• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

MTsN 3 PONDOK PINANG JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh: FAQIH KHAIRUL FIKRI

203070029137

FAKUL TAS PSIKOLOGI (EKSTENSI) UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

MTsN 3 PONDOK PINANG JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Pembimbing I

Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh: FAQIH KHAIRUL FIKRI

203070029137

Dibawah Bimbingan:

Pembimbing II

.

""

Bセセ⦅⦅⦅⦅⦅⦅L@

lkhwan Lutfi, M.Psi NIP. 150 368 809

Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP. 150 368 748

FAKULTAS PSIKOLOGI (EKSTENSI) UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

'l(u persem6an/(gn /(grya penun nia{na ini untu{a6an,

(4)

(C) Faqih Khairul Fikri

(D) Hubungan antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta

(E) xv+?O halaman

(F) Waktu merupakan satu dimensi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan segala persepsi seseorang tentang diri dan dunia dihubungkan oleh cara seseorang membayangkan, menjelaskan, menggunakan dan mengimplementasikan waktu. Berkaitan dengan sikap masyarakat Indonesia terhadap waktu, Draine dan Hall (1990:99) berpendapat bahwa, Orang Indonesia dianggap memiliki tradisi berupa kecenderungan untuk bersikap toleran terhadap penundaan.

Berdasarkan ha! tersebut, Draine dan Hall (1990:99) menyimpulkan bahwa di Indonesia waktu bukanlah semacam komoditas perdagangan yang dapat dibeli, disimpan atau bahkan disia-siakan, serta yang cukup menonjol pada orang Indonesia adalah mengenai masalah

keterlambatan.

Salah satu kasus yang didapat dengan data konkrit, yaitu di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta, banyak terjadi di kalangan siswa-siswi melakukan tindakan pelanggaran peraturan dalam hal

keterlambatan masuk sekolah (40%). Menurut Swasono (dalam

Fausiah, 2001) masalah yang dihadapi remaja Indonesia saat ini adalah gejala kesantaian atau kurangnya penghargaan terhaclap waktu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa-siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta. Penelitian ini me11ggunaka11 pendekatan

kuantitatif clengan metode korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan clengan variasi

berclasarkan koefisien korelasi. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang siswa/I kelas VIII. Teknik pengambilan sampel yang 、ゥQセオョ。ォ。ョ@ adalah purposive random sampling sesuai clengan kriteria yang telah

(5)

validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpulan data, dan korelasi product moment dari pearson untuk pengujian hipotesis penelitian. Jumlah item valid untuk skala persepsi waktu sebanyak 37 item dan jumlah valid untuk skala kinerja sebanyak 21 item. Adapun reliabilitas skala persepsi waktu adalah 0,851,

reliabilitas skala intensi masuk sekolah tepat waktu 0,8:35. Berdasarkan analisis korelasi product moment dari Pearson dengan two tail technical terhadap hipotesis yang diajukan, diperoleh has ii r hi tung (0, 103) < r tabel (0,254) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi wak'.u dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta.

Adapun SFlran yang dapat diambil

セセセャゥエゥ。ョ@

ini yaitu : Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel pada tahapan perkembangan dewasa karena secara kognitif kemampuan berpikir pada orang dewasa lebih matang dari pada remaja. Selain itu, instrumen yang digunakan pada penelitian ini tergolong kurang tepat, jadi

diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan revisi pada instrumen tersebut. Saran praktis yang dapat diberikan adalah perlu adanya kerja sama antara guru dan orang tua dalam menanamkan disiplin waktu. Orang tua seharusnya sadar akan pentingnya pendidikan disiplin dari orang tua kepada anaknya sejak mereka kecil

(6)

berkat rahmat dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul: Hubungan persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah

tepatwaktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta. Shalawat serta

salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah

membawa dan membimbing umatnya menuju jalan yag lurus dalam

pencapaian ridho Allah SWT.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah

berjasa dalam kelangsungan pembuatan skripsi ini:

1. Orang tua tercinta Ors. H. Oadun Effendi, M.Pd.I (Abah) dan Ora. Hj.

Syahriah (Umi), yang telah memberikan dorongan dan dukungan, baik

kasih sayang, didikan dan do'a-doanya yang begitu sangat berharga

sebagai pengantar kesuksesan penulis

2. Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ora. Hj. Netty

Hartati, M.Si. Pudek I (Bid. Akademik), Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si.

Pudek Ill (Bid. Kemahasiswaan) Abdurrahman Saleh, M.Si.

3. Pembimbing I (lkhwan Lutfi, M.Si) dan Pembibing II (Yunita Faela Nisa,

M.Psi), yang telah sabar membantu dan memberikan arahan dalam

penulisan skripsi ini, tanpa coretan, teguran dan inforrnasi dari beliau,

(7)

semua entah kapan penulis dapat menyelesaikan karya yang begitu

berharga ini.

5. Untuk kakak dan adik-adik tercinta, terima kasih atas segala bentuk

support dan do'anya, mudah-mudahan penulis dapat memberikan contoh

yang terbaik dalam keluarga

6. Untuk sahabat-sahabat yang selalu memberikan support dan

menanyakan penyelesaian skripsi ini (Wisnu, Farah, Ftatna, Lela, Ciul,

Hawa, !day, ari, dll) dan telah memberikan canda tawanya,

mudah-mudahan keluarga angkatan 2003/2004, khususnya kelas D terus terjalin.

7. Keluarga besar MTsN 3 Pd. Pinang Jakarta, yang telah memberikan izin

untuk dijadikan tempat penelitian, terima kasih alas motivasi, do'a-do'a

dan kesempatan yang diberikannya untuk penyelesaian skripsi

8. Kepada orang-orang yang selalu mendo'akan penulis agar diberikan

kesehatan dan hid up penuh keberkahan ... Amin

Kepada-Nya dan beliau-beliau, diucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT

memberikan pahala yang tepat bagi mereka.

Jaka;ia, Mei 2008

(8)

HALAMANPENGESAHAN l\llOTTO ... .

PERSEMBAHAN ... .

ABSTRAKSI ... .

KATA PENGANTAR .. .

DAFTAR ISi ....

DAFTAR TABEL.

DAFTAR LAMPiRAN ... .

BAB 1 PENDAHULUAN

1. 1 . Latar belakang masalah ..

1.2. ldentifikasi masalah ... .

1.3. Pembatasan dan perumusan masalah

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian ... .

1.5. Sistematika penulisan ... .

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1. lnlensi ... .

2. 1. 1. Pengertian lntensi

21.2. Teori lntensi

2.2. Persepsi waktu ... .

2.2.1. Pengertian waktu ...

2.2.2. Ciri khas dan karakter waktu ... .

(9)

2.3.3. Macam-macam persepsi

2.3.4. Pengertian perspsi waktu ...

2.4. Kerangka berpikir

2.5. Hipotesis ... .

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Jenis penelitian ... .

3.1.1. Pendekatan penelitian

3.1.2. Metode penelitian

3.2. Variabel penelitian ... ..

3.2.1. Definisi operasional ...

3.3. Populasi dan dampel penelitian

3.3.1. Populasi ....

3.3.2. Sampel penelitian

3.3.3. Teknik pengambilan sampel

3.4. lnstrumen pengumpulan data ... ..

3.4.1. Skala persepsi waktu (Try out) ... ..

25

26

28

30

31

31

32

33

33

34

34

34

35

36

36

3.4.2. Skala intensi masuk sekolah tepat waktu (Try out)... 38

3.5. Teknik analisis data dan uji hipotesa ... .

3.5.1. Teknik uji instrument .

41

(10)

4.1.1. Presentasi data responden berdasarkan jenis

Kelamin ... ... 46

4.1.2. Presentasi data responden berdasarkan usia ... 4 7 4.2. Hasil uji coba instrumen ... 47

4.2.1. Hasil uji coba instrumen persepsi waktu ... ... 48

4.2.2. Hasil uji coba instrument intensi masuk sekolah tepat waktu ... ... 49

4.3. Uji persyaratan ... 50

4.3.1. Uji Normalitas ... ... ... ... ... 50

4.3.2. Uji Homogenitas ... 53

4.3.3. Distribusi penyebaran skor responden... 54

4.4. Hasil Hipotesis ... 59

BAB 5 PENUTUP 5.1. !<esimpulan ... ... ... ... ... 62

5.2. Diskusi ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. ... .... .... ... ... 62

5.3. Saran ... ... ... ... ... .. ... .. ... . .. .. ... ... ... 65

DAFT AR PUST AKA ... .... ... 68

(11)
[image:11.595.31.457.128.684.2]

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 2.3

Tabei 2.4

Tabel3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Karakteristik waktu .

Proses persepsi . . . .. . . .. . ... .

Schemed Theory of Reasoned Action Fishbein & Ajzen ..

Skema intensi ...

Bobot nilai skala liker! .

Blue print ska la persepsi waktu (try out) ... .

Blue print skala intensi masuk sekolah tepat waktu (Try

Out) ... .

Kategori sample berdasarkan jenis kelamin

Kategori sample berdasarkan usia responden .

Blue print ska la perseps-i waktu pasca uji instrument ...

Blue print skala intensi masuk sekolah tepat wciktu

pasca uji instrument .

0-0

Plot persepsi waktu

0-0

Plot lntensi masuk sekolah tepat waktu

Uji homogenitas .

Klasifikasi skor persepsi ... .

Rentangan Persepsi Responden

Klasifikasi responden berdasarkan skala sik<:1p .

[image:11.595.30.449.152.685.2]
(12)

Tabel 4.13 Kalsifikasi responden berdasarkan skala intensi... 59

Tabel 4.14 Korelasi antara persepsi waktu dengan intensi masuk

[image:12.595.35.456.128.536.2]
(13)

Lampiran 1 : Angket penelitian

Lampiran 2 : Validitas skala persepsi waktu

Lampiran 3 : Validitas skala intensi rnasuk sekolah tepat waktu

Lampiran 4 : Realiabilitas skala persepsi waktu

Lampiran 5 : Rea/iabilitas skala intensi masuk sekolah tepat waktu

Lampiran 6 : Data responden

Lampiran 7 : Uji normalitas skala persepsi waktu

Lampiran 8 : Uji normalitas skala intensi masuk seko/ah tepat waktu

Lampiran 9 : Uji homogenitas ska/a persepsi waktu dengan intensi masuk

(14)

1.1

Latar Belakang Masalah

Waktu merupakan satu dimensi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Secara ekstrim Sorokin dan Merton (dalam Fausiah, 2001)

menyatakan bahwa tidak ada konsep gerak yang mungkin tanpa adanya pengkategorian waktu. Gerak yang dimaksud di sini bukan sekedar mekanik, namun juga dalam kehidupan sosial Fausiah (2001) menyatakan bahwa homo sapiens merupakan satu-satunya "hewan" yang ter·ikat oleh waktu, dan segala persepsi seseorang tentang diri dan durria dihubungkan oleh cara seseorang membayangkan, menjelaskan, menggunakan dan

mengimplementasikan waktu. Usaha untuk melakukannya berbeda-beda antara orang satu dengan lainnya, serta antara budaya yan9 satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, masing-masing budaya memiliki seperangkat kekhasan yang unik dan berbeda. Untuk mengetahui tentang orang-orang dalam suatu kebudayaan, kita harus mengetahui bagaimana nilai yang mereka miliki terhadap waktu.

(15)

mereka yang tidak tinggal di negara barat (non western). Orang-orang barat sangat terikat oleh waktu. Waktu dianggap sebagai komoditas yang

berharga. Semboyan mereka yang bcrbunyi "time is money", (waktu adalah uang) mengandung implikasi bahwa waktu merupakan sesuatu yang dapat disimpan, dihabiskan, dimanfaatkan, dibuang percuma, ditimbun atau

dihamburkan. Sebaliknya, di negara yang menganggap waktu lebih fleksibel dan ambigu, waktu c.an uang merupakan dua hal yang terpisahkan. Berkaitan dengan sikap masyarakat Indonesia terhadap waktu, Draine dan Hall

( 1990· 99), ekspatriat yang pernah bekerja di Indonesia, mengungkapkan hasil pengamatan mereka dalam sebuah buku petunjuk bagi orang-orang asing yang bekerja di Indonesia. Menurut Draine dan Hall ("1990) orang Indonesia sangat bertolak belakang dengan orang barat dalam hal sikap terhadap waktu.

Orang Indonesia dianggap memiliki tradisi berupa kecenderungan untuk bersikap tolergn terhadap penundaan. Berdasarkan hal tersebut, Draine dan Hall (1990:99) menyimpulkan bahwa di Indonesia waktu bukanlah semacam komod1tas perdagangan yang 、。ー。セ@ dibeli, disimpan atau b<:1hkan disia-siakan.

(16)

Indonesia cenderung untuk mencari beribu macarn alasan alas

keterlambatannya dan untuk menghindari keharusan tiba tepat waktu.

Misalnya saja karena mace!, jalanan rusak, dan lain-lain. Uniknya, jika

membuat janji dengan ekspatriat (orang asing), orang Indonesia terutama

yang memiliki kedudukan tinggi, sangat mengharapkan orang asing tersebut

datang tepat waktu. Mungkin hal ini disebabkan orang Indonesia memahami

bahwa dalam suatu undangan resmi, biasanya dituliskan "mohon hadir 15

menit sebelum acara dimulai". Padahal acara baru dirnulai beberapa menit,

bahkan mungkin beberapa jam dari waktu yang tercantum. Artinya, orang

yang diundang diharapkan segera datang untuk kernudian bersabar

menunggu dalarn waktu yang cukup lama.

Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Levine HQYセャWIL@ menurut

Levine dan Norenzan (1999) Indonesia mempunyai persepsi yang buruk

(lebih lambat) terhadap waktu atau kurangnya penghargaan terhadap waktu.

Faktor tersebut dikarenakan adanya pengaruh terhadap pace of life (aliran

atau pergerakan waktu yang dialami oleh masyarakat).

Meskipun hasil penelitian Levine (1997); Levine dan Norenzan (1999)

membuktikan Indonesia sebagai salah satu negara bertempo paling lambat di

dunia. Namun ini tidak berarti bahwa orang Indonesia rnemiliki sikap yang

(17)

penilaian baik atau buruk yang dapat diberikan pada pace of life tertentu yang

dimiliki suatu budaya atau bangsa. Hal ini dikarenakan perbedaan tempo

liidup yang dimiliki tiap-tiap budaya sangat berkaitan dengan perbedaan cara

hidup ::Jan masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Apa yang

harus dilakukan adalah mempelajari konsepsi tentang waktu antar budaya

kita maupun budaya lain, bukan memberikan penilaian. Selanjutnya Levine

(1997) juga menambahkan bahwa bagaimana seseorang menikmati hidup

sangat tergantung pada kecocokannya dengan lingkungan, termasuk dalam

pace of life. Apabila tempo hidup seseorang tidak cocok dengan lingkungan,

maka penyesuaian yang dapat dilakukan adalah mengubah tempo hidup atau

Pindah mencari lingkungan baru.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, banyak sekali keterlambatan dan

ketidakdisiplinan waktu yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu kasus yang didapat dengan data konkrit, yaitu di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta, banyak terjadi di kalangan

siswa-siswi melakukan tindakan pelanggaran peraturan da/am hal

keterlambatan masuk sekolah (40%).

Contoh kebiasaan di alas, termasuk kebiasaan di lingkungan sekitar peneliti,

rasanya tidak mengherankan jika selama ini atribut "jam karnt'', seakan-akan

(18)

Indonesia pasca revolusi; antara lain rnentalitet tidak dis1pli11 rnurni dan

rnentalitet yang suka rnengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Kedua hal

ini rnernpengaruhi sikap terhadap waktu pada orang lndonEisia. Sedangkan

menurwl Swasono (dalam Fausiah, 2001) masalah yang dihadapi remaja

Indonesia saat ini adalah gejala kesantaian atau kurangnya penghargaan

terhadap waktu.

1.2

ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perbedaan persepsi waktu antara siswa putra dan putri? 2. Bagaimana hubungan antara lingkungan sosial dengan intensi rnasuk

sekolah tepat waktu pada siswa?

3. Bagaimana intensi masuk sekolah tepat waktu pada セ[ゥウキ。_@

4. Apakah ada hubungan antara persepsi waktu dengan intensi rnasuk

(19)

1.3

Pembatasan dan Perumusan Masalall

1.3.1 Pembatasan Masalah

Agar dala:n penelitian tidak melebar maka penulis membwit pembatasan

masalah sebagai berikut :

a. Persepsi waktu adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan, yang berkaitan dengan waktu.

b. lntensi adalah ala! atau kemungkinan seseorang untuk menampilkan

tingkah laku tertentu

c. Tepat WoKlu adalah ketepatan atau kesesuaian waktu yang telah

ditentukan, dalam penelitian ini tepat waktu masuk sekolah di MTsN 3

Pondok Pinang Jakarta yaitu pukul 06:45 dengan toleransi

keterlambatan 15 menit.

d. Siswa-siswi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa-siswi

MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta yang duduk dikelas 2.

1.3.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di alas, maka

perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

Apakah ada hubungan yang signifikan antara persepsi waktu dengan intensi

masuk sekolah tepat waktu pada siswa-siswi MTsN 3 Pondok Pinang

(20)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui "Hubungan antara persepsi waktu

dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa-siswi MTsN 3 Pondok

Pinang Jakarta"

1.4.2 Manfaat Penelitia11 a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah khazanah keilmuan khususnya di

bidang psikologi khususnya di bidang pendidikan, sosial dan bisa menjadi

inspirasi untuk penelitian selanjutnya, terutama bagi mereka yang tertarik

terhadap persepsi waktu dan intensitas masuk sekolah tepat waktu.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh instansi terkait,

khususnya instansi pendidikan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

seperti skala persepsi waktu dan alat ukur intensi masuk sekolah tepat waktu,

diharapkan dapat digunakan seterusnya. Dengan demikian dapat diketahui

sejauh mana persepsi waktu dan intensi masuk sekolah tepat waktu dengan

(21)

pendidik atau guru pembimbing siswa-siswi di sekolah sekolah untuk

rnenghadapi perrnasalahan siswa-siswinya dalarn hal ketidakdisiplinan waktu.

1.5

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi adalal1 sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, mencakup la\ar belakang, pembatasan masalah,

perumusan masalah penelitian, tujuan serta manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab II

Bab Ill

Bab IV

Bab V

Kajian teori berupa, waktu, persepsi, persepsi W<3ktu, intensitas,

tepat waktu mencakup teori, kerangka berpikir, serta pengajuan

hipolesis.

Metode penelitian, mencakup, pendekatan penelitian, definisi

operasional, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, prosedur uji instrumen penelitian dan metode

analisa data.

Presentasi dan analisis hasil terdiri dari gambaran umum

responden, hasil penelitian utama, dan uji hipotesis.

(22)

BAB 2

KAJIAN TEORI

Bab ini terdiri dari 6 subbab. Subbab pertama pertama membahas intensi,

bab kedua membahas waktu, bab ketiga membahas persepsi, bab keempat

membahas persepsi waktu, bab kelima membahas kerangka berpikir, dan

bab keenam membahas pengajuan hipotesis.

2.1

lntensi

2.1.1 Pengertian lntensi

lntensi dalam kamus psikologi (Chaplin, 2003) adalah ciri-ciri yang dapat

dibedakan dari proses-proses psikologis yang mencakup referensi atau

kaitannya dengan satu obyek. Sementara Fishbein dan Ajzen (1976),

mendefinisikan intensi sebagai: "a person's subjective prolJability that he will

perform some behavior". Definisi ini menerangkan bahwa intensi merupakan

pandangan subyektif seseorang mengenai kemungkinannya menampilkan

suatu tingkah laku.

Sedangkan Eagly dan Chaiken (1993) mendefinisikan intensi merupakan

konstruk yang berbeda dengan sikap yang mewakili motivasi seseorang

(23)

mengemukakan bahwa intensi memiliki hubungan yang sangat tinggi dengan tindakan yang sepenuhnya dikehendaki oleh pelakunya (volitional action).

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa intemii adalah kemungkinar. seseorang untuk menampilkan tingkah laku tertentu.

2.1.2 Teori lntensi

Fishbein & Ajzen (1980) dalam dua teori penting tentang intensi, yakni Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior.

1. Theory of Reasoned Action

Fishbein & Ajzen, mengungkapkan pada umumnya TL sosial berada dibawah kontrol yang disadari dan yang menjadi penentu /angsung dari suatu tindakan oleh intensi untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku tersebut.

Teori ini mengungkapkan bahwa intensi merupakan fungsi dari determinan ( faktor penentu), yaitu:

a. Faktor yang bersifat pribadi adalah sikap terhadap tingkah laku tertentu (altituc'e toward behavior)

(24)

Dari rumusan sikap dan norma subyektif terhadap pembentukan intensi,

berikut ini merupakan gambaran dari Theory of Reasoned Action yang

digunakan untuk memprediksi intensi dalam menampilkan l:ingkah laku

[image:24.595.41.441.156.490.2]

tertentu.

Gambar 2.1

Schemed Theory of Reasoned Action Fishbein & Ajzen (1980)

!kl1<.::J" !llL'llP,<.::l\'11

konsekucus1 dari tiugkuh .

laku X dan cvaluasi terhacbp konsukui.::nsi

Nomativc Bdi.:fmcngcnai

tingkah laku X dan '

n1otivasi n1cn1cnuhi

belie!' tcrschut

Sikap tcrlwdap

tingkah Jaku X

Nonna Subyckti t'

incngcnai tingkah laku X

i

lntcnsi untuk

1nc1nunculkan lingkah lak.11 X

i

!

Tingkah

--1> laku X

i

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa intensi dihubungani oleh 2 faktor,

yaitu sikap dan norma subyektif terhadap tingkah laku X. sikap terhadap

tingkah laku X terdiri dari keyakinan mengenai konsukuensi dari tingkah laku

X dan evaluasi terhadap \ingkah laku X, sedangkan norma subyektif terdiri

dari keyakinan normatif mengenai tingkah laku X dan motivasi memenuhi

(25)

2. Theo1y of Planned Behavior

Dalam perkembangan lebih lanjut, theory of reasoned action ternyata

dianggap belum mampu menjelaskan sepenuhnya tentang terjadinya suatu

tingkah laku. Untuk mejelaskan hal tersebut maka Ajzen (1988)

menambahkan faktor ketiga selain sikap terhdap tingkah laku dan norma

subyektif, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC rnerupakan persepsi

mengenai sulit atau mudahnya seseorang untuk menampilkan tinghkah laku

tertentu dan diasumsikan merefleksikan pengalaman masa lalu beserta

halangan atau rintangan yang diantisipasi. Jadi dalam perkembangan teori

Ajzen(1988), mengemukakan bahwa intensi dihubungani oleh tiga faktor

penentu, yiatu:

a. Sikap terhadap tingkah laku tertentu (attitude toward behavior).

b. Norma subyektif (subjective norm) dan,

(26)
[image:26.595.47.451.170.498.2]

Gambar 2.2 Skema lntensi

Penjelasan diatas dapat digambarkan melalui skema di bawah ini:

Bdicr ュ」ョァセョ。ゥ@

konsekuensi dari tingkah

laku

x

clan l!VU]LIHSi

tcrhadap k1n1sukul.!nsi

>-!omali\·.; Bdicf mcngcnai

tingkah lak1.1 X dan

inotivasi 1ncn1cnuhi

belief tcrschut

> > >

Ht:hel n1i.::ngi.::nd1 control \'illlg dini!iki Ulllllk n1c1rn1npilka11 ti11g,kuh l<tku X dan persepsi 1nengani kondisi yang 111clftsiliitasi

2.2. Persepsi \Naktu

Siknp tcrhndap tingkah laku X

lnlensi untuk 1nc1nunculkan lingkah Jaku X

Nonnn SubyektiJ'

incngcnai tingkah

lakuX

Perceived

behavior Control

I

Tingkah - - . laku X

·•

Sebelum membahas tentang persepsi waktu, maka akan dibahas tentang

waktu, ciri khas dan karakter waktu, persepsi, hal-hal yang mempengaruhi

persepsi, macam-macam persepsi dan persepsi waktu.

2.2.1 Pengertian Waktu

Kiranya, kekayaan paling besar yang dimiliki manusia adalah waktu. Jika

(27)

menggunakannya dalam berbagai hal yang dapat mendatangkan kebaikan

dan manfaat. Hal yang demikian itu akan dapat mengubah kehidupannya dan

tentunya orang yang bersangkutan akan memiliki masa depan yang

gemilang. Allah Swr telah menjelaskan pentingnya waktu. Bahkan, dalam

beberapa ayat Al Qur'an, Allah bersumpah dengan waktu: Demi masa (QS.

Al'Asr:1); Demi waktu fajar (QS Ad-Dhuha:1); dan Demi Ma/am (OS.Al Lai/:1).

Walaupun demikian, ternyata banyak masyarakat yang tidak dapat

memanfaatkan waktu yang baik, bahkan banyak waktu terbuang dan banyak

disia-siakan, tidak digunakan dengan baik oleh masyarakat kita, Arab dan

Islam umumnya, adalah "waktu" yang sangat berharga.

Oleh karena itu, orang-orang sepakat bahwa waktu merupakan kumpulan

peristiwa kehidupan. Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Tapi sedikit sekali

yang sadar akan pentingnya waktu sehingga anugerah Tuhan ini dapat

dimanfaatkan sebaik mungkin.

Dalarn hal ini Asy-Syarrnan (2006) menjelaskan rnakna-rnakna positif

mengenai wc;ktu, yaitu:

1. Mengenai pentingnya waktu yang merupakan inti kehidupan. Waktu baru

bisa benar-benar dimanfaatkan secara optimal jika diatur.

2. Menjamin penggunaan sumber daya alam dan manusia dalam suatu

(28)

3. Mengembangkan dan mengatur waktu dengan baik dapat memunculkan stabilitas dan kedamaian jiwa. Hal itu terlihat dari cara berpikir seseorang,

dari hasil evaluasi terhadap masa lalu, keinginannya memperbaiki masa

sekarang, dan serius dalam mempersiapkan masa yan9 akan datang.

Jadi waktu adalah sumber produksi manusia, standar k13siapan dan

efektifitas manusia untuk berproduksi, memberi, sekaligus sumber

stab1litas jiwa.

2.2.2 Ciri khas dan Karakter Waktu

Selain itu, ditambahkan pula, bahwa waktu mempunyai ciri khas dan

karakteristik yang harus benar-benar diketahui dan disikapi dengan baik

yaitu:

1 .

Cepat berlalu

2. Yang sudah berlalu tidak dapat kembali atau diubah lagi

3. Waktu merupakan anugerah yang dimiliki manusia

Dijelaskan bahwa cepatnya waktu berlalu, dari yang telah berlalu tak

mungkin dapat diubah lagi, maka waktu merupakan anugerah paling

mulia dan berharga yang dimiliki manusia. Kemulianya clisebabkan

karena waktu merupakan sarana produktifitas. Pada kenyataannya, waktu

(29)

Karakteristik waktu yang dijelaskan Dr. Yusuf Qardhawi (Al Waqtu ti f1ayatil

Muslim h. 8-'l 1) dalam buku Dr. Ing. Abdullah Ali Asy-Syarman (2006)

memberikan gambaran dalam karakteristik waktu, seperti berikut:

Yang telah berlalu tak mungkin kembali

[image:29.595.41.447.162.500.2]

atau diubah

Gambar 2.3

Karakteristik Waktu

Anug

.

berh erah paling arQa yang

'i manusia dimilil

セ@

WAKTU / / /

LセセMc⦅・⦅ー⦅。⦅エ⦅h⦅。⦅「Mゥウセ⦅⦅⦅LL@

Beberapa ahli berpendapat bahwa waktu bersifat relatif hal ini didukung oleh

pendapat ahli fisika terpenting di abad ke-20, Albert Einstein. Lincoln Barnett,

dalam bukunya The Universe and Or. Einstein (Alam Semesta dan Dr.

Einstein), menulis (www.seputar Indonesia.com)

Bersamaan dengan menyingkirkan konsep ruang absolut, Einstein sekaligus

membuang konsep waktu absolut - aliran waktu universal yang tidak

berubah, mengalir terus-menerus dari masa lalu tak terhingga ke masa

depan yang tak terhingga. Sebagian besar ketidakjelasan yang meliputi Teori

Relativitas berasal dari keengganan manusia untuk menyaclari bahwa

pengertian waktu, seperti juga pengertian warna, adalah sebuah bentuk

(30)

yang mungkin, waktu juga hanyalah susunan kejadian-kejadian yang

mungkin. Subyektivitas waktu paling tepat dijelaskan dengan kata-kata

Einstein sendiri. "Pengalaman-pengalaman individu," katanya, "kita lihat

sebagai rangkaian berbagai kejadian; dalam rangkaian ini, kejadian tunggal

yang kita ingat terurut sesuai dengan kriteria 'lebih dulu' dan 'kemudian'. Oleh

karena itu setiap individu akan memiliki 'waktu-saya' atau waktu subyektif.

Waktu ini, dengan sendiri-nya, tidak dapat diukur. Saya, tentu saja dapat

menghubungkan angka-angka dengan kejadian-kejadian sedemikian rupa

sehingga angka terbesar melambangkan kejadian terkini dan bukan dengan

kejadian lebih awal.

Einstein sendiri menunjukkan, seperti yang dikutip dari buku Barnett: "ruang

dan waktu adalah bentuk-bentuk intuisi tidak terpisahkan dari kesadaran,

seperti halnya i<onsep warna, bentuk atau ukuran". Menurut Teori Relativitas

Umum: "eksistensi waktu tidak dapat dipisahkan dari urutan kejadian yang

kita gunakan untuk mengukurnya."

Karena waktu terdiri atas persepsi, maka waktu bergantung sepenuhnya

pada orang yang merasakannya. Karena itulah waktu bersifat relatif.

Kecepatan waktu mengalir akan berbeda berdasarkan acuan yang digunakan

untuk mengukurnya, karena tubuh manusia tidak memiliki jam alami yang

dapat menentukan secara tepat kecepatan waktu berjalan. Seperti yang

(31)

untuk rnelihatnya, tidak ada pula ukuran sesaat, sejarn atau sehari bila tak

ada kejadian untuk rnenandainya."

2.3

Persepsi

2.3.1 Pengertian Persepsi

Persepsi rnerupakan proses awal dari interaksi rnanusia dengan lingkungan

sekitarnya. Melalui persepsi, rnanusia rnenerirna inforrnasi dari dunia luar

untuk kernudian dirnasukkan dan diolah dalarn sistern pengolahan inforrnasi

dalarn otak. Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialarni

oleh setiap orang didalarn rnernaharni infonnasi tentang lin9kungan baik

rnelalui penglihatan, pendengaran, penerirnaan dan penghayatan perasaan .

lstilah perseps1 biasanya d1gunakan untuk rnengungkapkan tentang

pengalarnan terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialarni.

Dalarn karnus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah

pengaruh ataupun sebuah kesan o/eh benda yang sernata-rnata

rnenggunakan pengarnatan penginderaan. Persepsi ini di definisikan sebagai

proses yang rnenggabungkan dan rnengorganisasikan data-data indera kita

(i-ienginderaan) untuk dikernbangkan sedernikian rupa sehingga kita dapat

(32)

Setiap orang dapat mempersepsikan satu obyek yang sama secara berbeda,

sebab persepsi sangatlah subyektif. Persepsi bukanlah cerminan dari

realitas. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidakmampuan indra kita memberi

semua respon dari lingkungan. Manusia juga sering mempersepsikan

rangsang-rangsang yang sebenarnya tidak ada. Hal tersebut dibuktikan

dengan kemampuan otak kita untuk mengubah serangkaian gambar diam

menjadi bergerak seperti pemutaran film. Persepsi juga sangat dipengaruhi

oleh harapan, keinginan, dan motivasi (Davidoff:1981). Pen;;iaruh harapan

sangatlah dipengaruhi oleh kebiasaan, pengaiaman serta penilaian

seseorang terhadap obyek :ersebut.

Sehubungan dengan hal ini, banyak ahli di bidang psikologi sosial yang

condong untuk mendefinisikan persepsi sebagai: suatu prnses melekatkan

atau memberikan makna kepada informasi sensori yang diterima seseorang.

Persepsi merupakan kemampuan kognitif yang multifaset (Davidoff: 1981 ).

Persepsi banyak sekali melibatkan kegiatan kognitif. Semakin kita

memusatkan perhatian semakin besar kemungkinan kita menangkap makna

dari yari informasi yang diberikan, lalu dihubungkan dengan pengalaman dan

kemudian diingat kembali. Kesadaran juga berperan dalam persepsi. Saal

kita merasa sangat bahagia apa yang kita lihat akan menjadi indah, dan

sebaliknya pandangan yang sama af;an terlihat sangat membososankan.

(33)

pemberian informasi bagi interpretasi. Begitu pula dengan proses informasi,

kita dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan dihadapi

berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu, saat itu, lalu membuat

interpretasi dan evaluasi. Bahasa mempengaruhi kognisi sehingga

memberikan bentuk pada persepsi secara tidak langsung. Pengujian

hipotesis merupakan komponen pusat persepsi yang ュ・ョセQッャ。ィ@ informasi.

Artinya semakin banyak bukti yang kita dapat semakin baik hipotesis yang

kita buat (semakin benar).

Selain itu ada pula yang mengartikan, persepsi adalah pengalaman tentang

obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga diartikan

dengan memberikan makna pada stimuli inderawi (Rakhmat, 1994).

Dalam Atkinson (1983) juga disebutkan bahwa persepsi merupakan proses

dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam

lingkungan. Senada dengan itu, persepsi juga diartikan sebagai suatu proses

yang didahului stimulus yang diterima oleh indera yang kernudian

diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari apa yang

(34)

Chaplin (2002) menyebutkan bahwa persepsi merupakan proses mengetahui

atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera. Secara

umum persepsi diperlakukan sebagai variabel campur tangan (inteNening

variabel) yang bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar,

perangkat, keadaan psikis atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional.

Maka arti suatu obyek atau satu kejadian obyektif ditentukan baik oleh

kondisi perangsang maupun o/eh faktor organisms. Dengan alasan

sedemikian, persepsi mengenai dunia o/eh pribadi-pribadi yang berbeda juga

akan berbeda, karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan

aspek-aspek situasi tadi yang mengandung makna khusus sekali bagi

dirinya.

Proses pengenalan, penerjemahan, serta pengertian mengenai sega/a yang

ada disekeliling kita disebut dengan proses informasi. Tahap awal dari proses

informasi disebut sensasi, yaitu proses menerimaan stimulus melalui organ

indra yang dimiliki. Sensasi termasuk didalamnya proses pengindraan,

dimana indra menerima stimulus dari Juar, mata menerima stimulus cahaya,

gambar, telinga menerima sensor suara, kulit dapat merasakan yang ada

diluar tubuh, dan indra Jainnya. Tahap berikutnya dari proses informasi

adalah persepsi, yaitu organisas1 sensasi guna menciptakan kesadaran

[image:34.595.37.450.148.489.2]
(35)

disekitar. Persepsi menentukan suatu bentuk penyajian yang akurat sesuai

[image:35.595.25.478.151.486.2]

dengan pengindraan. (Goleman, 1982).

Gambar 2.4

Proses Persepsi

IMULUS

Penglihatan

Suara

Bau - - l o Indra

Penerima

イMMセN⦅エゥ⦅。ョ@

_

_,H

lnterpretasi

:=J-

Tanggapan

Rasa

Te:<ture

PERSEPSI

Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa apa yang dipersepsikan oleh

seseorang dengan orang lain dapat berbeda dalam pemaknaannya. Hal

tersebut disebabkan karena apa yang ada disekitar kita yang ditangkap oleh

panca indera tidak langsung diartikar sama dengan realitasnya. Pengertian

tersebut pada orang yang mempersepsikan, obyek yang dipersepsikan serta

situasi sekelilingnya. Berdasarkan persepsi atau pemberian arti dari apa yang

yang ditangkap oleh panca indera itulah maka seseorang melakukan aktivitas

atau melakukan sikap-sikap tertentu.

2.3.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Persepsi

Berdasark<m penjelasan yang te!ah diungkapkan, dapat terjadi perbedaan

seseorang dalam memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap

oleh panca inderanya. Menurut Robbins (2001 ), ada beberapa faktor yang

(36)

1) Orang yang melakukan persepsi

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang,

antara lain:

a. Sikap individu yang bersangkutan terhadap obyek persepsi

b. Motif atau keinginan yang belum terpenuhi yang ada dalam diri

seseorang akan berpengaruh terhadap persepsi yang dimunculkan

c. Interest (ketertarikan)

Fokus perhatian individu dipengaruhi oleh ketertarikan tentang

sesuatu. Hal ini menyebabkan obyek persepsi yang sama dapat

dipersepsikan berbeda oleh masing-masing individu.

d. Harapan

Harapan dapat menyebabkan distorsi terhadap obyek yang

dipersapsikan atau dengan kata lain seseorang akan

mempersepsikan suatu obyek atau kejadian sesuai dengan apa yang

diharapkan.

2) Target atau obyek persepsi

Karakteristik dari obyek yang dipersepsikan dapat mernpengaruhi apa

yang d1persepsikan. Rangsang obyek yang bergerak cliantara obyek

yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang obyek

yang paling besar diantara yang kecil, yang kontras dengan latar

(37)

yang dipersepsi baik itu karakteristik personal sikap ataupun tingkah

laku dapat berpengaruh terhadap orang yang mempersepsikan karena

manusia dapat saling mempengaruhi persepsi satu sama lain. Orang tua

yang berinteraksi dengan anaknya dengan penuh perhatian, hangat,

selalu antusias, dan sebagainya akan berpengaruh terhadap persepsi

anal< akan orang tuanya.

Morgan et.al, (dalam Fausiah, 2001) menjelaskan bahwa perbedaan individu

dapat menyebabkan perbedaan persepsi antara individu yang satu dan

lainnya. Hal-hal tersebut meliputi:

1. Pengalaman Belajar (Perceptual Learning)

Gibson (dalam Morgan et.al, 1986) menyatakan bahwa perceptual

learning adalah peningkatan dalam kemampuan menyerap

informasi dari lingkungan sebagai hasil pengalarnan atau latihan

dengan stirnulasi yang datang dari lingkungan.

2. Set

Set berarti ide yang rnungkin sudah "siap" dan "clisiapkan" untuk

input sensoris tertentu. Harapan atau set semacam ini bervariasi

pada masing-masing orang dan merupakan faktor yang penting

dalam seleksi input sensoris untuk menentukan fokus perhatian

maupun pengorganisasian input.

(38)

Motivasi serta kebutuhan mempengaruhi persepsi seseorang,

dimana seringkali seseorang memperhatikan atau

mengorganisasikan input sensoris tertentu yang sesuai dengan

kedua hal tersebut.

4_ Gaya Kognitif Perseptual

Gaya kognitif perceptual adalah perbedaan individu dalam tipe dan

karakteristik pengolahan informasi. Dimensi yang berkaitan di sini

adalah apakah persepsi (serta aspek lain dari perilaku dan

kepribadian) seseorang luwes atau kaku (klein, dalam Morgan et.

al. 1986) serta apakah seseorang mempersepsi sesuatu secara

global atau sebagian-sebagian (Wilkin dan Goodenough, dalam

Morgan et al. 1986).

2.3.3 Macam-macam Persepsi

Rakhmat (2005) membagi persepsi menjadi dua bagian besar, yaitu: persepsi

interpe.rsonal dan persepsi obyek. Persepsi interpersonal aclalah persepsi

pada manusia dan persepsi obyek adalah persepsi selain pada manusia.

Perbedaan antara kedua persepsi ini ada empat. Pertama, pada persepsi

obyek, stimulus ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-bencla fisik:

gelombang, cahaya, gelombang suara, temperatur, dan sebagainya; pada

persepsi interpersonal, stimuli sampai kepacla kita melalui lambang-lambang

(39)

obyek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu, kita tidak meneliti

sifat-sifat batiniah obyek itu; sedangkan pada persepsi interpersonal, kita

mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera kita. Kita tidak

hanya melihat perilakunya, kita juga melihat mengapa ia berperilaku seperti

ini. Ketiga, dalarn persepsi obyek, obyek tidak bereaksi kepada kita, clan kita

juga tidak mernberikan reaksi emosional padanya. Sedangkan dalam

persepsi interpersonal, faktor-faktor personal dan karakteristik orang yang

ditanggapi, serta hubungan anda dengan orang tersebut, menyebabkan

persepsi interpersonal sangat cenderung untuk keliru. Keempat, obyek relatif

menetap, sedangkan manusia selalu berubah-ubah; seclangkan persepsi

interpersonal menjadi mudah salah.

Dalam hal ini, persepsi yang akan d1tinjau dan cliperdalam adalah persepsi

waktu.

2.3.4 Pengertian Persepsi Waktu

Kant (1975) menyatnkan bahwa waktu merupakan salah satu bentuk

persepsi (a form of perception). Oleh sebab itu, waktu menjadi salah satu

obyek paling penting dalam psikologi. l\/lenurut Schiffman (1982), persepsi

waktu tampak seperti sesuatu yang aneh, karena variabelnya lebih pada

(40)

yang terlibat, serta tidak ada pula tanda-tanda langsung dan nyata yang

menjelaskan pengalaman subyektif tentang waktu.

Mukerjee dalam (Hassard, 1990) menyatakan bahwa waktu yang dianggap

nyata, kongkrit dan obyektif dalam kehidupan seseorang terkait dalam 2 hal.

Pertama dalam ritme berbagai proses kehidupan yang berhubungan dengan

lingkungan. Sedangkan yang kedua adalah ritme aktivitas kelompok dimana

orang tersebut turut beraktivitas dalam rangka adaptasi sosial. Graham

( dalam Time Use, 1996) menjelaskan pengaruh budaya terhadap persepsi

waktu dengan mengemukakan bahwa persepsi waktu diambil dari belive dan

standar kelompok.

Persepsi waktu yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengalaman

tentang obyek dan peristiwa, yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

(41)

2.4

Kerangka Berpikir

Program pendidikan (sekolah) adalah usaha untuk membantu individu

mengembc.ngkan potensi-potensinya. Sehingga seseorang secara individual

mampu mengarahkan dan mengontrol diri dalam tindakan yang diambilnya,

jika individu telah mengarahkan dan mengontrol diri dalam tindakan yang

diambilnya r.1aka, tindakannya menggambarkan suatu disiplin (Larry J

Koening, 2003). Perilaku disiplin merupakan suatu perilaku atau tindakan

yang sesuai dengan aturan yang berlaku, misalnya anak-·anak memakai

seragam secara lengkap atau datang tepat pada waktunya.

Penanaman disiplin bukanlah ha! yang mudah dalam dunia pendidikan,

terutama disiplin waktu, karena banyak faktor yang mempengaruhi seseorang

untuk disiplin waktu, mulai dari faktor internal maupun eksternal. Contoh dari

faktor ekternal ini adalah kondisi jalan raya yang kian hari semakin macet

sampai pada figur orang tua yang menjadi model dalam bertingkah laku.

F aktor yang tidak kalah pentingnya adalah faktor yang terdapai dalam diri

individu sendiri (internal) yaitu bagaimana seseorang menghargai waktu atau

rnenilai waktu tersebut, istilah ini sering disebut persepsi waktu, yaitu

pengalaman tentang obyek dan peristiwa yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang berhubungan dengan

(42)

Kant menyatakan bahwa waktu merupakan salah satu bentuk persepsi (a

form of perception). maka waktu bergantung sepenuhnya pada orang yang

merasakannya. Karena itulah waktu bersifat relatif. Setiap individu atau

bangsa mempunyai pgndangan atau persepsi waktu yang berbeda-beda,

contohnya orang barat yang mempersepsikan waktu adalah komoditas yang

sangat berharga atau dengan kata lain "time is money", penghargaan waktu

Bagi mereka sangat tinggi sehingga tingkat disiplinnya tinggi. Sebaliknya bagi

orang lndones;a, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Levine,

menurut Levine dan Norenzayan Indonesia mempunyai pei-sepsi yang buruk

(lebih lambat) terhaaap waktu atau kurangnya penghargaan terhadap waktu.

Sehingga bis8 dilihat juga bahwa betapa banyak kasus-kasus pelanggaran

disiplin di Indonesia dan label "jam karet" sudah melekat pada budaya

Indonesia, hal ini juga didukung oleh pernyataan Draine dan Hall (1990:99)

yang cukup :nenonjol pada orang Indonesia adalah mengenai masalah

keterlambatan.

Walaupun menurut Levine (1997) tidak ada nilai yang baik dan buruk

terhadap persi:Jpsi waktu tapi hal tersebut juga akan mempengaruhi

seseorang dalam tindakan atau sikapnya mengenai waktu, dalam hal ini

Apabila persepsi waktu semakin buruk/lambat maka semakin rendah pula

intensi masuk tepat waktu. Apab1la persepsi waktu semakin baik (cepat)

(43)

Berikut ini adalah skema dari kerangka berpikir :

Sekolah

[

Siswa

⦅⦅⦅⦅⦅Lャセi@ sekolah tepat wakt::_j Aturan masuk

I

Persepsi Waktu • Negatif

• Positif

Apabila persepsi waktu

scn1akin ncgati

r

111aka

sen1akin renclah pula

intensi masuk tepat

waktu

Intensi masuk sekolah tepat waktu

Apabila persepsi waktu

scn1akin positif 111aka,

semakin tinggi intensi

masuk sekolah tepat

waktu

2.5 Hipotesis

a. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara persepsi waktu

dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta

(44)

BAB

3

l\/lETODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai metode penelitian,

mencakup, pendekatan penelitian, definisi operasional, variabel penelitian,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, prosedur uji instrumen

penelitian dan metode analisa data.

3.1

Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menampilkan

hasil berupa angka-angka. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional,

yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan

variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Pengukuran korelasional

digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan (Sevilla, et.al, 1993).

Alasan peneliti menggunakan penelitian korelasi, adalah karena penelitian ini

bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel, yaitu antara persepsi

waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu, jadi jenis penelitian yang

(45)

kea<iaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kountur, 2004 ). Alasan peneliti menggunakan metode ini ialah karena dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dideskriptifkan secara detail sehingga lebih mudah aipahami. Selain itu juga, metode deskriptif ini memiliki ciri-ciri : berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu, menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu dan variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidal< ada perlakuan (treatment), yang sesuai dengan tapik dalam penelitian ini.

(46)

3.2

Variabel Penelitian

Sutrisno Hadi, mendefinisikan variabel sebagai "gejala yang bervariasi atau

obyek penelitian yang bervariasi." Jadi variabel adalah obyek penelitian yang

menjadi perhatian suatu penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu: variabel bebas

(independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Sevilla

(1993) mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yan9 mempengaruhi

atau mengakibatkan hasil, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau hasil dari penelitian. Dalam penelitian ini

variabel-variabelnya adalah :

1. Independent Variabel: Persepsi waktu

2. Dependent Variabel: lntensi masuk sekolah tepat waktu

3.2.1 Definisi Operasional \/ariabel

Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel

adalah sebagai berikut :

1. Persepsi waktu

Persepsi waktu adalah pen9alaman tentang obyek dan peristiwa

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, yan9 berkaitan dengan

(47)

2. lntensi masuk sekolah tepat waktu

lntensi adalah kemungkinan seseorang untuk menampilkan tingkah laku

tertentu seperti masuk sekolah tepat waktu. lntensi terdiri tiga komponen

yaitu sikap, norma subjektif, dan PBC.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu subyek yang

merupakan perhatian peneliti (Kountur, 2004). Sedangkan menurut Kerlinger

(1973) populasi merupakan keseluruhan anggota, kejadian, atau

obyek-obyek yang telah ditetapkan dengan baik (dalam Sevilla, dkk, 1993).

Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi MTsN 3 Pondok Pinang

Jakarata yang duduk dikelas 2, terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa

keseluruhan adalah 308 orang, yaitu 128 laki-laki dan 180 perempuan.

Peneliti rnengambil jenjang itu karena berdasarkan data yang didapat dari

MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta ban1'aknya pelanggaran yang terjadi yaitu

pada jenjang tersebut.

3.3.2 Sampel penelitian

Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang didapat dari

(48)

minimum yang ditawarkan oleh Gay bahwa untuk penelitian korelasi diambil

30 subyek atau lebih (Sevilla, dkk, 1993 ).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa--siswi MTsN 3

Pondok Pinang Jakarta yang duduk dikelas dua dan diambil secara random

sebanyak 60 orang. Peneliti mengambil sampel sebanyak 60 siswa karena

untuk menganalisis data penetapan sampel yang lebih besar untuk

mengurangi bias yang timbul dibandingkan dengan menggunakan sampel

dalam jumlah yang sedikit. Selain itu distribusi frekuensi dari data dengan

jumlah sampel besar dan tidak kurang dari 30 orang akan mendekati

penyebaran sampel.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan telmik simple random

sampling (sampling acak sederhana) di mana semua sampel yang termasuk

dalam populasi mempunyai hak untuk dijadikan anggota sampel

(Arikunto,2003). Dalam hal ini peneliti menggunakan sistem nomor undian,

dengan cara memberikan penomoran pada jumlah sampel yang sudah ada,

kemudian mencari peluangnya dengan sistem kocokan sesuai dengan jumlah

(49)

3.4.

lnstrumen Pengumpulan

Data

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan skala. Skala yang disajikan dalam bentuk tabel berisi pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan responden diminta untuk

memberikan tanda check list ('1) pada kolom atau tempat yang sesuai

(Arikunto, 2003) yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 angket yaitu skala persepsi waktu dengan model skal2 Likert, sedangkan angket yang kedua yaitu skala intensi masuk sekolah tepat waktu.

3.4.1 Skala persepsi waktu

Untuk penelitian kali ini peneliti menggunakan skala model Liker! untuk mengumpulkan data. Menurut Suryabrata (2000), Skala Model Likert disebut juga dengan metode summated rating. Skala ini tergolong skala untuk orang

dan pada rancangan dasarnya disusun untuk mengukur sikap. Sehubungan dengan pengukuran sikap, maka ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa sikap itu mempunyai obyek, obyek sikap, yaitu sesuatu yang menjadi sasaran sikap, dan kedua secara teori sikap itu digambarkan dalam satu kontinum dari negative, lewat daerah netral ke positif.

(50)

berusaha mengkombinasikannya dengan aspek yang berhubungan dengan

waktu.

Peneliti membuat skala berdasarkan aspek yang berhubungan dengan

persepsi terhadap waktu. Bobot nilai adalah STS, TS, S, dan SS. Pemilihan

ini berdasarkan efektivitas penggunaan skal model Likert yang disarankan

oleh Susianto (1992).

Ko de STS (sanaat setuiu)

TS (tidak setuiu)

S (setuiu)

SS (sanqat setuju)

Tabel 3.1. Bobot nilai

Favourable

1

2 3 4

Tabel 3.2.

Unfavourable

4 3 2

1

Blue Print Skala Persepsi Waktu (Try Out)

No. Item No. Item

No. Aspek

Favourable

'

Unfavourable

1. Pengalaman 2, 12, 22, 32, 1, 11, 21, 31,

42,52 4i,51

2. Tabiat atau kebiasaan 4, 14, 24, 34, 3, 13, 23, 33, 44, 54 43, 53

3. Harapan atau ekspektasi 6, 16, 26, 36, 5, 15, 25, 35, 46, 56 45, 55

[image:50.595.40.452.168.682.2]
(51)

MMMMセM

48, 58 47, 57

+ ·

-5. Motivasi 10, 20, 30, 40, 9, 19, 29, 39,

50,60 49, 59

ᄋMᄋᄋセMMMMᄋセ@ MᄋMMᄋMMMᄋMMMᄋMMᄋMMMMᄋMᄋMᄋᄋセMᄋ@

Total 30 30

3.4.2 Skala untuk Mengukur lntensi

Bentuk ala! ukur intensi ini 'llengacu pada teori yang dikembangkan oleh

Fishbein & Ajzen (1975) yang terdiri sikap, nonna subyektif dan PBC. a. Skala untuk mengukur sikap masuk seko/ah tepat waktu terdiri dari

1. Behavior belief, yaitu kecenderungan bahwa tingkah laku akan

mengarah pada akibat positif atau negatif. Diukur dengan

menggunakan ska/a 4 point yakni 1 yang berarti sangat tidak

setuju sampai 4 yang berarti sangat setuju.

Contoh:

Saya /ebih percaya diri bi/a masuk sekolah tepat waktu

Sangat setuju 1 2 3 4 tidak setuju

2. Outcome evaluation, yaitu eva/uasi terhadap setiap akibat positif

atau negatif yang ditimbu/kan dari tingkah laku. Dalam item ini

digunakan ska/a bipolar yang berkisar antara 1, yang berarti

sangat tidak penting sampai 4 yang berarti sangat penting.

(52)

Menurut anda konsekuensi yang anda terima jika masuk sekolah tepat

waktu Saya lebih percaya diri

Sangat ba\k 1 2 3 4 sangat buruk

b. Skala untuk mengukur norrna subyektif terdiri dari :

1 . Normative belief, yaitu kecenderungan bahwa orang-orang

tertentu rnenginginkan individu untuk rnenarnpilkan tingkah laku

tertentu. Orang-orang yang pendapatnya rnernpengaruhi tingkah

laku subyek atau deikenal significant others. Normative belief

terhadap significant others diukur dengan skala bipolar dari

1

yang berarti sangat tidak menganjurkan sarnpai 4 sangat

menganjurkan masuk sekolah tepat waktu.

Contoh:

Teman dekat saya menganjurkan saya

sangat tidak .11enganjurkan 1 2 3 4 sangat menganjurkan

Umuk masuk sekolah tepat waktu.

2. Motivation to comply, yaitu kesediaan subyek untuk mematuhi

harapan dari significant others. Motivasi subyek untuk mematuhi

pendapat significant others bagi dirinya dalam rnasuk sekolah

tepat waktu, diukur dengan skala 1 yang berart1 tidak bersedia

sarnpai 4 yang berarti bersedia rnematuhi anjuran significant

others.

(53)

Kesediaan saya untuk mengikuti anjuran

Teman dekat tidak bersedia 1 2 3 4 bersedia

c. Skala untuk mengukur PBC (perceived behavioral control), terdiri dari:

1. Control belief (PBCB), yakni keberadaan sumber daya dan

kesempatan yang dibutuhkan untuk ditampilkannya tingkah laku.

Diukur dengan skala bipolar dari 1 yang berarti yang berarti

sangat tidak mungkin sampai 4 yang berarti sangat mungkin.

Contoh item Control Belief:

Keadaan lingkungan saya mendukung untuk masuk sekolah tepat

waktu

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 sangat setuju

Contoh item Perceived Power:

Keadaan lingkungan saya

Sangat tidak mungkin 1 2 3 4 sangat mungkin

Menghalangi saya untuk masuk sekolah tepat waktu

2. Perceived Behavior Control Direct (PBCD), yakni kontrol

langsung yang dimiliki subyek untuk menampilkan tingkah laku

tertentu. r:Jiukur dengan multi item seperti :

Kemungkinan saya mengendalikan keinginan masuk sekolah tepat

waktu

Sangat kecil 1 2 3 4 sangat besar

(54)

Sulit 1 2 3 4 mudah

Untuk mewujudkan keinginan saya untuk masuk sekolah tepat waktu saat ini

Sangat tidak mungkin 1 2 3 4 sangat mungkin

Tabel 3.3

Blue Print Skala lntensi Masuk Sekolah Tepat Waktu (Try Out)

N Aspek indikator Item jumlah

0

1 Sikap Tingkah laku yang 1,2,2,4,5 5

diyakini

___ _,_,, __ ᄋᄋMMMMMMMMMMMMᄋᄋᄋMᄋᄋMセMᄋ@ ---····--· MMMMMMセMMMMMMMMセ@ ---·--·-···-·

Outcomes 6,7,8,9,10 5

I

evaluation

2 Normative Kelompok rujukan 11, 1,2, 13, 14, 5 belief y_?ng_ diyakin_i -··-·- 15

-·---···---.. ---· ·---··--- · ·

-Motivasi untuk 16,1,7,18,19, 5

menaikuti 20

-3 PBC PBCB (Perceived 21,22,23,24, 5

(Perceived Behavioral Control 25 Behavioral Belief)

Contron PBCD (Perceived 26,27,28,29, 5

Behavioral Control 30

Direct)

-セMMMMMM

4 inlensi 31 1

Total 31 31

3.5

Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.5.1 Teknik uji instrumen

[image:54.595.40.442.159.556.2]
(55)

korelasi antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu

dan bagaimana arah hubungan antara variabel tersebut, yang ditentukan

sebesar 0,05 pada two tailed test.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik, yaitu:

a. Uji Validitas

Untuk memperoleh pengukuran yang valid dilakukan pengkorelasian skor

item dengan skor total. Bila korelasi antara skor item dengan skor total

menghasilkan korelasi yang rendah, maka item dinyatakan gugur atau

dimodifikasi, sedangkan bila korelasi yang didapat menghasilkan skor yang

tinggi maka it"'lm tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat

ukur.

Untuk menguji tingkat validitas, peneliti menggunakan uji korelasi product

moment. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output

SPSS 11,5. menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat

dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pernyataan.

(56)

rxy

=

Angka indeks korelasi product moment

N

=

Jumlah sampel

LXY

=

Jumlah asli perkalian antara X dan Y

LX = Jumlah seluruh skor X LY

=

Jumlah seluruh skor Y

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

konstn .. k-konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu variabel

dan disusun dalam bentuk kuesioner. Selanjutnya hasil penelitian yang

reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yanQ berbeda.

Reliabilitas suatu konstruk veriabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbach's alpha> dari 0.60.

Dalam penelitian ini menggunakan ukuran reliabilitas dengan Alpha

Cronbach sebagai berikut:

a

(57)

3.5.2 Uji hipotesis

Dalam penelitian deskriptif korelasional besar atau tingginya hubungan

antara variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Di dalam

penelitian deskriptif koefisien korelasi menerangkan sejauhmana dua lebih

variabel berkorelasi (Suharsimi Arikunto, 2000). Untuk menganalisis data

yang di perolel1 dan mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel

penelitian menggunakan teknik statistik Korelasi Product Moment dari

Pearson dengan セオュオウZ@

rxy = Angka indeks korelasi product moment N = Jumlah sampel

l:XY = Jumlah asli perkalian antara X dan Y IX = Jumlah seluruh skor X

"LY = Jumlah seluruh skor Y

Penghitungan statistik dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisas1

program SPSS versi 11,5 yang diinterpretasikan dengan mengacu pada tabel

koefisien Korelasi Product Moment dari Pearson. Jika hasil perhitungannya

lebih besar dari r label, maka korelasi dianggap signifikan dengan kata lain Ho

diterima clan Ha ditolak yaitu tidak ada hubungan antara persepsi waktu

(58)

Pinang Jakarta. Tetapi jika hasil perhitungannya lebih kecil dari r tabel maka

korelasi tidak signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan

antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi

(59)

BAB4

PRESENT ASI

&

AN ALIS IS HASIL

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai presentasi dan analisis

hasil terdiri dari gambaran umum responden, hasil penelitian utama, dan uji

hipotesis.

4.1 Presentasi Data Responden

4.1.1 Presentasi Data Responden Berdasarkan Jenis kQセャ。イョゥョ@

Berdasarkan jenis kelamin, sampel dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 4.1

Kategori sampel berdasarkan jenis kelarnin

Jenis kelamin Frekuensi Persent· asH (%)

-Laki-laki 18 30

· - - - ·

-Perempuan 42 70

Total 60 10( )

Tabel 7 menunjukkan bahwa sampel penelitian ini berjumlah 60 orang, yang

[image:59.595.39.449.94.548.2]
(60)

4.1.2 Presentasi Data Responden Berdasarkan Usia reセウーッョ、・ョ@

Gerdasarkan usia, sampel dalam penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:

Tabel 4.2

Kategori sampel berdasarkan usia respo111den

usia Frekuensi Persentase (%)

-12 6 10

13 52 86,67

14 2 3,33

---" ᄋMセセMMMMMMᄋM --- - - --· .. ᄋMᄋMMMセMMMMM MMセMMM ----· · · - - - ·

Total 60 100

Mセᄋ@

--Tabel 7 menunjukkan bahwa sampel penelitian ini berjumlah 60 orang, yang

terdiri dari 6 orang berusia 12 tahun (10%), 52 orang berusia 13 tahun

(86,67%) dan 2 orang berusia 14 tahun (3,33%).

4.2. Hasil Uji Coba lnstrurnen Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 91

item dari dua skala yaitu skala Persepsi Waktu 60 item dan skala intensi

masuk sekolah tepat waktu 31 item. Uji instrumen diberikan pada 60

siswa-siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta yang duduk dikelas dua. Adapun

[image:60.595.48.445.159.510.2]
(61)

1. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total.

2. Mengetahui tingkat realibilita'l, instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.

4.2.1 Hasil Uji Coba lnstrumen Persepsi Waktu

Hasil uji cooa terhadap 60 item dalam instrumen persepsi waktu, maka terdapat 37 item yang valid baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1 %, dan 23 item lainnya tidak valid. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien persepsi waktu sebesar 0,851. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini reliabel untuk digunakan, karena menurut Singarimbun dan Effendi (200El), suatu skala dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari O,GO.

(62)
[image:62.595.34.453.134.488.2]

Tabel 4.3

Blue Print Skala Persepsi Waktu

No. I

Unfavo

tern Jumlah

urable Item

Total 19

1, 11, 21 3,13,14, 33, 44

23,24,

25, 45

'.7,57 17,18,:2 9,10

1

8

4.2.2 Hasil uji coba instrumen intensi masuk sekolah tepat waktu 8

9

5

8

7

-37

Berdasarkan hasil uji coba terhadap 31 item dalam instrumen intensi masuk

sekolah tepat waktu, maka terdapat 21 item yang valid baik pada taraf

signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%, dan 10 item lainnya tidak

valid. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien intensi masuk sekolah

tepat waktu sebesar 0,835. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

instrumen penelitian ini reliabel untuk digunakan, karena menurut

Singarimbun dan Effendi (2006), suatu skala dikatakan reliabel jika nilai

(63)

Dalam penelitian item yang digunakan sebanyak 21 item untuk instrumen

intensi masuk sekolah tepat waktu. Adapun nomor-nornor item valid yang

digunakan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada label di bawah ini !

Tabel 4.4

Blue Prirt Skala lntensi Masuk Sekolah Tepat Waktu

N Aspek indikator Item jumlah

0

1 Sikap Tingkah laku yang 1,2,3,4,5 5

I

diyakini

-

-Outcomes 6,7,8,9,10 5

evaluation

2 Normative Kelompok rujukan 11,12,14 3

belief

.El

rig_cjjya kif1i. ·--·------···---·-··-- ----·-·---

-···-Motivasi untuk 16,19,20 3

>-- mengikuti ·

-3 PBC PBCB (Perceived 21,23 2

(Perceived Behavioral Control Behavioral Belief)

Contron PBCD (Perceived 28,29 2

Behavioral Control Direct)

4 intensi 31 1

.

Total 21 21

4.3

Uji

Persyaratan

4.3.1 Uji normalitas

Data-data berskala interval sebagai hasil suatu pengukuran pada umurnnya

mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak

[image:63.595.43.439.161.534.2]
(64)

diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan

(Nurgiyantoro dkk, 2000). Dengan demikian, analisis statistik pertama yang

harus digunakan dalam rangka analisis data adalah uji asumsi statistik

berupa uji normalitas.

Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk menguji kebaikan sesuai (goodness of fit). Dalam

hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai

sam

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik waktu .
Tabel 4.12
Gambar 2.1 Schemed Theory of Reasoned Action Fishbein & Ajzen (1980)
Gambar 2.2 Skema lntensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh experiential attitude dan experiential satisfaction terhadap repurchase intention

Permasalahan anak jalanan merupakan masalah yang sudah menjadi permasalahan di setiap kota, terutama kota-kota besar seperti Surabaya. Permasalahan yang hadir sebenarnya

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk melihat kecendrungan penyakit yang ditimbulkan akibat pola hidup yang tidak sehat pada masyarakat tertinggal dan pesisir desa-desa

Berdasarkan latar belakang problematika dan analisis terhadap pengembangan skill pegawai seksi penyelenggara haji dan umroh Kementerian Agama kota Semarang maka

Dengan mengamati gambar dan lingkungan sekitar melalui powerpoint yang ditampilkan pada saat google meet, siswa dapat membuat laporan sederhana atau cerita pengalaman tentang

Peserta didik di SDN 026 Balikpapan Tengah juga mempunyai latar belakang masalah yang berbeda-beda ada yang kurang, sedang dan pintar dalam proses belajar mengajar

Untuk itu, tanggal 22 Maret lalu, perwakilan organisasi yang bergabung dalam Kampanye ini berdialog dan berdiskusi dengan Leontine Bijleveld , researcher

Desain ini dilakukan untuk memberikan alternative pengkondisian udara system geothermal Berdasarkan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa pengkondisian udara dengan