• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN T EORITIS

B. Keterampilan Berbahasa Inggris

4. Fokus Tercapainya Keterampilan Berbahasa Inggris

Bagian bahasan berikut ini menjelaskan mengenai fokus tercapainya keterampilan berbahasa Inggris siswa, yang berkaitan dengan bahasan di atas, yakni keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis.untuk dapat mengukur ketercapaian keempat keterampilan tersebut, perlu dilakukan tes keterampilan. Berikut ini akan dipaparkan fokus ketercapaian masing-masing tes keterampilan.

a. Keterampilan Menyimak

Sasaran utama kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh seorang pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video. Pemahaman itu dapat mengacu kepada pemahaman secara umum seperti topik yang dibahas atau sekedar garis besar isinya, atau bagian-bagian yang lebih terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang menonjol.40

39

Ahmad Izzan, “metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris”, ( Bandung : Humaniora. 2010), h. 92.

40

Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal. 114.

Evaluasi keterampilan menyimak terfokus pada dua jenis, yaitu tes melalui rekaman dan tes dalam bentuk tanya jawab atau wawancara.

b. Keterampilan Membaca

Sebagai sesama keterampilan yang lebih bersifat pasif-reseptif, sasaran tes keterampilan membaca pada dasarnya mengacu pada sasaran yang sama dengan tes menyimak dalam memahami wacana yang diungkapkan secara lisan. Pebedaan antara keduanya hanya terletak pada mediumnya, yang satu diungkapkan secara lisan, yang lain secara tertulis. Pada tes menyimak wacana yang harus dipahami itu adalah wacana lisan yang didengar langsung atau lewat rekaman, sedangkan pada tes membaca wacana yang dihadapi berupa wacana yang disampaikan melalui media tertulis.41

Selain pembelajaran bahasa asing, di dalam bahasa Arab juga melatih

keterampilan membaca yang dikenal dengan metode muthala’ah (membaca). Metode muthala’ah, yaitu cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca

baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam hati. Metode yang dilakukan dengan menggunakan beberapa kegitan sebagai berikut :

1. Apersepsi dan Pre test, yaitu memulai pelajaran dengan menghubungkan pelajaran yang telah diberikan, dengan pelajaran yang akan disajikan. 2. Meminta anak didik untuk membuka buku bacaannya dan menyimak

yang dibacakan guru dengan baik. Setelah itu guru memberikan soal tanya jawab mengenai bacaan tersebut.

3. Guru menawarkan kepada murid untuk mengulang bacaan yang telah dibacakan oleh guru, sedangkan murid yang lainnya menyimak dengan seksama.

4. Adakanlah diskusi dan tanya jawab mengenai bacaan tersebut.

5. Apabila bacaan terlalu panjang, maka bagilah bacaan tersebut menjadi beberapa bagian pacaan yang lebih pendek.

6. Dalam memberikan penjelasan hendaknya disertai dengan contoh-contoh, menuliskan arti kata yang sulit di papan tulis untuk dicatat oleh anak didik.

7. Pada akhir pelajaran, guru memberikan kata-kata nasihat kepada anak didik untuk giat belajar dan rajin mengulas pelajaran yang lain.42

41

Ibid. hal. 116. 42

Tayar Yusuf, dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab.

Selain kegiatan diatas, strategi pokok yang perlu diajukan bagi tugas membaca pemahaman, adalah sebagai berikut:

1. Inferencing, para instruktur (pengajar) mengenali dan memahami strategi berdasarkan deskripsi para pembelajaran mengenai cara penggunaan konteks baik pada tingkat kalimat maupun tingkat wacana untuk menduga makna kata yang belum diketahui.

2. Deducation, para instruktur (pengajar) memancing serta memperoleh dari para pembelajar penerapan kaidah-kaidah gramatikal mereka untuk mengenali bentuk kata yang belum diketahui dalam teks (BI maupun B2) yang dapat membimbing mereka ke arah dugaan-dugaan atau perkiraan mengenai tipe kata yang sebenarnya (misalnya adberbia, nomina tempat, dan sebagainya).

3. Elaboration, para instruktur memperkenalkan dan mendorong para pembelajar menggunakan pengetahuan terdahulu, baik pengetahuan akademik maupun dunia nyata untuk mengambil keputusan mengenai makna-makna atau kemungkinan makna-makna.

4. Transfer, para instruktur memancing serta memperoleh dari pengenalan para pembelajar mengenai kata-kata serumpun dan kata-kata yang bersamaan bunyi dalam B1 yang dapat diterapkan bagi pemahaman kata-kata baru dalam B2.43

Di dalam keterampilan membaca, siswa dibagi menjadi tiga tingkat kemampuan. Yaitu, kemampuan tingkat dasar, kemampuan tingkat menengah, dan kemampuan tingkat lanjut. Berikut ini akan dipaparkan rincian dari ketiga tingkatan kemampuan tersebut.

Tabel 2.1

Rincian Kemampuan Memahami Bacaan Berbagai Tingkatan

NO TINGKAT

KEMAMPUAN RINCIAN KEMAMPUAN

1. Dasar 1)Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana.

2)Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya.

3)Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana.

43

Henry Guntur Taringan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2009). H. 194-195.

4)Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana.

2. Menengah 1)s/d (4) sama dengan tingkatan Dasar 5)Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang jawabannya terdapat dalam wacana meskipun diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda.

6)Mampu menarik inferensi tentang isi wacana.

3. Lanjut 1)s/d (6) sama dengan tingkatan Menengah 7)Mampu mengenali dan memahami

kata-kata dan ungkapan-ungkapan untuk memahami nuansa sastra.

8)Mampu mengenali dan memahami maksud dan pesan penulis sebagai bagian dari pemahaman tentang penulis.

Sumber : Dikutip dari bukuTes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, Karangan DjiwandonoSoenardi (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal. 117.

c. Keterampilan Berbicara

Berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan. Agar orang lain dapat memahami apa yang diungkapkan secara lisan, seorang yang berbicara perlu memerhatikan unsur-unsur yang perlu dipenuhi. Seperti pembicaraan harus memiliki suatu pesan, masalah, atau topik. Selain itu, pesan yang disampaikan dengan memilih kata-kata yang tepat, dan disusun dengan kaidah gramatika, dan dilafalkan dengan intonasi yang tepat. Itu pula yang merupakan sasaran pelaksanaan tes kemampuan berbicara yang diamati dan dinilai.

Berdasarkan penjelasan diatas, sasaran tes berbicara meliputi: 1. Relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah, atau topik.

2. Kejelasan dan kerapian pengorganisasian isi.

3. Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar.44

Untuk melatih keterampilan berbicara, dapat menggunakan metode bicara lisan (Oral Method). Metode ini menitik beratkan pada latihan-latihan lisan atau penuturan-penuturan dengan mulut. Melatih mulut untuk bisa lancar berbicara (fluently), keserasian, dan spontanitas. Latihan-latihan menyusun kata-kata, membuat kalimat sendiri dan sebagainya. Semua dilakukan dengan mengaktifkan bicara lisan, oral, speaking.45

Sedangkan strategi pokok yang diajarkan bagi kegiatan berbicara untuk berbagai tugas, adalah:

1. Substitution, para instruktur (pengajar) menyuruh para pembelajar memakai sinonim, parafrase, dan gerak-gerik untuk menjelaskan artinya dalam tugas penceritaan kembali suatu teks.

2. Cooperation, sang instruktur menyuruh para pembelajar bekerja dalam kelompok mengenai penugasan berbicara dan mendorong mereka saling menolong satu sama lain mengerjakan tugas.

3. Self-evalution, para instruktur memberi kesempatan kepada para pembelajar untuk mengecek seberapa baik mereka membuat keefektifan komunikatif mereka.46

Unsur yang terpenting yang dapat diupayakan demi penyelenggaraan tes berbicara yang baik adalah penetapan titik berat sasaran tes dalam bentuk rincian kemampuan berbicara sebagai patokan dalam melakukan penilaian seperti yang dapat dirinci sebagai berikut.

44

Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, (Jakarta: PT Indeks, 2008),. hal. 119.

45

Drs. H. Tayar Yusuf, dan Drs. Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995). H. 165.

46

Henry Guntur Taringan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2009). H. 192-193.

TABEL 2.2

Rincian Kemampuan Berbicara NO

UNSUR KEMAMPUAN

BERBICARA

RINCIAN KEMAMPUAN

1. Isi yang Relevan Isi wacana lisan sesuai dan relevan dengan topic yang dimaksudkan untuk dibahas.

2. Organisasi yang Sistematis

Isi wacana disusun secara sistematis menurut suatu pola tertentu.

3. Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar

Wacana diungkapkan dalam bahasa dengan susunan kalimat yang gramatikal, pilihan kata yang tepat, serta inotasi yang sesuai dan pelafalan yang jelas.

Sumber : Dikutip dari bukuTes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, Karangan DjiwandonoSoenardi (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal. 120.

d. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan keterampilan menyampaikan gagasan menjadi sebuah tulisan. Menurut Prof. DR. M. Soenardi Djiwandono keterampilan menulis sama dengan keterampilan menyimak dan keterampilan membaca, keterampilan menulis juga merupakan keterampilan yang bersifat pasif-reseptif dengan rincian keterampilan yang mirip satu sama lain.47

Untuk melatih keterampilan menulis, metode yang dapat digunakan adalah metode Dikte/ Imlak (Dictation Method). Metode ini memusatkan tujuannya untuk banyak melatih siswa secara berulang-ulang sehingga mencapai kemampuan menuliskan kata-kata/kalimat-kalimat atau ejaan-ejaan bahasa asing tersebut dengan betul/terhindar dari banyak kesalahan.48

47

Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, (Jakarta: PT Indeks, 2008),. hal. 121.

48

Tayar Yusuf, dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab.

Selain metode dikte/imlak, di dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat

pula metode Insya’ (Mengarang) yang dapat digunakan sebagai metode

pembelajaran untuk melatih keterampilan menulis siswa. Metode ini dapat diberikan dengan melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir serta usia mereka.

2. Pada kelas-kelas dasar pelajaran insya’ dapat diberikan mengenai

pembentukan kata-kata atau kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana.

3. Pada kelas-kelas atas, pelajaran insya’ dapat ditingkatkan pada

pembentukan kalimat yang telah sempurna.

4. Sedangkan pada kelas/tingkat yang lebih tinggi, maka materi insya’

sudah tidak lagi terikat dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin

bersifat terikat. Guru hanya menentukan topik/tema karangan atau nsya’.

Apakah mengenai cerita-ceirita, hikmah tertentu, syair, puisi, atau berupa karya ilmiah lainnya. Dan siswa mengembangkanya.

5. Setelah insya’ dikerjakan anak didik, maka guru hendaknya mengadakan soal tanya jawab, dan berdiskusi mengenai hasil karya mereka, dan memberi peluang di antara mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling melengkapi.

6. Guru membetulkan insya’, dengan memberikan berbagai keterangan dan penjelasan kepada anak didik.

7. Guru dapat mencatat dan melengkapi karyanya itu atas dasar keterangan gurunya.

8. Guru mengakhiri acara insya’ dengan memberikan berbagai petunjuk

atau nasihat yang berguna bagi anak didik.49

Selain aspek penggunaan bahasa, masalah gaya penuangan isi masalah yang dijadikan pokok bahasan dalam kegiatan menulis perlu dijadikan salah satu rincian keterampilan menulis. Rincian tolak ukur tercapainya keterampilan menulis sebagai berikut.

49

TABEL 2.3

Rincian Keterampilan Menulis No Unsur Keterampilan

Menulis Rincian Keterampilan

1. Isi Yang Relevan Isi wacana tulis sesuai dan relevan dengan topik yang dimaksudkan untuk dibahas.

2. Organisasi Yang Sistematis Isi Wacana disusun secara sistematis menurut suatu pola tertentu.

3. Penggunaan Bahasa Yang Baik dan Benar

Wacana diungkapkan dengan bahasa, dengan susunan kalimat yang gramatikal, pilihan kata yang tepat, serta gaya penulisan yang sesuai.

Sumber : Dikutip dari bukuTes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, Karangan DjiwandonoSoenardi (Jakarta: PT Indeks, 2008), hal. 122.

Dokumen terkait