KULIAH KULIAH
Filasafat Pendidikan Filasafat Pendidikan
Perubahan Lingkungan Fisik dan
Kependudukan
Perubahan : • Sosial Budaya
• Ekonomi dan Budaya
Masyarakat
Bangsa Indonesia KONSTITUSI RRI (UUD-45)
1. Kurikulum 2. Metodologi 3. Fasilitas 4. Tenaga
Kependidikan 5. Peserta Didik 6. Administrasi
Pendidikan 7. Teknologi
Pendidikan 8. Dll
SISTEM
PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT
PENDIDIKAN
Perubahan
Internal/Globalisasi
Force-Meyer :
• Penerangan • Bencana Alam
MANUSIA BARU
INDONESIA
KONSTITUSI, FILSAFAT PENDIDIKAN
KONSTITUSI, FILSAFAT PENDIDIKAN
DAN SISTEM PENDIDIKAN
DAN SISTEM PENDIDIKAN
INDONESIA
INDONESIA
A.A.
Latar Belakang Pemikiran
Latar Belakang Pemikiran
1.
1.
Sebelum RI berdiri bangsa Indonesia.Belum perna
Sebelum RI berdiri bangsa Indonesia.Belum perna
h
h
mengalami tatanan
mengalami tatanan
kenegaraan
kenegaraan
yang demokratis,
yang demokratis,
karena itu
karena itu
2.
2.
Menetapkaan misi utama :
Menetapkaan misi utama :
“
“
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”
(suatu
(suatu
misi yang tidak terdapat pada UUD negara lain)
misi yang tidak terdapat pada UUD negara lain)
3.
3.
Perlu transformasi budaya dari :
Perlu transformasi budaya dari :
“
“
Masyarakat tradisional-feodal
Masyarakat tradisional-feodal
kemasyarakatan moderen demokratis”
kemasyarakatan moderen demokratis”
(peristiwa politis & budaya)
Bung Karno :
Bung Karno :
“ A Summing up
“ A Summing up
of many revolution in one
of many revolution in one
generation”
generation”
Wahana utamanya adalah :
Wahana utamanya adalah :
PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH) PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH) SEPERTI DITEMPU OLEH :
SEPERTI DITEMPU OLEH :
1.
1. THOMAS JEFFERSON & A. LINCOLNTHOMAS JEFFERSON & A. LINCOLN (USA) (USA) 2.
2. OTTO VON BISMARK (JERMAN)OTTO VON BISMARK (JERMAN) 3.
3. MEIJI (RESTORASI JEPANG)MEIJI (RESTORASI JEPANG)
MEREKA BERPEGANG PADA : MEREKA BERPEGANG PADA :
“
“BUILD NATION , BUILD SCHOOL”BUILD NATION , BUILD SCHOOL” , “NATION AND , “NATION AND CHARACTER BUILDING”
KEMUDIAN DIIKUTI OLEH
KEMUDIAN DIIKUTI OLEH
:
:
1.
1.
MAHATIR MUHAMMAD (MALAYSIA)
MAHATIR MUHAMMAD (MALAYSIA)
2.2.
PARK CHUNG HEE (KOREA SELATAN)
PARK CHUNG HEE (KOREA SELATAN)
3.3.
DEN XIAO PING (CINA)
DEN XIAO PING (CINA)
KARENA ITU PARA PENDIRI RI MENDUDUKAN
KARENA ITU PARA PENDIRI RI MENDUDUKAN
MASALAH PENDIDIKAN DALAM SATU BAB
MASALAH PENDIDIKAN DALAM SATU BAB
TERSENDIRI DALAM UUD-45 DAN
TERSENDIRI DALAM UUD-45 DAN
MENETAPKAN :
MENETAPKAN :
“
“
KEWAJIBAN PEMERINTAH MENGUSAHAKAN
KEWAJIBAN PEMERINTAH MENGUSAHAKAN
DAN MENYELENGGARAKAN SATU
DAN MENYELENGGARAKAN SATU
SISTEM
SISTEM
PENGAJARAN NASIONAL”
PENGAJARAN NASIONAL”
BAGAIMANA AMANAT
BAGAIMANA AMANAT
UUD-45 DILAKSANAKAN
UUD-45 DILAKSANAKAN
?
?
A.
A.
PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG
PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG
PENDIDIKAN YANG DIANUT UU NO.
PENDIDIKAN YANG DIANUT UU NO.
20/2003
20/2003
B.
B.
BEBERAPA KETENTUAN YANG TIDAK
BEBERAPA KETENTUAN YANG TIDAK
KONSISTEN DENGAN UUD-45
KONSISTEN DENGAN UUD-45
C.
C.
DAMPAK DARI BERBAGAI
DAMPAK DARI BERBAGAI
INKONSISTENSI
PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG
PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG
PENDIDIKAN YANG DIANUT UU
PENDIDIKAN YANG DIANUT UU
SISDIKNAS
SISDIKNAS
NO. 20 TAHUN 2003 DAN
NO. 20 TAHUN 2003 DAN
MAKNANYA
MAKNANYA
1.
1.
Hakekat pendidikan,
Hakekat pendidikan,
2.
2.
Dasar pendidikan nasional,
Dasar pendidikan nasional,
3.
3.
Tentang fungsi dan tujuan
Tentang fungsi dan tujuan
pendidikan nasional,
pendidikan nasional,
4.
4.
Prinsip
Prinsip
-prinsip
-prinsip
penyelengaraan pendidikan
penyelengaraan pendidikan
5.
AKTIPNYA PESERTA DIDIK EDUCARE =
AKTIPNYA PESERTA DIDIK EDUCARE =
UNFOLDING
UNFOLDING
MEMEKARKAN POTENSI
MEMEKARKAN POTENSI
TIDAK MENGENAL UJIAN NASIONAL
TIDAK MENGENAL UJIAN NASIONAL
(UN)
UUD-45 :
UUD-45 :
PASAL 2 :
PASAL 2 :
TERWUJUDNYA NEGARA
TERWUJUDNYA NEGARA
KEBANGSAAN
KEBANGSAAN
,
,
NEGARA KESEJAHTERAAN,
NEGARA KESEJAHTERAAN,
DAN NEGARA DEMOKRASI
DAN NEGARA DEMOKRASI
PASAL 3 : MENCERDASKAN
PASAL 3 : MENCERDASKAN
KEHIDUPAN
KEHIDUPAN
BERKEMBANGNYA KEMAMPUAN
BERKEMBANGNYA KEMAMPUAN
WATAK
WATAK
BERKEMB.
BERKEMB.
POTENSI
POTENSI
PERADABAN
PERADABAN
PESERTA
PESERTA
DIDIK
DIDIK
BERMARTABAT
BERMARTABAT
MANUSIA Y
MANUSIA Y
G
G
UTUH
PROSES PEMBUDAYAAN
PROSES PEMBUDAYAAN
LONG LIFE
LONG LIFE
EDUCATION
EDUCATION
PASAL 5 : HAK MEMPEROLEH
PASAL 5 : HAK MEMPEROLEH
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
YANG
YANG
BERMUTU
BERMUTU
1.
1.
HAKEKAT PENDIDIKAN
HAKEKAT PENDIDIKAN
2.
2.
DASAR PENDIDIKAN
DASAR PENDIDIKAN
SISDIKNAS
SISDIKNAS
3.
3.
FUNGSI PENDIDIKAN DAN
FUNGSI PENDIDIKAN DAN
TUJUANPENDIDIKAN
TUJUANPENDIDIKAN
4.
4.
PRINSIP PENYELESAIAN
PRINSIP PENYELESAIAN
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
5.
5.
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA
DAN NEGARA
DAN NEGARA
Prof. Soedijarto :
Prof. Soedijarto :
KETENTUAN YANG TIDAK SELARAS DENGAN
KETENTUAN YANG TIDAK SELARAS DENGAN
KETENTUAN DASAR YANG TERTUANG DALAM
KETENTUAN DASAR YANG TERTUANG DALAM
UUD 1945 DAN UU NO.20 TAHUN 2001
UUD 1945 DAN UU NO.20 TAHUN 2001
UU No. 20 Tahun 2003 sesuai dengan ketentuan
UU No. 20 Tahun 2003 sesuai dengan ketentuan
pasal 2 menetapkan bahwa pendidikan nasional
pasal 2 menetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan pancasila d
berdasarkan pancasila d
alam
alam
UUD 1945 ini berarti
UUD 1945 ini berarti
bahwa filosofi dan ketentuan yang terkandung
bahwa filosofi dan ketentuan yang terkandung
dan tertulis dalam pancasila (pembukaan UUD
dan tertulis dalam pancasila (pembukaan UUD
1945) dan UUD 1945 akan sepenuhnya
1945) dan UUD 1945 akan sepenuhnya
diterjemahkan dan segera dijadikan panduan
diterjemahkan dan segera dijadikan panduan
dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Untuk itu marilah kita telaah beberapa
Untuk itu marilah kita telaah beberapa
ketentuan yang dalam pandangan penulis tidak
ketentuan yang dalam pandangan penulis tidak
selaras, bahkan bertentangan dengan Pancasila
selaras, bahkan bertentangan dengan Pancasila
UUD 1945 sesuai dengan amanat pembukaan UUD
UUD 1945 sesuai dengan amanat pembukaan UUD
1945 alinea ke-4 yang tertulis :
1945 alinea ke-4 yang tertulis :
“
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan
melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunian yang berdasarkan
ketertiban dunian yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah Kemerdekaan
sosial, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam susunan Negara Republik Indonesia yang
dalam susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha sa, Kemanusiaan yang adil
Ketuhanan Yang Maha sa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
Penekanan
tentang
“Pemerintah
Negara
Penekanan
tentang
“Pemerintah
Negara
Indonesia” bermisi “melindungi segenap bangsa
Indonesia” bermisi “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”, juga
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”, juga
rumusan sila ke lima dari pancasila yang tertulis
rumusan sila ke lima dari pancasila yang tertulis
“serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
“serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”, jelaslah bahwa
seluruh rakyat Indonesia”, jelaslah bahwa
menurut UUD 1945 Negara Republik Indonesia
menurut UUD 1945 Negara Republik Indonesia
adalah “Negara Kesejahteraan (Welfare State)”
adalah “Negara Kesejahteraan (Welfare State)”
suatu Negara yang pemerintahannya, Jerman,
suatu Negara yang pemerintahannya, Jerman,
Negara Belanda dan Swedia bertanggung jawab
Negara Belanda dan Swedia bertanggung jawab
membiayai
sepenuhnya
penyelenggaraan
membiayai
sepenuhnya
penyelenggaraan
pendidikan nasional. Karena itu pula UUD 1945
pendidikan nasional. Karena itu pula UUD 1945
pasal 31 ayat (2) (sebelum amandemen)
pasal 31 ayat (2) (sebelum amandemen)
menegaskan “pemerintah mengusahakan dan
menegaskan “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pengajaran
menyelenggarakan suatu sistem pengajaran
nasional”,
yang
melalui
amendemen
ke-4
nasional”,
yang
melalui
amendemen
ke-4
dipertegas lagi menjadi 5 ayat yang tertulis :
Pasal 31
Pasal 31 (1)
(1)Setiap warga Negara berhak mendapatkan Setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan
pendidikan (2)
(2)Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya
dasar dan pemerintah wajib membiayainya (3)
(3)Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
suatu sistem pendidikan nasional, yang
suatu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang
bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang (4)
(4)Negara memprioritaskan anggaran pendidikan Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (5)
(5)Pemerintah memajukan Ilmu Pengetahuan dan Pemerintah memajukan Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
Tekhnologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan dan
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan dan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Dari ketentuan tersebut secara tersurat dan
Dari ketentuan tersebut secara tersurat dan
tersirat pemetintah lah yang bertanggung jawab
tersirat pemetintah lah yang bertanggung jawab
membiayai
penyelenggaraan
pendidikan
membiayai
penyelenggaraan
pendidikan
nasional dan UUD 1945 tidak mengenal
nasional dan UUD 1945 tidak mengenal
ketentuan tentang tanggung jawab warga
ketentuan tentang tanggung jawab warga
Negara, masyarakat, atau peserta didik. Karena
Negara, masyarakat, atau peserta didik. Karena
dalam Negara kesejahteraan masyarakat warga
dalam Negara kesejahteraan masyarakat warga
Negara adalah pembayar pajak. Melalui
Negara adalah pembayar pajak. Melalui
penerimaan uang dari masyarakat melalui pajak
penerimaan uang dari masyarakat melalui pajak
itulah pemerintah membiayai pendidikan. Kalau
itulah pemerintah membiayai pendidikan. Kalau
di Negara Belanda baik Negeri maupun Swasta
di Negara Belanda baik Negeri maupun Swasta
pendidikan dibiayai pemerintah. Tetapi ironisnya
pendidikan dibiayai pemerintah. Tetapi ironisnya
dalam UU No. 20 Tahun 2003 banyak ketentuan
dalam UU No. 20 Tahun 2003 banyak ketentuan
yang menetapkan tanggung jawab Warga
yang menetapkan tanggung jawab Warga
Negara, orang tua, masyarakat bahkan peserta
Negara, orang tua, masyarakat bahkan peserta
didik dalam pembiayaan pendidikan seperti
didik dalam pembiayaan pendidikan seperti
UU No. 20 Tahun 2003
UU No. 20 Tahun 2003
1) Pasal 6 ayat (2)
1) Pasal 6 ayat (2)
“
“Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan”.
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan”.
Ketentuan ini tidak jelas apa maknanya, apa berarti Ketentuan ini tidak jelas apa maknanya, apa berarti bila penyelenggaraan pendidikan tidak berlangsung bila penyelenggaraan pendidikan tidak berlangsung dengan baik yang bertanggung jawab warga
dengan baik yang bertanggung jawab warga negara?
negara?
2) Pasal 7 ayat (2)
2) Pasal 7 ayat (2)
“
“Orang tua dari anak wajib belajar, berkewajiban Orang tua dari anak wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”. memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”. Apakah ini berarti bahwa setiap orang tua
Apakah ini berarti bahwa setiap orang tua
3) Pasal 9 tertulis :
3) Pasal 9 tertulis :
Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan
Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan
sumber daya dalam penyelengaraan pendidikan.
sumber daya dalam penyelengaraan pendidikan.
Sekali lagi walaupun UUD 1945 menetapkan
Sekali lagi walaupun UUD 1945 menetapkan
pemerintah bertanggung jawab membiayai
pemerintah bertanggung jawab membiayai
penyelenggaraan pendidikan dasar dan pemerintah
penyelenggaraan pendidikan dasar dan pemerintah
bertanggung jawab
bertanggung jawab “mengusahakan dan “mengusahakan dan menyelenggrakan satu sistem pendidikan menyelenggrakan satu sistem pendidikan nasional”
nasional”, tetapi UU No. 20 Tahun 2003 nampaknya , tetapi UU No. 20 Tahun 2003 nampaknya sebagai pewaris paradigma Orde baru menekankan
sebagai pewaris paradigma Orde baru menekankan
tentang tanggung jawab masyarakat dalam
tentang tanggung jawab masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan.
penyelenggaraan pendidikan.
4) Pasal 12 ayat (2)
4) Pasal 12 ayat (2)
“
“Setiap peserta didik berkewajiban ikut Setiap peserta didik berkewajiban ikut
menanggung biaya penyelenggarakan pendidikan”. menanggung biaya penyelenggarakan pendidikan”.
Sekali lagi ini terang-terangan bertentangan
Sekali lagi ini terang-terangan bertentangan
dengan paradigma Negara kesejahteraan dan
dengan paradigma Negara kesejahteraan dan
secara langsung untuk peserta didik pada jenjang
secara langsung untuk peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar ini bertentangan dengan
pendidikan dasar ini bertentangan dengan
ketentuan pasal 31 ayat (2) yang tertulis :
ketentuan pasal 31 ayat (2) yang tertulis :
“
“Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
5)
5) Pasal 46 ayat (1) tentang tangguang jawab pendanaan, Pasal 46 ayat (1) tentang tangguang jawab pendanaan, tertulis :
tertulis :
“
“Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat”.
antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat”.
Ketentuan ini jelas-jelas bertentangan dengan ketentuan Ketentuan ini jelas-jelas bertentangan dengan ketentuan yang tertulis dalam pasal 31 ayat (2), ayat (3), maupun ayat yang tertulis dalam pasal 31 ayat (2), ayat (3), maupun ayat
(4). (4).
Dari lima ketentuan yang dikutip ini jelas bahwa UU No. 20 Dari lima ketentuan yang dikutip ini jelas bahwa UU No. 20 tahub 2003 tentang Sisdiknas yang sesuai dengan pasal 2 tahub 2003 tentang Sisdiknas yang sesuai dengan pasal 2 berdasarkan pancasila dan UUD1945 dalam lima ketentuan berdasarkan pancasila dan UUD1945 dalam lima ketentuan tersebut jelas bertentang dengan hakekat Negara Republik tersebut jelas bertentang dengan hakekat Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesejahteraan dan ketentuan Indonesia sebagai Negara Kesejahteraan dan ketentuan pasal 31 UUD 1945 yang telah secara lengkap dikutip di atas pasal 31 UUD 1945 yang telah secara lengkap dikutip di atas
Yang lebih menarik, terkait dengan pembiayaan pendidikan, Yang lebih menarik, terkait dengan pembiayaan pendidikan, UU No.20 Tahun 2003 tidak ada indikasi secara nyata untuk UU No.20 Tahun 2003 tidak ada indikasi secara nyata untuk menterjemahkan ketentuan pasal 31 ayat (2), yang menterjemahkan ketentuan pasal 31 ayat (2), yang
jelas-jelas tertulis
jelas tertulis “dan “dan pemerintah pemerintah bertanggung bertanggung jawabjawab membiayainya”
membiayainya” melainkan menggunakan istilah hibah melainkan menggunakan istilah hibah seperti tertulis dalam pasal 49 ayat (3) dan (4)
Selanjutnya dipandang dari sudut pandang negara
Selanjutnya dipandang dari sudut pandang negara
Indonesia sebagai Negara kebangsaan, baca
Indonesia sebagai Negara kebangsaan, baca
pembukaan UUD 1945, istilah kebangsaan ditulis
pembukaan UUD 1945, istilah kebangsaan ditulis
berkali-kali :
berkali-kali :
a)a)
Hak segala bangsa
Hak segala bangsa
b)b)
Berkehidupan kebangsaan yang bebas
Berkehidupan kebangsaan yang bebas
c)c)
Melindungi segenap bangsa
Melindungi segenap bangsa
d)d)
Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
e)e)
Kemerdekaan kebangsaan Indonesia.
Kemerdekaan kebangsaan Indonesia.
Dari kata-kata yang tertulis tersebut jelaslah bahwa
Dari kata-kata yang tertulis tersebut jelaslah bahwa
yang kita bangun adalah “Negara kebangsaan (A
yang kita bangun adalah “Negara kebangsaan (A
nation state)”. Karena itu pasal 31 menegaskan
nation state)”. Karena itu pasal 31 menegaskan
tentang kewajiban pemerintah menyelenggarakan
tentang kewajiban pemerintah menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional. Ironisnya UU yang
satu sistem pendidikan nasional. Ironisnya UU yang
ditetapkan untuk melaksanakan satu pendidikan
ditetapkan untuk melaksanakan satu pendidikan
nasional menetapkan kewajiban seperti yang tertulis
nasional menetapkan kewajiban seperti yang tertulis
pada pasal 50 ayat (3) “Pemerintah dan pemerintah
pada pasal 50 ayat (3) “Pemerintah dan pemerintah
daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu
daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu
satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan
satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan
untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
yang bertaraf Internasional”.
Ketentuan ini hakekatnya memandang bahwa sesuatu
Ketentuan ini hakekatnya memandang bahwa sesuatu
yang bersifat nasional itu lebih rendah dari pada
yang bersifat nasional itu lebih rendah dari pada
“Internasional”. Di samping itu di dalam
“Internasional”. Di samping itu di dalam
pelaksanaannya sekolah yang bertaraf Internasioanal
pelaksanaannya sekolah yang bertaraf Internasioanal
berorientasi kepada kurikulum non Indonesia dan
berorientasi kepada kurikulum non Indonesia dan
menggunakan bahasa Internasional, yang terakhir ini
menggunakan bahasa Internasional, yang terakhir ini
hakekatnya mengingkari fungsi pendidikan nasional
hakekatnya mengingkari fungsi pendidikan nasional
dan dasar pendidikan nasional. Kiranya perlu
dan dasar pendidikan nasional. Kiranya perlu
diperjelas di sini bahwa penulis tidak menentang
diperjelas di sini bahwa penulis tidak menentang
upaya untuk mendirikan sekolah yang mutunya tidak
upaya untuk mendirikan sekolah yang mutunya tidak
kalah dengan mutu sekolah dimanapun juga. Kalau di
kalah dengan mutu sekolah dimanapun juga. Kalau di
era globalisasi semua lembaga pendidikan terutama
era globalisasi semua lembaga pendidikan terutama
menengah dan tinggi adalah lokal, nasional, dan
menengah dan tinggi adalah lokal, nasional, dan
internasional. Perlu Perlu diketahui di seluruh dunia
internasional. Perlu Perlu diketahui di seluruh dunia
semua Negara kebangsaan selalu berusaha agar
semua Negara kebangsaan selalu berusaha agar
warga negaranya bersekolah di sekolah nasionalnya,
warga negaranya bersekolah di sekolah nasionalnya,
karena itu di mana-mana ada “American School,
karena itu di mana-mana ada “American School,
British School, Deutche Schule” dan lainnya. Sama
British School, Deutche Schule” dan lainnya. Sama
dengan Indonesia sewaktu pendiri Republik berada
dengan Indonesia sewaktu pendiri Republik berada
dalam pemerintahan, Indonesia memiliki sekolah di
dalam pemerintahan, Indonesia memiliki sekolah di
negeri Belanda, Thailand, di Jepang, di Mesir, di
negeri Belanda, Thailand, di Jepang, di Mesir, di
Singapura, dan lainnya, bukan karena di Negara
Singapura, dan lainnya, bukan karena di Negara
tersebut tidak ada sekolah bermutu melinkan agar
tersebut tidak ada sekolah bermutu melinkan agar
generasi muda bangsa dididik menjadi manusia yang
generasi muda bangsa dididik menjadi manusia yang
cerdas dan berwatak dalam suasana Indonesia.
Lebih ironis lagi dalam UU ini adanya ketentuan yang secara
Lebih ironis lagi dalam UU ini adanya ketentuan yang secara
tersirat memperolehkan anak Indonesia di tanah airnya
tersirat memperolehkan anak Indonesia di tanah airnya
sekolah di sekolah asing seperti tertulis pada pasal 65 ayat
sekolah di sekolah asing seperti tertulis pada pasal 65 ayat
(2) :
(2) :
“
“
Lembaga pendidikan asing pada tingkat pendidikan dasar
Lembaga pendidikan asing pada tingkat pendidikan dasar
dn menengah wajib memberikan pendidikan agama dan
dn menengah wajib memberikan pendidikan agama dan
kewarganegaraan bagi peserta didik warga negara
kewarganegaraan bagi peserta didik warga negara
Indonesia”.
Indonesia”.
Ketentuan ini mengindikasikan bahwa untuk menyiapkan
Ketentuan ini mengindikasikan bahwa untuk menyiapkan
generasi muda Indonesia yang karakteristiknya seperti yang
generasi muda Indonesia yang karakteristiknya seperti yang
digariskan dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 cukup
digariskan dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 cukup
memperoleh pendidikan agama dan kewarganegaraan.
memperoleh pendidikan agama dan kewarganegaraan.
Dari serangkaian ulasan tentang berbagai pasal dalam UU
Dari serangkaian ulasan tentang berbagai pasal dalam UU
No.20 Tahun 2003 mengandung ketentuan yang dalam
No.20 Tahun 2003 mengandung ketentuan yang dalam
dirinya bertentangan dengan ketentuan dasar yang dianut
dirinya bertentangan dengan ketentuan dasar yang dianut
oleh UU No. 20 Tahun 2003 itu sendiri.
oleh UU No. 20 Tahun 2003 itu sendiri.
Sebagai catatan terakhir dari bagian ini yang menarik dari
Sebagai catatan terakhir dari bagian ini yang menarik dari
UU itu adalah tidak adanya istilah “perguruan swasta”
UU itu adalah tidak adanya istilah “perguruan swasta”
adanya adalah masyarakat, tetapi tidak jelas masyarakat
adanya adalah masyarakat, tetapi tidak jelas masyarakat
yang mana. Dalam pandangan penulis di seluruh dunia,
yang mana. Dalam pandangan penulis di seluruh dunia,
kecuali Negara Komunis selalu dikenal negeri dan swasta,
kecuali Negara Komunis selalu dikenal negeri dan swasta,
mengapa UU No.20 Tahun 2003 tidak mengenal itu? Perlu
mengapa UU No.20 Tahun 2003 tidak mengenal itu? Perlu
dibahas lebih lanjut.
DAMPAK DARI INKONSISTENSI BERBAGAI
DAMPAK DARI INKONSISTENSI BERBAGAI
KETENTUAN TERHADAP PENYELENG
KETENTUAN TERHADAP PENYELENG
.
.
PENDIDIKAN NASIONAL
PENDIDIKAN NASIONAL
Berbagai gejala dari penyelenggaraan pendidikan nasional yang
Berbagai gejala dari penyelenggaraan pendidikan nasional yang
dapat dipandang sebagai wujud pengingkaran terhadap semangat
dapat dipandang sebagai wujud pengingkaran terhadap semangat
dan ketentuan yang tersirat dan tersurat dalam UUD 1945 pada
dan ketentuan yang tersirat dan tersurat dalam UUD 1945 pada
dasarnya berpangkal pada berbagai ketentuan dalam UU No. 20
dasarnya berpangkal pada berbagai ketentuan dalam UU No. 20
Tahun 2003 berikut beberapa gejala yang penulis maksud.
Tahun 2003 berikut beberapa gejala yang penulis maksud.
1) UU No. 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP)
1) UU No. 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP)
yang dianulir berlakunya oleh Mahkamah Konstitusi adalah contoh
yang dianulir berlakunya oleh Mahkamah Konstitusi adalah contoh
yang paling jelas. Dalam UU itu pemerintah secara Syah tidak
yang paling jelas. Dalam UU itu pemerintah secara Syah tidak
harus membiayai sepenuhnya pendidikan tinggi negeri dan
harus membiayai sepenuhnya pendidikan tinggi negeri dan
pendidikan menengah, melainkan hanya cukup membantu 50%
pendidikan menengah, melainkan hanya cukup membantu 50%
untuk Perguruan Tinggi Negeri dan mewajibkan mahasiswa
untuk Perguruan Tinggi Negeri dan mewajibkan mahasiswa
membayar 30% dari keperluan pembiaayaan dana perguruan tinggi
membayar 30% dari keperluan pembiaayaan dana perguruan tinggi
negeri, dan sama sekali tidak menetapkan tanggung jawab
negeri, dan sama sekali tidak menetapkan tanggung jawab
pemerintah dalam pembiayaan penyelenggaraan perguruan tinggi
pemerintah dalam pembiayaan penyelenggaraan perguruan tinggi
swasta.
Sedangkan di Amerika Serikat yang bukan negara
Sedangkan di Amerika Serikat yang bukan negara
keseja
keseja
h
h
teraan tapi pemerintah (Federal dan
teraan tapi pemerintah (Federal dan
Negara Bagian)
Negara Bagian)
menanggung biaya samp
menanggung biaya samp
a
a
i
i
70%
70%
untuk perguruan tinggi negeri dan 14%
untuk perguruan tinggi negeri dan 14%
dari mahasiswanya. Dan swasta di subsidi
dari mahasiswanya. Dan swasta di subsidi
sampai 15% dan dari mahasiswanya 40%.
sampai 15% dan dari mahasiswanya 40%.
Kebijakan ini dimasukkan dalam UU No. 20 Tahun
Kebijakan ini dimasukkan dalam UU No. 20 Tahun
2009, karena UU No. 20 Tahun 2003 berulang
2009, karena UU No. 20 Tahun 2003 berulang
menekankan bahwa Pemerinta
menekankan bahwa Pemerinta
h
h
tidak membiayai
tidak membiayai
melainkan hanya memberikan hibah. Padahal UUD
melainkan hanya memberikan hibah. Padahal UUD
1945 pasal 31 ayat (3) jelas tertulis seperti telah
1945 pasal 31 ayat (3) jelas tertulis seperti telah
dikutip di depan, menetapkan
dikutip di depan, menetapkan
“pemerintah
“pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu
mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional”
sistem pendidikan nasional”
yang oleh para
yang oleh para
pendiri Republik ditafsirkan membiayai perguruan
pendiri Republik ditafsirkan membiayai perguruan
tinggi negeri dan memberikan subsidi kepada
tinggi negeri dan memberikan subsidi kepada
perguruan tinggi swasta (UU No. 22 Tahun 1961).
2)
2) Dalam hal pelaksanaan wajib belajar pendidikan Dalam hal pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, walaupun UUD 1945 pasal 31 ayat (2) dasar 9 tahun, walaupun UUD 1945 pasal 31 ayat (2) mewajibkan pemerintah membiayai penyelenggaraan mewajibkan pemerintah membiayai penyelenggaraan pendidikan dasar wajib belajar dan pasal 34 ayat (2) pendidikan dasar wajib belajar dan pasal 34 ayat (2)
menegaskan : menegaskan :
“
“Pemerintah Pemerintah dan dan pemerintah pemerintah daerah daerah menjamin menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya”.
pendidikan dasar tanpa memungut biaya”.
Hal ini dapat terjadi, karena barbagai ketentuan dalam Hal ini dapat terjadi, karena barbagai ketentuan dalam UU No. 20 Tahun 2003 seperti diulas dibagian terdahulu, UU No. 20 Tahun 2003 seperti diulas dibagian terdahulu, pasal 6 ayat (2), pasal 7 ayat (2), pasal 9, pasal 12 ayat pasal 6 ayat (2), pasal 7 ayat (2), pasal 9, pasal 12 ayat (2) b, membenarkan tindakan itu. Yang menarik (2) b, membenarkan tindakan itu. Yang menarik perhatian adalah bahwa para elite politik dari anggota perhatian adalah bahwa para elite politik dari anggota DPR sampai Presiden yang bersumpah untuk berpegang DPR sampai Presiden yang bersumpah untuk berpegang teguh kepada UUD 1945 nampak tidak peduli bahwa teguh kepada UUD 1945 nampak tidak peduli bahwa amanat UUD 1945 telah diabaikan. Dipandang dari amanat UUD 1945 telah diabaikan. Dipandang dari pengertian wajib belajar secara universial di Indonesia pengertian wajib belajar secara universial di Indonesia belum ada wajib belajar sepanjang anak usia wajib belum ada wajib belajar sepanjang anak usia wajib belajar dari usia 7-15 tahun masih ada yang belum / belajar dari usia 7-15 tahun masih ada yang belum / tidak sekolah dan tidak ada upaya untuk menjadikan tidak sekolah dan tidak ada upaya untuk menjadikan menjadikan mereka seluruhnya bersekolah, selama itu menjadikan mereka seluruhnya bersekolah, selama itu
D
D
alam istilah UNESCO “Universal Education”
alam istilah UNESCO “Universal Education”
pendidikan
semesta,
belum
“Compulsory
pendidikan
semesta,
belum
“Compulsory
Education”. Kalau kita benar-benar melaksanakan
Education”. Kalau kita benar-benar melaksanakan
ketentuan pasal 31 ayat (2),
ketentuan pasal 31 ayat (2),
pemerintah “at all
pemerintah “at all
cost” harus mengupayakan supaya supaya
cost” harus mengupayakan supaya supaya
anak usia wajib belajar dimanapun wajib
anak usia wajib belajar dimanapun wajib
bersekolah, SD/MI, dan SMP/MTs, negeri dan
bersekolah, SD/MI, dan SMP/MTs, negeri dan
swasta, dan dibiayai pemerintah.
swasta, dan dibiayai pemerintah.
3)
3)
Kebijakan ujian nas
Kebijakan ujian nas
.
.
sebagai penentu kelulusan
sebagai penentu kelulusan
peserta didik dari suatu jenjang pendidikan. Filosofi
peserta didik dari suatu jenjang pendidikan. Filosofi
pendidikan demokrasi yang melatar belakangi
pendidikan demokrasi yang melatar belakangi
pelaksanaan gerakan wajib belajar adalah bahwa
pelaksanaan gerakan wajib belajar adalah bahwa
pemerintah melalui sistem pendidikannya wajib
pemerintah melalui sistem pendidikannya wajib
membantu peserta didik berkembang seoptimal
membantu peserta didik berkembang seoptimal
mungkin, bukan filosofi pendidikan elitis yang
mungkin, bukan filosofi pendidikan elitis yang
arahnya adalah “memilih dan memilah”. Dlm kaitan
arahnya adalah “memilih dan memilah”. Dlm kaitan
ini UU No. 20 Tahun 2003 pasal 12 ayat (1) b yang
ini UU No. 20 Tahun 2003 pasal 12 ayat (1) b yang
menetapkan
menetapkan
“setiap peserta didik berhak
“setiap peserta didik berhak
mendapatkan layanan sesuai dengan bakat,
mendapatkan layanan sesuai dengan bakat,
Ketentuan yang memungkinkan dilaksanakannya
Ketentuan yang memungkinkan dilaksanakannya
pendidikan demokratis ini dalam praktek diabaikan.
pendidikan demokratis ini dalam praktek diabaikan.
Peserta didik dari SD sampai SMP yang kemampuan
Peserta didik dari SD sampai SMP yang kemampuan
dasar kognitifnya terbentang dari IQ nya <100
dasar kognitifnya terbentang dari IQ nya <100
sampai yang IQ nya >135 mempelajari bahan yang
sampai yang IQ nya >135 mempelajari bahan yang
sama, dengan kecepatan yang sama dan dinilai
sama, dengan kecepatan yang sama dan dinilai
dengan standar yang sama. Padahal menurut studi
dengan standar yang sama. Padahal menurut studi
(J.B.Carroll) kecepatan anak dengan IQ <135 lima
(J.B.Carroll) kecepatan anak dengan IQ <135 lima
kali dari yang IQ nya <100. Karena itu tidak
kali dari yang IQ nya <100. Karena itu tidak
mengherankan kalau hanya sebagian kecil anak SMP
mengherankan kalau hanya sebagian kecil anak SMP
yang lulusnya dengan nilai di atas 8 tidak lebih dari
yang lulusnya dengan nilai di atas 8 tidak lebih dari
20%. Dan kelompok inilah yang kalau di Jerman
20%. Dan kelompok inilah yang kalau di Jerman
masuk Gymnasium (persiapan PT), di Inggiris dapat
masuk Gymnasium (persiapan PT), di Inggiris dapat
masuk Grammer School.
masuk Grammer School.
Diabaikannya ketentuan pasal 12 ayat (1) b secara
Diabaikannya ketentuan pasal 12 ayat (1) b secara
psikologis sangat menekan peserta didik karena
psikologis sangat menekan peserta didik karena
mereka pada umumnya tidak sampai menguasai
mereka pada umumnya tidak sampai menguasai
bahan ajar tetapi harus mengikuti ujian nasional
bahan ajar tetapi harus mengikuti ujian nasional
yang sifatnya bukan untuk mengukur tercapainya
yang sifatnya bukan untuk mengukur tercapainya
tujuan pendidikan dan terlaksananya fungsi
tujuan pendidikan dan terlaksananya fungsi
pendidikan nasional seperti tertulis dalam pasal 3
pendidikan nasional seperti tertulis dalam pasal 3
UU No. 20Tahun 2003. Sesungghnya UU No. 20
UU No. 20Tahun 2003. Sesungghnya UU No. 20
Tahun 2003 sesuai dengan pasal 61 ayat (1)yang
Tahun 2003 sesuai dengan pasal 61 ayat (1)yang
tertulis sebagai berikut :
“
“
Ijasah diberikan kepada peserta didik sebagai
Ijasah diberikan kepada peserta didik sebagai
pengakuan terhadap prestasi belajar dan / atau
pengakuan terhadap prestasi belajar dan / atau
penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah
penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah
lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan
lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang terakreditas”.
pendidikan yang terakreditas”.
Namun
ketentuan
yang
relevan
dengan
Namun
ketentuan
yang
relevan
dengan
ketentuan pasal 1 ayat (1) tentang hakekat
ketentuan pasal 1 ayat (1) tentang hakekat
pendidikan, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan
pendidikan, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, pasal 4 ayat (3) tentang
pendidikan nasional, pasal 4 ayat (3) tentang
pendidikan sebagai proses pembudayaan, malah
pendidikan sebagai proses pembudayaan, malah
diabaikan / tidak dilaksanakan seperti pasal 12
diabaikan / tidak dilaksanakan seperti pasal 12
ayat (1) b, dan pasal 61 ayat (2) yang baru
ayat (1) b, dan pasal 61 ayat (2) yang baru
dikutip. Yang diterapkan adalah adanya Ujian
dikutip. Yang diterapkan adalah adanya Ujian
Nasional sebagai penentu kelulusan yang dalam
Nasional sebagai penentu kelulusan yang dalam
dirinya kontradiktif dengan misi pendidikan
dirinya kontradiktif dengan misi pendidikan
karakter dan pengembangan kemampuan serta
karakter dan pengembangan kemampuan serta
4) Tentang fungsi setiap jenjang pendidikan. Dalam
4) Tentang fungsi setiap jenjang pendidikan. Dalam
UU No. 20 Tahun 2003 penetapan fungsi setiap
UU No. 20 Tahun 2003 penetapan fungsi setiap
jenjang pendidikan terlalu umum, dan berdampak
jenjang pendidikan terlalu umum, dan berdampak
kepada kesan bahwa mengikuti pendidikan dasar
kepada kesan bahwa mengikuti pendidikan dasar
hanya untuk melanjutkan ke pendidikan menengah
hanya untuk melanjutkan ke pendidikan menengah
seperti tertulis pada pasal 17 ayat (1) berikut :
seperti tertulis pada pasal 17 ayat (1) berikut :
“
“
Pendidikan
Pendidikan
dasar
dasar
merupakan
merupakan
jenjang
jenjang
pendidikan
yang
melandasi
jenjang
pendidikan
yang
melandasi
jenjang
pendidikan menengah”.
pendidikan menengah”.
Dan selanjutnya tentang pendidikan menengah
Dan selanjutnya tentang pendidikan menengah
pasal 18 ayat (1) tertulis :
pasal 18 ayat (1) tertulis :
“
“
Pendidikan menengah merupakan lanjutan
Pendidikan menengah merupakan lanjutan
pendidikan dasar”.
pendidikan dasar”.
Rumusan tentang fungsi pendidikan dasardan
Rumusan tentang fungsi pendidikan dasardan
menengah ini menjadikan sekolah sama sekali
menengah ini menjadikan sekolah sama sekali
tidak
memiliki
fungsi
sosial
seperti
yang
tidak
memiliki
fungsi
sosial
seperti
yang
dirumuskan dalam UU No.2 Tahun 1989 yang
dirumuskan dalam UU No.2 Tahun 1989 yang
tertulis dalam pasal 13 ayat (1) sebagai berikut :
“
“
Pendidikan
Pendidikan
dasar
dasar
diselenggarakan
diselenggarakan
untuk
untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta
mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan serta mempersiapkan peserta didik
diperlukan serta mempersiapkan peserta didik
yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
pendidikan menengah”.
pendidikan menengah”.
Sengaja penulis bandingkan antara rumusan fungsi
Sengaja penulis bandingkan antara rumusan fungsi
pendidikan yang tertulis dalam UU No. 20 Tahun 2003
pendidikan yang tertulis dalam UU No. 20 Tahun 2003
dengan UU No.2 Tahun 1989. Karena dimanapun di
dengan UU No.2 Tahun 1989. Karena dimanapun di
dunia pendidikan wajib belajar adalah menyiapkan
dunia pendidikan wajib belajar adalah menyiapkan
anggota masyarakat, yang dalam bahasa
anggota masyarakat, yang dalam bahasa
“Declaration
“Declaration
of Educaton for All”
of Educaton for All”
Tahun 1990, yang :
Tahun 1990, yang :
a)
a)
Dapat surv
Dapat surv
ive
ive
b)
b)
Dapat mengembangkan diri secara optimal
Dapat mengembangkan diri secara optimal
c)
c)
Dapat berpartisipasi dalam masyarakat
Dapat berpartisipasi dalam masyarakat
d)
d)
Dapat memperoleh pekerjaan
Dapat memperoleh pekerjaan
e)
e)
Dapat
Dapat
mengambil
mengambil
keputusan
keputusan
berdasarkan
berdasarkan
informasi, dan
informasi, dan
f)
Dampak dari rumusan ini yang PP No.
Dampak dari rumusan ini yang PP No.
17 Tahun 2010, baru lahir tujuh tahun
17 Tahun 2010, baru lahir tujuh tahun
setelah siberlakukannya UU No. 20
setelah siberlakukannya UU No. 20
Tahun2003, akibatnya di Indonesia ada
Tahun2003, akibatnya di Indonesia ada
kesan bahwa melanjutkan pendidikan
kesan bahwa melanjutkan pendidikan
adalah hak setiap orang, padahal yang
adalah hak setiap orang, padahal yang
tepat adalah
tepat adalah
“hak setiap orang yang
“hak setiap orang yang
memenuhi syarat secara akademik.
memenuhi syarat secara akademik.
Dan berlaku di semua Negara
Dan berlaku di semua Negara
”
”
seperti Jerman, Inggiris dan Amerika
seperti Jerman, Inggiris dan Amerika
Serikat tahun 2003
Serikat tahun 2003
.
.
Jakarta, 16 Maret 2011
Jakarta, 16 Maret 2011