• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Kulia Filsafat Pendidikan 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan Kulia Filsafat Pendidikan 2"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KULIAH KULIAH

Filasafat Pendidikan Filasafat Pendidikan

Perubahan Lingkungan Fisik dan

Kependudukan

Perubahan : • Sosial Budaya

• Ekonomi dan Budaya

Masyarakat

Bangsa Indonesia KONSTITUSI RRI (UUD-45)

1. Kurikulum 2. Metodologi 3. Fasilitas 4. Tenaga

Kependidikan 5. Peserta Didik 6. Administrasi

Pendidikan 7. Teknologi

Pendidikan 8. Dll

SISTEM

PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT

PENDIDIKAN

Perubahan

Internal/Globalisasi

Force-Meyer :

Penerangan Bencana Alam

MANUSIA BARU

INDONESIA

(2)

KONSTITUSI, FILSAFAT PENDIDIKAN

KONSTITUSI, FILSAFAT PENDIDIKAN

DAN SISTEM PENDIDIKAN

DAN SISTEM PENDIDIKAN

INDONESIA

INDONESIA

A.

A.

Latar Belakang Pemikiran

Latar Belakang Pemikiran

1.

1.

Sebelum RI berdiri bangsa Indonesia.Belum perna

Sebelum RI berdiri bangsa Indonesia.Belum perna

h

h

mengalami tatanan

mengalami tatanan

kenegaraan

kenegaraan

yang demokratis,

yang demokratis,

karena itu

karena itu

2.

2.

Menetapkaan misi utama :

Menetapkaan misi utama :

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”

(suatu

(suatu

misi yang tidak terdapat pada UUD negara lain)

misi yang tidak terdapat pada UUD negara lain)

3.

3.

Perlu transformasi budaya dari :

Perlu transformasi budaya dari :

Masyarakat tradisional-feodal

Masyarakat tradisional-feodal

kemasyarakatan moderen demokratis”

kemasyarakatan moderen demokratis”

(peristiwa politis & budaya)

(3)

Bung Karno :

Bung Karno :

“ A Summing up

“ A Summing up

of many revolution in one

of many revolution in one

generation”

generation”

Wahana utamanya adalah :

Wahana utamanya adalah :

PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH) PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH) SEPERTI DITEMPU OLEH :

SEPERTI DITEMPU OLEH :

1.

1. THOMAS JEFFERSON & A. LINCOLNTHOMAS JEFFERSON & A. LINCOLN (USA) (USA) 2.

2. OTTO VON BISMARK (JERMAN)OTTO VON BISMARK (JERMAN) 3.

3. MEIJI (RESTORASI JEPANG)MEIJI (RESTORASI JEPANG)

MEREKA BERPEGANG PADA : MEREKA BERPEGANG PADA :

“BUILD NATION , BUILD SCHOOL”BUILD NATION , BUILD SCHOOL” , “NATION AND , “NATION AND CHARACTER BUILDING”

(4)

KEMUDIAN DIIKUTI OLEH

KEMUDIAN DIIKUTI OLEH

:

:

1.

1.

MAHATIR MUHAMMAD (MALAYSIA)

MAHATIR MUHAMMAD (MALAYSIA)

2.

2.

PARK CHUNG HEE (KOREA SELATAN)

PARK CHUNG HEE (KOREA SELATAN)

3.

3.

DEN XIAO PING (CINA)

DEN XIAO PING (CINA)

KARENA ITU PARA PENDIRI RI MENDUDUKAN

KARENA ITU PARA PENDIRI RI MENDUDUKAN

MASALAH PENDIDIKAN DALAM SATU BAB

MASALAH PENDIDIKAN DALAM SATU BAB

TERSENDIRI DALAM UUD-45 DAN

TERSENDIRI DALAM UUD-45 DAN

MENETAPKAN :

MENETAPKAN :

KEWAJIBAN PEMERINTAH MENGUSAHAKAN

KEWAJIBAN PEMERINTAH MENGUSAHAKAN

DAN MENYELENGGARAKAN SATU

DAN MENYELENGGARAKAN SATU

SISTEM

SISTEM

PENGAJARAN NASIONAL”

PENGAJARAN NASIONAL”

(5)

BAGAIMANA AMANAT

BAGAIMANA AMANAT

UUD-45 DILAKSANAKAN

UUD-45 DILAKSANAKAN

?

?

A.

A.

PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG

PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG

PENDIDIKAN YANG DIANUT UU NO.

PENDIDIKAN YANG DIANUT UU NO.

20/2003

20/2003

B.

B.

BEBERAPA KETENTUAN YANG TIDAK

BEBERAPA KETENTUAN YANG TIDAK

KONSISTEN DENGAN UUD-45

KONSISTEN DENGAN UUD-45

C.

C.

DAMPAK DARI BERBAGAI

DAMPAK DARI BERBAGAI

INKONSISTENSI

(6)

PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG

PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG

PENDIDIKAN YANG DIANUT UU

PENDIDIKAN YANG DIANUT UU

SISDIKNAS

SISDIKNAS

NO. 20 TAHUN 2003 DAN

NO. 20 TAHUN 2003 DAN

MAKNANYA

MAKNANYA

1.

1.

Hakekat pendidikan,

Hakekat pendidikan,

2.

2.

Dasar pendidikan nasional,

Dasar pendidikan nasional,

3.

3.

Tentang fungsi dan tujuan

Tentang fungsi dan tujuan

pendidikan nasional,

pendidikan nasional,

4.

4.

Prinsip

Prinsip

-prinsip

-prinsip

penyelengaraan pendidikan

penyelengaraan pendidikan

5.

(7)

AKTIPNYA PESERTA DIDIK EDUCARE =

AKTIPNYA PESERTA DIDIK EDUCARE =

UNFOLDING

UNFOLDING

MEMEKARKAN POTENSI

MEMEKARKAN POTENSI

TIDAK MENGENAL UJIAN NASIONAL

TIDAK MENGENAL UJIAN NASIONAL

(UN)

(8)

UUD-45 :

UUD-45 :

PASAL 2 :

PASAL 2 :

TERWUJUDNYA NEGARA

TERWUJUDNYA NEGARA

KEBANGSAAN

KEBANGSAAN

,

,

NEGARA KESEJAHTERAAN,

NEGARA KESEJAHTERAAN,

DAN NEGARA DEMOKRASI

DAN NEGARA DEMOKRASI

PASAL 3 : MENCERDASKAN

PASAL 3 : MENCERDASKAN

KEHIDUPAN

KEHIDUPAN

(9)

BERKEMBANGNYA KEMAMPUAN

BERKEMBANGNYA KEMAMPUAN

WATAK

WATAK

BERKEMB.

BERKEMB.

POTENSI

POTENSI

PERADABAN

PERADABAN

PESERTA

PESERTA

DIDIK

DIDIK

BERMARTABAT

BERMARTABAT

MANUSIA Y

MANUSIA Y

G

G

UTUH

(10)

PROSES PEMBUDAYAAN

PROSES PEMBUDAYAAN

LONG LIFE

LONG LIFE

EDUCATION

EDUCATION

PASAL 5 : HAK MEMPEROLEH

PASAL 5 : HAK MEMPEROLEH

PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

YANG

YANG

BERMUTU

BERMUTU

(11)

1.

1.

HAKEKAT PENDIDIKAN

HAKEKAT PENDIDIKAN

2.

2.

DASAR PENDIDIKAN

DASAR PENDIDIKAN

SISDIKNAS

SISDIKNAS

3.

3.

FUNGSI PENDIDIKAN DAN

FUNGSI PENDIDIKAN DAN

TUJUANPENDIDIKAN

TUJUANPENDIDIKAN

4.

4.

PRINSIP PENYELESAIAN

PRINSIP PENYELESAIAN

PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

5.

5.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA

DAN NEGARA

DAN NEGARA

(12)

Prof. Soedijarto :

Prof. Soedijarto :

KETENTUAN YANG TIDAK SELARAS DENGAN

KETENTUAN YANG TIDAK SELARAS DENGAN

KETENTUAN DASAR YANG TERTUANG DALAM

KETENTUAN DASAR YANG TERTUANG DALAM

UUD 1945 DAN UU NO.20 TAHUN 2001

UUD 1945 DAN UU NO.20 TAHUN 2001

UU No. 20 Tahun 2003 sesuai dengan ketentuan

UU No. 20 Tahun 2003 sesuai dengan ketentuan

pasal 2 menetapkan bahwa pendidikan nasional

pasal 2 menetapkan bahwa pendidikan nasional

berdasarkan pancasila d

berdasarkan pancasila d

alam

alam

UUD 1945 ini berarti

UUD 1945 ini berarti

bahwa filosofi dan ketentuan yang terkandung

bahwa filosofi dan ketentuan yang terkandung

dan tertulis dalam pancasila (pembukaan UUD

dan tertulis dalam pancasila (pembukaan UUD

1945) dan UUD 1945 akan sepenuhnya

1945) dan UUD 1945 akan sepenuhnya

diterjemahkan dan segera dijadikan panduan

diterjemahkan dan segera dijadikan panduan

dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.

dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.

Untuk itu marilah kita telaah beberapa

Untuk itu marilah kita telaah beberapa

ketentuan yang dalam pandangan penulis tidak

ketentuan yang dalam pandangan penulis tidak

selaras, bahkan bertentangan dengan Pancasila

selaras, bahkan bertentangan dengan Pancasila

(13)

UUD 1945 sesuai dengan amanat pembukaan UUD

UUD 1945 sesuai dengan amanat pembukaan UUD

1945 alinea ke-4 yang tertulis :

1945 alinea ke-4 yang tertulis :

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang

suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan

melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunian yang berdasarkan

ketertiban dunian yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial, maka disusunlah Kemerdekaan

sosial, maka disusunlah Kemerdekaan

Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk

undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk

dalam susunan Negara Republik Indonesia yang

dalam susunan Negara Republik Indonesia yang

berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada

berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada

Ketuhanan Yang Maha sa, Kemanusiaan yang adil

Ketuhanan Yang Maha sa, Kemanusiaan yang adil

dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan

dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan

Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan

Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan

mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh

mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia”.

(14)

Penekanan

tentang

“Pemerintah

Negara

Penekanan

tentang

“Pemerintah

Negara

Indonesia” bermisi “melindungi segenap bangsa

Indonesia” bermisi “melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial”, juga

perdamaian abadi, dan keadilan sosial”, juga

rumusan sila ke lima dari pancasila yang tertulis

rumusan sila ke lima dari pancasila yang tertulis

“serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi

“serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia”, jelaslah bahwa

seluruh rakyat Indonesia”, jelaslah bahwa

menurut UUD 1945 Negara Republik Indonesia

menurut UUD 1945 Negara Republik Indonesia

adalah “Negara Kesejahteraan (Welfare State)”

adalah “Negara Kesejahteraan (Welfare State)”

suatu Negara yang pemerintahannya, Jerman,

suatu Negara yang pemerintahannya, Jerman,

Negara Belanda dan Swedia bertanggung jawab

Negara Belanda dan Swedia bertanggung jawab

membiayai

sepenuhnya

penyelenggaraan

membiayai

sepenuhnya

penyelenggaraan

pendidikan nasional. Karena itu pula UUD 1945

pendidikan nasional. Karena itu pula UUD 1945

pasal 31 ayat (2) (sebelum amandemen)

pasal 31 ayat (2) (sebelum amandemen)

menegaskan “pemerintah mengusahakan dan

menegaskan “pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan suatu sistem pengajaran

menyelenggarakan suatu sistem pengajaran

nasional”,

yang

melalui

amendemen

ke-4

nasional”,

yang

melalui

amendemen

ke-4

dipertegas lagi menjadi 5 ayat yang tertulis :

(15)

Pasal 31

Pasal 31 (1)

(1)Setiap warga Negara berhak mendapatkan Setiap warga Negara berhak mendapatkan

pendidikan

pendidikan (2)

(2)Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan

dasar dan pemerintah wajib membiayainya

dasar dan pemerintah wajib membiayainya (3)

(3)Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan

suatu sistem pendidikan nasional, yang

suatu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang

bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang (4)

(4)Negara memprioritaskan anggaran pendidikan Negara memprioritaskan anggaran pendidikan

sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran

sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran

pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran

pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi

kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional

kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (5)

(5)Pemerintah memajukan Ilmu Pengetahuan dan Pemerintah memajukan Ilmu Pengetahuan dan

Tekhnologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

Tekhnologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan dan

agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan dan

peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

(16)

Dari ketentuan tersebut secara tersurat dan

Dari ketentuan tersebut secara tersurat dan

tersirat pemetintah lah yang bertanggung jawab

tersirat pemetintah lah yang bertanggung jawab

membiayai

penyelenggaraan

pendidikan

membiayai

penyelenggaraan

pendidikan

nasional dan UUD 1945 tidak mengenal

nasional dan UUD 1945 tidak mengenal

ketentuan tentang tanggung jawab warga

ketentuan tentang tanggung jawab warga

Negara, masyarakat, atau peserta didik. Karena

Negara, masyarakat, atau peserta didik. Karena

dalam Negara kesejahteraan masyarakat warga

dalam Negara kesejahteraan masyarakat warga

Negara adalah pembayar pajak. Melalui

Negara adalah pembayar pajak. Melalui

penerimaan uang dari masyarakat melalui pajak

penerimaan uang dari masyarakat melalui pajak

itulah pemerintah membiayai pendidikan. Kalau

itulah pemerintah membiayai pendidikan. Kalau

di Negara Belanda baik Negeri maupun Swasta

di Negara Belanda baik Negeri maupun Swasta

pendidikan dibiayai pemerintah. Tetapi ironisnya

pendidikan dibiayai pemerintah. Tetapi ironisnya

dalam UU No. 20 Tahun 2003 banyak ketentuan

dalam UU No. 20 Tahun 2003 banyak ketentuan

yang menetapkan tanggung jawab Warga

yang menetapkan tanggung jawab Warga

Negara, orang tua, masyarakat bahkan peserta

Negara, orang tua, masyarakat bahkan peserta

didik dalam pembiayaan pendidikan seperti

didik dalam pembiayaan pendidikan seperti

(17)

UU No. 20 Tahun 2003

UU No. 20 Tahun 2003

1) Pasal 6 ayat (2)

1) Pasal 6 ayat (2)

“Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan”.

keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan”.

Ketentuan ini tidak jelas apa maknanya, apa berarti Ketentuan ini tidak jelas apa maknanya, apa berarti bila penyelenggaraan pendidikan tidak berlangsung bila penyelenggaraan pendidikan tidak berlangsung dengan baik yang bertanggung jawab warga

dengan baik yang bertanggung jawab warga negara?

negara?

2) Pasal 7 ayat (2)

2) Pasal 7 ayat (2)

Orang tua dari anak wajib belajar, berkewajiban Orang tua dari anak wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”. memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”. Apakah ini berarti bahwa setiap orang tua

Apakah ini berarti bahwa setiap orang tua

(18)

3) Pasal 9 tertulis :

3) Pasal 9 tertulis :

Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan

Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan

sumber daya dalam penyelengaraan pendidikan.

sumber daya dalam penyelengaraan pendidikan.

Sekali lagi walaupun UUD 1945 menetapkan

Sekali lagi walaupun UUD 1945 menetapkan

pemerintah bertanggung jawab membiayai

pemerintah bertanggung jawab membiayai

penyelenggaraan pendidikan dasar dan pemerintah

penyelenggaraan pendidikan dasar dan pemerintah

bertanggung jawab

bertanggung jawab “mengusahakan dan “mengusahakan dan menyelenggrakan satu sistem pendidikan menyelenggrakan satu sistem pendidikan nasional”

nasional”, tetapi UU No. 20 Tahun 2003 nampaknya , tetapi UU No. 20 Tahun 2003 nampaknya sebagai pewaris paradigma Orde baru menekankan

sebagai pewaris paradigma Orde baru menekankan

tentang tanggung jawab masyarakat dalam

tentang tanggung jawab masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan.

penyelenggaraan pendidikan.

4) Pasal 12 ayat (2)

4) Pasal 12 ayat (2)

“Setiap peserta didik berkewajiban ikut Setiap peserta didik berkewajiban ikut

menanggung biaya penyelenggarakan pendidikan”. menanggung biaya penyelenggarakan pendidikan”.

Sekali lagi ini terang-terangan bertentangan

Sekali lagi ini terang-terangan bertentangan

dengan paradigma Negara kesejahteraan dan

dengan paradigma Negara kesejahteraan dan

secara langsung untuk peserta didik pada jenjang

secara langsung untuk peserta didik pada jenjang

pendidikan dasar ini bertentangan dengan

pendidikan dasar ini bertentangan dengan

ketentuan pasal 31 ayat (2) yang tertulis :

ketentuan pasal 31 ayat (2) yang tertulis :

Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

(19)

5)

5) Pasal 46 ayat (1) tentang tangguang jawab pendanaan, Pasal 46 ayat (1) tentang tangguang jawab pendanaan, tertulis :

tertulis :

Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat”.

antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat”.

Ketentuan ini jelas-jelas bertentangan dengan ketentuan Ketentuan ini jelas-jelas bertentangan dengan ketentuan yang tertulis dalam pasal 31 ayat (2), ayat (3), maupun ayat yang tertulis dalam pasal 31 ayat (2), ayat (3), maupun ayat

(4). (4).

Dari lima ketentuan yang dikutip ini jelas bahwa UU No. 20 Dari lima ketentuan yang dikutip ini jelas bahwa UU No. 20 tahub 2003 tentang Sisdiknas yang sesuai dengan pasal 2 tahub 2003 tentang Sisdiknas yang sesuai dengan pasal 2 berdasarkan pancasila dan UUD1945 dalam lima ketentuan berdasarkan pancasila dan UUD1945 dalam lima ketentuan tersebut jelas bertentang dengan hakekat Negara Republik tersebut jelas bertentang dengan hakekat Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesejahteraan dan ketentuan Indonesia sebagai Negara Kesejahteraan dan ketentuan pasal 31 UUD 1945 yang telah secara lengkap dikutip di atas pasal 31 UUD 1945 yang telah secara lengkap dikutip di atas

Yang lebih menarik, terkait dengan pembiayaan pendidikan, Yang lebih menarik, terkait dengan pembiayaan pendidikan, UU No.20 Tahun 2003 tidak ada indikasi secara nyata untuk UU No.20 Tahun 2003 tidak ada indikasi secara nyata untuk menterjemahkan ketentuan pasal 31 ayat (2), yang menterjemahkan ketentuan pasal 31 ayat (2), yang

jelas-jelas tertulis

jelas tertulis “dan “dan pemerintah pemerintah bertanggung bertanggung jawabjawab membiayainya”

membiayainya” melainkan menggunakan istilah hibah melainkan menggunakan istilah hibah seperti tertulis dalam pasal 49 ayat (3) dan (4)

(20)

Selanjutnya dipandang dari sudut pandang negara

Selanjutnya dipandang dari sudut pandang negara

Indonesia sebagai Negara kebangsaan, baca

Indonesia sebagai Negara kebangsaan, baca

pembukaan UUD 1945, istilah kebangsaan ditulis

pembukaan UUD 1945, istilah kebangsaan ditulis

berkali-kali :

berkali-kali :

a)

a)

Hak segala bangsa

Hak segala bangsa

b)

b)

Berkehidupan kebangsaan yang bebas

Berkehidupan kebangsaan yang bebas

c)

c)

Melindungi segenap bangsa

Melindungi segenap bangsa

d)

d)

Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

e)

e)

Kemerdekaan kebangsaan Indonesia.

Kemerdekaan kebangsaan Indonesia.

Dari kata-kata yang tertulis tersebut jelaslah bahwa

Dari kata-kata yang tertulis tersebut jelaslah bahwa

yang kita bangun adalah “Negara kebangsaan (A

yang kita bangun adalah “Negara kebangsaan (A

nation state)”. Karena itu pasal 31 menegaskan

nation state)”. Karena itu pasal 31 menegaskan

tentang kewajiban pemerintah menyelenggarakan

tentang kewajiban pemerintah menyelenggarakan

satu sistem pendidikan nasional. Ironisnya UU yang

satu sistem pendidikan nasional. Ironisnya UU yang

ditetapkan untuk melaksanakan satu pendidikan

ditetapkan untuk melaksanakan satu pendidikan

nasional menetapkan kewajiban seperti yang tertulis

nasional menetapkan kewajiban seperti yang tertulis

pada pasal 50 ayat (3) “Pemerintah dan pemerintah

pada pasal 50 ayat (3) “Pemerintah dan pemerintah

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu

satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan

satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan

untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan

untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan

yang bertaraf Internasional”.

(21)

Ketentuan ini hakekatnya memandang bahwa sesuatu

Ketentuan ini hakekatnya memandang bahwa sesuatu

yang bersifat nasional itu lebih rendah dari pada

yang bersifat nasional itu lebih rendah dari pada

“Internasional”. Di samping itu di dalam

“Internasional”. Di samping itu di dalam

pelaksanaannya sekolah yang bertaraf Internasioanal

pelaksanaannya sekolah yang bertaraf Internasioanal

berorientasi kepada kurikulum non Indonesia dan

berorientasi kepada kurikulum non Indonesia dan

menggunakan bahasa Internasional, yang terakhir ini

menggunakan bahasa Internasional, yang terakhir ini

hakekatnya mengingkari fungsi pendidikan nasional

hakekatnya mengingkari fungsi pendidikan nasional

dan dasar pendidikan nasional. Kiranya perlu

dan dasar pendidikan nasional. Kiranya perlu

diperjelas di sini bahwa penulis tidak menentang

diperjelas di sini bahwa penulis tidak menentang

upaya untuk mendirikan sekolah yang mutunya tidak

upaya untuk mendirikan sekolah yang mutunya tidak

kalah dengan mutu sekolah dimanapun juga. Kalau di

kalah dengan mutu sekolah dimanapun juga. Kalau di

era globalisasi semua lembaga pendidikan terutama

era globalisasi semua lembaga pendidikan terutama

menengah dan tinggi adalah lokal, nasional, dan

menengah dan tinggi adalah lokal, nasional, dan

internasional. Perlu Perlu diketahui di seluruh dunia

internasional. Perlu Perlu diketahui di seluruh dunia

semua Negara kebangsaan selalu berusaha agar

semua Negara kebangsaan selalu berusaha agar

warga negaranya bersekolah di sekolah nasionalnya,

warga negaranya bersekolah di sekolah nasionalnya,

karena itu di mana-mana ada “American School,

karena itu di mana-mana ada “American School,

British School, Deutche Schule” dan lainnya. Sama

British School, Deutche Schule” dan lainnya. Sama

dengan Indonesia sewaktu pendiri Republik berada

dengan Indonesia sewaktu pendiri Republik berada

dalam pemerintahan, Indonesia memiliki sekolah di

dalam pemerintahan, Indonesia memiliki sekolah di

negeri Belanda, Thailand, di Jepang, di Mesir, di

negeri Belanda, Thailand, di Jepang, di Mesir, di

Singapura, dan lainnya, bukan karena di Negara

Singapura, dan lainnya, bukan karena di Negara

tersebut tidak ada sekolah bermutu melinkan agar

tersebut tidak ada sekolah bermutu melinkan agar

generasi muda bangsa dididik menjadi manusia yang

generasi muda bangsa dididik menjadi manusia yang

cerdas dan berwatak dalam suasana Indonesia.

(22)

Lebih ironis lagi dalam UU ini adanya ketentuan yang secara

Lebih ironis lagi dalam UU ini adanya ketentuan yang secara

tersirat memperolehkan anak Indonesia di tanah airnya

tersirat memperolehkan anak Indonesia di tanah airnya

sekolah di sekolah asing seperti tertulis pada pasal 65 ayat

sekolah di sekolah asing seperti tertulis pada pasal 65 ayat

(2) :

(2) :

Lembaga pendidikan asing pada tingkat pendidikan dasar

Lembaga pendidikan asing pada tingkat pendidikan dasar

dn menengah wajib memberikan pendidikan agama dan

dn menengah wajib memberikan pendidikan agama dan

kewarganegaraan bagi peserta didik warga negara

kewarganegaraan bagi peserta didik warga negara

Indonesia”.

Indonesia”.

Ketentuan ini mengindikasikan bahwa untuk menyiapkan

Ketentuan ini mengindikasikan bahwa untuk menyiapkan

generasi muda Indonesia yang karakteristiknya seperti yang

generasi muda Indonesia yang karakteristiknya seperti yang

digariskan dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 cukup

digariskan dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 cukup

memperoleh pendidikan agama dan kewarganegaraan.

memperoleh pendidikan agama dan kewarganegaraan.

Dari serangkaian ulasan tentang berbagai pasal dalam UU

Dari serangkaian ulasan tentang berbagai pasal dalam UU

No.20 Tahun 2003 mengandung ketentuan yang dalam

No.20 Tahun 2003 mengandung ketentuan yang dalam

dirinya bertentangan dengan ketentuan dasar yang dianut

dirinya bertentangan dengan ketentuan dasar yang dianut

oleh UU No. 20 Tahun 2003 itu sendiri.

oleh UU No. 20 Tahun 2003 itu sendiri.

Sebagai catatan terakhir dari bagian ini yang menarik dari

Sebagai catatan terakhir dari bagian ini yang menarik dari

UU itu adalah tidak adanya istilah “perguruan swasta”

UU itu adalah tidak adanya istilah “perguruan swasta”

adanya adalah masyarakat, tetapi tidak jelas masyarakat

adanya adalah masyarakat, tetapi tidak jelas masyarakat

yang mana. Dalam pandangan penulis di seluruh dunia,

yang mana. Dalam pandangan penulis di seluruh dunia,

kecuali Negara Komunis selalu dikenal negeri dan swasta,

kecuali Negara Komunis selalu dikenal negeri dan swasta,

mengapa UU No.20 Tahun 2003 tidak mengenal itu? Perlu

mengapa UU No.20 Tahun 2003 tidak mengenal itu? Perlu

dibahas lebih lanjut.

(23)

DAMPAK DARI INKONSISTENSI BERBAGAI

DAMPAK DARI INKONSISTENSI BERBAGAI

KETENTUAN TERHADAP PENYELENG

KETENTUAN TERHADAP PENYELENG

.

.

PENDIDIKAN NASIONAL

PENDIDIKAN NASIONAL

Berbagai gejala dari penyelenggaraan pendidikan nasional yang

Berbagai gejala dari penyelenggaraan pendidikan nasional yang

dapat dipandang sebagai wujud pengingkaran terhadap semangat

dapat dipandang sebagai wujud pengingkaran terhadap semangat

dan ketentuan yang tersirat dan tersurat dalam UUD 1945 pada

dan ketentuan yang tersirat dan tersurat dalam UUD 1945 pada

dasarnya berpangkal pada berbagai ketentuan dalam UU No. 20

dasarnya berpangkal pada berbagai ketentuan dalam UU No. 20

Tahun 2003 berikut beberapa gejala yang penulis maksud.

Tahun 2003 berikut beberapa gejala yang penulis maksud.

1) UU No. 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP)

1) UU No. 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP)

yang dianulir berlakunya oleh Mahkamah Konstitusi adalah contoh

yang dianulir berlakunya oleh Mahkamah Konstitusi adalah contoh

yang paling jelas. Dalam UU itu pemerintah secara Syah tidak

yang paling jelas. Dalam UU itu pemerintah secara Syah tidak

harus membiayai sepenuhnya pendidikan tinggi negeri dan

harus membiayai sepenuhnya pendidikan tinggi negeri dan

pendidikan menengah, melainkan hanya cukup membantu 50%

pendidikan menengah, melainkan hanya cukup membantu 50%

untuk Perguruan Tinggi Negeri dan mewajibkan mahasiswa

untuk Perguruan Tinggi Negeri dan mewajibkan mahasiswa

membayar 30% dari keperluan pembiaayaan dana perguruan tinggi

membayar 30% dari keperluan pembiaayaan dana perguruan tinggi

negeri, dan sama sekali tidak menetapkan tanggung jawab

negeri, dan sama sekali tidak menetapkan tanggung jawab

pemerintah dalam pembiayaan penyelenggaraan perguruan tinggi

pemerintah dalam pembiayaan penyelenggaraan perguruan tinggi

swasta.

(24)

Sedangkan di Amerika Serikat yang bukan negara

Sedangkan di Amerika Serikat yang bukan negara

keseja

keseja

h

h

teraan tapi pemerintah (Federal dan

teraan tapi pemerintah (Federal dan

Negara Bagian)

Negara Bagian)

menanggung biaya samp

menanggung biaya samp

a

a

i

i

70%

70%

untuk perguruan tinggi negeri dan 14%

untuk perguruan tinggi negeri dan 14%

dari mahasiswanya. Dan swasta di subsidi

dari mahasiswanya. Dan swasta di subsidi

sampai 15% dan dari mahasiswanya 40%.

sampai 15% dan dari mahasiswanya 40%.

Kebijakan ini dimasukkan dalam UU No. 20 Tahun

Kebijakan ini dimasukkan dalam UU No. 20 Tahun

2009, karena UU No. 20 Tahun 2003 berulang

2009, karena UU No. 20 Tahun 2003 berulang

menekankan bahwa Pemerinta

menekankan bahwa Pemerinta

h

h

tidak membiayai

tidak membiayai

melainkan hanya memberikan hibah. Padahal UUD

melainkan hanya memberikan hibah. Padahal UUD

1945 pasal 31 ayat (3) jelas tertulis seperti telah

1945 pasal 31 ayat (3) jelas tertulis seperti telah

dikutip di depan, menetapkan

dikutip di depan, menetapkan

“pemerintah

“pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu

mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional”

sistem pendidikan nasional”

yang oleh para

yang oleh para

pendiri Republik ditafsirkan membiayai perguruan

pendiri Republik ditafsirkan membiayai perguruan

tinggi negeri dan memberikan subsidi kepada

tinggi negeri dan memberikan subsidi kepada

perguruan tinggi swasta (UU No. 22 Tahun 1961).

(25)

2)

2) Dalam hal pelaksanaan wajib belajar pendidikan Dalam hal pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, walaupun UUD 1945 pasal 31 ayat (2) dasar 9 tahun, walaupun UUD 1945 pasal 31 ayat (2) mewajibkan pemerintah membiayai penyelenggaraan mewajibkan pemerintah membiayai penyelenggaraan pendidikan dasar wajib belajar dan pasal 34 ayat (2) pendidikan dasar wajib belajar dan pasal 34 ayat (2)

menegaskan : menegaskan :

Pemerintah Pemerintah dan dan pemerintah pemerintah daerah daerah menjamin menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang

terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang

pendidikan dasar tanpa memungut biaya”.

pendidikan dasar tanpa memungut biaya”.

Hal ini dapat terjadi, karena barbagai ketentuan dalam Hal ini dapat terjadi, karena barbagai ketentuan dalam UU No. 20 Tahun 2003 seperti diulas dibagian terdahulu, UU No. 20 Tahun 2003 seperti diulas dibagian terdahulu, pasal 6 ayat (2), pasal 7 ayat (2), pasal 9, pasal 12 ayat pasal 6 ayat (2), pasal 7 ayat (2), pasal 9, pasal 12 ayat (2) b, membenarkan tindakan itu. Yang menarik (2) b, membenarkan tindakan itu. Yang menarik perhatian adalah bahwa para elite politik dari anggota perhatian adalah bahwa para elite politik dari anggota DPR sampai Presiden yang bersumpah untuk berpegang DPR sampai Presiden yang bersumpah untuk berpegang teguh kepada UUD 1945 nampak tidak peduli bahwa teguh kepada UUD 1945 nampak tidak peduli bahwa amanat UUD 1945 telah diabaikan. Dipandang dari amanat UUD 1945 telah diabaikan. Dipandang dari pengertian wajib belajar secara universial di Indonesia pengertian wajib belajar secara universial di Indonesia belum ada wajib belajar sepanjang anak usia wajib belum ada wajib belajar sepanjang anak usia wajib belajar dari usia 7-15 tahun masih ada yang belum / belajar dari usia 7-15 tahun masih ada yang belum / tidak sekolah dan tidak ada upaya untuk menjadikan tidak sekolah dan tidak ada upaya untuk menjadikan menjadikan mereka seluruhnya bersekolah, selama itu menjadikan mereka seluruhnya bersekolah, selama itu

(26)

D

D

alam istilah UNESCO “Universal Education”

alam istilah UNESCO “Universal Education”

pendidikan

semesta,

belum

“Compulsory

pendidikan

semesta,

belum

“Compulsory

Education”. Kalau kita benar-benar melaksanakan

Education”. Kalau kita benar-benar melaksanakan

ketentuan pasal 31 ayat (2),

ketentuan pasal 31 ayat (2),

pemerintah “at all

pemerintah “at all

cost” harus mengupayakan supaya supaya

cost” harus mengupayakan supaya supaya

anak usia wajib belajar dimanapun wajib

anak usia wajib belajar dimanapun wajib

bersekolah, SD/MI, dan SMP/MTs, negeri dan

bersekolah, SD/MI, dan SMP/MTs, negeri dan

swasta, dan dibiayai pemerintah.

swasta, dan dibiayai pemerintah.

3)

3)

Kebijakan ujian nas

Kebijakan ujian nas

.

.

sebagai penentu kelulusan

sebagai penentu kelulusan

peserta didik dari suatu jenjang pendidikan. Filosofi

peserta didik dari suatu jenjang pendidikan. Filosofi

pendidikan demokrasi yang melatar belakangi

pendidikan demokrasi yang melatar belakangi

pelaksanaan gerakan wajib belajar adalah bahwa

pelaksanaan gerakan wajib belajar adalah bahwa

pemerintah melalui sistem pendidikannya wajib

pemerintah melalui sistem pendidikannya wajib

membantu peserta didik berkembang seoptimal

membantu peserta didik berkembang seoptimal

mungkin, bukan filosofi pendidikan elitis yang

mungkin, bukan filosofi pendidikan elitis yang

arahnya adalah “memilih dan memilah”. Dlm kaitan

arahnya adalah “memilih dan memilah”. Dlm kaitan

ini UU No. 20 Tahun 2003 pasal 12 ayat (1) b yang

ini UU No. 20 Tahun 2003 pasal 12 ayat (1) b yang

menetapkan

menetapkan

“setiap peserta didik berhak

“setiap peserta didik berhak

mendapatkan layanan sesuai dengan bakat,

mendapatkan layanan sesuai dengan bakat,

(27)

Ketentuan yang memungkinkan dilaksanakannya

Ketentuan yang memungkinkan dilaksanakannya

pendidikan demokratis ini dalam praktek diabaikan.

pendidikan demokratis ini dalam praktek diabaikan.

Peserta didik dari SD sampai SMP yang kemampuan

Peserta didik dari SD sampai SMP yang kemampuan

dasar kognitifnya terbentang dari IQ nya <100

dasar kognitifnya terbentang dari IQ nya <100

sampai yang IQ nya >135 mempelajari bahan yang

sampai yang IQ nya >135 mempelajari bahan yang

sama, dengan kecepatan yang sama dan dinilai

sama, dengan kecepatan yang sama dan dinilai

dengan standar yang sama. Padahal menurut studi

dengan standar yang sama. Padahal menurut studi

(J.B.Carroll) kecepatan anak dengan IQ <135 lima

(J.B.Carroll) kecepatan anak dengan IQ <135 lima

kali dari yang IQ nya <100. Karena itu tidak

kali dari yang IQ nya <100. Karena itu tidak

mengherankan kalau hanya sebagian kecil anak SMP

mengherankan kalau hanya sebagian kecil anak SMP

yang lulusnya dengan nilai di atas 8 tidak lebih dari

yang lulusnya dengan nilai di atas 8 tidak lebih dari

20%. Dan kelompok inilah yang kalau di Jerman

20%. Dan kelompok inilah yang kalau di Jerman

masuk Gymnasium (persiapan PT), di Inggiris dapat

masuk Gymnasium (persiapan PT), di Inggiris dapat

masuk Grammer School.

masuk Grammer School.

Diabaikannya ketentuan pasal 12 ayat (1) b secara

Diabaikannya ketentuan pasal 12 ayat (1) b secara

psikologis sangat menekan peserta didik karena

psikologis sangat menekan peserta didik karena

mereka pada umumnya tidak sampai menguasai

mereka pada umumnya tidak sampai menguasai

bahan ajar tetapi harus mengikuti ujian nasional

bahan ajar tetapi harus mengikuti ujian nasional

yang sifatnya bukan untuk mengukur tercapainya

yang sifatnya bukan untuk mengukur tercapainya

tujuan pendidikan dan terlaksananya fungsi

tujuan pendidikan dan terlaksananya fungsi

pendidikan nasional seperti tertulis dalam pasal 3

pendidikan nasional seperti tertulis dalam pasal 3

UU No. 20Tahun 2003. Sesungghnya UU No. 20

UU No. 20Tahun 2003. Sesungghnya UU No. 20

Tahun 2003 sesuai dengan pasal 61 ayat (1)yang

Tahun 2003 sesuai dengan pasal 61 ayat (1)yang

tertulis sebagai berikut :

(28)

Ijasah diberikan kepada peserta didik sebagai

Ijasah diberikan kepada peserta didik sebagai

pengakuan terhadap prestasi belajar dan / atau

pengakuan terhadap prestasi belajar dan / atau

penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah

penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah

lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan

lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan

pendidikan yang terakreditas”.

pendidikan yang terakreditas”.

Namun

ketentuan

yang

relevan

dengan

Namun

ketentuan

yang

relevan

dengan

ketentuan pasal 1 ayat (1) tentang hakekat

ketentuan pasal 1 ayat (1) tentang hakekat

pendidikan, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

pendidikan, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

pendidikan nasional, pasal 4 ayat (3) tentang

pendidikan nasional, pasal 4 ayat (3) tentang

pendidikan sebagai proses pembudayaan, malah

pendidikan sebagai proses pembudayaan, malah

diabaikan / tidak dilaksanakan seperti pasal 12

diabaikan / tidak dilaksanakan seperti pasal 12

ayat (1) b, dan pasal 61 ayat (2) yang baru

ayat (1) b, dan pasal 61 ayat (2) yang baru

dikutip. Yang diterapkan adalah adanya Ujian

dikutip. Yang diterapkan adalah adanya Ujian

Nasional sebagai penentu kelulusan yang dalam

Nasional sebagai penentu kelulusan yang dalam

dirinya kontradiktif dengan misi pendidikan

dirinya kontradiktif dengan misi pendidikan

karakter dan pengembangan kemampuan serta

karakter dan pengembangan kemampuan serta

(29)

4) Tentang fungsi setiap jenjang pendidikan. Dalam

4) Tentang fungsi setiap jenjang pendidikan. Dalam

UU No. 20 Tahun 2003 penetapan fungsi setiap

UU No. 20 Tahun 2003 penetapan fungsi setiap

jenjang pendidikan terlalu umum, dan berdampak

jenjang pendidikan terlalu umum, dan berdampak

kepada kesan bahwa mengikuti pendidikan dasar

kepada kesan bahwa mengikuti pendidikan dasar

hanya untuk melanjutkan ke pendidikan menengah

hanya untuk melanjutkan ke pendidikan menengah

seperti tertulis pada pasal 17 ayat (1) berikut :

seperti tertulis pada pasal 17 ayat (1) berikut :

Pendidikan

Pendidikan

dasar

dasar

merupakan

merupakan

jenjang

jenjang

pendidikan

yang

melandasi

jenjang

pendidikan

yang

melandasi

jenjang

pendidikan menengah”.

pendidikan menengah”.

Dan selanjutnya tentang pendidikan menengah

Dan selanjutnya tentang pendidikan menengah

pasal 18 ayat (1) tertulis :

pasal 18 ayat (1) tertulis :

Pendidikan menengah merupakan lanjutan

Pendidikan menengah merupakan lanjutan

pendidikan dasar”.

pendidikan dasar”.

Rumusan tentang fungsi pendidikan dasardan

Rumusan tentang fungsi pendidikan dasardan

menengah ini menjadikan sekolah sama sekali

menengah ini menjadikan sekolah sama sekali

tidak

memiliki

fungsi

sosial

seperti

yang

tidak

memiliki

fungsi

sosial

seperti

yang

dirumuskan dalam UU No.2 Tahun 1989 yang

dirumuskan dalam UU No.2 Tahun 1989 yang

tertulis dalam pasal 13 ayat (1) sebagai berikut :

(30)

Pendidikan

Pendidikan

dasar

dasar

diselenggarakan

diselenggarakan

untuk

untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan serta

mengembangkan sikap dan kemampuan serta

memberikan pengetahuan dan keterampilan yang

memberikan pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan serta mempersiapkan peserta didik

diperlukan serta mempersiapkan peserta didik

yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti

yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti

pendidikan menengah”.

pendidikan menengah”.

Sengaja penulis bandingkan antara rumusan fungsi

Sengaja penulis bandingkan antara rumusan fungsi

pendidikan yang tertulis dalam UU No. 20 Tahun 2003

pendidikan yang tertulis dalam UU No. 20 Tahun 2003

dengan UU No.2 Tahun 1989. Karena dimanapun di

dengan UU No.2 Tahun 1989. Karena dimanapun di

dunia pendidikan wajib belajar adalah menyiapkan

dunia pendidikan wajib belajar adalah menyiapkan

anggota masyarakat, yang dalam bahasa

anggota masyarakat, yang dalam bahasa

“Declaration

“Declaration

of Educaton for All”

of Educaton for All”

Tahun 1990, yang :

Tahun 1990, yang :

a)

a)

Dapat surv

Dapat surv

ive

ive

b)

b)

Dapat mengembangkan diri secara optimal

Dapat mengembangkan diri secara optimal

c)

c)

Dapat berpartisipasi dalam masyarakat

Dapat berpartisipasi dalam masyarakat

d)

d)

Dapat memperoleh pekerjaan

Dapat memperoleh pekerjaan

e)

e)

Dapat

Dapat

mengambil

mengambil

keputusan

keputusan

berdasarkan

berdasarkan

informasi, dan

informasi, dan

f)

(31)

Dampak dari rumusan ini yang PP No.

Dampak dari rumusan ini yang PP No.

17 Tahun 2010, baru lahir tujuh tahun

17 Tahun 2010, baru lahir tujuh tahun

setelah siberlakukannya UU No. 20

setelah siberlakukannya UU No. 20

Tahun2003, akibatnya di Indonesia ada

Tahun2003, akibatnya di Indonesia ada

kesan bahwa melanjutkan pendidikan

kesan bahwa melanjutkan pendidikan

adalah hak setiap orang, padahal yang

adalah hak setiap orang, padahal yang

tepat adalah

tepat adalah

“hak setiap orang yang

“hak setiap orang yang

memenuhi syarat secara akademik.

memenuhi syarat secara akademik.

Dan berlaku di semua Negara

Dan berlaku di semua Negara

seperti Jerman, Inggiris dan Amerika

seperti Jerman, Inggiris dan Amerika

Serikat tahun 2003

Serikat tahun 2003

.

.

Jakarta, 16 Maret 2011

Jakarta, 16 Maret 2011

Referensi

Dokumen terkait

Istiar and Kartika A.A.G., The Determination of Weighing factor and Deterioration index for rigid pavement by using AHP (Case study: Jl Mayjend Sungkono Surabaya), The 5 th

Rainbow smoothies dapat dijadikan sebagai alternatif modifikasi diet tinggi serat dalam upaya pengendalian kadar gula darah pada pasien DM tipe 2, namun perlu

Kung Fu Matematika adalah permainan yang menarik bagi anak karena pada dasarnya anak- anak menyukai bergerak, sehingga anak akan merasa lebih senang jika menjawab soal

Desentralisasi pemerintahan (otonomi daerah) setidaknya memberikan peluang sekaligus tanggungjawab kepada Unimma untuk lebih aktif membantu pemerintah dalam memajukan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang suatu model strategi manajemen baru yang disebut Model Blue Ocean Strategy pada perusahaan atau industri

Jumlah anakan produktif dihasilkan dari varietas yang diuji menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki respon yang berbeda terhadap asam-asam organik yang dikandung oleh

Hasil: Dari 173 sampel yang diolah, didapatkan ibu hamil yang mengalami abortus, yaitu 76,9% tidak mengalami anemia, 67,6% mempunyai indeks massa tubuh yang normal, 82,1%

to Deposit Ratio (LDR), menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan LDR pada triwulan I-2009 ini diperkirakan dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit yang cukup cepat seiring