• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 2 Wonogiri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 2 Wonogiri."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan kita memiliki istilah yang tidak asing yaitu kurikulum. Menurut Soedijarto (Siregar & Nara, 2011), kurikulum adalah pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan untuk diatasi oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga. Adapun menurut UUSP No. 20 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

(2)

Siswa sekolah menengah menurut Monks (2006) termasuk dalam masa remaja awal yang mempunyai usia berkisar 15 sampai dengan 18 tahun. Remaja telah dapat berpikir secara hipotetik, yaitu mengintegrasikan apa yang telah dipelajari dengan tantangan di masa mendatang dan membuat rencana untuk masa mendatang (Yusuf & Sugandhi, 2011). Diharapkan remaja dengan kemampuan tersebut mampu merencanakan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuannya. Kemampuan merencanakan ini adalah salah satu komponen dalam self

regulated learning (SLR). Seperti yang diungkapkan oleh Ormond (2008)

pembelajar yang mengatur diri sebelumnya sudah menentukan cara yang tepat dalam menggunakan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk tugas-tugas belajar.

Self regulated learning (SRL) didefinisikan sebagai pandangan tentang

pembelajaran sebagai keterampilan dan akan digunakan untuk menganalisis tugas-tugas belajar, menetapkan tujuan, dan merencanakan tata cara melaksanakan tugas-tugas itu, menerapkan keterampilan, dan khususnya membuat keputusan tentang bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan (Woolfolk, 2009).

(3)

Kurikulum memiliki tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka sudah seharusnya siswa menggunakan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Siswa yang memiliki

self regulated learning tinggi akan berusaha untuk mengetahui dan memenuhi

standar nilai yang harus dicapai dalam tiap mata pelajaran, memiliki target-target jangka pendek maupun jangka panjang, memiliki rencana belajar yang sesuai dengan kemampuan diri, dan memiliki sikap disiplin dalam menerapkan rencananya. Siswa yang memiliki self-regulated learning bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri, mempertimbangkan belajar sebagai proses yang proaktif, mampu memotivasi diri dan menggunakan strategi yang sesuai dengannya untuk mencapai hasil akademis yang diinginkan (Sardareh, Saad, & Boroomand, 2012).

(4)

Karakteristik siswa yang memiliki Self regulated learning tersebut menjadi landasan dalam melakukan wawancara yang dilakukan pada hari Selasa, tanggal 13 Januari 2015 terhadap 10 Siswa SMA Negeri 2 Wonogiri. Hasil dari wawancara tersebut adalah bahwa 7 dari 10 siswa tidak memiliki jadwal belajar yang tetap dan hanya belajar jika ada ujian atau ada pekerjaan rumah. 9 dari 10 siswa lebih memilih bermain dengan teman-teman daripada mengerjakan tugas. 4 dari 10 siswa lebih suka mengobrol atau melakukan kegiatan lain ketika diterangkan oleh guru. Hal tersebut menunjukkan kurangnya tanggung jawab dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran mereka sendiri. Kemudian dari 10 siswa, ada 8 siswa yang walaupun memiliki rencana untuk lanjut kuliah namun belum yakin ingin melanjutkan kuliah dimana dan jurusan apa yang menunjukkan kurangnya orientasi siswa pada masa depannya.

Selain itu, diketahui bahwa 10 dari 10 siswa pernah tidak mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah dan hanya menyalin jawaban teman, 4 dari 10 siswa melakukan plagiat karya tulis dari internet ketika diminta untuk mengumpulkan tugas karya tulis pada akhir semester, 10 dari 10 siswa pernah menyontek saat ujian. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa cenderung mementingkan hasil akhir daripada proses dan tidak bertujuan untuk memperoleh tambahan pengetahuan. Hal tersebut ditegaskan oleh penelitian yang dilakukan Ismanto (2014) tentang “Hubungan Self-Efficacy Akademik Terhadap Mata Pelajaran

(5)

16 subjek pada kategori tinggi sebanyak 18,18%, 54 subjek pada kategori 15 sedang sebanyak 61,36%, 16 subjek pada kategori rendah sebanyak 18,18%, dan 1 subjek pada kategori sangat rendah sebanyak 1,14%. Berdasarkan dari fenomena di atas kita dapat melihat bahwa siswa SMA Negeri 2 Wonogiri masih kurang memiliki self regulated learning. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyastuti (2012) diperoleh data tingkat self regulated learning siswa kelas XI SMA Negeri 1 Nagreg tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 2,73% berada pada tingkat SRL tinggi, 15,45% tingkat SRL sedang, 46,36% tingkat SRL rendah dan 35,45% tingkat SRL sangat rendah. Siswa dengan SRL yang rendah seperti tidak tuntasnya nilai KKM siswa, rendahnya keinginan untuk mengerjakan tugas dengan usaha optimal dan tepat waktu, rendahnya usaha dan kemauan siswa dalam meminta perbaikan (remedial) kepada guru mata pelajaran yang nilainya belum tuntas, siswa tidak memiliki jadwal belajar rutin setiap hari, dan siswa belajar saat akan ujian dengan metode klasik „sistemkebut semalam‟ (SKS).

Self regulated learning adalah proses individu mengenai pengaturan diri

(6)

memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Thoresen dan Mahoney (Zimmerman, 1989) dari perspektif sosial-kognitif menyatakan bahwa keberadaan self-regulated learning ditentukan oleh tiga faktor yakni faktor person yang salah satunya adalah motivasi diri, faktor perilaku, dan faktor lingkungan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inayah (2013) juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara motivasi berprestasi dengan

self-regulated learning pada siswa SMPN 1 Tarakan dengan korelasi (r) sebesar

0,636 dan nilai probabilitas kesalahan (p) sebesar 0,000 (< 0,01). Hal ini berarti kedua variabel berhubungan satu sama lain yaitu motivasi berprestasi siswa SMPN 1 Tarakan tinggi maka diikuti pula dengan self-regulated learning yang tinggi. Sebaliknya bila motivasi berprestai siswa SMPN 1 Tarakan rendah maka

self-regulated learning siswa pun rendah.

Motivasi berprestasi ini diperlukan siswa untuk mencapai standar akademik yang diinginkan. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri siswa merupakan syarat agar siswa terdorong oleh kemampuannya sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapinya, dan lebih lanjut siswa akan sanggup untuk belajar sendiri. Sehingga yang dimaksud dengan motivasi berprestasi adalah keadaan internal individu yang mendorongnya untuk berprestasi (Setiawan, 2009 dalam Sukisma, 2014).

(7)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian dengan judul Hubungan antara “Motivasi Berprestasi dengan

Self regulated learning pada siswa SMA Negeri 2 Wonogiri” ini bertujuan untuk

mengetahui :

1. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan self regulated learning pada siswa SMA Negeri 2 Wonogiri.

2. Peran motivasi berprestasi pada self regulated learning pada siswa SMA Negeri 2 Wonogiri.

3. Tingkat self regulated learning pada siswa SMA Negeri 2 Wonogiri. 4. Tingkat motivasi berprestasi pada siswa SMA Negeri 2 Wonogiri.

C. Manfaat Penelitian

1. Penelitian mengenai “Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Self

regulated learning pada Siswa SMA Negeri 2 Wonogiri” dapat digunakan

dalam perkembangan ilmu psikologi terutama dalam Psikologi Kepribadian, Psikologi Pendidikan dan Psikologi Perkembangan.

2. Bagi Peneliti :

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan tentang hubungan antara motivasi berprestasi dengan Self regulated learning.

(8)

3. Bagi Siswa :

Hasil dari penelitian diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi serta menambah wawasan mengenai peran motivasi berprestasi pada kemampuan

self regulated learning agar siswa dapat mengembangkan diri menjadi pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi Berprestasi Ditinjau dari Persepsi terhadap Kompetensi Guru pada Siswa Kelas XI dan XII Program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) Di SMA

Hubungan antara self efficacy dengan self regulated learning adalah upaya peserta didik ketika mempunyai rasa mampu dan yakin atas kemampuannya dalam meningkatkan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna antara self-regulated learning, self-efficacy, motivasi, dan kecerdasan

DUKUNGAN SOSIAL FLOW AKADEMIK SELF REGULATED LEARNING SELF-ESTEEM DUKUNGAN SOSIAL FLOW AKADEMIK.. Dari gambar tersebut penelitian ini menjelaskan bahwa self

Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan self regulated learning dangan kecemasan akademis pada siswa kelas 3 SMA negeri 1

Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan self regulated learning dangan kecemasan akademis pada siswa kelas 3 SMA negeri 1

Orang dengan kecemasan ringan memiliki motivasi dalam diri, yang mana motivasi ini dapat mengatur strategi-strategi dalam belajar yaitu self regulated learning. Menurut

learning. Ada peran positif dukungan sosial keluarga terhadap self regulated learning. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga, maka akan semakin tinggi pula self