MTsN 3 PONDOK PINANG JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh: FAQIH KHAIRUL FIKRI
203070029137
FAKUL TAS PSIKOLOGI (EKSTENSI) UIN SYARIF HIDAYATULLAH
MTsN 3 PONDOK PINANG JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Pembimbing I
Gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh: FAQIH KHAIRUL FIKRI
203070029137
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing II
.
""
Bセセ⦅⦅⦅⦅⦅⦅L@
lkhwan Lutfi, M.Psi NIP. 150 368 809
Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP. 150 368 748
FAKULTAS PSIKOLOGI (EKSTENSI) UIN SYARIF HIDAYATULLAH
'l(u persem6an/(gn /(grya penun nia{na ini untu{a6an,
(C) Faqih Khairul Fikri
(D) Hubungan antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta
(E) xv+?O halaman
(F) Waktu merupakan satu dimensi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan segala persepsi seseorang tentang diri dan dunia dihubungkan oleh cara seseorang membayangkan, menjelaskan, menggunakan dan mengimplementasikan waktu. Berkaitan dengan sikap masyarakat Indonesia terhadap waktu, Draine dan Hall (1990:99) berpendapat bahwa, Orang Indonesia dianggap memiliki tradisi berupa kecenderungan untuk bersikap toleran terhadap penundaan.
Berdasarkan ha! tersebut, Draine dan Hall (1990:99) menyimpulkan bahwa di Indonesia waktu bukanlah semacam komoditas perdagangan yang dapat dibeli, disimpan atau bahkan disia-siakan, serta yang cukup menonjol pada orang Indonesia adalah mengenai masalah
keterlambatan.
Salah satu kasus yang didapat dengan data konkrit, yaitu di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta, banyak terjadi di kalangan siswa-siswi melakukan tindakan pelanggaran peraturan dalam hal
keterlambatan masuk sekolah (40%). Menurut Swasono (dalam
Fausiah, 2001) masalah yang dihadapi remaja Indonesia saat ini adalah gejala kesantaian atau kurangnya penghargaan terhaclap waktu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa-siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta. Penelitian ini me11ggunaka11 pendekatan
kuantitatif clengan metode korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan clengan variasi
berclasarkan koefisien korelasi. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang siswa/I kelas VIII. Teknik pengambilan sampel yang 、ゥQセオョ。ォ。ョ@ adalah purposive random sampling sesuai clengan kriteria yang telah
validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpulan data, dan korelasi product moment dari pearson untuk pengujian hipotesis penelitian. Jumlah item valid untuk skala persepsi waktu sebanyak 37 item dan jumlah valid untuk skala kinerja sebanyak 21 item. Adapun reliabilitas skala persepsi waktu adalah 0,851,
reliabilitas skala intensi masuk sekolah tepat waktu 0,8:35. Berdasarkan analisis korelasi product moment dari Pearson dengan two tail technical terhadap hipotesis yang diajukan, diperoleh has ii r hi tung (0, 103) < r tabel (0,254) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi wak'.u dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta.
Adapun SFlran yang dapat diambil
セセセャゥエゥ。ョ@
ini yaitu : Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel pada tahapan perkembangan dewasa karena secara kognitif kemampuan berpikir pada orang dewasa lebih matang dari pada remaja. Selain itu, instrumen yang digunakan pada penelitian ini tergolong kurang tepat, jadidiharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan revisi pada instrumen tersebut. Saran praktis yang dapat diberikan adalah perlu adanya kerja sama antara guru dan orang tua dalam menanamkan disiplin waktu. Orang tua seharusnya sadar akan pentingnya pendidikan disiplin dari orang tua kepada anaknya sejak mereka kecil
berkat rahmat dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul: Hubungan persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah
tepatwaktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah
membawa dan membimbing umatnya menuju jalan yag lurus dalam
pencapaian ridho Allah SWT.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah
berjasa dalam kelangsungan pembuatan skripsi ini:
1. Orang tua tercinta Ors. H. Oadun Effendi, M.Pd.I (Abah) dan Ora. Hj.
Syahriah (Umi), yang telah memberikan dorongan dan dukungan, baik
kasih sayang, didikan dan do'a-doanya yang begitu sangat berharga
sebagai pengantar kesuksesan penulis
2. Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ora. Hj. Netty
Hartati, M.Si. Pudek I (Bid. Akademik), Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si.
Pudek Ill (Bid. Kemahasiswaan) Abdurrahman Saleh, M.Si.
3. Pembimbing I (lkhwan Lutfi, M.Si) dan Pembibing II (Yunita Faela Nisa,
M.Psi), yang telah sabar membantu dan memberikan arahan dalam
penulisan skripsi ini, tanpa coretan, teguran dan inforrnasi dari beliau,
semua entah kapan penulis dapat menyelesaikan karya yang begitu
berharga ini.
5. Untuk kakak dan adik-adik tercinta, terima kasih atas segala bentuk
support dan do'anya, mudah-mudahan penulis dapat memberikan contoh
yang terbaik dalam keluarga
6. Untuk sahabat-sahabat yang selalu memberikan support dan
menanyakan penyelesaian skripsi ini (Wisnu, Farah, Ftatna, Lela, Ciul,
Hawa, !day, ari, dll) dan telah memberikan canda tawanya,
mudah-mudahan keluarga angkatan 2003/2004, khususnya kelas D terus terjalin.
7. Keluarga besar MTsN 3 Pd. Pinang Jakarta, yang telah memberikan izin
untuk dijadikan tempat penelitian, terima kasih alas motivasi, do'a-do'a
dan kesempatan yang diberikannya untuk penyelesaian skripsi
8. Kepada orang-orang yang selalu mendo'akan penulis agar diberikan
kesehatan dan hid up penuh keberkahan ... Amin
Kepada-Nya dan beliau-beliau, diucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT
memberikan pahala yang tepat bagi mereka.
Jaka;ia, Mei 2008
HALAMANPENGESAHAN l\llOTTO ... .
PERSEMBAHAN ... .
ABSTRAKSI ... .
KATA PENGANTAR .. .
DAFTAR ISi ....
DAFTAR TABEL.
DAFTAR LAMPiRAN ... .
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 . Latar belakang masalah ..
1.2. ldentifikasi masalah ... .
1.3. Pembatasan dan perumusan masalah
1.4. Tujuan dan manfaat penelitian ... .
1.5. Sistematika penulisan ... .
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1. lnlensi ... .
2. 1. 1. Pengertian lntensi
21.2. Teori lntensi
2.2. Persepsi waktu ... .
2.2.1. Pengertian waktu ...
2.2.2. Ciri khas dan karakter waktu ... .
2.3.3. Macam-macam persepsi
2.3.4. Pengertian perspsi waktu ...
2.4. Kerangka berpikir
2.5. Hipotesis ... .
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3. 1. Jenis penelitian ... .
3.1.1. Pendekatan penelitian
3.1.2. Metode penelitian
3.2. Variabel penelitian ... ..
3.2.1. Definisi operasional ...
3.3. Populasi dan dampel penelitian
3.3.1. Populasi ....
3.3.2. Sampel penelitian
3.3.3. Teknik pengambilan sampel
3.4. lnstrumen pengumpulan data ... ..
3.4.1. Skala persepsi waktu (Try out) ... ..
25
26
28
30
31
31
32
33
33
34
34
34
35
36
36
3.4.2. Skala intensi masuk sekolah tepat waktu (Try out)... 38
3.5. Teknik analisis data dan uji hipotesa ... .
3.5.1. Teknik uji instrument .
41
4.1.1. Presentasi data responden berdasarkan jenis
Kelamin ... ... 46
4.1.2. Presentasi data responden berdasarkan usia ... 4 7 4.2. Hasil uji coba instrumen ... 47
4.2.1. Hasil uji coba instrumen persepsi waktu ... ... 48
4.2.2. Hasil uji coba instrument intensi masuk sekolah tepat waktu ... ... 49
4.3. Uji persyaratan ... 50
4.3.1. Uji Normalitas ... ... ... ... ... 50
4.3.2. Uji Homogenitas ... 53
4.3.3. Distribusi penyebaran skor responden... 54
4.4. Hasil Hipotesis ... 59
BAB 5 PENUTUP 5.1. !<esimpulan ... ... ... ... ... 62
5.2. Diskusi ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. ... .... .... ... ... 62
5.3. Saran ... ... ... ... ... .. ... .. ... . .. .. ... ... ... 65
DAFT AR PUST AKA ... .... ... 68
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabei 2.4
Tabel3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Karakteristik waktu .
Proses persepsi . . . .. . . .. . ... .
Schemed Theory of Reasoned Action Fishbein & Ajzen ..
Skema intensi ...
Bobot nilai skala liker! .
Blue print ska la persepsi waktu (try out) ... .
Blue print skala intensi masuk sekolah tepat waktu (Try
Out) ... .
Kategori sample berdasarkan jenis kelamin
Kategori sample berdasarkan usia responden .
Blue print ska la perseps-i waktu pasca uji instrument ...
Blue print skala intensi masuk sekolah tepat wciktu
pasca uji instrument .
0-0
Plot persepsi waktu0-0
Plot lntensi masuk sekolah tepat waktuUji homogenitas .
Klasifikasi skor persepsi ... .
Rentangan Persepsi Responden
Klasifikasi responden berdasarkan skala sik<:1p .
[image:11.595.30.449.152.685.2]Tabel 4.13 Kalsifikasi responden berdasarkan skala intensi... 59
Tabel 4.14 Korelasi antara persepsi waktu dengan intensi masuk
[image:12.595.35.456.128.536.2]Lampiran 1 : Angket penelitian
Lampiran 2 : Validitas skala persepsi waktu
Lampiran 3 : Validitas skala intensi rnasuk sekolah tepat waktu
Lampiran 4 : Realiabilitas skala persepsi waktu
Lampiran 5 : Rea/iabilitas skala intensi masuk sekolah tepat waktu
Lampiran 6 : Data responden
Lampiran 7 : Uji normalitas skala persepsi waktu
Lampiran 8 : Uji normalitas skala intensi masuk seko/ah tepat waktu
Lampiran 9 : Uji homogenitas ska/a persepsi waktu dengan intensi masuk
1.1
Latar Belakang Masalah
Waktu merupakan satu dimensi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Secara ekstrim Sorokin dan Merton (dalam Fausiah, 2001)
menyatakan bahwa tidak ada konsep gerak yang mungkin tanpa adanya pengkategorian waktu. Gerak yang dimaksud di sini bukan sekedar mekanik, namun juga dalam kehidupan sosial Fausiah (2001) menyatakan bahwa homo sapiens merupakan satu-satunya "hewan" yang ter·ikat oleh waktu, dan segala persepsi seseorang tentang diri dan durria dihubungkan oleh cara seseorang membayangkan, menjelaskan, menggunakan dan
mengimplementasikan waktu. Usaha untuk melakukannya berbeda-beda antara orang satu dengan lainnya, serta antara budaya yan9 satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, masing-masing budaya memiliki seperangkat kekhasan yang unik dan berbeda. Untuk mengetahui tentang orang-orang dalam suatu kebudayaan, kita harus mengetahui bagaimana nilai yang mereka miliki terhadap waktu.
mereka yang tidak tinggal di negara barat (non western). Orang-orang barat sangat terikat oleh waktu. Waktu dianggap sebagai komoditas yang
berharga. Semboyan mereka yang bcrbunyi "time is money", (waktu adalah uang) mengandung implikasi bahwa waktu merupakan sesuatu yang dapat disimpan, dihabiskan, dimanfaatkan, dibuang percuma, ditimbun atau
dihamburkan. Sebaliknya, di negara yang menganggap waktu lebih fleksibel dan ambigu, waktu c.an uang merupakan dua hal yang terpisahkan. Berkaitan dengan sikap masyarakat Indonesia terhadap waktu, Draine dan Hall
( 1990· 99), ekspatriat yang pernah bekerja di Indonesia, mengungkapkan hasil pengamatan mereka dalam sebuah buku petunjuk bagi orang-orang asing yang bekerja di Indonesia. Menurut Draine dan Hall ("1990) orang Indonesia sangat bertolak belakang dengan orang barat dalam hal sikap terhadap waktu.
Orang Indonesia dianggap memiliki tradisi berupa kecenderungan untuk bersikap tolergn terhadap penundaan. Berdasarkan hal tersebut, Draine dan Hall (1990:99) menyimpulkan bahwa di Indonesia waktu bukanlah semacam komod1tas perdagangan yang 、。ー。セ@ dibeli, disimpan atau b<:1hkan disia-siakan.
Indonesia cenderung untuk mencari beribu macarn alasan alas
keterlambatannya dan untuk menghindari keharusan tiba tepat waktu.
Misalnya saja karena mace!, jalanan rusak, dan lain-lain. Uniknya, jika
membuat janji dengan ekspatriat (orang asing), orang Indonesia terutama
yang memiliki kedudukan tinggi, sangat mengharapkan orang asing tersebut
datang tepat waktu. Mungkin hal ini disebabkan orang Indonesia memahami
bahwa dalam suatu undangan resmi, biasanya dituliskan "mohon hadir 15
menit sebelum acara dimulai". Padahal acara baru dirnulai beberapa menit,
bahkan mungkin beberapa jam dari waktu yang tercantum. Artinya, orang
yang diundang diharapkan segera datang untuk kernudian bersabar
menunggu dalarn waktu yang cukup lama.
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Levine HQYセャWIL@ menurut
Levine dan Norenzan (1999) Indonesia mempunyai persepsi yang buruk
(lebih lambat) terhadap waktu atau kurangnya penghargaan terhadap waktu.
Faktor tersebut dikarenakan adanya pengaruh terhadap pace of life (aliran
atau pergerakan waktu yang dialami oleh masyarakat).
Meskipun hasil penelitian Levine (1997); Levine dan Norenzan (1999)
membuktikan Indonesia sebagai salah satu negara bertempo paling lambat di
dunia. Namun ini tidak berarti bahwa orang Indonesia rnemiliki sikap yang
penilaian baik atau buruk yang dapat diberikan pada pace of life tertentu yang
dimiliki suatu budaya atau bangsa. Hal ini dikarenakan perbedaan tempo
liidup yang dimiliki tiap-tiap budaya sangat berkaitan dengan perbedaan cara
hidup ::Jan masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Apa yang
harus dilakukan adalah mempelajari konsepsi tentang waktu antar budaya
kita maupun budaya lain, bukan memberikan penilaian. Selanjutnya Levine
(1997) juga menambahkan bahwa bagaimana seseorang menikmati hidup
sangat tergantung pada kecocokannya dengan lingkungan, termasuk dalam
pace of life. Apabila tempo hidup seseorang tidak cocok dengan lingkungan,
maka penyesuaian yang dapat dilakukan adalah mengubah tempo hidup atau
Pindah mencari lingkungan baru.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, banyak sekali keterlambatan dan
ketidakdisiplinan waktu yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu kasus yang didapat dengan data konkrit, yaitu di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta, banyak terjadi di kalangan
siswa-siswi melakukan tindakan pelanggaran peraturan da/am hal
keterlambatan masuk sekolah (40%).
Contoh kebiasaan di alas, termasuk kebiasaan di lingkungan sekitar peneliti,
rasanya tidak mengherankan jika selama ini atribut "jam karnt'', seakan-akan
Indonesia pasca revolusi; antara lain rnentalitet tidak dis1pli11 rnurni dan
rnentalitet yang suka rnengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Kedua hal
ini rnernpengaruhi sikap terhadap waktu pada orang lndonEisia. Sedangkan
menurwl Swasono (dalam Fausiah, 2001) masalah yang dihadapi remaja
Indonesia saat ini adalah gejala kesantaian atau kurangnya penghargaan
terhadap waktu.
1.2
ldentifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbedaan persepsi waktu antara siswa putra dan putri? 2. Bagaimana hubungan antara lingkungan sosial dengan intensi rnasuk
sekolah tepat waktu pada siswa?
3. Bagaimana intensi masuk sekolah tepat waktu pada セ[ゥウキ。_@
4. Apakah ada hubungan antara persepsi waktu dengan intensi rnasuk
1.3
Pembatasan dan Perumusan Masalall
1.3.1 Pembatasan Masalah
Agar dala:n penelitian tidak melebar maka penulis membwit pembatasan
masalah sebagai berikut :
a. Persepsi waktu adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan, yang berkaitan dengan waktu.
b. lntensi adalah ala! atau kemungkinan seseorang untuk menampilkan
tingkah laku tertentu
c. Tepat WoKlu adalah ketepatan atau kesesuaian waktu yang telah
ditentukan, dalam penelitian ini tepat waktu masuk sekolah di MTsN 3
Pondok Pinang Jakarta yaitu pukul 06:45 dengan toleransi
keterlambatan 15 menit.
d. Siswa-siswi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta yang duduk dikelas 2.
1.3.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di alas, maka
perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Apakah ada hubungan yang signifikan antara persepsi waktu dengan intensi
masuk sekolah tepat waktu pada siswa-siswi MTsN 3 Pondok Pinang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui "Hubungan antara persepsi waktu
dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa-siswi MTsN 3 Pondok
Pinang Jakarta"
1.4.2 Manfaat Penelitia11 a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah khazanah keilmuan khususnya di
bidang psikologi khususnya di bidang pendidikan, sosial dan bisa menjadi
inspirasi untuk penelitian selanjutnya, terutama bagi mereka yang tertarik
terhadap persepsi waktu dan intensitas masuk sekolah tepat waktu.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh instansi terkait,
khususnya instansi pendidikan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
seperti skala persepsi waktu dan alat ukur intensi masuk sekolah tepat waktu,
diharapkan dapat digunakan seterusnya. Dengan demikian dapat diketahui
sejauh mana persepsi waktu dan intensi masuk sekolah tepat waktu dengan
pendidik atau guru pembimbing siswa-siswi di sekolah sekolah untuk
rnenghadapi perrnasalahan siswa-siswinya dalarn hal ketidakdisiplinan waktu.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi adalal1 sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, mencakup la\ar belakang, pembatasan masalah,
perumusan masalah penelitian, tujuan serta manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II
Bab Ill
Bab IV
Bab V
Kajian teori berupa, waktu, persepsi, persepsi W<3ktu, intensitas,
tepat waktu mencakup teori, kerangka berpikir, serta pengajuan
hipolesis.
Metode penelitian, mencakup, pendekatan penelitian, definisi
operasional, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, prosedur uji instrumen penelitian dan metode
analisa data.
Presentasi dan analisis hasil terdiri dari gambaran umum
responden, hasil penelitian utama, dan uji hipotesis.
BAB 2
KAJIAN TEORI
Bab ini terdiri dari 6 subbab. Subbab pertama pertama membahas intensi,
bab kedua membahas waktu, bab ketiga membahas persepsi, bab keempat
membahas persepsi waktu, bab kelima membahas kerangka berpikir, dan
bab keenam membahas pengajuan hipotesis.
2.1
lntensi
2.1.1 Pengertian lntensi
lntensi dalam kamus psikologi (Chaplin, 2003) adalah ciri-ciri yang dapat
dibedakan dari proses-proses psikologis yang mencakup referensi atau
kaitannya dengan satu obyek. Sementara Fishbein dan Ajzen (1976),
mendefinisikan intensi sebagai: "a person's subjective prolJability that he will
perform some behavior". Definisi ini menerangkan bahwa intensi merupakan
pandangan subyektif seseorang mengenai kemungkinannya menampilkan
suatu tingkah laku.
Sedangkan Eagly dan Chaiken (1993) mendefinisikan intensi merupakan
konstruk yang berbeda dengan sikap yang mewakili motivasi seseorang
mengemukakan bahwa intensi memiliki hubungan yang sangat tinggi dengan tindakan yang sepenuhnya dikehendaki oleh pelakunya (volitional action).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa intemii adalah kemungkinar. seseorang untuk menampilkan tingkah laku tertentu.
2.1.2 Teori lntensi
Fishbein & Ajzen (1980) dalam dua teori penting tentang intensi, yakni Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior.
1. Theory of Reasoned Action
Fishbein & Ajzen, mengungkapkan pada umumnya TL sosial berada dibawah kontrol yang disadari dan yang menjadi penentu /angsung dari suatu tindakan oleh intensi untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku tersebut.
Teori ini mengungkapkan bahwa intensi merupakan fungsi dari determinan ( faktor penentu), yaitu:
a. Faktor yang bersifat pribadi adalah sikap terhadap tingkah laku tertentu (altituc'e toward behavior)
Dari rumusan sikap dan norma subyektif terhadap pembentukan intensi,
berikut ini merupakan gambaran dari Theory of Reasoned Action yang
digunakan untuk memprediksi intensi dalam menampilkan l:ingkah laku
[image:24.595.41.441.156.490.2]tertentu.
Gambar 2.1
Schemed Theory of Reasoned Action Fishbein & Ajzen (1980)
!kl1<.::J" !llL'llP,<.::l\'11
konsekucus1 dari tiugkuh .
laku X dan cvaluasi terhacbp konsukui.::nsi
Nomativc Bdi.:fmcngcnai
tingkah laku X dan '
n1otivasi n1cn1cnuhi
belie!' tcrschut
Sikap tcrlwdap
tingkah Jaku X
Nonna Subyckti t'
incngcnai tingkah laku X
i
lntcnsi untuk
1nc1nunculkan lingkah lak.11 X
i
!
Tingkah
--1> laku X
i
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa intensi dihubungani oleh 2 faktor,
yaitu sikap dan norma subyektif terhadap tingkah laku X. sikap terhadap
tingkah laku X terdiri dari keyakinan mengenai konsukuensi dari tingkah laku
X dan evaluasi terhadap \ingkah laku X, sedangkan norma subyektif terdiri
dari keyakinan normatif mengenai tingkah laku X dan motivasi memenuhi
2. Theo1y of Planned Behavior
Dalam perkembangan lebih lanjut, theory of reasoned action ternyata
dianggap belum mampu menjelaskan sepenuhnya tentang terjadinya suatu
tingkah laku. Untuk mejelaskan hal tersebut maka Ajzen (1988)
menambahkan faktor ketiga selain sikap terhdap tingkah laku dan norma
subyektif, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC rnerupakan persepsi
mengenai sulit atau mudahnya seseorang untuk menampilkan tinghkah laku
tertentu dan diasumsikan merefleksikan pengalaman masa lalu beserta
halangan atau rintangan yang diantisipasi. Jadi dalam perkembangan teori
Ajzen(1988), mengemukakan bahwa intensi dihubungani oleh tiga faktor
penentu, yiatu:
a. Sikap terhadap tingkah laku tertentu (attitude toward behavior).
b. Norma subyektif (subjective norm) dan,
Gambar 2.2 Skema lntensi
Penjelasan diatas dapat digambarkan melalui skema di bawah ini:
Bdicr ュ」ョァセョ。ゥ@
konsekuensi dari tingkah
laku
x
clan l!VU]LIHSitcrhadap k1n1sukul.!nsi
>-!omali\·.; Bdicf mcngcnai
tingkah lak1.1 X dan
inotivasi 1ncn1cnuhi
belief tcrschut
> > >
Ht:hel n1i.::ngi.::nd1 control \'illlg dini!iki Ulllllk n1c1rn1npilka11 ti11g,kuh l<tku X dan persepsi 1nengani kondisi yang 111clftsiliitasi
2.2. Persepsi \Naktu
Siknp tcrhndap tingkah laku X
lnlensi untuk 1nc1nunculkan lingkah Jaku X
Nonnn SubyektiJ'
incngcnai tingkah
lakuX
Perceived
behavior Control
I
Tingkah - - . laku X·•
Sebelum membahas tentang persepsi waktu, maka akan dibahas tentang
waktu, ciri khas dan karakter waktu, persepsi, hal-hal yang mempengaruhi
persepsi, macam-macam persepsi dan persepsi waktu.
2.2.1 Pengertian Waktu
Kiranya, kekayaan paling besar yang dimiliki manusia adalah waktu. Jika
menggunakannya dalam berbagai hal yang dapat mendatangkan kebaikan
dan manfaat. Hal yang demikian itu akan dapat mengubah kehidupannya dan
tentunya orang yang bersangkutan akan memiliki masa depan yang
gemilang. Allah Swr telah menjelaskan pentingnya waktu. Bahkan, dalam
beberapa ayat Al Qur'an, Allah bersumpah dengan waktu: Demi masa (QS.
Al'Asr:1); Demi waktu fajar (QS Ad-Dhuha:1); dan Demi Ma/am (OS.Al Lai/:1).
Walaupun demikian, ternyata banyak masyarakat yang tidak dapat
memanfaatkan waktu yang baik, bahkan banyak waktu terbuang dan banyak
disia-siakan, tidak digunakan dengan baik oleh masyarakat kita, Arab dan
Islam umumnya, adalah "waktu" yang sangat berharga.
Oleh karena itu, orang-orang sepakat bahwa waktu merupakan kumpulan
peristiwa kehidupan. Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Tapi sedikit sekali
yang sadar akan pentingnya waktu sehingga anugerah Tuhan ini dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin.
Dalarn hal ini Asy-Syarrnan (2006) menjelaskan rnakna-rnakna positif
mengenai wc;ktu, yaitu:
1. Mengenai pentingnya waktu yang merupakan inti kehidupan. Waktu baru
bisa benar-benar dimanfaatkan secara optimal jika diatur.
2. Menjamin penggunaan sumber daya alam dan manusia dalam suatu
3. Mengembangkan dan mengatur waktu dengan baik dapat memunculkan stabilitas dan kedamaian jiwa. Hal itu terlihat dari cara berpikir seseorang,
dari hasil evaluasi terhadap masa lalu, keinginannya memperbaiki masa
sekarang, dan serius dalam mempersiapkan masa yan9 akan datang.
Jadi waktu adalah sumber produksi manusia, standar k13siapan dan
efektifitas manusia untuk berproduksi, memberi, sekaligus sumber
stab1litas jiwa.
2.2.2 Ciri khas dan Karakter Waktu
Selain itu, ditambahkan pula, bahwa waktu mempunyai ciri khas dan
karakteristik yang harus benar-benar diketahui dan disikapi dengan baik
yaitu:
1 .
Cepat berlalu2. Yang sudah berlalu tidak dapat kembali atau diubah lagi
3. Waktu merupakan anugerah yang dimiliki manusia
Dijelaskan bahwa cepatnya waktu berlalu, dari yang telah berlalu tak
mungkin dapat diubah lagi, maka waktu merupakan anugerah paling
mulia dan berharga yang dimiliki manusia. Kemulianya clisebabkan
karena waktu merupakan sarana produktifitas. Pada kenyataannya, waktu
Karakteristik waktu yang dijelaskan Dr. Yusuf Qardhawi (Al Waqtu ti f1ayatil
Muslim h. 8-'l 1) dalam buku Dr. Ing. Abdullah Ali Asy-Syarman (2006)
memberikan gambaran dalam karakteristik waktu, seperti berikut:
Yang telah berlalu tak mungkin kembali
[image:29.595.41.447.162.500.2]atau diubah
Gambar 2.3
Karakteristik Waktu
Anug
.
berh erah paling arQa yang'i manusia dimilil
セ@
WAKTU / / /LセセMc⦅・⦅ー⦅。⦅エ⦅h⦅。⦅「Mゥウセ⦅⦅⦅LL@
Beberapa ahli berpendapat bahwa waktu bersifat relatif hal ini didukung oleh
pendapat ahli fisika terpenting di abad ke-20, Albert Einstein. Lincoln Barnett,
dalam bukunya The Universe and Or. Einstein (Alam Semesta dan Dr.
Einstein), menulis (www.seputar Indonesia.com)
Bersamaan dengan menyingkirkan konsep ruang absolut, Einstein sekaligus
membuang konsep waktu absolut - aliran waktu universal yang tidak
berubah, mengalir terus-menerus dari masa lalu tak terhingga ke masa
depan yang tak terhingga. Sebagian besar ketidakjelasan yang meliputi Teori
Relativitas berasal dari keengganan manusia untuk menyaclari bahwa
pengertian waktu, seperti juga pengertian warna, adalah sebuah bentuk
yang mungkin, waktu juga hanyalah susunan kejadian-kejadian yang
mungkin. Subyektivitas waktu paling tepat dijelaskan dengan kata-kata
Einstein sendiri. "Pengalaman-pengalaman individu," katanya, "kita lihat
sebagai rangkaian berbagai kejadian; dalam rangkaian ini, kejadian tunggal
yang kita ingat terurut sesuai dengan kriteria 'lebih dulu' dan 'kemudian'. Oleh
karena itu setiap individu akan memiliki 'waktu-saya' atau waktu subyektif.
Waktu ini, dengan sendiri-nya, tidak dapat diukur. Saya, tentu saja dapat
menghubungkan angka-angka dengan kejadian-kejadian sedemikian rupa
sehingga angka terbesar melambangkan kejadian terkini dan bukan dengan
kejadian lebih awal.
Einstein sendiri menunjukkan, seperti yang dikutip dari buku Barnett: "ruang
dan waktu adalah bentuk-bentuk intuisi tidak terpisahkan dari kesadaran,
seperti halnya i<onsep warna, bentuk atau ukuran". Menurut Teori Relativitas
Umum: "eksistensi waktu tidak dapat dipisahkan dari urutan kejadian yang
kita gunakan untuk mengukurnya."
Karena waktu terdiri atas persepsi, maka waktu bergantung sepenuhnya
pada orang yang merasakannya. Karena itulah waktu bersifat relatif.
Kecepatan waktu mengalir akan berbeda berdasarkan acuan yang digunakan
untuk mengukurnya, karena tubuh manusia tidak memiliki jam alami yang
dapat menentukan secara tepat kecepatan waktu berjalan. Seperti yang
untuk rnelihatnya, tidak ada pula ukuran sesaat, sejarn atau sehari bila tak
ada kejadian untuk rnenandainya."
2.3
Persepsi
2.3.1 Pengertian Persepsi
Persepsi rnerupakan proses awal dari interaksi rnanusia dengan lingkungan
sekitarnya. Melalui persepsi, rnanusia rnenerirna inforrnasi dari dunia luar
untuk kernudian dirnasukkan dan diolah dalarn sistern pengolahan inforrnasi
dalarn otak. Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialarni
oleh setiap orang didalarn rnernaharni infonnasi tentang lin9kungan baik
rnelalui penglihatan, pendengaran, penerirnaan dan penghayatan perasaan .
lstilah perseps1 biasanya d1gunakan untuk rnengungkapkan tentang
pengalarnan terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialarni.
Dalarn karnus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah
pengaruh ataupun sebuah kesan o/eh benda yang sernata-rnata
rnenggunakan pengarnatan penginderaan. Persepsi ini di definisikan sebagai
proses yang rnenggabungkan dan rnengorganisasikan data-data indera kita
(i-ienginderaan) untuk dikernbangkan sedernikian rupa sehingga kita dapat
Setiap orang dapat mempersepsikan satu obyek yang sama secara berbeda,
sebab persepsi sangatlah subyektif. Persepsi bukanlah cerminan dari
realitas. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidakmampuan indra kita memberi
semua respon dari lingkungan. Manusia juga sering mempersepsikan
rangsang-rangsang yang sebenarnya tidak ada. Hal tersebut dibuktikan
dengan kemampuan otak kita untuk mengubah serangkaian gambar diam
menjadi bergerak seperti pemutaran film. Persepsi juga sangat dipengaruhi
oleh harapan, keinginan, dan motivasi (Davidoff:1981). Pen;;iaruh harapan
sangatlah dipengaruhi oleh kebiasaan, pengaiaman serta penilaian
seseorang terhadap obyek :ersebut.
Sehubungan dengan hal ini, banyak ahli di bidang psikologi sosial yang
condong untuk mendefinisikan persepsi sebagai: suatu prnses melekatkan
atau memberikan makna kepada informasi sensori yang diterima seseorang.
Persepsi merupakan kemampuan kognitif yang multifaset (Davidoff: 1981 ).
Persepsi banyak sekali melibatkan kegiatan kognitif. Semakin kita
memusatkan perhatian semakin besar kemungkinan kita menangkap makna
dari yari informasi yang diberikan, lalu dihubungkan dengan pengalaman dan
kemudian diingat kembali. Kesadaran juga berperan dalam persepsi. Saal
kita merasa sangat bahagia apa yang kita lihat akan menjadi indah, dan
sebaliknya pandangan yang sama af;an terlihat sangat membososankan.
pemberian informasi bagi interpretasi. Begitu pula dengan proses informasi,
kita dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan dihadapi
berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu, saat itu, lalu membuat
interpretasi dan evaluasi. Bahasa mempengaruhi kognisi sehingga
memberikan bentuk pada persepsi secara tidak langsung. Pengujian
hipotesis merupakan komponen pusat persepsi yang ュ・ョセQッャ。ィ@ informasi.
Artinya semakin banyak bukti yang kita dapat semakin baik hipotesis yang
kita buat (semakin benar).
Selain itu ada pula yang mengartikan, persepsi adalah pengalaman tentang
obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga diartikan
dengan memberikan makna pada stimuli inderawi (Rakhmat, 1994).
Dalam Atkinson (1983) juga disebutkan bahwa persepsi merupakan proses
dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam
lingkungan. Senada dengan itu, persepsi juga diartikan sebagai suatu proses
yang didahului stimulus yang diterima oleh indera yang kernudian
diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari apa yang
Chaplin (2002) menyebutkan bahwa persepsi merupakan proses mengetahui
atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera. Secara
umum persepsi diperlakukan sebagai variabel campur tangan (inteNening
variabel) yang bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar,
perangkat, keadaan psikis atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional.
Maka arti suatu obyek atau satu kejadian obyektif ditentukan baik oleh
kondisi perangsang maupun o/eh faktor organisms. Dengan alasan
sedemikian, persepsi mengenai dunia o/eh pribadi-pribadi yang berbeda juga
akan berbeda, karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan
aspek-aspek situasi tadi yang mengandung makna khusus sekali bagi
dirinya.
Proses pengenalan, penerjemahan, serta pengertian mengenai sega/a yang
ada disekeliling kita disebut dengan proses informasi. Tahap awal dari proses
informasi disebut sensasi, yaitu proses menerimaan stimulus melalui organ
indra yang dimiliki. Sensasi termasuk didalamnya proses pengindraan,
dimana indra menerima stimulus dari Juar, mata menerima stimulus cahaya,
gambar, telinga menerima sensor suara, kulit dapat merasakan yang ada
diluar tubuh, dan indra Jainnya. Tahap berikutnya dari proses informasi
adalah persepsi, yaitu organisas1 sensasi guna menciptakan kesadaran
[image:34.595.37.450.148.489.2]disekitar. Persepsi menentukan suatu bentuk penyajian yang akurat sesuai
[image:35.595.25.478.151.486.2]dengan pengindraan. (Goleman, 1982).
Gambar 2.4
Proses Persepsi
IMULUS
Penglihatan
Suara
Bau - - l o Indra
Penerima
イMMセN⦅エゥ⦅。ョ@
__,H
lnterpretasi:=J-
TanggapanRasa
Te:<ture
PERSEPSI
Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa apa yang dipersepsikan oleh
seseorang dengan orang lain dapat berbeda dalam pemaknaannya. Hal
tersebut disebabkan karena apa yang ada disekitar kita yang ditangkap oleh
panca indera tidak langsung diartikar sama dengan realitasnya. Pengertian
tersebut pada orang yang mempersepsikan, obyek yang dipersepsikan serta
situasi sekelilingnya. Berdasarkan persepsi atau pemberian arti dari apa yang
yang ditangkap oleh panca indera itulah maka seseorang melakukan aktivitas
atau melakukan sikap-sikap tertentu.
2.3.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Persepsi
Berdasark<m penjelasan yang te!ah diungkapkan, dapat terjadi perbedaan
seseorang dalam memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap
oleh panca inderanya. Menurut Robbins (2001 ), ada beberapa faktor yang
1) Orang yang melakukan persepsi
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang,
antara lain:
a. Sikap individu yang bersangkutan terhadap obyek persepsi
b. Motif atau keinginan yang belum terpenuhi yang ada dalam diri
seseorang akan berpengaruh terhadap persepsi yang dimunculkan
c. Interest (ketertarikan)
Fokus perhatian individu dipengaruhi oleh ketertarikan tentang
sesuatu. Hal ini menyebabkan obyek persepsi yang sama dapat
dipersepsikan berbeda oleh masing-masing individu.
d. Harapan
Harapan dapat menyebabkan distorsi terhadap obyek yang
dipersapsikan atau dengan kata lain seseorang akan
mempersepsikan suatu obyek atau kejadian sesuai dengan apa yang
diharapkan.
2) Target atau obyek persepsi
Karakteristik dari obyek yang dipersepsikan dapat mernpengaruhi apa
yang d1persepsikan. Rangsang obyek yang bergerak cliantara obyek
yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang obyek
yang paling besar diantara yang kecil, yang kontras dengan latar
yang dipersepsi baik itu karakteristik personal sikap ataupun tingkah
laku dapat berpengaruh terhadap orang yang mempersepsikan karena
manusia dapat saling mempengaruhi persepsi satu sama lain. Orang tua
yang berinteraksi dengan anaknya dengan penuh perhatian, hangat,
selalu antusias, dan sebagainya akan berpengaruh terhadap persepsi
anal< akan orang tuanya.
Morgan et.al, (dalam Fausiah, 2001) menjelaskan bahwa perbedaan individu
dapat menyebabkan perbedaan persepsi antara individu yang satu dan
lainnya. Hal-hal tersebut meliputi:
1. Pengalaman Belajar (Perceptual Learning)
Gibson (dalam Morgan et.al, 1986) menyatakan bahwa perceptual
learning adalah peningkatan dalam kemampuan menyerap
informasi dari lingkungan sebagai hasil pengalarnan atau latihan
dengan stirnulasi yang datang dari lingkungan.
2. Set
Set berarti ide yang rnungkin sudah "siap" dan "clisiapkan" untuk
input sensoris tertentu. Harapan atau set semacam ini bervariasi
pada masing-masing orang dan merupakan faktor yang penting
dalam seleksi input sensoris untuk menentukan fokus perhatian
maupun pengorganisasian input.
Motivasi serta kebutuhan mempengaruhi persepsi seseorang,
dimana seringkali seseorang memperhatikan atau
mengorganisasikan input sensoris tertentu yang sesuai dengan
kedua hal tersebut.
4_ Gaya Kognitif Perseptual
Gaya kognitif perceptual adalah perbedaan individu dalam tipe dan
karakteristik pengolahan informasi. Dimensi yang berkaitan di sini
adalah apakah persepsi (serta aspek lain dari perilaku dan
kepribadian) seseorang luwes atau kaku (klein, dalam Morgan et.
al. 1986) serta apakah seseorang mempersepsi sesuatu secara
global atau sebagian-sebagian (Wilkin dan Goodenough, dalam
Morgan et al. 1986).
2.3.3 Macam-macam Persepsi
Rakhmat (2005) membagi persepsi menjadi dua bagian besar, yaitu: persepsi
interpe.rsonal dan persepsi obyek. Persepsi interpersonal aclalah persepsi
pada manusia dan persepsi obyek adalah persepsi selain pada manusia.
Perbedaan antara kedua persepsi ini ada empat. Pertama, pada persepsi
obyek, stimulus ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-bencla fisik:
gelombang, cahaya, gelombang suara, temperatur, dan sebagainya; pada
persepsi interpersonal, stimuli sampai kepacla kita melalui lambang-lambang
obyek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu, kita tidak meneliti
sifat-sifat batiniah obyek itu; sedangkan pada persepsi interpersonal, kita
mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera kita. Kita tidak
hanya melihat perilakunya, kita juga melihat mengapa ia berperilaku seperti
ini. Ketiga, dalarn persepsi obyek, obyek tidak bereaksi kepada kita, clan kita
juga tidak mernberikan reaksi emosional padanya. Sedangkan dalam
persepsi interpersonal, faktor-faktor personal dan karakteristik orang yang
ditanggapi, serta hubungan anda dengan orang tersebut, menyebabkan
persepsi interpersonal sangat cenderung untuk keliru. Keempat, obyek relatif
menetap, sedangkan manusia selalu berubah-ubah; seclangkan persepsi
interpersonal menjadi mudah salah.
Dalam hal ini, persepsi yang akan d1tinjau dan cliperdalam adalah persepsi
waktu.
2.3.4 Pengertian Persepsi Waktu
Kant (1975) menyatnkan bahwa waktu merupakan salah satu bentuk
persepsi (a form of perception). Oleh sebab itu, waktu menjadi salah satu
obyek paling penting dalam psikologi. l\/lenurut Schiffman (1982), persepsi
waktu tampak seperti sesuatu yang aneh, karena variabelnya lebih pada
yang terlibat, serta tidak ada pula tanda-tanda langsung dan nyata yang
menjelaskan pengalaman subyektif tentang waktu.
Mukerjee dalam (Hassard, 1990) menyatakan bahwa waktu yang dianggap
nyata, kongkrit dan obyektif dalam kehidupan seseorang terkait dalam 2 hal.
Pertama dalam ritme berbagai proses kehidupan yang berhubungan dengan
lingkungan. Sedangkan yang kedua adalah ritme aktivitas kelompok dimana
orang tersebut turut beraktivitas dalam rangka adaptasi sosial. Graham
( dalam Time Use, 1996) menjelaskan pengaruh budaya terhadap persepsi
waktu dengan mengemukakan bahwa persepsi waktu diambil dari belive dan
standar kelompok.
Persepsi waktu yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengalaman
tentang obyek dan peristiwa, yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
2.4
Kerangka Berpikir
Program pendidikan (sekolah) adalah usaha untuk membantu individu
mengembc.ngkan potensi-potensinya. Sehingga seseorang secara individual
mampu mengarahkan dan mengontrol diri dalam tindakan yang diambilnya,
jika individu telah mengarahkan dan mengontrol diri dalam tindakan yang
diambilnya r.1aka, tindakannya menggambarkan suatu disiplin (Larry J
Koening, 2003). Perilaku disiplin merupakan suatu perilaku atau tindakan
yang sesuai dengan aturan yang berlaku, misalnya anak-·anak memakai
seragam secara lengkap atau datang tepat pada waktunya.
Penanaman disiplin bukanlah ha! yang mudah dalam dunia pendidikan,
terutama disiplin waktu, karena banyak faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk disiplin waktu, mulai dari faktor internal maupun eksternal. Contoh dari
faktor ekternal ini adalah kondisi jalan raya yang kian hari semakin macet
sampai pada figur orang tua yang menjadi model dalam bertingkah laku.
F aktor yang tidak kalah pentingnya adalah faktor yang terdapai dalam diri
individu sendiri (internal) yaitu bagaimana seseorang menghargai waktu atau
rnenilai waktu tersebut, istilah ini sering disebut persepsi waktu, yaitu
pengalaman tentang obyek dan peristiwa yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang berhubungan dengan
Kant menyatakan bahwa waktu merupakan salah satu bentuk persepsi (a
form of perception). maka waktu bergantung sepenuhnya pada orang yang
merasakannya. Karena itulah waktu bersifat relatif. Setiap individu atau
bangsa mempunyai pgndangan atau persepsi waktu yang berbeda-beda,
contohnya orang barat yang mempersepsikan waktu adalah komoditas yang
sangat berharga atau dengan kata lain "time is money", penghargaan waktu
Bagi mereka sangat tinggi sehingga tingkat disiplinnya tinggi. Sebaliknya bagi
orang lndones;a, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Levine,
menurut Levine dan Norenzayan Indonesia mempunyai pei-sepsi yang buruk
(lebih lambat) terhaaap waktu atau kurangnya penghargaan terhadap waktu.
Sehingga bis8 dilihat juga bahwa betapa banyak kasus-kasus pelanggaran
disiplin di Indonesia dan label "jam karet" sudah melekat pada budaya
Indonesia, hal ini juga didukung oleh pernyataan Draine dan Hall (1990:99)
yang cukup :nenonjol pada orang Indonesia adalah mengenai masalah
keterlambatan.
Walaupun menurut Levine (1997) tidak ada nilai yang baik dan buruk
terhadap persi:Jpsi waktu tapi hal tersebut juga akan mempengaruhi
seseorang dalam tindakan atau sikapnya mengenai waktu, dalam hal ini
Apabila persepsi waktu semakin buruk/lambat maka semakin rendah pula
intensi masuk tepat waktu. Apab1la persepsi waktu semakin baik (cepat)
Berikut ini adalah skema dari kerangka berpikir :
Sekolah
[
Siswa
⦅⦅⦅⦅⦅Lャセi@ sekolah tepat wakt::_j Aturan masuk
I
Persepsi Waktu • Negatif
• Positif
Apabila persepsi waktu
scn1akin ncgati
r
111akasen1akin renclah pula
intensi masuk tepat
waktu
Intensi masuk sekolah tepat waktu
Apabila persepsi waktu
scn1akin positif 111aka,
semakin tinggi intensi
masuk sekolah tepat
waktu
2.5 Hipotesis
a. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara persepsi waktu
dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta
BAB
3
l\/lETODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai metode penelitian,
mencakup, pendekatan penelitian, definisi operasional, variabel penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, prosedur uji instrumen
penelitian dan metode analisa data.
3.1
Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menampilkan
hasil berupa angka-angka. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional,
yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan
variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Pengukuran korelasional
digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan (Sevilla, et.al, 1993).
Alasan peneliti menggunakan penelitian korelasi, adalah karena penelitian ini
bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel, yaitu antara persepsi
waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu, jadi jenis penelitian yang
kea<iaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kountur, 2004 ). Alasan peneliti menggunakan metode ini ialah karena dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dideskriptifkan secara detail sehingga lebih mudah aipahami. Selain itu juga, metode deskriptif ini memiliki ciri-ciri : berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu, menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu dan variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidal< ada perlakuan (treatment), yang sesuai dengan tapik dalam penelitian ini.
3.2
Variabel Penelitian
Sutrisno Hadi, mendefinisikan variabel sebagai "gejala yang bervariasi atau
obyek penelitian yang bervariasi." Jadi variabel adalah obyek penelitian yang
menjadi perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu: variabel bebas
(independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Sevilla
(1993) mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yan9 mempengaruhi
atau mengakibatkan hasil, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau hasil dari penelitian. Dalam penelitian ini
variabel-variabelnya adalah :
1. Independent Variabel: Persepsi waktu
2. Dependent Variabel: lntensi masuk sekolah tepat waktu
3.2.1 Definisi Operasional \/ariabel
Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel
adalah sebagai berikut :
1. Persepsi waktu
Persepsi waktu adalah pen9alaman tentang obyek dan peristiwa
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, yan9 berkaitan dengan
2. lntensi masuk sekolah tepat waktu
lntensi adalah kemungkinan seseorang untuk menampilkan tingkah laku
tertentu seperti masuk sekolah tepat waktu. lntensi terdiri tiga komponen
yaitu sikap, norma subjektif, dan PBC.
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu subyek yang
merupakan perhatian peneliti (Kountur, 2004). Sedangkan menurut Kerlinger
(1973) populasi merupakan keseluruhan anggota, kejadian, atau
obyek-obyek yang telah ditetapkan dengan baik (dalam Sevilla, dkk, 1993).
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi MTsN 3 Pondok Pinang
Jakarata yang duduk dikelas 2, terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa
keseluruhan adalah 308 orang, yaitu 128 laki-laki dan 180 perempuan.
Peneliti rnengambil jenjang itu karena berdasarkan data yang didapat dari
MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta ban1'aknya pelanggaran yang terjadi yaitu
pada jenjang tersebut.
3.3.2 Sampel penelitian
Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang didapat dari
minimum yang ditawarkan oleh Gay bahwa untuk penelitian korelasi diambil
30 subyek atau lebih (Sevilla, dkk, 1993 ).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa--siswi MTsN 3
Pondok Pinang Jakarta yang duduk dikelas dua dan diambil secara random
sebanyak 60 orang. Peneliti mengambil sampel sebanyak 60 siswa karena
untuk menganalisis data penetapan sampel yang lebih besar untuk
mengurangi bias yang timbul dibandingkan dengan menggunakan sampel
dalam jumlah yang sedikit. Selain itu distribusi frekuensi dari data dengan
jumlah sampel besar dan tidak kurang dari 30 orang akan mendekati
penyebaran sampel.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan telmik simple random
sampling (sampling acak sederhana) di mana semua sampel yang termasuk
dalam populasi mempunyai hak untuk dijadikan anggota sampel
(Arikunto,2003). Dalam hal ini peneliti menggunakan sistem nomor undian,
dengan cara memberikan penomoran pada jumlah sampel yang sudah ada,
kemudian mencari peluangnya dengan sistem kocokan sesuai dengan jumlah
3.4.
lnstrumen Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan skala. Skala yang disajikan dalam bentuk tabel berisi pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan responden diminta untuk
memberikan tanda check list ('1) pada kolom atau tempat yang sesuai
(Arikunto, 2003) yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 angket yaitu skala persepsi waktu dengan model skal2 Likert, sedangkan angket yang kedua yaitu skala intensi masuk sekolah tepat waktu.
3.4.1 Skala persepsi waktu
Untuk penelitian kali ini peneliti menggunakan skala model Liker! untuk mengumpulkan data. Menurut Suryabrata (2000), Skala Model Likert disebut juga dengan metode summated rating. Skala ini tergolong skala untuk orang
dan pada rancangan dasarnya disusun untuk mengukur sikap. Sehubungan dengan pengukuran sikap, maka ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa sikap itu mempunyai obyek, obyek sikap, yaitu sesuatu yang menjadi sasaran sikap, dan kedua secara teori sikap itu digambarkan dalam satu kontinum dari negative, lewat daerah netral ke positif.
berusaha mengkombinasikannya dengan aspek yang berhubungan dengan
waktu.
Peneliti membuat skala berdasarkan aspek yang berhubungan dengan
persepsi terhadap waktu. Bobot nilai adalah STS, TS, S, dan SS. Pemilihan
ini berdasarkan efektivitas penggunaan skal model Likert yang disarankan
oleh Susianto (1992).
Ko de STS (sanaat setuiu)
TS (tidak setuiu)
S (setuiu)
SS (sanqat setuju)
Tabel 3.1. Bobot nilai
Favourable
1
2 3 4
Tabel 3.2.
Unfavourable
4 3 2
1
Blue Print Skala Persepsi Waktu (Try Out)
No. Item No. Item
No. Aspek
Favourable
'
Unfavourable
1. Pengalaman 2, 12, 22, 32, 1, 11, 21, 31,
42,52 4i,51
2. Tabiat atau kebiasaan 4, 14, 24, 34, 3, 13, 23, 33, 44, 54 43, 53
3. Harapan atau ekspektasi 6, 16, 26, 36, 5, 15, 25, 35, 46, 56 45, 55
[image:50.595.40.452.168.682.2]MMMMセM
48, 58 47, 57
+ ·
-5. Motivasi 10, 20, 30, 40, 9, 19, 29, 39,
50,60 49, 59
ᄋMᄋᄋセMMMMᄋセ@ MᄋMMᄋMMMᄋMMMᄋMMᄋMMMMᄋMᄋMᄋᄋセMᄋ@
Total 30 30
3.4.2 Skala untuk Mengukur lntensi
Bentuk ala! ukur intensi ini 'llengacu pada teori yang dikembangkan oleh
Fishbein & Ajzen (1975) yang terdiri sikap, nonna subyektif dan PBC. a. Skala untuk mengukur sikap masuk seko/ah tepat waktu terdiri dari
1. Behavior belief, yaitu kecenderungan bahwa tingkah laku akan
mengarah pada akibat positif atau negatif. Diukur dengan
menggunakan ska/a 4 point yakni 1 yang berarti sangat tidak
setuju sampai 4 yang berarti sangat setuju.
Contoh:
Saya /ebih percaya diri bi/a masuk sekolah tepat waktu
Sangat setuju 1 2 3 4 tidak setuju
2. Outcome evaluation, yaitu eva/uasi terhadap setiap akibat positif
atau negatif yang ditimbu/kan dari tingkah laku. Dalam item ini
digunakan ska/a bipolar yang berkisar antara 1, yang berarti
sangat tidak penting sampai 4 yang berarti sangat penting.
Menurut anda konsekuensi yang anda terima jika masuk sekolah tepat
waktu Saya lebih percaya diri
Sangat ba\k 1 2 3 4 sangat buruk
b. Skala untuk mengukur norrna subyektif terdiri dari :
1 . Normative belief, yaitu kecenderungan bahwa orang-orang
tertentu rnenginginkan individu untuk rnenarnpilkan tingkah laku
tertentu. Orang-orang yang pendapatnya rnernpengaruhi tingkah
laku subyek atau deikenal significant others. Normative belief
terhadap significant others diukur dengan skala bipolar dari
1
yang berarti sangat tidak menganjurkan sarnpai 4 sangat
menganjurkan masuk sekolah tepat waktu.
Contoh:
Teman dekat saya menganjurkan saya
sangat tidak .11enganjurkan 1 2 3 4 sangat menganjurkan
Umuk masuk sekolah tepat waktu.
2. Motivation to comply, yaitu kesediaan subyek untuk mematuhi
harapan dari significant others. Motivasi subyek untuk mematuhi
pendapat significant others bagi dirinya dalam rnasuk sekolah
tepat waktu, diukur dengan skala 1 yang berart1 tidak bersedia
sarnpai 4 yang berarti bersedia rnematuhi anjuran significant
others.
Kesediaan saya untuk mengikuti anjuran
Teman dekat tidak bersedia 1 2 3 4 bersedia
c. Skala untuk mengukur PBC (perceived behavioral control), terdiri dari:
1. Control belief (PBCB), yakni keberadaan sumber daya dan
kesempatan yang dibutuhkan untuk ditampilkannya tingkah laku.
Diukur dengan skala bipolar dari 1 yang berarti yang berarti
sangat tidak mungkin sampai 4 yang berarti sangat mungkin.
Contoh item Control Belief:
Keadaan lingkungan saya mendukung untuk masuk sekolah tepat
waktu
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 sangat setuju
Contoh item Perceived Power:
Keadaan lingkungan saya
Sangat tidak mungkin 1 2 3 4 sangat mungkin
Menghalangi saya untuk masuk sekolah tepat waktu
2. Perceived Behavior Control Direct (PBCD), yakni kontrol
langsung yang dimiliki subyek untuk menampilkan tingkah laku
tertentu. r:Jiukur dengan multi item seperti :
Kemungkinan saya mengendalikan keinginan masuk sekolah tepat
waktu
Sangat kecil 1 2 3 4 sangat besar
Sulit 1 2 3 4 mudah
Untuk mewujudkan keinginan saya untuk masuk sekolah tepat waktu saat ini
Sangat tidak mungkin 1 2 3 4 sangat mungkin
Tabel 3.3
Blue Print Skala lntensi Masuk Sekolah Tepat Waktu (Try Out)
N Aspek indikator Item jumlah
0
1 Sikap Tingkah laku yang 1,2,2,4,5 5
diyakini
___ _,_,, __ ᄋᄋMMMMMMMMMMMMᄋᄋᄋMᄋᄋMセMᄋ@ ---····--· MMMMMMセMMMMMMMMセ@ ---·--·-···-·
Outcomes 6,7,8,9,10 5
I
evaluation2 Normative Kelompok rujukan 11, 1,2, 13, 14, 5 belief y_?ng_ diyakin_i -··-·- 15
-·---···---.. ---· ·---··--- · ·
-Motivasi untuk 16,1,7,18,19, 5
menaikuti 20
-3 PBC PBCB (Perceived 21,22,23,24, 5
(Perceived Behavioral Control 25 Behavioral Belief)
Contron PBCD (Perceived 26,27,28,29, 5
Behavioral Control 30
Direct)
-セMMMMMM
4 inlensi 31 1
Total 31 31
3.5
Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
3.5.1 Teknik uji instrumen
[image:54.595.40.442.159.556.2]korelasi antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu
dan bagaimana arah hubungan antara variabel tersebut, yang ditentukan
sebesar 0,05 pada two tailed test.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik, yaitu:
a. Uji Validitas
Untuk memperoleh pengukuran yang valid dilakukan pengkorelasian skor
item dengan skor total. Bila korelasi antara skor item dengan skor total
menghasilkan korelasi yang rendah, maka item dinyatakan gugur atau
dimodifikasi, sedangkan bila korelasi yang didapat menghasilkan skor yang
tinggi maka it"'lm tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat
ukur.
Untuk menguji tingkat validitas, peneliti menggunakan uji korelasi product
moment. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output
SPSS 11,5. menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat
dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pernyataan.
rxy
=
Angka indeks korelasi product momentN
=
Jumlah sampelLXY
=
Jumlah asli perkalian antara X dan YLX = Jumlah seluruh skor X LY
=
Jumlah seluruh skor Yb. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
konstn .. k-konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu variabel
dan disusun dalam bentuk kuesioner. Selanjutnya hasil penelitian yang
reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yanQ berbeda.
Reliabilitas suatu konstruk veriabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach's alpha> dari 0.60.
Dalam penelitian ini menggunakan ukuran reliabilitas dengan Alpha
Cronbach sebagai berikut:
a
3.5.2 Uji hipotesis
Dalam penelitian deskriptif korelasional besar atau tingginya hubungan
antara variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Di dalam
penelitian deskriptif koefisien korelasi menerangkan sejauhmana dua lebih
variabel berkorelasi (Suharsimi Arikunto, 2000). Untuk menganalisis data
yang di perolel1 dan mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel
penelitian menggunakan teknik statistik Korelasi Product Moment dari
Pearson dengan セオュオウZ@
rxy = Angka indeks korelasi product moment N = Jumlah sampel
l:XY = Jumlah asli perkalian antara X dan Y IX = Jumlah seluruh skor X
"LY = Jumlah seluruh skor Y
Penghitungan statistik dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisas1
program SPSS versi 11,5 yang diinterpretasikan dengan mengacu pada tabel
koefisien Korelasi Product Moment dari Pearson. Jika hasil perhitungannya
lebih besar dari r label, maka korelasi dianggap signifikan dengan kata lain Ho
diterima clan Ha ditolak yaitu tidak ada hubungan antara persepsi waktu
Pinang Jakarta. Tetapi jika hasil perhitungannya lebih kecil dari r tabel maka
korelasi tidak signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan
antara persepsi waktu dengan intensi masuk sekolah tepat waktu siswa/siswi
BAB4
PRESENT ASI
&
AN ALIS IS HASIL
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai presentasi dan analisis
hasil terdiri dari gambaran umum responden, hasil penelitian utama, dan uji
hipotesis.
4.1 Presentasi Data Responden
4.1.1 Presentasi Data Responden Berdasarkan Jenis kQセャ。イョゥョ@
Berdasarkan jenis kelamin, sampel dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Kategori sampel berdasarkan jenis kelarnin
Jenis kelamin Frekuensi Persent· asH (%)
-Laki-laki 18 30
· - - - ·
-Perempuan 42 70
Total 60 10( )
Tabel 7 menunjukkan bahwa sampel penelitian ini berjumlah 60 orang, yang
[image:59.595.39.449.94.548.2]4.1.2 Presentasi Data Responden Berdasarkan Usia reセウーッョ、・ョ@
Gerdasarkan usia, sampel dalam penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Kategori sampel berdasarkan usia respo111den
usia Frekuensi Persentase (%)
-12 6 10
13 52 86,67
14 2 3,33
---" ᄋMセセMMMMMMᄋM --- - - --· .. ᄋMᄋMMMセMMMMM MMセMMM ----· · · - - - ·
Total 60 100
Mセᄋ@
--Tabel 7 menunjukkan bahwa sampel penelitian ini berjumlah 60 orang, yang
terdiri dari 6 orang berusia 12 tahun (10%), 52 orang berusia 13 tahun
(86,67%) dan 2 orang berusia 14 tahun (3,33%).
4.2. Hasil Uji Coba lnstrurnen Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 91
item dari dua skala yaitu skala Persepsi Waktu 60 item dan skala intensi
masuk sekolah tepat waktu 31 item. Uji instrumen diberikan pada 60
siswa-siswi MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta yang duduk dikelas dua. Adapun
[image:60.595.48.445.159.510.2]1. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total.
2. Mengetahui tingkat realibilita'l, instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
4.2.1 Hasil Uji Coba lnstrumen Persepsi Waktu
Hasil uji cooa terhadap 60 item dalam instrumen persepsi waktu, maka terdapat 37 item yang valid baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1 %, dan 23 item lainnya tidak valid. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien persepsi waktu sebesar 0,851. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini reliabel untuk digunakan, karena menurut Singarimbun dan Effendi (200El), suatu skala dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari O,GO.
Tabel 4.3
Blue Print Skala Persepsi Waktu
No. I
Unfavo
tern Jumlah
urable Item
Total 19
1, 11, 21 3,13,14, 33, 44
23,24,
25, 45
'.7,57 17,18,:2 9,10
1
8
4.2.2 Hasil uji coba instrumen intensi masuk sekolah tepat waktu 8
9
5
8
7
-37
Berdasarkan hasil uji coba terhadap 31 item dalam instrumen intensi masuk
sekolah tepat waktu, maka terdapat 21 item yang valid baik pada taraf
signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%, dan 10 item lainnya tidak
valid. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien intensi masuk sekolah
tepat waktu sebesar 0,835. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
instrumen penelitian ini reliabel untuk digunakan, karena menurut
Singarimbun dan Effendi (2006), suatu skala dikatakan reliabel jika nilai
Dalam penelitian item yang digunakan sebanyak 21 item untuk instrumen
intensi masuk sekolah tepat waktu. Adapun nomor-nornor item valid yang
digunakan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada label di bawah ini !
Tabel 4.4
Blue Prirt Skala lntensi Masuk Sekolah Tepat Waktu
N Aspek indikator Item jumlah
0
1 Sikap Tingkah laku yang 1,2,3,4,5 5
I
diyakini
-
-Outcomes 6,7,8,9,10 5
evaluation
2 Normative Kelompok rujukan 11,12,14 3
belief
.El
rig_cjjya kif1i. ·--·------···---·-··-- ----·-·----···-Motivasi untuk 16,19,20 3
>-- mengikuti ·
-3 PBC PBCB (Perceived 21,23 2
(Perceived Behavioral Control Behavioral Belief)
Contron PBCD (Perceived 28,29 2
Behavioral Control Direct)
4 intensi 31 1
.
Total 21 21
4.3
Uji
Persyaratan
4.3.1 Uji normalitas
Data-data berskala interval sebagai hasil suatu pengukuran pada umurnnya
mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak
[image:63.595.43.439.161.534.2]diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan
(Nurgiyantoro dkk, 2000). Dengan demikian, analisis statistik pertama yang
harus digunakan dalam rangka analisis data adalah uji asumsi statistik
berupa uji normalitas.
Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk menguji kebaikan sesuai (goodness of fit). Dalam
hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai
sam