• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY PADA PELAJARAN FISIKA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY PADA PELAJARAN FISIKA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY PADA PELAJARAN FISIKA

DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA DI MADRASAH

ALIYAH NEGERI SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

Cahya Fajariyah

B37211071

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Rahman-Rahim, yang Maha Fattah-‘Alim yang telah memberika karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal ini setelah melalui berbagai rintangan. Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai juru kunci menuju ridha-Nya.

Terselesaikannya laporan skripsi ini merupakan hasil kerja keras penulis dan berkat bantuan dari beberapa pihak yang telah memberikan bimbingan, kritik maupun saran. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Abdul A’la, M. A. Rektor UIN SA Surabaya

2. Prof. Dr. H. Moh Sholeh, M. Pd, PNI Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Kesehatan

3. Suryani, S. Ag, S. Psi, M, Si Ketua Program Studi Psikologi

4. Drs. H.Hamim Rosyidi, M.si Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa membimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

5. Bapak Khoif Wakil Kepala Sekolah, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

6. Adek-adek kelas XI-IPA Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo, yang bersedia menjadi subjek penelitian penulis.

7. Nadhila Firda Sasmita yang telah bersedia membantu penulis menyebarkan Angket. Terimakasi

8. Teman-teman bimbingan zulfa, keke, ana, arif yang saling memotivasi dan bersama-sama kejar target.

9. Terimakasi juga untuk mbak eva, mbak warih, mbak rastra, mbak isma, yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari dan mengarahkan jika penulis salah dalam mengerjakan.

10. Semua Dosen-dosen Prodi S1 Psikologi yang selama ini membimbingku, mendidik dan mengarahkan. Terimakasih

11. Teman-teman Semester 8 angkatan 2011 Psikologi khususnya kelas G3 dan Pendidikan. Terimakasih atas kerjasama dan kebersamaan kita untuk saling memotivasi dan mendukung untuk sukses bersama..

Tiada imbalan yang dapat penulis berikan, kecuali hanya do’a semoga Allah SWT memberikan imbalan yang lebih baik kepada pihak yang bersangkutan yang telah memberikan banyak jasanya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tidak lain karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar laporan ini menjadi lebih sempurna. Demikian semoga dapat memberikan manfaat.

Surabaya, 06 Agustus 2015

(6)

ABSTRAK

Cahya Fajariyah., Nim. B37211071. Relationship of self-efficacy on physics lesson with self-regulated learning students at madrasah aliyah sidoarjo. Theses course psychology faculty of psychology and health state Islamic University Sunan Ampel Surabaya.

This research aims to find out wether there is a relationship between self-efficacy on physics lesson with self-regulated learning students at madrasah aliyah sidoarjo. The hypothesis put forward was a positive relationship between there is self-efficacy on physics lesson with self-regulated learning. The subject of the research is student madrasah aliyah sidoarjo state class XI-IPA. This research was conducted with sampel amounted to 126 learners with a research instrument in the form of efficacy scale and scale of self-regulated learning using question from. The study result showed a significant positive relationship between efficacy on physics lesson with self-regulated learning, with a coeficient of correlation of spearman correlation test on 0,361 with the significance of 0,000. Conclusion there in a relationship of self-efficacy on physics lesson with self-regulated learning students at madrasah aliyah sidoarjo

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

1. Pengertian self regulated learning ... 16

2. Aspek-aspek self regulated learning ... 18

a. Metakognisi ... 18

b. Motivasi Instrinsic ... 19

c. Perilaku Belajar... 20

3. Karakteristik siswa yang melaksanakan self regulated learning 22 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi self regulated learning ... 23

5. Strategi dalam self regulated learning ... 24

C. Hubungan antara Self Efficacy pada pelajaran Fisika dengan Self regulated learning ... 35

D. Kerangka Teoritik ... 37

E. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40

(8)

2. Definisi Operasional ... 40

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 42

3. Teknik Sampling ... 43

C. Teknik Pengumpulan Data ... 44

D. Validitas dan Realibilitas ... 48

E. Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ... 56

A. Deskripsi Subjek ... 56

1. Gambaran Umum Sekolah ... 56

2. Profil Sekolah ... 56

3. Visi dan Misi Sekolah ... 57

4. Deskripsi Subjek ... 58

B. Deskripsi dan Realibilitas Data ... 61

1. Deskripsi Data ... 61

2. Realibilitas Data ... 62

C. Hasil Penelitian ... 63

1. Pengajuan Hipotesis ... 63

D. Pembahasan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian :

Pendidikan adalah satu diantara beberapa kebutuhan dasar manusia. Oleh karenanya diera globalisasi pada masa kini sumber daya manusia yang berkualitas dalam hal intelektualitas yang berkarakter sangat di perlukan bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Sedangkan tanggung jawab dalam masalah sumberdaya manusia yang berkualitas dalam intelektualitas yang berkarakter satu diantaranya dibebankan pada dunia pendidikan. Maka dari itu sumber daya manusia berkualitas dalam intelektulitas yang berkarakter merupakan produk pendidikan diharapkan dapat berfikir kritis dan mempunyai wawasan yang sangat luas. Oleh sebab itu pada masa ini peserta didik diharapkan menjadi sosok individu yang berintelektual tinggi dan berkarakter, dengan harapan agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual maupun spiritual.

(10)

2

learning adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar bagi mereka.

Sedangkan menurut Frank dan Robert (1988) self regulation merupakan kemampuan diri untuk memonitor pemahamannya, untuk memutuskan kapan ia siap di uji, untuk memilih strategi pemrosesan informasi yang adekuat dan sejenisnya. Self regulated learning mencakup tiga tahap kegiatan yakni sebelum, selama dan sesudah melaksanakan tugas belajar.

Refista (2013) menyatakan bahwa dengan self-regulated learning, siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan dapat belajar secara mandiri. Belajar secara mandiri berarti melakukan kegiatan belajar sendiri, belajar tidak hanya menunggu perintah dari guru maupun orang tua.

(11)

3

secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuannya, menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan ke arah tujuannya, menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdarakan kemajuan yang mereka buat, dan mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan. Self regulation adalah proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan di dorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan. Peserta didik yang mempunyai self regulation tinggi adalah peserta didik yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar.

Dari berbagai macam definisi self regulated learnig yang telah disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan self regulated learning adalah kemampuan seesorang untuk dilakukan secara mandiri dalam menampilkan serangkaian tindakan yang ditujukan untuk mencapai target belajarnya.

2. Aspek – aspek Self regulated learning

Menurut Zimmerman (dalam Nur Ghufron, 2011) memapaparkan bahwa self regulation mencakup tiga aspek yang diaplikasikan dalam belajar, yaitu: a). Metakognisi, b). Motivasi, dan c). Perilaku/afeksi.

a. Metakognisi

(12)

4

tentang berfikir. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa metakognitif merupaan suatu hal yang penting. Hal ini pengetahuan seseorang tentang kognisinya dapat membimbing dirinya mengatur dan menata peristiwa yang akan dialami dan memilih strategi yang sesuai agar dapat meningkatkan kinerja kognitifnya. Zimmerman dan pons (Ghufron, 2011) menambahkan bahwa poin metakognitif bagi individu yang melakukan pengelolaan diri adalah individu yang merencanakan, mengorganisasi, mengukur diri, menginstruksikan diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.

b. Motivasi Instrintic

Motivasi Intrinsik ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi atas dasar kemaauan sendiri. Motivasi instrintik dapat diciptakan dengan cara perasaan ingin tahu, keinginan untuk mencoba, dan keinginan untuk maju dalam belajar (Rusyan, 1992).

(13)

5

lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua atau guru.

Berdasarkan uraian diatas motivasi instrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri dan diciptakan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu, keinginan untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam beljar.

c. Perilaku belajar

Perilaku menurut Zimmerman dan Schunk (1997) merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar. Pada perilaku ini Zimmerman dan pons (Ghufron, 2011) mengataka bahwa individu memilih, menyusun, dan menciptakan lingkungan sosial dan fisik seimbang untuk mengoptimalkan pencapaian atas aktivitas yang dilakukan.

(14)

6

Ketika mengalami kesulitan dalam proses belajar siswa dapat memanfaatkna lingkunganya, salah satunya dengan bertanya kepada guru atau orang yang lebih memahami mengenai kesulitan yang dialaminya. Allah memerintahkan kita untuk berkonsultasi kepada para pakar sebagai salah satu media untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebaigaman firman Allah SWT dalam surat Al Anbiya’ ayat 7 sebagai berikut :

ﺎ ْ ْر أ ﺎ و ﺮْ ﺬ ا ھ ا ْﻮ ﻌْ ﻓ ْ ﮭْﯿ ا ~ْﻲﺣ ْﻮ ﻻﺎﺟرﻻ إ ْﺒﻗ

ن ْﻮ ْﻌ ﻻ ْ ْ ْنا )( ۷

Artinya: “Kami tidak mengutus sebelummu kecuali beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu, tanyakanlah kepada

orang-orang yang tahu kalau kamu tidak mengetahuinya”. (Zaini dan Azharuddin, 2000)

Berdasarkan uraian diatas perilaku belajar aktif adalah upaya individu untuk mengatur dirinya, menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar serta siswa dapat mengerti dan memahami apa yang mereka pelajari selama proses belajar berlangsung dan sesudah proses belajar itu selesai.

(15)

7

3. Karakteristik Siswa yang Melaksanakan Self regulated Learning Siswa yang telah terbiasa melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar memiliki beberapa karakteristik. Paris dan Winegrad menjabarkan bahwa karakteristik yang paling pokok dari siswa yang melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar ada tiga antara lain (Gghufron, 2004):

a. Kesadaran terhadap pikiran (awernes of thingking)

Kesadaran ini berkaitan dengan kesadaran mengenai cara berfikir yang efektif dan analisis yang sesuai dengan kebiasaan berfikirnya.

b. Menggunakan Strategi (using strategis)

Karakteristik yang ke dua ini berkaitan dengan pemahaman siswa terhadap strategi dalam belajar, mengontrol emosi, mencapai tujuan, dan lain-lain. Strategi yang dapat digunakan dalam pengelolaan diri dalam belajar diantaranya, pengulang-ulangan, pengelaborasian, pengorganisasian dan peniruan.

c. Motivasi yang tinggi (sustained motivation)

(16)

8

4. Faktor yang mempengaruhi Self Regulated Learning

Zimmerman (1989) berpendapat bahwa menurut teori social kognitif terdapat 3 hal yang mempengaruhi seseorang sehingga melakukan self regulated learning :

a. Individu, yang termasuk dalam faktor individu antara lain,

1. Pengetahuan individu semakin banyak dan beragam sehingga membantu individu melakukan self regulated learning.

2. Tingkat kemampuan metakognisi individu semakin tinggi sehingga dapat membantu individu melakukan self regulated learning.

3. Tujuan yang ingin dicapai, artinya semakin tinggi dan kompleks tujuan yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan untuk melakukan self regulated learning.

4. Keyakinan efikasi diri, dimanapun pembelajar yang memiliki taraf self efficacy yang tinggi cenderung akan bekerja lebih keras dan tekun pada tugas akademik ditengah kesulitan, dan lebih baik dalam memantau dirinya dan menggunakan strategi belajar.

(17)

9

observation, self judgement, self reaction. Apabila dikaitkan dengan self regulated learning dapat dibedakan menjadi 3 :

1. Behaviour self reaction yaitu siswa berusaha seoptimal mungkin dalam belajar

2. Personal self reaction ialah siswa berusaha meningkatkan proses yang ada dalam dirinya pada saat belajar

3. Environmental self reaction yakni siswa berusaha merubah dan menyesuaikan langkah belajar sesuai dengan kebuuhan.

c. Lingkungan, dapat mendukung atau menghambat siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Adapun pengaruh lingkungan bersumber dari luar diri pembelajar, dan ini bermacam-macam wujudnya. Pengaruh lingkungan ini berupa social and enactive experience, dukungan sosial seperti dari guru teman, maupun berbagai bentuk informasi literature dan simbolik lainnya, serta struktur konteks belajar, seperti karakteristik tugas dan situasi akademik.

5. Strategi dalam Self Regulated Learning

(18)

10

dihasilkan 14 strategi belajar yang umumnya digunakan oleh seorang self regulated learning, sebagai berikut:

a. Evaluasi diri (self-evaluation) adalah pernyataan yang

mengindikasikan siswa birinisiatif mengevaluasi kualitas atau kemajuan pekerjaan yang dilakukan.

b. Pengorganisasian dan perubahan (organizing and transforming)

adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa berinisiatif menyusun kembali materi instuksional untuk meningkatkan proses belajar baik secara jelas maupun tersembunyi.

c. Penetapan tujuan dan perencanaan (goal-setting and planning)

adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa menetapkan tujuan pendidikan atau subtujuan dan merencanakan langkah selanjutnya, pengaturan waktu dan menyelesaikan aktivitas yang berhubungan dengan tujuan.

d. Pencarian informasi (seeking information) adalah pernyataan yang

mengindikasikan siswa berinisiatif untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan tugas selanjutnya dari sumber-sumber non-sosial ketika mengerjakan tugas.

e. Latihan mencatat dan memonitor (keeping records and

(19)

11

f. Penyusunan linkungan (environmental structuring) adalah

pernyataan yang mengindikasikan siswa berinisiatif memilih atau menyusun kondisi lingkungan fisik untuk mempermudah belajar. g. Pemberian konsekuensi diri (self-consequating) adalah pernyataan

yang mengindikasikan siswa memiliki susunan dan daya khayal (imagination) untuk memperoleh reward atau punishment apabila mengalami keberhasilan atau kegagalan.

h. Latihan dan mengingat (rehearsing and memorizing) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa berinisiatif mengingat materi dengan cara latihan secara overt maupun covert.

i. Pencarian bantuan sosial-teman sebaya (seeking social assistance-peers) adalah pernyataan yang mengindikasikan individu mencoba mendapatkan bantuan dari teman sebaya.

j. Pencarian bantuan sosial-guru (seeking social assistance-teachers)

adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa mencoba

mendapatkan bantuan dari guru.

k. Pencarian bantuan sosial-orang dewasa (seeking social assistance-adult) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa mencoba

mendapatkan bantuan dari orang dewasa.

l. Pemeriksaan ulang catatan (reviewing records-notes) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa memiliki inisiatif membaca

(20)

12

m. Pemeriksaan ulang soal-soal ujian (reviewing records-tests) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa mempunyai inisiatif

membaca kembali soal-soal ujian.

n. Pemeriksaan ulang buku teks (reviewing records-textbooks) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa memiliki inisiatif membaca

kembali buku teks untuk mempersiapkan kelas atau ujian berikutnya.

B. Self- Efficacy

1. Pengertian Self-Efficacy

Menurut Jane ( 2008) Secara umum Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Bandura (dalam Schunk 1991) mendefinisikan Self-efficacy sebagai pertimbangan seseorang terhadap kemampuan mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai performansi tertentu. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan mengerjakan tugas dan bukan hanya semata-mata mengetahui apa yang dikerjakan. Bandura menjelaskan individu yang memiliki self efficacy yang rendah akan menghindari semua tugas dan menyerah dengan mudah ketika masalah muncul. Mereka menganggap kegagalan sebagai kurangnya kemampuan ini, orang yang memiliki self efficacy yang rendah akan mengurangi usaha mereka bekerja dalam situasi yang sulit.

(21)

13

tindakan-tindakan yang perlu dalam mencapai tingkat kinerja tertentu. Efikasi adalah penilaian diri seseorang dapat melakukan tindakan yang baik, buruk tepat atau salah, bisa atau tidak mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri (Bandura, dalam Alwisol, 2009).

Menurut Betz, N,E & Hackett, G (1998) Self-efficacy mengacu pada keyakinan akan kemampuan dari individu untuk berhasil melaksanakan tugas-tugas atau perilaku yang diharapkan. Teori self-efficacy dianggap salah satu pendekatan dari penerapan teori belajar sosial atau teori kognitif sosial.

Senada dengan Betz, menurut elliot,N.S, Krachtowill, T.R,& Travers, J.F (2000) self-efficacy adalah keyakinan dari diri individu pada kemampuan untuk mengontrol kehidupannya atau perasaan untuk merasa mampu. Menurut Bandura (1997) self efficacy keyakinan atau rasa percaya diri seseorang tentang kemampuannya untuk mengerahkan motivasinya, kemampuan kognitifnya, serta tindakan yang diperlukan untuk melakukan dengan sukses dengan tugas tertentu dalam konteks tertentu.

(22)

14

mengatakan bahwa self efficacy adalah penilaian kognitif yang kompleks tentang kemampuan individu dimasa mendatang untuk mengorganisisaikan dan memilih tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Michael (1993) Self efficacy menunjukkan pada keyakinan individu bahwa dirinya dapat melakukan tindakan yang dikehendaki oleh situasi tertentu dengan berhasil. Hal ini sejalan dengan pendapat Bandura yang menyatakan Self efficacy adalah pendapat atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang mengenai kemampuannya dalam menampilkan suatu bentuk perilaku dan hal ini berhubungan dengan situasi yang dihadapi seseorang tersebut dan menempatkan sebagian elemen kognitif dalam pembelajaran sosial.

Alwisol (2006) Self Efficacy adalah penilaian diri apakah seseorang dapat melakukan tingkatan yang baik, buruk tepat atau salah, bisa atau tidak mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Self efficacy merupakan keyakinan seesorang akan kemampuanya melakukan suatu perilaku, bahkan dihadapkan dengan situasi penghalang atau menghambat (stressful situasion) untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

(23)

15

2. Dimensi self-efficacy

Bandura (1986) mengunkapkan bahwa perbedaan self efficacy pada setiap individu terletak pada toga komponen, yaitu, magnitude, strength dan generality. Masing-masing implikasi penting di dalam performansi yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut a. Pertama, Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang

berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya.

b. Kedua, Generality ( generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi. c. Ketiga Strength (kekuatan keyakinan), yaitu yang berkaitan

(24)

16

menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

Pengukuhan “self efficacy” dilakukan terhadap salah satu dimensi diatas atau kombinasi antara dimensi “Magnitude” dan “Stregth”. Dimensi self efficacy yang diukur adalah dimensi kekuatan (streght), antara lain:

a. Presistensi yaitu keteguhan dalam mengerakkan usaha-usaha untuk menghadapi situasi-situasi yang spesifik.

b. Orientasi Kendali Internal yaitu perasaan mampu mengendalikan dan mengatasi situasi-situasi yang spesifik.

c. Adaptability yaitu perasaan mampu menyesuaikan diri pada situasi-situasi yang menekan.

d. Orientasi pada tujuan yaitu perasaan yang mengarah pada aktivitas pencapaian.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Efficacy

Perubahan perilaku didasari oleh adanya perubahan self efficacy. Oleh karena itu, self efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan maupun diturunkan, tergantung pada sumbernya. Apabila sumber self efficacy berubah maka perubahan perilaku akan terjadi. Berikut ini adalah sumber-sumber self efficacy (Alwisol, 2006) antara lain :

(25)

17

Keberhasilan dan prestasi yang pernah dicapai dimasa lalu dapat meningkatkan self efficacy seseorang, sebaliknya kegagalan menghadapi sesuatu mengakibatkan keraguan pada diri sendiri (self doubt). Sumber ini merupakan sumber self efficacy yang paling kuat pengaruhnya untuk menubah perilaku. Pencapaian keberhasilan akan memberikan dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya :

1. Keberhasilan mengatasi tugas yang sulit bahkan sangat sulit, akan meningkat self efficacy individu.

2. Bekerja sendiri, lebih meningkatkan self efficacy dibandingkan bekerja kelompok atau dibantu orang lain. 3. Kegagalan menurunkan self efficacy, meskipun seorang

individu merasa sudah bekerja sebaik mungkin.

4. Kegagalan yang terjadi ketika kondisi emosi sedang tertekan dapat lebih banyak pengaruhnya menurunkan self efficacy, dibandingkan bila kegagalan terjadi ketika individu sedang dalam kondisi optimal.

(26)

18

6. Individu yang biasanya berhasil, sekali mengalami kegagalan, belum tentu akan mempengaruhi self efficacy -nya.

b. Pengalaman Vikarius (vicarious Experience)

Self efficacy dapat terbentuk melalui pengamatan individu terhadap kesuksesan yang dialami orang lain sebagai model sosial yang mewakili dirinya. Pengalaman tidak langsung meningkatkan kepecayaan individu bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sama seperti model yang diamati saat dihadapkan pada persoalan yang setara. Intensitas self efficacy dalam diri individu ditentukan oleh tingkat kesamaan dan kesesuaian kompetensi yang ada dalam model terhadap diri sendiri. Semakin setara kompetensi yang dimaksud maka individu akan semakin mudah merefleksikan pengalaman model sosial sebagai takaran kemampuan yang ia miliki. Dalam proses atensi individu melakukan pengamatan terhadap model sosial yang dianggap mempresentasikan dirinya. Kegagalan dan kesuksesan yang dialami model sosial yang dianggap mempresentasikan dirinya. Kegagalan dan kesuksesan yang dialami model sosila kemudian diterima individu sebagai dasar pembentukan self efficacy.

(27)

19

Akan lebih mudah untuk meyakinkan dengan kemampaun diri sendiri, ketika seseorang didukung, dihibur oleh orang-orang terdekat yang ada disekitarnya. Akibatnya tidak ada atau kurangnya dukungan dari lingkungan sosial juga dapat melemahkan self efficacy. Bentuk persuasi sosial bisa bersifat verbal maupun non verbal, yaitu berupa pujian, dorongan dan sejenisnya. Efek dari sumber ini sifatnya terbatas, namun pada kondisi yang tepat persuasi dari orang sekitar akan memperkuat self efficacy. Kondisi ini adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi dan dukungan realistis dari apa yang dipersuasikan. d. Keadaan Emosi (Emotional and psychological)

(28)

20

C. Hubungan antara variabel Self Efficacy pada pelajaran fisika dengan Self Regulated Learning

Menurut Tis’a (2011) ada Hubungan dan signifikan antara self-efficacy dengan self-regulated learning. Hubungan yang signifikan mengindikasikan bahwa tingginya self-efficacy akan diikuti dengan tingginya self-regulated learning dan sebaliknya, rendahnya self-efficacy akan diikuti pula dengan rendahnya self-regulated learning.

Self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa yang memiliki self regulated learning adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar bagi mereka.

Self efficacy pada peserta didik keyakinan atau rasa percaya diri individu tentang kemampuannya untuk mengerahkan motivasinya, kemampuan kognitifnya, serta tindakan yang diperlukan untuk melakukan dengan sukses pada pelajaran fisika.

Rasa mampu dan yakin pada setiap individu dalam mengerjakan tugas-tugas belajar maupun tugas yang sangat sulit pun pasti ada. Kemampuan dalam belajar yang optimal dapat diraih peserta didik bila peserta didik menggunakan kemampuan pengaturan diri dalam belajar.

(29)

21

merencanakan, mengatur, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. Sering kali peserta didik saat mendengar kata belajar mereka menjadi kurang bersemangat, sehingga peserta didik perlu menanamkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar. Kebutuhan untuk belajar ini menimbulkan suatu dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan belajar yang jelas dan pasti membantu seseorang dalam mengingat. Tujuan belajar ini akan menimbulkan sikap positif, perhatian dan usaha untuk mengerti apa yang dipelajari.

Untuk dapat belajar secara efektif, mahasiswa harus memiliki kebiasaan dan ketrampilan belajar yang baik, antara lain dengan mengatur waktu. Kebiasaan dan ketrampilan belajar yang dapat membantu konsentrasi dalam belajar, sehingga denan adanya kebiasaan dan keterampilan dalam belajar maka peserta didik bisa mencapai tujuannya (Loekmono, 1994).

Adanya motivasi instrintik berarti bahwa peserta didik menyadari bahwa kegiatan pendidikan yang sedang diikutinya bermanfaat baginya karena sejalan dengan kebutuhannya. Kebutuhan adalah kecenderungan yang berbekal dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan. Jadi timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada diri seseorang.

(30)

22

belajar yang meliputi waktu dan tempat untuk belajar, adanya kelopok belajar dan mencari bantuan pada yang lebih faham dari dirinya.

Proses belajar harus bersifat langsung dan praktis artinya apabila seseorang ingin mempelajari sesuatu, maka peserta didik sendirilah yang harus melakukanya, tanpa perantara orang lain. Jadi pada dasarnya peristiwa belajar serta hasil yang diperoleh banyak ditentukan oleh individu yang bersangkutan bukan orang lain. Meskipun demikian individu tidak lepas kaitannya dengan faktor lingkungan seperti tempat belajar, teman belajar dan suasana sekitar yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar (Loekmono, 1994).

Hubungan antara self efficacy dengan self regulated learning adalah upaya peserta didik ketika mempunyai rasa mampu dan yakin atas kemampuannya dalam meningkatkan hasil belajarnya, mengatur diri dalam belajarnya serta mampu memanfaatkan lingkungan yang mendukung untuk belajar dengan kemampuan metakognisi, motivasi instrintik, dan perilaku belajar aktif.

D. Kerangka Teoritis

(31)

23

motivasional, dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar bagi mereka.

Menurut Zimmerman (dalam Nur Ghufron, 2011) memapaparkan bahwa self regulation mencakup tiga aspek yang diaplikasikan dalam belajar, yaitu: a). Metakognisi, b). Motivasi, dan c). Perilaku/afeksi.

Bandura (1997) mengajukan tiga dimensi efikasi diri, yakni: 1) Magnitude, yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas, sejauh mana individu merasa mampu dalam melakukan berbagai tugas dengan derajat tugas mulai dari yang sederhana, yang agak sulit, hingga yang sangat sulit; 2) Generality, sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas atau situasi tertentu hingga dalam serangkaian tugas atau situasi yang bervariasi. 3) Strength, kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Namun dimensi self efficacy yang diukur adalah dimensi kekuatan (streght), antara lain:

a. Presistensi yaitu keteguhan dalam mengerakkan usaha-usaha untuk menghadapi situasi-situasi yang spesifik.

b. Orientasi Kendali Internal yaitu perasaan mampu mengendalikan dan mengatasi situasi-situasi yang spesifik.

c. Adaptability yaitu perasaan mampu menyesuaikan diri pada situasi-situasi yang menekan.

(32)

24

Kerangka teoritik ini digunakan untuk memudahkan jalan pemikiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dan untuk menggambarkan keterkaitan antar variabel yang akan di teliti. Adapun kerangka teoritik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Skema antar variabel

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :

Ha : “Ada Hubungan antara Self Efficacy pada pelajaran fisika dengan Self Regulated Learning siswa di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.”

Self Regulated

Learning

Metakognisi

Motivasi Instrinsik

Perilaku belajar

Self Efficacy

Magnitude

Generality

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Self regulated learning

1. Pengertian self regulated learning

Self regulated learning dalam istilah bahasa indonesia dapat disebut “pengelolaan diri dalam belajar” merupakan suatu startegi belajar. Strategi pengelolaan diri dalam belajar ini berkembang dari teori triadic kognisi social dari bBandura. Menurut teori triadic kognisi social, manusia merupakan hasil dari struktur kausal yang interpenden dari aspek-aspek yang meliputi perilaku (bahaviour), pribadi (person), dan lingkungan (environment). (Wahyuningsih, 2011).

Self regulated learning menempatkan pentingnya seseorang untuk belajar disiplin mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas-tugas yang sulit (Darmiany,2010). Pada sisi lain self regulated learning menekankan pentingnya inisiatif. Siswa yang memiliki inisiatif menunjukkan kemampuan untuk mempergunakan pemikirannya, perasaan-perasaannya, strategi dan tingkah lakunya yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan (Zimmerman, 2002)

(34)

26

learning adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar bagi mereka.

Sedangkan menurut Frank dan Robert (1988) self regulation merupakan kemampuan diri untuk memonitor pemahamannya, untuk memutuskan kapan ia siap di uji, untuk memilih strategi pemrosesan informasi yang adekuat dan sejenisnya. Self regulated learning mencakup tiga tahap kegiatan yakni sebelum, selama dan sesudah melaksanakan tugas belajar.

Refista (2013) menyatakan bahwa dengan self-regulated learning, siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan dapat belajar secara mandiri. Belajar secara mandiri berarti melakukan kegiatan belajar sendiri, belajar tidak hanya menunggu perintah dari guru maupun orang tua.

(35)

27

secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuannya, menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan ke arah tujuannya, menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdarakan kemajuan yang mereka buat, dan mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan. Self regulation adalah proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan di dorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan. Peserta didik yang mempunyai self regulation tinggi adalah peserta didik yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar.

Dari berbagai macam definisi self regulated learnig yang telah disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan self regulated learning adalah kemampuan seesorang untuk dilakukan secara mandiri dalam menampilkan serangkaian tindakan yang ditujukan untuk mencapai target belajarnya.

2. Aspek – aspek Self regulated learning

Menurut Zimmerman (dalam Nur Ghufron, 2011) memapaparkan bahwa self regulation mencakup tiga aspek yang diaplikasikan dalam belajar, yaitu: a). Metakognisi, b). Motivasi, dan c). Perilaku/afeksi.

a. Metakognisi

(36)

28

tentang berfikir. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa metakognitif merupaan suatu hal yang penting. Hal ini pengetahuan seseorang tentang kognisinya dapat membimbing dirinya mengatur dan menata peristiwa yang akan dialami dan memilih strategi yang sesuai agar dapat meningkatkan kinerja kognitifnya. Zimmerman dan pons (Ghufron, 2011) menambahkan bahwa poin metakognitif bagi individu yang melakukan pengelolaan diri adalah individu yang merencanakan, mengorganisasi, mengukur diri, menginstruksikan diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.

b. Motivasi Instrintic

Motivasi Intrinsik ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi atas dasar kemaauan sendiri. Motivasi instrintik dapat diciptakan dengan cara perasaan ingin tahu, keinginan untuk mencoba, dan keinginan untuk maju dalam belajar (Rusyan, 1992).

(37)

29

lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua atau guru.

Berdasarkan uraian diatas motivasi instrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri dan diciptakan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu, keinginan untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam beljar.

c. Perilaku belajar

Perilaku menurut Zimmerman dan Schunk (1997) merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar. Pada perilaku ini Zimmerman dan pons (Ghufron, 2011) mengataka bahwa individu memilih, menyusun, dan menciptakan lingkungan sosial dan fisik seimbang untuk mengoptimalkan pencapaian atas aktivitas yang dilakukan.

(38)

30

Ketika mengalami kesulitan dalam proses belajar siswa dapat memanfaatkna lingkunganya, salah satunya dengan bertanya kepada guru atau orang yang lebih memahami mengenai kesulitan yang dialaminya. Allah memerintahkan kita untuk berkonsultasi kepada para pakar sebagai salah satu media untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebaigaman firman Allah SWT dalam surat Al Anbiya’ ayat 7 sebagai berikut :

ﺮْ ﺬ ا ھ ا ْﻮ ﻌْ ﻓ ْ ﮭْﯿ ا ~ْﻲﺣ ْﻮ ﻻﺎﺟرﻻ إ ْﺒﻗ ﺎ ْ ْر أ ﺎ و

ن ْﻮ ْﻌ ﻻ ْ ْ ْنا )( ۷

Artinya: “Kami tidak mengutus sebelummu kecuali beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu, tanyakanlah kepada

orang-orang yang tahu kalau kamu tidak mengetahuinya”. (Zaini dan Azharuddin, 2000)

Berdasarkan uraian diatas perilaku belajar aktif adalah upaya individu untuk mengatur dirinya, menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar serta siswa dapat mengerti dan memahami apa yang mereka pelajari selama proses belajar berlangsung dan sesudah proses belajar itu selesai.

(39)

31

3. Karakteristik Siswa yang Melaksanakan Self regulated Learning Siswa yang telah terbiasa melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar memiliki beberapa karakteristik. Paris dan Winegrad menjabarkan bahwa karakteristik yang paling pokok dari siswa yang melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar ada tiga antara lain (Gghufron, 2004):

a. Kesadaran terhadap pikiran (awernes of thingking)

Kesadaran ini berkaitan dengan kesadaran mengenai cara berfikir yang efektif dan analisis yang sesuai dengan kebiasaan berfikirnya.

b. Menggunakan Strategi (using strategis)

Karakteristik yang ke dua ini berkaitan dengan pemahaman siswa terhadap strategi dalam belajar, mengontrol emosi, mencapai tujuan, dan lain-lain. Strategi yang dapat digunakan dalam pengelolaan diri dalam belajar diantaranya, pengulang-ulangan, pengelaborasian, pengorganisasian dan peniruan.

c. Motivasi yang tinggi (sustained motivation)

(40)

32

4. Faktor yang mempengaruhi Self Regulated Learning

Zimmerman (1989) berpendapat bahwa menurut teori social kognitif terdapat 3 hal yang mempengaruhi seseorang sehingga melakukan self regulated learning :

a. Individu, yang termasuk dalam faktor individu antara lain,

1. Pengetahuan individu semakin banyak dan beragam sehingga membantu individu melakukan self regulated learning.

2. Tingkat kemampuan metakognisi individu semakin tinggi sehingga dapat membantu individu melakukan self regulated learning.

3. Tujuan yang ingin dicapai, artinya semakin tinggi dan kompleks tujuan yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan untuk melakukan self regulated learning.

4. Keyakinan efikasi diri, dimanapun pembelajar yang memiliki taraf self efficacy yang tinggi cenderung akan bekerja lebih keras dan tekun pada tugas akademik ditengah kesulitan, dan lebih baik dalam memantau dirinya dan menggunakan strategi belajar.

(41)

33

observation, self judgement, self reaction. Apabila dikaitkan dengan self regulated learning dapat dibedakan menjadi 3 :

1. Behaviour self reaction yaitu siswa berusaha seoptimal mungkin dalam belajar

2. Personal self reaction ialah siswa berusaha meningkatkan proses yang ada dalam dirinya pada saat belajar

3. Environmental self reaction yakni siswa berusaha merubah dan menyesuaikan langkah belajar sesuai dengan kebuuhan.

c. Lingkungan, dapat mendukung atau menghambat siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Adapun pengaruh lingkungan bersumber dari luar diri pembelajar, dan ini bermacam-macam wujudnya. Pengaruh lingkungan ini berupa social and enactive experience, dukungan sosial seperti dari guru teman, maupun berbagai bentuk informasi literature dan simbolik lainnya, serta struktur konteks belajar, seperti karakteristik tugas dan situasi akademik.

5. Strategi dalam Self Regulated Learning

(42)

34

dihasilkan 14 strategi belajar yang umumnya digunakan oleh seorang self regulated learning, sebagai berikut:

a. Evaluasi diri (self-evaluation) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa birinisiatif mengevaluasi kualitas atau kemajuan pekerjaan yang dilakukan.

b. Pengorganisasian dan perubahan (organizing and transforming) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa berinisiatif menyusun kembali materi instuksional untuk meningkatkan proses belajar baik secara jelas maupun tersembunyi.

c. Penetapan tujuan dan perencanaan (goal-setting and planning) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa menetapkan tujuan pendidikan atau subtujuan dan merencanakan langkah selanjutnya, pengaturan waktu dan menyelesaikan aktivitas yang berhubungan dengan tujuan.

d. Pencarian informasi (seeking information) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa berinisiatif untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan tugas selanjutnya dari sumber-sumber non-sosial ketika mengerjakan tugas.

(43)

35

f. Penyusunan linkungan (environmental structuring) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa berinisiatif memilih atau menyusun kondisi lingkungan fisik untuk mempermudah belajar. g. Pemberian konsekuensi diri (self-consequating) adalah pernyataan

yang mengindikasikan siswa memiliki susunan dan daya khayal (imagination) untuk memperoleh reward atau punishment apabila mengalami keberhasilan atau kegagalan.

h. Latihan dan mengingat (rehearsing and memorizing) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa berinisiatif mengingat materi dengan cara latihan secara overt maupun covert.

i. Pencarian bantuan sosial-teman sebaya (seeking social assistance-peers) adalah pernyataan yang mengindikasikan individu mencoba mendapatkan bantuan dari teman sebaya.

j. Pencarian bantuan sosial-guru (seeking social assistance-teachers)

adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa mencoba

mendapatkan bantuan dari guru.

k. Pencarian bantuan sosial-orang dewasa (seeking social assistance-adult) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa mencoba

mendapatkan bantuan dari orang dewasa.

l. Pemeriksaan ulang catatan (reviewing records-notes) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa memiliki inisiatif membaca

(44)

36

m. Pemeriksaan ulang soal-soal ujian (reviewing records-tests) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa mempunyai inisiatif

membaca kembali soal-soal ujian.

n. Pemeriksaan ulang buku teks (reviewing records-textbooks) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa memiliki inisiatif membaca

kembali buku teks untuk mempersiapkan kelas atau ujian berikutnya.

B. Self- Efficacy

1. Pengertian Self-Efficacy

Menurut Jane ( 2008) Secara umum Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Bandura (dalam Schunk 1991) mendefinisikan Self-efficacy sebagai pertimbangan seseorang terhadap kemampuan mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai performansi tertentu. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan mengerjakan tugas dan bukan hanya semata-mata mengetahui apa yang dikerjakan. Bandura menjelaskan individu yang memiliki self efficacy yang rendah akan menghindari semua tugas dan menyerah dengan mudah ketika masalah muncul. Mereka menganggap kegagalan sebagai kurangnya kemampuan ini, orang yang memiliki self efficacy yang rendah akan mengurangi usaha mereka bekerja dalam situasi yang sulit.

(45)

37

tindakan-tindakan yang perlu dalam mencapai tingkat kinerja tertentu. Efikasi adalah penilaian diri seseorang dapat melakukan tindakan yang baik, buruk tepat atau salah, bisa atau tidak mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri (Bandura, dalam Alwisol, 2009).

Menurut Betz, N,E & Hackett, G (1998) Self-efficacy mengacu pada keyakinan akan kemampuan dari individu untuk berhasil melaksanakan tugas-tugas atau perilaku yang diharapkan. Teori self-efficacy dianggap salah satu pendekatan dari penerapan teori belajar sosial atau teori kognitif sosial.

Senada dengan Betz, menurut elliot,N.S, Krachtowill, T.R,& Travers, J.F (2000) self-efficacy adalah keyakinan dari diri individu pada kemampuan untuk mengontrol kehidupannya atau perasaan untuk merasa mampu. Menurut Bandura (1997) self efficacy keyakinan atau rasa percaya diri seseorang tentang kemampuannya untuk mengerahkan motivasinya, kemampuan kognitifnya, serta tindakan yang diperlukan untuk melakukan dengan sukses dengan tugas tertentu dalam konteks tertentu.

(46)

38

mengatakan bahwa self efficacy adalah penilaian kognitif yang kompleks tentang kemampuan individu dimasa mendatang untuk mengorganisisaikan dan memilih tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Michael (1993) Self efficacy menunjukkan pada keyakinan individu bahwa dirinya dapat melakukan tindakan yang dikehendaki oleh situasi tertentu dengan berhasil. Hal ini sejalan dengan pendapat Bandura yang menyatakan Self efficacy adalah pendapat atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang mengenai kemampuannya dalam menampilkan suatu bentuk perilaku dan hal ini berhubungan dengan situasi yang dihadapi seseorang tersebut dan menempatkan sebagian elemen kognitif dalam pembelajaran sosial.

Alwisol (2006) Self Efficacy adalah penilaian diri apakah seseorang dapat melakukan tingkatan yang baik, buruk tepat atau salah, bisa atau tidak mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Self efficacy merupakan keyakinan seesorang akan kemampuanya melakukan suatu perilaku, bahkan dihadapkan dengan situasi penghalang atau menghambat (stressful situasion) untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

(47)

39

2. Dimensi self-efficacy

Bandura (1986) mengunkapkan bahwa perbedaan self efficacy pada setiap individu terletak pada toga komponen, yaitu, magnitude, strength dan generality. Masing-masing implikasi penting di dalam performansi yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut a. Pertama, Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang

berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya.

b. Kedua, Generality ( generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi. c. Ketiga Strength (kekuatan keyakinan), yaitu yang berkaitan

(48)

40

menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

Pengukuhan “self efficacy” dilakukan terhadap salah satu dimensi diatas atau kombinasi antara dimensi “Magnitude” dan “Stregth”. Dimensi self efficacy yang diukur adalah dimensi kekuatan (streght), antara lain:

a. Presistensi yaitu keteguhan dalam mengerakkan usaha-usaha untuk menghadapi situasi-situasi yang spesifik.

b. Orientasi Kendali Internal yaitu perasaan mampu mengendalikan dan mengatasi situasi-situasi yang spesifik.

c. Adaptability yaitu perasaan mampu menyesuaikan diri pada situasi-situasi yang menekan.

d. Orientasi pada tujuan yaitu perasaan yang mengarah pada aktivitas pencapaian.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Efficacy

Perubahan perilaku didasari oleh adanya perubahan self efficacy. Oleh karena itu, self efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan maupun diturunkan, tergantung pada sumbernya. Apabila sumber self efficacy berubah maka perubahan perilaku akan terjadi. Berikut ini adalah sumber-sumber self efficacy (Alwisol, 2006) antara lain :

(49)

41

Keberhasilan dan prestasi yang pernah dicapai dimasa lalu dapat meningkatkan self efficacy seseorang, sebaliknya kegagalan menghadapi sesuatu mengakibatkan keraguan pada diri sendiri (self doubt). Sumber ini merupakan sumber self efficacy yang paling kuat pengaruhnya untuk menubah perilaku. Pencapaian keberhasilan akan memberikan dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya :

1. Keberhasilan mengatasi tugas yang sulit bahkan sangat sulit, akan meningkat self efficacy individu.

2. Bekerja sendiri, lebih meningkatkan self efficacy dibandingkan bekerja kelompok atau dibantu orang lain. 3. Kegagalan menurunkan self efficacy, meskipun seorang

individu merasa sudah bekerja sebaik mungkin.

4. Kegagalan yang terjadi ketika kondisi emosi sedang tertekan dapat lebih banyak pengaruhnya menurunkan self efficacy, dibandingkan bila kegagalan terjadi ketika individu sedang dalam kondisi optimal.

(50)

42

6. Individu yang biasanya berhasil, sekali mengalami kegagalan, belum tentu akan mempengaruhi self efficacy -nya.

b. Pengalaman Vikarius (vicarious Experience)

Self efficacy dapat terbentuk melalui pengamatan individu terhadap kesuksesan yang dialami orang lain sebagai model sosial yang mewakili dirinya. Pengalaman tidak langsung meningkatkan kepecayaan individu bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sama seperti model yang diamati saat dihadapkan pada persoalan yang setara. Intensitas self efficacy dalam diri individu ditentukan oleh tingkat kesamaan dan kesesuaian kompetensi yang ada dalam model terhadap diri sendiri. Semakin setara kompetensi yang dimaksud maka individu akan semakin mudah merefleksikan pengalaman model sosial sebagai takaran kemampuan yang ia miliki. Dalam proses atensi individu melakukan pengamatan terhadap model sosial yang dianggap mempresentasikan dirinya. Kegagalan dan kesuksesan yang dialami model sosial yang dianggap mempresentasikan dirinya. Kegagalan dan kesuksesan yang dialami model sosila kemudian diterima individu sebagai dasar pembentukan self efficacy.

(51)

43

Akan lebih mudah untuk meyakinkan dengan kemampaun diri sendiri, ketika seseorang didukung, dihibur oleh orang-orang terdekat yang ada disekitarnya. Akibatnya tidak ada atau kurangnya dukungan dari lingkungan sosial juga dapat melemahkan self efficacy. Bentuk persuasi sosial bisa bersifat verbal maupun non verbal, yaitu berupa pujian, dorongan dan sejenisnya. Efek dari sumber ini sifatnya terbatas, namun pada kondisi yang tepat persuasi dari orang sekitar akan memperkuat self efficacy. Kondisi ini adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi dan dukungan realistis dari apa yang dipersuasikan. d. Keadaan Emosi (Emotional and psychological)

(52)

44

C. Hubungan antara variabel Self Efficacy pada pelajaran fisika dengan Self Regulated Learning

Menurut Tis’a (2011) ada Hubungan dan signifikan antara self-efficacy dengan self-regulated learning. Hubungan yang signifikan mengindikasikan bahwa tingginya self-efficacy akan diikuti dengan tingginya self-regulated learning dan sebaliknya, rendahnya self-efficacy akan diikuti pula dengan rendahnya self-regulated learning.

Self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa yang memiliki self regulated learning adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar bagi mereka.

Self efficacy pada peserta didik keyakinan atau rasa percaya diri individu tentang kemampuannya untuk mengerahkan motivasinya, kemampuan kognitifnya, serta tindakan yang diperlukan untuk melakukan dengan sukses pada pelajaran fisika.

Rasa mampu dan yakin pada setiap individu dalam mengerjakan tugas-tugas belajar maupun tugas yang sangat sulit pun pasti ada. Kemampuan dalam belajar yang optimal dapat diraih peserta didik bila peserta didik menggunakan kemampuan pengaturan diri dalam belajar.

(53)

45

merencanakan, mengatur, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. Sering kali peserta didik saat mendengar kata belajar mereka menjadi kurang bersemangat, sehingga peserta didik perlu menanamkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar. Kebutuhan untuk belajar ini menimbulkan suatu dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan belajar yang jelas dan pasti membantu seseorang dalam mengingat. Tujuan belajar ini akan menimbulkan sikap positif, perhatian dan usaha untuk mengerti apa yang dipelajari.

Untuk dapat belajar secara efektif, mahasiswa harus memiliki kebiasaan dan ketrampilan belajar yang baik, antara lain dengan mengatur waktu. Kebiasaan dan ketrampilan belajar yang dapat membantu konsentrasi dalam belajar, sehingga denan adanya kebiasaan dan keterampilan dalam belajar maka peserta didik bisa mencapai tujuannya (Loekmono, 1994).

Adanya motivasi instrintik berarti bahwa peserta didik menyadari bahwa kegiatan pendidikan yang sedang diikutinya bermanfaat baginya karena sejalan dengan kebutuhannya. Kebutuhan adalah kecenderungan yang berbekal dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan. Jadi timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada diri seseorang.

(54)

46

belajar yang meliputi waktu dan tempat untuk belajar, adanya kelopok belajar dan mencari bantuan pada yang lebih faham dari dirinya.

Proses belajar harus bersifat langsung dan praktis artinya apabila seseorang ingin mempelajari sesuatu, maka peserta didik sendirilah yang harus melakukanya, tanpa perantara orang lain. Jadi pada dasarnya peristiwa belajar serta hasil yang diperoleh banyak ditentukan oleh individu yang bersangkutan bukan orang lain. Meskipun demikian individu tidak lepas kaitannya dengan faktor lingkungan seperti tempat belajar, teman belajar dan suasana sekitar yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar (Loekmono, 1994).

Hubungan antara self efficacy dengan self regulated learning adalah upaya peserta didik ketika mempunyai rasa mampu dan yakin atas kemampuannya dalam meningkatkan hasil belajarnya, mengatur diri dalam belajarnya serta mampu memanfaatkan lingkungan yang mendukung untuk belajar dengan kemampuan metakognisi, motivasi instrintik, dan perilaku belajar aktif.

D. Kerangka Teoritis

(55)

47

motivasional, dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar bagi mereka.

Menurut Zimmerman (dalam Nur Ghufron, 2011) memapaparkan bahwa self regulation mencakup tiga aspek yang diaplikasikan dalam belajar, yaitu: a). Metakognisi, b). Motivasi, dan c). Perilaku/afeksi.

Bandura (1997) mengajukan tiga dimensi efikasi diri, yakni: 1) Magnitude, yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas, sejauh mana individu merasa mampu dalam melakukan berbagai tugas dengan derajat tugas mulai dari yang sederhana, yang agak sulit, hingga yang sangat sulit; 2) Generality, sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas atau situasi tertentu hingga dalam serangkaian tugas atau situasi yang bervariasi. 3) Strength, kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Namun dimensi self efficacy yang diukur adalah dimensi kekuatan (streght), antara lain:

a. Presistensi yaitu keteguhan dalam mengerakkan usaha-usaha untuk menghadapi situasi-situasi yang spesifik.

b. Orientasi Kendali Internal yaitu perasaan mampu mengendalikan dan mengatasi situasi-situasi yang spesifik.

c. Adaptability yaitu perasaan mampu menyesuaikan diri pada situasi-situasi yang menekan.

(56)

48

Kerangka teoritik ini digunakan untuk memudahkan jalan pemikiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dan untuk menggambarkan keterkaitan antar variabel yang akan di teliti. Adapun kerangka teoritik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Skema antar variabel

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :

Ha : “Ada Hubungan antara Self Efficacy pada pelajaran fisika dengan Self Regulated Learning siswa di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.”

Self Regulated

Learning

Metakognisi

Motivasi Instrinsik

Perilaku belajar

Self Efficacy

Magnitude

Generality

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Hadi (1996) mengemukakan variabel adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran penyelidikan menunjukkan variasi baik dalam jenis maupun tingkatannya.

Didalam penelitian ini terdapat dua variabel, variabel terikat (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel). Kedudukan masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel terkikat (Y) : Self Regulated Learning

Variabel bebas (X) : Self Efficacy pada pelajaran Fisika

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai suatu variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2011).

(58)

49

indikator yang dapat diukur meliputi : (1) Merencanakan aktivitas dalam belajar; (2) Mengorganisasikan diri dalam belajar; (3) Menginstruksikan diri dalam belajar; (4) Memonitor aktivitas belajar; (5) Melakukan evaluasi kegiatan belajar. Untuk dimensi Motivasi instrisic terdapat tiga indikator yang terdiri dari : (1) Rasa ingin tahu dalam belajar (2) keinginan untuk mencoba (3) ingin maju dalam belajar. Selanjutnya didalam dimensi Perilaku terdapat dua indikator yang teridiri dari: (1) Menyeleksi lingkungan; (2) Memanfaatkan maupun menciptakan lingkungan yang menentukan aktivitas belajar.

Sedangkan didalam Self Efficacy memiliki pengertian bahwa keyakinan dan kemampuan pada diri individu untuk berhasil melaksanakan tugas-tugas atau perilaku yang diharapkan. Self efficacy memiliki 3 dimensi yaitu: magnitude,generality, strength.

Pengukuhan “self efficacy” dilakukan terhadap satu diantara dimensi diatas atau kombinasi antara dimensi “Magnitude” dan “Stregth”. Sedangkan didalam penelitian ini dimensi self efficacy yang diukur adalah dimensi kekuatan (streght), yang meliputi:

a. Presistensi yaitu keteguhan dalam mengerakkan usaha-usaha untuk menghadapi situasi-situasi yang spesifik.

b. Orientasi Kendali Internal yaitu perasaan mampu mengendalikan dan mengatasi situasi-situasi yang spesifik.

c. Adaptability yaitu perasaan mampu menyesuaikan diri pada situasi-situasi yang menekan.

(59)

50

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memliki satu sifat yang sama (Hadi, 1996).

Adapun dalam penelitian ini yang menjadikan populasi adalah siswa dan siswi kelas XI-IPA, dengan karakteristik siswa yang mengambil program IPA, kelas XI, laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini populasinya berjumlah 252 peserta didik kelas XI program IPA yang terdiri dari 8 kelas di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo. Alasan mengapa populasi yang diambil pada peserta didik kelas XI program IPA di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo adalah karena peserta didik yang mengambil program IPA jadwal belajarnya lebih banyak, harus menghafal mata pelajaran jika guru memerintahkan, hal ini semacam membutuhkan Self regulated learning yang tinggi.

2. Sampel

(60)

51

populasi, sebaliknya jika subjek lebih dari 100 dapat diambil 10%-15%, atau 20%-55%”. Pada penelitian ini, sampel yang diambil adalah 50% dari populasi yakni yang secara matematis 50/100 x 252 = 126 Siswa.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah sample random sampling sederhana karena subjek yang diambil adalah siswa kelas XI program IPA di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo sebagai anggota sampel, yang menjamin berapapun besarnya sampel akan mempunyai probabilitas yang imbang dengan populasinya. Sampel yang diambil adalah 4 kelas dari 8 kelas XI IPA, yakni XI IPA-2, XI IPA-4, XI IPA-7 dan XI IPA-8. Cara pengambilan dengan random menggunkan cara undian, pengambilan sampel secara undian ialah seperti layaknya orang melaksanakan undian. Adapun langkah-langkahnya adalah: (a). Menuliskan kode kelas XI IPA 1-8 pada selembar kertas kecil. (b). Menggulung setiap kertas kecil berkode tersebut. (c). Memasukkan gulungan-gulungan kertas kedalam kaleng. (d). Mengocok baik-baik kaleng tersebut. dan (e). Mengambil satu persatu gulungan tersebut sejumlah kebutuhan.

(61)

52

setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai subjek penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode skala psikologi. Metode skala digunakan karena data yang ingin diungkap berupa konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk item-item (Azwar, 2011). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis skala Likert. Dalam skala Likert terdapat pernyataan yang terdiri dari atas dua macam, yaitu pernyataan yang favorable (mendukung atau memihak pada objek sikap) dan pernyataan yang unfavorable (tidak mendukung objek sikap).

Untuk menentukan skor terhadap jawaban subjek, maka ditetapkan norma penskoran terhadap jawaban sebagai berikut :

Table 1

Skor Skala Likert

Kategori Jawaban Favorebel Unfavorebel

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

(62)

53

1. Skala Self Regulated Learning (Variabel Dependen/ Y)

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2008). Variabel terikat dalam penelitan ini adalah Self regulated learning.

a. Alat Ukur (Blue Print)

Skala ini bertujuan untuk mengukur Self regulated learning peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Skala Self regulated learning tersusun berdasarkan 3 aspek yaitu: aspek metakognisi, aspek motivasi instrinsik dan aspek perilaku belajar aktif.

Table 2.

Blueprint Skala Self Regulated Learning

Dimensi Indikator F UF Jumlah

Metakognisi

Merencanakan aktivitas

dalam belajar 1, 21,41, 11,31,46 6 Mengatur diri dalam

belajar 2,22, 12,32 4

Rasa ingin tahu dalam

belajar 6,26, 16,36, 4

Keinginan untuk

mencoba 7,27,43 17,37,48 6 Hasrat untuk maju dalam

belajar 8,28,44 18,38,49 6 Perilaku

belajar aktif

Menyeleksi lingkungan

(63)

54

Memanfaatkan maupun menciptakan linkungan dalam aktivitas belajar

10,30,45 20,40,50 6

Jumlah 25 25 50

Setiap komponen dalam skala self regulated learning terdapat aitem-aitem yang berbentuk mendukung pernyataan atau favorabel dan aitem-aitem yang berbentuk tidak mendukung atau unfavorable. Adapun sistem penilaian yang digunakan adalah model skala Likert yang menggunakan empat kategori meliputi pilihan jawaban. Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

2. Self Efficacy (Variabel Independen/ X)

Self efficacy pada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength dan generality. Pengukuhan “self efficacy” dilakukan terhadap kombinasi antara dimensi “Magnitude dan Stregth”. Dimensi self efficacy yang diukur adalah dimensi kekuatan (stregth), antara lain: a). Persistensi; b). Orientasi kendali internal; c). Adaptability; d). Orientasi pada tujuan.

Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam Blue Print pada tabel berikut :

(64)

3. Adaptability

(65)

56

Skala sefl regulated learning dan self efficacy menggunakan sistem penilaian dengan pilihan ganda model Likert, yang menggunakan empat kategori pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Hal ini dengan mempertimbangkan tiga alasan yang dikemukakan oleh De Vellis (1991), yaitu :

1. Kategori netral mempunyai arti ganda sehingga sulit untuk diartikan sebagai setuju atau tidak setuju. Kategori jawaban yang mempunyai arti ganda tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen.

2. Tersedianya jawaban di tengah dapat menimbulkan kecenderungan untuk memilih jawaban tengah tersebut (central tendency effect) bagi subjek yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

3. Maksud kategorisasi SS, S, TS, STS adalah untuk melihat kecenderungan pendapat subjek ke salah satu kutub.

D. Validitas dan Realibilitas

(66)

57

1. Validitas

Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data yang hendak di teliti secara tepat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas dengan menggunakan teknik korelasi spearman. Untuk mempermudah perhitungan maka digunakan program SPSS 16.00 for windows.

Penilaian kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pertanyaan (Azwar, 2005). Biasanya digunakan batasan corrected item-total correlation > 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya bedanya dianggap memuaskan, item yang memiliki harga corrected item-total correlation kurang dari 0.30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah. Untuk mempermudah perhitungan maka digunakan program SPSS 16.00 for windows.

Dalam penelitian self efficacy pada pelajaran fisika dari 50 aitem terdapat 40 soal yang valid yaitu, 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19 ,20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48,50, sedangkan aitem yang tidak valid (gugur) yaitu, 6, 9, 11, 14, 25, 28, 30, 40, 42, 49.

Gambar

Gambar 1. Skema  antar variabel
Gambar 1. Skema  antar variabel
Table 1 Skor Skala Likert
  Table 2.  Blueprint Skala
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suatu proses kenaikan pendapatan nasional dalam jangka waktu panjang yang diikuti dengan modernisasi, perubahan struktur ekonomi disebut …..

Dari tahapan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan, didapatkan data-data hasil survey lapangan berupa angket yang dibagikan kepada 40 siswa dan 2 guru mata pelajaran

Penyediaan Peralatan Dan Perlengkapan Kantor 953.592.000,00 Sumber Dana: APBD; Lokasi Kegiatan: DIY... Belanja Modal Pengadaan Buku Ilmu Politik Dan

• Pada tahap analisis, kamus data ada ta ap a a s s, a us data merupakan alat komunikasi antara user dan analis sistem tentang data yang dan analis sistem tentang data yang mengalir

Title: * [ WFS/FES SWG ] Change the media types for gml to conform to the latest MIME t. Source:

Telah dilakukan penelitian mengenai pembuatan edible film dari campuran tapioka, kitosan, gliserin, dan ekstrak kulit manggis ( Garciniae mangostana ) untuk

Sampai saat ini, produksi biopestisida dari tanaman nimba dilakukan dengan cara mengisolasi langsung dari tanaman utuh, terutama dari biji. Setiap gram biji nimba mengandung 3,6 mg

Ada dua alternatif dalam mengganti Sistem Operasi, yang pertama dengan melakukan upgrade Sistem Operasi dan yang kedua dengan melakukan migrasi dari server lama ke server yang