• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa (Studi Kasus di Smart Eureka A National Plus School Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa (Studi Kasus di Smart Eureka A National Plus School Depok)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

YULIANIE KASARI 108018200050

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIEF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ii Berbahasa Inggris Siswa ( Studi Kasus di Smart Eureka A National Plus School Depok )“ sudah dapat penulis selesaikan.

Maksud disusunnya Laporan Penelitian ini adalah untuk memenuhi salah

satu syarat kelulusan, dan semoga laporan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan khususnya bagi penulis. Tidak lupa penulis berterima kasih kepada:

1. Orang tua Penulis yang selalu membacakan doa dan mengiringkan nama Penulis

dalam do’a nya. Serta tidak pernah henti-hentinya memberikan kasih sayang, moral

dan moril serta materi kepada Penulis. Tidak akan terbayar dan tergantikan segala

perjuangan kalian, hanya Allah yang mampu membalasnya.

2. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

3. Bpk. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Selaku ketua jurusan Manajemen pendidikan serta

jajarannya.

4. Bpk. Rusydi Zakaria, M. Ed. M. Phil, selaku Dosen pembimbing penulisan skripsi

ini.

5. Mahasiswa KI-Manajemen Pendidikan Priode 2008, terima kasih atas kebersamaan

selama tiga tahun ini. Kebersamaan yang positif dan kerjasama kalian sehingga kita

dapat terus berjuang dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan

(6)

iii Penelitian ini dapat berguna khususnya bagi penulis.

Jakarta, 14 Desember 2012

(7)

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR PUSTAKA………. iv

DAFTAR TABEL………... v

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 6

C. Pembatasan Masalah………... 7

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

G. Sistematika Penulisan... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS....………... 9

A. Billingual Class………... 9

1. Pengertian Billingual Class………. 10

2. Sejarah Bilingual Class………... 11

3. Ciri-ciri Bilingual Class……….. 13

4. Persyaratan Bilingual Class……….... 14

5. Model-model Penerapan Bilingual Class……….. 15

6. Kelebihan dan Kekurangan bilingual Class……….. 17

B. Keterampilan Berbahasa Inggris... 20

1. Pengertian Keterampilan... 20

2. Pengertian Bahasa………... 20

3. Keterampilan Berbahasa Inggris... 22

4. Fokus Tercapainya Keterampilan Berbahasa Inggris... 31

(8)

C. Populasi dan Sampel... 40

D. Teknik Pengumpulan Data………... 41

E. Instrumen Pengumpulan Data... 42

F. Metode Analisis Data……… 43

BAB IV HASIL PENELITIAN... 44

A. Gambaran Umum... 44

1. Sejarah Singkat... 44

2. Visi dan Misi... 44 3. Letak Geografis... 4. Sarana dan Prasarana... 5. Ekstrakurikuler... 6. Keadaan Siswa... 7. Keadaan Guru dan Pegawai... 8. Struktur Organisasi... B. Deskripsi Data... C. Analisis Data dan Penyampaian Hasil Penelitian... 1. Tujuan Perencanaan Program... a. Tujuan Program... b. Tujuan Pembelajaran... 2. Pengorganisasian Kurikulum Program Bilingual... a. Pembetukan Unit Berkarakter... b. Waktu Belajar... 3. Penerapan Program Bilingual Class... a. Penerapan Unit Berkarakter... b. Pendekatan Belajar...

(9)

BAB V PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran...

(10)
[image:10.595.97.503.179.574.2]
(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan termasuk masalah penting bagi setiap bangsa, karena pendidikan merupakan salah satu sarana keberhasilan manusia untuk mampu bersaing di negara lain. Sebagai negara yang sedang melaksanakan pembangunan dalam segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan, Indonesia melaksanakan sebuah sistem Pendidikan Nasional dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu cita-cita yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah harus memperhatikan masalah pendidikan bagi rakyatnya. Hal ini seperti tercantum dalam UUD 1945 pasal 12 dikatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya”, dan Pasal 11 mengatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.1

1

(12)

Pendidikan Nasional yang dianjurkan pemerintah bertujuan untuk membangun bangsa dan negara Indonesia menjadi lebih baik, sebagaimana tertulis dalam UU Pendidikan No. 20 tahun 2003 bab 3 yang berbunyi :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.3

Selain itu pendidikan adalah upaya untuk mendewasakan anak didik. Dengan demikian setiap usaha pendidika itu bertujuan, walaupun kadang tujuannya tidak disadari dan dirumuskan secara eksplisit. Secara umum tujuan pendidikan adalah dicapainya kedewasaan anak didik. Ciri kedewasaan itu sangat diwarnai oleh pandangan masyarakat termasuk didalamnya pendidik. Bagi bangsa Indonesia, ciri kedewasaan itu dirumuskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional sebagai beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, budi pekerti luhur, berpengetahuan dan terampil, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap, mandiri serta bertanggung jawab sosial dan kebangsaan. Ciri kedewasaan itulah yang menjadi tujuan pendidikan yang bagi bangsa Indonesia disebut Pendidikan Nasional dan tujuan pendidikan itu selanjutnya lebih dikenal dengan tujuan Pendidikan Nasional.4

Senada dengan itu fungsi pendidikan di negara kita adalah untuk

menyukseskan pembangunan nasional dalam pengertian yang seluas-luasnya.

2

UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, h. 3 3

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Tekhnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 1.

4

(13)

Seperti yang dikemukakan oleh M. Arifin bahwa pembangunan nasional kita yang berhakikat bersasaran jangka panjang untuk membangun manusia seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia adalah strategi pembangunan yang bersifat integralistik kolosal, meliputi segala bidang kehidupan bangsa, termasuk kehidupan beragama.5 Dengan demikian setiap penduduk Indonesia berhak memperoleh dan merasakan pendidikan sebagai bekal kehidupan. Karena hanya dengan pendidikan seseorang akan menjadi manusia yang utuh.

Senada dengan itu fungsi pendidikan di negara kita adalah untuk menyukseskan pembangunan nasional dalam pengertian yang seluas-luasnya. Dengan demikian setiap penduduk Indonesia berhak memperoleh dan merasakan pendidikan sebagai bekal kehidupan. Karena hanya dengan pendidikan seseorang akan menjadi manusia yang utuh.

Dengan demikian pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan masyarakat untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. John Dewey berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai bimbingan, sebagai pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup.6 Sehingga dimanapun ada masyarakat, disana pula terdapat pendidikan.

Dalam wacana pendidikan, ada dua tataran yang sering dipertentangkan yang sesungguhnya saling membutuhkan, yakni teori dan praktik. Filsuf pendidikan, John Dewey, mengingatkan kita bahwa teori pada akhirnya menjadi sesuatu yang paling praktis.7

Sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik melalui pendidikan ditujukan agar siswa dapat menghadapi tantangan global yang

dihadapinya. Tantangan global yang terjadi tidak dapat dihindari baik dari

5

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ), Cet. Ke-3, h. 45

6

A. Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta : Fajar Dunia, 1999), Cet. Ke-1, h.35 7

(14)

sektor pemerintahan hingga menjadi tantangan pula bagi lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan semakin dituntut mampu memberikan bekal kepada peserta didik dalam menghadapi globalisasi yang terjadi. Seperti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ), dan bidang Bahasa.

Kecakapan berbahasa asing seperti kecakapan berbahasa Inggris menjadi keharusan dalam keberhasilan mutu pendidikan. Sehingga Bahasa Inggris

menjadi salah satu mata pelajaran yang menjadi syarat kelulusan dan agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Kualitas pendidikan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini karena pemerintah sedang mengatur beberapa peraturan untuk meningkatkan kualitas pendidikan seperti kuantitas minimum siswa lulus, lebih tinggi nilai minimum kualifikasi dan sebagainya.

Pemerintah menetapkan beberapa sekolah yang ada di kota-kota untuk menjadi Sekolah Standar Nasional (Sekolah Standar Nasional) bahkan Sekolah Standar Internasional (Sekolah Standar Internasional). Saat ini, beberapa sekolah standar nasional atau internasional menerapkan pendidikan bilingual di dalam kelas mereka terutama di kelas unggul. Hal ini dianggap baik karena akan menghasilkan banyak keuntungan. Dengan menerapkan metode bilingual ini, sekolah telah mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depan.

Pengajaran metode bilingual merupakan metode penggunaan dua bahasa untuk menyampaikan materi kurikulum dengan tujuan menguatkan kompetensi siswa dalam berbahasa asing. Dengan menggunakan model ini terdapat dua hal utama yang diperoleh siswa, yaitu penguasaan ilmu

pengetahuan dan merek dalam dua bahasa.8

Dari latar belakang diatas, peneliti berpendapat bahwa penerapan bilingual class dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah mampu

8

Natali Kusuma Putri. “ Pengaruh Metode Bilingual dan Motivasi Belajar Terhadap

(15)

membantu meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Atas pertimbangan tersebut, maka peneliti mengangkat permasalahan tersebut menjadi judul penelitian dengan judul : “ Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan KeterampilanBerbahasa Inggris Siswa (Studi Kasus di Smart Eureka A National Plus School Meruyung - Depok).”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Lemahnya Pemahaman Guru Terhadap Metode Bilingual Class di Smart Eureka A National Plus School.

2. Belum Optimalnya Penguasaan Guru Terhadap Metode Billingual Class di Smart Eureka A National Plus School.

3. Belum Optimalnya Penerapan Bilingual Class di Smart Eureka A National Plus School.

4. Terbatasnya Dukungan Saranadan Prasarana dalam Penerapan Program Bilingual Class di Smart Eureka A National Plus School.

5. Belum Optimalnya Metode Pengelolaan Program Bilingual Class di Smart Eureka A National Plus School.

6. Belum Efektifnya penerapan Bilingual Class di Smart Eureka A National Plus School.

7. Lemahnya Keterampilan Berbicara ( Speaking ) Siswa Smart Eureka A National Plus School.

8. Rendahnya Minat Siswa Smart Eureka A National Plus School dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Ketika Mengikuti Program Bilingual

Class.

9. Rendahnya Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Smart Eureka A National Plus School.

(16)

C.

Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, maka Penelitian ini dibatasi pada optimalisasi pengelolaan Program Bilingual Class dan pada keterampilan berbicara (Speaking) siswa Smart Eureka A National Plus

School.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat perumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana model penerapan program Bilingual Class dalam meningkatkan keterampilan berbicara (Speaking) siswa Smart Eureka A National Plus School.

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan model penerapan program Bilingual Class dalam meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa di Smart Eureka A National Plus School.

F.

Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat

memberikan beberapa manfaat yaitu : 1. Manfaat akademik

(17)

2. Manfaat Praktis a) Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi Pelaksana pendidikan khususnya kepala sekolah dalam memilih dan melaksanakan model penerapan program bilingual.

b) Bagi siswa di Smart Eureka A National Plus School Depok.

(18)

8

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A.

Bilingual Class

Pendidikan bilingual merupakan metode alternatif yang dapat

digunakan dalam pembelajaran bahasa secara aktif. Selain konten bahasa dapat disampaikan kepada peserta didik, pendidikan bilingual juga dapat memberikan kemampuan kognitif kepada peserta didik.

Seperti yang diungkapkan Prof. Dr. Singgih (2006) “Banyak orang tua yang menginginkan anaknya menjadi bilingual, bukan hanya untuk alasan sosial maupun ekonomis, namun dengan alasan untuk perkembangan kognitifnya. Orang tua berharap bahwa dengan menjadi bilingual, anak mereka akan menjadi lebih cerdas”.1

Selain itu ia juga mengutarakan bahwa bahasa asli (bahasa ibu) memegang peranan penting dalam perkembangan bilingualisme, terutama bagi anak-anak yang mempelajari bahasa kedua pada saat mereka memulai bersekolah.

1

Gunarsa Singgih D, “ Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi

(19)

Tingkat kemampuan anak dalam menggunakan bahasa aslinya merupakan indikator yang kuat atas kemampuannya mempelajari bahasa kedua. Seperti yang diungkapkan Singgih bahwa bahasa asli yang digunakan di sekolah akan berguna untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mempelajari bahasa asli dan bahasa kedua. Anak bilingual biasanya lebih berhasil di sekolah bila sekolah dengan efektif mengajarkan bahasa asli dan kesusasteraan bahasa tersebut. Sebaliknya, bila anak diajarkan untuk menolak bahasa asli, perkembangan bahasa keduanya pun biasanya akan terhambat.2

Itu artinya, bahasa asli merupakan indikator terpenting dalam pembelajaran bahasa kedua. Bilingualisme bukan berarti menghilangkan atau menolak pembelajaran bahasa asli kepada anak, namun tetap memelihara bahasa asli. Berikut ini, pengertian bilingual akan dibahas secara mendalam.

1.

Pengertian

Bilingual Class

Banyak sekali pengertian bilingualisme yang berkembang sekarang ini, bilingualisme biasa dilakukan sebagai pemahaman berbahasa atau bahkan sebagai kebiasaan menggunakan bahasa asli kedalam bahasa asing. Berikut ini akan dipaparkan pengertian bilingualisme secara lebih mendalam.

Bilingual adalah sistem pendidikan yang menggunakan dua bahasa. Bahasa yang pertama adalah bahasa Inggris dan bahasa kedua adalah bahasa yang biasa dipakai di daerah atau negara tersebut.3

Menjadi bilingual adalah dapat melafalkan bahasa kedua seperti melafalkan bahasa asli. Hal senada diutarakan oleh Papalia dari Prof. Dr.

Singgih bahwa “Bilingualisme diartikan sebagai kefasihan untuk berbicara dua bahasa. Dua bahasa yang dimaksud biasanya adalah bahasa ibu (native

language) dan bahasa asing (foreign language).”4

2

, Ibid. hal. 97. 3

Hana Rhemawati, “ED Students’ Perception Toward Bilingual Education in Indonesian in Academic Reading Class” (The 5th International Seminar 2011, hal, 93.

4

Gunarsa Singgih D,“ DariAnak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi

(20)

Selain itu, beberapa tokoh ikut menyumbangkan pendapatnya mengenai pengertian bilingualisme seperti McLaughlin yang dikutip oleh Prof. Dr. singgih pada buku yang sama . Menurutnya bilingualisme dikenal menjadi tiga istilah umum, yaitu :

1. Code switching, adalah kemampuan untuk mengubah bahasa yang sedang dipakai menjadi bahasa lain dengan benar. Misalnya anak-anak yang disekolah menggunakan bahasa Inggris kemudian sesampainya di rumah menggunakan bahasa Indonesia.

2. Simultaneous language acquisition adalah pembelajaran dua bahasa secara bersamaan sebelum anak beusia tiga tahun.

3. Successive language acquisition adalah pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua setelah usia tiga tahun.5

Pada anak-anak yang dibiasakan dengan bahasa asing di bawah usia tiga tahun, anak-anak ini pada awalnya akan lebih lambat dalam mengumpulkan kosakata. Hal ini disebabkan ia harus mempelajari satu kata dalam dua bahasa. Namun, tidak lama kemudian anak-anak ini akan dapat mengumpulkan kosakata sebanyak teman-teman sebayanya yang lain.

Anak-anak tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam code switching. Code switching ini seakan-akan timbul secara natural pada anak-anak. Secara otomatis anak akan belajar membedakan cara bicara dan bahasa yang mereka gunakan pada orang tua, teman, dan guru mereka di sekolah.

Pada anak yang mempelajari bahasa keduanya setelah usia tiga tahun (Successive language acquisition), umumnya hal ini dilakukan karena sekolah tempat ia belajar menggunakan bahasa yang berbeda dari yang ia gunakan selama ini. Artinya, sebelumnya anak belum pernah sama sekali atau hanya sedikit sekali berada di lingkungan dengan bahasa yang berbeda.

5

(21)

2.

Sejarah

Bilingual Class

Undang-undang Dasar kita juga menempatkan kebudayaan asing pada tempatnya di dalam masyarakat Indonesia. Hal ini dikemukakan dalam Penjelasan Pasal 32. Bahasa asing sebagai salah satu kebudayaan asing adalah

alat komunikasi dalam pergaulan Internasional.6

Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat bahwa bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional, maka maraknya lembaga pendidikan yang menawarkan keunggulan konten berbahasa inggris menjadi salah-satu keunggulan sekolah. Diantaranya dengan menerapkannya metode bilingual class dalam pembelajaran. Terlintas sejenak mengenai sejarah berkembangan bilingual class, dan berikut ini akan dipaparkan sejarah bilingual class.

Penelitian modern tentang pemerolehan bahasa anak bermula pada paruh akhir abad kedelapan belas, ketika filsuf Jerman Dietrich Tiedemann mencatat pengamatannya atas perkembangan psikologis dan linguistik anak belianya. Pada akhir abad kesembilan belas, Francois Gouin mengamati keponakannya dan dari sana ia menyusun apa yang kemudian dikenal sebagai Metode Serial pengajaran bahasa asing. Baru pada paruh aabad kedua puluh, para peneliti mulai menganalisis bahasa anak-anak secara sistematis dan berusaha menguak watak proses sosialinguistik yang memungkinkan setiap manusia mencapai kontrol mudah atas sistem komunikasi yang biasa luar kompleks. Beberapa darsawarsa kemudian, langkah-langkah penting diambil, khususnya dalam model-model geberatif dan kognitif, untuk menjelaskan

pemerolehan bahasa-bahasa tertentu, dan untuk menyelidiki aspek-aspek universal pemerolehan.7

6

Hasan Alwi, Dendy Sugono, dan S.R.H. Sitanggang. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000 Risalah Kongres Bahasa Indonesia VI. ( Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1998 ). h. 18-19.

7

(22)

Metodologi pengajaran bahasa kedua dan bahasa asing mengalami perkembangan terus-menerus seiring dengan perkembangan yang terjadi pada disiplin ilmu bahasa, ilmu pendidikan, dan ilmu jiwa.8

Baru-baru ini, negara-negara berkembang seperti Indonesia mengikuti jejak mereka dalam tujuan menciptakan generasi mendatang yang kompeten dan mampu berpartisipasi dalam persaingan dunia. Indonesia sejak tahun pelajaran 2006/2007 telah melaksanakan model pengajaran bilingual pada pembelajaran. Hal ini terwujud dari kebijakan pembaharuan mutu pendidikan.

Kebijakan model pembelajaran bilingual bukanlah hal baru, pada awal kemerdekaan telah dilaksanakan pengajaran bilingual, yaitu bahasa Belanda-Indonesia.9

Pendidikan bahasa menjadi sangat populer di Indonesia. Dalam pendekatan pendidikan bilingual, peserta didik belajar beberapa mata pelajaran tertentu dengan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantarnya. Dalam hal ini, peserta didik mempelajari pelajaran sains seperti matematika dan ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan bahasa Inggris. Oleh karena itu, tidak mengejutkan untuk melihat pendidikan bilingual di Indonesia telah diakui sebagai lembaga pendidikan prestise yang memiliki sistem penilaian khusus dan sertifikasi. Memang, jenis prestasi-prestasi akan memberikan banyak kesempatan dan manfaat bagi peserta didik untuk masa depan mereka.

3.

Ciri-ciri

Bilingual Class

Didalam menerapkan pembelajaran berbahasa asing, lembaga pendidikan menggunakan berbagai metode pembelajaran bahasa di antaranya seperti

menggunakan metode langsung (direct method), metode gramatika-terjemah (grammar-translate method), dan metode dwibahasa (dual-language method) yang biasa dikenal dengan bilingual. Dan semua macam metode tersebut

8

(23)

memiliki ciri-ciri khusus dalam penerapannya. Berikut ini merupakan ciri-ciri bilingual class sebagai berikut.

Di dalam penerapan bilingual, minimalnya terdapat empat aspek yang dapat disampaikan kepada peserta didik. Metode ini mampu menyampaikan isi bahasa, makna, pemahaman, serta budaya dari mana bahasa itu berasal.

Selain itu, menurut National Association for Education, pembelajaran bilingual pada dasarnya berarti pembelajaran yang dilakukan dengan dua bahasa oleh guru atau siswa untuk berbagai tujuan kegiatan sosial dan

pembelajaran. Selanjutnya, konsep bilingual diartikan sebagai pendekatan pembelajaran di kelas dengan tujuan: 1) Pembelajaran bahasa Inggris, 2) Penunjukan pencapaian akademik, 3) Pengkulturasian imigran pada masyarakat baru, 4) melindungi kelompok bahasa minoritas dan warisan budaya, 5) memfasilitasi penutur bahasa Inggris untuk mempelajari bahasa kedua, 6) mengembangkan sumber belajar nasional, atau 7) kombinasi-kombinasi dari tujuan di atas.10

Sangat jelas bahwa, bilingual class bukan hanya sebagai metode pembelajaran bahasa yang melakukan perendaman (merubah) bahasa asli ke dalam bahasa kedua, lebih jauh dari itu, bilingual juga merupakan pemeliharaan pemahaman bahasa serta budaya suatu bahasa.

4.

Persyaratan Penerapan

Bilingual Class

Sekolah bilingual didirikan untuk memelihara dan melestarikan bahasa dan budaya siswa yang beragam, sekolah ini berfokus pada pembelajaran bahasa Inggris dengan tujuan jangka panjang. Agar program bilingual dapat berjalan efektif, harus diterapkan dengan baik, konsisten dan diterapkan selama 5-6 tahun. Pada waktu itu hasil pencapaian kemampuan berbahasa Inggris siswa akan efektif.

Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang digunakan dalam komunikasi keilmuan secara internasional. Penggunaan bahasa Inggris dalam

10

N.Noerdjanah, “Pengelolaan Media Pembelajaran Bilingual (Studi Situs SMA Batik 1

(24)

mempelajari atau mengkomunikasikan ilmu pengetahuan, termasuk salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dikenal dengan pembelajaran bahasa Inggris untuk tujuan khusus (English for Spesific Purposes,ESP). Dalam hal ini, pembelajaran bahasa Inggris berkaitan erat dengan karakteristik ilmu pengetahuan yang dipelajari peserta didik. Oleh karena itu, karakteristik bidang studi menjadi bagian penting dalam pengembangan model pembelajaran bilingual.11

Jadi, pendidikan bilingual bukan hanya memperhatikan aspek

kemampuan berbahasa peserta didik. Aspek akademik, kognitif, emosional, social dan fisik pula menjadi persyaratan penting. Selain itu, lingkungan belajar yang nyaman menjadi persyaratan terpenting di dalam penerapan bilingual class.

5.

Strategi Pembelajaran Bahasa Dalam Penerapan

Bilingual

Class

Dalam belajar mengajar, terdapat empat strategi dasar yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap tepat.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan untuk dijadikan pedoman evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar selanjutnya.12

Metode penerapan bilingual dapat dilakukan melalui banyak cara. Masing-masing anak memiliki kesempatan yang berbeda dalam menerima metode bilingual ini, ada beberapa tipe kesempatan yang dimiliki anak seperti yang diungkapkan oleh Singgih dalam bukunya yaitu:

11

N.Noerdjanah, “Pengelolaan Media Pembelajaran Bilingual (Studi Situs SMA Batik 1

Surakarta),hal . 5. 12

(25)

a. simultaneous bilingualism, merujuk pada anak yang mmpunyai kesempatan luas untuk mempelajari dan menggunakan kedua bahasa sejak awal.

b. receptive bilingualism, merujuk pada anak yang mempunyai kesempatan yang luas unuk mempelajari bahasa kedua namun kesempatan penggunaannya terbatas.

c. rapid successive bilingualisme, merujuk pada anak yang mempunyai sedikit kesempatan akan bahasa kedua sebelum ia sekolah namun mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari dan menggunakannya di sekolah.

d. slow successive bilingualsme, merujuk pada anak yang hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk menggunakan bahasa kedua dan motivasinya untuk menggunakan juga rendah.13

Ini berarti bahwa, semakin banyak kesempatan bagi anak untuk menggunakan bahasa kedua, maka akan semakin baik sistem pembelajaran bilingual yang ia alami. Dengan semakin terbukanya kesempatan ini, anak kan merasakan semakin tidak tertekan, dan memiliki kebebasan, baik secara emosional maupun kognitif, dalam mempelajari dua bahasa sekaligus.

Ketika di lingkungan sekolah, guru dan siswa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asli dan bahasa Asing. Secara lebih jelas bahwa model penerapan bilingual menciptakan suasana belajar yang aktif, komunikatif, serta lingkungan yang nyaman bagi siswa.

Berikut ini merupakan strategi bagi guru yang mengajarkan bahasa

Inggris berikut ini:

a. Berbicara lebih pelan dari biasanya dan gunakan kalimat-kalimat singkat. b. Gunakan gerakan tangan dan ekspresi-ekspresi wajah untuk menekankan

apa yang yang dimaksud.

c. Cegah ungkapan-ungkapan dan dialek daerah. d. Sederhanakan pernyataan-pernyataan yang sulit.

e. Sertakan kata-kata benda dan frase-frase dalam bahasa Inggris dengan gambar.

f. Memberikan pertanyaan yang disesuaikan dengan pengalaman siswa. g. Batasi materi sesuai dengan pengetahuan bahasa pertama (bahasa asli)

siswa.14

13

Gunarsa Singgih D,“ DariAnak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi

Perkembangan “, ( Jakarta : Gunung Mulia, 2006 ), Cet.2, hal. 94-95. 14

(26)

Orang tua juga harus mengingat untuk menyeimbangkan penggunaan kedua bahasa tersebut. Apabila di sekolah anak lebih mempunyai kesempatan untuk mempelajari dan menggunakan satu bahasa, di rumah ia harus diberi kesematan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa yang lainnya. Pengalaman yang kayaakan kedua bahasa merupakan faktor penting untuk terbentuknya perkembangan bilingual yang baik.

Aspek yang tak kalah penting dalam pembelajaran bahasa kedua di sekolah adalah guru-guru yang mengajar. Seperti yang diungkapkan Papalia

(1993) dalam Singgih di dalam bukunya Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi Perkembanganyang mengungkapkan sebagai berikut:

“Guru-guru yang mengajar pada sekolah bilingual seharusnya adalah guru yang mengerti kedua bahasa secara fasih. Jadi, mereka bisa mengajar dalam kedua bahasa bersangkutan tanpa kesulitan yang berarti.Selain itu,

jumlah anak dalam kelas harus sedikit atau kelas kecil”15 .

Jadi, model penerapan yang baik dan konsisten akan menjadikan metode bilingual dapat berhasil meningkatkan kemampuan berbahasa inggris siswa. Lingkungan belajar yang aktif dan menyenangkan ikut mendorong siswa agar dapat menguasai bahasa asing yang diberikan, selain itu kerjasama antara guru dan orang tua sangatlah penting.

6.

Kelebihan dan Kekurangan

Bilingual Class

.

Penerapan pendekatan dua bahasa di kelas memiliki efek positif dan negatif. Berikut ini akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan penerapan bilingualclass di dalam pembelajaran bahasa asing.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa bilingualisme dapat menyebabkan keterlambatan bicara dan gangguan bahasa (language disorder). Hal ini disebabkan karena anak yang mendengar dua bahasa yang berbeda akan merasa kebingungan dan akhirnya menimbulkan masalah dalam perkembangan bahasanya.

15

Gunarsa Singgih D,“ DariAnak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi

(27)

Dalam dunia bilingualisme, ada dua nilai yang biasa dikenal yang di

tuliskan Singgih di dalam bukunya, yaitu “balanced bilingual dan imbalanced bilingual. Balanced bilingualisme digunakan untuk menggambarkan seseorang yang dapat menggunakan kedua bahasanya dengan fasih. Sementara imbalanced bilingualisme digunakan untuk amenggambarkan

seseorang yang hanya menguasai bahasa kedua secara pasif”.16

Kelemahan kedua, menurut McLaughlin yang di kutip oleh Singgih adalah adanya masa ketika anak akan tampak berkurang kemamuannya dalam

menggunakan bahasa asli, namun bahasa keduanya juga tidak tampak berkembang. Peristiwa ini disebutnya sebagai language imbalance. Tentu saja peristiwa ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya kemampuan bahasa anak. Namun, peristiwa ini sering dibesar-besarkan sebagai kelemahan anak bilingual. Penelitian yang membandingkan anak bilingual dan monolingual juga sering dilakukan pada saat anak bilingual memasuki fase ini sehingga tampak bahwa kemampuan berbahasa anak bilingual lebih rendah dari pada anak monolingual.17

Kejadian ini merupakan proses yang normal bagi anak dalam pembelajaran bilingual, anak perlu waktu untuk dapat menguasai kedua bahasa yang sedang ia pelajari dengan sempurna. Ada waktunya ketika kemampuan berbahasa asli anak menurun, sementara bahasa keduanya tidak berkembang.

Dalam konteks sekolah bilingual di Indonesia, dianggap sebagai sekolah yang mahal dan hanya orang-orang tertentu yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah bilingual ini. Selain itu, sebagian besar guru dan siswa cenderung berbicara menggunakan bahasa nasional mereka dengan rekan-rekan mereka, bahkan di kelas dan di lingkungan

sekolah, sehingga mereka tetap berpegang pada bahasa asli mereka.

16

Ibid. hal. 94. 17

(28)

Selanjutnya, metode bilingual dalam pembelajaran matematika juga memiliki kelebihan, dengan menggunakan bahasa asing dalam pembelajaran matematika dapat menimbulkan tantangan bagi siswa.

Dari sudut pandang penulis, keberadaan pendekatan dua bahasa telah membawa aspek positif untuk bidang pendidikan di Indonesia, tetapi harus dipertahankan konsistensinya karena untuk meningkatkan kualitas dan pencapaian tujuan. Mengadopsi pendekatan dua bahasa dalam satu institusi pendidikan, di samping itu, harus dilakukan dengan fokus ke sumber daya

yang tersedia dan kemampuan guru dan siswa dalam kemampuan berbahasa Inggris.

Hal ini di dukung oleh pernyataan H. Douglas Brown dalam bukunya bahwa anak-anak yang mempelajari dua bahasa secara bersamaan berhasil menguasai keduanya dengan menggunakan strategi serupa. Pada dasarnya, mereka belajar dua bahasa pertama, dan kunci keberhasilan terletak dalam kemampuan membedakan konteks masing-masing bahasa. Ini mendukung pendapat Lambert (1972) bahwa anak-anak bilingual lebih mudah menangkap pembentukan konsep dan memiliki keluwesan mental yang lebih besar.18

B.

Keterampilan Berbahasa Inggris

1. Pengertian Keterampilan

Keterampilan adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan sesuatu. Berikut ini akan dipaparkan lebih mendalam lagi mengenai pengertian keterampilan.

Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian luas, jelas bahwa setiap cara

18

(29)

yang digunakan untuk mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan.19

Metode dan teknik pengajaran keterampilan yang dianggap penting dalam belajar bahasa adalah keterampilan pemahaman (menyimak dan membaca) dan pengungkapan pikiran (berbicara dan mengarang).20

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: a. Keterampilan menyimak

b. Keterampilan berbicara

c. Keterampilan membaca, dan d. Keterampilan menulis.21

2. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah alat yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan baik dengan cara diucapkan, atau ditulis. Berikut ini akan dipaparkan pengertian bahasa secara lebih mendalam.

Kata bahasa, dalam bahasa Indonesia, semakna dengan kata lughat dalam bahasa Arab, language dalam bahasa Inggris, langue dalam bahasa Perancis, taal dalam bahasa Belanda, spraceh dalam bahasa Jerman, kakugo dalam bahasa Jepang, dan bhasa dalam bahasa sansekerta. 22

Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki.23

Sebagian orang mendefinisikan bahasa sebagai perkataan-perkataan yang diucapkan atau ditulis. Sebagian orang lagi berpendapat bahwa bahasa

19

http://darklightandshadow.blogspot.com/2013/05/keterampilan-berbahasa-pengertian-jenis.html at 18 september 2013 17:24 Wib.

20

Ahmad Izzan, “Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris”, ( Bandung : Humaniora. 2010), hal. 75.

21

Henry Guntur Taringan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2009). H. 187.

22

Ahmad Izzan, “Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris”, ( Bandung : Humaniora. 2010), hal. 1.

23

(30)

sebagai kalimat-kaliamat dan ungkapan-ungkapan, sebagian orang yang lainnya mendefinisikan bahasa sebagai kumpulan kata-kata, kaidah-kaidah, atau peraturan-peraturan.24

Bahasa adalah pendukung kebudayaan bangsa pemilik bahasa itu. Makin bertambah tinggi kebudayaan bangsa itu, makin maju bahasanya.25 Bagi suatu bangsa, bahasa yang dimilikinya bukan sekedar alat komunikasi belaka, walaupun memang fungsi sosial utama dari bahasa tersebut adalah sebagai alat komunikasi. Dikatakan demikian karena untuk berkomunikasi bisa saja

bangsa tersebut memilih bahasa lain selain bahasanya sendiri. Misalnya, warga bangsa Indonesia tidak selalu memakai bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Mereka bisa saja memakai bahasa Daerah, bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Tionghoa, dan alat komunikasi lain yang biasa disebut bahasa.26

Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan dua cara dalam berkomunikasi, yaitu secara verbal dan nonverbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan dengan menggunakan alat/media bahasa (lisan dan tulisan), sedangkan berkomunikasi secara nonverbal dilakukan dengan menggunakan media selain bahasa.27

Secara garis besar proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. Secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media seperti bahasa dan isyarat. Sedangkan secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan sarana atau alat sebagai media kedua setelah

24

Ahmad Izzan, “Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris”, ( Bandung : Humaniora. 2010), hal. 1.

25

J.S Badudu. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 1994), h. 3.

26

Masnur Muslich, dan I Gusti Ngurah Oka. Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2010). h. 59.

27

(31)

memakai lambang sebagai media pertama seperti surat, telepon, radio dan banyak lagi yang lainnya.28

Selain berfungsi sebagai alat berkomunikasi, bahasa juga memiliki fungsi lain seperti sebagai alat mengekspresikan diri dan sebagai alat beradaptasi sosial. Dr. Ahmad Izzan juga berpendapat mengenai fungsi bahasa sebagai berikut:

a. Bahasa digunakan orang untuk menyatakan atau mengespresikan perasaan, emosi, harapan, keinginan, cita-cita, dan pikiran seseorang. b. Sebagai alat berfikir. Ketika sebuah gagasan atau ide timbul dalam

pikiran, ia bukanlah bahasa karena belum mempunyai bentuk tertentu. Tetapi ketika gagasan itu sudah dituangkan dan diatur urutan unsure-unsurnya dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang diucapkan dengan lisan atau dicatat dengan simbol-simbol (tulisan), gagasan itu berubah menjadi bahasa karena ia sudah mempunyai bentuk yang berwujud. c. Bahasa sebagai alat usaha untuk meyakinkan orang lain atau

mempengaruhi sekelompok orang atau masyarakat, baik melalui forum diskusi formal, pertukaran fikiran, karya-karya ilmiah, maupun siaran-siaran radio dan televisi.29

Jadi, bahasa merupakan serangkaian gagasan, perasaan, atau ide seseorang yang dituangkan dalam kalimat-kaliamat yang tersusun teratur baik diungkapkan secara lisan atau tulisan. Sepanjang perkembangan manusia, bahasa berfungsi sebagai alat berkomunikasi serta alat menyampaikan maksud dan fikiran manusia.

3.

Keterampilan Berbahasa Inggris

Pembelajaran Bahasa Inggris akan lebih bermakna apabila diiringi dengan strategi belajar yang tepat, maka akan mampu meningkatkan

keterampilan berbahasa Inggris siswa. Berikut ini akan dipapakan keterampilan-keterampilan dalam berbahasa Inggis sebagai berikut.

Secara umum, ada empat keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa di semua jenjang dan kelas. Empat keterampilan dasar itu adalah

28

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008). Hal:8.

29

(32)

mendengarkan atau menyimak (listening), keterampilan berbicara (speaking), keterampilan membaca (reading), keterampilan menulis (writing).

a. Keterampilan Menyimak (listening)

Pembelajaran Bahasa Inggris akan lebih bermakna apabila diiringi dengan strategi belajar yang tepat, maka akan mampu meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa. Berikut ini akan dipapakan

keterampilan-keterampilan dalam berbahasa Inggis sebagai berikut.

Secara umum, ada empat keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh

siswa di semua jenjang dan kelas. Empat keterampilan dasar itu adalah mendengarkan atau menyimak (listening), keterampilan berbicara (speaking), keterampilan membaca (reading), keterampilan menulis (writing).

Keterampilan menyimak (listening) adalah pendekatan pemahaman lebih menekankan pemahaman melalui mendengar atau menyimak. Untuk situasi di Indonesia, materi yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan menyimak (bahasa Indonesia, Inggris, Perancis, Jerman dan Arab) secara bertahap ialah :

a) Fase pengenalan, seperti fonologi (fonem-fonem), kata-kata, frase-frase, dan kalimat-kalimat.

b) Fase pemahaman, yakni melakukan respons nonlinguistic (ini dianjurkan dalam pendekatan pemahaman.

c) Fase pemahaman pertengahan, yakni menajawab pertanyaan-pertanyaan mengenai isi bacaan pendek, percakapan penutur asli, dan percakapan melalui telepon.

d) Fase pemahaman lanjut, yakni bertanya-jawab tentang isi berita di radio, TV, dan penyajian bahan otentik.30

Untuk mengajarkan keterampilan menyimak dapat menggunakan metode Phonetic (Mendengar dan Mengucapkan). Metode ini mengutamakan ear training dan speak training, yaitu cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan mendengarkan, kemudian diikuti dengan

30

(33)

lahitan mengucapkan kata-kata dan kalimat dalam bahasa asing yang sedang dipelajari.31

b. Keterampilan Membaca (reading)

Keterampilan membaca (reading), keterampilan ini termasuk aktivitas yang sangat rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar dan tingkat penalarannya. Tujuan seseorang membaca adalah untuk mengerti atau memahami isi-pesan yang terkandung dalam

suatu bacaan seefisien mungkin.

Menurut Munby (1978) sebagai mana dikutip oleh Ahmad Izzan, aktivitas membaca itu melibatkan keterampilan-keterampilan mengenal otnografi suatu teks, mampu menarik kesimpulan dari bacaan, di dalamnya juga memuat keterampilan memahami informasi yang disampaikan oleh bacaan, makna konseptual suatu bacaan, fungsi-fungsi kalimat, kaitan antara kalimat satu dengan kalimat yang lainnya, mengetahui ide-ide kalimat dalam bacaan, mencari pokok kalimat dari teks, dan mengenal isi teks dari bacaan tersebut.32

Untuk melatih keterampilan membaca dapat menggunakan metode membaca (Reading Method), yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula membacakan topik-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa.33

c. Keterampilan Berbicara (speaking)

Keterampilan berbicara (speaking) merupakan kemampuan

mengungkapkan pikiran secara lisan. Kemampuan berbicara biasa dikenal dengan kemampuan komunikatif. Seperti yang diungkapkan oleh Paulston dari Ahmad Izzan dalam bukunya yang berjudul Metode Pembelajaran Bahasa Inggris sebagai berikut.

Sebenarnya, kemampuan komunikatif diartikan sebagai pengetahuan mengenai bentuk-bentuk bahasa dan makna bentuk-bentuk itu, dan

31

Tayar Yusuf, dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab.

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995). H. 159. 32

Ahmad Izzan, “metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris”, ( Bandung : Humaniora. 2010), h. 80.

33

Tayar Yusuf, dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab.

(34)

kemampuan untuk menggunakannya kapan dan kepada siapa untuk memakai bentuk-bentuk tersebut secara wajar.

Tujuan utama kemampuan komunikatif ialah untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, yakni mampu berkomunikasi mengenai sesuatu dalam bahasa. Tujuan pertama dapat dicapai melalui aktivitas-aktivitas yang disebut kinerja komunikatif, sedangkan tujuan kedua dapat dicapai melalui latihan-latihan pengembangan kemampuan komunikatif.

Faktor terpenting agar komunikasi itu dapat diterka sebelumnya adalah

para pelajar tidak dapat mengetahui sebelumnya bagaimana lawan bicara mereka akan membawa respons atau reaksi pada apa yang mereka katakana. Konsep tersebut biasa disebut adanya kekosongan informasi. Seorang pembicara (pelajar) mengetahui sesuatu yang belum diketahui oleh lawan bicaranya (pelajar lain). Dengan menutup kekosongan informasi melalui kekosongan bahasa itu tugas berkomunikasi yang wajar dapat dilaksanakan. Konsep ini lazim disebut information gap.34

d. Keterampilan Menulis (writing)

Keterampilan Keempat, keterampilan mengarang (Writing) atau menulis dianggap sebagai keterampilan yang paling sukar dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Bila seorang pelajar menggunakan bahasa kedua (asing) secara lisan, seorang penutur asli dapat mengerti dan menerima lafal yang kurang sempurna atau ungkapan-ungkapan yang kurang gramatikal. Tetapi, bila pelajar menggunakan bahasa kedua (asing) itu secara tulisan, penutur asli yang membacanya akan lebih keras dalam menilai tulisan yang banyak kesalahan ejaan atau tata-bahasa. 35

Untuk memulai menulis kalimat bahasa Inggris secara baik, berikut ini

akan dipaparkan lima langkah menuju penulisan bahasa Inggris yang benar. Kelima langkah tersebut diikuti secara bertahap sesuai tingkat prioritasnya, yakni:

Ahmad Izzan, “metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris”, ( Bandung : Humaniora. 2010), hal.. 84-85.

35

(35)

1. Kenali subyeknya.

2. Kenali jenis dari setiap kalimat (verbal atau nominal)

3. Perhatikan apakah ada auxiliary verb, kalau ada akan mempengaruhi bentuk predikat.

4. Kenali jenis keterangan waktunya. 5. Gunakan nalar.36

Dalam bahasa kedua, Krashen mengakui bahwa tidak atau belum banyak penelitian yang diadakan tentang ciri-ciri kemampuan mengarang dalam bahasa kedua. Ia mengatakan bahwa, menurut data-data yang ada, tampak

kemiripan antara ciri-ciri mengarang dalam bahasa pertama (asli) dan bahasa kedua. Ini berarti bahwa ada hubungan yang erat antara membaca dan mengarang karena aktivitas membaca dalam bahasa kedua sangat menunjang keterampilan mengarang. Ia juga menunjukkan bahwa ada banyak bukti yang konkret bahwa perbaikan-perbaikan kesalahan yang terlalu dini atau terlalu banyak. Keduanya tidak efektif dalam pengajaran mengarang dalam bahasa kedua, khususnya di tingkat tata bahasa (ejaan, morfologi, sintaksis), bukan mutu atau isi pesan karangan.37

Terdapat beberapa petunjuk umum berkaitan dengan pembelajaran menulis, yaitu sebagaimana berikut:

1. Memperjelas materi yang dipelajari siswa, maksudnya tidak menyuruh siswa menulis sebelum siswa mendengarkan dengan baik.

2. Memberitahukan tujuan pembelajarannya kepada siswa. 3. Mulai mengajarkan menulis dengan waktu yang cukup. 4. Asas bertahap, dari yang sederhana berlanjut ke yang rumit. 5. Kebebasan menulis.38

36

Rahmat Effendi P. Cara Mudah Menulis dan Menerjemahkan, (Jakarta: Yayasan Bina Edukasi dan Konsultasi HAPSA et STUDIA, 2008). h.21.

37

Ahmad Izzan, “metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris”, ( Bandung : Humaniora. 2010), hal. 91.

38

(36)

Dari sudut pandang guru, mengajarkan kemampuan mengarang harus melalui langkah-langkah berikut:

1. Mencari topik yang sesuai dengan tingkat kebahasaan pelajar dengan ruang lingkup (ranah) kehidupannya.

2. Menentukan tujuan, mengapa penulis (pelajar) megarang tulisan itu. 3. Menentukan kepada siapa karangan itu tertuju.

4. Membuat rencana penulisan (outline).

5. Mewujudkan karangan di atas kertas. Mula-mula konsep kasar, lalu sesudah direvisi dan disunting, ditulis rapi di kertas karangan.39

Keempat keterampilan di atas, memiliki nilai penguasaan yang berbeda-beda bagi masing-masing siswa. Beberapa siswa memiliki keterampilan berbicara yang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan menulisnya, atau sebaliknya. Namun keempat keterampilan itu dapat pula dimiliki dengan baik oleh siswa.

4.

Fokus Tercapainya Keterampilan berbahasa Inggris

Bagian bahasan berikut ini menjelaskan mengenai fokus tercapainya keterampilan berbahasa Inggris siswa, yang berkaitan dengan bahasan di atas, yakni keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis.untuk dapat mengukur ketercapaian keempat keterampilan tersebut, perlu dilakukan tes keterampilan. Berikut ini akan dipaparkan fokus ketercapaian masing-masing tes keterampilan.

a. Keterampilan Menyimak

Sasaran utama kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh seorang pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video. Pemahaman itu dapat mengacu kepada pemahaman secara umum seperti topik yang dibahas atau sekedar garis besar isinya, atau bagian-bagian yang lebih terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang menonjol.40

39

Ahmad Izzan, “metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris”, ( Bandung : Humaniora. 2010), h. 92.

40

(37)

Evaluasi keterampilan menyimak terfokus pada dua jenis, yaitu tes melalui rekaman dan tes dalam bentuk tanya jawab atau wawancara.

b. Keterampilan Membaca

Sebagai sesama keterampilan yang lebih bersifat pasif-reseptif, sasaran tes keterampilan membaca pada dasarnya mengacu pada sasaran yang sama dengan tes menyimak dalam memahami wacana yang diungkapkan secara lisan. Pebedaan antara keduanya hanya terletak pada mediumnya, yang satu

diungkapkan secara lisan, yang lain secara tertulis. Pada tes menyimak wacana yang harus dipahami itu adalah wacana lisan yang didengar langsung atau lewat rekaman, sedangkan pada tes membaca wacana yang dihadapi berupa wacana yang disampaikan melalui media tertulis.41

Selain pembelajaran bahasa asing, di dalam bahasa Arab juga melatih

keterampilan membaca yang dikenal dengan metode muthala’ah (membaca). Metode muthala’ah, yaitu cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca

baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam hati. Metode yang dilakukan dengan menggunakan beberapa kegitan sebagai berikut :

1. Apersepsi dan Pre test, yaitu memulai pelajaran dengan menghubungkan pelajaran yang telah diberikan, dengan pelajaran yang akan disajikan. 2. Meminta anak didik untuk membuka buku bacaannya dan menyimak

yang dibacakan guru dengan baik. Setelah itu guru memberikan soal tanya jawab mengenai bacaan tersebut.

3. Guru menawarkan kepada murid untuk mengulang bacaan yang telah dibacakan oleh guru, sedangkan murid yang lainnya menyimak dengan seksama.

4. Adakanlah diskusi dan tanya jawab mengenai bacaan tersebut.

5. Apabila bacaan terlalu panjang, maka bagilah bacaan tersebut menjadi beberapa bagian pacaan yang lebih pendek.

6. Dalam memberikan penjelasan hendaknya disertai dengan contoh-contoh, menuliskan arti kata yang sulit di papan tulis untuk dicatat oleh anak didik.

7. Pada akhir pelajaran, guru memberikan kata-kata nasihat kepada anak didik untuk giat belajar dan rajin mengulas pelajaran yang lain.42

41

Ibid. hal. 116. 42

Tayar Yusuf, dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab.

(38)

Selain kegiatan diatas, strategi pokok yang perlu diajukan bagi tugas membaca pemahaman, adalah sebagai berikut:

1. Inferencing, para instruktur (pengajar) mengenali dan memahami strategi berdasarkan deskripsi para pembelajaran mengenai cara penggunaan konteks baik pada tingkat kalimat maupun tingkat wacana untuk menduga makna kata yang belum diketahui.

2. Deducation, para instruktur (pengajar) memancing serta memperoleh dari para pembelajar penerapan kaidah-kaidah gramatikal mereka untuk mengenali bentuk kata yang belum diketahui dalam teks (BI maupun B2) yang dapat membimbing mereka ke arah dugaan-dugaan atau perkiraan mengenai tipe kata yang sebenarnya (misalnya adberbia, nomina tempat, dan sebagainya).

3. Elaboration, para instruktur memperkenalkan dan mendorong para pembelajar menggunakan pengetahuan terdahulu, baik pengetahuan akademik maupun dunia nyata untuk mengambil keputusan mengenai makna-makna atau kemungkinan makna-makna.

4. Transfer, para instruktur memancing serta memperoleh dari pengenalan para pembelajar mengenai kata-kata serumpun dan kata-kata yang bersamaan bunyi dalam B1 yang dapat diterapkan bagi pemahaman kata-kata baru dalam B2.43

[image:38.595.98.518.136.723.2]

Di dalam keterampilan membaca, siswa dibagi menjadi tiga tingkat kemampuan. Yaitu, kemampuan tingkat dasar, kemampuan tingkat menengah, dan kemampuan tingkat lanjut. Berikut ini akan dipaparkan rincian dari ketiga tingkatan kemampuan tersebut.

Tabel 2.1

Rincian Kemampuan Memahami Bacaan Berbagai Tingkatan

NO TINGKAT

KEMAMPUAN RINCIAN KEMAMPUAN

1. Dasar 1)Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana.

2)Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya.

3)Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana.

43

(39)

4)Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana.

2. Menengah 1)s/d (4) sama dengan tingkatan Dasar 5)Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang jawabannya terdapat dalam wacana meskipun diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda.

6)Mampu menarik inferensi tentang isi wacana.

3. Lanjut 1)s/d (6) sama dengan tingkatan Menengah 7)Mampu mengenali dan memahami

kata-kata dan ungkapan-ungkapan untuk memahami nuansa sastra.

8)Mampu mengenali dan memahami maksud dan pesan penulis sebagai bagian dari pemahaman tentang penulis.

Sumber : Dikutip dari bukuTes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, Karangan DjiwandonoSoenardi (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal. 117.

c. Keterampilan Berbicara

(40)

Berdasarkan penjelasan diatas, sasaran tes berbicara meliputi: 1. Relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah, atau topik.

2. Kejelasan dan kerapian pengorganisasian isi.

3. Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar.44

Untuk melatih keterampilan berbicara, dapat menggunakan metode bicara lisan (Oral Method). Metode ini menitik beratkan pada latihan-latihan lisan atau penuturan-penuturan dengan mulut. Melatih mulut untuk bisa

lancar berbicara (fluently), keserasian, dan spontanitas. Latihan-latihan menyusun kata-kata, membuat kalimat sendiri dan sebagainya. Semua dilakukan dengan mengaktifkan bicara lisan, oral, speaking.45

Sedangkan strategi pokok yang diajarkan bagi kegiatan berbicara untuk berbagai tugas, adalah:

1. Substitution, para instruktur (pengajar) menyuruh para pembelajar memakai sinonim, parafrase, dan gerak-gerik untuk menjelaskan artinya dalam tugas penceritaan kembali suatu teks.

2. Cooperation, sang instruktur menyuruh para pembelajar bekerja dalam kelompok mengenai penugasan berbicara dan mendorong mereka saling menolong satu sama lain mengerjakan tugas.

3. Self-evalution, para instruktur memberi kesempatan kepada para pembelajar untuk mengecek seberapa baik mereka membuat keefektifan komunikatif mereka.46

Unsur yang terpenting yang dapat diupayakan demi penyelenggaraan tes berbicara yang baik adalah penetapan titik berat sasaran tes dalam bentuk rincian kemampuan berbicara sebagai patokan dalam melakukan penilaian seperti yang dapat dirinci sebagai berikut.

44

Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, (Jakarta: PT Indeks, 2008),. hal. 119.

45

Drs. H. Tayar Yusuf, dan Drs. Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995). H. 165.

46

(41)
[image:41.595.96.520.127.615.2]

TABEL 2.2

Rincian Kemampuan Berbicara

NO

UNSUR KEMAMPUAN

BERBICARA

RINCIAN KEMAMPUAN

1. Isi yang Relevan Isi wacana lisan sesuai dan relevan dengan topic yang dimaksudkan untuk dibahas.

2. Organisasi yang Sistematis

Isi wacana disusun secara sistematis menurut suatu pola tertentu.

3. Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar

Wacana diungkapkan dalam bahasa dengan susunan kalimat yang gramatikal, pilihan kata yang tepat, serta inotasi yang sesuai dan pelafalan yang jelas.

Sumber : Dikutip dari bukuTes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, Karangan DjiwandonoSoenardi (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal. 120.

d. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan keterampilan menyampaikan gagasan menjadi sebuah tulisan. Menurut Prof. DR. M. Soenardi Djiwandono keterampilan menulis sama dengan keterampilan menyimak dan keterampilan membaca, keterampilan menulis juga merupakan keterampilan yang bersifat pasif-reseptif dengan rincian keterampilan yang mirip satu sama lain.47

Untuk melatih keterampilan menulis, metode yang dapat digunakan adalah metode Dikte/ Imlak (Dictation Method). Metode ini memusatkan tujuannya untuk banyak melatih siswa secara berulang-ulang sehingga mencapai kemampuan menuliskan kata-kata/kalimat-kalimat atau ejaan-ejaan bahasa asing tersebut dengan betul/terhindar dari banyak kesalahan.48

47

Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, (Jakarta: PT Indeks, 2008),. hal. 121.

48

Tayar Yusuf, dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab.

(42)

Selain metode dikte/imlak, di dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat

pula metode Insya’ (Mengarang) yang dapat digunakan sebagai metode

pembelajaran untuk melatih keterampilan menulis siswa. Metode ini dapat diberikan dengan melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir serta usia mereka.

2. Pada kelas-kelas dasar pelajaran insya’ dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana.

3. Pada kelas-kelas atas, pelajaran insya’ dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna.

4. Sedangkan pada kelas/tingkat yang lebih tinggi, maka materi insya’ sudah tidak lagi terikat dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin

bersifat terikat. Guru hanya menentukan topik/tema karangan atau nsya’.

Apakah mengenai cerita-ceirita, hikmah tertentu, syair, puisi, atau berupa karya ilmiah lainnya. Dan siswa mengembangkanya.

5. Setelah insya’ dikerjakan anak didik, maka guru hendaknya mengadakan soal tanya jawab, dan berdiskusi mengenai hasil karya mereka, dan memberi peluang di antara mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling melengkapi.

6. Guru membetulkan insya’, dengan memberikan berbagai keterangan dan penjelasan kepada anak didik.

7. Guru dapat mencatat dan melengkapi karyanya itu atas dasar keterangan gurunya.

8. Guru mengakhiri acara insya’ dengan memberikan berbagai petunjuk atau nasihat yang berguna bagi anak didik.49

Selain aspek penggunaan bahasa, masalah gaya penuangan isi masalah yang dijadikan pokok bahasan dalam kegiatan menulis perlu dijadikan salah satu rincian keterampilan menulis. Rincian tolak ukur tercapainya keterampilan menulis sebagai berikut.

49

(43)
[image:43.595.97.540.137.722.2]

TABEL 2.3

Rincian Keterampilan Menulis No Unsur Keterampilan

Menulis Rincian Keterampilan

1. Isi Yang Relevan Isi wacana tulis sesuai dan relevan dengan topik yang dimaksudkan untuk dibahas.

2. Organisasi Yang Sistematis Isi Wacana disusun secara sistematis menurut suatu pola tertentu.

3. Penggunaan Bahasa Yang Baik dan Benar

Wacana diungkapkan dengan bahasa, dengan susunan kalimat yang gramatikal, pilihan kata yang tepat, serta gaya penulisan yang sesuai.

Sumber : Dikutip dari bukuTes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, Karangan DjiwandonoSoenardi (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal. 122.

C.

Kerangka Berfikir

Agar lebih terarahnya fokus penelitian ini, penulis membuat kerangka berfikir sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian tentang analisis penerapan bilingual class guna meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa di Smart Eureka A National Plus School.

Dalam pelaksanaan program bilingual class di Smart Eureka A National Plus School terlihat bahwa masih lemahnya pemahaman guru terhadap metode bilingual class, belum optimalnya penguasaan guru terhadap metode billingual class, belum optimalnya penerapan bilingual class, terbatasnya dukungan sarana dan prasarana dalam penerapan program bilingual class, belum optimalnya metode pengelolaan program bilingual class, belum

efektifnya penerapan bilingual class, lemahnya keterampilan berbicara (speaking) siswa, rendahnya minat siswa Smart Eureka A National Plus School dalam pembelajaran bahasa Inggris ketika mengikuti program

bilingual class, rendahnya hasil belajar bahasa Inggris siswa, dan rendahya prestasi berbahasa Inggris siswa Smart Eureka A National Plus School.

(44)

optimalnya pemahaman guru dan staff dalam menerapkan metode bilingual class, dan belum terlaksananya metode pembelajaran yang tepat dalam melatih keterampilan berbicara (speaking).

Untuk menangani masalah yang dihadapi dalam melaksanakan metode bilingual class, Smart Eureka A National Plus School dapat melakukan strategi sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman kepada guru dan staff mengenai metode bilingual class.

2. Melatih kemampuan berbahasa Inggris guru dan staff.

3. Melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung dalam penerapan bilingual class.

4. Melakukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dalam melatih keterampilan berbahasa Inggris siswa.

5. Melakukan evaluasi yang tepat guna mengukur keterampilan berbahasa Inggris siswa.

Dengan beberapa strategi yang dilaksanakan diatas, diharapkan akan terciptanya karakteristik sekolah yang menerapkan bilingual class, sebagaimana yang diharapkan, yaitu telah optimalnya pemahaman guru dan staff mengenai metode bilingual,optimalnya penerapan bilingual class, terdapatnyadukungan sarana dan prasarana dalam penerapan program bilingual class,optimalnya metode pengelolaan program bilingual class, efektifnya penerapan bilingual class, tingginyaketerampilan berbicara (speaking) siswa, tingginyaminat siswa Smart Eureka A National Plus School dalam pembelajaran bahasa Inggris ketika mengikuti program bilingual class, tingginyahasil belajar bahasa Inggris siswa, dan tingginyaprestasi berbahasa Inggris siswa Smart Eureka A National Plus School.

(45)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Smart Eureka A National Plus School yang beralamatkan di Jl. Tiga Putra No. 18 Rt 01/011 Desa Meruyung Kecamatan Limo kota Depok Kode Pos : 16515. No Telp: 021-68683527,68254408. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai sejak pertengahan bulan Mei 2012 sampai dengan bulan November 2012.

B.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menjelaskan fakta serta kejadian, situasi, kondisi, keadaan yang berlangsung secara sistematis, faktual, dan akurat.

(46)

hipotesa-hipotesa, sehingga akhirnya dapat membantu dalam pembentukan teori baru atau memperkuat teori lama.1

Studi kasus, atau penelitian kasus ( case study ), adalah teknik penelitian yang lebih menekankan kedalaman dan keutuhan objek yang diteliti pada sebuah aspek masalah.Studi kasus memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Menekankan kedalaman dan keutuhan objek yang diteliti, b) sasaran studinya bisa berupa manusia, benda atau peristiwa, dan c) unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok, sekolah (lembaga/organisasi), masyarakat,

undang-undang/peraturan, kitab suci dan lain-lain.2

Dengan adanya metode penelitian ini diharapkan akan mempermudah pemecahan permasalahan yang ada, dengan mencoba mencari solusi atas permasalahan tersebut dan menyajikan kasus-kasus yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang ada.

C.

Sumber Data

Data yang peneliti dapatkan bersumber dari: 1. Kepala Sekolah

2. Bidang Akademik

3. Guru Bidang Studi Bahasa Inggris 4. Guru Agama Islam

5. Anggota Komite Sekolah sebanyak 1 orang 6. Murid sebanyak 3 orang.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting metode ilmiah, oleh karena itu pengumpulan data diperlukan dalam suatu penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 30.

2

(47)

1. Wawancara, dilakukan untuk menggali tentang proses penerapan bilingual classdimulai dari perencanaan program, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan pengevaluasian program. Wawancara akan dilakukan dengan pihak-pihak terkait, mulai dari kepala sekolah, bidang Akademik, Tata Usaha dan guru.

2. Observasi, adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) tentang kondisi sarana dan prasarana, proses belajar mengajar, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung.

3. Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk memperoleh atau mendapatkan data tertulis maupun foto tentang kualifikasi pendidikan guru, modul, laporan-laporan program, data sarana dan prasarana, serta data lain yang dianggap perlu dan mendukung penelitian ini.

E.

Instrumen Pengumpulan Data

Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen variabel penerapan bilingual class:

[image:47.595.96.514.104.739.2]

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Variabel Penerapan Bilingual Class

Variabel Dimensi Indikator

Penerapan Bilingual

Class

Guru/Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sarana dan Prasarana

1. Perekrutan dan seleksi personil sekolah

2. Pelatihan bagi tenaga pendidik dan kependidikan

3. Supervisi (penilaian kinerja) 4. Kompensasi (pemberian reward) 5. Kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler

1. Mengidentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana

(48)

pendidikan

3. Mendistribusikan dan mendayagunakan sarana dan prasarana secara optimal

4. Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara teratur dan berkesinambungan.

Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa

Keterampilan Menyimak

Keterampilan Membaca

Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan dari topik yang dibahas

1. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana

2. Mengenali susunan organisasi wacana antar hubungan

bagian-bagiannya.

3. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana

4. Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam wacana

5. Mampu menarik inferensi tentang isi wacana

(49)

Keterampilan

Berbicara (speaking skills)

Keterampilan Menulis

penulis sebagai bagian pemahaman tentang penulis. 1. Relevansi dan kejelasan isi

pesan, masalah, atau topik. 2. Kejelasan artikulasi dari pesan

yang disampaikan dan kerapian pengorganisasian isi. 3. Penggunaan bahasa yang baik

dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar.

1. Kesesuaian isi dengan topik yang dibahas

2. Kesekuaian isi yang di bahas

dan disusun secara sistematis menurut suatu pola tertentu. 3. Wacana diungkapkan dengan

susunan kalimat yang gramatika, pilihan kata yang tepat, serta gaya penulisan yang sesuai.

F.

Metode Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data-data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu.

Data kemudi

Gambar

TABEL I  Rincian Kegiatan Penelitian........................................................................
Tabel 2.1 Rincian Kemampuan Memahami Bacaan Berbagai Tingkatan
TABEL 2.2 Rincian Kemampuan Berbicara
TABEL 2.3 Rincian Keterampilan Menulis
+7

Referensi

Dokumen terkait