Wiranto
–
Harry Tanoesoedibjo (WIN-HT)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Aditya Herdiyansah Nahrudin
NIM : 1110051000033
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan Tayangan Kuis dalam Pembentukan Citra WIN HT”,dibawah bimbingan Nurul Hidayati, S.Ag., M. Pd
Menjelang berlangsungnya Pemilu pada tahun 2014, aroma panas persaingan masing-masing peserta pemilu makin mencuat ke permukaan. Masing-masing peserta pemilu yaitu para Calon Legislatif (Caleg) dan tak terkecuali para bakal calon Presiden dan Wakil Presiden berkampanye meraih dukungan dan simpati publik dengan menyebarkan citra positif ke khalayak. Melalui media massa adalah salah satu cara yang banyak dipilih, yaitu dengan membuat iklan politik sampai membuat
program tayangan televisi berjenis realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan
kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) seperti yang dilakukan oleh Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo.
Namun efektifkah kedua jenis program tayangan ini membentuk citra yang dinginkan sampai kepada benak khalayak. Untuk mengukur efektivitas dari kedua
jenis tayangan tersebut adalah menggunakan pendekatan efektivitas Goal-Atainment.
Efektivitas dari ke dua jenis program tayangan ini dapat dilihat ketika tujuan dari kedua jenis program tayangan ini membentuk citra positif dari WIN HT di benak mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 yang tidak lain adalah subjek dan sampel dari penelitian ini.
Bagaimana efektivitas dari program tayangan Reality show “Mewujudkan
Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis
Indonesia Cerdas di Global TV) dalam membentuk citra WIN HT pada mahasiswa
Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
Penelitian ini menggunakan metodologi dengan teknik pengambilan sampel
simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen berbentuk kuesioner. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan teknik kuantitatif deskripstif dengan melihat frekuensi jawaban dari seluruh responden atas masing-masing pernyataan kuesioner. Untuk mendapatkan kesimpulan mengenai persepsi, maka dilakukan pengkategorian dengan cara menjumlah skor dari 32 pernyataan yang disebar ke 78 orang responden, kemudian dikelompokkan. Penelitian ini didahului dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian yang dihasilkan bahwa kedua tayangan kuis (Kuis
Kebangsaan dan Kuis Indonesia Cerdas) dan tayangan program Reality show
Mewujudkan Mimpi Indonesia sama-sama mencapai efektifitas yaitu dengan menghasilkan citra positif dari WIN HT di benak khalayak. Persentase positif dari kedua jenis program tayangan tersebut yaitu Program Kuis menghasilkan 64,1%
responden yang menilai positif sedangkan 48,7% dari Reality Show. Dari perbedaan
persentase positif dari kedua tayangan diatas maka diketahui bahwa tayangan kuis lebih efektif membentuk citra positif WIN-HT di benak mahasiswa KPI tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
Alhamdulilah, segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia Nya yang tak terhingga bagi penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyususnan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Program
Tayangan realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis
(Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) Terhadap
Pembentukan Citra WIN HT”ini dengan baik dan lancar.
Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menyadari banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang
penulis miliki. Namun karena adanya semangat , doa dan bantuan dari berbagai
pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sudah sepatutnya
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada semua pihak
yang telah membantu. Sebuah kata yang tulus penulis sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi H. Arief Subhan , MA,
Wakil Dekan I, Suparto, M.Ed. Ph.D, Wakil Dekan II, Drs Jumroni, M.Si,
Wakil Dekan III, Dr.Sunandar, MA.
2. Rachmat Baihaky,MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
3. Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam.
4. Nurul Hidayati M.Pd Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan
ii
5. Tarny S dan Nahrudin Heri selaku ayah dan ibu, serta Mak Inah nenek
tercinta yang telah banyak membantu memberikan segala do‟a, semangat
baik materi dan non materi, terimakasih sudah menjadi orang tua yang
sempurna bagi penulis.
6. Adikku yang tercinta Nina Anindiya Isnaini, terimakasih atas dukungan
materi dan non materi yang telah di berikan kepada penulis sehingga
terselesainya skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
UIN SyarifHidyatullah Jakarta.
8. Staff Tata Usaha, Perpustakaan dan Karyawan UIN SyarifHidayatullah
Jakarta.
9. Damiko Cahyaji S.I.Kom yang telah membantu penulis mengajarkan
SPSS dan Nanda Cahya yang telah berbagi ilmu, serta Eko septiyanto
yang membantu penulis untuk menyebarkan angket penelitian dalam
bentuk google drive.
10.Sahabat “Squad Rempoa” yaitu Rifki Bimantoro, Damiko Cahyaji, Eko
Septiyanto, Dwi Muhammad Luthfi, Edwan Sutanto, Aji dkk terimakasih
atas motivasi yang diberikan selama ini, semoga kebahagian akan turut
iii
peneliti menyebarkan angket secara langsung.
12.Teman-teman sepermainan penulis di FIDKOM UIN Jakarta, Oji, Kenwal,
Damar, Dede, Farhan, Fajar, Aan. Welda, Butet, Isye dan yang lainnya
yang tak dapat dicantumkan semuanya satu persatu.
13.Teman teman LSO KONTRAS Musik Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Demikian pengantar dalam penelitian ini, akhir kata penulis berharap
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, Desember 2014
iv
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Tinjauan Pustaka ... 6
E. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL DAN LANDASAN TEORITIS A. Efektivitas ... 9
B. Media Massa ... 11
C. Efek Terpaan Media Massa ... 12
D. Televisi ... 16
E. Teori Efek Terbatas ... 21
F. Tayangan Program WIN-HT... 22
1. Program Reality Show“Mewujudkan Mimpi Indonesia” ... 22
2. Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia Cerdas ……. ... 24
G. Citra ... 25
1. Proses Pembentukan Citra ... 26
H. Kerangka Pemikiran ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ... 30
C. Jenis Penelitian ... 31
D. Metode Penelitian ... 32
E. Subjek dan Objek Penelitian ... 33
F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
G. Uji Statistik ... 36
1. Instrumen ... 36
H. Teknik Pengumpulan Data ... 38
I. Teknik Analisis Data ... 39
J. Uji Kualitas Instrumen ... 42
K. Operasional Variabel ... 44
v
3. Analisa Frekuensi Pernyataan ... 61
4. Hasil Citra WIN-HT ... 83
a. Interval Kelas Objek Kuis……….83
b. Interval Kelas Objek Reality Show………...84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA
vi
Tabel 1 Operasional Variabel………45
Tabel 2 Reliability Statistics………. 55
Tabel 3 Item total statistics ………..55
Tabel 4 Uji Validitas………..59
Tabel 5 Frekuensi Jenis Kelamin………...59
Tabel 6 Frekuensi Usia………..60
Tabel 7 Angkatan (Tahun Masuk)……….60
Tabel 8 Frekuensi Pernyataan 1……… 61
Tabel 9 Frekuensi Pernyataan 2……….62
Tabel 10 Frekuensi Pernyataan 3……….63
Tabel 11 Frekuensi Pernyataan 4……….63
Tabel 12 Frekuensi Pernyataan 5……….64
Tabel 13 Frekuensi Pernyataan 6……….65
Tabel 14 Frekuensi Pernyataan 7……….65
Tabel 15 Frekuensi Pernyataan 8……….66
Tabel 16 Frekuensi Pernyataan 9……….67
Tabel 17 Frekuensi Pernyataan 10………...67
Tabel 18 Frekuensi Pernyataan 11………...68
Tabel 19 Frekuensi Pernyataan 12………69
Tabel 20 Frekuensi Pernyataan 13………69
Tabel 21 Frekuensi Pernyataan 14………70
Tabel 22 Frekuensi Pernyataan 15………71
Tabel 23 Frekuensi Pernyataan 16………71
vii
Tabel 27 Frekuensi Pernyataan 20 ………...74
Tabel 28 Frekuensi Pernyataan 21………75
Tabel 29 Frekuensi Pernyataan 22………75
Tabel 30 Frekuensi Pernyataan 23………76
Tabel 31 Frekuensi Pernyataan 24………77
Tabel 32 Frekuensi Pernyataan 25………77
Tabel 33 Frekuensi Pernyataan 26………78
Tabel 34 Frekuensi Pernyataan 27………79
Tabel 35 Frekuensi Pernyataan 28………79
Tabel 36 Frekuensi Pernyataan 29………80
Tabel 37 Frekuensi Pernyataan 30………81
Tabel 38 Frekuensi Pernyataan 31………81
Tabel 39 Frekuensi Pernyataan 32………82
Tabel 40 Interval Kuis………...84
1 A. Latar Belakang
Tahun 2014 adalah tahun politik di Indonesia yaitu pesta rakyat lima tahun
sekali atau disebut dengan pemilihan umum (pemilu). Pada 9 April tepatnya
diselenggarakan ajang politik tersebut. Semakin dekat waktu dengan event
tersebut, maka semakin tercium aroma panas persaingan dari para partai peserta
pemilu 2014. Persaingan ini menimbulkan cara yang berbeda dari setiap partai
peserta atau para calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres)
untuk mengkampanyekan diri mereka agar mendapat simpati publik dan
dukungan supaya tercapai tujuan mereka.
Tidak sedikit para peserta pemilu tersebut yang memanfaatkan teknologi
yang sedang berkembang. Semakin maju dan berkembangnya teknologi sekarang
dimanfaatkan sebagian orang atau suatu pihak untuk menyebarkan informasi yang
dapat dilihat orang banyak. Misal seseorang pada masa dulu ingin mengajak
seseorang lainnya untuk melakukan barter makanan yang dimiliki dengan
makanan lain yang juga dimiliki oleh orang lain, kemudian mereka memakai
poster sederhana dan disebar di tempat strategis di mana orang akan melihat.
Perkembangan teknologi ini sudah berkembang secara cepat dan
menghasilkan suatu media yang bisa bermanfaat dalam penyampaian suatu
informasi dari satu pihak media ke khalayak luas. Itu yang biasa kita sebut
sekarang sebagai media massa.
Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan
yang signifikan. Di sini secara instan media massa dapat membentuk kristalisasi
opini.1 Media massa sekarang juga dimanfaatkan sebagai alat politik oleh
beberapa partai politik dan tidak terkecuali Capres dan Cawapres yang ikut serta
dalam pertarungan pemilu 2014 nanti untuk berkampanye menyampaikan visi
misi dan pastinya untuk membentuk citra positif ke benak khalayak.
Salah satu contoh masalah yang berkaitan pada pemaparan di atas adalah
cara dari salah satu pasangan Capres Cawapres dari partai Hanura yang telah
dideklarasikan secara resmi yaitu Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo (WIN-HT)
membuat suatu program tayangan reality show yang berjudul “Mewujudkan
Mimpi Indonesia” di RCTI yang notabene adalah media televisi milik Cawapres
tersebut. Inilah uniknya, cara membuat tayangan reality show seperti ini belum
pernah ada bahkan tidak ada sebelumnya partai atau pasangan Capres dan
Cawapres yang melakukannya.
Program Mewujudkan Mimpi Indonesia adalah sebuah Program berjenis
reality show yang mempunyai esensi dasar untuk mewujudkan impian-impian
masyarakat Indonesia, sehingga kehidupan mereka menjadi makmur. Di dalam
program ini Wiranto dan Harry Tanoesodibjo menjadi relawan yang mengemban
misi untuk mewujudkan impian impian masyarakat bawah yang sedang
membutuhkan sesuatu agar lebih makmur dan sentausa. Salah satu contohnya
yaitu episode di mana mereka berdua mendatangi suatu desa di jawa timur yang
kondisi pertaniannya agak memprihatinkan karena masih membajak sawah
dengan kerbau dan mirisnya kerbau tersebut adalah sewaan. Nah disinilah tujuan
1
dari mereka yaitu memberikan traktor untuk meringankan pekerjaan membajak
sawah para petani tersebut yang tidak lain untuk memakmurkan daerah tersebut.
Merujuk pada pernyataan yang disampaikan oleh Harry Tanoe Soedibjo
pada portal berita Tempo yang sudah dipaparkan diatas tadi, maka penulis
menyimpulkan bahwa tayangan ini bertujuan agar masyarakat Indonesia
mengetahui bahwa pasangan Capres dan Cawapres ini peduli dan berbaur dengan
masyarakat terutama masyarakat bawah.
Seperti yang dipaparkan diatas bahwa WIN HT sebelumnya telah
membuat program tayangan jenis kuis yaitu kuis Kebangsaaan di RCTI dan kuis
Indonesia Cerdas di Global TV. Kedua kuis ini termasuk kedalam jenis kuis
interaktif yang melibatkan pemirsa dirumah sebagai peserta yang bertugas untuk
menjawab pertanyaan kuis tersebut melalui saluran telepon. Di dalam kuis ini
WIN HT bermaksud untuk mengedukasi masyarakat untuk menambah wawasan
mereka tentang Indonesia. Merujuk pada pemaparan di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa tayangan ini bertujuan agar masyarakat Indonesia
mengetahui bahwa pasangan Capres dan Cawapres tersebut ingin mentransfer
citra positif mereka dengan dianggap mengedukasi masyarakat lewat kedua
tayangan kuis tersebut.
Namun efektifkah kedua jenis program tayangan ini membentuk citra
yang dinginkan sampai kepada benak khalayak. Efektivitas dari program
realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis
Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) ini belum bisa
dilihat. Terkait dengan pemaparan sebelumnya adalah mengenai efektivitas,
suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam menetapkan efektivitas ada beberapa pendekatan
untuk menentukan efektivitas, dan peneliti memilih salah satu pendekatan dari
beberapa pendekatan itu yaitu pendekatan Goal-Atainment atau dikenal juga
dengan pendekatan sasaran. Pendekatan ini menekankan bahwa suatu program
dikatakan efektif apabila mampu mewujudkan sasaran atau tujuannya dengan
baik.2 Jadi singkatnya, efektivitas dari program tayangan realityshow
“Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di
RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) bisa dikatakan efektif apabila
citra positif dari WIN HT telah tersebar dibenak khalayak setelah menonton
program tayangan tersebut, dan sebaliknya.
Inilah yang mendasari penulis ingin meneliti secara lebih dalam tentang
citra yang terbentuk dibenak khalayak mengenai WIN HT melalui program
tayangan realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis
(Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV), terkhusus
pada benak Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul untuk penelitian ini
yaitu Efektivitas Program Tayangan Reality Show “Mewujudkan Mimpi
Indonesia” dan Kedua Tayangan Kuis dalam Pembentukan Citra Wiranto dan
Harry Tanoesoedibjo (WIN-HT).”
2
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Peneliti meraasa perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas agar
tidak keluar dari konteks yang akan diteliti, yakni hanya mengenai “Efektivitas
Program Tayangan realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua
tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global
TV) Terhadap Pembentukan Citra WIN HT.
Dan dari pokok masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana efektivitas dari program tayangan realityshow “Mewujudkan
Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI
dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) dalam membentuk citra WIN
HT pada mahasiswa Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI) tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian:
a. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas program tayangan
realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan
kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di
Global TV) dalam membentuk citra WIN HT pada mahasiswa KPI
2. Manfaat penelitian:
a. Manfaat akademis: Penelitian ini diharapkan memberi masukan dan
khazanah keilmuan komunikasi terutama mengenai citra dan
efektivitas program tayangan dalam membentuk citra.
b. Manfaat praktis: Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan dan
informasi awal bagi penelitian yang serupa di waktu mendatang.
Serta dapat dijadikan informasi sebagai bahan evaluasi untuk
siapapun individu maupun lembaga atau suatu badan tertentu dalam
membentuk citra positif dimasyarakat melalui media massa,
khususnya melalui suatu bentuk program tayangan di televisi.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul penelitian yang berkenaan dengan masalah
penelitian yang peneliti ambil, sebelumnya peneliti sudah melakukan kajian
pustaka dengan buku buku atau skripsi yang jenisnya sama dengan masalah
penelitian yang diambil. Ini dilakukan untuk mencari referensi atau kasaran
penelitian yang sama, dan menurut pengamatan pengamatan peneliti dari hasil
observasi yang dilakukan peneliti dengan judul sebelumnya yaitu :
1. Efektivitas Republika Online Pada Kanal Hikmah Untuk
Meningkatkan Informasi Mengenai Islam Bagi Mahasiswa Fakultas
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Penulis Rika Alisha, KPI, UIN SYARIF
2. Persepsi Khalayak tentang citra Roy Suryo Terkait Peristiwa “Salah
Lirik” di Twitter ( Survei Followers @KRMTRoySuryo), Penulis
Adisti, Public Relation, Universitas Budi Luhur Jakarta.
Meskipun penulis menggunakan tema yang sama dengan dua judul skripsi
diatas, namun penelitian yang dilakukan tetaplah beda. Perbedaan penelitian ini
dengan judul Efektivitas Republika Online Pada Kanal Hikmah Untuk
Meningkatkan Informasi Mengenai Islam Bagi Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan
Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta terletak pada tersebut terletak pada objek penelitiannya, dimana objek
penelitian ini adalah Program Tayangan realityshow “Mewujudkan Mimpi
Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis
Indonesia Cerdas di Global TV)dan subjeknya adalah mahasiswa FIDKOM tahun
masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lalu
tujuannya juga berbeda, pada skripsi sebelumnya untuk mengetahui efektifkah
kanal Hikmah pada Republika Online untuk meningkatkan informasi mengenai
Islam bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Sedangkan
penelitian ini ingin melihat citra WIN HT yang terbentuk dibenak Mahasiswa KPI
tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada skripsi yang kedua yaitu Persepsi Khalayak tentang citra Roy Suryo
Terkait Peristiwa “Salah Lirik” di Twitter ( Survei Followers
@KRMTRoySuryo), walaupun sama sama mengenai citra dari salah satu Public
Figure, namun terlihat perbedaan jika skripsi sebelumnya ingin melihat persepsi
khalayak mengenai citra, sedangkan penelitian ini ingin melihat citra yang
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun atas lima bab yang terdiri dari:
1. BAB I : pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
2. BAB II : pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka,
kerangka teoritis yang mencakup komunikasi, komunikasi massa, media
massa, efek media massa, tayangan, reality show,tayangan program
Mewujudkan Mimpi Indonesia, Citra, teori citra, teori limited effect,
hipotesa dan kerangka pemikiran.
3. BAB III : pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi
penelitian meliputi pendekatan penelitian, metode penelitian, objek,
populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, tekhnik pengumpulan
data, tekhnik analisis data, lokasi dan waktu penelitian, validitas dan
reabilitas serta operasional variabel.
4. BAB IV : pada bab ini adalah mengenai pembahsan hasil penelitian
dari penelitian ini.
5. BAB V : pada bab ini adalah sebagai bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan dan saran saran.
DAFTAR PUSTAKA
9 A. Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer
mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan.
Efektivitas bukan sesuatu yang mudah untuk dinilai secara objektif.
Memang, secara sederhana efektivitas dapat didefinisikan sebagai sejauh mana
suatu organisasi, badan, lembaga atau individu mampu merealisasikan berbagai
tujuannya. Secara ringkas, setidaknya ada empat pendekatan yang berkembang
untuk menetapkan kriteria efektivitas).1
1. Goal Attainment (Pendekatan Sasaran)
Pendekatan ini menekankan bahwa suatu organisasi atau kegiatan
dikatakan efektif bila mampu mewujudkan berbagai tujuannya dengan
baik. Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga
berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
2. Pendekatan Sistem
Pendekatan ini lebih menekankan kepada proses. Pendekatan ini
mendefinisikan efektivitas sebagai suatu kemampuan organisasi untuk
memperoleh input, memproses input tersebut, menyalurkan output,
sekaligus mempertahankan stabilitas dan keseimbangan di dalam sistem.
1
3. Strategic Constituency
Pendekatan ini mendefinisikan bahwa efektivitas orgnisasi
merupakan kemampuan untuk memuaskan berbagai tuntutan dari
konstituen, yaitu berbagai pihak yang secara strategis menentukan
kelangsungan hidup oraginsasi tersebut.
4. Competing Value
Menurut pendekatan ini bahwa setiap organisasi pada dasarnya
harus memiliki preferensi tentang titik berat ukuran efektivitasnya.
Pendekatan ini menemukan empat tipe ukuran efektivitas, yang
masing-masing dapat disesuaikan dengan organisasi, bergantung pada jenis
organisasi itu sendiri dan posisinya dalam life cycle. Jadi menurut definisi
ini, efektivitas organisasi adalah sejauh mana organiasi mencapai
berbagai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, di mana penetapan
sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan itu mencerminkan konstituensi strategis
kepentingan subjektif penilai dan tahap pertumbuhan organisasi.
Bisa disimpulkan bahwa efektivitas adalah tolak ukur sejauh mana sebuah
program dapat mencapai tujuan atau sasarannya. Berbekal pemaparan di atas,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan dalam menentukan efektivitas
yang paling relevan dengan penelitian ini adalah pendekatan Goal Attainment atau
yang disebut sebagai pendekatan sasaran.
Alasan mengapa peneliti menggunakan pendekatan goal attainment atau
pendekatan sasaran adalah karena penelitian ini ingin melihat efektivitas program
Mewujudkan Mimpi Indonesia yang tayang di RCTI terhadap terbentuknya citra
kedua jenis program tayangan tersebut dalam membentuk citra positif di benak
khalayak, peneliti harus mengetahui citra WIN HT dari kedua jenis program
tayangan tersebut yang terbentuk pada khalayak.
B. Media Massa
Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan
penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara
massal pula.2 Media massa menurut Nurudin dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Komunikasi Massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa
menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audience yang luas dan
heterogen.3
Dengan merujuk dua pengertian tentang media massa di atas, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa media massa merupakan alat penyampai komunikasi
atau media dalam penyampaian komunikasi dari komunikator untuk dapat
menjangkau komunikannya yang luas, banyak dan beragam. Media massa sendiri
juga bagi komunikan merupakan media atau sumber dalam mendapatkan
informasi terkini yang dibutuhkan. Media massa memiliki karakteristik meluas
dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena media
massa memiliki kecepatan.
Media massa kini atau yang kita sebut dengan media ada tiga macam yaitu
media elektronik, media cetak dan internet atau media baru. Media elektronik
terdiri dari televisi dan radio. Sedangkan media cetak seperti surat kabar, majalah,
koran dan sejenisnya. Lalu yang termasuk media baru seperti portal berita online,
2
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 72
3
website, dan media sosial seperti twitter, facebook dan path. Keuntungan
komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa
menimbulkan keserempakan, artinya sebuah pesan dapat diterima oleh komunikan
dengan jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa
sangat efektif dalam merubah sikap, perilaku dan pendapat komunikan.
C. Efek Terpaan Media Massa
Pesan yang disampaikan melalui media massa atau yang disebut sebagai
komunikasi massa menimbulkan efek bagi sang penerima pesan atau komunikan.
Efek komunikasi massa dibagi menajdi dua bagian dasar oleh Keith R. Stamm
dan John E. Bowes. Pertama, efek primer meliputi terpaan, perhatian dan
pemahaman. Kedua, efek sekunder yang meliputi perubahan tingkat kognitif yaitu
perubahan pengetahuan dan sikap juga perubahan perilaku.
Selanjutnya ada efek nyata dari pesan komunikasi massa. Efek tersebut
dapat berupa perubahan psikologis yang telah melekat pada khalayak yang timbul
dari hasil komunikasi massa. Efek pesan komunikasi massa sebelumnya telah
diklasifikasikan menjadi beberapa yaitu efek kognitif, afektif dan efek konatif.
Efek kognitif merupakan efek yang berhubungan dengan pikiran atau
kognisi sang komunikan atau khalayak komunikasi massa. Misalnya, yang tadinya
individu tidak mengetahui dan mengerti tentang suatu hal menjadi mengetahui
dan mengerti tentang suatu hal setelah menonton tayangan di televisi yang
diartikan sebagai pesan komunikasi massa. Contoh pesan komunikasi melalui
artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan sebagainya. Salah satu contoh
jelas tentang efek kognitif adalah pemberian citra terhadap sesuatu menurut kita.4
Selanjutnya adalah efek afektif atau efek dari terpaan media ini dapat
merubah perasaan seseorang. Bisa saja timbul ketika setelah menonton tayangan
di televisi atau mendengar siaran radio. Perasaan yang timbul akibat terpaan
media massa itu bisa bermacam macam seperti senang, sedih bercucuran air mata,
bahkan marah dan kesal. Contoh sederhananya adalah ketika menonton suatu
adegan menyedihkan di dalam sinetron televisi dapat menyayat hati penontonnya
sampai sang penonton meneteskan air mata dan ikut merasa sedih.
Lalu mengenai efek konatif atau efek yang dapat merubah perilaku
seseorang setelah mendapatkan terpaan media. Efek konatif tidak langsung
muncul setelah seseorang mendapatkan terpaan media. Jadi efek konatif muncul
setelah munculnya efek kognitif dan efektif terlebih dahulu. Contohnya ketika
seseorang merubah perilakunya yang buruk setelah menonton acara keagamaan di
televisi yang saat itu isi materinya tentang akibat-akibat melakukan tindakan yang
buruk.
Tidak hanya mengenai efek dasar komunikasi massa dan tiga efek
psikolgis komunikasi massa yang telah dipaparkan di atas. Didalam sub-bab ini
juga akan dijelaskan mengenai teori-teori efek. Di dalam teori-teori efek dikenal
tiga efek dalam komunikasi massa sejak tahun 1930-an yaitu efek tak terbatas,
efek terbatas dan efek moderat.5
4
Onong uchjana effendi, ilmu, teori dan filsafat komunikasi, bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2007, h. 318
5
Efek tak terbatas adalah efek yang dihasilkan media sangat mempengaruhi
khalayak secara langsung dan tak terbatas. Efek ini didasari pada teori atau model
jarum hypodermic yang pengertiannya media menembakkan komunikasi ke
khalayak dan langsung mengenai khalayak dengan tepat. Singkatnya media
powerfull dan khalayak powerless.
Berbeda dengan asal usul efek tidak terbatas yang meragukan, sumber
model efek terbatas (limited effect), sangat terkenal. Joseph Klaper menjelaskan
bahwa media mempunyai efek terbatas, ini berdasar pada penelitiannya pada
kasus kampanye publik, kampanye politik dan percobaan pada desain pesan yang
bersifat persuasive. Kesimpulan yang dihasilkan Klaper tersebut berbunyi “ketika
media menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bisa
mengubah pandangan dan perilaku audience”. Faktor-faktor yang ikut
berpengaruh dalam proses penerimaan pesan dari media massa yaitu faktor
psikologis dan sosial. Faktor tersebut antara lain adalah proses seleksi, proses
kelompok, norma kelompok dan keberadaan pemimpin opini. Rendahnya terpaan
media dan sikap perlawanan adalah alasan mengapa efek terbatas bisa terjadi.
Lalu mengenai efek moderat adalah efek yang berkembang dari kedua
efek yang sudah dijelaskan di atas yaitu efek tidak terbatas dan efek terbatas.
Menurut efek tersebut ada beberapa hal yang ikut mempengaruhi proses
penerimaan pesan seseorang, misalnya selective exposure. Selective exposure
sebenarnya adalah gejala kunci yang sering dikaitkan dengan model terbatas,
tetapi bukti yang ada di lapangan justru bertolak belakang.6
6
Ada juga yang dikatakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi efek.
Ada dua faktor utama yakni faktor individu dan faktor sosial,. Faktor-faktor inilah
yang ikut menjadi penentu besar atau tidaknya faktor efek yang dilakukan media
massa.
Faktor pertama adalah faktor dari individu. Faktor individu ini
berhubungan dengan pemikiran psikologis. Faktor-faktor tersebut antara lain
adalah :
1. Selective attention, individu cenderung memperhatikan dan menerima
terpaan media massa yang sesuai dengan pendapat dan minatnya.
2. Selective perception, seorang individu secara sadar akan mencari
media yang bisa mendorong kecenderungan dirinya.
3. Selective retention adalah kecenderungan seseorang hanya untuk
mengingat pesan yang sesuai dengan pendapat dan kebutuhan dirinya.
Selain ketiga di atas, ada faktor lain yang termasuk dalam faktor dari
individu yaitu motivasi dan pengetahuan, kepercayaan, pendapat, nilai dan
kebutuhan, pembujukan, kepribadian dan penyesuaian diri.
Mengenai faktor sosial tentu berbeda dengan faktor individu karena faktor
ini lebih melihat faktor dari sisi kehidupan sosial individu. Antara lain adalah
umur dan jenis kelamin, pendidikan dan latihan, pekerjaan dan pendapatan,
agama, dan yang terakhir adalah tempat tinggal.
Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa
media massa menimbulkan keserempakan, artinya sebuah pesan dapat diterima
oleh komunikan dengan jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi,
komunikan. Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan
khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan
yang signifikan. Di sini secara instan media massa dapat membentuk kristalisasi
opini.
D. Televisi
Televisi adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronik
dengan memadukan radio (broadcast) dan film. Menurut Moeliono dalam buku
Pengantar Ilmu Broadcasting & Cinematography :
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, televisi adalah sistem
penyiaran yang di sertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa
dengan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan megubahnya kembali
menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi dapat didengar”.7
Dari penejelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa televisi
merupakan media penyampai informasi atau media tempat kita mendapatkan
informasi secara lebih efektif karena terdapat unsur audio visual yang
memungkinkan kita dapat melihat dan juga mendengarkan informasi yang televisi
sampaikan.
Media ini muncul karena perkembangan teknologi. Televisi hadir setelah
beberapa penemuan seperti telepon, fotografi serta rekaman suara. Dan juga
media ini lahir setelah radio dan media cetak ada. Televisi menciptakan suasana
tertentu, yaitu penonton televisi dapat menikmati acara televisi sambil duduk
7
santai menyaksikan berbagai informasi. Televisi sebagai pesawat transmisi
dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins.
Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara
siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Franklin D. Rosevelt
tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika di mulai
pada 1 September 1940.8
Setelah sedikit membahas tentang sejarah televisi dan siaran televisi di
dunia atau lebih terkhusus Amerika, selanjutnya akan dibahas juga mengenai
sejarah siaran televisi di Indonesia. Awal mula siaran televisi di Indonesia dimulai
pada tahun 1962 untuk mempersiapkan liputan pada Pesta Olahraga Asia atau
yang kita kenal Asian Games yang diadakan di Jakarta pada tahun 1964.9 TVRI
adalah stasiun televisi pertama yang berdiri di Indonesia. stasuin televisi ini
merupakan stasiun televisi yang berlabel nasional. Sejak berdiri hingga sekarang
TVRI bertugas menjadi corong pemerintah untuk menginformasikan segala hal
tentang kepemerintahan dan juga sebagai sarana informasi presiden kepada
rakyat.
Namun sekarang telah menjamur televisi-televisi swasta di Indonesia yang
dimulai pertama kali oleh RCTI sebagai televisi swasta pertama di Indonesia.
Selanjutnya bermunculan satu demi satu televisi swasta baru, dan sampai saat ini
tidak kurang dari sepuluh stasiun TV swasta berdiri seperti SCTV, ANTV,
TRANS 7, TRANS TV, TV ONE, METRO TV, MNC TV, GLOBAL TV,
KOMPAS TV dan NET. Selain TV swasta dan nasional yang telah disebutkan
8
Drs. Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar , (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2007) edisi revisi, hal. 136
9
sebelumnya, terdapat juga beberapa stasiun TV lokal seperti Banten TV dan Jak
TV.
Sebagai media massa telvisi memiliki karakteristik seperti media massa
lainnya. Beberapa karakteristik televisi tersebut yaitu:
1. Audio visual: inilah kelebihan televisi dibanding surat kabar maupun
radio, yakni dapat didengar dan dilihat.
2. Keserempakan: yang dimaksud dengan keserempakan adalah dalam
waktu yang sama, khalayak dimanapun berada dapat menerima
informasi dari media yang bersangkutan.
3. Mengutamakan kecepatan: televisi mengutamakan kecepatan, inilah
salah satu unsur mengapa berita televisi jadi begitu bernilai.
4. Mampu meliput daerah yang tidak terbatas: media ini dapat meliput
belahan bumi manapun tanpa gangguan yang cukup menyulitkan.
5. Bisa dimengerti yang buta huruf: karena media ini audio visual jadi
televisi dapat mengubah bahasa verbal menjadi bahasa gambar.
6. Daya jangkau luas: televisi dapat menjangkau segala lapisan
masyarakat dari segi strata sosial dan ekonomi.
Setelah beberapa karakteristik televisi yang sudah terpapar di atas, televisi
juga memiliki karakteristik teknis yang sangat berkaitan dengan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan televisi agar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Beberapa karakteristik teknis itu adalah :
1. Fine Detail
2. Area lost
4. Third dimension
10.Media televisi adalah medium size
11.Layar televisi bukan pentas drama
12.Terakhir adalah bahasa visual10
Setiap stasiun televisi memiliki beberapa jenis program tayangan.
Tayangan merupakan sesuatu yang dipertunjukkan kepada khalayak baik berupa
film, berita, hiburan dan sebagainya, melalui suatu media elektronik yang dapat
menampilkan gambar dan suara (media audio-visual) dalam hal ini adalah televisi.
Dalam sebuah tayangan, tentu saja kita sangat mengenal kata durasi, frekuensi,
serta sosial. Inilah definisi ketiga unsur dalam sebuah tayangan.11
Secara garis besar program tayangan televisi dibagi menjadi dua yaitu
program drama dan program non-drama. Yang termasuk sebagai program drama
televisi adalah sinetron. Sedangkan program non-drama televisi adalah seperti
news. Sportnews, kuis, features, talkshow, reality show dan ajang pencarian bakat.
Namun bila menilik apa saja tayangan televisi yang banyak ditayangkan di
Indonesia, bila kita saksikan secara seksama bisa ditarik garis besarnya sebagai
berikut :
10
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, Yogyakarta, GRAHA ILMU, 2010, h. 42-46
11
1. Infotaintment. Merupakan program di mana materi program ini
membahas tentang gossip-gossip para artis dan problematika para
pesohor tanah air.
2. Kuis atau Games. Acara yang cenderung ditayangkan dengan
berbagai konsep acara. Dari sekedar adu ketangkasan sampai kuis
bersifat edukasi yang diawali dengan registrasi melalui sms atau
telpon terlebih dahulu. Acara kuis di televisi juga dimanfaatkan saat
ini untuk menjadi alat politik memperkenalkan para calon atau
peserta pemilu. Salah satu contohnya adalah kuis Kebangsaan dan
kuis Indonesia Cerdas yang tayang di RCTI dan Global TV.
3. Sinetron. Inilah tayangan yang cukup meraup rating televisi yang
tinggi. Tayangan para ibu-ibu atau para kaum perempuan di saat
istirahat setelah seharian bekerja mengurus rumah tangga.
4. Reality show. Konsep dari acara ini lebih menekankan sisi human
interest. Mengungkapkan banyak realita yang terjadi di masyarakat
dan mengunggah kepedulian dan kesadaran sosial para
penontonnya.12 Namun reality show kini juga dijadikan alat politik
pendongkrak favorabilitas demi menaikkan elektabilitas para peserta
pemilu dengan menyebarkan citra positif kebenak khalayak atau
penonton, contohnya adalah tayangan reality show “Mewujudkan
Mimpi Indonesia” di RCTI.
5. Dan acara lainnya adalah seperti acara berbau mistis, variety show
dan acara musik.
12
Bila dikaitkan dengan masalah penelitian ini, peneliti melihat bahwa
tayangan-tayangan televisi saat ini telah menjadi sarana perkenalan diri para
aktor-aktor politik untuk menyebar citra positif demi meningkatkan favorabilitas,
popularitas dan elektabilitasnya pada pemilu. Bila dahulu kita hanya sering
melihat iklan iklan bercirikan politik para aktor atau partai, sekarang bukan hanya
lewat iklan bahkan melalui tayangan-tayangan lainnya seperti reality show dan
kuis yang menjadi objek pada penelitian ini.
E. Teori Efek Terbatas
Joseph Klaper adalah tokoh yang memperkenalkan teori efek terbatas.
Klapper menyimpulkan bahwa media massa mempunyai efek terbatas
berdasarkan penelitiannya pada kasus kampanye public, kampanye politik dan
percobaan pada desain pesan yang bersifat persuasive. Akhirnya Klaper
menyimpulkan bahwa, “Ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata
hanya sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku audience”.13
Pengertian lainnya mengenai teori efek terbatas adalah teori ini
menyatakan bahwa media memiliki efek yang minim atau terbatas karena efek
tersebut dikurangi oleh beragam variable antara.14 Peneliti menyimpulkan efek
terbatas adalah dimana efek dari media tidak terlalu berpengaruh pada perubahan
sikap atau pun perilaku yang terjadi pada individu setelah mengalami terpaan
media.
Ada dua hal yang dapat menyebabkan efek terbatas itu terjadi. Yang
pertama adalah rendahnya terpaan media massa. Ini mengenai tingkat keseringan
13
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta, PT. Rajarafindo Persada, 2007, h. 220
14
menonton khalayak terhadap berita atau tayangan yang disiarkan televisi untuk
mempengaruhi khalayak. Jika tingkat menonton khalayak pada tayangan tersebut
rendah, maka khalayak tersebut tidak akan mudah dipengaruhi sikap atau
perilakunya oleh tayangan tersebut. Jadi asumsi yang berbunyi “dengan
menonton, efek yang ditimbulkan televisi dari tayangan yang ada di dalamnya
begitu jelas dan nyata” akan terabaikan karena rendahnya terpaan media akan
membuat efek terbatas terjadi.
Penyebab yang kedua mengapa efek terbatas bisa terjadi adalah
perlawanan yang berasal dari individu sebagai audience komunikasi massa.15
Perlawanan menjadi salah satu alat penyaring yang akan ikut mempengaruhi
individu penolakan pesan-pesan media massa. Jadi terpaan media massa akan
lebih lemah pengaruhnya pada individu yang memiliki rasa perlawanan terhadap
pesan dari media massa tersebut.
F. Tayangan Program WIN HT
1. Program Mewujudkan Mimpi Indonesia
Program Mewujudkan Mimpi Indonesia adalah sebuah Program berjenis
reality show yang mempunyai esensi dasar untuk mewujudkan impian impian
masyarakat Indonesia, sehingga kehidupan mereka menjadi makmur. Konsep
reality show yang tayang setiap hari Jumat pukul 15.15 WIB ini tidak berbeda
esensinya dengan tayangan sebelumnya yang berjenis seperti ini. Tujuannya untuk
mengetuk hati masyarakat untuk melihat realita kehidupan sosial yang sebenarnya
terjadi dimayarakat. Beberapa acara pendahulu sejenis ini yang tayang di RCTI
15
seperti Tolooong, Tukar Nasib dan acara program berbagi rejeki untuk orang
miskin yang kehidupannya sangat miris. Namun perbedaan yang paling jelas
terlihat di dalam tayangan ini adalah talent yang berperan sebagai sosok pahlawan
adalah pasangan capres dan cawapres yang berusaha membantu mewujudkan
setiap mimpi orang orang atau lingkungan masyarakat yang berkondisi
memprihatinkan untuk lebih makmur dan sejahtera.
Di dalam program ini Wiranto dan Harry Tanoesodibjo (WIN-HT)
menjadi relawan yang mengemban misi untuk mewujudkan impian-impian
masyarakat bawah yang sedang membutuhkan sesuatu agar lebih makmur dan
sentausa. Salah satu contohnya yaitu episode di mana mereka berdua mendatangi
suatu desa di Jawa Timur yang kondisi pertaniannya agak memprihatinkan karena
masih membajak sawah dengan kerbau dan mirisnya kerbau tersebut adalah
sewaan. Nah di sinilah tujuan dari mereka yaitu memberikan traktor untuk
meringankan pekerjaan membajak sawah para petani tersebut yang tidak lain
untuk memakmurkan daerah tersebut.
Acara ini dituding-tuding menjadi salah satu alat penyebar citra positif dari
pasangan capres dan cawapres tersebut, atau bisa disebut juga sebagai kampanye
terselubung. Peneliti tidak sembarangan berhipotesa seperti yang tertera di atas.
Ini didukung oleh peryataan sang cawapres yang tidak lain merupakan pemilik
media di mana tayangan tersebut ditayangkan, yaitu Harry Tanoesoedibjo disalah
satu pernyataannya kepada media massa berikut ini.
“Hary Tanoesoedibyo akui menyiapkan program khusus di
televisi miliknya untuk mendongkrak popularitas Wiranto-Hary Tanoe yang akan maju sebagai capres-cawapres dari Partai Hati Nurani Rakyat
(Hanura). Selain acara Kuis Indonesia Cerdas, dia juga menyiapkan
program reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia. Menurut Bos MNC
yakni 18,8 persen. Artinya, kata dia, acara yang diputar tiap hari Jumat pukul 15.45 wib itu ditonton seperlima orang Indonesia. Isi program tersebut cukup menyentuh penonton, kata dia di depan kader Partai
Hanura di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa malam 11 Februari 2014”.16
Namun peneliti belum menemukan fakta yang valid mengenai efektivitas
tayangan ini yang didaulat untuk menyebarkan citra positif capres dan cawapres
dari partai Hanura ini demi menaikkan popularitas, favorabilitas serta
elektabilitasnya pada pemilu 2014. Dan dari situlah peneliti beralasan untuk
mengadakan penelitian ini.
2. Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia Cerdas
Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia Cerdas adalah kuis interaktif yang
tayang di RCTI dan Global TV pada waktu yang berbeda yakni kuis kebangsaan
tayang setiap hari pukul 09.30 WIB, sedangkan kuis Indonesia Cerdas pada pukul
13.00 WIB.
Konten dari acara ini dipenuhi oleh lambang-lambang dari pasangan
capres dan cawapres WIN-HT dari partai Hanura yang telah resmi dideklarasikan.
Contohnya adalah password dari kuis yang mengharuskan peserta kuis untuk
menyebutkan inisial dari pasangan capres dan cawapres tersebut sebelum
mendapatkan pertanyaan yang akan dijawab untuk selanjutnya memilih
masing-masing kotak yang juga bertuliskan masing-masing-masing-masing inisial dari sang capres dam
cawapres. Bukan hanya itu acara kuis ini dianggap sebagai kampanye, ada lagi
alasan lain yaitu orang yang melontarkan pertanyaan kuis tersebut adalah tidak
lain merupakan kader dari partai asal pasangan capres dan cawapres tersebut.
16
G. Citra
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah “(1) kata
benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak
mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; (3) kesan mental atau
bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat dan
merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi.17
Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan
pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Solomon dalam Rakhmat,
menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan
pengetahuan yang kita miliki. Efek kognitif pada komunikasi sangat
mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan
pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Frank Jefkins,
dalam bukunya Public Relations (1984) dan buku lainnya Essential of Public
Relation (1998) mengemukakan jenis-jenis citra, antara lain :
1. The mirror image (cerminan citra), biasa disebut juga sebagai citra
bayangan, yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik
eksternal dalam melihat perusahaannya.
2. The current image (citra masih hangat), yaitu cerita yang terdapat pada
publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut
miskinnya informasi dan pemahaman publik ekstrernal. Citra ini bisa saja
bertentangan dengan citra bayangan (mirror image).
3. The wish image (citra yang dinginkan), biasa disebut citra harapan. Salah
satu contohnya yaitu manajemen menginginkan prestasi tertentu. Citra ini
17
diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal
memperoleh informasi secara lengkap.
4. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor
cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra
tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh
organisasi atau perusahaan.18
Dengan demikian, merujuk pada beberapa jenis citra yang telah terpapar di
atas. Maka peneliti menyimpulkan bahwa citra yang ingin dibentuk pada kedua
program tayangan Kuis (Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia) dan program
realityshow Mewujudkan Mimpi Indonesia adalah citra harapan. Singkatnya
melalui tayangan tersebut diharapkan tercipta suatu citra positif yang menjadi
citra harapan dari pasangan bakal calon capres dan cawapres di benak khalayak.
1. Proses Pembentukan Citra
Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang
diterima seseorang. Berkaitan dengan apa yang ingin diteliti oleh peneliti,
peneliti merasa model pembentukan citra John Nimpoeno sesuai dengan
penelitian untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini. Citra
itu sendiri digambarkan melalui persepsi, kognisi, motivasi dan sikap.
Model pembentukan citra John Nimpoeno :
1. Stimulus : Rangsangan (kesan lembaga atau individu yang diterima
dari luar untuk membentuk persepsi. Sensasi adalah fungsi alat
indra dalam menerima informasi dan langganan).
18
2. Persepsi : hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang
dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Atau bisa dikatakan
pemberian makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalaman
mengenai rangsangan.
3. Kognisi : Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan
kepercayaan, ide dan konsep.
4. Motif : Keadaan dalam pribadi individu yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapai suatu tujuan.
5. Sikap : Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai.19
Berdasarkan pemaparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
proses pembentukan citra di mulai dari adanya stimulus yang diterima oleh
individu melalui inderawinya, lalu jika stimulus telah mendapat perhatian,
individu akan memaknai rangsangan tersebut, inilah yang dinamakan
persepsi. Selanjutnya apabila individu sudah yakin akan stimulus tersebut,
individu tersebut sudah mengerti stimulus tersebut dan dengan ditambah
informasi-informasi tentang stimulus tersebut maka berkembanglah
kognisi individu tersebut. Dari rasa yakin tersebut timbullah sebuah sikap
dari individu terhadap individu lain, lembaga atau perusahaan yang telah
distimuluskan tadi. Akhirnya lahirlah citra setelah sikap itu telah timbul.
19
H. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat efektivitas dari program
tayangan Reality Show “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan Kedua
Tayangan Kuis dalam Pembentukan Citra Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo
(WIN-HT) dibenak mahasiswa KPI tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Maka dari itu peneliti berangkat dari menentukan pendekatan
efektivitas yang sesuai dengan penelitian ini yaitu pendekatan efektivitas goal
attainment atau disebut pendekatan sasaran yang menentukan efektivitas
sebuah program dari tercapainya tujuan atau sasaran program tersebut
dibentuk. Tujuan dari program ini adalah untuk membentuk citra positif
WIN-HT dibenak khalayak, salah satunya ke benak objek penelitian ini yaitu
mahasiswa KPI tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Peneliti harus melihat terlebih dahulu citra WIN-HT yang terbentuk
dengan cara menyebar kuesioner ke sampel penelitian ini yang berisi
pernyataan-pernyataan yang merupakan hasil konstruk variabel dari model
proses pembentukan citra John Nimpoeno. Setelah mengetahui citra yang
terbentuk, barulah bisa ditentukan bahwa rogram tayangan Reality Show
“Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan Kedua Tayangan Kuis mencapai
efektivitas atau tidak. Jika citra positif yang terbentuk, maka program
tayangan Reality Show “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan Kedua
Tayangan Kuis ini telah mencapai efektivitas dan begitu juga sebaliknya.
Peneliti telah menyiapkan kerangka pemikiran dalam bentuk gambar yang
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Citra WIN-HT di benak khalayak.
Bagaimana efektivitas kedua jenis program tayangan terhadap pembentukan citra WIN-HT
Proses pembentukan citra
John Nimpoeno
Stimulus Persepsi Kognisi Motif Sikap
Negatif Posititif
30 A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralamat di Jl. Ir. H.
Juanda No. 95, Ciputat 15412, Telp (62-21) 740152, fax (62-21) 7402982.
Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada Mei 2014 – Oktober
2014.
B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik atau klasik. Paradigma
positivistik menempatkan teori sebagai titik tolak utama dalam kegiatan
penelitiannya. Teori dalam penelitian berparadigma positivistik menjadi sumber
jawaban utama atas berbagai rasa ingin tahu dari para peneliti.1
Sedangkan pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Riset
kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah
yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak perlu
mementingkan ke dalam data atau penelitian.2
Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk
menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan
hubungan antar variabel yang diteliti yang sekaligus mencerminkan jumlah
1
Babbie, Earl, The Practice of social research, california, wardsworth Publishing company
(1992), h. 47
2
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan
untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis dan teknik analisis
statistik yang digunakan. Ada pula yang bersifat mengembangkan konsep,
mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam
ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.
C. Jenis Penelitian
Dari berbagai macam jenis penelitian yang ada, peneliti menggunakan tipe
penelitian deskriptif dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini berupaya
untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.3
Penejelasan lain lahir dari Atherton dan Klemmack, yang dikutip dalam
buku Metode Penelitian Sosialkarya DR. Irawan Soehartono, sebagai berikut :
Sebagaimana ditunjukan oleh namanya, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Biasanya penelitian ini menggunakan metode survey (Atherton
& Klemmack, 1982).4
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk menggambarkan sifat
atau suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian ini dilakukan dan
memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.5 Peneliti menggunakan
penelitian deskriptif karena peneliti ingin menjelaskan atau menggambarkan
tentang efektifitas program Mewujudkan Mimpi Indonesia dan dua program kuis
WIN HT terhadap pembentukan citra dari WIN HT di benak khalayak, maka dari
3
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian. (Jakarta; Rajawali Pers.2012) h. 75
4
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial. (Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2004) h. 35
5
Mahi M. Hikmat, Metodologi Penelitian Dalam perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra.
itu peneliti harus menjabarkan dan menjelaskan terlebih dahulu citra WIN HT
yang terbentuk di benak khalayak melalui ketiga program tersebut. Lalu setelah
diketahui citra yang terbentuk dari masing masing program tayangan itu,
terlihatlah perbedaan jelas mengenai citra yang terbentuk dari ketiga program
tersebut.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei. Penelitian survey ini umumnya
digunakan untuk menarik kesimpulan sampel terhadap populasi sehingga
dipastikan menggunakan hipotesis dan alat statistik dalam analisis data.6 Menurut
Rachmat Kriyantono, “Metode survei adalah metode riset dengan menggunakan
kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya.7
Penelitian survei adalah penelitian pengamatan yang berskala besar pada
kelompok-kelompok manusia. Yang dimaksud dengan pengamatan di sini, tidak
terbatas pada pengamatan penglihatan, tetapi data yang dikumpulkan secara tidak
sengaja ditimbulkan oleh peneliti seperti yang dilakukan dalam suatu eksperimen
tertentu. Jadi bahan-bahan yang dikumpulkan dalam survei adalah data yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari secara wajar.8
Peneliti memilih menggunakan metode survey jenis deskriptif karena hanya
ada satu variabel di dalam penelitian ini. Dimulai dengan menyebar kuesioner
kepada seluruh responden lalu diperoleh informasi yang dibutuhkan dari sampel
yang mewakili populasi. Ini sesuai dengan penelitian yang ingin mengetahui citra
yang terbentuk di benak khalayak. Hal yang mendasari peneliti menggunakan
metode survey ini adalah karena suatu kelompok yang ingin diteliti relatif
6
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta; Kencana, 2008) h. 45
7
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006) h. 55
8
tergolong besar. Dengan melalui peneltian survey ini peneliti ingin
menggambarkan dan menjelaskan karakteristik dari suatu populasi. Atau lebih
jelasnya menggambarkan citra dari WIN HT melalui ketiga tayangan program
yang telah disebutkan di atas yang terbentuk di benak suatu populasi khalayak.
E. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan objek dari penelitian
merupakan variabel dari penelitian ini sendiri yang tidak lain adalah inti dari
masalah dalam penelitian ini.
Adapun yang menjadi objek dari penelitian ini adalah citra WIN HT yang
terbentuk melalui tayangan program Mewujudkan Mimpi Indonesia dan kedua
program kuis WIN HT yaitu kuis Kebangsaan di RCTI dan kuis Indonesia Cerdas
di Global TV.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.9 Berbekal
pemaparan diatas peneliti memahami bahwa populasi adalah semua jumlah
total subjek dapat menjadi sumber dalam pengambilan sampel penelitian.
Peneliti mengambil populasi yaitu mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah
9
Jakarta tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 dan diketahui bahwa jumlah
populasi sebanyak 318 mahasiswa.
Dari segi kompleksitas objek dari sekelompok populasi, maka populasi
dibedakan menjadi dua macam yaitu ;
Populasi Homogen yaitu keseluruhan individu yang mempunyai
sifat relatif sama satu sama lain.
Populasi Heterogen tentu berbeda dengan di atas. Populasi
heterogen adalah keseluruhan individu anggota populasi relatif
berbeda sifatnya satu sama lain.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili suatu populasi.
Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel
mungkin sama dengan unit analisis tetapi mungkin juga tidak.10
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang telah dipilih melalui
tekhnik sampling yang merepresentasikan atau mewakili populasi dalam
penelitian. Maka dari itu responden yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini haruslah mengerti maksud serta tujuan penelitian ini dalam menjawab
bulir-bulir pertanyaan maupun pernyataan di dalam kuesioner yang peneliti
ajukan.
Dalam pengukuran sampel, Subiakto menjelaskan bahwa “Mengenai
besarnya sampel tidak ada ketentuan pasti, yang penting dalam hal ini
merepresentasikan (mewakili).11
10
Burhan Nurgiantoro, Statistik Terapan Ilmu untuk Ilmu Sosial (Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 2002) h. 59
11
Untuk menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini, peneliti
mengguakan rumus pengambilan sampel dari Slovin, rumus ini digunakan
untuk menentukan sampel yang mewakili populasi. Rumusnya adalah sebagai
berikut :
e : Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat
ditolerir, misalnya 10% kemudian „e‟ ini dikuadratkan.12
Setelah melalui proses penetapan jumlah sampel dengan menggunakan
rumus slovin, ditemukan bahwa sampel yang akan menjadi responden dalam
penelitian ini sebanyak 78 responden atau 78 mahasiswa.
a. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 78 orang untuk menjadi sampel
dalam penelitian ini. Secara garis besar teknik sampling dapat dibagi menjadi
12
dua, yaitu teknik sampling tipe probability dan nonprobability.13 Namun
dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling tipe probability
sampling yang berprinsip dasar bahwa suatu sampel akan merupakan wkil
dari populasi jika anggota sampel yang diperoleh dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Lebih tepatnya peneliti
menggunakan teknik simple random sampling.
Pada teknik sampling acak sederhana ini cara penarikan sampel dari
populasi secara acak. Bukan sembarang acak melainkan pelaksanaannya
harus dilakukan dengan cermat. Acakan atau random yang dimaksud ialah
kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam
keseluruhan populasi.14 Dikatakan simple (sederhana), karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi tersebut.15 Peneliti menulis atau memberi
nomor pada seluruh anggota populasi, lalu mengacak sampai mendapatkan
jumlah sampel yang dibutuhkan.16
Jadi setiap mahasiswa KPI tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013
berkesempatan menjadi sampel dalam penelitian ini.
G. Uji Statistik
1. Instrumen
Pada penelitian ini peneliti memakai skala likert sebagai instrument
untuk mengukur data yang sudah terkumpul. Skala likert digunakan untuk
13
Hamidi, Metode penelitian dan Teori Komunikasi. (Malang; UMM Pers. 2010) h. 133
14
Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Metode Research (penelitian ilmiah). (Jakarta; PT Bumi Aksara. 2011) h. 87
15
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006)h. 154
16 Teknik Praktis Riset Komunikasi,