perlindungan laut yang

berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi akan lebih mudah untuk dikelola dibandingkan

suatu daerah perlindungan yang hanya menekankan pada pertirnbangan ekologis semata

Selanjutnya menurut Kelleher ( 1 999), daerah perlindungan laut biasanya lebih menekankan pada kebutuhan untuk melindungi habitat yang penting terutama bagi

spesies komersial yang rnemiliki nilai tinggi dalam perdagangan, rekreasi atau

kekhususan seperti rnempertahankan keanekaragaman spesies yang tangka.

Implementasi dari program konservasi laut sejak tahun 1996 telah memperbaiki

kondisi terumbu karang. Berdasarkan survei pemantauan terumbu karang tahun 1996-

1998, penutupan karang hidup cenderung meningkat dari 16% hingga 20%, sedangkan

penutupan karang lunak meningkat dari 22% menjadi 24% (Pet, 1999) Sejak tahun 1996

(147)

berkurang hingga 75%. Walaupun implementasi dari program konsewasi laut telah

terbukti mengurangi kerusakan karang tetapi eksploitasi yang berlebihan dari sumberdaya

hayati masih me~pctkan masalah yang serius (Pet d m Yeager, 2000a).

Walaupun produk perikanan demersal hanya mempakan 5% dari total produksi perikanan dari kawasan Taman Nasional Komodo tetapi memiliki kontribusi ekonomi

penting (Mous dan Pet, 1999). Penangkapan ikan demersal memakai peralatan yang

beragam seperti kompresor hookah, pancing dasar, bubu, pukat. Pwalatan tersebut

d i g m h n untuk penangkapan spesies ikan bernitai ekonomi tinggi seperti lobster dan

ikan karang hidup, yang ditangkap terutama dengan perahtan kompresor hookah, sianida,

pancing dasar dan bubu, clan memungkinkan penangkapan dalam jumlah besar dalam

w a b singkat yaitu dengan pengeboman dan pukat.

Ancaman terhadap perikanan karang terutama pada praktek penangkapan ikan yang

destruktif seperti penangkapan ikan den- peledak dan sianida. Penangkapan ini

dilakukan pada saat ikan bergerombol pada fokasi tertentu untuk berpijah. Sehingga

lokasi agregasi berpijah sangat rentan terhadap nelayan yang mahir mengalokasikan

tempat ikan ikan ini k k u m p u t . Menghabiskan ikan di satu lokasi pemijahan sama dengan menghilangkan pemangsa utama dari terumbu h a n g seluas beberapa mil persegi. Menumt Sadovy (1993) ddam Mous et at. (2000), pennasalahan over eksploitasi

ikan karang tidak &pat dipecahkan dengan melarang praktek penangkapan ikan dengan

sianida saja, tetapi juga kemungkinan dengan jenis alat tangkap lain yang bersifat

menguras ketersediaan ikan karang di dam. Sehingga salah satu ancaman utama dalam

pengelolaan Taman Nasional Komodo adalah penangkapan ikan dasar terurnbu karang

(demersal) yang berlebihan (Pet dan Yeager, 2000a).

Mat tangkap yang secara umum digunakan dan me~pt%kan jenis alat tangkap penting

di wilayah ini adalah bagan (I@ net) yang beroperasi malam hari dengan sasaran adalah

ikan pelagis yang bukan mempakan ancaman terhdap sumberdaya demersal di Tarnan

Nasional Komodo (Abu Bakar, 1996 ; Pet dan Yeager, 2000a). Sehingga jenis alat

(148)

1.2. Pendekatan masalah

Eksploitasi ekosistem darn di perairan TamAn Nasional Komodo telah meningkat

dan febih intensif selama beberapa dekade terakhiu. Perekonomian berkembang dan

standar hidup di kawasan ini meningkat sejak tahun 1980 (Pet dan Yeager, 2000a).

Perkembangan ini diikuti dengan kebutuhan akan uang tunai dan memicu penggunaan

praktek penangkapan ikan yang merusak, seperti born dan racun, dan berdampak negatif terhadap kualitas sumberdaya kawasan sebagai pemasok sumber peritcanan daerah

sekitarnya.

Rekomendasi a w d untuk daerah tertutup bagi pemanfaatan dalam kawasan Taman Nasional Komodo berdasarkan program pemantauan yaitu tingginya biodiversitas,

kualitas terumbu karang, lokasi pemijahan ikan kerapu yang bernilai ekonomi tinggi dan

pola penggunaan sumberdaya (Pet, 1999).

Pengelolaan Tarnan Nasional Komodo berdasarkan pada sistem zonasi sesuai dengan

Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam no 74/

KptslDj-W1990 yang kemudian diperbarui lagi dengan Surat Keputusan Dirjen PHKA no. 6S/Kpts/Dj-V/2001 tentang zonasi Taman Nasional Komodo. Sistem zonasi hlnggal

di Taman Nasional Komodo meliputi baik daratan (reresteal) maupun pesisirllaut, yang

meliputi 7 jenis zona yang memiliki peruntukkan yang berbeda. Sistem zonasi ini

bertujuan untuk mengurangi konflik antara pemadaatan dan konservasi sumberdaya d a m

di Taman Nasional Komodo. Sistem ini memungkinkan penggunaan sumber daya secara

tradisional oleh penghuni di kawasan Tarnan Nasional sekaligus melindungi lokasi yang

memiliki nilai ekologis penting.

Berdasarkan informasi pendahulnan seperti dalam RRA (Rapid RuraI Appraisals),

perkiraan dampak ekologis (Ecological assessment), rnenunjukkan bahwa ancaman ilegal

yaitu penangkapan ikan dengan metode destruktif merupakan masalah utama dalam

upaya perlindungan habitat tefilmbu karang di Taman Nasional Komodo (Pet, 1998).

Dalam rangka pengaturan jenis alat penangkapan ikan di kabupaten Manggarai temasuk

di kawasan Taman Nasional Komodo, maka pada tanggal 14 Juni 200 1 telah dikeluarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai no. 11 tahun 2001 tentang pemakaian alat

tangkap dan alat bantu pengambilan hasii laut daiam wilayah perairan Kabupaten

(149)

Mengetahui pola pengpnaan perikanan karang penting bagi pengelolaan kawasan

konservasi iaut karena nelayan di sekitar Taman Nasional menggunakan berbagai macam

teknik penangkapan ikan. Beberapa metode dan jenis alat tangkap berpotensi merusak

sumberdaya terumbu karang Dengan mengetahui pola penggunaan perikanan karang

secara spasial dan temporal dan dipadukan dengan sistern zonasi di Taman Nasional akan

dapat diketahui dimana pola penggunaan perikanan karang yang tidak sesuai Tnformasi

ini akan membantu mengidentifikasikan kelompok nelayan yang menjadi target dalam

program mata pencaharian alternatip dan program penyadaran masyarakat terhadap

linghngan

1.3. Tujuan d a n manfaat penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ;

1 Mengetahui perubahan pola penggunaan perikanan karang di kawasan Taman Nasional Komodo secara temporal menurut jenis alat tangkap yang digunakan dan

menurut komunitas nelayan per tahun yaitu tahun 1996-2001

2 Mengetahui perubahan pola spasial perikanan karang menurut jenis alat tangkap dan

komunitas nelayan dan interaksi antara upaya kapal non bagan dengan kondisi habitat

terumbu karang

3. Melihat kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang dan sistem zonasi dalam Taman Nasional Komodo

4 Konsekuensi dari zonasi tehadap pengelolaan Taman Nasional Komodo

Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kesesuaian antara pola

penggunaan perikanan karang secara temporal dan spasial dengan sistem zonasi yang ada

dalam Rencana Pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo seiama 25 tahun dan

Surat Keputusan Dirjen PHKA no 65KptsDj-V/2001 tentang zonasi Taman Nasional

Kornodo serta konsekuensinya terhadap pengelolaan Taman Nasional.

Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi bahan masukkan bagi pengelolaan

Taman Nasional Komodo dalam upaya program pengawasan laut dan mata pencaharian

alternatip terhadap nelayan yang menggunakan jenis alat tangkap yang mengancam

(150)
[image:150.543.58.467.88.507.2]

Gambar I . Kerangka berpikir penelitian pola penggunaan perikanan karang di Taman Nasional Komodo secara spasial dan temporal

Kawasan konservasi perairan Taman Nasiond Komodo

u

+

Sumber stok &an

karang komersial

a

Oleh Nelayan dari dcm daim

k i n karang, termasuk met& kawasan, desa d e b t

destruktif dan mengums stok ikan kawasan dan desa di luar

kawasan I

Analisa dari patroli rutin

r

e

9

+

+

la penggunaan secara Pola penggunaan secara

spasinl ten~ponl

+

+

K e s e s u a i , ~ dengan usulan zonasi di bwasan Taman Nasional Komodo

I

lr

(151)

2.1. Popdasi penduduk di Tarnan Nasional Komodo dan sekiurnya

Taman Nasional Komodo terletak secara administratif di kecamatan Komodo,

Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Terdapat empat pemukiman di

dalam Taman Nasional Komodo yaitu Komodo, Rinca, Kerora dart Papagarang. Semua

pemukiman tersebut sudah ada sebelum tahun 1980 yaitu sebelum kawasan ini

dinyatakan sebagai Taman Nasional. Secara administratif ada tiga desa di dalam Taman

Nasional Komodo yaitu Desa Komodo, Desa Pasir Panjang dan Desa Papagarang.

Mayoritas penduduk di dalam dan sekitar TNK adalah nelayan yang berasal dari Bima

(Sumbawa), Manggarai, Flores Selatan dan Sulawesi Selatan. Keturunan dari penduduk

asli Komodo yaitu Ata Komodo, masih berdiam di Komodo, tetapi kebanyakan sudah

bercampur dengan pendata% dan kebudayaan dan bahasa mereka perlahan lahan mulai

terintegrasi dengan pendatang baru.

Desa Komodo mengalami peningkatan penduduk paling tinggi di antara desa desa

lain di dalam kawasan, terutama karena migrasi pendatang dari Sape, Manggarai, Madura

dan Sulawesi Selatan. Sedangkan di W p u n g Rinca, mayoritas penduduk adalah

Komodo dan Bajo. Mgrasi masuk terutama dari BimalSape, Manggarai, Selayar dan

Ende. Kampung Kerora merniliki jumlah penduduk terkecil di antara desa desa di dalam

Taman Nasional. Kebanyakan penduduk kampung ini berasal dari Manggarai, Bajo dan

Bima. Pulau Papagarang per& sebagai daerah pemukiman sementara bagi neIayan

untuk mengeringkan ikan dan hasil biota laut lainnya, tapi sekarang sudah menjadi desa resmi. Mayoritas penduduk di sini adalah pedagang Bajau, Komodo d m Bima h

beberapa di antaranya guru dari Manggarai. Pendatang di Desa Rinca sebagian besar dari

Bima, Sape, Manggarai, Selayar dan Ende. Karnpung Kerora mempunyai populasi paling

kecil.

Desa lain di luar kawasan Taman Nasionaf dengan mayoritas addah nelayan dan

berganiung pada sumberdaya perairan. Desa Pasir putih terdiri dari dua kampung yaitu

Pulau Mesa dan Pulau Seraya Besar. Labuan bajo, Gorontalo, Golomori dan Warloka

semuanya terletak di Pulau Flores. Labuan bajo dan Gorontalo merupakan bagian dari

(152)

Labuan bajo merupakan pelabuhan utama di kawasan ini dan merupakan pusat

pemerintahan kecamatan Komodo.

D

i

samping itu akses bempa tranportasi darat Galan

umum) sudah membaik dan bandara udara memungkinkan tejadi peningkatan laju

penduduk yang pesat. Pendatang yang datang terutama dari SuIawesi Selatan, Bima dan

Jawa.

Desa desa lain yang terietak di sebelah barat kawasan Tarnan Nasional yaitu di

Kecamatan Sape. Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Desa Bajau Pulau terletak di

pulau kecil dan desa lainnya terletak di sepanjang pesisir pulau Sumbawa. W y a r a k a t

desa Bajau Pulau dan Bugis terutama terdiri dari nelayan yang menggunakan sumberdaya

di kawasan Tarnan Nasional Komodo (Pet clan Yeager, 2000a).

Labuan bajo mempunyai pertumbuhan penduduk paling cepat diantara desa desa

di sekitar Taman Nasional dan Desa Kamodo rnerupakan desa dengan pertumbuhan

paling tinggi di dalam kawasan.

2.2. Perekonomian lokal

Kebanyakan penduduk di dalarn dan sekitar Taman Nasional Komodo memiliici mata pencaharian dengan menangkap ikan sebagai sumber pendapatan utamanya (97%).

Selebihnya adalah pedagang

dan

pegawai negeri (Pet dan Yeager, 2000a). Pertanian

bukan merupakan mata pencaharian lain selain menangkap ikan di dalam Taman

Nasional karena terbatasnya lahan dan tanahnya ti& subur. Ditarnbah dengan sumber

air tawar dan hujan yang juga terbatas. Di Sape, Sumbawa, pertanian merupakan sumber

pendapatan tambahan karena tingkat pendidikan pada umumnya rendah, clan kesempatan aiternatip ekonomi terbatas.

M e m t Sudibyo (1995) masyarakat nelayan lokal memilild ciri ciri sebagai berikut :

I. Penghasilan harian dan musiman sangat bervariasi.

2. Hasil tangkapan cepat rusak dan hams cepat dijual-

3. Memerlukan modal k e j a besar dan beresiko tinggi. 4. Bagian keuntungan untuk nelayan relatip kecil.

(153)

Selanjutnya menurut Pet dan Yeager (2000a) eksploitasi ekosistem alam di perairan

Taman Nasional Komodo telah meningkat dengan intensif beberapa tahun ierakhir

seiring dengan peningkatan kepadatan penduduk dan perkembangan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya standar hidup sejak tahun 1980. Hal ini ditunjukkan

dengan semakin banyaknya orang naik haji, semakin banyaknya pemilik perahu,

bangunan dan televisi di kawasan ini.

Tekanan penggunaan sumberdaya perikanan semakin tinggi intensitasnya dengan

semakin meningkatnya kebutuhan akan uang tunai, dan berdampak negatip terhadap

kualitas sumberdaya kawasan sebagai pemasok sumber perikanan daerah sekitarnya.

2.3. Produksi perikanan dari Taman Nasiond Komodo

Produksi pedcanan laut Kabupaten Manggarai tahun 1998 dan 1999 addah sebesar

5.83 1,2 ton dan 5.528,l ton. Sumbangan terbesar produksi perikanan laut di Kabupaten

Manggarai adalah dari Kecamatan Komodo, yaitu sebesar 3.207,2 ton pa& tahun 1998

dm 3.316,s ton pada tahun 1999 atau sebesar 55% dan 60% dari total produksi

perikanan laut di Kabupaten Manggarai (Jhbupaten Manggarai, 2000).

Potensi sumber daya laut yang demikian melimpah di perairan laut di kawasan Taman Nasional Komodo tidak hanya diianfaatkan oleh masyarakat Manggarai saja.

Para nelayan dari kabupaten lain bahkan dari propinsi lain (seperti dari Selayar, Sape,

Bima, Lombok, Bali dan Jawa) telah ikut serta memanfaatkan sumber daya laut dari

Taman Nasional ini. Mereka datang ke perairan laut ke perairan Taman Nasional

Komodo karena di daerah mereka sudah sangat berkurang hasil lautnya (Pet dan Yeager,

2000b).

2.4. Jenis biota tangkapan dan metode penangkapan ikan

Hasil laut yang bernilai ekonomis adalah cumi cumi, kerapu, lobster, teripang clan

nener. Bagan merupakan jenis peralatan yang paliig umum digunakan oleh kebanyakan

nelayan. Penangkapan ikan dengan bagan terutama dengan target spesies pelagis yang

mengelompok, terutama cumi cumi. Dengan menurwurya cumi cumi, maka jenis ikan layang dan lemuru seperti teri, simbula (sardin) menjadi semakin penting bagi

(154)

berasal dari nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo tetapi juga dari Sape, Ende dan

Sulawesi SeIatan (Pet dan Yeager, 2000a)

Perikanan temmbu karang, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk komersial

masih memegang peranan penting bagi banyak aanggota komunitas pesisir di kawasan

timur Indonesia, dimana perikanan pelagis belurn berkembang baik (Pet dan Djohani,

1996). Hanya 5% dari produksi hasil tangkapan ikan yang merupakan produk non bagan,

dan 95% dikategorikan sebagai ikan demersal (Mous dan Pet, 1999).

Penangkapan ikan demersal memakai peralatan yang lebih beragam seperti

kompresor hookah, pancing dasar, bubu, pukat. Jenis peralatan ini tidak banyak

jumiahnya tetapi secara ekonomi berperan penting. Peralatan tersebut digunakan untuk

penangkapan spesies ikan bemilai ekonomi tinggi seperti lobster dan ikan karang hidup,

yang ditangkap terutama dengan peralatan kompresor hookah, sianida, pancing dasar dan

bubu, dan rnernungkinkan penangkapan dalam jumlah besar dalam waktu singkat yaitu

dengan pengeboman dan pukat.

Dalam kegiatan pengambilan hasil laut, para nelayan, baik dari dalam kawasan

Taman Nasional Komodo maupun dari luar, menggunakan alat tangkap dan atau alat

bantu yang berpotensi merusak ekosistem dan sumber daya laut antara lain bahan

peledak, sianida, racun (alami dan kirnia), pembongkaran karang (meting) dan pemakaian

alat tangkap bubu, rawai dan pukat insang (Pet dan Yeager, 2000a) Saat ini alat tangkap

ikan yang dinilai paling destruktif yaitu dinamit, sianida dan pukat (Pet-Soede et al.,

2000, Roberts, 2000) Temtama disebabkan selain membabat habis sumber daya biota

laut juga memsak habitatnya. Tetapi hampir semua alat tangkap akan merusak jika upaya

tangkapnya tinggi Terutama pada spesies ikan target yang mengeluarkan teiur dan

sperma dalam air, sehingga proses reproduksi sangat tergantung pada kepadatan spesies

ikan (Roberts, 2000)

Menurut Abu Bakar (1996) kegiatan penangkapan perikanan karang yang umum

diiakukan nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo adalah

I . Meting

Meting adalah salah satu bentuk kegiatan nelayan dalam mengambil hasil laut yang

(155)

dahulu dilakukan pada saat surut rendah dengan berjalan kaki yang dilakukan oleh laki

laki, perempuan maupun anak anak Kegiatan meting tidak hanya dilakukan di siang hati

tetapi juga malam hari dengan menggunakan petromaks sebagai alat penerangan (Abu

Bakar, 1996)

Saat ini kegiatan ini biasanya juga dengan menggunakan alat bantu kompresor (hookah)

dan batang baja Nelayan memecah dan membalik karang hingga rusak dan

meninggalkan hamparan yang hampir 100% berupa reruntuhan karang mati

Jenis biota yang menjadi sasaran adalah teripang, mata tujuh (abalone) serta

moluska lainnya termasuk kima Secara ekologis kegiatan meting ini berdetmpak negatip

terhadap habitat terumbu karang

2. Jaring insandpukat

Jaring insang merupakan jenis peralatan tangkap yang digunakan oleh nelayan yang

tinggal di dalam kawasan untuk menangkap ikan temtarna dari jenis ikan karang Selain

itu biota target lainnya adalah calakang, teri, dan udang kecil Pukat menjaring semua

jenis ikan tanpa pandang bulu termasuk penyu, cetacea, dugong dan semua jenis ikan

karang (Pet dan Yeager, 2000a ; Khan ef d., 2000).

3 Pancing dasar /rawai dasar

Pancing dasar terutama dengan sasaran jenis ikan karang seperti katamba, kerapu, sunu.

Penangkapan dengan pancing dasar menyapu semua predator dan pancing rawai dasar

mengambil pula ikan hiu dan kerapu besar (Pet dan Yeager, 2000a)

4 Bubu (perangkap bambu)

Bubu dioperasikan pada daerah karang dengan sasaran adalah jenis ikan karang Proses

pemasangan dan pengambilan perangkap ini dinilai berperan dalam perusakan karang

Untuk menyembunyikan perangkap dalam kirrang, penyelam membongkar karang hidup

untuk menutupinya Perangkap dipasang dengan menurunkan alat perangkap dari sisi

perahu dengan tali berpelampung Perangkap tersebut sering digantungi alat pemberat

(156)

pemasangan dan ~ e n g ~ l a n n y a (dengan menarik tali). Pemasangan dan pengambilan

bubu biasanya menggunakan alat bantu kompresor (Pet dan Yeager, 2000a).

5. Penangkapm nener dan pukat udang kecil.

Penangkapan dengan nener umumnya difalcukan nelayan tradisional pada bulan Agustus

hingga April (Abu

Bakar,

1996). Pukat udang dan nener biasanya dilakukan di tepi pantai

atau perairan karang dangkal. Kegiatan menangkap nener dilaporkan banyak berkurang karena semakin sulit mendapatkan nener (Pet, 1999).

6 . Penggunaan tuba, herbisida, pestisida

Racun ikan tradisional yang digunakan pada terumbu karang di Taman Nasional Komodo

adalah tuba, yang berupa bubuk terbuat dari biji jenis pohon tertentu. Bubuk tersebut

kemudian dicampur air dan kemudian disebarkan terutama pada hamparan rumput laut

untuk menangkap ikan baronang (Siganidae). Ikan hwya pingsan dan tidak mati. Ikan ini

kemudian dikumpulkan untuk konsumsi Iokal clan dikeringkan untuk dijual (Abu Bakar,

1996 ; Pet dan Yeager, 2000b).

Karena racun alarni tidak mudah diperoleh dan h a n g efektif d i b a n d i i n racun buatan, para nelayan di kawasan Komodo dan Labuan bajo mulai menggunakan herbisida

dan pestisida yang murah d m mudah didapat, yang tetap disebut sebagai tuba. Jenis racun ini dikenal untuk menangkap ikan karang kecil (Pet dan Yeager, 2000b).

7. Penggunaan sianida

Cairan sianida digunakan secara luas untuk menangkap ikan karang hidup untuk konsumsi dan ikan hias. Perdagangan ikan karang hidup untuk konsumsi terpusat pada

ikan kerapu dan napoleon (Nurdjana, 1999 ; Mous ef al., 2000). Sedangkan perdagangan ikan hias meliputi spesies ikan karang yang beraneka warna d m dari jenis beragam.

Lobster dit& dengan sianida dan termasuk dalam biota target dalam perdagangan ikan karang hidup untuk konsumsi. Konsentrasi racun cair tidak untuk membunuh tetapi

(157)

Penangkapan ikan dengan sianida dilakukan oleh penyelam, menggunakan kompresor

hookah dan selang udara. Seorang penyelam dengan kompresor hookah akan turn pada

kedalaman 10-40 meter sampai terlihat ikan sasaran. Ikan diburu hingga ke cemk karang

dan kemudian sianida disemprotkam dari botol plastik ke ceruk tersebut. Pa& saat ikan

mulai lemah, penyelam akan membongkar karang, menangkap dan menariknya ke

permukaan (Pet

dan

Yeager, 2000b).

Penangkapan ikan hias dengatt sianida merusak terumbu karang secara luas. Terumbu karang banyak dibongkar untuk mengambil ikan yang menyelinap di antara

karang. Penggunaan kompresor hookah mempakan faktor pokok dalam kegiatan

penangkapan &an dengan sianida (Mous et al., 2000 ; Pet dan Yeager, 2000a).

8. Kompresor hookah

Untuk mengambil hasil h i 1 laut di air dalam masyarakat telah menggunakan kompresor

(hookah) dengan sasaran teripang, mata tujuh, akar bahar, kerang mutiara dan lobster.

Kompresor juga sering digunakan bersama dengan pengambilrtn mata tujuh dengan besi

sebagai alat cungkil (dengan meting). Metode ini berdampak buruk dari segi kesehatan,

karena banyak nelayan yang mengalami kelumpuhan akibat kegiatan ini ( Abu Bakar,

1996 ; Pet dan Yeager, 2000a).

9. Penggunaan bahan peiedak

Born ikan kebanyakan dibuat dari pupuk buatan seperti a m o ~ u m dan kaliurn nitrat

- 0 3 ; K N 0 3 ) yang dicampur dengan minyak bakar di dalam botol. Nelayan pembom terutama memburu kelompok ikan terumbu karang, sehingga diperkukan

beberapa bom untuk mendapatkan tangkapan yang relatip banyak. Setelah ledakan,

penyeiam akan mengumpulkan ikan, yang telah mati -pun pingsan karena gelombang

kejut dari ledakan. Banyak terumbu karang y m g msak oleh satu ledakan tergantung dari ukuran born dan posisi ledakan terhadap terumbu. Satu bom ukuran botol bir dapat

menghancurkan terumbu h a n g dalam radius 5 meter (Pet-Soede et al., 2000)

Pemanenan berlebih dan praktek penangkapan ikan yang merusak sangat

(158)

tangkapan beberapa jenis telah sangat menurun. Kegiatan penangkapan perlu dibatasi dan

diatur untuk mempertahankan produktivitas ekosistem p e t dan Yeager, 2000a).

2.5, Peraturan tentang jeais jenis perslatan penangkapan ikan karang di Taman

Nasional Komodo

Dengan adanya otonomi

daerah

maka Balai Taman Nasional Komodo dan

Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai merupakan sfakeholder kunci dalam

pengelolaan kawasan Taman N a s i o d Komodo. Untuk melindungi sumberdaya dan

habitat perairan di kawasan Taman Nasional Komodo rnaka dikeluarkan suatu peraturan

yang mengatur tentang pemakaian alat tangkap dan alat bantu pengambilan hasil laut.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai no. 11 tahun 200 1 tentang pemakaian

alat tangkap d m alat bantu pengambilan hasil laut dalam wilayah perairan laut Kabupaten Manggarai menyebutkan jenis-jenis alat tangkap dan atau alat bantu pengambilan hasil

laut yang dapat dipakai dalam wilayah perairan laut Taman Nasional Komodo adalah :

1 . bagan perahu (mobile lifr net) 2. pancing ulur (M line) 3. huhat e @ole and line)

4. payang dan

5. pancing tonda

Jenis-jenis alat tangkap dan atau &at bantu pengambilan hasil laut yang dilarang di

wilayah laut Taman Nasional Komodo adalah :

bahan peledak seperti amonium clan potasium nitrat atau bom, bahan kimia, racun alarni

seperti tuba, racun kimia seperti potasium sianida, herbisida dan pestisida, kompresor

hookah dan alat selam lainnya, selang kompresor, jarum suntik, penyemprot, linggis,

ganco dan sejenisnya, sodo/sonder/tangkar/soduldarilsodok @ush net), songko (skimming net), bubu dasar @ortabIefisk-pot), pakaja ( d h f r i n g g f i s - f ) , sero besar/dalam

(guiding barriu), togo ganda (multiple tidal frap), jermal/bubu jermal ( t i h i trap), bagan

tancap (stcTtonew lrj? net), muroami (murarmi*e-in-&), soma dampar/gosea/redi

(beach seine), pukat tepikakat, dogoVcantrang/dapang/potol (vanish seine), lampara

(159)

(tramel net), jaring insang hanyut (&~frgillnet), jaring lingkar ikan hias (encircling net of

ornamentalfish), pancing rawai dasar (bottom Iang line).

Dan

alat-alat lainnya yang dianggap berpotensi merusak sumber daya laut Kabupaten

2.6. Zonasi drerah perlindungan laut sebagai sarana manajemen perikansn

Banyak literatur yang menyatakan jika stok ikan karang dilindungi, maka ikan

akan hidup lebih lama dan tumbuh lebih besar dan menjadi lebih matang (Russ et al.,

1992 ; Roberts, 2000). Meningkatnya fekunditas akan mempertinggi rekrutmen pada

daerah penangkapan. Stok ikan di daerah yang dilindungi akan menyuplai d w a h

penangkapan ikan sekitarnya karena larva ikan karang dapat tersebar dalam jarak yang

jauh dalam ratusan kilometer (Russ et al., 1992). Pemtupan suatu daemh penangkapan

ikan terbukti memperbaiki kondisi dimana tejadi peningkatan biomasa ikan dalam waktu

3 hingga 5 tahun (Rodwell dan Roberts, 2000). Jaminan ketersediaan stok ikan komersiai dan bemilai penting bagi perairan sekitarnya akan berkontribusi terhadap kegiatan

ekonomi nelayan lokal.

Pengaruh biologi dari daterah perlindungan laut dl lapangan telah banyak dipelajari tetapi pengaruh terhadap kegiatan perikanan banyak dipelajari melalui

pernodelan (RodweH dan Roberts, 2000 ; Sanchirico dan Wilen, 2000). Sejumlah model

bioekonomi yang bertujuan untuk menguji efektivitas suatu daerah perlindungan laut

terhadap produktivitas perikanan telah dilakukan. Hal ini terutarna disebabkan adanya

oposisi terhadap pembentukan daerah pertindungan laut dari sektor perikanan.

Dukungan rnasyarakat lokal terhadap upaya perlindungan sistem ekologis sangat vital,

hal ini membutuhkan kesadaran bahwa upaya perlindungan ini akan berkontribusi terhadap kegiatan perekonomian masyarakat.

Tujuan dari daerah perlindungan laut menurut WCN ( Kelleher, 1999) adalah

melindungi keanekaragaman hayati dan produktivitasnya termasuk kehidupan ekologis

yang mendukung sistem kehidupan di laut. Konservasi harus seimbang dengan kebutuhan

penduduk lokal, yang menggantungkan hidupnya pada laut. Penduduk akan terus

(160)

Tujuan konservasi adalah untuk memuaskan kebutuhan ini disamping juga menjamin

ketersediaan sumberdaya dalam jangka panjang.

Menurut Kelleher (1999), daerah perlindungan laut biasanya lebih menekankan pada kebutuhan untuk mefindungi habitat yang penting terutarna bagi spesies komersial

yang memiliki nilai tinggi dalam perdagangan, rekreasi atau kekhususan seperti

mempertahankan keanekaragaman spesies yang langka. Hat ini berbeda dengan daerah

perlindungan darat, yang biasanya menekankan pada perlindungan terhadap habitat kritis

dimana hidup spesies endemik atau langka yang terancam punah.

Konservasi laut dan penggunaan berkelanjutan sering diartikan sebagai dua ha1

yang berbeda. Pada kenyataanya mereka saling berhubungan mat. Beberapa daerah

perlindungan laut terbukti gaga1 karena hanya bertujuan untuk melindungi biodiversitas

sementara penggunaan oleh komunitas lokal terhadap sumberdaya yang juga tinggi tidak

dipertimbangkan. Kedua tujuan ini dapat dimasukkan dalam suatu daerah perlindungan

laut, tetapi hams terdapat klarifikasi bagaimana kedua tujuan ini saling berhubungan

(Kelleher, 1999).

Jika tujuan utarna adatah melindungi spesies tertentu atau ekosistem, maka suatu

zona tanpa pemanenan yang luas dikembangkan sebagai pilihan yang terbaik, tetapi jika

tujuan utama sebagai daerah dengan pengelotaan berkelanjutan, maka zona inti yang lebih kecil akan &pat memaksimumkan rekrutmen ikan terhadap perairan sekitarnya.

Menurut Keileher (1999), pengalaman menunjukkan, ada dua pendekatan dalarn

mendisain sistem daerah perlindungan laut yang melindungi biodiversitas dari ekosistem

yang lengkap yaitu ;

a. mendesain zonasi dengan membagi beberapa daerah perlindungan yang relatip kecil

sebagai bagian dari kerangka pengelofaan ekosistem terpadu yang luas, atau

b. mendesain zonasi perlindungan berganda yang luas terdiri dari ekosistem Iaut yang

lengkap atau sebagai suatu daerah yang luas sebagai satu kesatuan.

Zonasi d a d perlindungan Iaut didisain secara khusus sehingga beberapa penggunaan yang berkelanjutan dan terkonirol dalam daerah diperkenankan di dalam

batas kawasan ini. Tetapi juga ada beberapa penggunaan kawasan yang hams disesuaikan

(161)

Sebagai kompensasi atas hilangnya akses pemanfaatan di zona inti, yang b e h n g s i

sebagai ternpat pemulihan populasi ikan atau zona non pemanfaatan, maka nelayan lokal

memiliki hak eksklusif untuk menangkap ikan di dalam kawasan (Salm e b ad., 2000).

2.7. Zonasi dan peraturan dalam Taman Nasional Komodo

2.7.1. Sistem zonasi dalam Taman Nasional Komodo

Zonasi di TNK didasarkan pada SK Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam no 74/Kpts/Dj-W1990 yang diperbarui Iagi dengan SK Dirjen PHKA

no 65/Kpts/Dj-V/2001 tentang zonasi Taman Nasional Komodo Pengefolaan kawasan di

dalam Taman Nasional dengan sistem zonasi tunggal mencakup kawasan daratan dan

lautan, dengan total 7 tipe zona. Zona zona yang meliputi kawasan darat dan laut

merniliki peraturan khusus untuk kedua tipe lingkungan tersebut

Tipe zonasi dalam kawasan Taman Nasional sesuai dengan SK Di j e n PHKA tersebut

adalah sebagai berikut

1 Zona inti 2 Zona rimba

3 Zona pemanfaatan wisata daratan 4. Zona pemanfaatan wisata bahari

5. Zona pemanfaatan tradisional daratan 6 . Zona pemanfaatan tradisional bahari

7. Zona pernukiman masyaakat tradisional

8. Zona pemanfaatan khusus penelitian dan pendidikan 9. Zona pemanfaatan khusus pelagis

Tabel 1. Ringkasan sistem zonasi Taman Nasional Komodo (Pet dan Yeager, 2000a)

ijin), pemulihan lingkungan.

2 . %om rimba

I-

[ Wisata terbatas dengan ijin

/

Semua kegiatan lain dilamng

Zona Kegiatan yang diijinkan KegiPtan yang dilarang

(162)

Kegintan yang dilaraag Semua kegiatan lain di1-g

Semua kegiatan lain diiarang

Ditambah penmgkapn spesies

dasar laut dilarang, penangkapan Nautilidae, Sepiidae,

Octopodidae dan invertebrata laut

disamping mliginidae dilarang,

semua kepiatan lain dilarang

Semua kegiatan lain dilarang

Pendatang dilarang, semua kegiatan lain &arang Zona

3. Zona pemanfaata~~ wisata

4. Zona peananfairtan tmdisional

5. Zona pelagis

6. Zona khusus penelidan dan

pelatihan

7. Zona pemukiman tradisional

Kegiatsui yamg diijinkan Wisata dengan ijin (akomodasi sementara dii- tergantung dari hasil AhlDAL),

pe.mbangmm fasilitas untuk

pengelolaan Taman Nasional (t~~&annurg pada

hasil AMDAL)

Ditambah wisata (akomodasi

semenraraf, marikultur, budidaya, penangkapan ikan di tempt

tempat yang ditunjuk dengan alat

ukutan kecil dan CtengaLl

pembatasan (semua memerlukan ijin dan tergantung hasil AMDAL)

Dengan pnambahan ikan untuk rekreasi, untuk kebutuhan s e h i hari, dan ikan pehgis komersial, dengan pembatasao jenis alat,

spesies yang dipanen dan lokasi (semua memerlukan ijin dan

terganxung h a d AMDAL) Disambah penelitian clan

pelatihan (semua memerlukan ijin clan bergimtung hasil AMDAL) Ditambah peme1ih;traan binatang piaraan, pengambilan pasir atau batu kapur, pnpenggunaan pestisida

(163)

Zonasi di dalam Taman Nasional Komodo didasarkan pa& data ekologi yang ada,

pemahaman prinsip prinsip ekologi dan konservasi, kebutuhan sosial ekonomi clan

budaya masyarakat lokal dan ketayakan peneraparmya.

Zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan wisata dan w n a khusus penelitian dan

pelatihan mentpakan zona di mana semua perbuman dan atau penambangan sumberdaya

hayati maupun non hayati dilarang keras. Pernanenan sumberdaya perairan hanya

diijinkan di zona pemanfaatan tradisional dan zona pemanfaatan pelagis di Taman

Nasional ini. Wisata dilarang k e r a hanya di zona inti Taman Nasional Komodo.

Persturan khusus dan sub-zone akan dirancang untuk wisata di zona rimba dengan wisata terbatas. Keluar masuknya kapal secara bebas ke daa metalui Taman Nasional

hanya diijinkan di zona pemanfkatan pelagis dan tradisional. Ijin khusus diperlukan bagi

kapal yang akan masuk ke zona rimba Taman Nasional.

2.7.2. Ketenturn pernturan untuk zona di Taman Nasional Komodo

Peraturan peraturan yang sesuai disusun secara khusus untuk setiap zona di dalam

Taman Nasional. Pelanggaran peraturan akan dikenai sanksi. Peraturan untuk masing

masing zona adalah seperti di bawah ini :

1. Zona inti

a. Zona inti Taman Nasional adalah kawasan tanpa pemanenan, tertutup untuk

p a g u n j u g .

b. Kegiatan yang diijinkan di daiam zona ini adalah pemantauan oleh petugas Taman

Nasional. penelitian (dengan ijin khusus) dan restorasi lingkungan jika tejadi

bencana.

c. Ijin penelitian diberikan oleh otoritas TNK, tergantung pada terpemhinya semua

persyaratan yang ditetapkan, termasuk persetujuan atas usulan penelitian tersebut

secara terhdis oleh Kepala Nasional Komodo atau pejabat yang ditunjuk.

d. Dilarang untuk mengarnbil, rnenggali, mengganggu atau memindahkan setiap

sumberdaya alam (hayati maupun non-hayati).

(164)

a. Zona rimba Taman Nasional tidak diperbolehkan adanya pemanenan dan hanya

diijinkan untuk penefitian, pemantauan, pendidikan dan kunjungan wisata dam

terbatas.

b. Semua kegiatan wisata di zona ini memerlukan ijin khusus dari otoritas pengelola TNK.

c. Dilarang keras mengambil atau mengganggdmerusak setiap bagian/komponen baik

hidup maupun mati dari sumberdaya alam dan ekosistemnya.

d. Ijin khusus dapat diberikan untuk tujuan rehabilitasi dan penelitian.

e. Ijin penelitian diberikan oleh otoritas pengelola TNK, setelah rnemperhatikan dan

memenuhi semua persyaratan yang diperlukaddipersyaratkan, termasuk persetujuan

oleh Kepala Taman Nasional Komodo atau pejabat yang ditunjuknya.

f. Operator wisata hams rnendapatkan ijin dari otoritas TNK wtuk membawa/mernandu wisatawan berdasarkan ketentuan persyaratan ijin dan dibatasi jumlah dan

aktivitasnya berdasarkan perkiraan daya dukung.

g. Akomodasi pennanen untuk wisata tidak diijinkan. Akomodasi sementara (dalam

bentuk tenda) dapat diijinkan, bergantung gada hasil AMDAL dan dengan ijin khusus

dari Kepala Taman Nasional Komodo.

h. Penutupan musintan atau minimisasi tekanan wisata diterapkan jika diperlukan untuk

mencegah gangguan terhadap proses alam termasuk proses pembiakan atau

pemijahan sarwa.

3. Zona pemanfaatan wisata bahari

a. Zona pemanfaatan wisata Tarnan Nasional adalah kawasan wisata intensif, tanpa

pemanenan.

b. Wisatawan hams mendapatkw karcis masuk clan membayar pungutan yang berlaku.

Jumlah maksimum wisatawan pada saat tertentu ditentukan melalui AMDAL dan

daya dukung.

c. Dilarang kerns memanen segala surnbwdaya alam hayati di zona pemanfaatan wisata

d. Marikultm atau pemeliharaan ikan hidup atau organisme hidup lain ddam lcurungan

dilarang di zona ini.

(165)

Ijin penelitian diberikan oleh otoritas TNK, tergantung pada dipenuhinya semua

persyaratan yang diperlukan, tennasuk persetujuan oleh Kepafa Taman Nasional

Komodo atau pejabat yang mewakilinya atas usulan penelitian tertulis.

Penambatan kapal dilarang k d i pa& mooring bouy yang dipasang khusus atau di

perairan dengan dasar 100% pasir atau di perairan yang lebih dalam dari 30 meter.

Akomodasi permanen untuk wisata diijinkan hanya untuk mendukung pengelolaan

Taman Nasional. Akomodasi sementara (dalam bentuk tenda) dapat &jinkan,

tergantung pada hasil

AMDAL.

d m ijin khusus dari Kepala Taman Nasional.

Zona pemanfaatan tradisionai bahari

Semua kegiatan wisata pada zona pemanfaatan tradisional bahari hams mengikuti

peraturan yang berlaku seperti pada zona pemanfaatan wisata bahari, termasuk

Larangan penangkapan ikan.

Akomodasi permanen tidak diijinkan.

Akomodasi sementara (rnisalnya tenda) hanya diijinkan apabiia sesuai dengan hasil

kajiadstudi AMDAL dan dengan ijin khusus dari Kepala Tarnan Nasional.

Ijin terbatas dikeluarkan untuk penangkapan ikan tradisional, wisata, penelitian,

pemantauan dan rehabilitasi lingkungan oleh Taman Nasionai Komodo dengan para

pemimpin desa setempat.

Perusakan habitat darat dan perairan dilarang, tennasuk pengambilan karang mati,

baht dadatau pasir, atau penebangan mangrove.

Dilarang untuk menangkap, mengumpulkan, memelihara atau mengganggu semua

spesies dilindungi.

Dilarang untuk menangkap, mengumpuikan, memelihara atau mengganggu semua

ular, penyu (atau telur penyu), burung ( atau tefur atau sarangnya), mamalia seperti

lumba lumba, paus.

Marikultur atau pemeliharaan ikan hidup atau organisme hidup lain dalam lcurungan

di m a ini hanya diijinkan bila disetujui AMDAL dan daya dukung positip dan atas

persetujuan Kepala Taman Nasional Komodo.

Penangkapan ikan dengan peralatan skala kecil seperti pancing dan lalu lintas perahu

(166)

Jumlah terbatas lisensi penangkapan ikan dikeluarkan secara gabungan antara pemilik

perahu dan perahunya, berdasarka

Gambar

Tabel analisa ragam klasifikasi satu arah .....................................
Gambar I .  Kerangka berpikir penelitian pola penggunaan perikanan karang di Taman
Tabel 2. Jenis data yang dikumpulkan d m  sumber data
Tabel 3. Data yang diolah dengan analisa faktorial diskriminan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bila LC DN diterbitkan oleh bank lain dan pembayaran dilakukan di cabang sendiri, cabang pembayar tidak dapat membayar langsung atas wesel yang diunjukan

Pada tabel 1 yang menunjukkan hasil percobaan di atas dapat dilihat bahwa pada menit ke-5 dan ke-10, tidak terjadi ekspansi pada gipsum tipe 3, sehingga angka pada ekstensometer

Sonra Anna oğlunun yoluna bakarak oturdu ve onun gelişini gözetlerken (oğlunun) babasına: 'Oğlunun gelişini ve kendisi ile giden adamı gör' dedi. Sonra Anna ileri

Terdapat Empat dari citra rambu, yang digunakan sebagai data training, yaitu rambu dilarang parkir, rambu dilarang belok kanan, rambu penyebrangan, serta rambu

Walaupun terdapat berbagai konsep lain dalam ekonomi politik internasional seperti regionalisme ekonomi 2 , Revolusi Industri 4.0 3 , kemiskinan 4 , lingkungan 5

Faktor warna lebih berpengaruh dan kadang- kadang sangat menentukan suatu bahan pangan yang dinilai enak, bergizi dan teksturnya sangat baik, tidak akan dimakan

Berdasarkan analisis dan perhitungan yang telah diperoleh maka dapat diambil kesimpulan terhadap penerapan biaya kualitas untuk meningkatkan efisiensi produksi pada Baker’s

Hasil penelitian ini menemukan bahwa fenomena atau kasus yang terjadi di Desa Seberang Pulau Busuk tersebut, sebagaimana yang telah penulis kelompokkan menjadi dua