SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2012
OLEH
FIKRI ILMI HUTRI TM 100502011
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2009-2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Penelitian ini menggunakan data sekunder berjumlah 17 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan regresi linear berganda, dengan tingkat signifikansi (α) 5%.
Hasil uji hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa variabel CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil uji hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel BOPO, NPL, EAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA sedangkan variabel CAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
ABSTRACT
Analysis of Factors Affecting on Financial Performance of Foreign Exchange Banks Listed in Indonesia Stock Exchange Period of Year 2009-2012
The purpose of this research is to investigate and analyze the effect of CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size on ROA of Foreign Exchange Banks listed in Indonesia Stock Exchange.
The research method uses descriptive analysis method and statistic analysis method. This research uses secondary data, there were 17 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Hypothesis testing is done by using double regresi linear, with significance level (α) 5%.
The results of the simultaneous hypothesis test indicate that the variable CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size influence on ROA. The results of the partial hypothesis test indicate that the variable BOPO, NPL, EAR has an influence on ROA but variable CAR, LAR, dan Firm Size hasn’t influence on ROA.
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 13
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank ... 13
2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank ... 14
2.1.3 Penggolongan Bank Berdasarkan Status ... 14
2.1.4 Laporan Keuangan ... 16
2.1.5 Return on Asset (ROA) ... 17
2.1.6 Capital Adequacy Ratio(CAR) ... 17
2.1.7 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ... 18
2.1.8Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 20
3.2 TempatdanWaktuPenelitian... 37
3.3 Definisi Operasional ... 38
3.4 PopulasidanSampel Penelitian ... 41
3.5JenisdanSumber Data ... 42
3.6MetodePengumpulan Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 50
4.2 Hasil Penelitian ... 70
4.3 Pembahasan ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92
5.1 Kesimpulan ... 92
5.2 Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 95
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2009-2012…….. 8
1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Terdahulu... 29
1.3 Daftar Sampel Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2009-2012………. 41
1.4 Daftar Bank yang Tidak Masuk Kriteria... 42
1.5 Statistik deskriptif variabel penelitian... 71
1.6 Hasil Uji Normalitas... 74
1.7 Hasil Uji Multikolinearitas... 77
1.8 Hasil Uji Autokorelasi... 78
1.9 Analisis Regresi Berganda... 79
1.10 Koefisien Determinasi... 82
1.11 Hasil Uji Statistik F... 83
DAFTAR GAMBAR
No. Tabel Judul Halaman
1.13 Kerangka Konseptual ... 35
1.14 Histogram ... 75
1.15 Normal P-Plot ... 75
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2009-2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Penelitian ini menggunakan data sekunder berjumlah 17 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan regresi linear berganda, dengan tingkat signifikansi (α) 5%.
Hasil uji hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa variabel CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil uji hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel BOPO, NPL, EAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA sedangkan variabel CAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
ABSTRACT
Analysis of Factors Affecting on Financial Performance of Foreign Exchange Banks Listed in Indonesia Stock Exchange Period of Year 2009-2012
The purpose of this research is to investigate and analyze the effect of CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size on ROA of Foreign Exchange Banks listed in Indonesia Stock Exchange.
The research method uses descriptive analysis method and statistic analysis method. This research uses secondary data, there were 17 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Hypothesis testing is done by using double regresi linear, with significance level (α) 5%.
The results of the simultaneous hypothesis test indicate that the variable CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size influence on ROA. The results of the partial hypothesis test indicate that the variable BOPO, NPL, EAR has an influence on ROA but variable CAR, LAR, dan Firm Size hasn’t influence on ROA.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 tentang Perubahan
Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan yang menjelaskan bahwa
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kreditdan
atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Perbankan dunia khususnya yang berada di Eropa mengalami penurunan
rating atau downgrade, namun perbankan di Indonesia justru mengalami hal
yangsebaliknya. Baik itu perbankan milik pemerintah maupun perbankan swasta,
hingga semester I di tahun2012 ini perbankan Indonesia mencatatkan kinerja yang
baik dengan mayoritas laba yang mengalami kenaikan.Banyak pihak
mengungkapkan bahwa laba bersih perbankan yang mengalami kenaikan tersebut
didukung oleh laju perekonomian Indonesia yang melesat di saat negara-negara
lainnya mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi global yang tak kunjung
selesai.Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia di triwulan II tahun 2012 mencapai angka 6,4 persen. Angka
ini meningkat dari 6,3 persen dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012. Angka
ini tercatat di luar dugaan. Hal inidikarenakanbanyak pihak yang memperkirakan
pada tingkat 6,1 persen.Menurut pengamat ekonomi Damayanti (2012)
pertumbuhan perekonomian yang meningkat ini didukung oleh faktor konsumsi
domestik masyarakat Indonesia yang cenderung kuat. Dengan adanya konsumsi
domestik yang kuat menyebabkan berlangsungnya kegiatan ekonomi. Sehingga
perbankan di Indonesia pun memiliki ruang untuk dapat memperkuat laju
pertumbuhan kinerjanya
Menurut Joyosumarto, direktur utama Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia (2011) menyatakan bahwa krisis ekonomi global dan Eropa
kemungkinan akan berdampak kecil terhadap Indonesia, termasuk dari sisi
perbankan yang ada di Indonesia yang saat ini relatif baik. Hal ini dikarenakan
eksposur perdagangan Indonesia ke kawasan Eropa tidak terlalu besar. Hal ini
juga ditandakan dengan terus membaiknya indikator perbankan seperti rasio
kecukupan modal dan kualitas kredit
Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa stabilitas sistem perbankan hingga
saat ini tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang semakin membaik,
meskipun sempat terjadi gejolak di pasar keuangan akibat pengaruh ekonomi
global.Sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8,0 persen dan terjaganya
rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan Gross) di bawah 5,0 persen
Bank dituntut untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi
menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan
jasa-jasa lainnya (Kasmir, 2011:2).
Dalam mempertahankan dan memperkuat laju pertumbuhan kinerjanya
tersebut, perbankan harus menanamkan sikap waspada dan prinsip kehati-hatian
mengingat kondisi perekonomian global yang akan terjadi dimasa yang akan
datang dihadapkan pada faktor ketidakpastian. Faktor ketidakpastian inilah yang
mendorong munculnya berbagai tingkat risiko dalam penanganan krisis yang
terjadi di perbankan yang ada diseluruh dunia seperti krisis keuangan yang terjadi
di Amerika Serikat pada tahun 2008 yang kemudian menyebar ke zona Eropa.
Evaluasi terhadap kinerja bank sangat diperlukan dalam menjaga kondisi
bank yang berkinerja bagus dan sehat. Karna perbankan merupakan salah satu
bagian yang sangat vital dalam menjamin keberhasilan pembangunan ekonomi
yang ada disuatu negara dalam pencapaian tujuan nasional yang berkaitan dengan
peningkatan dan pemerataan taraf hidup masyarakat sebagai penunjang
berjalannya roda perekonomian.
Evaluasi kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank
secara keseluruhan. Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan
gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut
aspek keuangan, pemasaran, penghimpun dan penyaluran dana, teknologi maupun
sumber daya manusia. Kinerja keuangan bank dapat diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas. Penilaian aspek penghimpunan
dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan
bank berguna untukmengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam
memenuhi kewajibannya kepada para deposan (Abdullah, 2005:120).
Melakukan penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting bagi perusahaan, tak terkecuali perbankan. Ukuran untuk
melakukan penilaian kinerja keuangan perbankan telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR
tanggal 30 April 1997 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.30.277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang tata cara penilaian kesehatan
bank umum.
Menurut SK Direksi Bank Indonesia No.30/2/UPPB 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, bahwa tingkat kesehatan bank
dinilai dengan pendekatan CAMEL dengan mengukur kualitas faktor permodalan,
kualitas aktiva produktif, manajemen rentabilitas dan likuiditas.
Penilaian kesehatan bank bertujuan untuk menentukan apakah bank
tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga
Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan
arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan
dihentikan kegiatan operasinya (Kasmir, 2008:49).
Laporan keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, handal dan dapat
diperbandingkan. Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa laporan keuangan tidak
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Walaupun demikian,
dalam beberapa hal bank perlu menyediakan informasi non keuangan yang
mempunyai pengaruh keuangan di masa depan (Pedoman Akuntansi Perbankan
Indonesia, 2008).
Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi Bank Pemerintah,
Bank Umum Swasta Nasional Devisa, Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa,
Bank Pembangunan Daerah, Bank Campuran, dan Bank Asing. Penelitian ini
memilih Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebagai obyek penelitian. Alasan
pemilihan Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebagai obyek penelitian
dikarenakan status Bank Umum Swasta Nasional Devisa merupakan bank yang
sudah memperoleh izin dari Bank Indonesia (BI) yang dapat melaksanakan
transaksi keluar negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, berbeda dengan bank non devisa yang hanya bisa melakukan
transaksi masih dalam batas-batas negara (Kasmir, 2008:20).
Salah satu indikator dalam menilai kinerja perbankan adalah melalui
penilaianReturn On Asset (ROA) yang digunakan untuk mengukur profitabilitas
bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank diukur dengan asset yang dananya
sebagian besar dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2009:119).
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset
Athanasoglou et. al (2005) mendefinisikan karakteristik spesifik bank
sebagai faktor-faktor yang berasal dari kondisi internal perusahaan atau bank (the
firm internal condition)yang dapat dilihat dari neraca dan laporan rugi laba bank.
Faktor dari karakteristik spesifik bank untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
kinerja perbankan dapat menggunakan ukuran bank (size) dan rasio-rasio
keuangan.Kinerja keuangan bank berdasarkan karakteristik spesifik perbankan
yang diambil darirasio keuangan bank, antara lain CapitalAdequacy Ratio (CAR),
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan
(NPL), Equity to Total Asset Ratio (EAR), Loan to Asset Ratio (LAR) dan
menggunakan Firm Size (ukuran perusahaan).
Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Dendawijaya (2005:121)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan sebagai suatu proporsi
tertentu dari total aktiva tertimbang.Rasio ini menunjukkan besarnya kecukupan
modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko
seperti risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Apabila modal bank
semakin besar maka kemampuan bank dalam memperoleh laba juga semakin
besar, sehingga hubungan antara ROA dan CAR adalah positif.
Rasio Biaya Operasi Pendapatan Operasi(BOPO) adalah kelompok rasio
yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan
jalur membandingkan satu terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119). Rasio ini
pengukuran tingkat effisiensi operasional, semakin tinggi rasio BOPO
menunjukkan buruknya kemampuan bank dalam hal effisiensi kegiatan
operasional. Dalam hal ini antara ROA dan BOPO memperlihatkan hubungan
yang negatif.
Non Performing Loan (NPL) menurut Surat Edaran BI No.3/30DPNP
tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14, merupakan perbandingan antarakredit
bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. NPL yangtinggi akan
memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadapkerugian bank. Semakin tinggi
rasio ini maka akan semakin burukkualitas kredit bank tersebut, sehingga
menyebabkan jumlah kredit bermasalah yangsemakin besar, dan bank harus
menanggungkerugian dalam kegiatanoperasionalnya sehingga berpengaruh
terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh oleh bank (Kasmir, 2004).
Equity to Total Asset Ratio (EAR) merupakan indikator financial yang
digunakan untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas
kelangsungan usaha dari bank. rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri
yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan (Primasari, 2013).
Modal sangat berpengaruh dalam menjaga kepercayaan masyarakat, karena modal
dapat melindungi para nasabah jika bank mengalami kerugian.Jika proporsi modal
bank semakin tinggi, maka ini menandakan bahwa si pemilik modal memiliki
motivasi yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Tapi jika proporsi modal yang
relatif rendah menandakan si pemilik modal merasa tidak terlalu dirugikan apabila
Loan to Asset Ratio (LAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki
(Abdullah, 2003:126). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit
yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank.
Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset
yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar
(Dendawijaya, 2005:117).
Firm Size (ukuran perusahaan) menurut Widjadja (2009) adalah suatu
ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total
penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total. Jika suatu perusahaan memiliki
total aktiva yang besar, hal ini menandakan perusahaan tersebut mampu dalam
menyalurkan kredit yang besar pula sehingga akan menghasilkan laba yang besar.
Sehingga antara Firm Size dan ROA mengalami hubungan yang positif.
Berikut ini merupakan hasilrata-rata data empiris mengenai rasio keuangan
ROA, CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (ukuran perusahaan) periode
2009-2012 yang telah diolah menjadi rata-rata tahunan.
Tabel 1.1
Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode 2009-2012
Rasio Tahun
2009 2010 2011 2012
ROA 1,92% 2,03% 2,17% 2,14%
CAR 17,64% 16,57% 14,39% 15,61%
BOPO 90,32% 81,87% 81,40% 80,13%
NPL 2,15% 1,68% 1,38% 1,30%
EAR 11,07% 11,23% 10,88% 11,01%
Dari Tabel 1.1 diketahui bahwa rasio keuangan yang dihitung dari rasio
Return on Asset (ROA) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan
rata-rata ROA yang tidak konsisten. Dilihat dari perhitungan rata-rata ROA dari
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, rata-rata ROA mengalami kenaikan.
Rata-rata ROA pada tahun 2009 adalah sebesar 1,92% naik menjadi 2,03% pada tahun
2010 dan kembali naik pada tahun 2011 sebesar 2,17%. Sedangkan pada tahun
2011 menuju tahun 2012, rata-rata ROA mengalami penurunan sebesar 2,14%.
Capital Adequacy Ratio (CAR) pada tahun 2009-2012 pada Tabel 1.1
menunjukkan bahwa nilai CAR mengalami penurunan kinerja dari tahun
2009-2011 dan mengalami kenaikan kinerja menuju tahun 2012. Hal ini berbanding
terbalik dengan banyaknya teori yang mengatakan bahwa antara ROA dan CAR
memiliki hubungan yang positif, disaat ROA mengalami kenaikan maka CAR
juga mengalami kenaikan.
Berdasarkan teori dan fenomena masalah mengenai tidak konsistennya
pengaruh yang ditimbulkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL),
Equity to Asset Ratio (EAR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Firm Size terhadap
variabel Return on Asset (ROA) sebagaimana telah dijabarkan diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dibidang kinerja keuangan dengan
judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian masalah penelitian yang ada maka dapat disusun pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on
Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun
2009-2012 ?
2. Bagaimana pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa pada tahun 2009-2012 ?
3. Bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return on
Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun
2009-2012 ?
4. Bagaimana pengaruh Equity to Total Asset Ratio (EAR) terhadap Return
on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun
2009-2012 ?
5. Bagaimana pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR) terhadap Return on Asset
(ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2009-2012?
6. Bagaimana pengaruh Firm Size (ukuran perusahaan) terhadap Return on
Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisispengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2012.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Non Performing Loan
(NPL) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Equity to Total Asset Ratio
(EAR) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR)
terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Firm Size (ukuran
perusahaan) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manajemen Perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wacana dalam
pengambilan keputusan sebagai dasar untuk meningkatkan laba
perusahaan pada periode selanjutnya.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan bagi akademisi khususnya yang berhubungan dengan
manajemen keuangan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
mendukung penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang
berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan dibidang perbankan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank
Pengertian bank terdapat pada pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
yang menjelaskan bahwa Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Booklet
Perbankan 2012).
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktifitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai
bank tidak terlepas dari masalah keuangan (Kasmir, 2008, 25).
Menurut G.M Verryn Stuart “ Bank is a company who satisfied other
people by giving a credit with the money they accept as a gambleto the other,
eventhough the should supply the new money “ (Bank adalah badan usaha yang
berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan
mengeluarkan uang kertas atau uang logam).
Dengan demikian kegiatan bank yaitu mengumpulkan uang dari
masyarakat yang mempunyai kelebihan uang dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat yang kekurangan uang dalam bentuk kredit dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank
Pada dasarnya tugas pokok bank menurut Undang-Undang RI No.19 tahun
1998 adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara
stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup orang banyak.
Sedangkan fungsi bank pada umumnya adalah (Siamat, 2005:276):
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi
2. Menciptakan uang
3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat
4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.
2.1.3 Penggolongan bank berdasarkan status
Adapun jenis perbankan yang ditinjau berdasarkan status antara lain
(Kasmir, 2008:20):
1. Bank Devisa, yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
dan pembayaran letter of credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk
menjadi Bank Devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
2. Bank Non Devisa, yaitu bank yang memperoleh izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, namun tidak dapat melaksanakan transaksi
seperti halnya bank devisa.
Hal yang sama juga diuraikan pengertian Bank Devisa oleh Taswan (2006)
bahwa Bank Devisa merupakan bank yang yang memperoleh izin dari Bank
Indonesia (BI) untuk menjual, menyimpan, dan membeli devisa serta
menyelenggarakan lalu lintas pembayaran luar negeri atau yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan. Sedangkan Bank Non Devisa hanya
bisa melakukan transaksi masih dalam batas-batas negara.
Persyaratan Bank Umum Non Devisa menjadi Bank Umum Devisa adalah
sebagai berikut (Booklet Perbankan Indonesia 2011):
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) minimum dalam bulan terakhir 8%.
2. Tingkat kesehatan bank selama 24 bulan terakhir berturut-turut tergolong
sehat.
3. Modal disetor minimal Rp. 150 miliar.
4. Bank telah melakukan persiapan untuk melaksanakan kegiatan sebagai
Bank Umum Devisa meliputi: organisasi, sumber daya manusia, pedoman
2.1.4 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan beberapa lembar kertas dengan
angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset
nyata yang mendasari angka-angka tersebut (Brigham dan Houston, 2006:44).
Secara umum, tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah
sebagai berikut (Kasmir, 2004:240):
1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis
aktiva yang dimiliki.
2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis
kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis
modal bank waktu tertentu.
4. Memberikan informasi keuangan tentang hasil usaha yang tercermin dari
jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank
tersebut.
5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang
dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode
tertentu.
6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.
7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode
2.1.5 Return on Asset (ROA)
ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan. Dendawijaya (2009:118) menjelaskan bahwa rasio ROA digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari
segi penggunaan aset. Dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (2004) kriteria yang
dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar
(anchor bank) memiliki rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%.
2.1.6 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung dan menghasilkan risiko,
misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan banktersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva
produktif yang berisiko. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23./DPNP
tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1a, rasio CAR dapat dirumuskan sebagai
perbandingan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko modal
bank adalah total modal yang berasal dari bank yang terdiri dari modal inti dan
modal pelengkap. Modal inti yaitu modal milik sendiri yang diperoleh dari modal
disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham,
berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap,
cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasa, dan pinjaman
subordinasi. Sedangkan ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca
dengan ATMR administratif.
Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya
CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8%. Angka tersebut merupakan
penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional berdasarkan Standar
Bank for International Settlement (BIS).
2.1.7 Biaya Operasional Pendapatan Operasional
Biaya operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha bank yang dirinci sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:111):
1. Biaya bunga, adalah semua biaya atas dana-dana yang berasal dari Bank
Indonesia, bank-bank lain , dan pihak ketiga bukan bank.
2. Biaya valuta asing lainnya, adalah ssemua biaya yang dikeluarkan bank
untuk berbagai transaksi devisa.
3. Biaya tenaga kerja, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan bank untuk
membiayai pegawainya.
4. Penyusutan, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan
benda-benda tetap dan inventaris.
5. Biaya lainnya, seperti premi asuransi/jaminan kredit, sewa gedung kantor/
Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang merupakan
hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar diterima. Pendapatan
bunga terdiri dari (Dendawijaya, 2005:111):
1. Hasil bunga, adalah pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan
maupun dari penanaman yang dilakukan bank seperti giro, simpanan
berjangka, obligasi, dan surat pengakuan utang lainnya.
2. Provisi dan komisi, adalah pendapatan yang diterima oleh bank dari
berbagai kegiatan yang dilakukan bank, seperti provisi kredit, komisi
pembelian, dan lain-lain.
3. Pendapatan valuta asing lainnya, adalah keuntungan yang diperoleh bank
dari berbagai transaksi devisa.
4. Pendapatan lainnya, adalah hasil langsung dari kegiatan operasional
lainnya yang tidak termasuk dalam rekening pendapatan diatas, misalnya
dividen yang diterima dari saham yang dimiliki.
Rasio BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan
efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu
terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119). Rasio biaya operasional adalah
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank
adalah menghimpun dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, maka
biaya dan pendapatan yang mendominasi pada bank adalah biaya bunga dan hasil
meningkatkatn produktivitas perusahaan, menekan biaya, sehingga menghasilkan
output yang maksimal dan akan mempengaruhi laba (Koch, 2003:112).
Kriteria nilai kredit BOPO dapat dihitung sebagai berikut (Harmono,
2009:120):
1. Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0.
2. Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio BOPO adalah 5%.
2.1.8 Non Performing Loan (NPL)
Pengertian NPL menurut Siamat (2004:174) menyatakan bahwa salah satu
faktor penyebab runtuhnya kondisi suatu bank yaitu adanya NPL yang melebihi
batas kewajaran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. NPL timbul karena tidak
kembalinya dana yang diberikan dalam bentuk kredit tepat pada waktunya.
NPL biasa disebut dengan kredit bermasalah.
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001
Lampiran 14 menyatakan bahwarasio NPL dapat diukur melalui perbandingan
antarakredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Semakin tinggi rasio
ini mengindikasikan akan buruknya kualitas kredit akan bank tersebut. Hal ini
menandakan bahwa bankakan mengalamikerugian dalam menjalani kegiatan
operasionalnya danberpengaruh terhadap perolehan laba (ROA) yang diperoleh
Menurut Dendawijaya (2005:82) implikasi bagi pihak bank akibat dari
timbulnya kredit bermasalah dapat berupa:
1. Hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan (income)dari kredit
yang diberikan, sehingga akan mengurangi perolehan laba dan
berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.
2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR
(Bad Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan
terjadinya situasi yang memburuk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif
yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada
akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akansangat
berpengaruh terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio).
4. Return on Asset (ROA) mengalami penurunan.
5. Sebagai akibat komplikasi butir 2,3, dan 4 di atasyaitu akan
menurunkan nilai tingkat kesehatan bank berdasarkanperhitungan
menurut metode CAMEL.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa risiko kredit berkaitan
dengankemungkinan kegagalan dalam membayar kewajiban atau risiko
dimanadebitur tidak dapat melunasi hutangnya. Oleh karena itu, besarnya nilai
NPL menandakan akan besarnya risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank
dan mempengaruhi laba yang akan di peroleh oleh bank. Sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mengenai besarnya NPL yang baik
2.1.9 Equity to Total Asset Ratio (EAR)
Equity to Total Assets Ratio adalah indikator finansial yang digunakan
untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas kelangsungan usaha
dari bank yang bersangkutan. Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang
digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan.
Menurut Ambarriani (2003) semakin tinggi proporsi modal sendiri maka
akan semakin tinggi pula keterikatan atau motivasi pemilik atas kelangsungan
usaha banknya, sehingga akan semakin tinggi peranan pemilik dalam
mempengaruhi manajemen peningkatan kinerja atau efisiensi banknya secara
lebih profesional. Sebaliknya, proporsi modal sendiri yang relatif rendah akan
menyebabkan pemilik tidak merasa terlalu dirugikan apabila banknya pailit atau
bangkrut.
Secara teoritis dikatakan bahwa semakin tinggi nilai EAR, maka akan
semakin baik anggaran bankdalam membelanjakan investasinya sehingga
kemampuan bank dalam meningkatkan labanya menjadisemakin optimal
(Menurut Berger dalam Hendrayanti dan Muharram, 2013).
2.1.10 Loan to Asset Ratio (LAR)
Loan to Asset Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki
(Abdullah, 2003:126). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit
yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank.
yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar
(Dendawijaya, 2005:117).
2.1.11 Firm Size(ukuran perusahaan)
Firm size menurut Widjadja (2009) adalah suatu ukuran yang
menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan,
rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar yang
memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar.
Ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara firm
size(ukuran perusahaan) dan tingkat keuntungan (Kusuma,2005) antara lain:
1. Teori teknologi: yang menekankan pada modal fisik, economies of scale,
dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran
perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas.
2. Teori organisasi: menjelaskan hubungan profitabilitas dengan firm
size(ukuran perusahaan) yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi,
didalamnya terdapat teori critical resources.
3. Teori institusional: mengkaitkan firm size(ukuran perusahaan) dengan
faktor-faktor seperti perundang-undangan, peraturan anti trust,
perlindungan paten, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Putra pada tahun 2011 dengan judul
analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan lembagaPerbankan
pada Bank Swasta Nasional periode 2006-2009 dengan menggunakan analisis
(NIM) dan Loans to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap Return On Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL) dan Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap Return On Asset (ROA), sedangkan variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap
Return on Asset (ROA). Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa
variabel NIM, LDR, NPL dan BOPO memberikan pengaruh terbesar terhadap
Return On Assets (ROA).
Penelitian yang dilakukan oleh Primasari pada tahun 2013 dengan judul
Pengaruh Karakteristik Bank dan Rasio Keuangan terhadap Profitabilitas pada
Bank Umum yang Berkinerja Positif di Indonesia periode 2007-2011dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwavariabel ukuran perusahaan (size), Loan to Asset Ratio (LAR), Loan to
Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM) Deposit to Total Asset Ratio
(DAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA).
Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non
Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
Return on Asset (ROA). Sedangkan variabel Equity to Total Asset Ratio (EAR)
memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA).
Penelitian yang dilakukan oleh Sakul pada tahun 2012 dengan judul
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return on Asset (ROA) pada Bank Swasta
Ratio (LDR) tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhdap Return on Asset
(ROA). Variabel Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap Return on Asset (ROA).Sedangkan Variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return on
Asset (ROA).Kemampuan prediksi dari ketiga variabel tersebut terhadap ROA
dalam penelitian ini sebesar 61,6%, sedangkan sisanya 38,4% dipengarui oleh
faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Arimi pada tahun 2012 dengan judul
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank pada Bank Umum
yang Listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2010 dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menunjukkan bahwa
Capital Adequncy Ratio (CAR) dan Loans to Deposit Ratio (LDR) memiliki
pengaruh positif tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA), Non
Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM) memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap Return On Asset (ROA), dan Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional(BOPO) memiliki pengaruh signifikan terhadap Return
On Asset (ROA).
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti tahun 2012 dengan judul
Analisis Pengaruh CAR, LDR, BOPO, dan KAP terhadap Kinerja Perbankan
antara Bank Devisa dan Non devisa Periode 2007-2011 dengan menggunakan
analisis deskriptif dan linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
memiliki berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan. Variabel Loan to
Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan pada kinerja Bank Devisa.
Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perbankan. Hasil dari pengujian Chow Test menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa periode 2007-2011.
Penelitian yang dilakukan oleh Adyani tahun 2011 dengan judul penelitian
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA) pada Bank
Umum Syari’ah yang terdapat di BEI periode Desember 2005 sampai September
2010, menggunakan analisis linear berganda menunjukkan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) danFinancing to Deposit Ratio(FDR) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan hasil
koefisien determinasi menunjukkan bahwa korelasi antara profitabilitas bank
dengan empat variabel bebas sebesar 45,2%. Dan hasil dari penelitian secara
parsial (Uji T) menyatakan bahwa variabel CAR (Capital Adequacy Ratio) dan
Financing to Deposit Ratio(FDR) tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
profitabilitas (ROA) bank. Dan variabelNon Performing Financing(NPF) dan
Biaya Operasional Pendapatan Operasional(BOPO) berpengaruh negatif
signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Guna pada tahun 2013 dengan judul
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan pada Bank
2006-menunjukan bahwa variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap ROA. Sedangkan secara parsial, variabel BOPO dan NIM berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Kemudian variabel CAR, NPL, LDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Nilai koefisien determinasi (Adjusted
R2) model regresi sebesar 97,3%. Hal ini berarti variabel independen dapat
menjelaskan ROA sebesar 97,3%, sisanya 2,7% dijelaskan oleh variabellain
yang tidak dianalisis dalam peneltian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia dan Mawardipada tahun 2012
dengan judul penelitianAnalisis Pengaruh BOPO, EAR, LAR Dan Firm Size
Terhadap Kinerja Keuangan (Studi kasus pada Bank Umum Konvensional yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011), menggunakan analisis
linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Firm Size, Loan to Asset Ratio
(LAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA).
Sedangkan variabel Equity to Total Asset Ratio (EAR) memiliki pengaruh negatif
tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA).
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrayanti dan Muharrampada tahun
2013 dengan judul penelitianAnalisis Pengaruh Faktor Internal dan
EksternalTerhadap Profitabilitas Perbankan(Studi pada Bank Umum di Indonesia
PeriodeJanuari 2003-Februari 2012), menggunakan analisis linear berganda. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Equity to Total Asset Ratio (EAR)
dan Firm Size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset
Asset Ratio (LAR), dan Votality ofROA memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan Economic Growth dan Inflation
memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA).
Penelitian Arimi dan Mahfud pada tahun 2012 dengan judul Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan (studi pada Bank
Umum yang listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010). Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Return On
Asset (ROA), sedangkan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap Return On Asset (ROA), variabel Net Interest Margin (NIM)
berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA), dan BOPO
berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Penelitian yang dilakukan oleh Sukarno dan Syaicupada tahun 2006
dengan judul penelitianAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank
Umum di Indonesia, menggunakan analisis linear berganda. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit
Ratio (LDR) memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap Return on Asset
(ROA). Variabel Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh positif tidak
signifikan. Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan variabel Debt to
Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Return
Penelitian yang dilakukan oleh Akram pada tahun 2012 dengan judul
penelitian Financial Performance of Palestinian Commercial Banks,
menggunakan analisis linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Bank size dan Asset Management memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA.
Sedangkan, Credit Risk dan Operational Efficiency memiliki pengaruh yang
negatif terhadap ROA.
Tabel 2.1
Deskripsi Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel Sampel Uji
Nama Judul Variabel Sampel Uji (Studi pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-Devisa dan Non 2007-Devisa Periode 2007-2011) Syariah yang Terdaftar di BEI Periode Desember (Studi Kasus pada Bank Umum Milik Negara (Persero)
2006-Nama Judul Variabel Sampel Uji
(Studi kasus pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-Bank Umum di Indonesia
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka teoritis atau konsep adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan antara satu teori dengan teori lainnya. Sehingga masalah
yang diteliti menjadi jelas penyelesaiannya (Ginting dan Situmorang, 2008:97).
Kegunaan kerangka konseptual adalah untuk mendesain hipotesis dan pengukuran
untuk menguji hipotesis atau bahkan mungkin akan menciptakan konsep baru
untuk menyatakan pemikiran peneliti.
Salah satu indikator dalam menilai kinerja perbankan adalah melalui
penilaian Return On Asset (ROA). ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas
bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank, diukur dengan asset yang dananya
sebagian besar dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2009:119).
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset
Athanasoglou et. al (2005) mendefinisikan karakteristik spesifik bank
sebagai faktor-faktor yang berasal dari kondisi internal perusahaan atau bank (the
firm internal condition) yang dapat dilihat dari neraca dan laporan rugi laba bank.
Faktor dari karakteristik spesifik bank untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
kinerja perbankan dapat menggunakan ukuran bank (size) dan rasio-rasio
keuangan.
Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Dendrawijaya (2005:121)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan sebagai suatu proporsi
tertentu dari total aktiva tertimbang. Apabila modal bank semakin besar maka
kemampuan bank dalam memperoleh laba juga semakin besar.
Rasio Biaya Operasi Pendapatan Operasi (BOPO) adalah kelompok rasio
yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan
jalur membandingkan satu terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119). Semakin
tinggi rasio BOPO menunjukkan buruknya kemampuan bank dalam hal effisiensi
kegiatan operasional dan mengurangi perolehan laba.
Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu faktor penyebab
runtuhnya kondisi suatu bank yaitu adanya NPL yang melebihi batas kewajaran
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. NPL timbul karena tidak kembalinya dana
yang diberikan dalam bentuk kredit tepat pada waktunya. NPL biasa disebut
dengan kredit bermasalah (Siamat, 2004:174). Non Performing Loan (NPL)
menurut Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14,
diberikan. NPL yangtinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi
terhadap kerugian bank.
Equity to Total Asset Ratio (EAR) merupakan indikator financial yang
digunakan untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas
kelangsungan usaha dari bank. rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri
yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan (Primasari, 2013).
Loan to Asset Ratio (LAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki
(Abdullah, 2003:126). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit
yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki
bank.Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah
aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin besar (Dendawijaya,
2005:117).
Firm Size (ukuran perusahaan) menurut Widjadja (2009) adalah suatu
ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan
memiliki total aktiva yang besar, hal ini menandakan perusahaan tersebut mampu
dalam menyalurkan kredit yang besar pula sehingga akan menghasilkan laba yang
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka model kerangka konseptual yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian,karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono: 2005:51). Firm Size(X6)
Capital Adequacy Ratio
(CAR) (X1)
Biaya operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) (X2)
Non Performing Loan
(NPL)(X3)
Equity to Total Asset Ratio
(EAR) (X4 )
Loan to Asset Ratio (LAR) (X5 )
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukakan diatas maka
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO), Non Performing Loan (NPL), Equity to Total Asset Ratio (EAR),
Loan to Asset Ratio (LAR), Firm Size secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA).
2. Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasioanal Pendapatan Operasional
(BOPO), Non Performing Loan (NPL), Equity to Total Asset Ratio (EAR),
Loan to Asset Ratio (LAR), Firm Size secara parsial berpengaruh signifikan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada skripsi ini adalah Explanatory Research, merupakan
penyelidikan kausalitas dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap
akibat yang terjadi, dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi
penyebabnya, melalui data tertentu (Ginting dan Situmorang, 2008:56). Dalam hal
ini terdapat variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi, terdapat
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas sering disebut sebagai variabel
independen stimulus, input, prediktor, dan antecedent. Sedangkan variabel terikat
disebut variabel dependen yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya
variabel independen.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terangkum
di website Bursa Efek Indoonesia website masing-masing
Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang
diteliti dalam penelitian ini adalahsebanyak 17 bank yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia(BEI). Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2013 sampai
3.3 Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini membahas tentang kinerja Bank Umum Swasta
Nasional Devisa yang terangkum di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012
dengan pengukuran tingkat keuntungan bank di proksikan dengan rasio
rentabilitas yaitu Return on Asset (ROA) sebagai variabel dependen.
1. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan
dari segi penggunaan aset (Dendawijaya,2009:118).
3.3.2 Variabel Independen
Variabel independen dari penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang
dibuat oleh bank serta dilaporkan secara berkala ke Bank Indonesia dan
dipublikasikan. Adapun rasio keuangan yang menjadi variabel independen dalam
penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari lima aspek yaitu: CAR,
BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (ukuran perusahaan).
��� =Laba Bersih
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang harus
dipertahankan sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang
(Dendrawijaya, 2005:121).
2. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan
antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan
untukmengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya (Dendrawijaya, 2005:111).
3.Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) merupakan perbandingan antara kredit
bermasalah terhadap total kredit yang diberikan (Surat Edaran BI No.3/30DPNP
tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14).
��� = Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko× 100%
����= Biaya Beban Operasional
Pendapatan Operasional × 100
���=Kredit Bermasalah
4.Equity to Asset Ratio (EAR)
Equity to Total Asset Ratio (EAR) merupakan indikator financial yang
digunakan untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas
kelangsungan usaha dari bank. Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri
yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan (Ambarriani, 2013).
5.Loan to Asset Ratio (LAR)
Loan to Asset Ratio (LAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah asset yang dimiliki
(Abdullah, 2003:126).
6.Firm Size (ukuran perusahaan)
Firm Size adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu
perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total
aktiva. Pada umumnya perusahaan yang besar mampu menghasilkan laba yang
besar (Widjadja, 2009).
��� =Total Ekuitas
Total Asset × 100%
��� = Total Kredit yang Diberikan
Total Asset × 100%
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Swasta Nasional
Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2012 sebagai
target populasi sebanyak 20 bank, namun terdapat kriteria bank yang akan
dijadikan sampel, sehingga bank yang akan dijadikan sampel adalah sebanyak 17
bank, kriteria yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang menerbitkan laporan keuangan
pada tahun 2009-2012 dan terdaftar di BEI.
2. Laporan keuangan merupakan laporan dengan periode tahunan (berakhir 31
Desember).
3. Laporan yang diterbitkan memperlihatkan laporan tahunan yang positif
dalam periode 2009-2012.
Tabel 3.1
Daftar Sampel Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode 2009-2012
No. Bank Kode
1 PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk INPC
2 PT Bank Bukopin, Tbk BBKP
3 PT Bank Bumi Arta, Tbk BNBA
4 PT Bank Central Asia, Tbk BBCA
5 PT Bank CIMB Niaga, Tbk BNGA
6 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk BDMN
7 PT Bank Ekonomi Raharja, Tbk BAEK
8 PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk SDRA 9 PT Bank Mayapada Internasional, Tbk MAYA
10 PT Bank Mega, Tbk MEGA
11 PT Bank Mutiara, Tbk BCIC
12 PT Bank Nusantara Parahyangan, Tbk BBNP
No. Bank Kode
Daftar Bank Umum Swasta Nasional Devisa
Periode 2009-2012 yang Tidak Termasuk Kriteria Penelitian
NO Bank Tahun
1 PT Bank ICB Bumiputera, Tbk 2011 √ Laporan Keuangan
TahunanNegatif
2 PT Bank Internasional Indonesia, Tbk 2009 √ Laporan Keuangan
TahunanNegatif
3 PT QNB Kesawan, Tbk 2012 √ Laporan Keuangan
TahunanNegatif
3.5 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
perbankan di Indonesia dengan periode yang berakhir 31 Desember dengan tahun
penelitian 2009-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.6 Metode Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka
Mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap permasalahan yang
akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur dan bahan
2. Studi Dokumenter
Pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan
periode 2009-2011 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan websit
3.7 Teknik Analisis
Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai
dasar yang obyektif didalam proses pembuatan proses pembuatan keputusan,
kebijaksanaan dalam rangka memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan.
Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang
objektif, dan didasarkan atas data yang baik (Situmorang dan Lufti, 2012:1).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya
menggunakan metode standar yang dibantu dengan program Statistical Package
Social Sciences (SPSS) versi 19. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linear berganda, dimana analisis ini digunakan untuk
menguji pengaruh CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (ukuran
perusahaan) terhadap kinerja keuangan (ROA) perusahaan perbankan go public
yang terdaftar di BEI. Sebelum analisis regresi linear dilakukan, maka dilakukan
dulu pengujian dengan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi
yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak
3.7.1 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas tujuannya adalah ingin mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi
data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai
pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak
melenceng ke kiri atau melenceng ke kanan. Dengan adanya tes normalitas
maka hasil penelitian bisa digeneralisasikan pada populasi. Uji ini bisa
dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan histogram,
pendekatan grafik, pendekatan kolmogrov-smirnov (Situmorang dan Lufti,
2012:100).
2. Uji Heteroskedastisitas
Analisis regresi bertujuan untuk melihat seberapa besar peranan variabel
bebas terhadap variabel terikat. Dalam setiap persamaan regresi pasti
memunculkan residu. Residu, yaitu variabel-variaabel lain yang terlibat
akan tetapi tidak termuat di dalam model sehingga residu adalah variabel
tidak diketahui sehingga diasumsikan bersifat acak. Karena diasumsikan
acak, maka besarnya residu tidak terkait dengan besarnya nilai prediksi.
Jika data residu tidak bersifat acak maka data bisa dikatakan terkena
heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah group
homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi
heteroskedastisitas. Alat untuk menguji heteroskedastistas bisa dibagi dua,
yakni dengan alat analisis grafik atau dengan analisis residual yang berupa
statistik (Situmorang dan Lufti, 2012:107).
3. Uji Multikolinearitas
Interpensi dari persamaan regresi ganda secara implisit bergantung pada
asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak
saling berkorelasi. Koefisien-koefisien regresi biasanya diinterpretasikan
sebagai ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya
naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap.
Namun, interpretasi ini menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan
linear antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance
value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF) (Situmorang dan Lufti,
2012:133).
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t denga kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas
sari suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada
data times series. Karena gangguan pada satu data cenderung mengganggu
3.7.2 Regresi Linear Berganda (Multiple Regression)
Analisis regresi digunakan bila kita ingin mengetahui bagaimana variabel
dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau
predikator, secara individual. Dampak dari analisis penggunaan analisis regresi
dapat digunakan untuk memutuskan apakah menaikkan atau menurunkan variabel
independen, atau untuk meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan
dengan meningkatkan variabel independen dan sebaliknya.
Hubungan fungsi antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu
variabel independen dapat dilakukan dengan analisis regresi linear berganda,
dimana kinerja bank (ROA) sebagai variabel dependent sedangkan variabel
independennya adalah CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size.
Persamaan Mulitiple Regresion yang digunakan adalah:
Y = a + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4+ β5 X5+ β6 X6 + e
Keterangan :
Y = Return on Asset (ROA)
a = Konstanta
β1 = Koefisien Regresi Variabel CAR
β2 = Koefisien Regresi Variabel BOPO
β3 = Koefisien Regresi Variabel NPL
β4 = Koefisien Regresi Variabel EAR
β5 = Koefisien Regresi Variabel LAR
X2 = BOPO
X3 = NPL
X4 = EAR
X5 = LAR
X6 = Firm Size
e = error
3.7.2 Pengujian Hipotesis
1. Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien Determinasi (R2 atau R Square) dilakukan untuk mendeteksi
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.
2. Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian ini dilakukan secara bersama-sama (sumultan) apakah variabel
bebas (CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size) berpengaruh secara
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan
hipotesis sebagai berkut:
a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0
Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama(simultan) antara CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, Firm Size
(ukuran perusahaan) terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional
Devisadi BEI.
b. H0 : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ b5≠ b6≠ 0
Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
(simultan) antara CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, Firm Size (ukuran
perusahaan) terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa di
BEI.
c. Pada penelitian ini thitung dan ttabel akan dibandingkan dengan α = 5%
(0,05).
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
a. Ha ditolak (Ho diterima) jika Fhitung≤ Ftabelpada α = 5% .
b. Ha diterima (Ho ditolak) jika Fhitung≥Ftabelpada α = 5%.
3. Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial)
Uji statistik t dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (CAR, BOPO,
NPL, EAR, LAR, dan Firm Size) apakah mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat (ROA) secara parsial (Situmorang dan